Anda di halaman 1dari 16

PANCASILA DALAM KONTEKS

KETATANEGARAAN INDONESIA

MAKALAH

Dosen Pengampu :
Wajihuddin, S.Pd., M.Hum.

Disusun Oleh :
KELOMPOK 5
1. Anindya Fitrah (220910202031)
2. Cantika Haura Z.S (220910202029)
3. Nilly Eka Putriana (220910202035)
4. Beatrix Syahrini (220910202131)

PENDIDIKAN PANCASILA
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN AKADEMIK 2022-2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan
dalam menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolomgan-Nya,
penulis tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa
shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang syafa’atnya
kita nantikan kelak.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya sehingga makalah dengan judul “Pancasila dalam Konteks
Ketatanegaraan Indonesia” dapat diselesaikan. Makalah ini disusun guna
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila yang diampu oleh
Bapak Wajihuddin. S.Pd., M.Hum. Penulis berharap makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman serta dapat menjadi referensi bagi pembaca.
Penulis menyadari makalah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu
penulis terbuka terhadap kiritik dan saran pembaca demi perbaikan pada
penugasan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami dan dapat berguna baik bagi penulis
maupun semua pihak yang membaca.

Jember, 3 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3. Tujuan........................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1. Sejarah Tentang Pancasila dalam Ketatanegaraan Indonesia....................3
2.2. Sistem Ketatanegaraan berdasarkan Pancasila..........................................6
2.3. Hubungan UUD dengan Batang tubuh UUD............................................6
2.4. Hubungan UUD 1945 dengan Pancasila...................................................8
2.5. Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi Kemerdekaan. . .11
BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP.............................................................................................................13
3.1. Kesimpulan..............................................................................................13
3.2. Saran........................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Setiap negara pasti memiliki landasannya masing-masing sebagai pedoman
hidup dalam menyelenggarakan tiap kegiatan di negara tersebut. Seperti halnya
Indonesia, Indonesia memiliki Pancasila sebagai landasan hidupnya bagi seluruh
warga negara dalam menjalani segala kegiatan, demi kehidupan berbengsan dan
bernegara yang adil dan makmur. Pancasila mengandung 5 sila yang didalamnya
terdapat nilai-nilai yang berbeda, yaitu nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai
persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. Nilai-nilai inilah yang menjadikan
tolak ukur kita sebagai warga negara bangsa Indonesia dalam penyelenggaraan
bernegara. Selain kita menghafal pancasila, tentunya juga harus diterapkan di
kehidupan sehari-hari, mengingat perjuangan tokoh-tokoh Indonesia yang berjuang
memperebutkan kemerdekaan bagi negara kita hingga muncullah Pancasila sebagai
landasan bernegara.

Pancasila tidak hanya dijadikan ideologi bangsa, tetapi Pancasila juga menjadi
sumber hukum di Indonesia, terutama karena pancasila ini mengatur kehidupan
berbangsa, pancasila berperan sebagai nilai, norma dan kaidah baik moral maupun
hukum di Indonesia. Berbagai hukum yang dibentuk harus berlandaskan pada
Pancasila. Hukum yang dipakai di Indoensia tercantum dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. UUD 1945 ini tentunya harus menjungjung
tinggi nilai-nilai moral, etika, akhlak mulia, dan kepribadian luhur bangsa, beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menghormati kebhinekaan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta melindungi harkat dan
martabat setiap warga Negara. UUD 1945 memiliki kedudukan yang sangat penting
karena merupakan suatu menjadi hierarkhi tertib hukum tertinggi di Indonesia,
seperti dalam pembukaan UUD 1945 juga menjadi hukum positif di Indonesia.
Pancasila sebagai sumber hukum berkaitan dengan terbentuknya sistem tata negara
yang ada di Indonesia. Maka, segala aspek pelaksanaan dan penyelenggaraan negara
diatur dalam sistem peraturan perundang – undangan di dalam UUD 1945.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana sistem ketatanegaraan berdasarkan Pancasila?
2. Bagaimana hubungan antara UUD 1945 dengan Batang tubuh UUD?
3. Bagaimana hubungan antara UUD 1945 dengan Pancasila?
4. Bagaimana hubungan antara pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi
kemerdekaan?

1.3. Tujuan

iii
1. Mengetahui sistem ketatanegaraan berdasarkan Pancasila.
2. Mengetahui hubungan antara UUD 1945 dengan Batang tubuh UUD.
3. Mengetahui hubungan antara UUD 1945 dengan Pancasila.
4. Mengetahui hubungan antara pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi
kemerdekaan.

5.

iv
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Tentang Pancasila dalam Ketatanegaraan Indonesia


Pancasila merupakan dasar negara Indonesia, yang merupakan
suatu asas kerohanian dalam ilmu kenegaraan populer, dalam hal ini
disebut sebagai dasar filsafat negara pilisophisce gronslag). Dalam
kedudukannya, Pancasila menjadi sumber nilai dan sumber norma dalam
setiap aspek kegiatan penyelenggaraan negara, termasuk dalam sumber
tertib hukum di Indonesia, sehingga Pancasila merupakan sumber nilai,
norma dan kaidah baik moral maupun hukum di Indonesia. Oleh
karenanya, Pancasila merupakan sumber hukum negara baik yang tertulis
maupun yang tak tertulis.
Dalam pengertian Pancasila dalam konteks ketatanegaraan
Republik Indonesia, berarti bahwa Indonesia adalah negara demokrasi
yang berdasarkan atas hukum, maka segala aspek pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara diatur dalam sistem peraturan perundang –
undangan. Hal ini tidak lepas dari eksistensi pembukaan UUD 1945.
Dalam konteks ketatanegaraan Indonesia, UUD 1945 memiliki kedudukan
yang sangat penting karena merupakan suatu staasfundamentalnorm dan
berada pada hierarkhi tertib hukum tertinggi di Indonesia.
Pada hakikatnya, kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar
Negara Indonesia adalah dasar dan asas kerohanian dalam tiap aspek
penyelenggaraan negara seperti dalam kegiatan menyusun tertib hukum di
Indonesia. Jika menyesuaikan dengan apa yang tercantum dalam
pembukaan UUD 1945, Pancasila berkedudukan sebagai sumber dari
segala sumber hukum di Indonesia, seperti yang tercantum dalam
penjelasan tentang pembukaan UUD yang termuat dalam Berita Republik
Indonesia tahun II No. 7. Lalu dapat disimpulkan bahwa pembukaan UUD
1945 adalah sumber hukum positif Indonesia. Maka dari itu, seluruh
peraturan perundang – undangan yang ada di Indonesia harus bersumber
pada Pembukaan UUD 1945.
Dalam beberapa tahun sebelumnya, Indonesia sempat mengalami
perubahan yang sangat mendasar pada sistem ketatanegaraan. Perubahan
ini dilakukan sebanyak empat kali perubaahan atau amandemen. Pada
amandemen UUD 1945, bagian yang mengalami perubahan yaitu pada
komposisi UUD tersebut. Pada awalnya, UUD 1945 terdiri dari
Pembukaan, Batang Tubuh dan Penjelasannya. Lalu setelah itu berubah
menjadi hanya terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal. Penjelasan UUD
1945, yang semula ada dihapuskan pada tanggal 18 Agustus 1945, karena
kedudukannya mengandung kontroversi dan tidak turut disahkan oleh

v
PPKI. Materi yang dikandungnya, ada yang sebagian dimasukkan, diubah,
atau bahkan dirumuskan kembali ke dalam pasal-pasal amandemen.
Perubahan setelah empat kali amandemen juga berkaitan dengan pelaksana
kedaulatan rakyat dan penjelmaannya ke dalam lembaga-lembaga negara.
Sebelum amandemen, kedaulatan yang berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Majelis
yang terdiri atas anggota-anggota DPR ditambah dengan utusan dari
daerah-daerah dan golongan-golongan itu, demikian besar juga
kewenangannya, seperti mengangkat dan memberhentikan Presiden,
menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara, serta mengubah Undang-
Undang Dasar.
Rumusan UUD 1945 tentang penyelenggaraan negara belum cukup
didukung ketentuan konstitusi yang memuat aturan dasar tentang
kehidupan yang demokratis, supremasi hukum, pemberdayaan rakyat,
penghormatan hak asasi manusia dan otonomi daerah. Hal ini berakibat
pada berkembangnya praktek penyelengaraan negara yang tidak
sesuadengan Pembukaan UUD 1945, sebagai contoh :
1. Tidak adanya check and balances antar lembaga negara dan kekuasaan
terpusat pada presiden.
2. Infra struktur yang dibentuk, antara lain partai politik dan organisasi
masyarakat.
3. Pemilihan Umum diselenggarakan untuk memenuhi persyaratan
demokrasi formal karena seluruh proses tahapan pelaksanaannya
dikuasai oleh pemerintah.
4. Kesejahteraan sosial berdasarkan Pasal 33 UUD 1945 tidak tercapai,
justru yang berkembang adalah sistem monopoli dan oligopoli.
Dapat diketahui bahwa sebenarnya sistem ketatanegaraan bangsa
Indonesia sudah memadai namun pelaksanaannya masih belum sesuai
dengan yang diharapkan. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),
negara yang diperjuangkan dengan segenap pengorbanan, baik melalui
perang maupun diplomasi. Perjuangan itu, melahirkan banyak pahlawan
pejuang kemerdekaan. Lalu juga ada tokoh-tokoh lainnya yang berjuang
dalam bidang diplomasi untuk memperjuangkan kedaulatan negara dan
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, seperti Soekarno,
Mohammad Hatta, Sjahrir, dan tokoh lainnya hingga bangsa Indonesia
bisa meraih kemerdekaan hingga saat sekarang ini, yaitu era Reformasi.
Era reformasi (tahun 1999), membawa perubahan-perubahan
mendasar dalam sistem pemerintahan dan ketatanegaraan kita
sebagaimana dapat kita lihat pada perubahan-perubahan yang hampir
meliputi seluruhnya atas Undang Undang Dasar 1945. Perubahan undang-
undang dasar terjadi cepat tanpa adanya sebuah perencanaan panjang di
awal senelum dilakukan perubahan. Hal ini terjadi karena terdapat tuntutan
perubahan-perubahan yang sangat kuat pada awal reformasii. Tuntutan ini

vi
seperti tuntutan atas kehidupan negara dan penyelenggaraan pemerintahan
yang lebih demokratis, penegakan hukum yang lebih baik, penghormatan
atas hak asasi manusia (HAM), dan berbagai tuntutan perubahan lainnya.
Pada awal diadakannya perubahan ini, tentunya mengalami
perdebatan yang sangat besar. Untuk menghindari disorientasi dalam
perubahan-perubahan yang akan dilakukan, maka seluruh fraksi di Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada saat itu menyepakati lima prinsip
yaitu :
- Tidak mengubah pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pembukaan
UUD 1945 mengandung dasar-dasar filosofis dan normatif dari
berdirinya NKRI. Oleh karena itu, jika dilakukan perubahan pada
Pembukaan UUD 1945 maka hal ini juga dapat mengubah negara RI.
Amandemen UUD 1945 juga tidak boleh bertentangan dan harus
sesuai dengan dasar filosofis dannormatif yang terkandung dalam
Pembukaan UUD, karena pada hakikatnya perubahan ini dilakukan
untuk menyempurnakan, melengkapi, dam memperjelas implementasi
dasar dari filosofi dan dasar normatif Pembukaan UUD ke dalam
batang tubuh UUD 1945.
- Tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Kesepakatan atas NKRI yang didasari oleh pertimbangan. Dahulu
ketika Indonesia sempat berdiri sebagai negara Republik Indonesia
Serikat (27 Desember 1949-17 Agustus 1950), ternyata hal ini telah
mengancam integrasi bangsa Indonesia. Maka dari itu, muncullah
keinginan bangsa Indonesia untuk kembali kepada bentuk NKRI.
- Mempertegas sistem pemerintahan presidensil. Kesepakatan untuk
mempertahankan sistem presidensial dimaksudkan untuk mempertegas
sistem presidensial dalam UUD 1945 agar tidak kembali kepada sistem
parlementer sebagaimana terjadi pada era parlementer tahun 1950-an
yang dipandang telah melahirkan instabilitas politik nasional. Dengan
demikian, pada hakikatnya kehendak untuk mempertahankan sistem
presidensial adakah untuk menciptakan pemerintahan yang kuat dan
efektif.
- Penjelasan UUD 1945 yang sebelumnya ada menjadi ditiadakan dan
hal-hal normatif dalam penjelasan tersebut dimasukkan ke dalam
pasal-pasal. Keberadaan Penjelasan UUD 1945 selama masa Orde
Baru menimbulkan masalah yuridis karena sering menjadi dasar
penafsiran bagi praktik otoritarian Orde Baru, padahal kedudukan
hukumnya tidak jelas. Selain itu, secara teoretik pada negara lainnya
yang memiliki undang-undang dasar, mereka tidak mengenal adanya
Penjelasan dalam UUD. Dengan faktor-faktor ini, maka Penjelasan
UUD 1945 harus dihapuskan. Namun muatan-muatan yang bersifat
normatif tetap dimasukkan ke dalam batang tubuh.
- Perubahan dilakukan dengan cara addendum, dengan maksud untuk
tetap melestarikan nilai historis UUD 1945 dan mempertahankan

vii
berbagai prinsip para pendiri negara yang terkandung dalam UUD
1945. Secara politis, nilai historis UUD 1945 perlu dilestarikan karena
terdapat sebagian rakyat Indonesia yang tidak menghendaki terjadinya
amandemen atas UUD 1945.
- Perubahan UUD 1945 telah dilakukan selama 4 kali, pertama pada
tahun 1999, perubahan kedua di tahun 2000, perubahan ketiga di tahun
2001 dan yang terakhir perubahan keempat pada tahun 2002.
Perubahan ini membawa implikasi politik yang sangat luas dalam
sistem ketatanegaraan Indoneisa.
Perubahan sebanyak empat kali merupakan satu rangkaian perubahan
yang dilakukan secara sistematis dalam rangka menjawab tantangan baru
kehidupan politik Indonesia yang lebih demokratis, sebagaimana
menyesuaikan dengan perkembangan dan perubahan masyarakat. Tuntutan
perubahan sistem politik dan ketatanegaraan dalam bentuk perubahan
UUD 1945 ini merupakan pesan yang sangat jelas disampaikan oleh
gerakan reformasi yang dimulai sejak tahun 1998.

2.2. Sistem Ketatanegaraan berdasarkan Pancasila


Hukum didefinisikan sebagai peraturan tertulis atau tidak tertulis
tentang tanah. Konstitusi adalah aturan-aturan yang yang kodifikasi
ketentuan-ketentuannya yang berkaitan dengan masalah-masalah pokok
atau bagian-bagian ketatanegaraan negara diberi sifat abadi dan luhur,
sedangkan amandemennya memerlukan cara khusus dan lebih
memberatkan daripada amandemen atau amandemen. Peraturan legislatif
UUD 1945 adalah keseluruhan teks yang terdiri dari :
1) Bukaan empat bagian
2) Batang tubuh yang meliputi Pasal 1-37 terdiri atas 6 bab, 3 ketentuan
peralihan, dan 2 peraturan tambahan.
Dengan demikian, pembukaan UUD, naskah UUD 1945 dan
penjelasannya merupakan satu kesatuan yang utuh, yang satu sama lain
tidak dapat dipisahkan. UUD 1945 adalah konstitusi tertulis Negara
Republik Indonesia yang memuat pokok-pokok UU Dana Negara dan
Administrasi Negara (TAP MPR No. III/MPR/2000). UUD 1945 sebagai
konstitusi tertulis berarti UUD 1945 mengikat pemerintah, semua
lembaga negara, lembaga masyarakat, dan semua warga negara Indonesia
dimanapun letaknya dan setiap penduduk yang tinggal di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

2.3. Hubungan UUD dengan Batang tubuh UUD

viii
Sebelum membahas hubungan UUD dengan lembaga UUD, perlu
diketahui sistem UUD 1945 yang terdiri dari :
1) Inaugurasi.
2) Batang tubuh.
3) Penjelasan.
Dapat dilihat dari sistematika sebelumnya bahwa Pembukaan UUD
1945 mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari UUD, karena
pembukaan memuat :
1) Dasar Negara (Pancasila).
2) Fungsi dan Tujuan bangsa Indonesia.
3) Bentuk Pemerintahan Indonesia (Republik).
Karena pentingnya pembukaan konstitusi, maka pembukaan tidak
dapat diubah, mengubah sama dengan membubarkan negara, lembaga
dapat diubah. Dalam sistem hukum Negara Republik Indonesia,
pembukaan UUD 1945 memenuhi kedudukannya sebagai asas dasar
negara dengan alasan :
1) Dibuat oleh para pendiri (PPKI).
2) Pengumuman kelahiran sebagai negara merdeka.
3) Berisi prinsip-prinsip spiritual (Pancasila), prinsip-prinsip politik
negara (Republik rakyat yang berdaulat) dan tujuan negara
menjadi negara yang adil dan makmur.
4) Berisi ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang adanya suatu
konstitusi.
Bersamaan dengan itu, lembaga Nisa diubah asalkan syarat-
syaratnya dipenuhi : usul diajukan ≥ 2/3 anggota MPR, keputusan
diterima ≥ 2/3 anggota yang hadir, fakta lembaga tersebut pada tahun
1945. UUD kini telah diubah sebanyak 4 kali, yaitu :
1) Amandemen I : 14-21 Oktober 1999
2) Amandemen II : 7-8 Agustus 2000
3) Amandemen III : 1-9 November 2001
4) Amandemen IV : 1-11 Agustus 2022

Berdasarkan uraian diatas, hal ini menempatkan Pembukaan UUD


1945 pada tempat yang sangat penting dalam kaitannya dengan
pembentukan Pasal IV UUD 1945. Bahkan dapat dikatakan bahwa
sebenarnya hanya ayat IV Pembukaan UUD 1945. Pembukaan UUD 1945
adalah inti dari pembukaan dalam arti tersendiri. Hal itu tertuang dalam
protokol RI Tahun II No.7, hampir seluruhnya mengenai bagian keempat
Pembukaan UUD 1945 (Pidato Prof. Dr. Soepomo pada tanggal 15 Juni
1945 di depan sidang Badan Pengkajian Persiapan Kemerdekaan
Indonesia).

ix
2.4. Hubungan UUD 1945 dengan Pancasila
Kata Pancasila bersumber melalui bahasa Sansekerta mencakup “2
suku kata yaitu Panca berarti lima, Sila berarti dasar atau azas”. Maka
Pancasila artinya lima azas serta dasar. Pancasila untuk Negara Indonesia
ialah selaras pada fundamen untuk suatu gedung. Jika seseorang hendak
membuat suatu gedung perlu dibentuk pada atas fundamen yang tangguh.
Maka jika individu hendak membentuk sebuah negara Indonesia yang
maju serta tangguh, sehingga perlu dibentuk pada atas sebuah landasan
(fundamen) yang tangguh.
Kita sudah memberi bentuk Negara Indonesia diatas sebuah
fundamen berupa Pancasila, serta sudah menentukan Pancasila menjadi
landasan untuk negara kita. Kenapa seseorang perlu menentukan
Pancasila? Jawabannya ialah sebab Pancasila tersebut selaras pada jiwa
negara, berupa yang disebut Bung Karno. Pada Pancasila defenisinya
selalu dikatakan landasan falsafah negara. Maka Pancasila dipakai guna
menjadi landasan mengelola pemerintah negara.
Defenisi Pancasila menjadi landasan negara berupa selaras pada
bunyi pembukaan UUD 1945, mengatakan : “maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu UU dasar negara
Indonesia, yang berbentuk dalam suatu susunan negara Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada”.

1) Pancasila Masa Reformasi


Sebab Orde Baru tak memilih ajaran melalui wawasan
pemerintahan awal, maka kewenangan otoritarian Orde Baru sejak
1990-an hancur pada ketangguhan warga. Maka membagikan
kesempatan untuk Indonesia guna membereskan bangsanya,
khususnya cara pembelajaran melalui Pancasila menjadi falsadfah
serta ideologi negara dengan benar diciptakan dengan nyata pada
hidup individu. Melainkan UUD 45 menjadi penjelasan Pancasila
serta sebuah kesepakatan umum pada masyarakatnya guna

x
mengelola hidupnya terjadi pergantian supaya selaras pada era saat
ini. Maka orde yang pada era dikatakan menjadi Reformasi
melaksanakan beragam landasan perubahan supaya membentuk
kelola pemerintah terbaru. Tapi usaha guna memberi cahaya
Pancasila sesudah ideologi itu dipandangi tak cukup pada rancangan
kata mutiara tak berarti sehingga penyampaianya disepelekan pada
pimpinan hingga setengah abad. Hingga terdapat makna jika selaras
pada hancurnya pemerintah Orde Baru yang sering
mengimplementasikan Pancasila.
Maka melihatkan jika Pancasila menjadi ideologi negara serta
bangsa tak hanya kepopuleranya sudah mati, tapi terjadi degradasi
kredibilitas yang besar maka Indonesia menembus babak terbaru
ketika hancurnya pemerintah otoritarian. Sebab kehidupan negara
yang tak terdapat falsafah tersebut mengakibatkan meningkatnya
ideologi pragmatisme yang minim simpati, minimnya keselarasan
individu, elit politik yang haus jabatan serta lainnya,berupa membuat
halal semua cara guna menciptakan keperluan yang dirasa untung
untuk pribadinya

2) Menggairahkan Pancasila
Tak ada ideologi yang bisa membagikan panduan berubahnya
politik yang dominan dicemaskan bisa menimbulkan lagi gerakan
radikal mencakup perasaan frustasi warga guna berhadapan pada tak
terjaminya kehidupan sserta penyebab pada pemalsuan sentiman
primordial. Gerakan radikal ini beresiko sebab bisa membalikan
pada acuan reformasi politik terhadap suasana yang mendukung
timbulnya lagi ketangguhan otoritarian serta anarkis sosial yang
terus berkelanjutan. Bukan hal umum jika Pancasila tak langsung
dimunculkan sebagai roh negara Indonesia, dicemaskan munculnya
lagi ideologi solusi yang sebagai dasar juang serta fakta gerakan
radikal. Sebab Indonesia tak memiliki penentuan lainnya melainkan

xi
menumbuhkan nilai Pancasila supaya keselarasanya bisa selaras
pada unsur Bhinneka Tunggal Ika.
Melalui kaitan tersebut harus dijabarkan jika kesatuan negara
tak uniformitas namun sebuah wujud yang mutlak pada kebhinekaan.
Pluralitas perlu bisa diciptakan pada sebuah susunan kewenangan
yang membagikan kekuasaan pada ranah guna mengkelola
kewenangan supaya bisa didapati elit politik yang sangat akuntabel,
lejitimet juga peka pada dukungan warga. Sejarah sudah
membagikan pendidikan bermakna jika unsur penyatuan mengacu
kekauasaan pemerintah pusat guna pernyataan berupa usaha
penselarasan (uniformitas) serta menimbulkan penyelewenangan
juga rasa tak adil. Nasionalisme yang sebuah tanda pengenal
nasional yang dilaksanakan negara dari memanipulasi serta
indoktrinasi seremoni juga tanda yang melihatkan supremasi bangsa
tak bisa dilaksanakan kembali. Maka selaras pada kian nyatanya
kompetitor global, warga menganggap bisa menetapkan wujud serta
ide yang dikatakan negara persatuan yang selaras pada era saat ini.
Melainkan pergantian landasan pada UUD 45 berupa
“bagaimana prinsip kedaulatan rakyat yang pengaturannya sangat
kompleks dalam sistem kehidupan demokrasi dapat dituangkan
dalam suatu konstitusi”. Maka perlu dilaksanakan serinci mungkin
serta pada rumus yang detail supaya tak dialami multi interpretasi
lagi. Usaha itu sudah dilaksanakan secara membentuk amandemen
UUD 45 mencakup bersamaan secara batasan posisi Presiden / Wakil
Presiden sejumlah dua periode, penentuan Presiden serta Wakil
Presiden juga Kepala Daerah dengan berkelanjutan, membentuk
parlemen kedua (Dewan Perwakilan Daerah serta Rakyat),
pembuatan Komisi Yudisial, Mahkamah Konstitusi tata cara
diberhentikanya Presiden serta Wakil serta lainnya. Tapi pergantian
itu tak dilaksanakan dengan maksimal serta melalui unsur
konstitusionalisme maka walau sudah dilaksanakan pergantian empat

xii
kali, nyatanya UUD Tahun 1945 masih terkandung sebagian
kelemahan.
Wawasan sejak ini hingga setengah abad pelaksanaan
kenegaraan yang tak mematuhi Pancasila sudah menyebabkan
beragam fenomena bangsa perlu menjadi pengalaman yang berharga
supaya tak terjadi lagi. Sebab lainnya berupa tertinggalnya bangsa
daripada negara lainnya sebab sering sibuk pada konflik internal
berupa penguasa yang tak selaras pada tarafnya, dilanggarnya HAM,
disintegrasi negara serta lainnya maka bukan hal besar apabila
Indonesia tertinggal pada negara lainnya. Guna bangun pada
terpuruknya saat ini tak terdapat pilihan kembali untuk Indonesia,
awal perlu balik terhadap Pancasila menjadi ideologi serta falsafah
bangsa. Tehniknya berupa pemimpin negara tak hanya
mengimplementasikan UUD 1945 serta Pancasila pada pidatonya,
namun melaksanakan nilai Pancasila guna hidup dilingkungan
sekitar. maka ketangguhan Pancasila tak hanya diciptakan pada
wujud seremonial, namun nyata bisa dirasakan langsung oleh
masyarakat.

2.5. Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi Kemerdekaan


Sesuai dengan sifat hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan
Proklamasi Kemerdekaan tidak hanya menegaskan dan menjelaskan
melainkan mempertanggungjawabkan proklamasi, maka hubungan itu
bukan hanya bersifat fungsional korelatif tapi juga bersifat kausal organis.
Hal ini menunjukkan hubungan antara proklamasi dengan pembukaan
merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Pada 17 Agustus 1945 mencetuskan satu proklamasi kemerdekaan
dan satu dasar kemerdekaan yang sebenarnya adalah satu Proclamation of
Independence dan satu Declaration of Independence.
Declaration of Independence kita yaitu Pembukaan Uud 1945 yang
memuat cita-cita luhur dari proklamasi kemerdekaan Indonesia.

xiii
Proklamasi tidak akan mempunyai arti tanpa deklarasi, begitupun
sebaliknya.
Keterkaitan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi
Kemerdekaan yaitu :
1) Kemerdekaan untuk bersatu dan berdaulat.
2) Kemerdekaan untuk adil dan makmur.
3) Kemerdekaan untuk memajukan kesejahteraan umum.
4) Kemerdekaan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
5) Kemerdekaan untuk ketertiban dunia.
6) Kemerdekaan perdamaian abadi.
7) Kemerdekaan untuk keadilan sosial.
8) Kemerdekaan yang berkedaulatan rakyat.
9) Kemerdekaan yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa.
10) Kemerdekaan yang berkemanusiaan yang adil dan beradab.
11) Kemerdekaan yang berdasarkan persatuan Indonesia.
12) Kemerdekaan yang berdasar kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan.
13) Kemerdekaan yang mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

xiv
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pancasila merupakan suatu asas kerohanian, yang dalam ilmu
kenegaraan populer disebut sebagai dasar filsafat negara. Nilai-nilai
Pancasila yang telah diwariskan kepada Bangsa Indonesia merupakan nilai
sari dan puncak dari sosial budaya nyang senantiasa melandasi tata
kehidupan sehari-hari. Sebagai dasar negara, Pancasila mempunyai
kekuatan mengikat secara hukum sehingga semua peraturan hukum atau
ketatanegaraan yang bertentangan dengan Pancasila harus dicabut. Dalam
Aline keempat Pembukaan UUD 1945, semua unsur-unsur yang menurut
ilmu hukum disyaratkan bagi adanya suatu tertib hukum di Indonesia
(rechts code atau legal order), yaitu suatu kebulatan dan keseluruhan
peraturan-peraturan hukum. Pembukaan UUD 1945 memiliki hakikat
kedudukan hukum yang kuat. Bahkan, secara yuridis hal ini tidak dapat
diubah, karena sudah terlekat pada kelangsungan hidup negara.

3.2. Saran
Pancasila adalah landasan dan pedoman hidup bangsa serta sebagai
sumber hukum di Indonesia. Kita sebagai warga negara Indonesia sebaiknya
dapat menerapkan nilai-nilai Pancasila dan menaati tata aturan hukum yang ada
dalam kehidupan sehari-hari demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik dan
menghindari adanya kemungkinan hal yang dapat memecah belah kerukunan
bangsa kita.

xv

Anda mungkin juga menyukai