Anda di halaman 1dari 14

ARTI PENTINGNYA KAIDAH FUNDAMENTAL

BAGI BANGSA INDONESIA

DIUSULKAN OLEH:

IDA AYU KOMANG SUMI ANTARI (21021013)

YAYASAN RATYNI GORDA

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI SATYA

DHARMA SINGARAJA

School of Economics with Spiritual Insight

2021/2022

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Tuhan Hyang Maha Esa, Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada saya , sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Arti
Pentingnya Kaidah Fundamental Bagi Bangsa Indonesia.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini.
Semoga dengan makalah yang telah saya selesaikan dapat diterima dengan baik dan dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca

Singaraja , 25 November 2021

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................5
1.3 Tujuan..............................................................................................................................5
1.4 Manfaat............................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAAN...........................................................................................................................6
A. HAKIKAT PEMBUKAAN UUD 1945.............................................................................6
B. PENGERTIAN ISI PEMBUKAAN UUD 1945.............................................................11
C. FUNGSI PEMBUKAAN UUD 1945 DAN POKOK-POKOK PIKIRAN...................12
BAB III..........................................................................................................................................13
PENUTUP.....................................................................................................................................13
A. Kesimpulan........................................................................................................................13
B. Saran..................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................14
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kedudukan UUD 1945, dalam kaitannya dengan tertib hokum Indonesia, memiliki dua
aspek yang sangat fundamental, yaitu memberikan faktor- faktor mutlak bagi terwujudnya
tertib hokum Indonesia dan termasuk dalam tertib hukum Indonesia sebagai tertib hokum
tertinggi. Sementara kedudukan Pancasila, sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD
1945, adalah sebagai sumber dari segala sumber hokum Indonesia.
Sebagaimana isi yang terkandung dalam penjelasan resmi pembukaan UUD 1945, nilai-
nilai yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 selanjutnya diwujudkan dalam pasal-
pasal UUD 1945 dan kemudian dijabarkan dalam peraturan-peraturan hukum positif
dibawahnya, seperti ketetapan MPR, UU, Peraturan Pemerintah Pengganti UU, Peraturan
Pemerintah, dan Peraturan- peraturan lainnya.
Pembukaan UUD 1945 berisi hal-hal yang bersifat fundamental dan asasi bagi bangsa
Indonesia. Pada hakikatnya, kedudukannya tetap dan tidak dapat diubah seperti telah
ditetapkan oleh MPR/MPR yang antara lain mengeluarkan Ketetapan MPR No.
20/MPR/1966, No. 9/MPR/1978 serta No. III/MPR/1983. hasil sidang tahunan MPR tahun
2002, yaitu Pasal II Aturan tambahan menegaskan bahwa UUD 1945 terdiri dari Pembukaan
dan Pasal-pasal.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dikemukakan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa sajakah hakikat Pembukaan UUD 1945?
2. Jelaskan pengertian dari isi Pembukaan UUD 1945?
3. Apa fungsi Pembukaan UUD 1945 dan Pokok-pokok Pikirannnya ?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat ditemukan tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui hakikat Pembukaan UUD 1945.
2. Untuk mengetahui pengertian dari isi Pembukaan UUD 1945.
3. Untuk mengetahui Fungsi Pembukaan UUD 1945 dan Pokok-pokok Pikiran.

1.4 Manfaat

Dapat digunakan sebagai bahan ajar di bidang pendidikan maupun bidang penelitian,
dan memberikan pengertian serta pemahaman terhadap Hakikat Pembukaan UUD
1945.
BAB II
PEMBAHASAAN

A. HAKIKAT PEMBUKAAN UUD 1945


1. Pembukaan UUD 1945 Sebagai Tertib Hukum Tertinggi
Kedudukan UUD 1945, dalam kaitannya dengan tertib hukum Indonesia,
memiliki dua aspek yang sangat fundamental, yaitu memberikan faktor-faktor
mutlak bagi terwujudnya tertib hukum Indonesia dan termasuk dalam tertib
hukum Indonesia sebagai tertib hukum tertinggi. Sementara kedudukan
Pancasila, sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945, adalah sebagai
sumber dari segala sumber hukum Indonesia.
Berdasarkan penjelasan tetang isi Pembukaan UUD 1945, yang termuat dalam
Berita RI tahun II No. 7, Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok- pokok
pikiran yang meliputi suasana kebatinan Negara Indonesia serta yang
mewujudkan suatu cita-cita hukum dengan menguasai dasar tertulis (UUD)
maupun tidak tertulis. Adapun pokokpokok pikiran tersebut diwujudkan dalam
pasal-pasal UUD 1945 sebagai sumber hukum positif Indonesia.
Sebagaimana isi yang terkandung dalam penjelasan resmi pembukaan UUD
1945, nilai-nilai yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 selanjutnya
diwujudkan dalam pasal-pasal UUD 1945 dan kemudian dijabarkan dalam
peraturan-peraturan hukum positif dibawahnya, seperti ketetapan MPR, UU,
Peraturan Pemerintah Pengganti UU, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan-
peraturan lainnya.
Dengan demikian seluruh peraturan perundang-undangan di Indonesia harus
bersumber pada Pembukaan UUD 1945 yang mengandung asas kerohanian
negara atau dasar filsafat negara RI.
2. Pembukaan UUD 1945
Alinea keempat Pembukaan UUD 1945 memuat unsur-unsur yang menurut ilmu
hukum disyaratkan bagi adanya suatu tertib hukum di Indonesia (rechts orde),
atau legal order, yaitu suatu keseluruhan peraturan-peraturan hukum.
Syarat-syarat tertib hukum yang dimaksud meliputi empat hal, yaitu :
a. Adanya kesatuan subjek, yaitu penguasa yang mengadakan peraturan
hukum. Hal ini terpenuhi dengan adanya Pemerintah Negara Republik
Indonesia (Pembukaan UUD 1945 hl. IV).
b. Adanya kesatuan asas kerohanian, yang merupakan dasar dari
keseluruhan peraturan-peraturan hukum dan sumber dari sumber
hukum. Hal ini terpenuhi dengan adanya dasar filsafat negara
Pancasila sebagaimana tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD
1945.
c. Adanya kesatuan daerah dimana peraturan-peraturan hukum itu
berlaku, yang terpenuhi oleh kalimat “ . . . seluruh tumpah darah
Indonesia” sebagaimana tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD
1945
d. Adanya kesatuan waktu, dimana sumber dari segala sumber hukum itu
berlaku. Hal ini terpenuhi dalam kalimat pada alinea IV Pembukaan
UUD 1945, “ . . . maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia
itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia.” Hal ini
menunjukkan mulai berdirinya Negara RI yang disertai dengan suatu
tertib hukum sampai terus berlangsungnya negara RI.
Dengan demikian, sejak ditetapkannya Pembukaan UUD 1945 secara formal pada
tanggal 18 Agustus 1945, seluruh peraturan hukum yang ada didalam wilayah
negara Republik Indonesia telah memenuhi syarat sebagai suatu tertib hukum
negara. Adapun syarat-syarat tersebut pada hakikatnya terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945 itu sendiri.
Kedudukan Pembukaan UUD 1945 dalam tertib hukum Indonesia adalah
sebagai berikut:
Pertama : Menjadi dasar hukum, karena Pembukaan UUD 1945 memberikan
empat syarat adanya tertib hukum Indonesia.
Kedua : menjadi ketentuan hukum tertinggi, sesuai dengan kedudukannya sebagai
asas hukum dasar tidak tertulis (konvensi) serta peraturan- peraturan hukum
lainnya yang lebih rendah (Notonagoro, 1974 : 45)
Berdasarkan hakikat kedudukannya, Pembukaan UUD 1945 menentukan
adanya tertib hukum Indonesia. Konsekuensinya, Pembukaan UUD 1945 secara
hukum tidak dapat diubah. Hal ini sesuai dengan Ketetapan Nomor
XX/MPR/1966 dan ditegaskan dalam Ketetapan Nomor V/MPR/1973, Ketetapan
Nomor IX/MPR/1978 serta ketetapan Nomor II/MPR/1983 dan ketetapan MPR
No. III/2000 tentang sumber tertib hukum.
3. Pembukaan UUD 1945 sebagai Pokok Kaidah Negara yang Fundamental
Sebagaimana dijelaskan di atas, Pembukaan UUD 1945 memberikan
faktor-faktor mutlak bagi tertib hukum Indonesia dan sebagai asas bagi hukum
dasar negara, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis (konvensi).
Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok-pokok kaidah negara yang
fundamental (staatsfundamentalnorm) yang menurut ilmu hukum tata negara
memiliki beberapa unsur mutlak antara lain :
a. Merupakan perwujudan kehendak pembentuk negara untuk
menjadikan hal- hal tertentu sebagai dasar-dasar negara yang
dibentuknya. Dari segi isinya, Pembukaan UUD 1945 memuat dasar-
dasar pokok negara sebagai berikut :
1) Dasar tujuan negara (baik tujuan umum maupun tujuan
khusus). Tujuan umumnya tercakup dalam kalimat “ . . . ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian
abadi dan keadilan sosial . . ” tujuan umum ini berhubungan
dengan masalah hubungan antarbangsa (pergaulan dalam
internasional). Tujuan umum inilah yang menjadi dasar politik
luar negeri Indonesia.
Tujuan khususnya tercakup dalam kalimat, “ . . . melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahtraan umum mencerdaskan kehidupan
bangsa . . . “ tujuan khusus ini meliputi ................ sebagai
tujuan bersama bangsa Indonesia dan membentuk negara untuk
mewujudkan masyarakat adil dan makmur secara material
maupun spiritual.
2) Ketentuan …………… UUD Negara
Pernyataan dalam kalimat maka disusunlah 2) Ketentuan
…………… UUD Negara kemerdekaan kebangsaan Indonesia
itu dalam suatu Negara Indonesia . . .” merupakan suatu
ketentuan negara Indonesia harus berdasarkan pada.... dan
merupakan suatu dasar yurdis formal..... Negara Indonesia
adalah negara berdasarkan hukum.
3) Bentuk Negara
Pernyataan.........pada kalimat “ . . . yang terbentuk dalam suatu
susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat

4) Dasar filsafat dan asas kerohanian negara
Pernyataan ............dalam kalimat “ . . . . dengan berdasar
kepada ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan,
serta dengan suatu keadilan sosial bagi suluruh rakyat
indonesia”
Menurut sejarah Pembukaan UUD 1945 ditentukan oleh pembentuk negara pada
hakikatnya terpisah dari batang tubuh UUD 1945 . pengertian pembentuk negara
di sini adalah.................Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
yang ........... representatif merupakan wakil-wakil bangsa Indonesia yang
berjuang menegakkan kemerdekaan dan mendirikan negara RI. Hal ini berarti
bahwa pada saat PPKI nemetapkan Pembukaan UUD 1945, ia memiliki kualitas
dan kedudukan sebagai pembentuk negara karena lembaga tersebut menetapkan
berdirinya Negara Indonesia beserta UUD 1945 secara yuridis, maka berakhirlah
kualitasnya sebagai pembentuk negara.
Pokok kaidah negara yang fundamental tersebut menurut ilmu hukum menpunyai
hakikat dan kedudukan hukum yang tetap. Ia menjadi dasar kelangsungan hidup
negara dan karena ia merupakan tertib hukum tertinggi maka secara hukum tidak
dapat diubah, karena mengubah Pembukaan UUD 1945 sama halnya dengan
pembubaran Negara RI (Notonagoro, 1974: 45).
Dalam hubungannya dengan pasal-pasal (batang tubuh) UUD 1945,
Pembukaan UUD 1945 mempunyai hakikat dan kedudukan sebagai berikut:
1) Dalam hubungannya dengan tertib hukum Indonesia, Pembukaan UUD
1945 mempunyai hakikat kedudukan yang lebih tinggi daripada batang
tubuh UUD 1945.
2) Pembukaan UUD 1945 merupakan tertib hukum tertinggi dan pada
hakikatnya mempunyai kedudukan lebih tinggi daripada batang tubuh
UUD 1945.
3) Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok kaidah negara yang
fundamental yang menentukan adanya UUD 1945 yang menguasai hukum
dasar negara baik yang tertulis (UUD) maupun tidak tertulis (konvensi),
jadi merupakan sumber hukum dasar negara.
4) Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara yang fundamental
mengandung pokok-pokok pikiran yang harus dijabarkan dalam pasal-
pasal UUD 1945.
Para ahli hukum memang berbeda pendapat mengenai hakikat dan
kedudukan Pembukaan UUD 1945 dalam hubungannya dengan pasal-pasal UUD
1945, walaupun pada akhirnya mereka tiba pada suatu kesimpulan yang sejalan.
Di satu pihak ada pendapat yang mengatakan bahwa Pembukaan UUD 1945 dan
pasal-pasalnya merupakan satu kesatuan, sedangkan di pihak lain ada yang
menyatakan bahwa keduanya terpisah. Namun karena hakikat kedudukan
Pembukaan UUD 1945 tersebut memiliki kedudukan fundamental bagi
kelangsungan hidup negara, kedua pendapat tersebut akhirnya sampai pada
kesimpulan berikut :
1) Sebagai pokok kaidah yang mempunyai kedudukan yang tetap dan
tidak berubah serta melekat pada kelangsungan hidup negara yng telah
dibentuk.
2) Dalam jenjang hierarki tertib hukum, pembukaan UUD 1945 sebagai
pokok kaidah negara yang fundamental memiliki kedudukan tertinggi,
lebih tinggi daripada pasal-pasal UUD 1945, sehingga secara hukum
dapat dikatakan terpisah dari pasal-pasal UUD 1945.
Pengertin terpisah sebenarnya bukan berarti tidak memiliki
hubungan sama sekali tetapi antara Pembukaan UUD 1945 dan batang
tubuh UUD 1945 terdapat hubungan kausal organis, dimana UUD
harus menciptakan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945. Dengan demikian, pengertian terpisah di sini
adalah keduanya menpunyai hakikat dan kedudukan sendiri-sendiri,
dimana Pembukaan UUD 1945 memiliki kedudukan lebih tinggi
dalam tertib hukum Indonesia.
4. Pembukaan UUD 1945 Tetap Terlekat pada Kelangsungan Hidup Negara
RI
Berdasarkan hakikat kedudukannya sebagai naskah proklamasi yang
terperinci, sebagai perwujudan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan
sebagai pokok klaidah negara fundamental (statusfundamentalnorm) serta
memenuhi syarat bagi adanya tertib hukum di Indonesia, Pembukaan UUD 1945
memiliki kedudukan hukum yang kuat bahkan secara yuridis tidak dapat diubah
serta melekat pada kelangsungan hidup negara. Hal ini berdasarkan alasanalasan
berikut:
a) Menurut tata hukum, suatu peraturan hukum hanya dapat diubah atau
dihapuskan oleh penguasa yang menetapkannya. Pembukaan UUD
1945 ditentukan oleh pembentuk negara, yaitu satu lembaga kekuasaan
negara. Semua penguasa negara merupakan alat perlengkapan negara
yang kedudukannya lebih rendah daripada pembentuk negara. Karena
itu, semua ketentuan hukum yang merupakan produk alat
perlengkapan negara pada hakikatnya berada dibawah pembentuk
negara dan tidak berhak mengadakan Pembukaan UUD 1945 sebagai
staatsfundamentalnorm.
b) Pembukaan UUD 1945 pada hakikatnya merupakan suatu tertib
hukum yang tertinggi di negara RI. Selain itu, Pembukaan UUD 1945
mengandung faktor- faktor mutlak (syarat-syarat mutlak) bagi adanya
suatu tertib hukum di Indonesia. Konsekuensinya, Pembukaan UUD
1945 mempunyai kedudukan 10 yang tetap dan melekat pada negara
dan secara hukum tidak dapat diubah.
c) Selain dari segi yuridis formal juda secara material, yaitu hakikat isi.
Pembukaan UUD 1945 tidak dapat diubah dan senantiasa melekat
pada kelangsungan hidup negara RI. Dari segi isinya Pembukaan UUD
1945 merupakan pengejewantahan Proklamasi Kemerdekaan bangsa
Indonesia. Karena itu, Proklamasi 17 Agustus 1945, Pembukaan UUD
1945, dan negara RI merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan.
B. PENGERTIAN ISI PEMBUKAAN UUD 1945
1. Alinea Pertama
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
” Dalam alinea pertama terkandung suatu pengakuan tentang hak kodrati
yang tersimpul dalam kalimat “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan adalah
hak segala bangsa . . . ” hak kodrat merupakan karunia dari Tuhan Yang
Maha Esa, yang melekat pada manusia sebagai makluk individu sekaligus
sosial. Selain sebagai hak kodrati yang bersifat mutlak dan asasi, hak tersebut
juga merupakan hak moral. Karena itu, pelanggaran terhadap hak
kemerdekaan tersebut tidak sesuai dengan hakikat prikemanusiaan dan
prikeadilan. Penjajahan harus dihapuskan.
2. Alinea Ketiga
“ Atas berkat Rahmat Allah Yang Mahakuasa dan didorong oleh
keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”.
Dinyatakan kembali proklamasi pada alinea ke III Pembukaan UUD 1945
menunjukkan bahwa Pembukaan UUD 1945 dan Proklamasi 17 Agustus
1945 merupakan satu kesatuan. Namun perlu diketahui bahwa Proklamasi 17
Agustus 1945 perlu diikuti dengan suatu tindak lanjut, yaitu membentuk
negara, yang terperinci dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam pengertian
inilah Pembukaan UUD 1945 disebut juga sebagai naskah proklamasi yang
terperinci.
3. Alinea Keempat
“Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahtraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik 12
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang
Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyarawatan
atau perwakilan, serta mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.”
Setelah alinea pertama, kedua, dan ketiga menjelaskan alasan dasar serta
hubungan lngsung dengan kemerdekaan, alinea keempat memperinci lebih
lanjut prinsip-prinsip serta pokok-pokok kaidah pembentukan pemerintahan
negara Indonesia yang dapat disimpulkan dari kalimat “ . . . . kemudian dari
pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia . . . “.
Yang dimaksud pemerintahan dalam frasa “pemerintahan negara
Indonesia” adalah penyelenggaraan keseluruhan aspek kegiatan negara dan
segala kelengkapannya (government), yang berbeda dari pemerintahan yang
hanya menyangkut salah satu aspek dari kegiatan penyelenggara negara, yaitu
aspek pelaksanaan (executive).
C. FUNGSI PEMBUKAAN UUD 1945 DAN POKOK-POKOK PIKIRAN
Menurut penjelasan resmi Pembukaan UUD 1945 yang termuat dalam berita
Republik Indonesia tahun II No. 7, pembukaan itu mengandung pokokpokok pikiran
yang meliputi suasana kebatinan UUD Negara Indonesia. Pokokpokok pikiran ini
mewujudkan cita-cita hukum (rechstdee) yang menguasai hukum dasar negara baik
hukum dasar tertulis (UUD) maupun hukum dasar tidak tertulis (konvensi).
Berdasarkan penjelasan resmi tersebut, pokok-pokok pikiran dan nilainilai yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 dijabarkan secara normatif dalam pasal-pasal
UUD 1945. pokok-pokok pikiran tersebut adalah sebagai berikut :
a) Pokok pikiran pertama: “Negara melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia dengan bedasarkan asas persatuan
dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Pokok pikiran ini menegaskan pengertian negara persatuan yang
melindungi dan meliputi segenap paham seluruh wilayahnya. Jadi
negara mengatasi segala paham golongan dan perseorangan dan
menghendaki persatuan. Penyelenggara negara dan setiap warga
negara wajib mengutamakan kepentingan negara diatas kepentingan
golongan ataupun perorangan. Pokok pikiran ini merupakan
penjabaran sila ketiga pancasila.
b. Pokok pikiran kedua : “Negara hendak mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Pokok pikiran ini menempatkan cita-cita yang ingin dicapai dalam
Pembukaan dan menentukan jalan serta aturan-aturan dalam
UndangUndang dasar yang harus dilaksanakan untuk sampai pada
tujuan itu. Ini merupakan pokok pikiran keadilan sosial yang didasari
pada kesadaran bahwa manusia mempunyai hak dan kewajiban
bersama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan
masyarakat. Pokok pikiran ini merupakan penjabaran sila kelima
Pancasila.
c. Pokok pikiran ketiga: “negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan
atas kerakyatan dan permusyarawatan/perwakilan.”
Pokok pikiran ini mengandung konsekuensi logis bahwa sistem
negara yang terbentuk dalam UUD harus berdasarkan kedaulatan
rakyat dan permusyarawatan/perwakilan. Ini adalah pokok pikiran
kedaulatan rakyat yang menyatakan bahwa kedaulatan ditangan rakyat
dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Pokok pikiran inilah yang merupakan dasar politik negara sekaligus
merupakan penjabaran sila keempat Pancasila.
d. Pokok pikiran keempat: “Negara berdasarkan atas ketuhanan Yang
Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.”
Pokok pikiran keempat ini mewajibkan pemerintah dan
penyelenggara negara lainnya untuk memelihara budi pekerti
kemanusiaan yang luhur. Hal ini menegaskan pokok pikiran
Ketuhanan Yang Maha Esa dan kemanusiaan 17 yang adil dan beradab
yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia atau nilai
kemanusiaan yang luhur. Pokok pikiran keempat ini merupakan dasar
moral negara yang pada hakikatnya merupakan suatu penjabaran dari
sila pertama dan kedua Pancasila.
Empat pokok pikiran menurut penjelasan UUD ini merupakan inti
alinea keempat Pembukaan UUD 1945. Dengan kata lain, keempat
pokok pikiran tersebut adalah penjabaran dari dasar filsafat negara,
Pancasila. Dengan kata lain, selain berlandaskan dasar politik, negara
juga harus berlandaskan dasar moral negara untuk mewujudkan tujuan
serta cita-cita negara. Karena itu, betapa pun baiknya suatu sistem
negara, negara itu akan mengalami kekacauan jika dia tidak memiliki
moralitas yang luhur.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembukaan UUD 1945 terdiri atas empat alinea yang masing-masing memiliki spesifikasi
tersendiri bila ditinjau dari segi nilainya. Alinea pertama, kedua, ketiga memuat pernyataan yang
tidak memiliki hubungan kasual organis dengan pasal-pasal di dalam UUD 1945. bagian-bagian
tersebut memuat serangkaian pernyataan yang menjelaskan peristiwa yang mendahului
terbentukya negara Indonesia. Sementara itu, alinea keempat memuat pernyataan mengenai
keadaan setelah negara Indonesia terbentuk dan alinea ini memiliki hubungan yang bersifat
kausal organis dengan pasal-pasal UUD 1945. Pembukaan UUD 1945 berisi hal-hal yang
bersifat fundamental dan asasi bagi bangsa Indonesia. Pada hakikatnya, kedudukannya tetap dan
tidak dapat diubah seperti telah ditetapkan oleh MPR/MPR yang antara lain mengeluarkan
Ketetapan MPR No. 20/MPR/1966, No. 9/MPR/1978 serta No. III/MPR/1983. hasil sidang
tahunan MPR tahun 2002, yaitu Pasal II Aturan tambahan menegaskan bahwa UUD 1945 terdiri
dari Pembukaan dan Pasal-pasal. Maka jelaslah bagi kita bahwa Pembukaan UUD 1945, baik
secara formal maupun secara material, tidak dapat diubah oleh siapa pun. Sebab secara material
memuat Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia.

B. Saran

Sebelum mengakhiri makalah ini, kami kelompok IV ingin menyampaikan saran dengan
harapan:

1. Buat teman-teman kelompok IV marilah kita menjaga kekompakan kita dan kerjasama yang
telah kita jalin selama pelaksanan tugas makalah ini dan selalu tetap dijaga.

2. Karena makalah ini kami merasa jauh dari kesempurnaan, maka kami sangat mengharapkan
masukan dan kritikan yang sifatnya membangun guna memperbaiki penyusunan makalah yang
akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Setiadi, Elly M. 2005. Panduan Kuliah PENDIDIKANPANCASILA


untuk perguruan tinggi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai