Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
mencurahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya kepada kami. Atas rahmat, taufik,
dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Konstitusi Nasional Indonesia untuk memenuhi tugas mata kuliah
kewarganegaraan.
Makalah ini kami susun sebagai panduan bagi mahasiswa untuk lebih
mengetahui mengenai Konstitusi Nasional Indonesia . Makalah tentang
Konstitusi Nasional Indonesia yang disusun mahasiswa ini merupakan wujud
nyata hasil karya tulis mahasiswa sederhana sebagai implementasi mata kuliah di
kelas.
Kami menyadari bahwa hasil makalah tentang materi ini masih kurang
sempurna dan terdapat banyak kekurangan. Oleh sebab itu, dengan rasa rendah
hati kami mengharapkan saran, kritik, dan masukan yang positif demi
sempurnanya makalah ini.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Menurut E.C.S Wade dalam bukunya “Constitutional Law” (Miriam Budiardjo,
2007, 96) undang-undang dasar adalah naskah yang memaparkan rangka dan
tugastugas pokok dari badan-badan pemerintahan suatu negara dan menentukan
pokok-pokok cara kerja badan-badan tersebut. Ditinjau dari segi kekuasaan maka
undang-undang dasar dapat dipandang sebagai lembaga atau kumpulan asas-asas
yang menetapkan bagaimana kekuasaan itu dibagi antara beberapa lembaga
kenegaraan. Dalam negara yang menganut asas demokrasi konstitusional undang-
undang dasar mempunyai fungsi yang khas yaitu membatasi kekuasaan
pemerintahan sedemikian rupa sehingga penyelenggara kekuasaan tidak bersifat
sewenang-wenang. Sehingga hak-hak warga negara diharapkan terlindungi.
Setiap undang-undang dasar memuat ketentuan-ketentuan mengenai soal-soal
sebagai berikut 1)Organisasi Negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan
legislatif, eksekutif dan yudikatif; dalam Negara federal pembagian kekuasaan
antara pemerintah federal dengan pemerintah Negara bagian; prosedur penyelesaian
masalah pelanggaran yurisdiksi oleh salah satu badan pemerintah dan sebagainya.
2)Hak-hak asasi manusia. 3)Prosedur mengubah undang-undang dasar.
4)Adakalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari undang-undang
dasar. Hal ini untuk menghindari terulangnya kembali hal-hal yang baru saja diatasi.
5)Memuat cita-cita rakyat dan asas asas ideologi negara.
1. Soehino
Konstitusi adalah dokumen yang memuat aturan-aturan hukum dan
ketentuan-ketentuan hukum yang pokok-pokok atau dasar-dasar yang
sifatnya, baik tulisan maupun tidak tertulis yang mengambarkan tentang
sistem ketatanegaraan suatu negara.[6]
2. L. J. Van Apeldoorn
Gronwet atau UUD adalah bagian tertulis dari suatu konstitusi, sedangkan
constitution memuat baik peraturan tertulis maupun yang tidak tertulis.[7]
4
3. Herman Heller
Pengertian konstitusi dibagi menjadi tiga, yaitu konstitusi mencerminkan
kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai suatu kenyataan
(mengandung arti politis dan sosiologis), konstitusi sebagai kaidah yang
hidup dalam masyarakat (mengandung arti hukum atau yuridis), dan
konstitusi sebagai kesepakatan yang ditulis dalam suatu naskah sebagai
undang-undang yang tertinggi yang berlaku dalam suatu negara.[8]
4. C. F. Strong
Pengertian konstitusi adalah kumpulan asas-asas yang menyelenggarakan
kekuasaan pemerintahan serta hak-hak dari pemerintah dan hubungan antara
pemerintah dan yang diperintah, yang menyangkut hak-hak asasi manusia.[9]
5. F. Lasalle
Secara sosiologis dan politis, konstitusi adalah naskah yang memuat
bangunan negara dan sendi pemerintahan. Konstitusi megandung pengertian
yang lebih luas dari UUD. Namun, secara yuridis terdapat faham kodifikasi
yang menyamakan konstitusi dengan UUD.[10]
6. K. C. Wheare
Pengertian konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraan dari suatu
negara, berupa kumpulan peraturan yang membentuk, mengantur, atau
memerintah dalam pemerintahan negara.
Selain itu, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD
1945) ini adalah sumber hukum tertinggi dari negara Indonesia. Undang-Undang
Dasar atau konstitusi negara tidak hanya berfungsi membatasi kekuasaan
pemerintah, akan tetapi juga menggambarkan struktur pemerintahan suatu
negara. Menurut Savornin Lohman ada 3 (tiga) unsur yang terdapat dalam konstitusi
(Lubis, 1982: 48), yakni :
5
1. Konstitusi sebagai perwujudan perjanjian masyarakat (kontrak sosial), sehingga
menurut pengertian ini, konstitusi-konstitusi yang ada merupakan hasil atau
konklusi dari persepakatan masyarakat untuk membina negara dan
pemerintahan yang akan mengatur mereka.
2. Konstitusi sebagai piagam yang menjamin hak-hak asasi manusia, berarti
perlindungan dan jaminan atas hak-hak manusia dan warga negara yang
sekaligus penentuan batas-batas hak dan kewajiban baik warganya maupun
alat-alat pemerintahannya.
3. Konstitusi sebagai forma regimenis, yaitu kerangka bangunan pemerintahan.
6
3. Pedoman Pelaksanaan Negara, di Indonesia diwujudkan melalui pembagian
kekuasaan ke dalam lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Lembaga
eksekutif oleh presiden dan wakil presiden. Lesislatif oleh Dewan Perwakilan
Rakyat atau DPR, Majelis Permusyawaratan Rakyat atau MPR, dan Dewan
Perwakilan Daerah atau DPD. Sedangkan yudikatif oleh Mahakamah Agung atau
MA, Mahkamah Konstitusi atau MK, dan Komisi Yudisial atau KY. Sehingga
tujuan negara dapat diwujudkan melalui tata cara dan pedoman sesuai wewenang
masih-masing lembaga.
Salah satu nilai yang dianut dalam paham konstitusionalisme adalah supremasi
konstitusi. Konstitusi-lah yang memiliki kedudukan paling tinggi dibanding kekuasaan.
Konstitusi yang membawahkan kekuasaan, bukan sebaliknya. Kekuasaan negara harus
dijalankan dalam bingkai pembatasanpembatasan yang ditetapkan konstitusi. Bagi
Indonesia, pembatasan kekuasaan dan penegasan bahwa kekuasaan itu berada dan tunduk
pada hukum dimuat dalam UUD 1945 sebagai konstitusi negara. Supremasi konstitusi
dimaksud dimuat dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945. Dalam ketentuan tersebut dinyatakan
bahwa Indonesia ialah negara hukum. Norma hukum dasar dimaksud mengukuhkan
supremasi hukum atau supremasi konstitusi dalam kekuasaan negara. Kekuasaan negara
di mana rakyat berdaulat di dalamnya harus dijalankan di bawah ketentuan konstitusi
sebagai hukum tertinggi dalam negara. Supremasi konstitusi tersebut juga dapat dibaca
dalam ketentuan UUD 1945 yang mengatur tentang kedaulatan rakyat, yaitu Pasal 1 ayat
(2) UUD 1945. Norma dimaksud menyatakan, Kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut UndangUndang Dasar. Artinya, kedaulatan rakyat dalam negara
mesti dijalankan menurut ketentuan UUD 1945. Segala pembatasan yang ditentukan
dalam konstitusi merupakan panduan bagi berjalannya kekuasaan negara yang didasarkan
atas kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat. Dalam konteks ini, UUD 1945 menganut
apa yang disebut sebagai konvergensi kedaulatan rakyat dengan kedaulatan hukum, di
mana kedaulatan hukum diposisikan sebagai bingkai bagi kedaulatan rakyat.
7
2.5 Konstitusi Demokratis
Dua karakteristik utama negara-negara modern adalah dianutnya prinsip demokrasi dan
adanya konstitusi yang menjadi hukum dasar kehidupan berbangsa dan bernegara. Kedua
karakteristik itu bukannya tidak saling berhubung, tetapi justru tidak terpisahkan.
Konstitusi dapat dikatakan sebagai salah satu wujud sekaligus piranti hukum demokrasi.
Demokrasi modern dibangun atas prinsip kedaulatan rakyat, yang artinya kekuasaan
tertinggi dalam suatu negara ada di tangan rakyat. Kekuasaan itu ditransformasikan ke
dalam organisasi negara melalui teori perjanjian sosial sebagai dasar berdiri dan
penyelenggaraan negara.Mengingat kesepakatan yang dibuat adalah oleh seluruh rakyat
yang merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, maka konstitusi pun menjadi hukum
tertinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (the supreme law of the land). Dasar
hukum supremasi konstitusi sesungguhnya adalah karena asumsi tentang kedudukan dan
kedaulatan yang dimiliki pembuatnya (constituent power). Konstitusi mengikat para
pembuatnya, yaitu rakyat, dan organisasi negara yang dibentuk oleh konstitusi itu sendiri.
8
2.5.2 Konstitusi Menjaga Demokrasi
Demokrasi, yang menggunakan mekanisme prosedural utama pemilu, dipercaya
merupakan sistem negara terbaik yang ada saat ini. Demokrasi prosedural
menggantungkan masa depan negara pada pilihan rakyat terhadap kekuatan-
kekuatanberkompetisi memperebutkan kekuasaan negara. Demokrasi harus
dimaknai tidak hanya sebagai mekanisme prosedural pemilihan wakil rakyat dan
pembentukan pemerintahan yang dipilih oleh rakyat. Demokrasi harus dimaknai
secara substansial, yaitu penghargaan dan perlindungan hak asasi manusia,
pemerintahan yang terbatas, serta penyelenggaraan pemerintahan yang dilakukan
harus sesuai dengan kehendak rakyat yang digariskan dalam konstitusi. Kebijakan
negara, atau undang-undang, walaupun dibuat oleh lembaga yang dipilih secara
demokratis dan dirumuskan melalui prosedur yang sah, harus dibatalkan apabila
substansinya bertentangan atau melanggar substansi demokrasi. Dengan demikian,
konstitusi sebagai perjanjian sosial tertinggi menentukan tidak hanya prosedur
demokrasi tetapi juga substansi pemerintahan negara yang demokratis.
Perjalanan konstitusi di Indonesia dimulai sejak satu hari setelah Ir. Soekarno
mendeklarasikan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus
1945. Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
mengesahkan revolusi grondwet atau naskah yang kemudian dinamakan UUD 1945.
Dalam sejarah perkembangan ketatanegaraan Indonesia, ada empat macam UUD
dalam empat periode pergantian konstitusi dari awal mula Indonesia merdeka hingga
sekarang. Keempat periode itu meliputi periode pertama berlaku UUD 1945, periode
kedua berlaku Konstitusi RIS 1949, periode ketiga berlaku Undang-Undang Dasar
Sementara (UUDS) 1950, dan periode keempat berlaku kembali UUD 1945 beserta
Penjelasannya.
Setelah itu, UUD 1945 diubah berturut-turut pada tahun 1999, 2000, 2001, 2002
dengan menggunakan naskah yang berlaku mulai 5 Juli 1959 sebagai standar dalam
melakukan perubahan di luar teks yang kemudian dijadikan lampiran yang tak
terpisahkan dari naskah UUD 1945.
9
Sejarah Lahirnya UUD 1945
Sebagai konstitusi negara Republik Indonesia, sejarah lahirnya UUD 1945 tidak lepas
dari sejarah perjuangan kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Setelah tiga setengah
abad menjajah Indonesia, pada tanggal 9 Maret 1942, Pemerintah Hindia Belanda
menyerah tanpa syarat kepada Jepang dan mulailah pendudukan Jepang di Indonesia.
Namun hanya tiga tahun berselang, kondisi Jepang terdesak oleh Sekutu. Dalam kondisi
tersebut, Jepang menjanjikan kemerdekaan Indonesia yang disampaikan oleh Perdana
Menteri Jepang, Koiso, pada tanggal 7 September 1944 berdasarkan keputusan Teikoku
Gikai (Parlemen Jepang).
Pada tanggal 1 Maret 1945, Saikoo Sikikan, Panglima Balatentara Dai Nippon di Jawa,
mengeluarkan pengumuman yang berisi rencana pembentukan sebuah badan untuk
menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan. Rencana tersebut kemudian diwujudkan
pada tanggal 29 April 1945 melalui Maklumat Gunseikan (Komandan Angkatan Darat
Jepang) Nomor 23 tentang pembentukan Dokuritzu Zyunbi Tyoosakai yang kemudian
dikenal dengan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI).
Para anggota BPUPKI dilantik pada 28 Mei 1945 oleh Letjen Yuichiro Nagano. Sehari
setelah itu, BPUPKI langsung menggelar sidang yang membahas mengenai rancangan
UUD.
BPUPKI mengadakan dua kali sidang. Sidang pertama diadakan pada 29 Mei 1945
hingga 1 Juni 1945 di gedung Cuo Sangi In, Jalan Pejambon 6 Jakarta (sekarang gedung
Pancasila). Sidang ini dikenal dengan rapat mencari Dasar Negara Indonesia. Sidang kedua
BPUPKI dilaksanakan pada tanggal 10-17 Juli 1945. Pada sidang kedua itu, dibentuk
Panitia Hukum Dasar yang bertugas membuat rancangan undang-undang dasar. Panitia
tersebut beranggotakan 19 orang yang diketuai oleh Soekarno. Setelah melalui beberapa
kali sidang, pada 17 Juli 1945, BPUPKI menerima dan menyetujui rumusan tersebut
menjadi rancangan undang-undang dasar.
10
Setelah BPUPKI menyelesaikan tugas-tugasnya, pemerintah pendudukan Jepang
membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dalam bahasa Jepang
disebut Dokuritu Zyunbi Iinkai. PPKI bertugas menyiapkan segala sesuatu tentang
kemerdekaan. PPKI mulai melaksanakan tugasnya sejak 9 Agustus 1945 dan segera
menyelesaikan segala permasalahan yang terkait dengan kemerdekaan, terutama persoalan
undang-undang dasar yang sudah ada rancangannya. Sesuai dengan rencana, pada 24
Agustus 1945, kemerdekaan Indonesia dapat disahkan oleh pemerintah Jepang di Tokyo.
Sebelum Jepang menyerahkan kekuasaannya kepada Sekutu, atas desakan golongan
pemuda, bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945 dengan
dibacakannya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia oleh Soekarno-Hatta.Badan
ini (PPKI) segera menjadwalkan sebuah pertemuan pada 18 Agustus 1945 dan menetapkan
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia hasil rumusan BPUPKI dengan beberapa
perubahan dan penambahan.
Naskah UUD 1945 yang disahkan oleh PPKI meliputi Pembukaan dan pasal-pasal yang
terdiri atas 71 butir ketentuan tanpa sebuah penjelasan. Pengesahan UUD 1945 ditetapkan
oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) pada sidangnya tanggal 29 Agustus 1945.
Konstitusi tersebut terbagi atas tiga bagian. Pertama, Mukaddimah Konstitusi yang
dinamai bagian Pembuka. Kedua, Batang Tubuh Konstitusi yang terbagi atas XV Bab
dalam 36 Pasal. Ketiga, bagian Penutup Konstitusi yang terbagi atas Bab XVI pasal 37
tentang perubahan Undang-undang Dasar, Aturan Peralihan dalam IV pasal dalam dua
ayat.
11
2. Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950
12
Perubahan itu dilakukan karena Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde
Lama dianggap kurang mencerminkan pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 secara
murni dan konsekuen.
13
Mengenai prosedur perubahan konstitusi, menurut C.F. Strong (Thaib, 2003: 51),
bahwa cara perubahan konstitusi ada empat macam yaitu; (1) perubahan konstitusi yang
dilakukan oleh pemegang kekuasaan legislatif menurut pembatasan-pembatasan tertentu,
(2) perubahan konstitusi yang dilakukan oleh rakyat melalui suatu referendum, (3)
perubahan konstitusi yang dilakukan oleh sejumlah negara-negara bagian yang terdapat
pada negara berbentuk Serikat, (4) perubahan konstitusi yang dilakukan dalam suatu
konvensi atau dilakukan oleh suatu lembaga negara khusus yang dibentuk hanya untuk
keperluan perubahan.
Sejak bergulirnya gerakan reformasi, UUD 1945 telah mengalami perubahan. Prosedur
perubahan UUD 1945 tersebut berdasarkan ketentuan Pasal 37 bahwa untuk merubah
UUD 1945, harus hadir sekurang-kurangnya 2/3 daripada jumlah anggota MPR, dan
kemudian putusan diambil atas persetujuan sekurangkurangnya 2/3 dari anggota yang
hadir. Setelah Amandemen keempat, Pasal 37 UUD 1945 pengalami perubahan bahwa
untuk perubahan Pasal-Pasal UUD dapat dilakukan jika diajukan sekurang-kurangnya oleh
1/3 anggota MPR. Keputusan tentang perubahan diambil jika Sidang MPR dihadiri oleh
sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR.
Pada bagian ini dibahas perubahan UUD 1945, perubahan pertama, kedua, ketiga dan
keempat dengan fokus substansi perubahan yang terjadi. Pada perubahan pertama,
substansi perubahan dimaksudkan untuk pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil
Presiden, hanya dua periode masa jabatan saja. Perubahn kedua, substansi perubahan
dimaksudkan untuk mempertegaskan hal-hal tentang Hak-hak Asasi Manusia dan
memperkokoh eksistensi DPR sebagai lembaga legislatif. Perubahan ketiga, substansi
perubahan dimaksudkan untuk mengembalikan kedaulatan rakyat dari MPR kepada
rakyat, sehingga berimplikasi pada Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara
langsung oleh rakyat. Perubahan ketiga juga dimaksudkan untuk memperkokoh
independensi kekuasaan kehakiman. Perubahan keempat, 14 DEMOKRASI Vol. IV No.1
Th. 2005 substansinya dimaksudkan untuk penghapusan Dewan Pertimbangan Agung, dan
mempertegas persyaratan pengisian dan tata cara pengisian Jabatan Presiden dan Wakil
Presiden.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa penulisan masih jauh dari
kata sempurna,kedepannya kami akan lebih berhati hati dalam menjelaskan
tentang makalah dengan sumber sumber yang lebih banyak dan dapat lebih
dipertanggung jawabkan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Kus Edy Sartono"kajian konstitusi indonesia dari awal kemerdekaan sampai reformasi konstitusi
pasca orde baru" Effendi Bahtiar. 2000. Reformasi Konstitusi Sebagai Prasyarat Demokratisasi
Pengalaman Indonesia. Analisis CSIS Tahun XXIX/2000, No. 4.Jimly Assiddiqie. 2007. Pokok-Pokok
Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia
M Agus Santoso"Perkembangan konstitusi di Indonesia" MD, Muh, Mahfud. 2003. Demokrasi dan
Konstitusi di Indonesia, Studi Tentang Interaksi politik dan Kehidupan Ketatanegaraan. Jakarta:
Rineka Cipta.
https://nasional.kompas.com/read/2022/02/09/00000011/tujuan-dan-fungsi-
konstitusi#:~:text=Tujuan%20konstitusi%20adalah%20untuk%20memberikan,dibutuhkan%20untuk
%20mengawasi%20jalannya%20pemerintahan
https://www.kompas.id/baca/paparan-topik/2021/10/18/sejarah-konstitusi-di-indonesia-dari-
lahirnya-uud-1945-hingga-amendemen?status=sukses_login&status_login=login