Dosen pengampu:
Teguh setiabudi,M.H
Di susun oleh :
Mutma: 123
II
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. Atas karunia-NYA berupa akal agar kita bisa
bertadabbur dan bertafakkur atas segala nikmat dari-NYA.
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,
dorongan, bimbingan dan arahan kepada penyusun.Dalam makalah ini kami
menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala saran dan kritik guna
perbaikan dan kesempurnaan sangat kami nantikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.
penyusun
II
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagai Negara yang berdasarkan hukum, tentu saja Indonesia memiliki konstitusi
yang dikenal dengan undang-undang dasar 1945. Eksistensi Undang-Undang Dasar
1945 sebagai konstitusi di Indonesia mengalami sejarah yang sangaat panjang hingga
akhirnya diterima sebagai landasan hukum bagi pelaksanaan ketatanegaraan di
Indonesia.
Dalam sejarahnya, Undang-Undang Dasar 1945 dirancing sejak 29 Mei 1945 sampai
16 Juni 1945 oleh badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) atau dalam bahasa jepang dikenal dengan dokuritsu zyunbi tyoosakai yang
beranggotakan 21 orang, diketuai Ir. Soekarno dan Drs. Moh, Hatta sebagai wakil
ketua dengan 19 orang anggota yang terdiri dari 11 orang wakil dari Jawa, 3 orang
dari Sumatra dan masing-masing 1 wakil dari Kalimantan, Maluku, dan Sunda kecil.
Badan tersebut (BPUPKI) ditetapkan ber dasarkan maklumat gunseikan nomor 23
bersamaan dengan ulang tahun Tenno Heika pada 29 April 1945 (Malian, 2001:59).
Badan ini kemudian menetapkan tim khusus yang bertugas menyusun konstitusi bagi
Indonesia merdeka yang kemudian dikenal dengan nama Undang-Undang Dasar 1945
(UUD’45). Para tokoh perumus itu adalah antara lain Dr. Radjiman Widiodiningrat,
Ki Bagus Hadikoesoemo, Oto Iskandardinata, Pangeran Purboyo, Pangeran
Soerjohamidjojo, Soetarjo Kartohamidjojo, Prop. Dr. Mr. Soepomo, Abdul Kadir, Drs.
Yap Tjwan Bing, Dr. Mohammad Amir (Sumatra), Mr. Abdul Abbas (Sumatra), Dr.
Ratulangi, Andi Pangerang (keduanya dari Sulawesi), Mr. Latuharhary, Mr. Pudja
(Bali), AH. Hamidan (Kalimantan), R.P. Soeroso, Abdul WACHID hasyim dan Mr.
Mohammad Hasan (Sumatra).
B. POKOK PERMASALAHAN
Beberapa pokok permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain;
1. Pengertian konstitusi?
2. Kedudukan konstitusi sebagai hukum dasar dan hukum tertinggi?
3. Isi,tujuan,dan fungsi konstitusi Negara?
4. UUD sebagai konstitusi Negara Indonesia?
5. Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia?
6. Proses amandemen UUD 1945
II
7. Isi UUD 1945 di Indonesia
C. TUJUAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari pada ditulisnya makalah ini antara lain;
II
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
TUJUAN ........................................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN
PENGERTIAN KONSTITUSI...................................................................
KESIMPULAN ................................................................................................
SARAN ..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..
II
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konstitusi berasal dari bahasa Latin “constitutio” konstitusi memuat aturan dan
prinsip-prinsip entitas politik dan hukum, istilah ini merujuk secara khusus untuk
menetapkan konstitusi nasional sebagai prinsip-prinsip dasar politik, prinsip-prinsip
dasar hukum termasuk dalam bentukan struktur, prosedur, wewenang dan kewajiban
pemerintahan negara pada umumnya, Konstitusi umumnya merujuk pada penjaminan
hak kepada warga masyarakatnya. Konstitusi dalam negara adalah sebuah norma
sistem politik dan hukum bentukan pada pemerintahan negara – biasanya
dikodifikasikan sebagai dokumen tertulis – Dalam kasus bentukan negara,
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
www.artikel bagus.com
II
BAB II
PEMBAHASAN KONSTITUSI
A.PENGERTIAN KONSTITUSI
Dalam istilah bahasa belanda, konstitusi atau undang-undang itu berasal dari kata
“grondwet” yang berasal dari kata “gront” berarti tanah dan “wet” berarti undang-
undang. Dan dalam Negara-negara yang menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa
nasional konstitusi itu biasa di istilahkan dengan constitution. Sedangkan dalam
praktik kontitusi itu dapat brarti lebih luas dari pengertian dasar, meskipun ada pula
yang menyamakannya dengan undang-undang dasar.
Konstitusi juda di artikan sebagai hukum dasar. Para pendiri Negara kita ( the
founding fathers) mengunakan istilah kontitusi sebagai hokum dasar. Dalam
pengertian UUD 1945 di sebutkan ; undang-undan dasar suatu Negara adalah hokum
dasar yang tertulis , sedangkan di samping undang-undang dasar tersebut berlaku juga
undang-undang yang tidak tertulis, ya’itu aturan-aturan dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktik penyelengaraan Negara. dan hokum yang tidaktertulis itu di
namakan dengan konvensi.
Istilah Pengertian
pengertian
konstitusi menurut konstitusi memuat baik peraturan tertulis maupun
L.j Van peraturan tak tertulis
Apeldoorn
II
Istilah Pengertian
II
2. Konstitusi dalam arti sempit :
Adalah hukum dasar tertulis yaitu undang-undang dasar. Di Indonesia disebut juga
dengan UUD 1945dan Konstitusi dalam arti absolut mempunyai 4 sub pengertian
yaitu;
1. Konstitusi sebagai kesatuan organisasi yang mencakup hukum dan semua organisasi
yang ada di dalam negara.
2. Konstitusi sebagai bentuk negara.
3. Konstitusi sebagai faktor integrasi.
4. Konstitusi sebagai sistem tertutup dari norma hukum yang tertinggi di dalam negara .
Konstitusi dalam arti relatif dibagi menjadi 2 pengertian yaitu konstitusi sebagai
tuntutan dari golongan borjuis agar haknya dapat dijamin oleh penguasa dan konstitusi
sebagai sebuah konstitusi dalam arti formil (konstitusi dapat berupa tertulis) dan
konstitusi dalam arti materiil (konstitusi yang dilihat dari segi isinya).konstitusi dalam
arti positif adalah sebagai sebuah keputusan politik yang tertinggi sehingga mampu
mengubah tatanan kehidupan kenegaraan.konstitusi dalam arti ideal yaitu konstitusi
yang memuat adanya jaminan atas hak asasi serta perlindungannya.
B.KEDUDUKAN KONSTITUSI
II
dasar karena dia berisi aturan dan ketentuan tentang hal-hal yang mendasar dalam
kehidupan suatu Negara. secara kusus konstitusi memuat aturan tentang badan-badan
pemerintahan(lembaga-lembaganegara),sekaligus memberikan kewenagan kepadanya.
Jadi, konstitusi menjadi; (a) dasr adanya dan (b)sumber kekuasaan bagi setiap
kekuasaan baadan legislative(pembuat undang-undang), maka UUD juga merupakan
(c)dasar adanya dan sumber bagi isi aturan hukum yang ada di bawahnya
konstitusi lazimnya juga di beri kedudukan sebagai hukum tertinggi dalam tata hukum
Negara yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa aturan-aturan yang terdapat dalam
konstitusi,secara hierarkis mempunyai kedudukan lebih tinggi(superior)terhadap
aturan lainnya. Oleh karena itu aturan-aturan lain yang dibuat oleh pembentuk
undang-undang harus sesuwai atau tidak bertentangan dengan undang-undang
dasar.Lebih lagi dijelaskan oleh Simanjuntak, NH. (2007:34) dalam bukunya
Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMP/MTS kelas VIII, konsekuensi yuridis yang
diperoleh dari UUD yang menempati posisi tertinggi ialah bahwa seluruh peraturan
yang ada di bawahnya harus dijiwai oleh substansi dan materi muatan konstitusi
tersebut. Oleh karenanya tidak dibenarkan jika dalam membuat peraturan baru tanpa
melihat muatannya dalam konstitusi apa lagi jika sampai melanggar atau bertentangan
dengan konstitusi. Ditetapkannya susunan ketatanegaraan yang berifat fundamental
Secara umum ada 3 hal pokok yang harus terkandung di dalam konstitusi atau UUD,
yakni sebagai berikut:
Kesimpulan
Dari sedikit penjabaran di atas dapat kita simpulkan kedudukan sekaligus fungsi
konstitusi atau Undang-Undang Dasar adalah sebagai berikut:
II
1. Konstitusi berfungsi sebagai dokumen nasional yang mengandung perjanjian luhur,
yang berisikan kesepakatan tentang politik, hukum, budaya, ekonomi, kesejahteraan
dan aspek fundamental yang menjadi tujuan negara.
2. Konstitusi sebagai piagam kelahiran negara baru.
3. Konstitusi sebagai sumber hukum tertinggi.
4. Konstitusi sebagai identitas nasional dan lambng persatuan.
5. Konstitusi sebagai alat membatasi kekuasaan.
6. Konstitusi sebagai penjamin HAM dan kebebasan warga negara
Konstitusi sebagai tonggak atau awal terbentuknya suatu Negara. konstitusi menjadi
dasar utama bagi penyelengaraan bernegara. Karena itu konstitusi menepati posisi
penting, dan setrategis dalam kehidupan ketatanegaraan suatu Negara.Setiap negara
modern pasti memiliki sebuah panduan (konstitusi) sebagai dasar menjalankan
pemerintahan. Pada jaman dahulu konstutusi dibuat untuk membatasi kekuasaan para
raja dan kaum bangsawan terhadap rakyat. Konstitusi lahir dari sebuah konsep
perjanjian agung antara penguasa dengan rakyatnya. Perlahan peranan konstitusi
semakin jelas sebagai pengawal hak rakyat dimana rakyat menundukkan diri pada
penguasa untuk dipimpin. Ketundukan tersebut harus dibayar dengan kemakmuran
dan jaminan bagi rakyat untuk mengakses hak dasar mereka. Hal tersebut dicatatkan
dalam sebuah dokumen suci bernama konstitusi.
II
negara dan petokan kebijaksanaan yang mengikat penguasa.konstitusi menurut Hans
Kelsen memberi kekuasaan membentuk hukum kepada pihak yang ditentukan.
Konstitusi menempati kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan ketatanegaran
suatu negaraara. .
II
perannya dari sekedar penjaga keamanan dan kepentingan hidup rakyat terhadap
kezaliman golongan penguasa, menjadi senjata pamungkas rakyat untuk mengakhiri
kekuasaan sepihak satu golongan dalam sistem monarkhi dan Oligarkhi, serta untuk
membangun tata kehidupan baru atas dasar landasan kepentingan bersama rakyat
dengan menggunakan berbagai ideologi seperti: Individualisme, liberalisme,
universalisme, demokrasi, dsb.
Dalam sejarahnya di dunia barat, konstitusi dimaksudkan untuk menentukan batas
wewenang penguasa, menjamin hak rakyat dan mengatur jalannya pemerintahan.
dengan kebangkitan paham kebangsaan sebagai kekuatan pemersatu, serta dengan
kelahiran demokrasi sebagai paham politik yang progresif dan militan, konstitusi
menjamin alat rakyat untuk konsolidasi kedudukan hukum dan politik, untuk mengatur
kehidupan bersama dan untuk mencapai cita-citanya dalam bentuk negara. Berhubung
dengan itu konstitusi di zaman modern tidak hanya memuat aturan-aturan hukum,
tetapi juga merumuskan atau menyimpulkan prinsip-prinsip hukum, haluan negara dan
patokan kebijaksanaan, yang kesemuanya mengikat penguasa.
Pada prinsipnya tujuan konstitusi adalah untuk membatasi kesewenangan tindakan
pemerintah, untuk menjamin hak-hak yang diperintah, dan merumuskan pelaksanaan
kekuasaan yang berdaulat. Pendapat yang hampir senada disampaikan oleh
Loewenstein di dalam bukunya Political Power and the Governmental Process, bahwa
konstitusi itu suatu sarana dasar untuk mengawasi proses-proses kekuasaan. Oleh
karena itu setiap konstitusi senantiasa mempunyai dua tujuan:
1. Untuk memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap kekuasaan politik.
2. Untuk membebaskan kekuasaan dari kontrol mutlak para penguasa, serta
menetapkan bagi para penguasa tersebut batas-batas kekuasaan mereka.
II
negara harus dijalankan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Bagir Manan mengatakan
bahwa hakikat konstitusi atau konstitusionalisme yaitu pembatasan terhadap
kekuasaan pemerintah di satu pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga negara
maupun setiap penduduk di pihak lain.
Sejalan dengan perlunya konstitusi sebagai instrumen untuk membatasi kekuasaan
dalam suatu negara, Miriam Budiarjo mengatakan:
“Di dalam negara-negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi konstitusional,
undang-undang dasar mempunyai fungsi yang khas yaitu membatasi kekuasaan
pemerintah sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat
sewenang-wenang. Dengan demikian diharapkan hak-hak warga negara akan lebih
terlindungi”. (Budiarjo, 1978: 96)
dalam konteks pentingnya konstitusi sebagai pemberi batas kekuasaan tersebut,
Kusnardi menjelaskan bahwa konstitusi dilihat dari fungsinya terbagi ke dalam dua (2)
bagian yaitu membagi kekuasaan dalam negara, dan membatasi kekuasaan pemerintah
atau penguasa dalam negara. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa bagi mereka yang
memandang negara dari sudut kekuasaan dan menganggap sebagai organisasi
kekuasaan, bagaimana kekuasaan dibagi diantara beberapa lembaga kenegaraan,
seperti antara lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif.
Selain sebagai pembatas kekuasaan, konstitusi juga digunakan sebagai alat untuk
menjamin hak-hak warga negara. Hak-hak tersebut mencakup hak-hak asasi, seperti
hak untuk hidup, kesejahteraan hidup dan hak kebebasan.
Mengingat pentingnya konstitusi dalam suatu negara ini, stricken dalam bukunya “Het
Staatsrecht Van Het Keninkrijk Der Nederlander” menyebutkan bahwa undang-
undang dasar sebagai konstitusi tertulis merupakan dokumen formal yang berisikan:
1. Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang lampau
2. Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa.
3. Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan baik untuk waktu
sekarang maupun untuk waktu yang akan datang.
4. Suatu keinginan dimana perkembangan kehidupan ketatanegaraan bangsa hendak
dipimpin.
Keempat materi yang terdapat dalam konstitusi atau undang-undang tersebut
menunjukkan arti pentingnya suatu konstitusi yang menjadi barometer kehidupan
bernegara dan berbangsa, serta memberikan arahan dan pedoman bagi generasi
penerus bangsa dalam menjalankan suatu negara. Dan pada prinsipnya, semua agenda
penting kenegaraan serta prinsip-prinsip.
II
D. UUD 1945 SEBAGAI KONSTITUSI NEGARAINDONESIA
Undang-undang Dasar 1945 merupakan konstitusi bagi Negara Indonesia. Sebagai
dasar hukum, UUD 1945 memegang peranan dalam mewujudkan nilai-nilai luhur
yang terkandung dalam ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.
Pancasila merupakan hukum diatas segala hukum (staats fundamental norm). Artinya
UUD 1945 sebagai dasar hukum, dalam pembuatannya tidak boleh beretentangan dan
harus mematuhi nilai-nilai yang terdapat pada Pancasila, sebab UUD 1945 adalah
hukum yang setingkat di bawah Pancasila (walaupun tidak tertera secara langsung
dalam UU). Maka dari itu, dikenal lah sebuah asas yang berbunyi lex superior derogat
legi inferior, artinya, hukum yang lebih tinggi menjadi acuan hukum yang lebih
rendah.
UUD 1945 dalam proses pelaksanaannya tidak bersifat sattis/absolut. UUD 1945 dapat
diamandemen sesuai dengan keadaan dan kebutuhan negara. Bahkan soal perubahan
UUD ini sudah tertuang sendiri pada batang tubuh UUD 1945 Pasal 37. Dalam
perubahannya ini juga UUD 1945 harus tetap mematuhi asas lex superior derogat legi
inferior. Sampai saat tulisan ini ditulis, UUD 1945 sudah mengalami 4 kali
amandemen.
Setiap warga negara Indonesia beserta pemerintah wajib mematuhi apa yang sudah
tertulis dalam UUD 1945. Sebab dengan cara ini, tujuan negara dalam
menyelenggarakan kepentingan umum tanpa menyingkirkan kepentingan pribadi
dapat terlaksana dengan baik dan bijaksana
II
disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI). Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite Nasional
Indonesia Pusat (KNIP) yang bersidang pada tanggal 29 Agustus 1945. Naskah
rancangan UUD 1945 Indonesia disusun pada masa Sidang Kedua Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK). Konstusi ini di tuangkan dalam satu
dokumen saja tanpa ada dokumen lainnya yang juga merupakan konstitusi seperti
yang ada di Negara Denmark( 2 dokumen) dan Swedia (4 dokumen).
Menurut sifatnya UUD 1945 termasuk konstitusi yang Rigid (kaku) karena UUD
1945 hanya dapat diubah dengan cara tertentu secara khusus dan istimewa tidak
seperti mengubah peraturan perundangan biasa. Hal ini dijelaskan dalam BAB XVI
PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR pasal 37 ayat 1” Untuk mengubah
UUD sekurang-kurangnya 2/3 dari pada jumlah anggota MPR harus hadir” dan pasal 2
“Putusan Diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 dari pada jumlah
anggota yang hadir”.
Menurut kedudukannya UUD 1945 merupan konstitusi derajat tinggi karena UUD
1945 di jadikan dasar pembuatan suatu peraturan perundang-undangan yang lain.
Karena menjadi dasar bagi peratutan yang lain maka syarat untuk mengubahnyapun
lebih berat jika di bandingkan dengan yang lain. Mengakibatkan adanya hierarki
peraturan perundangan. Tata urutan peraturan perundang-undangan pertama kali diatur
dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, yang kemudian diperbaharui dengan
Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, dan terakhir diatur dengan Undang-undang No. 10
Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, dimana dalam
Pasal 7 diatur mengenai jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan
II
dalam BAB VI Perubahan, ketentuan-ketentuan peralihan dan ketentuan-ketentuan
penutup bagian satu perubahan, pasal 190 ayat (1), (2), pasal 191 Ayat (1), (2), (3),
bagian dua ketentuan-ketentuan peralihan pasal 192 Ayat (1), (2), pasal 193 Ayat
(1),(2).
II
1. Menurut bentuknya UUD ’45 amandemen termasuk konstitusi tertulis karena
dituangkan dalam satu bentuk dokumen formal.
5. Menurut bentuk negara UUD ’45, Indonesia menganut konstitusi dalam negara
kesatuan. Merujuk pada pasal 1 ayat 1 yang berbunyi “ Negara Indonesia ialah negara
kesatuan yang berbentuk Republik”.
II
Sistem Preside Parlemen Parlem Preside
pemerin nsial ter enter nsial
tahan
Dalam hal pembaruan konstitusi, perubahan yang dilakukan adalah ‘baru” secara
keseluruhan. Jadi, yang berlaku adalah konstitusi yang barn, yang tidak lagi ada
kaitannya dengan konstitusi lama atau asli. Sistem ini dianut oleh negara seperti
Belanda, Jerman, dan Prancis.
Alasan yang logis untuk menjawab alasan di atas adalah dihubungkan dengan
proses pembuatan konstitusi kita yang relatif singkat. Dimana banyak terjadi tekanan
akibat kondisi yang belum stabil. Oleh karena itu wajar jika banyak pasal-pasal
yangmulti tafsir dan perlu diadakan revisi/amandemen agar tetap sesuai dan berjalan
sebagaimana mestinya.
II
ISI UUD NEGARA INDONESIA TAHUN 1945
1. Organisasi negara, artinya mengatur lembaga-lembaga apa saja yang ada dalam suatu
negara dengan pembagian kekuasaan masing-masing serta prosedur penyelesaian
masalah yang timbul diantara lembaga tersebut.
2. Hak-hak asasi manusia
3. Prosedur mengubah Undang-Undang Dasar,
4. Ada kalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari undang-undang
dasar, seperti tidak dikehendaki terulangnya kembali munculnya seorang dictator atau
kembalinya pemerintahan kerajaan yang kejam misalnya.
5. Sering pula memuat cita-cita rakyat dan asas-asas ideologi negara.
II
mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, yang beranggotakan 62 orang bangsa
Indonesia, dan bersidang sejak tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan tanggal 16 Juli
1945 mempersiapkan segala sesuatu untuk sebuah negara baru termasuk
mempersiapkan sebuah Rancangan Undang-Undang Dasar. Oleh karenanya penetapan
dan pengesahan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan penetapan dan pengesahan
sebuah Undang-Undang Dasar sebagai hasil kesepakatan bangsa Indonesia yang
duduk di BPUPKI yang berasal dari berbagai daerah dan golongan yang ada. Dengan
demikian Undang-Undang Dasar 1945 inilah merupakan wujud persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia yang senasib dan sepenanggungan sebagai bekas bangsa
jajahan Belanda dan Jepang. Dengan kata lain Undang-undang Dasar 1945 memiliki
nilai pemersatu bangsa.
II