Anda di halaman 1dari 19

REVISI MAKALAH

KONSTITUSI DAN RULE OF LAW


MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI MATA KULIAH CIVIC
EDUCATION DENGAN DOSEN PENGAMPU DIAH RIYANI, M. Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:


SALMA NAZHIMAH (1911203012)
INAYATUL RAHMAH (1911203028)
AHMAD WILDAN (1911203047)
ANITA (1911203073)

PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SAMARINDA
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam. Shalawat dan
salam semoga dilimpahkan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW yang diutus
sebagai rahmat bagi sekalian alam, berserta keluarga dan para sahabatnya serta
para pengikutnya yang setia sampai hari kemudian.
            Makalah ini kami buat dengan maksud untuk menunaikan tugas kami pada
mata kuliah Civic Education mengenai “Konstitusi dan Rule of Law” Semoga
makalah ini memberi banyak manfaat dan memperluas ilmu pengetahuan.
            Akhirnya, hanya kepada Allah SWT kami mohon, semoga usaha ini
merupakan usaha yang murni bagi-Nya dan berguna bagi kita sekalian sampai hari
kemudian.
            Dan tak lain yang kami harapkan adalah syafaat dan berkah dari Nabi
Muhammad SAW. Semoga kita selalu dalam lindungan Illahi Rabbil Izzati, dan
mampu meneladani kemuliaan akhlaq beliau yang teruntai di dalam sunnah-
nabawiyah. Aamiin Ya Rabbal Aalamiin.

Samarinda, 28 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................1

C. Tujuan..................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Definisi Konstitusi......................................................................3

B. Hakikat dan Fungsi Konstitusi............................................................................4

C. Dinamika Pelaksanaan Konstitusi.......................................................................5

D. Institusi dan Mekanisme Pelaksanaan Konstitusi...............................................7

E. Pengertian Rule of Law.......................................................................................8

F. Latar Belakang Rule of Law................................................................................9

G. Fungsi dan Dinamika Pelaksanaan Rule of Law...............................................11

H. Kajian Kasus untuk Konstitusi dan Rule of Law..............................................13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................................14

B. Saran..................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konstitusi merupakan hukum dasar suatu negara yang berisi aturan
dan ketentuan tentang hal-hal yang mendasar dalam kehidupan suatu negara.
Jadi segala praktik-praktik dalam penyelenggaraan negara harus didasarkan
pada konstitusi dan tidak boleh bertentangan dengan konstitusi tersebut.
Gagasan ini memiliki fungsi untuk mengatur dan membatasi kekuasaan. Selain
itu, Negara yang berdasarkan konstitusi dan sering disebut sebagai Negara
hukum juga haruslah menyesuaikan kebutuhan untuk merespon perkembangan
relatif kekuasaan umum dalam suatu kehiduan umat manusia, sehingga dalam
praktiknya, konstitusi pastilah mengalami dinamika dalam penyesuaian
perkembangan zaman. Pengertian Negara hukum sebenarnya juga sangat sulit
dipisahkan dengan istilah Rule of Law, dimana banyak hal yang saling
berhubungan disini. Negara hukum haruslah senantiasa menegakan Rule of
Law yang isinya sangat berkaitan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dalam suatu Negara.
B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka Rumusan masalah yang akan


dipaparkan dalam makalah ini adalah:

1. Apa itu Konstitusi?


2. Apa hakikat dan fungsi dari konstitusi?
3. Apa saja dinamika pelaksanaan konstitusi?
4. Apa yang termasuk institusi dan mekannisme pelaksanaan konstitusi?
5. Apa itu Rule of Law?
6. Apa yang melatarbelakangi Rule of Law?
7. Apa saja fungsi dan dinamika pelaksanaan Rule of Law?
8. Contoh kasus apa saja konstitusi dan rule of law?

1
C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk memahami apa itu konstitusi


2. Untuk memahami hakikat dan fungsi dari konstitusi
3. Untuk memahami bagaimana dinamika pelaksanaan konstitusi
4. Untuk mengetahui apa yang termasuk institusi dan mekannisme
pelaksanaan konstitusi
5. Untuk memahami Rule of Law
6. Untuk mengetahui latar blakang Rule of Law
7. Untuk memahami fungsi dan dinamika pelaksanaan Rule of Law
8. Untuk mengetahui kasus yang terkait konstitusi dan Rule of Law

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Definisi Konstitusi
Mengenai istilah konstitusi dalam arti pembentukan, berasal dari bahasa
Perancis yaitu constituer, yang berarti membentuk. Yang dimaksud dengan
membentuk disini adalah membentuk suatu negara1. Pengertian konstitusi bisa
dimaknai secara sempit maupun secara luas. Konstitusi dalam arti sempit
hanya mengandung norma-norma hukum yang membatasi kekuasaan yang ada
dalam Negara. Sedangkan Konstitusi dalam arti luas adalah keseluruhan dari
ketentuan-ketentuan dasar atau hukum dasar, baik yang tertulis ataupun tidak
tertulis maupun campuran keduanya tidak hanya sebagai aspek hukum
melainkan juga “non-hukum”2. Menurut Soemantri Martosoewignjo, istilah
konstitusi berasal dari perkataan “Constitution”, yang dalam bahasa Indonesia
kita jumpai dengan istilah hukum yang lain, yaitu Undang-Undang Dasar
dan/atau Hukum Dasar. Seragam dengan pendapat diatas, Nyoman Dekker
mengemukakan bahwa konstitusi didalam pemahaman Anglo-Saxon sama
dengan Undang-Undang Dasar.3
Berlakunya suatu konstitusi sebagai hukum dasar yang mengikat
didasarkan atas kekuasaan tertinggi atau prinsip kedaulatan yang dianut dalam
suatu negara. Jika negara itu menganut paham kedaulatan rakyat, maka sumber
legitimasi konstitusi itu adalah rakyat. Jika yang berlaku adalah paham
kedaulatan raja, maka raja yang menentukan berlaku tidaknya suatu konstitusi,
hal inilah yang disebut oleh para ahli sebagai constituent power yang
merupakan kewenangan yang berada di luar dan sekaligus di atas sistem yang
diaturnya. Karena itu, di lingkungan negara-negara demokrasi, rakyatlah yang
dianggap menentukan berlakunya suatu konstitusi.4

1
Astim Riyanto, Teori Konstitusi, (Bandung: Yapemdo, 2000), h. 17.
2
A. Himmawan Utomo, “Konstitusi”, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
Pendidikan Kewarganegaran, (Yogyakarta: Kanisius, 2007), h. 2.
3
Astim Riyanto, ..., h. 19.
4
A. Himmawan Utomo, ..., h. 7.

3
Fungsi dasar konstitusi ialah mengatur pembatasan kekuasaan dalam
negara. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Prof. Bagir Manan bahwa
konstitusi ialah sekelompok ketentuan yang mengatur organisasi negara dan
susunan pemerintahan suatu negara.5 Konstitusi didalam suatu negara dianggap
penting karena konstitusi tersebut merupakan aturan dasar dari
penyelenggaraan negara, oleh karena itu di Indonesia sudah beberapakali
melakukan perubahan pada konstitusinya.

B. Hakikat dan Fungsi Konstitusi

Menurut Bagir Manan, hakikat dari konstitusi merupakan perwujudan


paham tentang konstitusi atau konstitusionalisme, yaitu pembatasan terhadap
kekuasaan pemerintah di satu pihak dan jaminan terhadap hak –hak warga
Negara maupun setiap penduduk pihak lain. Sedangkan menurut Sri Soemantri,
dengan mengutip pendapat Steenbeck, menyatakan bahwa terdapat tiga materi
muatan pokok dalam konstitusi, yaitu jaminan hak-hak asasi manusia, susunan
ketatanegaraan yang bersifat mendasar, dan pembatasan kekuasaan.
Dalam paham konstitusi demokrasi dijelaskan bahwa isi konstitusi
meliputi:
1. Anatomi kekuasaan tunduk pada hukum.
2. Jaminan dan perlindungan hak-hak asasi manusia.
3. Peradilan yang bebas dan mandiri.
4. Pertanggungjawaban kepada rakyat sebagai sendi utama dari asas
kedaulatan rakyat.
Konstitusi memiliki fungsi-fungsi yang oleh Jimly Asshidiqie, guru
besar hukum tatanegara UI diperinci sebagai berikut:
1. Fungsi penentu dan pembatas kekuasaan organ negara.
2. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara.
3. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ Negara dengan warga
negara.

5
A. Mukti Arto, Konsepsi Ideal Mahkamah Agung, (Jogjakarta : Pustaka Pelajar, 2001),
h. 10.

4
4. Fungsi pemberiatahuan sumber legitimasi terhadap kekuasaaan Negara
ataupun kegiatan penyelenggaraan kekuasaan negara.
5. Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kuasaan yang asli
(yang dalam system demokrasi adalah rakyat) kepada organ negara.
6. Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat (social control), baik
dalam arti sempit hanya di bidang social dan ekonomi.
7. Fungsi sebagai sarana perekayasa dan pembaruan masyarakat  (social
engineering atau social reform.
Carl J. Friedrich berpendapat, “konstitusionalisme adalah gagasan
bahwa pemerintah merupakan suatu kumpulan aktivitas yang diselenggarakan
atas nama rakyat, tetapi yang tunduk kepada beberapa pembatasan yang
dimaksud untuk memberi jaminan bahwa kekuasaan yang diperlukan untuk
pemerintahan itu tidak disalahgunakan oleh mereka yang mendapat tugas
untuk memerintah. Pembatasan yang dimaksud termaktub dalam konstitusi.”
Jadi, konstitusi memiliki fungsi untuk mengorganisir kekuasaan agar
tidak dapat digunakan secara paksa dan sewenang -wenang. Di dalam gagasan
konstitusinalisme, konstitusi atau undang-undang tidak hanya merupakan suatu
dokumen yang mencerminkan pembagian kekuasaan. Akan tetapi, dalam
gagasan konstitusionalisme, konstitusi dipandang sebagai lembaga yang
mempunyai fungsi khusus, yaitu menentukan dan membatasi kekuasaan di satu
pihak dengan  melakukan perimbangan kekuasaan antara eksekutif, parlemen,
dan yudikatif.

C. Dinamika Pelaksanaan Konstitusi

Sebagai negara hukum, Indonesia memiliki konstitusi yang sering


disebut sebagai UUD 1945. UUD dirancang sejak 29 Mei 1945 smapai 16 Juli
1945 oleh BPUPKI. UUD atau konstitusi negara Republik Indonesia disahkan
dan ditetapkan oleh PPKI pada hari sabtu tanggal 18 Agustus 1945. Dengan
demikian sejak itu Indonesia telah menjadi suatu negara modern karena telah
memiliki suatu sistem ketatanegaraan, yaitu Undang-undang Dasar 1945 atau
konstitusi negara yang memuat tata kerja konstitusi modern.

5
Dalam sejarahnya, sejak proklamasi 17 Agustus 1945 hingga sekarang
di Indonesia telah berlaku tiga macam undang-undang dasar dalam empat
periode, yaitu :
1. Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949 berlaku UUD 1945. UUD
1945 terdiri dari bagian pembukaan, batang tubuh (16 bab), 37 pasal, 4 pasal
Aturan Peralihan, 2 ayat Aturan Tambahan dan bagian penjelasan.
2. Periode 27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950 berlaku UUD RIS. UUD RIS
terdiri atas 6 bab, 197 pasal dan beberapa bagian.
3. Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959 berlaku UUDS 1950 yang terdiri atas
6 bab, 146 pasal dan beberapa bagian.
4. Periode 5 Juli 1959 – sekarang kembali berlaku UUD 1945.

Diantara hasil perubahan yang prinsipil dari amandemen UUD 1945


antara lain :
1. Tentang MPR dimana anggotanya semua berasal dari hasil pemilu (tidak
ada yang diangkat).
2. Presiden dipilih langsung oleh rakyat.
3. Keberadaan DPA dihapus.
4. Munculnya lembaga yudikatif yang baru yaitu MK.
5. Masa jabatan presiden maksimal hanya 2 periode.
6. Ada pembatasan-pembatasan tentang wewenang presiden.
7. Dimasukkannya pasal-pasal hak asasi manusia.
8. Pemerintah memprioritaskan anggaran pendidiikan minimal 20% dari
APBN dan APBD dan lain lainnya.

6
D. Institusi dan Mekanisme Pelaksanaan Konstitusi
Institusi Legislasi Institusi (lembaga) yang bertugas untuk membuat
konstitusi dan peraturan perundang-undangan yang ada dibawahnya adalah
meliputi dua institusi, yaitu: Badan Legislatif (DPR) dan Badan Eksekutif
(Presiden). Kedua institusi ini bertugas untuk membuat undang-undang.Dalam
UUD 1945 pasal 20 sampai 22 A dijelaskan tentang kelembagaan serta
mekanisme pembuatan konstitusi atau lebih tepatnya pembuatan dasar-dasar
Negara. Berikut adalah bunyi pasal 20, 20 A, 21, 22, dan 22 A :
1. Pasal 20 “(1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk
undang-undang. (2) setiap rancangan undag-undang dibahas oleh Dewan
Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama. (3)
jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama,
racangan undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan
Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.(4) presiden mengesahkan rancangan
undang-undang yang telah disetujuibersama untuk menjadi Undang-undang.
(5) dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama
tersebut tidak disahkan oleh presiden dalam waktu tiga puluh hari sejak
rancangan undang-undang tersebut disetujui, rancangan undag-undag
tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan.”
2. Pasal 21 “(1) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak megajukan usul
rancangan undang-udang. (2) jika ranvangan itu, meskipun disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat, tidak disyahkan oleh Pesiden, maka rancangan
tadi tidak boleh dimajukan lagi dalam masa persidangan Dewan perwakilan
Rakyat masa itu.”
3. Pasal 22 “  (1) dalam hal ihwal kepentingan yang memaksa, Presiden berhak
menetapkan Peraturan Pemerintah sebagai pengganti undag-undang. (2)
Peraturan Pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat dalam persidangan berikut. (3) jika tidak mendapat persetujuan,
maka Peraturan Pemerintah itu harus dicabut”
4. Pasal 22 A” ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pemebntukan undang-
undang diatur dengan Undang-Undang.”

7
Sedang tingkat I dan II yang bertugas adalah masing-masing gubernur
bersama DPRD tingkat I dan bupati/walikota bersama DPRD tingkat II.
Institusi lain diluar kedua institusi diatas, baik yang bersifat infrastruktur
maupun suprastruktur politik memiliki tugas memberi dukungan sesuai dengan
peran kompetensinya. Bentuk produk peraturan perundang-undangan yang
dihasilkan oleh institusi diatas adalah berupa UUD, UU, PERPU dan PP, serta
PERDA.

E. Pengertian Rule of Law

Negara hukum merupakan terjemahan dari konsep rechtsstaat atau Rule


Of Law6 yang bersumber dari pengalaman demokrasi konstitusional di
Eropa abad ke –19 dan ke –20. Oleh karena itu, Negara demokrasi pada
dasarnya adalah Negara hukum. Ciri Negara hukum antara lain: adanya
supremasi hukum, jaminan hak asasi manusia dan legalitas hukum. Di
Negara hukum, peraturan perundang –undangan yang berpuncak pada undang-
undang dasar (konstitusi ) merupakan satu kesatuan sistem hukum sebagai
landasan bagi setiap penyelenggaraan kekuasaan.
Rule of law adalah suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada
abad ke-19, bersamaan dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi. Ia
lahir sejalan dengan tumbuh suburnya demokrasi dan meningkatnya peran
parlemen dalam penyelenggaraan negara dan sebagai reaksi terhadap negara
absolut yang berkembang sebelumnya. Rule of law merupakan konsep tentang
common law, di mana segenap lapisan masyarakat dan negara beserta seluruh
kelembagaannya menjunjung tinggi supermasi hukum yang dibangun di atas
prinsip keadilan dan legalitarian. Rule of law adalah rule by the law dan
bukan rule by the man. Ia lahir mengambil alih dominasi yang dimiliki
kaum gereja, ningrat, dan kerajaan, menggeser negara kerajaan dan
memunculkan negara konstitusi yang pada gilirannya melahirkan doktrin rule
of law.

6
Hartriputranto, Konstitusi dan Rule Of Law, https://studylibid.com/doc/185387/a.-
negara-indonesia-adalah-negara-hukum--pasal-1-ayat--3--, 2017

8
Secara formal, Rule Of Law diartikan sebagai kekuasaan umum
yang terorganisir (organized public power). Hal ini dapat diartikan bahwa
setiap Negara mempunyai aparat penegak hukum yang menyangkut ukuran
yang baik dan buruk ( just and unjust law ). Rule Of Law pada hakikatnya
merupakan jaminan secara formal terhadap “ rasa keadilan “ bagi rakyat
Indonesia dan juga “ keadilan sosial”. Dan menurut kami inti dari Rule Of Law
adalah adanya keadilan bagi masyarakat, terutama keadilan sosial yang
mana saat ini masih kiranya kurang dirasakan oleh masyarakat dan hanya
segelintir dari masyarakat yang bisa tersentuh oleh rasa keadilan tersebut.
Secara sederhana, yang dimaksud dengan Negara hukum adalah
Negara yang penyelenggaraan kekuasaan pemerintah dan lembaga –
lembaga lain dalam melaksanakan tindakan apapun harus dilandasi oleh
hukum dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Dalam Negara
hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan supremasi hukum
dimana bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum.

F. Latar Belakang Rule of Law

Rule of Law adalah suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada abad
ke 19, bersamaan dengan kelahiran Negara konstitusi dan demokrasi. Doktrin
tersebut lahir sejalan dengan tumbuh suburnya demokrasi dan meningkatknya
peran parlemen dalam penyelenggaraan Negara, serta sebagai reaksi terhadap
Negara absolute yang berkembang sebelumnya. Rule of law merupakan konsep
tentang common law tempat segenap lapisan masyarakat dan Negara beserta
seleruh kelembagaannya menjunjung tinggi supremasi hukum yang dibangun
diatas prinsip keadilan dan egalitarian. Rule of law adalah rule by the law dan
bukan rule by the man. Konsep ini lahir untuk mengambil alih dominasi yang
dimiliki kaum gereja, ningrat, dan kerajaan, serta menggeser Negara kerajaan
dan memunculkan Negara konstitusi dimana doktrin rule of law ini lahir. 7

7
Kaelan dkk, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. (Yogyakarta:
Paradigma, 2010), h. 20.

9
Ada tidaknya rule of law dalam suatu Negara ditentukan oleh
“kenyataan”, apakah rakyatnya benar-benar menikmati keadilan, dalam arti
perlakuan yang adil, baik sesama warga negara, maupun dari pemerintah, oleh
karena itu pelaksanaan kaidah-kaidah hukum yang berlaku di suatu Negara
merupakan hukum yang adil, artinya kaidah hukum yang menjamin perlakuan
yang adil bagi masyarakat.
Untuk membangun kesadaran di masyarakat tentang pentingnya rule by
the law, not rule by the man, maka dipandang perlu memasukkan materi
instruksional rule by the law sebagai salah satu materi di dalam mata kuliah
pendidikan kewarganegaraan (PKn). PKn sendiri merupakan desain baru bagi
kurikulum unti di PTU yang menunjang pencapaian Visi Indonesia 2020 (Tap.
MPR No.VII/MPR/2001) dan visi pendidikan tinggi 2010 (HELTS 2003-2010-
EDGE), serta merupakan salah satu bentuk penjabaran UU No. 20 Tahun 2003
tentang sistem Pendidikan Nasional yang tidak lagi menyinggung masalah
pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) atau di Perguruan Tinggi disebut
Pendidikan Kewiraan, serta ditiadakannya Pendidikan Pancasila sebagai mata
kuliah tersendiri dari kurikulum Perguruan Tinggi disebut Pendidikkan
kewiraan, serta ditiadakannya Pancasila sebagai mata kuliah tersendiri dari
kurikulum Perguruan Tinggi.

G. Fungsi dan Dinamika Pelaksanaan Rule of Law

Pelaksanaan Rule Of Law mengandung keinginan untuk terciptanya


Negara hukum, yang membawa keadilan bagi seluruh rakyat. Penegakan Rule
Of Law harus diartikan secara hakiki ( materil ) yaitu dalam arti pelaksanaan
dari just law. Prinsip –prinsip Rule Of Law secara hakiki sangat erat
kaitannya dengan “the enofercement of the rules of law” dalam
penyelenggaraan pemerintahan terutama dalam hal penegakan hukum dan
implementasi prinsip-prinsip rule of law.

10
Secara kuantitatif, peraturan perundang –undangan yang terkait dengan
Rule of Law telah banyak dihasilkan di Negara kita, namun implementasi /
penegakannya belum mencapai hasil yang optimal. Sehingga rasa keadilan
sebagai perwujudan pelaksanaan Rule of Law belum dirasakan sebagian
masyarakat. Dasar pijakan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum
sekarang ini tertuang dengan jelas pada pasal 1 ayat ( 3 ) UU 1945 Perubahan
Ketiga, yang berbunyi “Negara Indonesia adalah Negara hukum”.
Dimasukkanya ketentuan ini ke dalam pasal UUD 1945 menunjukkan
semakin kuatnya dasar hukum serta menjadi amanat Negara, bahwa Negara
Indonesia adalah dan harus merupakan Negara hukum yang nantinya
diharapkan dapat memberikan rasa keadilan bagi seluruh rakyatnya.
Dinamika kehidupan politik yang melahirkan peraturan perundang –
undangan tidak bisa kita tutupi telah merasuk dan mempengaruhi semuanya.
Politik yang tidak bisa terlepas dari yang namanya kepentingan selalu
menjadi momok yang menakutkan mana kala pemerintah mengeluarkan
sebuah peraturan yang syarat akan kepentingan kelompok. Pernyataan
dari ketua Mahkamah Konstitusi yang mengatakan bahwa Undang –
Undang di Indonesia dapat di beli ke DPR telah membuka mata semua
masyarakat akan arti keadilan yang tidak mereka dapatkan selama ini.
Tidak ada yang berani lebih tajam menyuarakan kepentingan rakyat lagi
karena semuanya telah sibuk akan kepentingan kelompoknya masing –masing.
Dasar lain yang dapat dijadikan landasan bahwa Indonesia adalah
Negara hukum dalam arti materiil terdapat dalam pasal –pasal UUD 1945,
sebagai berikut.
1. Pada bab XIV tentang Perekonomian Negara dan kesejahteraan sosial
Pasal 33 dan pasal 34 UUD 1945, yang menegaskan bahwa Negara
turut aktif dan bertanggung jawab atas perekonomian Negara dan
kesejahteraan rakyat.
2. Pada bagian penjelasan umum tentang pokok –pokok pikiran dalam
pembuakaan juga dinyatakan perlunya turut serta dalam kesejahteraan
rakyat.

11
H. Kajian Kasus untuk Konstitusi dan Rule of Law
Banyak kasus yang menyadarkan kita untuk mempelajari konstitusi
dan Rule of Law atau penegakkan hukum, karena terkait dengan aturan
bagaimana kehidupan bermasyarakat dan bernegara diatur. Contohnya
kasus`berhentinya Presiden Soeharto pada tahun 1998 dan digantikan oleh
Wakil Presiden B.J Habibie. Ketentuan UUD 1945, sebelum menjabat
presiden, maka calon presiden mengucapkan sumpah dihadapan MPR. Namun
demikian, pada tahun 1998, MPR tidak dapat bersidang sehingga sumpah
presiden dilakukan di Istana Presiden dihadapan Ketua Mahkamah Agung dan
disaksikan pimpinan DPR/MPR. Peristiwa tersebut tidak diatur dalam UUD
1945.Belajar dari pengalaman tersebut, maka MPR periode 1999-2004
mengadakan amandemen Pasal 9 UUD 1945 yang semula berbunyi “sebelum
memangku jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut
agama atau berjanji dengan sungguh-sungguh dihadapan MPR atau DPR”
menjadi 2 ayat, dengan ayat tambahan berbunyi “jika MPR atau DPR tidak
dapat mengadakan sidang, Presiden atau Wakil Presiden bersumpah menurut
agama atau janji dengan sungguh-sungguhh di hadapan pimpinan MPR
dengan disaksikan oleh MA”.
Beberapa penyimpangan konstitusi sejak tahun 1959 (orde lama)
sampai  dengan lahirnya Orde Baru antara lain:
1. Pada masa Orde Lama itu Presiden, selaku' pemegang kekuasaan eksekutif,
dan pemegang kekuasaan legislatif -- bersama-sama dengan Dewan
Perwakilan Rakyat -- telah menggunakan kekuasaannya dengan tjdak
semestinya.Presiden telah mengeluarkan produk legislatif yang pada
hakikatnya adalah Undang-undang (sehingga sesuai UUD 1945 harus
dengan persetujuan DPR) dalam bentuk penetapan Presiden, tanpa
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

12
2. MPRS, dengan Ketetapan NO.I/MPRS/1960 telah mengambil putusan
menetapkan pidato Presiden tanggal 17 Agustus 1959 yang beIjudul
"Penemuan Kembali Revolusi Kita" yang lebih dikenal dengan Manifesto
Politik Republik Indonesia (Manipol) sebagai GBHN bersifat tetap, yang
jelas bertentangan dengan ketentuan UUD 1945.
3. MPRS telah mengambil putusan untuk mengangkat Ir. Soekamo sebagai
Presiden seumur hidup. Hal ini bertentangan dengan ketentuan Undang-
Undang Dasar 1945, yang menetapkan masa jabatan Presiden,lima tahun.
4. Hak budget DPR tidak berjalan, karena setelah tahun 1960 Pemerintah tidak
mengajukan Rancangan Undang-undang APBN untuk mendapatkan
persetujuan DPR sebelum berlakunya .tahun anggaran yang bersangkutan.
Dalam tahun 1960, karena DPR tidak dapat menyetujui Rancangan
Pendapatan dan Belanja Negara yang diajukan oleh Pemerintah, maka
Presiden waktu itu membubarkan DPR hasil Pemilihan Umum 1955 dan
membentuk DPR Gotong Royong, disingkat DPR-GR.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Konstitusi adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan baik yang tertulis
maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara bagaimana
suatu pemerintahan dilaksankan dalam masyarakat.
2. Hakikat dan fungsi konstitusi   yaitu jaminan hak-hak asasi manusia,
susunan ketatanegaraan yang bersifa tmendasar, dan pembatasan
kekuasaan.
3. Dinamika Pelaksanaan Konstitusi di Indonesia dalam sejarahnya, sejak
proklamasi 17 Agustus 1945 hingga sekarang telah berlaku tiga macam
undang-undang dasar dalam empat periode.
4. Institusi dan mekanisme pembuatan konstitusi diatur dalam UUD 1945
pasal  20, 20 A, 21, 22, dan 22 A yang secara umum menjelaskan tentang
hak Dewan Perakilan Rakyat untuk mengajukan rancangan undang-
undang yang kemudian akan disahkan oleh Presiden.
5. Rule of Law adalah suatu gerakan masyarakat yang menghendaki bahwa
kekuasaan raja maupun penyelenggara negara harus dibatasi dan diatur
melalui suatu peraturan perundang-undangan, dan pelaksanaanya dengan
segala hubungan dan peraturan-peraturan undang-undang.
6. Rule of Law lahir sejalan dengan tumbuh suburnya demokrasi dan
meningkatnya peran palemen dalam penyelenggaraanNegara dan sebagai
reaksi terhadap negara absolut yang berkembang sebelumnya
7. Fungsi dan dinamika pelaksanaan Rule of Law dapat terlihat
dalam pelaksanaan Rule Of Law yang mengandung keinginan untuk
terciptanya Negara hukum, yang membawa keadilan bagi seluruh
rakyat. Sehingga hingga sampai saat ini, perjuangan penegakan hak-hak
asasi manusia masih terus berkembang dalam kehidupan bermasyarakat.

14
8. Kajian kasus untuk masalah konstitusi dan Rule of Law dapat dilihat pada
kasus prosedur pergantian presiden antaraWakil Presiden B.J Habibie
yang menggantikan posisi Presiden Soeharto pada tahun 1998 yang tidak
sesuai ketentuan UUD 1945.

B. Saran
Saran penulis sebagai manusia biasa kami sadar bahwa pembuatan
makalah yang berjudul “Konstitusi dan Rule of Law” ini masih jauh dari
sempurna. Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, dan kelemahan
adalah milik kita sebagai makhluk yang diciptakan-Nya. Maka dengan
demikian demi terciptanya makalah yang lebih baik untuk kedepannya, kami
mohon sekiranya para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
membangun. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk-Nya
kepada kita semua. Aamiin.

15
DAFTAR PUSTAKA
Riyanto, Asim, Teori Konstitusi, Bandung: Yapemdo, 2000.

Utomo, Himawan “Konstitusi”, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian


Pendidikan Kewarganegaran, Yogyakarta: Kanisius, 2007.

Arto, Mukti Konsepsi Ideal Mahkamah Agung, Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2001.

Hartriputranto, Konstitusi dan Rule Of Law, [Online]


https://studylibid.com/doc/185387/a.-negara-indonesia-adalah-negara-
hukum--pasal-1-ayat--3--, 2017, diakses pada tanggal 20 Oktober 2018.

Kaelan dkk, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta:


Paradigma, 2010.

Anda mungkin juga menyukai