Tujuan Negara dapat diartikan sebagai visi Negara. Secara umum, tujuan terakhir
setiap Negara ialah menciptakan kebahagiaan bagi rakyatnya (bonum publicum,
common good, common wealth). Tujuan kebahagiaan tersebut pada garis besarnya
disederhanakan dalam dua pokok, yaitu (1) keamanan dan keselamatan (security
and safety); dan (2) kesejahteraan dan kemakmuran (welfare and prosperity).
Shang Yang merupakan tuan tanah didaerah Shang yang hidup pada abad
ke-5 atau abad ke-4 sebelum masehi (523-428 S.M.).Ia dikenal dengan
sebutan Lord Shang. Lord Shang mengemukakan bahwa di dalam setiap
Negara terdapat subyek yang selalu berhadapan dan bertentangan, yaitu
pemerintah dan rakyat. Apabila salah satunya kuat, maka yang lainnya
lemah. Menurut Lord Shang, pemerintah harus lebih kuat dari rakyat agar
tidak terjadi kekacauan dan anarkis. Dalam hal ini Lord Shang berkata : a
weak people means a strong state and a strong state means a weak people.
Therefore a country, which has a right way, is concerned with weaking
people (rakyat lemah berarti Negara kuat dan Negara kuat berarti rakyat
kemah. Dengan demikian, Negara memiliki tujuan betul, hendaklah
bertindak melemahkan rakyat). Dalam hal ini, Lord Shang menganjurkan
agar kekuasaan sebesar-besarnya bagi pihak Negara, dan menjadi salah
satu tujuan bagi Negara. Menurut Lord Shang, kebudayaan adalah
merugikan bagi negara. Jika dalam suatu negara terdapat hal-hal yang
berikut: 1. rites (adat); 2. music (musik); 3. odes (nyanyian); 4. history
(riwayat); 5. virtue (kebaikan); 6. moral culture (kesusilaan); 7. filial picty
(hormat pada orang tua); 8. brotherly duty (kewajiban persaudaraan); 9.
integrity (integritas);10. sophistry (kejujuran). Artinya, apabila dam suatu
Negara tidak terdapat sepuluh macam kemerosotan (ten evils), raja akan
dapat mngendalikan rakyatnya, sehingga Negara akan menjadi kuat.
Teori pemeliharaan agama dan kesejahteraan rakyat ini dianut dan dijalankan oleh
para Juris Sunni dalam doktrin islam. Instrument utama dalam melihat dan
menerangkan tujuan Negara adalah pemerintah yang mengelola Negara. Salah
satu tokoh yang mengembangkan teori ini adalah Al-Mawardi. Ia menyatakan
bahwa negara melalui lembaga imamah-nya mempunyai tujuan umum: pertama,
mempertahankan dan memelihara agama menurut prinsip-prinsipnya yang
ditetapkan dan apa yang menjadi ijma oleh kaum salaf (generasi pertama umat
manusia); kedua, memelihara hak-hak rakyat dan hukum-hukum Tuhan; ketiga,
melaksanakan kepastian hukum diantara para pihak yang bersengketa atau
berperkara dan berlakunya keadilan yang universal antara penganiaya dan yang
dianiaya; keempat, melindungi wilayah Islam dan memelihara kehormatan rakyat
agar mereka bebas dan aman, baik jiwa maupun harta; kelima, jihad terhadap
orang-orang yang menentang Islam setelah adanya dakwah agar mereka mengakui
eksistensi Islam; keenam, membentuk kekuatan untuk memghadapi musuh;
ketujuh, memungut pajak dan sedekah menurut ketentuan syara, nash dan ijtihad;
kedelapan, mengatur penggunaan harta baitul maal secara efektif; kesembilan,
meminta nasihat dan pandangan dari orang-orang terpercaya; kesepuluh, dalam
memelihara agama dan rakyat, pemerintah dan kepala negara harus langsung
menanganinya dan meneliti keadaan yang sebenarnya.
Pada tahun 1513, Machiavelli menyusun sebuah buku yang berjudul II Principle
atau Sang Pangeran. Buku ini sebagai tuntutan untuk menyarankan agar raja
menghiraukan kesusilaan maupun agama. Mayoritas pendapat ahli sejarah
mengatakan bahwa buku tersebut telah menjadi sumber ilham bagi para dictator,
seperti Frederik Yang Agung dan Adolf Hitler di Jerman.