KONSTITUSI NEGARA
Dosen Pengampu : Lathifatul Izzah, M.Ag
Disusun oleh:
DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ................................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 3
C. Tujuan............................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 4
A. Pengertian Konstitusi ....................................................................................................... 4
B. Tujuan konstitusi .............................................................................................................. 5
C. Konstitusi Tertulis dan Tidak Tertulis ............................................................................. 6
D. Isi Konstitusi .................................................................................................................... 7
E. Kedudukan Konstitusi .......................................................................................................... 7
BAB III PENUTUP ........................................................................................................................ 8
Kesimpulan.................................................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam hidup bernegara, kita tidak dapat lepas dari sesuatu yang disebuthukum. Tidak
ada satupun negara tanpa hukum. Karena memang fungsinyasangatlah krusial dalam
mengatur kehidupan bernegara.
R.M. Mac Iver dalam bukunya “The Modern state” halaman 250 menulis: Dalam
linkungan negara, ada 2 macam hukum. Ada hukum yangmemerintah negara dan ada hukum
yang merupakan alat bagi negara untuk memerintah.hukum yang pertama adalah
“Constitutional law” (Hukum tatanegara).Hukum yang kedua, untuk membedakannya dari
hukum yang pertama, dapat kita namakan “Ordinary law” (Hukum biasa yang dipergunakan
untuk bergerak, “actief dienend.”)1
Dari kutipan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa dalam hidup bernegara,kita akan
menemukan 2 macam hukum:
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian konstitusi?
2. Apa tujuan konstitusi?
3. Apa yang dimaksud konstitusi tertulis dan tidak tertulis?
4. Apa isi konstitusi?
5. Bagaimana kedudukan konstitusi?
C. Tujuan
1. Memahami pengertian konstitusi
2. Mengetahui tujuan konstitusi
3. Memahami konstitusi tertulis dan tidak tertulis
4. Memahami isi konstitusi
5. Mengetahui kedudukan konstitusi
1
Wirjono Prodjodikoro, Azas- Azas Hukum Tatanegara di Indonesia(Jakarta: Dian Rakjat,1983),hal-9.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konstitusi
Sejatinya konstitusi memiliki peran untuk mempertahankan esensi keberadaan sebuah
negara dari pengaruh berbagai perkembangan yang bergerak dinamis. Oleh karena itu,
konstitusi yang ideal adalah hasil dari penyesuaian dan penyempurnaan untuk mengikuti
segala perkembangan, khususnya yang berkaitan dengan keinginan hati nurani rakyat.
Konstitusi tentunya bukan istilah yang asing bagi Anda, terutama yang terkait dengan
proses amandemen Undang-Undang Dasar RI 1945 yang beberapa waktu terakhir menjadi
isu sentral dalam ketatanegaraan Indonesia. Perkataan “Konstitusi” berarti membentuk
“pembentukan” berasal dari kata kerja “coustituer” (Prancis) yang berarti “membentuk”. Kini
yang dibentuk adalah suatu Negara, maka “Konstitusi” mengandung permulaan dari segala
peraturan mengenai suatu negara.
Konstitusi dalam arti luas adalah keseluruhan dari ketentuan-ketentuan dasar atau
hukum dasar, baik yang tertulis ataupun tidak tertulis maupun campuran keduanya tidak
hanya sebagai aspek hukum melainkan juga “non-hukum”.3
Konstitusi dalam negara adalah sebuah norma sistem politik dan hukum yang
merupakan hasil pembentukan pemerintahan pada suatu negara yang biasanya
dikodifikasikan sebagai dokumen tertulis. Dalam kasus pembentukan negara, konstitusi
memuat aturan dan prinsip-prinsip entitas politik dan hukum, istilah ini merujuk secara
khusus untuk menetapkan konstitusi nasional sebagai prinsip-prinsip dasar politik, prinsip-
prinsip dasar hukum termasuk dalam bentukan struktur, prosedur, wewenang dan kewajiban
pemerintahan negara pada umumnya. Konstitusi umumnya merujuk pada penjaminan hak
kepada warga masyarakatnya. Istilah konstitusi dapat diterapkan kepada seluruh hukum yang
mendefinisikan fungsi pemerintahan negara.
Konstitusi berarti hukum dasar, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Hukum
dasar yang tertulis biasanya disebut sebagai Undang-Undang Dasar, sedangkan hukum dasar
yang tidak tertulis disebut Konvensi, yaitu kebiasaan ketatanegaraan atau aturan-aturan dasar
yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara. Mengingat sulitnya
mengubah Undang-Undang Dasar, sementara ada kondisi yang memerlukan peraturan, maka
dalam penyelenggaraan pemerintahan biasanya digunakan konvensi.
2
Nadhiroh, “MODUL:Teori dan Konsep Konstitusi” . hal: 3-6
3
A. Himmawan Utomo, “Konstitusi”, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan Kewarganegaran,
(Yogyakarta: Kanisius, 2007), hal 2.
Definisi konstitusi menurut E.C. Wade dalam Miriam Budiardjo adalah naskah yang
memaparkan rangka dan tugas pokok dari badan-badan pemerintahan suatu negara dan
menentukan pokok-pokok cara kerja badan tersebut. Kemudian Herman Heller menamakan
Undang-Undang Dasar sebagai riwayat hidup suatu hubungan kekuasaan.
hakikat dari konstitusi tidak lain adalah terciptanya keadilan di suatu negara, sehingga
kesejahteraan dan peraturan dapat dicapai oleh warga negara, dan itu adalah salah satu dari
tujuan konstitusi diterapkan dalam ranah suatu negara.
Dikalangan para ahli hukum, pada umumnya dipahami bahwa konstitusi mempunyai
tiga tujuan pokok, yaitu (1) keadilan (justice), (2) kepastian (certainty atau zekenheid), dan
(3) kebergunaan (utility). Keadilan itu sepadan dengan keseimbangan (balance, mizan) dan
kepatutan (equity), serta kewajaran (proportionality). Sedangkan, kepastian hukum terkait
dengan ketertiban (order) dan ketenteraman. Sementara, kebergunaan diharapkan dapat
menjamin bahwa semua nilai-nilai tersebut akan mewujudkan kedamaian hidup bersama.
B. Tujuan konstitusi
Konstitusi sebagaimana disebutkan di atas merupakan aturan-aturan dasar yang
dibentuk dalam mengatur hubungan antar negara dan warga negara. Konstitusi juga dapat
dipahami sebagai bagian dari social contract (kontrak sosial) yang memuat aturan main
dalam berbangsa dan bernegara. Lebih jelas, Sovernin Lohman menjelaskan bahwa dalam
konstitusi harus memuat unsur-unsur sebagai berikut5:
4
B.F Rowland “Konstitusi dan Ketatanegaraan Indonesia”. Hal: 279
5
B.F Rowland “Konstitusi dan Ketatanegaraan Indonesia”. Hal: 280
Pada prinsipnya, adanya konstitusi memiliki tujuan untuk membatasi kewenangan
pemerintah dalam menjamin hak-hak yang diperintah dan merumuskan pelaksanaan
kekuasaan yang berdaulat.
Di beberapa negara ada dokumen tetapi tidak disebut konstitusi walaupun sebenarnya
materi muatannya tidak berbeda dengan apa yang di negara lain disebut konstitusi. Ivor
Jenning dalam buku (The Law and The Constitution) menyatakan di negara-negara dengan
konstitusi tertulis ada dokumen tertentu yang menentukan:
b. Aadanya ketentuan berbagai hak asasi dari warga negara yang diakui dan
dilindungi
Di inggris baik lembaga-lembaga negara termaksud dalam huruf a maupun pada huruf
b yang dilindungi, tetapi tidak termuat dalam suatu dokumen tertentu. Dokumen-dokumen
tertulis hanya memuat beberapa lembaga-lembaga negara dan beberapa hak asasi yang
dilindungi, satu dokumen dengan yang lain tidak sama. Karenanya dilakukan pilihan-pilihan
di antara dokumen itu untuk dimuat dalam konstitusi. Pilihan di Inggris tidak ada. Penulis
Inggris yang akhirnya memilih lembaga-lembaga mana dan hak asasi mana oleh mereka yang
dianggap “constitutional.”6
6
A. H Taufiqurrohman As’ari, “Pengantar Studi Konstitusi Jilid 1”, (Yogyakarta: acadia 2,2012), hal 16-17.
D. Isi Konstitusi
Menurut Steenbeek Secara umum, UUD sebagai Konstitusi tertulis berisi tiga hal
pokok :Pertama, adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara ;Kedua,
ditetapkannya susunan ketatanegaraan yang bersifat fundamental ;Ketiga, adanya pembagian
dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang juga bersifat fundamental.7
Menurut I Gede Pantja Astawa Konstitusi juga dapat berisi pengaturan tentang sistem
ketatanegaraan. Sistem ketatanegaraan dapat diartikan sebagai susunan ketatanegaraan, yaitu
segala sesuatu yang berkenaan dengan organisasi negara, baik yang menyangkut tentang
susunan dan kedudukan lembaga lembaga negara, tugas dan wewenangnya maupun
mengenai hubungannya satu sama lain.8
E. Kedudukan Konstitusi
Konstitusi menempati kedudukan yang sangat penting dalam ketatanegaraan karena
konstitusi menjadi barometer kehidupan bernegara dan berbangsa yang sarat bukti sejarah
perjuangan para pendahulu. Selain itu konstitusi juga merupakan ide-ide dasar yang
digariskan oleh the founding father serta memberikan arahan kepada generasi penerus bangsa
dalam menjalankan negara yang mereka pimpin.
Konstitusi pada umumnya berisi hal-hal yang mendasar yaitu aturan atau norma dasar
yang diakui sebagai pedoman pokok bernegara. Meskipun konstitusitiap negara berbeda-beda
namun pada dasarnya mempunyai kedudukan formal yang sama yaitu sebagai hukum dasar
dan hukum tertinggi.
Dikatakan sebagai hukum dasar karena berisi aturan dan ketentuan yang mendasar
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.Jadi konstitusi menjadi dasar dan sumber
kekuasaan bagi setiap lembaga negara. Konstitusi juga mengatur kekuasaan pembuat undang-
undang, maka konstitusi juga merupakan dasar dan sumber bagi isi aturan hukum yang ada
dibawahnya.
7
Sri Soemantri, dalam Budiman Sinaga,“Hukum Konstitusi” ,op.cit, hal. 20
8
I Gede Pantja Astawa, 2000, “Hak Angket Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Menurut UUD 1945” ,
Disertasi, Pasca Sarjana UNPAD, Bandung , hal. 3,
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dengan demikian, suatu konstitusi merupakan suatu peraturan pokok (fundamental)
mengenai soko-soko guru atau sendi-sendi pertama untuk menegakkan bangunan besar yang
bernama “Negara”. Sendi- sendi ini haruslahkuat dan tidak mudah runtuh, agar bangunan
Negara tetap berdiri, walaupun adaangin taufan menerjang. Maka dari itu, Konstitusi harus
tahan uji, kalau adaserangan dari tangan- tangan jahil yang akan menggantikan sendi- sendi
itudengan tiang- tiang yang lain coraknya dan yang akan merubah wajah negara,sehingga
bangunan yang asli dan molek menjadi jelek.Konstitusi di Indonesia memilki sejarah panjang
dan cukup berliku. Hinggaakhirnya, Bangsa Indonesia berkomitmen dengan UUD 1945 yang
memuat 37 pasal.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/344594126/BUKU-KONSTITUSI-pdf