Anda di halaman 1dari 9

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

KONSTITUSI NEGARA
Dosen Pengampu : Lathifatul Izzah, M.Ag

Disusun oleh:

1. M Muqsith Rozaki 161300018


2. Zuhdi Dwi Putranta 161300020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ALMA ATA
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ................................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 3
C. Tujuan............................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 4
A. Pengertian Konstitusi ....................................................................................................... 4
B. Tujuan konstitusi .............................................................................................................. 5
C. Konstitusi Tertulis dan Tidak Tertulis ............................................................................. 6
D. Isi Konstitusi .................................................................................................................... 7
E. Kedudukan Konstitusi .......................................................................................................... 7
BAB III PENUTUP ........................................................................................................................ 8
Kesimpulan.................................................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam hidup bernegara, kita tidak dapat lepas dari sesuatu yang disebuthukum. Tidak
ada satupun negara tanpa hukum. Karena memang fungsinyasangatlah krusial dalam
mengatur kehidupan bernegara.

R.M. Mac Iver dalam bukunya “The Modern state” halaman 250 menulis: Dalam
linkungan negara, ada 2 macam hukum. Ada hukum yangmemerintah negara dan ada hukum
yang merupakan alat bagi negara untuk memerintah.hukum yang pertama adalah
“Constitutional law” (Hukum tatanegara).Hukum yang kedua, untuk membedakannya dari
hukum yang pertama, dapat kita namakan “Ordinary law” (Hukum biasa yang dipergunakan
untuk bergerak, “actief dienend.”)1

Dari kutipan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa dalam hidup bernegara,kita akan
menemukan 2 macam hukum:

1. Hukum tata negara (Constitutional law) sebagai yang mengatur negara.Unsur


pokok dalam Hukum ini adalah Konstitusi.Unsur pokok inilah yang akan menjadi
Headline dalam makalah ini.
2. Hukum biasa (Ordinary Law) sebagai hukum yang digunakan negara untuk
mengatur sesuatu hal. Termasuk dalam hukum ini adalah Hukum pidana dan
hukum perdata

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian konstitusi?
2. Apa tujuan konstitusi?
3. Apa yang dimaksud konstitusi tertulis dan tidak tertulis?
4. Apa isi konstitusi?
5. Bagaimana kedudukan konstitusi?

C. Tujuan
1. Memahami pengertian konstitusi
2. Mengetahui tujuan konstitusi
3. Memahami konstitusi tertulis dan tidak tertulis
4. Memahami isi konstitusi
5. Mengetahui kedudukan konstitusi

1
Wirjono Prodjodikoro, Azas- Azas Hukum Tatanegara di Indonesia(Jakarta: Dian Rakjat,1983),hal-9.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Konstitusi
Sejatinya konstitusi memiliki peran untuk mempertahankan esensi keberadaan sebuah
negara dari pengaruh berbagai perkembangan yang bergerak dinamis. Oleh karena itu,
konstitusi yang ideal adalah hasil dari penyesuaian dan penyempurnaan untuk mengikuti
segala perkembangan, khususnya yang berkaitan dengan keinginan hati nurani rakyat.

Konstitusi tentunya bukan istilah yang asing bagi Anda, terutama yang terkait dengan
proses amandemen Undang-Undang Dasar RI 1945 yang beberapa waktu terakhir menjadi
isu sentral dalam ketatanegaraan Indonesia. Perkataan “Konstitusi” berarti membentuk
“pembentukan” berasal dari kata kerja “coustituer” (Prancis) yang berarti “membentuk”. Kini
yang dibentuk adalah suatu Negara, maka “Konstitusi” mengandung permulaan dari segala
peraturan mengenai suatu negara.

Sementara dalam bahasa Belanda mempergunakan kata “Grondwet”, yang berarti


suatu undang-undang yang menjadi dasar (grond) dari segala hukum, sedangkan di Indonesia
mempergunakan kata Undang-Undang Dasar sama artinya dengan “Grondwet” yang
digunakan dalam bahasa Belanda.2

Konstitusi dalam arti luas adalah keseluruhan dari ketentuan-ketentuan dasar atau
hukum dasar, baik yang tertulis ataupun tidak tertulis maupun campuran keduanya tidak
hanya sebagai aspek hukum melainkan juga “non-hukum”.3

Konstitusi dalam negara adalah sebuah norma sistem politik dan hukum yang
merupakan hasil pembentukan pemerintahan pada suatu negara yang biasanya
dikodifikasikan sebagai dokumen tertulis. Dalam kasus pembentukan negara, konstitusi
memuat aturan dan prinsip-prinsip entitas politik dan hukum, istilah ini merujuk secara
khusus untuk menetapkan konstitusi nasional sebagai prinsip-prinsip dasar politik, prinsip-
prinsip dasar hukum termasuk dalam bentukan struktur, prosedur, wewenang dan kewajiban
pemerintahan negara pada umumnya. Konstitusi umumnya merujuk pada penjaminan hak
kepada warga masyarakatnya. Istilah konstitusi dapat diterapkan kepada seluruh hukum yang
mendefinisikan fungsi pemerintahan negara.

Konstitusi berarti hukum dasar, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Hukum
dasar yang tertulis biasanya disebut sebagai Undang-Undang Dasar, sedangkan hukum dasar
yang tidak tertulis disebut Konvensi, yaitu kebiasaan ketatanegaraan atau aturan-aturan dasar
yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara. Mengingat sulitnya
mengubah Undang-Undang Dasar, sementara ada kondisi yang memerlukan peraturan, maka
dalam penyelenggaraan pemerintahan biasanya digunakan konvensi.

2
Nadhiroh, “MODUL:Teori dan Konsep Konstitusi” . hal: 3-6
3
A. Himmawan Utomo, “Konstitusi”, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan Kewarganegaran,
(Yogyakarta: Kanisius, 2007), hal 2.
Definisi konstitusi menurut E.C. Wade dalam Miriam Budiardjo adalah naskah yang
memaparkan rangka dan tugas pokok dari badan-badan pemerintahan suatu negara dan
menentukan pokok-pokok cara kerja badan tersebut. Kemudian Herman Heller menamakan
Undang-Undang Dasar sebagai riwayat hidup suatu hubungan kekuasaan.

hakikat dari konstitusi tidak lain adalah terciptanya keadilan di suatu negara, sehingga
kesejahteraan dan peraturan dapat dicapai oleh warga negara, dan itu adalah salah satu dari
tujuan konstitusi diterapkan dalam ranah suatu negara.

Dikalangan para ahli hukum, pada umumnya dipahami bahwa konstitusi mempunyai
tiga tujuan pokok, yaitu (1) keadilan (justice), (2) kepastian (certainty atau zekenheid), dan
(3) kebergunaan (utility). Keadilan itu sepadan dengan keseimbangan (balance, mizan) dan
kepatutan (equity), serta kewajaran (proportionality). Sedangkan, kepastian hukum terkait
dengan ketertiban (order) dan ketenteraman. Sementara, kebergunaan diharapkan dapat
menjamin bahwa semua nilai-nilai tersebut akan mewujudkan kedamaian hidup bersama.

konstitusi adalah sejumlah aturan-aturan dasar dan ketentuan-ketentuan hukum yang


dibentuk untuk mengatur fungsi dan struktur lembaga pemerintahan termasuk dasar
hubungan kerjasama antara negara dan masyarakat (rakyat) dalam konteks kehidupan
berbangsa dan bernegara4.Tujuan yang dianggap tertinggi itu adalah: (1) keadilan, (2)
ketertiban, dan (3) perwujudan nilai-nilai ideal seperti kemerdekaan atau kebebasan dan
kesejahteraan atau kemakmuran bersama, sebagaimana dirumuskan sebagai tujuan bernegara
oleh para pendiri negara (the founding fathers and mothers). Misalnya, 4 tujuan bernegara
Indonesia adalah seperti yang termaktub dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945. Yakni: (1)
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, (2) memajukan
kesejahteraan umum, (3) mencerdaskan kehidupan bangsa, dan (4) ikut melaksanakan
ketertiban dunia (berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial).

B. Tujuan konstitusi
Konstitusi sebagaimana disebutkan di atas merupakan aturan-aturan dasar yang
dibentuk dalam mengatur hubungan antar negara dan warga negara. Konstitusi juga dapat
dipahami sebagai bagian dari social contract (kontrak sosial) yang memuat aturan main
dalam berbangsa dan bernegara. Lebih jelas, Sovernin Lohman menjelaskan bahwa dalam
konstitusi harus memuat unsur-unsur sebagai berikut5:

1. Konstitusi dipandang sebagai perwujudan perjanjian masyarakat (kontrak sosial),


artinya bahwa konstitusi merupakan konklusi dari kesepakatan masyarakat untuk
membina negara dan pemerintahan yang akan mengatur mereka.
2. Konstitusi sebagai piagam yang menjamin hak-hak asasi manusia dan warga
negara sekaligus penentuan batas-batas hak dan kewajiban warga negara dan
alatalat pemerintahannya.
3. Konstitusi sebagai forma regimenis yaitu kerangka bangunan pemerintahan.

4
B.F Rowland “Konstitusi dan Ketatanegaraan Indonesia”. Hal: 279
5
B.F Rowland “Konstitusi dan Ketatanegaraan Indonesia”. Hal: 280
Pada prinsipnya, adanya konstitusi memiliki tujuan untuk membatasi kewenangan
pemerintah dalam menjamin hak-hak yang diperintah dan merumuskan pelaksanaan
kekuasaan yang berdaulat.

Tujuan-tujuan adanya konstitusi tersebut, secara ringkas dapat diklasifikasikan


menjadi tiga tujuan, yaitu:

1. Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan sekaligus pengawasan


terhadap kekuasaan politik.
2. Konstitusi bertujuan untuk melepaskan kontrol kekuasaan dari penguasa itu
sendiri.
3. Konstitusi bertujuan memberikan batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa
dalam menjalankan kekuasaannya.

C. Konstitusi Tertulis dan Tidak Tertulis


Konstitusi memuat suatu aturan pokok (fundamental) mengenai sendi-sendi pertama
untuk menegakkan suatu bangunan besar yang disebut negara. Sendi-sendi itu tentunya harus
kokoh, kuat dan tidak mudah runtuh agar bangunan negara tetap tegak berdiri. Ada dua
macam konstitusi di dunia, yaitu “Konstitusi Tertulis” (Written Constitution) dan “Konstitusi
Tidak Tertulis” (Unwritten Constitution), ini diartikan seperti halnya “Hukum Tertulis”
(geschreven Recht) yang trmuat dalam undang-undang dan “Hukum Tidak Tertulis”
(ongeschreven recht) yang berdasar adat kebiasaan. Dalam karangan “Constitution of
Nations”, Amos J. Peaslee menyatakan hampir semua negara di dunia mempunyai konstitusi
tertulis, kecuali Inggris dan Kanada.

Di beberapa negara ada dokumen tetapi tidak disebut konstitusi walaupun sebenarnya
materi muatannya tidak berbeda dengan apa yang di negara lain disebut konstitusi. Ivor
Jenning dalam buku (The Law and The Constitution) menyatakan di negara-negara dengan
konstitusi tertulis ada dokumen tertentu yang menentukan:

a. Adanya wewenang dan tata cara bekerja lembaga kenegaraan

b. Aadanya ketentuan berbagai hak asasi dari warga negara yang diakui dan
dilindungi

Di inggris baik lembaga-lembaga negara termaksud dalam huruf a maupun pada huruf
b yang dilindungi, tetapi tidak termuat dalam suatu dokumen tertentu. Dokumen-dokumen
tertulis hanya memuat beberapa lembaga-lembaga negara dan beberapa hak asasi yang
dilindungi, satu dokumen dengan yang lain tidak sama. Karenanya dilakukan pilihan-pilihan
di antara dokumen itu untuk dimuat dalam konstitusi. Pilihan di Inggris tidak ada. Penulis
Inggris yang akhirnya memilih lembaga-lembaga mana dan hak asasi mana oleh mereka yang
dianggap “constitutional.”6

6
A. H Taufiqurrohman As’ari, “Pengantar Studi Konstitusi Jilid 1”, (Yogyakarta: acadia 2,2012), hal 16-17.
D. Isi Konstitusi
Menurut Steenbeek Secara umum, UUD sebagai Konstitusi tertulis berisi tiga hal
pokok :Pertama, adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara ;Kedua,
ditetapkannya susunan ketatanegaraan yang bersifat fundamental ;Ketiga, adanya pembagian
dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang juga bersifat fundamental.7

Menurut Bagir Manan dan Kuntana Magnar, UUD berisikan :

1. Dasar-dasar mengenai jaminan terhadap hak-hak dan kewajiban penduduk atau


warga negara.
2. Dasar-dasar susunan atau organisasi negara.
3. Dasar-dasar pembagian dan pembatasan kekuasaan lembaga-lembaga negara.
4. Hal-hal yang menyangkut identitas negara, seperti bendera dan bahasa nasional.

Menurut I Gede Pantja Astawa Konstitusi juga dapat berisi pengaturan tentang sistem
ketatanegaraan. Sistem ketatanegaraan dapat diartikan sebagai susunan ketatanegaraan, yaitu
segala sesuatu yang berkenaan dengan organisasi negara, baik yang menyangkut tentang
susunan dan kedudukan lembaga lembaga negara, tugas dan wewenangnya maupun
mengenai hubungannya satu sama lain.8

E. Kedudukan Konstitusi
Konstitusi menempati kedudukan yang sangat penting dalam ketatanegaraan karena
konstitusi menjadi barometer kehidupan bernegara dan berbangsa yang sarat bukti sejarah
perjuangan para pendahulu. Selain itu konstitusi juga merupakan ide-ide dasar yang
digariskan oleh the founding father serta memberikan arahan kepada generasi penerus bangsa
dalam menjalankan negara yang mereka pimpin.

Konstitusi pada umumnya berisi hal-hal yang mendasar yaitu aturan atau norma dasar
yang diakui sebagai pedoman pokok bernegara. Meskipun konstitusitiap negara berbeda-beda
namun pada dasarnya mempunyai kedudukan formal yang sama yaitu sebagai hukum dasar
dan hukum tertinggi.

Dikatakan sebagai hukum dasar karena berisi aturan dan ketentuan yang mendasar
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.Jadi konstitusi menjadi dasar dan sumber
kekuasaan bagi setiap lembaga negara. Konstitusi juga mengatur kekuasaan pembuat undang-
undang, maka konstitusi juga merupakan dasar dan sumber bagi isi aturan hukum yang ada
dibawahnya.

Dikatakan sebagai hukum tertinggi karena konstitusi tersebut diberi kedudukan


sebagai hukum tertinggi dalam hukum Negara, artinya aturan yang terdapat dalam konstitusi
secara hirarkhis mempunyai kedudukan lebih tinggi (superior) terhadap aturan-aturan
lainnya. Oleh karena itu aturan lain yang dibuat oleh pembentuk undang-undang harus sesuai
atau tidak boleh bertentangan dengan konstitusi.

7
Sri Soemantri, dalam Budiman Sinaga,“Hukum Konstitusi” ,op.cit, hal. 20
8
I Gede Pantja Astawa, 2000, “Hak Angket Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Menurut UUD 1945” ,
Disertasi, Pasca Sarjana UNPAD, Bandung , hal. 3,
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Dengan demikian, suatu konstitusi merupakan suatu peraturan pokok (fundamental)
mengenai soko-soko guru atau sendi-sendi pertama untuk menegakkan bangunan besar yang
bernama “Negara”. Sendi- sendi ini haruslahkuat dan tidak mudah runtuh, agar bangunan
Negara tetap berdiri, walaupun adaangin taufan menerjang. Maka dari itu, Konstitusi harus
tahan uji, kalau adaserangan dari tangan- tangan jahil yang akan menggantikan sendi- sendi
itudengan tiang- tiang yang lain coraknya dan yang akan merubah wajah negara,sehingga
bangunan yang asli dan molek menjadi jelek.Konstitusi di Indonesia memilki sejarah panjang
dan cukup berliku. Hinggaakhirnya, Bangsa Indonesia berkomitmen dengan UUD 1945 yang
memuat 37 pasal.
DAFTAR PUSTAKA

Wheare, K. C.2003.Konstitusi- Konstitusi Modern.Surabaya:Pustaka Eureka.

Busroh, Abu Daud.2005. Intisari Hukum Tatanegara Perbandingan Konstitusi 9 Negara.


Jakarta: Bina Aksara

A. H Taufiqurrohman As’ari, 2016, Pengantar Studi Konstitusi Jilid I. Yogyakarta: acadia 2.

https://id.scribd.com/document/344594126/BUKU-KONSTITUSI-pdf

Anda mungkin juga menyukai