Anda di halaman 1dari 99

Plagiarism Checker X Originality Report

Similarity Found: 11%

Date: Senin, Juni 21, 2021


Statistics: 2946 words Plagiarized / 27866 Total words
Remarks: Low Plagiarism Detected - Your Document needs Optional Improvement.
-------------------------------------------------------------------------------------------

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN NILAI PANCASILA DI SD NEGERI BAKULAN Isti Septiyani¹,


An-Nisa Apriani² Universitas Alma Ata ¹² Email: istitiyani2@gmail.com Abstrak
Implementasi pendidikan nilai Pancasila di sekolah dasar sangat penting dilakukan. Hal
ini mengingat bahwa karakter yang dimiliki setiap individu berbeda-beda, perbedaan
karakter dapat menimbulkan perselisihan, perpecahan, serta memicu perilaku
menyimpang. Mengatasi penyimpangan karakter dapat dilakukan dengan menerapkan
nilai-nilai Pancasila di sekolah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami implementasi pendidikan


nilai Pancasila, nilai-nilai Pancasila, serta karakter siswa di SD Negeri Bakulan. Jenis
penelitian ini yaitu penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini ialah reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Hasil penelitian implementasi pendidikan nilai Pancasila di SD Negeri
Bakulan menunjukkan bahwa, pendidikan nilai Pancasila diimplementasikan melalui tiga
tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Perencanaan pendidikan nilai Pancasila menyusun perencanaan. Pelaksanaan dilakukan


melalui kegiatan pembelajaran, kegiatan diluar pembelajaran, pembiasaan, dan
kedisiplinan. Evaluasi dilakukan melalui evaluasi siswa yang mencakup evaluasi
pembelajaran dan pengamatan sikap sedangkan evaluasi tenaga pendidik dilakukan
dengan pemantauan serta pemberian tugas. Nilai-nilai Pancasila yang diterapkan di SD
Negeri Bakulan meliputi nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai
kerakyatan, dan nilai keadilan.

Nilai-nilai Pancasila ditunjukkan dengan sikap dan perilaku siswa sesuai dengan
indikator nilai-nilai Pancasila. Penerapan nilai-nilai Pancasila di SD Negeri Bakulan
membentuk siswa kelas V (lima) memiliki nilai karakter religius, toleransi, tanggung
jawab, nasionalis, gotong royong, peduli sosial dan menghargai prestasi. Kata kunci:
Pendidikan Nilai Pancasila, Nilai Karakter
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Karakter yang dimiliki setiap individu
berbeda-beda. Perbedaan karakter dapat terjadi karena bawaan dari lahir maupun
dipengaruhi faktor dari luar.

Perbedaan karakter dapat menimbulkan perselisihan, perpecahan serta menjadi pemicu


perilaku menyimpang seperti saling ejek dan perkelahian. Hal ini disebabkan oleh siswa
yang tidak menyukai temannya dikarenakan sifat, bentuk fisik, perilaku mencuri dan sifat
buruk lainnya. Pelaku penyimpangan karakter ini akan menumbuhkan rasa sombong
dan merasa diri mereka paling kuat, hingga akhirnya menjadi pribadi yang tidak
memiliki sikap toleransi, simpati dan empati (Andina, 2014).

Penyimpangan karakter dapat terjadi di mana saja, baik di lingkungan sekolah maupun
di luar lingkungan sekolah bahkan di level sekolah dasar. Siswa SD dapat melakukan
penyimpangan karakter seperti perkelahian, suka membolos, melakukan kecurangan
saat ujian, merokok, miras, dan menonton film porno (A.-N. Apriani et al., 2017). Selain
itu Octavia dkk menemukan bahwa setiap anak pernah melakukan tindakan bullying
secara fisik yaitu sebagian kecil sering melakukan tindakan memukul 48,5% kemudian
melempar, dan perkelahian.

Bullying verbal terkadang diikuti dengan tindakan berbicara kasar dan 13,6% bullying
mental sering dilakukan dengan tindakan mengancam (Octavia et al., 2020). Siswa yang
melakukan tindakan ini mereka tidak memiliki rasa tanggung jawab, tidak menghargai
orang lain, dan tidak memiliki sikap peduli. Mereka menganggap dirinya paling
berkuasa dan merasa benar. Mengatasi penyimpangan karakter pada anak dapat
dilakukan dengan banyak cara. Satu diantara cara tersebut adalah meningkatkan peran
guru dalam proses pembelajaran (Metcalfe & Moulin-Stozek, 2020).

Peran guru dalam pembinaan disiplin sangat penting, hal ini bertujuan agar siswa
menaati segala peraturan yang ditetapkan dan mencegah timbulnya penyimpangan
karakter (Ansori, 2020). Tugas guru tidak hanya menyalurkan ilmu pengetahuan saja,
namun guru juga harus menyalurkan nilai-nilai, membimbing, dan mengarahkan siswa
dalam belajar. Guru dapat memaksimalkan pengaturan kelas dengan baik, hal ini dapat
meningkatkan prestasi akademik dan menurukan penyimpangan karakter di sekolah.
Hal ini dikarenakan dengan manajemen kelas guru dapat membuat peraturan kelas
sendiri.

Manajemen kelas yang baik dapat membantu peran guru sebagai pelatih untuk
menciptakan situasi agar siswa dapat menemukan jawaban sendiri (Hidayat & Haryati,
2019). Beberapa sekolah telah berupaya mengatasi penyimpangan karakter, termasuk di
level sekolah dasar. SDN 61 Bengkulu Tengah mengatasi tindakan bullying melalui mata
pelajaran PAI yaitu dengan cara pemantauan, penertiban peraturan, dan memberi sanksi
(Andhary, 2020).

Pendekatan yang digunakan yaitu dengan cara memberikan arahan dan pemahaman
kepada siswa untuk saling menghargai dan menjaga perasaan antar sesama manusia.
Namun terdapat kendala dalam strategi ini yaitu perbedaan karakter, latar belakang
keluarga dan lingkungan membuat guru kesulitan dalam mengatasi penyimpangan
karakter di sekolah. SDI Lukman Hakim Pakisaji Malang mengatasi tindakan yang
menyimpang dengan memantau dan mencatat setiap perkembangan siswa (Indawati,
2016).

Cara mengatasi tindakan menyimpang di sekolah tersebut, para guru memanggil siswa
satu per satu dan mencatat dibuku BK. Kemudian guru membuat kesepakatan dengan
mereka. Jika belum terselesaikan guru memanggil wali murid atau dialihkan kepada
kepala sekolah. Namun, cara ini hanya bertahan beberapa hari saja, karena siswa yang
melakukan penyimpangan karakter cenderung mengabaikan bimbingan dari guru. Cara
tersebut dinilai masih belum efektif karena kurang memberikan penekanan pada
pendidikan karakter. MIN 1 Mataram menggunakan strategi dengan memberikan
hukuman, nasehat, menyisipkan dampak penyimpangan karakter melalui pembelajaran
PKN (Safira, 2018).

Selain itu pihak sekolah melakukan pengawasan dan kerjasama dengan wali murid, serta
memberikan penghargaan untuk siswa yang menjadi lebih baik. Namun, memberikan
hukuman kepada siswa tidak dapat mengatasi penyimpangan karakter. Hukuman yang
diberikan terkadang tidak seimbang dengan kesalahan siswa, sehingga dapat
mengganggu bahkan dapat merusak psikologis siswa (Buaja et al., 2019). Hukuman juga
dapat menyebabkan siswa menyembunyikan pelanggaran yang mereka lakukan (Yani,
2013). Siswa yang diberikan hukuman tidak sesuai dengan perbuatannya dapat
menyebabkan siswa semakin bertindak menyimpang. Hukuman yang diberikan tidak
akan menyelesaikan penyimpangan karakter, karena hukuman dapat membuat siswa
miliki sifat pendendam.

Berbagai fakta yang telah dijabarkan di atas menunjukkan bahwa cara mengatasi
penyimpangan karakter anak masih kurang efektif. Hal ini dikarenakan kurangnya
penguatan pendidikan karakter melalui nilai-nilai Pancasila. Padahal, nilai-nilai Pancasila
dapat membentuk karakter bangsa, karena nilai-nilai tersebut merupakan bagian dari
proses pendidikan karakter (Sumarto, 2011). Pancasila mencakup beberapa karakter
seperti etos kerja yang tinggi, cinta tanah air, nasionalis, cerdas, kritis, bertanggung
jawab, adil, dan bijaksana (Umihani’, 2019).
Karakter lain dalam Pancasila yaitu saling menghargai, jujur, rukun, berwawasan
kebangsaan dan global (Hadiwijono, 2016). Penerapan nilai-nilai Pancasila di sekolah
sangat penting, hal ini bertujuan untuk membentuk kepribadian siswa sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila. Siswa yang memiliki kepribadian sesuai dengan nilai-nilai Pancasila
kelak menjadi bekal ketika mereka dewasa. MI Mambail Falah Tongas Probolinggo
menjadi satu diantara sekolah yang sudah mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila
yaitu melalui kegiatan proses belajar mengajar (Khosiah, 2020).

Selain itu, sekolah ini juga melakukan pembiasaan pengamalan nilai-nilai Pancasila
dengan cara mendisiplinkan, mengingatkan, pembinaan, dan kerjasama dengan wali
murid. Kerja sama ini bertujuan agar siswa mendapat dukungan dan bimbingan dari
orang tua masing-masing. Sekolah lain yang telah menerapkan nilai Pancasila dalam
pembelajaran adalah SDN 1 Sekarsuli, Bantul (Wahyono, 2018). Sekolah ini menerapkan
nilai-nilai Pancasila melalui kegiatan pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar
kelas. Namun, meskipun sudah menerapkan dalam proses pembelajaran, masih ada
siswa yang melanggar nilai-nilai Pancasila.

Pelanggaran yang dilakukan ini dikarenakan kebiasaan yang dibawa siswa dari luar
lingkungan sekolah sehingga mempengaruhi perilaku ketika di sekolah. Temuan ini
menunjukkan bahwa masih ada kekurangan dalam penerapan nilai Pancasila dalam
pembelajaran. SDN Bakulan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila di setiap
kegiatan pembelajaran dan di luar kegiatan pembelajaran. Kegiatan yang ada di SDN
Bakulan meliputi gotong royong, asmaul husna dan kegiatan ekstrakurikuler. Di sekolah
ini belum ada yang melakukan penelitian untuk mengetahui bentuk implementasi
nilai-nilai Pancasila dan pengaruhnya terhadap karakter siswa. Oleh sebab itu dilakukan
penelitian dengan judul “Implementasi Pendidikan Nilai Pancasila Di SDN Bakulan”.

Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan di atas, maka
identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu: Penyimpangan karakter yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila. Penyimpangan karakter baik fisik maupun verbal sering
terjadi di sekolah. Penyimpangan karakter fisik yang sering terjadi yaitu melempar,
memukul dan perkelahian, suka jahil terhadap teman dan mencuri barang.
Penyimpangan karakter verbal yang sering terjadi yaitu berbicara kasar dan
mengancam. Metode yang dilakukan kepala sekolah maupun guru kurang efektif dalam
mengatasi penyimpangan karakter.

Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka peneliti
fokus pada implementasi pendidikan nilai Pancasila di SDN Bakulan. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini memfokuskan 2 rumusan
masalah yaitu: Bagaimana implementasi pendidikan nilai Pancasila di SDN Bakulan?
Bagaimana nilai-nilai karakter siswa di SDN Bakulan? Tujuan Penelitian Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu: Untuk mengetahui
implementasi pendidikan nilai Pancasila di SDN Bakulan. Untuk mengetahui nilai-nilai
karakter siswa di SDN Bakulan.

MANFAAT PENELITIAN Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
baik secara teoritis maupun praktis. Secara Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan
dapat menjadi sumber referensi dan memperluas pengetahuan serta pemahaman
berkaitan tentang pembentukan karakter siswa melalui nilai-nilai Pancasila. Secara
Praktis Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut: Kepala Sekolah
Kepala sekolah dapat mengembangkan dan meningkatkan pendidikan karakter
terutama dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila di sekolah.

Bagi Guru Memberikan gambaran dan menambah pengetahuan tentang nilai-nilai


Pancasila dalam pembentukan karakter siswa. Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan,
pengetahuan, dan pemahaman tentang penerapan nilai-nilai Pancasila.
BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian Teori Hakikat Karakter Pengertian Karakter Secara
etimologi, karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengukir corak,
menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan sesuai dengan norma yang berlaku
(Daryanto & Darmiatun, 2013). Karakter merupakan sifat pribadi yang relatif stabil pada
diri setiap individu (Sari et al., 2018). Karakter dapat pula diartikan sebagai nilai dasar
yang dapat mempengaruh kepribadian seseorang (Putry, 2018).

Karakter yang dimiliki setiap individu juga mempengaruhi tindakan sehari-hari. Karakter
dapat pula mempengaruhi pola interaksi sosial baik di lingkungan keluarga, masyarakat
maupun di sekolah. Hal ini dikarenakan karakter menjadi cerminan diri setiap individu.
Karakter ialah watak, tabiat, akhlak, dan kepribadian individu terbentuk dari hasil
internalisasi berbagai kebijakan (Nursalam et al., 2020). Maragustam (2016) menyatakan
bahwa karakter ialah sifat utama yang terbentuk dalam pikiran, sikap, perilaku maupun
tindakan yang menyatu pada diri seseorang dan menjadi pembeda dengan orang lain.

Berdasarkan Pusat Bahasa Depdiknas, karakter ialah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi
pekerti, perilaku, personalitas, kebiasaan, temperamen, dan watak (Depdiknas, 2008).
Karakter merupakan sifat batin yang mempengaruhi segala pikiran dan tindakan
seseorang (Nugraha, 2016). Tindakan seseorang yang ia lakukan merupakan hasil dari
sifat-sifat dalam diri seperti sifat mulia, sifat ini akan menjadi kebiasan individu untuk
melakukan tindakan kebaikan.

Individu yang memiliki kebiasan buruk mereka akan kesulitan untuk bertindak dalam hal
kebaikan. Tindakan, perilaku dan kebiasaan ini menjadi pembeda antara individu satu
dengan lainnya. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa setiap individu
memiliki karakter yang berbeda. Hal ini, dipengaruh oleh lingkungan yang dapat
membentuk sikap, prilaku dan kepribadian yang melekat dan relatif stabil. Karakter yang
dimiliki setiap individu juga dapat dibawa sejak lahir. Hal ini dapat mempengaruhi
pemikiran dan segala tindakan individu.

Nilai-nilai Karakter Terdapat 18 butir nilai karakter berasal dari agama, Pancasila, budaya
dan tujuan pendidikan yang dikembangkan dalam pendidikan karakter (Putry, 2018).
Adapun 18 butir nilai karakter yaitu: Tabel 1 Nilai-Nilai Karakter No _Nilai Karakter
_Deskripsi _ _1 _Religius _Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup
rukun dengan pemeluk agama lain. _ _2 _Jujur _Perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan.

_ _3 _Toleransi _Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. _ _4 _Disiplin
_Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan _ _5 _Kerja keras _Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan _ _6 _Kreatif _Berpikir dan melakukan sesuatu untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

_ _7 _Mandiri _Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas _ _8 _Demokratis _Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang
menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain _ _9 _Rasa ingin tahu _Sikap dan
tindakan yang selalu berupaya untuk tahu mengetahui lebih mendalam dan meluas dari
sesuatu yang dipelajarinya _ _10 _Semangat kebangsaan _Cara berpikir, bertindak, dan
berwawasan yang kebangsaan menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya _ _11 _Cinta tanah air _Cara berpikir, bertindak, dan
berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
diri dan kelompoknya.

_ _12 _Menghargai prestasi _Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk prestasi
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain. _ _13 _Bersahabat/ komunikatif _Sikap dan
tindakan yang mendorong dirinya untuk komunikatif menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. _
_14 _Cinta damai _Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan
orang lain _ _15 _Gemar _Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai
membaca bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. _ _16 _Peduli Lingkungan
_Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah lingkungan kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.

_ _17 _Peduli sosial _Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang
lain dan masyarakat yang membutuhkan _ _18 _Tanggung jawab _Sikap dan perilaku
seseorang untuk melaksanakan tugas jawab dan kewajibannya, yang seharusnya dia
lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara
dan Tuhan Yang Maha Esa. _ _ Menurut Kemendiknas (2010) dalam pendidikan budaya
dan karakter bangsa, nilai-nilai yang dikembangkan berasal dari beberapa sumber
diantaranya agama, Pancasila, budaya, serta tujuan pendidikan nasional.

Dari sumber tersebut terdapat 18 nilai karakter dirinci menjadi 5 nilai karakter utama.
Adapun ke 5 nilai karakter utama bangsa diantaranya (Kemendikbud, 2016): Religius
Religius merupakan nilai karakter yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hal
ini ditunjukkan mulai dari pikiran, perkataan, dan perbuatan setiap orang didasarkan
pada nilai-nilai ketuhanan (Mustari, 2017). Selain itu terwujud dalam menghargai
perbedaan agama, sikap toleransi yang tinggi terhadap pelaksaan ibadah agama dan
keyakinan lain (Kemendikbud, 2016). Hidup rukun serta damai terhadap pemeluk agama
lain juga termasuk cerminan dari karakter religius.

Nilai-nilai yang terkandung dalam karakter religius yaitu toleransi, cinta damai, teguh
pendirian, percaya diri, kerja sama, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan
kehendak, cinta lingkungan. Individu yang memiliki karakter religius dapat menciptakan
lingkungan rukun dan damai. Sehingga tidak menimbulkan perselisihan antar umat
pemeluk agama lain, hal ini terjadi karena adanya penanaman karakter religius.
Nasionalis Nilai karakter nasionalis berupa cara berpikir, bersikap, bertindak yang
menunjukkan rasa setia, peduli, dan menghargai bahasa bangsa sendiri, lingkungan fisik,
sosial, budaya ekonomi, serta politik bangsa, kepentingan bangsa dan negara
ditempatkan diatas kepentingan pribadi dan kelompok (Kemendikbud, 2016).

Nilai yang terkandung dalam karakter nasionalis yaitu menjaga budaya bangsa, rela
berkorban, menghargai budaya bangsa, unggul dan berpretasi, mencintai tanah air,
menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku, serta
agama. Nasionalis merupakan suatu gerakan untuk melindungi bangsa sendiri (Mustari,
2017). Gerakan melindungi bangsa sendiri berupa melestarikan kebudayaan yang ada di
lingkungan tempat tinggal. Setiap individu dapat membaca sejarah berdirinya bangsa
Indonesia untuk menambah rasa cinta terhadap bangsa sendiri. Selain itu mengamalkan
nilai-nilai Pancasila termasuk dalam karakter nasionalis.

Dengan adanya karakter nasionalis dapat membawa bangsa Indonesi menjadi bangsa
yang berkarakter. Mandiri Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku yang
tidak bergantung terhadap orang lain serta mempergunakan semua tenaga, pikiran,
waktu untuk mewujudkan harapan, mimpi dan cita-cita (Kemendikbud, 2016). Nilai-nilai
yang terkandung pada karakter ini yaitu kerja keras, tangguh, daya juang, professional,
kreatif, berani serta menjadi pembelajar sepajang hayat.

Mandiri ialah sikap atau tindakan yang tidak bergantung pada orang lain dalam
mengerjakan tugas-tugasnya (Wibowo, 2013). Selain mampu mengerjakan
tugas-tugasnya sendiri, setiap individu mampu memenuhi kebutuhannya sendiri.
Dengan mandiri setiap individu akan jarang meminta bantuan kepada orang lain dalam
menentukan pendapat maupun bimbingan. Gotong Royong Karakter gotong royong
merupakan cerminan dari tindakan menghargai, semangat bekerja sama serta bahu
membahu dalam menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan
persahabatan, memberi bantuan terhadap orang yang membutuhkan (Kemendikbud,
2016). Nilai-nilai yang terkandung dalam karakter ini yaitu menghargai, kerja sama,
inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah, tolong menolong, solidaritas,
anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan.

Karakter gotong royong berupa sikap dan tindakan yang berupaya untuk mencegah
serta melindungi lingkungan sekitar dari kerusakan (Asmani, 2011). Gotong royong
dapat dilakukan baik dilingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah. Dengan
adanya gotong royong dapat menciptakan kerukunan dan kerja sama antar individu
maupun golongan, sehingga mencegah terjadinya perpecahan. Integritas Nilai karakter
ini merupakan nilai yang mendasari perilaku berdasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang amanah dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, serta
memiliki komitmen dan setia pada nilai kemanusiaan dan moral (Veliana, 2011). Karakter
integritas ini mengandung nilai kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral,
anti korupsi, keadilan, tanggung jawab, keteladanan, dan menghargai martabat individu
(terutama penyandang disabilitas) (Kemendikbud, 2016).

Pada karakter ini setiap individu melakukan sesuatu secara berkelanjutan, komitmen dan
memiliki prinsip. Sehingga orang yang memiliki karakter integritas cenderung
melakukan sesuatu secara totalitas. Nilai-nilai karakter yang harus dimiliki setiap individu
berdasarkan uraian diatas terdapat 18 nilai karakter. Nilai karakter tersebut ialah religius,
jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
menghargai prestasi, persahabatan, cinta damai, gemar, peduli lingkungan, tanggung
jawab, nasionalis, gotong royong dan integritas.

Dari kedelapan belas nilai karakter tersebut penelitian yang akan dilakukan yaitu nilai
karakter toleransi dan gotong royong. Hakikat Pendidikan Nilai Pengertian Pendidikan
Nilai Nilai dan pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan (A. N. Apriani &
Ariyani, 2017). Pendidikan nilai merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang sesuai
rencana untuk menanamkan nilai ketuhanan, nilai estetik dan etik, nilai baik buruk,
benar salah tentang berbagai tindakan (Nawawi, 2011). Pendidikan nilai ialah
penanaman nilai-nilai karakter kepada siswa meliputi pengetahuan, kesadaran, serta
tindakan untuk melakukan nilai-nilai karakter (Kumalasari et al., 2019).

Hal ini dilakukan baik kepada Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan dan kebangsaan hingga akhirnya menjadi individu yang memiliki akhlak
berkualitas. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan nilai ialah
proses membentuk individu dari segi kognitif, afektif dan kepribadian individu
berdasarkan norma agama. Proses ini dilakukan sesuai dengan rencana penanaman nilai
karakter kepada siswa. Penanaman nilai karakter dilakukan agar siswa dapat
menerapkannya baik kepada Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri maupun dengan orang
lain.

Pendidikan nilai ini memberikan konsep kepada siswa mengenai baik buruk suatu
tindakan. Hal ini bertujuan agar siswa memiliki perilaku yang baik. Tujuan Pendidikan
Nilai Pendidikan nilai memiliki tujuan untuk membantu meningkatkan keahlian
berhubungan pada tahapan yang lebih besar dan meningkatkan kebersamaan serta
kekompakan interaksi (Zakiyah & Rusdiana, 2014). Berikut ini beberapa tujuan
pendidikan nilai diantaranya (A. N. Apriani, 2019) : Siswa menerima nilai-nilai sosial
sesuai dengan norma yang ada di masyarakat. Membantu siswa dalam
mempertimbangkan nilai moral yang lebih rumit.

Mendorong siswa untuk berdisksi untuk mencari alasan ketika memilih nilai dalam suatu
masalah. Memberikan bantuan kepada siswa dalam menggunakan kemampuan berpikir
logis dalam menganalisis masalah sosial. Membantu siswa berpikir logis untuk
menghubungkan suatu konsep terhadap nilai-nilai yang dianut. Membantu siswa untuk
berkomunikasi secara terbuka dan jujur. Membantu siswa untuk menggunakan
kemampuan berpikir rasional serta kesadaran emosional dalam memahami perasaan,
nilai, dan perilaku sendiri.

Dalam Living Values Education, Zakiyah & Rusdiana (2014) menyebutkan beberapa
tujuan pendidikan nilai seperti: Menolong siswa dalam mengeksplorasi nilai-nilai melalui
pengujian kritis sehingga siswa dapat memperbaiki kualitas berpikir maupun perasaan.
Siswa dapat menghayati dan mengamalkan nilai-nilai agama sesuai dengan
keyakinannya, konsesus masyarakat dan nilai moral umum sesuai dengan yang
dianutnya. Menjadikan manusia berbudi pekerti. Menolong siswa menghadapi dan
menempatkan nilai-nilai secara integral dalam kehidupan mereka. Pendidikan nilai
sangat penting untuk diterapkan dalam pembelajaran maunpun diluar pembelajaran.

Hal ini bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan cara berpikir logis dalam
mencari solusi permasalahan yang ada. Berpikir logis dapat membantu siswa untuk
mempertimbangkan nilai-nilai moral maupun masalah sosial. Dengan adanya
pendidikan nilai dapat menjadikan manusia memiliki budi pekerti dan berakhlak mulia
sesuai dengan nilai-nilai agama yang dianutnya. Makna Nilai Pancasila Sila-sila dalam
Pancasila pada hakekatnya merupakan suatu kesatuanm (Kaelan, 2016). Namun, setiap
sila-sila Pancasila memiliki perbedaan antara sila satu dengan sila lainnya serta
mengandung makna yang berbeda-beda.

Berikut ini nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila yaitu: Ketuhanan Yang
Maha Esa Sila pertama mengandung nilai bahwa negara yang didirikan merupakan
bagian dari pengejawatahan tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Oleh sebab itu seluruh hal yang berhubungan dengan penerapan dan penyelenggaraan
negara bahkan moral negara, moral penyelenggara negara, politik negara, pemerintah
negara (Mardawani & Veronika, 2019). Selain itu hukum dan peraturan
perundang-undangan negara, kebebasan serta hak asasi masyarakat Indonesia harus
dijiwai nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa (Kaelan, 2016).

Pada sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” mengandung nilai beriman kepada
Tuhan Yang Maha Esa, kebebasan menjalankan ibadah dan saling menghormati
perbedaan (Misnaini, 2018). Setiap individu tidak dipaksa untuk memeluk agama dan
kepercayaan, mereka diberikan kebebasan untuk menentukan, meyakini agama dan
kepercayaan masing-masing (Rohani, 2019). Selain itu setiap individu melakukan
tindakan sesuai dengan ajaran agama masing-masing seperti melakukan perbuatan
jujur dan amanah. Menghargai agama yang dianut orang lain meskipun berbeda
dengan keyakinan diri.

Hal ini yang harus dimiliki oleh setiap individu dalam mengamalakan sila pertama.
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Sila kedua ini mengandung nilai kesadaran
perilaku, moral dan tingkah laku manusia berdasarkan pada kemampuan budi pekerti
manusia (Kaelan, 2016). Hal ini berhubungan dengan norma-norma serta kebudayaan
pada umumnya baik terhadap lingkungan, sesama manusia maupun diri sendiri.

Sila kedua juga mengandung nilai saling mencintai sesama manusia, persamaan hak dan
kewajiban antar sesama manusia (Misnaini, 2018). Selain itu mengembangkan sikap
tenggang rasa merupakan cerminan dari sila kedua. Hubungan yang terjalin antar
sesama manusia harus didasarkan pada saling menghormati, tolong menolong, dan
menjunjung nilai kemanusiaan (Rohani, 2019). Sikap yang sesuai dengan sila kedua
seperti tidak membeda-bedakan antar golongan masyarakat. Persatuan Indonesia Nilai
yang terkandung dalam sila ketiga yaitu negara merupakan perwujudan dari sifat
manusia sebagai makhluk individual dan makhluk sosial (Sulaiman, 2015).

Sila “Persatuan Indonesia” mengandung nilai menjaga persatuan dan kesatuan bangsa,
mencintai negara sendiri, dan bangga menjadi warga Indonesia (Misnaini, 2018).
Manusia diciptakan dalam beragam suku, ras, agama untuk bersatu dan saling
mengenal satu sama lain (Rohani, 2019). Mencintai negara sendiri dapat dilakukan
dengan cara menggunakan produk dalam negeri. Sila ketiga juga mengandung makna
bahwa setiap individu mencintai budaya yang ada di Indonesia.

Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/


Perwakilan Sila ke empat mengandung nilai demokratis yang secara mutlak harus
dilakukan dalam kehidupan (Mardawani & Veronika, 2019). Nilai demokrasi ini
berdasarkan pada nilai ketuhanan, kemanusiaan dan nilai persatuan. Setiap
pengambilan keputusan bersama lebih menekankan untuk musyawarah. Bersikap
bijaksana dalam menyelesaikan masalah dapat menciptakan suasana yang demokratis
(Rohani, 2019).

Sila ke empat ini mengandung prinsip (Asmaroini, 2017): Asas kerakyatan Asas
musyawarah mufakat Asas demokrasi Asas kebijaksanaan Sikap dalam sila ke empat
dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari seperti menyampaikan pendapat dalam
keluarga, menghargai keputusan bersama dan musyawarah untuk mencapai mufakat.
Dengan mengamalkan sila ke empat setiap individu mendapat kebebasan untuk
menyatakan pendapat. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Sila ke lima
mengandung asas keadilan, asas keadilan sosial, kesejahteran lahir dan batin,
kekeluargaan, gotong royong serta etos kerja (Asmaroini, 2016).

Selain itu nilai yang terkandung pada sila ke lima yaitu keadilan dalam kehidupan sosial
diberbagai bidang meliputi ideologi, politik, sosial, ekonomi, kebudayaan serta
pertahanan keamanan nasional (Nurjanah, 2017). Keadilan ini dapat berupa keadilan
dalam memberikan bantuan, menghargai hak dan kewajiban setiap individu. Ketika
keadilan ditegakkan hak dan kewajiban setiap masyarakat akan terpenuhi. Setiap sila
Pancasila memiliki perbedaan dan mengandung makna yang berkesinambungan. Sila
pertama mengandung makna kebebasan memeluk keyakinan dengan tetap menjaga
toleransi.

Sila kedua mengandung makna saling menyayangi antar sesama manusia, sikap
tenggang rasa, serta mengutamakan hak dan kewajiban sesama manusia. Sila ketiga
mengandung nilai persatuan dalam perbedaan suku, ras dan agama. Selain itu pada sila
ketiga mencintai dan bangga menjadi warga negara Indonesia. Sila keempat
mengandung nilai gotong royong dan musyawarah. Sila yang terakhir yaitu kelima
mengandung nilai tolong menolong, bersikap adil, dan menghormati hak orang lain.
Indikator Sila-Sila Pancasila Sila-sila Pancasila memiliki sebuah ukuran yang harus
dicapai oleh semua individu. Indikator setiap sila-sila Pancasila akan membantu
mengetahui pencapaian sikap-sikap yang dimiliki oleh setiap individu.

Berikut ini indikator sila-sila Pancasila antara lain (Irhandayaningsih et al., 2020): Sila ke 1
Ketuhanan Yang Maha Esa Berikut ini sikap-sikap sesuai dengan sila pertama yaitu:
Berdoa sebelum dan setelah melakukan kegiatan Disiplin melakukan ibadah sesuai
keyakinan Menghargai orang lain saat melakukan ibadah yang berbeda keyakinan. Sila
ke 2 Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab Berikut ini indikator pada sila pertama yaitu:
Berbicara dengan perkataan santun dengan orang yang lebih tua. Menghindari sikap,
perkataan dan tindakan yang semena-mena.
Menahan diri untuk tidak menyebarkan berita yang belum ada kebenaranya. Sila ke 3
Persatuan Indonesia Berikut ini indikator pada sila ke tiga yaitu Menumbuhkan rasa
bangga terhadap keluarga dan tanah air Memahami perbedaan individu baik di
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Menguatkan kekompakan dengan
sesama melalui aktivitas yang bersifat kolaborasi.

Sila ke 4 Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan Perwakilan Berikut ini indikator pada sila ke empat yaitu Menghargai
pendapat orang lain dengan cara mendengarkan dan tidak mencela. Menghargai
pendapat yang berbeda (terutama dari kelompok minoritas) dan menerapkan prinsip
musyawarah mufakat. Menghargai peran pemimpin baik dilingkungan keluarga, kelas,
sekolah dan masyarakat. Sila ke 5 Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Berikut
ini indikator pada sila ke lima yaitu: Bersungguh-sungguh saat belajar dan mengerjakan
tugas Menerapkan sikap hidup hemat Menghargai hasil kerja orang lain Diperkuat oleh
Suhardiyanto (2018) sikap-sikap yang menunjukkan individu sudah mengamalkan
sila-sila Pancasila yaitu: Sikap mengamalkan sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” Sikap
mengamalkan sila pertama yaitu: Menghormati perbedaa agama dan keyakinan orang
lain yang sedang beribadah.

Dengan saudara, teman, maupun tetangga yang berbeda agama dan keyakinan
bersikap sopan dan santun. Selalu menolong teman, sahabat dan keluarga ketika ada
penyelenggaraan kegiatan keagamaan Selalu membantu jika diminta tetangga, teman,
dan saudara ketika akan menyelenggarakan kegiatan keagamaan. Sikap mengamalkan
sila “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” Sikap mengamalkan sila kedua yaitu: Tidak
membeda-bedakan dalam berteman, tidak memandang status antara orang kaya
maupun miskin dalam pergaulan.

Menghormati teman, tetangga maupun keluarga yang lebih tua Berbicara dengan
sopan dan santun Menjenguk ketika ada teman, tetangga maupun keluarga yang sakit.
Sikap mengamalkan sila “Persatuan Indonesia” Sikap mengamalkan sila ketiga yaitu:
Berbicara menggunakan bahasa Indonesia Ikut menjaga lingkungan sekitar Memakai
pakaian produk Indonesia Berteman tanpa membedakan agama, suku, ras, dan adat
Sikap mengamalkan sila “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan/Perwakilan” Sikap mengamalkan sila kelima yaitu: Menghargai orang lain
yang sedang berbicara menyatakan pendapat dalam musyawarah. Setiap hasil
musyawarah diputuskan dengan penuh tanggung jawab.

Melakukan pemilihan ketua RT maupun ketua kelas dengan cara musyawrah mufakat.
Tidak memaksakan kehendak diri sendiri terhadap orang lain. Sikap mengamalkan sila
“Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” Sikap mengamalkan sila kelima yaitu:
Membantu orang lain yang sedang kesusahan seperti terkena tanah longsor maupun
banjir. Mengikuti kegiatan gotong royong dan membersihkan lingkungan sekitar.
Menghargai hak orang lain dapat dilakukan dengan tidak mengganggu hak orang lain
seperti menyalakan radio keras-keras saat tetangga sedang sakit.

Berdasarkan urian diatas maka diperoleh indikator nilai-nilai Pancasila sebagai berikut:
Tabel 2 Indikator Sila-Sila Pancasila Sila Pancasila _Indikator Sikap _ _Ketuhanan Yang
Maha Esa _Berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan. Menjalankan ibadah
sesuai keyakinan dan tepat waktu. Saling tolong menolong walaupun terdapat
perbedaan agama. Menghormati perbedaan agama dan keyakinan. Menghormati orang
lain yang sedang beribadah. _ _Kemanusiaan yang Adil dan Beradab _Berbicara dengan
perkataan yang sopan santun. Menghormati orang yang lebih tua. Tidak bersikap
semena-mena terhadap orang lain. Tidak membeda-bedakan dalam berteman.

_ _Persatuan Indonesia _Menggunakan produk sendiri yaitu produk buatan Indonesia.


Berbicara menggunakan bahasa Indonesia. Menjaga lingkungan sekitar Tidak
membedakan suku, ras, agama dan adat _ _Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan/ Perwakilan _Menghargai orang lain yang sedang menyatakan pendapat.
Menghargai keputusan bersama dengan penuh rasa tanggung jawab. Tidak
memaksakan kehendak sendiri. Menghargai peran pemimpin baik dikelas, keluarga
maupun masyarakat. _ _Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia _Membantu
orang lain yang sedang kesusahan. Menghargai hak orang lain.

Menghargai hasil kerja orang lain. _ _ Mengukur setiap karakter memiliki tolak ukur yang
berbeda. Dengan adanya indikator tersebut dapat mempermudah penilaian terhadap
nilai-nilai Pancasila yang diamalkan setiap individu. Indikator ini menjadi penanda
adanya perubahan karakter dan bersifat tetap. Selain itu indikator ini juga membantu
untuk mengetahui keberhasilan dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila.
Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Perkembangan merupakan proses bertambahnya
kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang menyangkut proses pematangan
sel-sel tubuh, jaringan, organ-organ, serta sistem organ (Sit, 2012).

Perkembangan terjadi pada usia sekolah, pada masa ini dapat dimulai dari fase TK
(Ajhuri, 2019). Fase ini memberikan bimbingan kepada anak untuk menghilangkan
kebiasaan di rumah. Dimana anak diajarkan untuk mematuhi dan melaksanakan aturan.
Selain itu anak diutamakan kegiatan bermain, sehingga memberikan pengetahuan anak
untuk mengenal berbagai jenis benda, teman, dan saling menghargai. Ketika anak telah
mencapai usia 6-7 tahun, perkembangan jasmani dan rohani mulai sempurna, serta anak
mulai belajar beradaptasi di lingkungan sekolah. Sekolah merupakan lingkungan
memiliki pengaruh terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak.

Berikut ini perkembangan yang terjadi pada anak usia sekolah dasar (Khaulani et al.,
2019): Perkembangan Fisik dan Motorik Perkembangan fisik ialah suatu pertumbuhan
biologi yang dialami oleh anak (Murti, 2018). Perkembangan ini yang sangat penting,
hal ini dikarenakan perilaku sehari-hari anak akan dipengaruhi oleh perkembangan fisik.
Sedangkan perkembangan motorik merupakan perkembangan dari segi kematangan
dan pengendalian gerak tubuh (Istiqomah & Suyadi, 2019).

Dari segi kematangan dan pengendalian gerak tubuh pada usia sekolah motorik anak
lebih halus, sempurna, serta terkoordinasi dengan baik. Tahap perkembangan usia
sekolah dasar, anak-anak sudah mampu mengendalikan tubuh meskipun masih terbatas
(Soetjiningsih, 2012). Mereka juga sudah dapat bertahan duduk, mengamati sesuatu
dalam waktu cukup lama tetapi wajib dalam bentuk aktivitas aktif. Usia 7 tahun gerakan
tangan anak sudah stabil tetapi masih belum rapi untuk menulis. Usia 8-10 tahun anak
sudah dapat menulis huruf bersambung, ukurannya sudah lebih kecil dan rapi.

Usia 10-12 tahun anak sudah dapat menunjukkan keterampilan yang lebih rinci, rumit,
dan cepat untuk menghasilkan kerajinan. Perkembangan Kognitif Cognitive berasal dari
kata cognition yang sama arti dengan knowing berarti mengetahui (Nurhadi, 2020). Jika
dalam arti luas memiliki arti penataan, perolehan dan penggunaan pengetahuan (Jahja,
2015). Terdapat empat tahap perkembangan kognitif pada anak antara lain (Mifroh,
2020): Tahap sensori motorik (usia 0 – 2 tahun) Tahap sensori motorik ini anak hanya
bisa memikirkan tentang hal yang masih dikerjakan dan tidak memikirkan dampaknya.

Ketika anak telah berusia 1,5 tahun sampai 2 tahun, mereka sudah bisa mengenali objek
permanen yang terlihat dengan berkala. Tahap pra-operasional (usia 2 – 7 tahun) Di
tahap ini anak telah mengenali sesuatu sesuai dengan keberadaan suatu objek
meskipun objek tersebut tidak ada disekitar anak. Pada tahap ini juga konsep-konsep
yang dimiliki anak telah terbentuk dengan stabil, keegoisan mulai kuat kemudian
melemah.

Ketika anak terlibat dalam masalah maka ia akan berpikir kemudian mendapatkan
solusinya sesuai dengan pemikiranya, kemudian akan direalisasikan. Tahap operasional
konkrit (usia 7-11 tahun) Di tahap ini anak telah mengembangkan kemampuan berpikir
logis dan mulai memahami beberapa konsep. Dalam tahap ini terdapat beberapa proses
penting diantaranya (Sit, 2012): Pengurutan Anak telah memiliki kemampuan untuk
mengurutkan ukuran, bentuk, warna dan ciri-ciri lainnya.

Klasifikasi Anak sudah bisa menamai dan mengindentifikasi benda-benda sesuai dengan
klasifikasinya. Decentering Anak mulai dapat mempertimbangkan beberapa aspek
dalam permasalahan untuk menyelesaikannya. Reversibility Kemampuan anak dalam
memahami jumlah dan perubahan benda sudah mulai telihat. Dengan kemampuan yang
dimiliki anak sudah dapat memutuskan dengan cepat. Konservasi Pada tahap ini anak
memiliki kemampuan untuk memahami jumlah, panjang, dan sesuatu hal yang tidak
berbuhungan dengan tampilan suatu objek. Penghilangan sifat egosentrime Anak telah
mampu melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain.

Tahap operasional formal (usia 11 tahun – dewasa) Tahap operasional formal anak
sudah mulai bisa menyelesiakan permasalahan tetapi hanya pada tahap-tahap yang
konkrit atau nyata. Anak telah memiliki kemampuan untuk mengkoordinasikan dengan
baik. Kemampaun dalam berpikir untuk mengatasi dan mempelajari sesuatu yang
abstrak sudah berkembang dengan baik. Anak usia SD 7-11 tahun, jika mengikuti tahap
perkembangan Piaget berada pada tahap ketiga yaitu tahap operasional konkret. Di
tahap ini anak sudah bisa menggunakan logika mereka terhadap sesuatu yang bersifat
nyata (Trianingsih, 2016). Namun anak belum bisa menggunakan logika mereka untuk
hal-hal yang dianggap abstrak.

Anak-anak mulai belajar untuk membentuk konsep, melihat hubungan, dan


memecahkan permasalah yang bersifat nyata. Perkembangan Moral Dalam teori Piaget,
periode transisi siswa sekolah dasar berada pada kelas I, II, III, dan IV (Khaulani et al.,
2019). Dimana tahap usia ini mulai meninggalkan moral realisme kemudian memasuki
moral otonom. Hal ini berakibat pada tingkah laku moral anak yang terkadang seperti
tingkah laku anak pada periode heterenom dan otonom. Periode heterenom ini anak
mulai melihat tingkah laku baik atau buruk yang dipandang sebagai akibat tingkah laku
yang ditimbulkan. Sedangkan level pada perkembangan moral terdapat 3 level yaitu
(Khoiriah et al.,

2019): Pra-konvensional moralitas Pada level ini, anak mengetahui moralitas hasil dari
timbulnya suatu perbuatan berupa hukuman. Mereka tidak melanggaran aturan
dikarenakan mereka takut akan diberi hukuman. Level ini memiliki dua tahapan
diantaranya: Tahap 1 orientasi kepatuhan dan hukuman Konsep yang dimiliki anak
tentang baik dan buruk ditentukkan oleh otoritas. Anak patuh terhadap aturan untuk
mengindari hukuman. Tahap 2 orientasi relativis-instrumental Hubungan antar manusia
memiliki elemen resiprositas serta pembagian yang sama rata. Konvensional Level ini
suatu tindakan dinilai dengan baik oleh anak jika menaati harapan otoritas keluarga, dan
teman sebaya.

Pada level ini terdapat dua tahapan yang merupakan lanjutan dari tahap level pertama,
adapun tahapannya yaitu: Tahap 3 orientasi anak yang baik “anak manis” Perilaku yang
baik dan menyenangkan merupakan tindakan yang dilakukan pada tahap ini. Tahap 4
orientasi keteraturan dan otoritas Dikatakan berperilaku yang baik jika melakukan
kewajiban, menghormati otoritas serta menjaga ketertiban sosial. Pasca-konvensional
Level pasca-konvensional, aturan dan intuisi tidak dilihat sebagai tujuan akhir, namun
dibutuhkan sebagai subjek.

Di level ini terdapat dua tahapan yang merupakan lanjutan dari level konvensional
diantaranya: Tahap 5 Orientasi kontrol sosial-legalistik Terdapat kesepakatan dengan
masyarakat dan kesadaran untuk berpendapat secara pribadi. Tahap 6 kata hati atau
prinsip Kata hati dijadikan sebagai landasan untuk sebuah kebenaran berprinsip etika
universal yang bersifat abstrak dan menghormati martabat manusia. Perkembangan
moral anak pada masa kanak-kanan akhir, mereka berbuat baik untuk medapatkan
kepuasan diri yang didapatkan dari persetujuan sosial (Soetjiningsih, 2012).

Usia 10-12 tahun anak sudah mengenal konsep moralitas seperti keadilan, kejujuran,
dan menghargai. Perkembangan Sosial-Emosional Perkembangan sosial berarti
rangkaian perubahan secara terus menerus yang tercermin dalam perilaku seseorang
untuk menjadi makhluk sosial (Jahja, 2015). Usia kelas tinggi yaitu kelas 4, 5, 6 mereka
mulai sadar akan ungkapan emosi secara kasar tidak akan tidak disenangi oleh orang
lain (Agustina, 2018). Oleh sebab itu mereka mulai belajar mengendalikan dan
mengontrol emosi dengan cara meniru dan latihan.

Guru dan orang tua dalam mengelola emosi sangat berpengaruh terhadap proses
peniruan. Pada tahap perkembangan sosial, siswa SD menunjukkan bentuk tingkah laku
yang berubah dan menjalin pertemanan dengan teman sebaya, keluarga, serta teman
sekolah (Dewi et al., 2020). Hubungan yang terjalin ini menjadikan hubungan sosial anak
semakin luas. Tahap perkembangan ini anak mulai bisa menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitar, mementingkan kepentingan orang lain. Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk berinteraksi sosial (Khaulani
et al., 2019).

Pada usia sekolah dasar merupakan masa berkembangnya bahasa anak dengan cepat
(Agustina, 2018). Perkembangan ini pada masa awal sudah mengusai 2500 kata dan
pada masa akhir dapat menguasai 5000 kata. Perkembangan ini diperkuat dengan
adanya mata pelajaran bahasa Indonesia. Penelitian Yang Relevan Berdasarkan hasil
penelitian terdahulu, ada beberapa penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian
penulis yaitu: Penelitian yang dilakukan oleh Yogi Aji Sasmito (2018) tentang
“Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Untuk Menumbuhkan Rasa Nasionalisme Di SDN 03
Ngemplak” hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat faktor pendukung dan
penghambat dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila di SDN 03 Ngemplak.
Penerapan nilai-nilai Pancasila di SDN 03 Ngemplak dilakukan didalam pembelajaran
maupun diluar pembelajaran. Implementasi nilai-nilai Pancasila yang dilakukan SDN 03
Ngemplak dengan cara upacara bendera, menyanyikan lagu kebangsaan, sholat
berjamaah, membaca surat-surat pendek dan melakukan gotong royong. Penelitian
yang dilakukan oleh Rifai Kusuma Nurudin (2016) tentang “Implementasi Nilai-nilai
Luhur Pancasila Dalam Kurikulum 2013 Di SDIT Tunas Mulia Wonosari Gunungkidul
Perspektif Pendidikan Agama Islam” hasil dari penelitian ini yaitu pelaksanaan
implementasi dilakukan dengan cara mengembangkan kompetensi inti dan kompetensi
dasar pada semua mata pelajaran yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Pancasila.

Selain mengembangkan kompetensi inti dan kompetensi dasar pihak sekolah


melakukan pengembangan pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Implementasi nilai-nilai Pancasila di SDIT Tunas Mulia dalam mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam dilakukan melalui kegiatan sholat, baca al-qur’an dan
pembentukan karakter siswa dapat dilihat dari kemandirian, kejujuran, toleransi, dan
gotong royong. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Alwi (2017) tentang
“Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Pengembangan Kurikulum PAI Di SMP Negeri 9
Yogyakarta” hasil penelitian ini yaitu aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam
pengembangan kurikulum PAI diwujudkan melalui kegiatan keagamaan, kegiatan sosial
dan pembiasaan kepada siswa di sekolah. Nilai-nilai Pancasila yang teraktualisasi melalui
penanaman nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan dan nilai
keadilan.

Tabel 3 Persamaan dan Perbedaan Penelitian No _Nama _Judul Penelitian _Persamaan


_Perbedaan _ _1 _Yogi Aji Sasmito, 2018 _Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Untuk
Menumbuhkan Rasa Nasionalisme Di SDN 03 Ngemplak _Sama-sama meneliti tentang
implementasi nilai-nilai Pancasila Sama-sama menggunakan metode kualitatif.
_Penelitian milik Yogi Aji Sasmito fokus meneliti rasa nasionalis, sedangkan penelitian ini
meneliti karakter toleransi dan gotong royong. _ _2 _Rifai Kusuma Nurudin S.Pd.I, 2016
_Implementasi Nilai-nilai Luhur Pancasila Dalam Kurikulum 2013 Di SDIT Tunas Mulia
Wonosari Gunungkidul Perspektif Pendidikan Agama Islam _Sama-sama meneliti
tentang implementasi nilai-nilai Pancasila Sama-sama menggunakan metode kualitatif.

_Penelitian miliki Rifai Kusuma Nurudin S.Pd.I meneliti tentang nilai-nilai Pancasila dalam
kurikulum melalui pendidikan agama islam sedangkan penelitian ini meneliti
implementasi nilai-nilai Pancasila dalam pembelajaran maupun diluar pembelajaran. _ _3
_Mahmud Alwi, 2017 _Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Pengembangan Kurikulum
PAI Di SMP Negeri 9 Yogyakarta _Sama-sama meneliti nilai-nilai Pancasila _Penelitian
milik Mahmud Alwi dilaksanakan di SMP dan pada mata pelajaran PAI, sedangkan
penelitian ini dilakukan di SDN Bakulan. _ _ Kerangka Berpikir Saat ini penyimpangan
karakter sering terjadi baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
Penyimpangan karakter dapat dilakukan oleh anak-anak maupun orang dewasa.

Di level sekolah dasar penyimpangan karakter juga sering terjadi. Bentuk penyimpangan
karakter di sekolah dasar diantaranya perkelahian, mengejek, bahkan terdapat tindakan
mencuri. Jika tindakan tersebut dibiarkan dapat berpengaruh terhadap karakter bangsa.
Mengatasi penyimpangan karakter dapat diatas dengan berbagai cara. Namun cara
yang kurang efektif salah satunya dengan memberikan hukuman tidak dapat mengatasi
penyimpangan karakter. Menanamkan nilai-nilai karakter sejak usia SD dapat
memberikan konsep kepada siswa mengenai baik buruk suatu tindakan. Penanaman
nilai-nilai ini dilakukan melalui lembaga pendidikan yang menerapkan penanaman nilai
karakter.

Penanaman nilai karakter yang dilakukan sekolah dengan menerapkan nilai-nilai


Pancasila. SDN Bakulan merupakan salah satu sekolah yang menerapkan nilai-nilai
Pancasila dalam proses pembelajaran maupun diluar pembelajaran. Penerapan nilai-nilai
Pancasila disesuaikan dengan rencana kegiatan dan sesuai kurikulum. Dengan adanya
program ini diharapkan dapat membentuk karakter siswa, perilaku dam jiwa sesuai
dengan sila-sila Pancasila. / BAB III METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian
yang digunakan ialah penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif ialah pengumpulan data pada suatu latar alamiah dengan maksud
menafsirkan fenomena yang terjadi dimana peneliti sebagai instrumen kunci (Anggito &
Setiawan, 2018). Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami kejadian tentang
hal-hal yang dialami oleh subjek penelitian seperti perilaku (Subhi, 2016). Penelitian ini
mendeskripsikan proses penerapan nilai-nilai Pancasila dalam membentuk karakter
siswa. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik
pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/ kualitatif,
dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Penelitian dilakukan di SDN Bakulan dengan jenis penelitian lapangan (field research).
Penelitian lapangan (field research) merupakan penelitian yang dilakukan langsung ke
lapangan untuk melaksanakan pengamatan mengenai suatu peristiwa dalam keadaan
ilmiah (Djam’an & Aan, 2010). Dengan jenis penelitian ini dapat diperoleh permasalahan
tentang penerapan pendidikan nilai Pancasila di SDN Bakulan. Jenis Data dan Sumber
Data Sumber data yang diperoleh menggunakan sumber primer dan sekunder .

Sumber data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung oleh peneliti,
sedangkan sumber data sekunder ialah sumber data yang diperoleh secara tidak
langsung seperti buku (Asmiyati, 2018). Sumber data primer dapat diamati dan dicatat,
sedangkan data sekunder telah tersedia dan berkaitan dengan penelitian (Ilmi, 2020).
Dalam hal ini sumber data primer melibatkan kepala sekolah, guru kelas, dan siswa SDN
Bakulan. Data sekunder digunakan sebagai data pelengkap dari data primer.

Peneliti mengelompokkan sumber data berdasarkan aspek-aspek yang diteliti antara


lain: Tabel 4 Jenis dan Sumber Data No _Jenis Data _Sumber Data _Metode Pengambilan
Data _Metode Analisis Data _ _1 _Kegiatan pembelajaran dan diluar pembelajaran
_Kepala Sekolah Guru Siswa _Wawancara Observasi Dokumentasi _Deskriptif analisis _ _2
_Penerapan nilai-nilai Pancasila _Kepala Sekolah Guru Siswa _Wawancara Observasi
Dokumentasi _Deskriptif analisis _ _ Subjek Penelitian Subjek penelitian ialah seseorang
yang akan diusut mengenai informasi darinya untuk memperoleh data-data penelitian
(Budiman, 2020). Subjek dalam penelitian ini tidak semua orang yang berada dalam
lembaga penelitian menjadi sumber data tetapi hanya beberapa.

Berikut ini subjek penelitian yang akan menjadi sumber data dalam penelitian yaitu:
Kepala sekolah Kepala sekolah sebagai sumber data untuk memperoleh data tentang
implementasi nilai-nilai Pancasila di sekolah. Kepala sekolah memiliki wewenang untuk
mengorganisir kegiatan pembelajaran untuk mencapai target yang telah ditentukan.
Sumber data yang diperoleh dari kepala sekolah SD Negeri Bakulan untuk mengetahui
kebijakan dan program yang berlaku di sekolah baik kegiatan pembelajaran maupun
kegiatan diluar pembelajaran.

Guru Guru merupakan sumber informasi yang penting untuk memperoleh sumber data
dalam penelitian. Hal ini dikarenakan guru menjadi orang yang sering berinteraksi
dengan siswa ketika pembelajaran maupun di luar pembelajaran. Selain itu guru juga
lebih memamahi perubahan dan peningkatan karakter yang dialami oleh siswa. Siswa
Siswa-siswi Sekolah Dasar Negeri Bakulan menjadi sumber data yang sangat penting
dalam melaksanakan penelitian ini. Pelaksanaan penelitian ini memilih kegiatan
pembelajaran di kelas 5 sekolah dasar. Penelitian ini akan dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran dan di luar pembelajaran.

Waktu dan Tempat Penelitian Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada
semester genap tahun 2020/2021 mulai bulan Maret-Mei 2021. Dalam waktu tersebut
data yang didapatkan akan dianalisa untuk mengetahui implementasi nilai-nilai
Pancasila di SDN Bakulan. Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN
Bakulan yang terletak di Jalan Sultan Agung Bakulan, Patalan, Jetis, Bantul, Yogyakarta.

Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Teknik Penelitian Penelitian yang akan
dilakukan penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan antara lain: Observasi
Sugiyono (2014) menyatakan bahwa observasi merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara mengamati tingkah laku seseorang dalam melaksanakan
suatu kegiatan. Obervasi dilakukan oleh peneliti secara langsung maupun tidak
langsung terhadap obyek penelitian dilapangan (Suprianto, 2019). Peneliti
mengumpulkan data dengan teknik observasi dilakukan dengan cara mengamati
kegiatan dan pembiasaan yang dilakukan oleh kepala sekolah, guru dan siswa sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila di SDN Bakulan.

Wawancara Pengambilan data dengan wawancara merupakan kegiatan yang dilakukan


untuk mendapatkan informasi secara langsng dengan cara bertanya kepada informan
(Suprianto, 2019). Teknik wawancara dilakukan oleh peneliti agar memperoleh informasi
secara mendalam mengenai pendapat dan pandangan dari narasumber yang sesuai
dengan sampel (Budiman, 2020). Dengan wawancara peneliti membuat pertanyaan yang
disesuaikan dengan topik atau permasalahan yang ada. Peneliti menggunakan teknik
wawancara untuk mengetahui proses penerapan nilai-nilai Pancasila di SDN Bakulan.

Dokumentasi Dokumentasi merupakan sebuah catatan fenomenaa yang telah berlalu,


dokumentasi dapat berbentuk gambar, tulisan, maupun sebuah karya (Ilmi, 2020).
Pengumpulan data dengan cara ini dilakukan untuk menghasilkan catatan penting
terkait dengan masalah yang diteliti (Subhi, 2016). Hal ini akan memperoleh data yang
lengkap, sah serta tidak didasarkan pada pendapat seseorang. Peneliti menggunakan
dokumen foto kegiatan di SDN Bakulan dan dokumen rencana pelaksanaan
pembelajaran berkaitan dengan penerapan nilai-nilai Pancasila. Instrumen Pengumpulan
Data Penelitian ini menggunakan instrumen lembar checklist dan pertanyaan.

Lembar checklist digunakan untuk pedoman observasi dan lembar pertanyaan


digunakan untuk pedoman wawancara. Pedoman dokumentasi akan dikumpulkan oleh
peneliti beberapa dokumen yang dapat membantu dalam menganalisis data. Pedoman
Observasi Pedoman observasi digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan
pengamatan pada penelitian peran sekolah dalam penerapan nilai-nilai Pancasila di SDN
Bakulan. Penyususnan pedoman observasi yang sudah direncanakan dan ditulis
mengacu pada buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (Suhardiyanto, 2018)
serta penelitian Pemberdayaan Keluarga dan Masyarakat Dalam Pendidikan Karakter
dan Internalisasi Nilai Pancasila di Era Pembelajaran Daring (Irhandayaningsih et al.,
2020). Penyusunan ini bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam melaksanakan
pengamatan.

Adapun aspek-aspek yang akan diobservasi sebagai berikut: Tabel 5 Kisi-Kisi Instrumen
Observasi Indikator _Sub Indikator _Jumlah Butir _Nomor Butir _ _Mengamalkan
nilai-nilai Pancasila sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” _Berdoa sebelum dan
sesudah melakukan kegiatan. _2 _1a, 1b _ _ _Menjalankan ibadah sesuai keyakinan dan
tepat waktu. _4 _2a, 2b, 2c, 2d _ _ _Saling tolong menolong walaupun terdapat
perbedaan agama. _1 _3 _ _ _Menghormati perbedaan agama dan keyakinan _2 _4a, 4b _
_Mengamalkan nilai-nilai Pancasila sila kedua “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”
_Berbicara dengan perkataan yang sopan santun _2 _5a, 5b _ _ _Menghormati orang
yang lebih tua _3 _6a, 6b, 6c _ _ _Tidak bersikap semena-mena terhadap orang lain _2
_7a, 7b _ _ _Tidak membeda-bedakan dalam berteman _2 _8a, 8b _ _Mengamalkan
nilai-nilai Pancasila sila ketiga “Persatuan Indonesia” _Menggunakan produk sendiri
yaitu produk buatan Indonesia.

_2 _9a, 9b _ _ _Berbicara menggunakan bahasa Indonesia yaitu saat mengirimkan tugas


sekolah berupa video siswa berbicara menggunakan bahasa Indonesia. _1 _10 _ _ _Tidak
membedakan suku, ras, agama dan adat yaitu siswa mengerjakan tugas secara
berkelompok tanpa memilih. _1 _11 _ _Mengamalkan nilai-nilai Pancasila sila ke empat
“Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat/ Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan
Perwakilan _Menghargai orang lain yang sedang menyatakan pendapat.

_1 _12 _ _ _Menghargai keputusan bersama dengan penuh rasa tanggung jawab _1 _13 _
_ _Tidak memaksakan kehendak sendiri _1 _14 _ _ _Menghargai peran pemimpin baik
dikelas, keluarga maupun masyarakat _1 _15 _ _Mengamalkan nilai-nilai Pancasila sila
kelima “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” _Membantu orang lain yang
sedang kesusahan _1 _16 _ _ _Menghargai hak orang lain _1 _17 _ _ _Menghargai hasil
kerja orang lain _1 _18 _ _ Pedoman Wawancara Pedoman wawancara dijadikan peneliti
sebagai alat bantu agar mempermudah selama proses penelitian dan topik pembicaraan
dapat terarah sesuai dengan penilitian.

Adapun kisi-kisi pedoman wawancara dalam penelitian ini yaitu: Tabel 6 Kisi-Kisi
Instrumen Wawancara Kepala Sekolah Indikator _Sub Indikator _Jumlah Butir _Nomor
Butir _ _Nilai-nilai Pancasila _Memahami makna makna nilai-nilai Pancasila _1 _1 _ _
_Mengetahui tujuan diterapkannya nilai-nilai Pancasila _1 _2 _ _Pendidikan Nilai
_Memahami makna pendidikan nilai _2 _3, 4 _ _ _Mengetahui tujuan pendidikan nilai _1
_5 _ _Proses perencanaan pembelajaran _Membuat perencanaan kegiatan pembelajaran
_1 _6 _ _ _Perencanaan pembelajaran memuat nilai-nilai Pancasila _2 _7, 8 _ _ _Membuat
rumusan tujuan pembelajaran _1 _9 _ _ _Kurikulum yang digunakan _1 _10 _ _ _Proses
pelaksanaan dan evaluasi kurikulum _2 _11, 12 _ _Proses pelaksanaan pembelajaran
_Proses kegiatan pembelajaran siswa _5 _13, 14, 15, 16, 17 _ _Proses pelaksanaan
kegiatan diluar pembalajaran _Jenis kegiatan Perencanaan pelaksanaan _3 _18a 18b 18c
_ _Evaluasi proses pembelajaran dan kegiatan diluar pembelajaran _Jenis evaluasi
Perubahan sikap sebelum dan sesudah kegiatan.
_3 _19, 20, 21 _ _ Tabel 7 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Guru Indikator _Sub Indikator
_Jumlah Butir _Nomor Butir _ _Nilai-Nilai Pancasila _Memahami makna nilai-nilai
Pancasila _1 _1 _ _Pendidikan Nilai _Memahami makna pendidikan nilai _2 _2,3 _ _
_Mengetahui tujuan pendidikan nilai _2 _5 _ _Proses perencanaan pembelajaran
_Membuat perencanaan kegiatan pembelajaran _1 _6 _ _ _Membuat rumusan tujuan
pembelajaran _1 _7 _ _ _Membuat perencanaan pembelajaran terintegrasi dengan
nilai-nilai Pancasila _1 _8 _ _Proses pelaksanaan pembelajaran _Proses kegiatan
pembelajaran siswa _8 _9a, 9b, 9c, 9d, 9e, 9f, 9g, 9h _ _Proses pelaksanaan kegiatan
diluar pembalajaran _Jenis kegiatan Perencanaan pelaksanaan _3 _10a, 10b, 10c _
_Evaluasi proses pembelajaran dan kegiatan diluar pembelajaran _Jenis evaluasi
Perubahan sikap sebelum dan sesudah kegiatan.

_5 _11a, 11b, 11c, 11d, 11e _ _ Tabel 8 Kisi-Kisi Wawancara Siswa Indikator _Sub
Indikator _Jumlah Butir _Nomor Butir _ _Pancasila _Memahami makna Pancasila dan
sila-sila Pancasila _1 _1 _ _ _Memahami nilai-nilai Pancasila _10 _2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11
_ _Pembelajaran _Sikap guru dalam pembelajaran _2 _12, 13 _ _Nilai Pancasila _Nilai
Ketuhanan _3 _14a, 14b, 14c _ _ _Nilai Kemanusiaan _5 _15a, 15b, 15c, 15d, 15e _ _ _Nilai
Persatuan _4 _16a, 16b, 16c, 16e _ _ _Nilai Kerakyatan _3 _17a, 17b, 17c _ _ _Nilai
Keadilan _2 _18a, 18b _ _ Pedoman Dokumentasi Pedoman dokumentasi digunakan
peniliti sebagai sumber data untuk mengelengkapi penelitian.

Dalam hal ini dokumen yang diperlukan sebagai berikut: Tabel 9 Kisi-Kisi Dokumentasi
No _Aspek _Sumber _ _1 _Data visi dan misi sekolah _Sekolah _ _2 _Sarana dan prasarana
sekolah _Sekolah _ _3 _Data guru dan karyawan _Sekolah _ _4 _Data peserta didik pada
tahun 2021 _Sekolah _ _5 _Data perencanaan pelaksanaan pembelajaran _Sekolah _ _6
_Data kegiatan siswa _Sekolah _ _7 _Dokumen pendukung _Sekolah _ _ Teknik
Keabsahan Data Data yang sudah dikumpulkan dalam penelitian harus dilakukan
keabsahan data untuk menjamin keakuratan data tersebut. Teknik keabsahan data tidak
dapat dipisahkan dari penelitian kualitatif dan dapat digunakan untuk menyanggah
tuduhan terhadap konsep (Mekarisce, 2020).

Dalam penelitian ini teknik triangulasi digunakan untuk menguji keabsahan data.
Triangulasi merupakan teknik pengecekan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
pada yang lain di luar data itu untuk keperluan membandingkan terhadap data tersebut
(Sondak et al., 2019). Teknik triangulasi memiliki beberapa cara antara lain triangulasi
sumber, triangulasi waktu, triangulasi teori, triangulasi peneliti, dan triangulasi metode
(Bachri, 2010).

Sedangkan menurut Sugiyono (2015) terdapat 3 cara yaitu triangulasi sumber,


triangulasi teknik dan triangulasi waktu. Dari cara-cara tersebut dalam penelitian ini
menggunakan triangulasi sumber, hal ini untuk mengetahui berbagai macam kegiatan
implementasi nilai-nilai Pancasila yang dilakukan pihak sekolah. Teknik Analisis Data
Analisis data ialah mencari dan mengatur secara sistematis data-data yang diperoleh
untuk menambah pemahaman terhadap objek yang diteliti (Budiman, 2020).

Analisis dalam penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut (Sugiyono, 2014):
Reduksi Data Reduksi data merupakan proses penyederhanaan suatu data mentah
melalui seleksi, pemfokusan, pengabstraksian untuk dijadikan informasi yang memiliki
makna (Sofiyanti, 2020). Dengan reduksi data mempermudah peneliti untuk
menentukan hal-hal penting sesuai dengan topik penelitian dan membuang data yang
tidak diperlukan. Penyajian data Penyajian data merupakan data yang disajikan atau
display dalam bentuk tabel, grafik, phiechard, pictogram dan sejenisnya. Penyusunan
data dilakukan agar data yang disajikan mudah dipahami.

Selain itu penyusunan data dapat mempermudah peneliti untuk menyusun tahap
selanjutnya. Penarikan kesimpulan Kesimpulan merupakan hasil dari temuan penelitian
yang dapat menjawab rumusan masalah. Pada proses pengambilan kesimpulan ditahap
awal yang dibuat masih bersifat sementara. Namun, dapat berubah ketika terdapat data
lain yang mendukung penelitian. BAB IV NASKAH PUBLIKASI IMPLEMENTATION OF
PANCASILA VALUE EDUCATION IN SD NEGERI BAKULAN Isti Septiyani¹, An-Nisa
Apriani² Universitas Alma Ata¹² Email: istitiyani2@gmail.com Abstract Implementation of
Pancasila Implementation of Pancasila value education in elementary schools is very
crucial. This is considering that the character possessed by each individual is different.

The differences in character can lead to disputes, divisions, and trigger deviant behavior.
Overcoming character deviations can be done by applying Pancasila values ??in schools.
This study aims to determine and to understand the implementation of Pancasila values
??education, Pancasila values, and the students’ character at SD Negeri Bakulan. This
type of research is qualitative research. Data collection techniques in this study were
conducted through interviews, observation, and documentation. The data analysis
technique used in this research is data reduction, data presentation, and conclusion
drawing/verification.

The research results on the implementation of Pancasila values ??education in SD Negeri


Bakulan showed that Pancasila value education was implemented through three stages,
namely planning, implementation, and evaluation. Education Planning of Pancasila
values ??education is to compose planning. Implementation is carried out through
learning activities, activities outside of learning, habituation, and discipline. Evaluation is
done through student evaluation which includes evaluation of learning and observation
of attitudes, while evaluation of educators is carried out by monitoring and assigning
assignments.

The values ??of Pancasila that are applied at SD Negeri Bakulan include divine values,
human values, unity values, populist values, and justice values. Pancasila values ??are
shown by the students’ attitudes and behavior in accordance with the indicators of
Pancasila values. The application of Pancasila values ??at SD Negeri Bakulan forms fifth
grade students who have religious character values, tolerance, responsibility,
nationalism, mutual cooperation, social care, and appreciate an achievement.

Keywords: Pancasila Values ??Education, Character Values IMPLEMENTASI PENDIDIKAN


NILAI PANCASILA DI SD NEGERI BAKULAN Isti Septiyani¹, An-Nisa Apriani² Universitas
Alma Ata ¹² Email: istitiyani2@gmail.com Abstrak Implementasi pendidikan nilai
Pancasila di sekolah dasar sangat penting dilakukan. Hal ini mengingat bahwa karakter
yang dimiliki setiap individu berbeda-beda, perbedaan karakter dapat menimbulkan
perselisihan, perpecahan, serta memicu perilaku menyimpang.

Mengatasi penyimpangan karakter dapat dilakukan dengan menerapkan nilai-nilai


Pancasila di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami
implementasi pendidikan nilai Pancasila, nilai-nilai Pancasila, serta karakter siswa di SD
Negeri Bakulan. Jenis penelitian ini yaitu penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan Hasil penelitian implementasi pendidikan nilai Pancasila
di SD Negeri Bakulan menunjukkan bahwa, pendidikan nilai Pancasila
diimplementasikan melalui tiga tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Perencanaan pendidikan nilai Pancasila yaitu menyusun perencanaan kegiatan.
Pelaksanaan dilakukan melalui kegiatan pembelajaran, kegiatan diluar pembelajaran,
pembiasaan, dan kedisiplinan. Evaluasi dilakukan melalui evaluasi siswa yang mencakup
evaluasi pembelajaran dan pengamatan sikap sedangkan evaluasi tenaga pendidik
dilakukan dengan pemantauan serta pemberian tugas.

Nilai-nilai Pancasila yang diterapkan di SD Negeri Bakulan meliputi nilai ketuhanan, nilai
kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. Nilai-nilai Pancasila
ditunjukkan dengan sikap dan perilaku siswa sesuai dengan indikator nilai-nilai
Pancasila. Penerapan nilai-nilai Pancasila di SD Negeri Bakulan membentuk siswa kelas V
(lima) memiliki nilai karakter religius, toleransi, tanggung jawab, nasionalis, gotong
royong, peduli sosial dan menghargai prestasi.

Kata kunci: Pendidikan Nilai Pancasila, Nilai Karakter Pendahuluan Bangsa Indonesia
memiliki keberagaman budaya maupun agama yang memiliki unsur nilai, norma, moral
dan etika kepribadian. Setiap orang memiliki karakter yang berbeda-beda. Karakter yang
dimiliki setiap individu akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi dapat membawa pengaruh
buruk terhadap seseorang seperti berbagai penyimpangan perilaku dari nilai-nilai,
norma dan moral (A, 2016).

Sumber daya manusia yang berkualitas akan dipengaruhi oleh lingkungan keluarga,
masyarakat maupun sekolah. Oleh karena itu sekolah menjadi lembaga yang sangat
penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berkarakter mulia.
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berkarakter baik, maka perlu
meningkatkan mutu pendidikan terutama di sekolah dasar. Peningkatan mutu
pendidikan di sekolah dilakukan dengan memaksimalkan segala proses pendidikan
maupun kegiatan yang ada di sekolah.

Pendidikan merupakan segala usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan


berbagai potensi diri siswa agar memiliki kekuatan spiritual, mampu mengendalikan diri,
berkepribadian, kecerdasan akhlak serta memiliki keterampilan (Sutrisno, 2016). Dengan
adanya pendidikan dapat menunjang perkembangan siswa sekolah dasar untuk
memahami nilai-nilai moral yang ada. Kepribadian yang berkarakter dapat terwujud
dengan adanya penerapan pendidikan nilai dalam kegiatan di sekolah. Penerapan
pendidikan nilai tidak hanya untuk mencerdaskan tetapi membangun kepribadian yang
berakhlak mulia. Didalam pendidikan nilai terdapat lima konsep yaitu kebenaran,
kebajikan, kedamaian, kasih sayang dan tanpa kekerasan (Sutrisno, 2016).

Selain pendidikan nilai, penerapan nilai-nilai Pancasila sangat penting untuk dilakukan.
Pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia yang menjadi pedoman bangsa
Indonesia dalam melakukan berbagai tindakan. Dengan adanya penerapan nilai-nilai
Pancasila di sekolah bertujuan untuk membangun individu yang memiliki kepribadian
sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila (Sasmito, 2018). Nilai-nilai
Pancasila diterapkan sejak sekolah dasar dapat membangun karakter siswa sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila dan membuat siswa tidak mudah terpengaruh oleh dampak
negatif dari perkembangan teknologi.

SD Negeri Bakulan merupakan salah satu sekolah yang menerapkan nilai-nilai Pancasila.
Penerapan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan diatur berdasarkan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 2 berbunyi “Pendidikan
nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republiik Indonesia
Tahun 1945”. Hal ini menjadikan lembaga pendidikan memiliki peran penting dalam
menanamkan nilai-nilai Pancasila.
Dengan penerapan nilai-nilai Pancasila di sekolah dapat mengatasi permasalahan siswa
yang tidak hafal dengan bunyi sila-sila Pancasila dan dapat membentuk karakter sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan ialah
penelitian kualitatif dengan jenis penelitian lapangan (field research). Sumber data yang
digunakan peneliti yaitu dengan menggunakan sumber data primer dan sumber data
sekunder. Sumber data primer diperoleh dari wawancara dan observasi, sedangkan
sumber data sekunder diperoleh dari dokumentasi dan penelitian yang relevan.
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Bakulan yang terletak di Bakulan, Patalan, Jetis,
Bantul, D.I.

Yogyakarta pada semester genap tahun pelajaran 2020/2021 pada bulan Maret-Mei
2021. Subjek dalam penelitian ini yaitu (1) Kepala sekolah sebagai sumber data untuk
memperoleh data tentang implementasi nilai-nilai Pancasila di Sekolah. Kepala sekolah
merupakan pemimpin tertinggi dalam lembaga pendidikan di lingkup sekolah. Kepala
sekolah memiliki kewenangan untuk mengorganisir kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan, maka informasi dari kepala sekolah SD Negeri
Bakulan sangat diperlukan sebagai sumber data terkait kebijakan dan program yang
berlaku disekolah. Subjek penelitian selanjutnya (2) guru SD Negeri Bakulan, guru
merupakan sumber informasi yang penting untuk memperoleh sumber data dalam
penelitian.

Guru merupakan orang yang sering berinteraksi dengan siswa ketika pembelajaran
maupun diluar pembelajaran serta menerapkan nilai-nilai Pancasila. Selain itu guru juga
memahami perubahan dan peningkatan karakter yang dialami oleh siswa. (3) Perwakilan
siswa-siswi kelas V (lima) menjadi sumber data terpenting dalam pelaksanaan
penerapan nilai-nilai Pancasila di SD Negeri Bakulan. Teknik keabsahan data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik triangulasi. Triangulasi merupakan teknik
pengecekan keabsahan sebuah data dengan memanfaatkan sesuatu pada yang lain
diluar data itu, hal ini digunakan untuk membandingkan terhadap data tersebut. Pada
penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sumber.

Tahap analisis data yang dilakukan peneliti menggunakan metode reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil dan Pembahasan Hasil Penelitian
Implementasi Pendidikan Nilai Pancasila di SD Negeri Bakulan Berdasarkan hasil
wawancara kepala sekolah SD Negeri Bakulan mengatakan bahwa: “Pendidikan nilai
adalah nilai, norma yang baik yang tidak menyimpang dari agama dan Pancasila”
(M/1/27-03-2021).

Kemudian N selaku guru kelas V (lima) SD Negeri Bakulan mengatakan bahwa:


“Pendidikan nilai dalam pembelajaran harus dikembangkan atau diintegrasikan pada
setiap mata pelajaran agar terbentuk kepribadian luhur berdasarkan Pancasila”
(N/1/03-04-2021). Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa
pendidikan nilai merupakan suatu proses menanamkan, mengembangkan, membimbing
dan mendidik siswa. Pendidikan nilai dilakukan untuk mengembangkan berbagai
nilai-nilai kehidupan. Pengembangan nilai-nilai ini terintegrasi disetiap mata pelajaran.
Hal ini dilakukan untuk membentuk kepribadian siswa sesuai dengan nilai-nilai
kehidupan dan sila-sila Pancasila yang menjadi pedoman hidup.

Tujuan dari pendidikan nilai yaitu membantu siswa dalam memahami suatu nilai,
mengamalkan nilai-nilai agama serta menjadikan manusia berbudi pekerti. Dalam
mencapai tujuan pendidikan nilai yang diterapkan di SD Negeri Bakulan telah tercapai
dengan baik. Hal ini sesuai dengan penjelasan kepala sekolah yang menyatakan bahwa:
“Di SD Negeri Bakulan tujuan dari pendidikan nilai yang diterapkan telah tercapai
sebesar 80%” (M/1/27-03-2021). Penerapan pendidikan nilai di sekolah dapat
membentuk kepribadian siswa yang berkarakter mulia. Guru kelas V (lima) menjelaskan
bahwa: “Terbentuknya karakter atau kepribadian individu yag berdasarkan Pancasila”
(N/1/03/-04-2021).

Guru kelas V (lima) menambahkan bahwa: “Iya, penerapan pendidikan nilai di kelas
dapat membentuk karakter siswa. Karena setiap pembelajaran disisipkan nilai-nilai untuk
membentuk karakter anak” (N/1/03-04-2021). Berdasarkan hasil wawancara tersebut
dapat disimpulkan bahwa di SD Negeri Bakulan penerapan pendidikan nilai dilakukan
untuk membantu siswa dalam memahami nilai-nilai moral. Pendidikan nilai yang
diterapkan bertujuan untuk membentuk kepribadian individu sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Selain itu pendidikan nilai juga memberikan pengetahuan kepada siswa
mengenai nilai baik buruk suatu tindakan.

Penerapan pendidikan nilai di kelas dapat membentuk karakter siswa memiliki


kepribadian yang sesuai dengan norma, agama, dan sila-sila Pancasila. Hal ini
disebabkan karena setiap pembelajaran disisipkan berbagai nilai-nilai kehidupan. Tujuan
dari penerapan pendidikan nilai di SD Negeri Bakulan sudah tercapai sebesar 80%.
Penerapan nilai-nilai di sekolah dapat membentuk karakter siswa seperti sikap dan
perilaku siswa kelas V (lima) yang mereka lakukan pada aktivitas di sekolah seperti
menjalankan ibadah, berdoa, menghormati orang yang lebih tua, menghargai pendapat
orang lain, dan saling membantu. Sikap yang dilakukan siswa kelas V (lima) telah
mencerminkan karakter religius, toleransi, tanggung jawab, nasionalis, gotong royong,
peduli sosial dan menghargai prestasi.

Penerapan pendidikan nilai dikatakan berhasil ketika guru memiliki pemahaman


mengenai tujuan dari penerapan pendidikan nilai. Oleh sebab itu dalam meningkatkan
pemahaman guru tentang pendidikan nilai maka diadakan pelatihan. Pelatihan yang
dilakukan di SD Negeri Bakulan berupa pelatihan K13, hal ini sesuai dengan penjelasan
kepala sekolah yang mengatakan bahwa: “Pelatihan yang dilakukan pihak sekolah yaitu
dengan mengadakan pelatihan K13” (M/1/27-03-2021). Selanjutnya guru kelas V (lima)
menjelaskan bahwa: “Nilai-nilai luhur yang disesuaikan dengan materi yang
disampaikan” (N/1/03-04-2021).

/ Gambar 1 Pelatihan K13 Pelatihan yang dilakukan pihak sekolah dapat meningkatkan
pemahaman guru mengenai pendidikan nilai. Oleh sebab itu dalam meningkatkan
pemahaman guru tentang pendidikan nilai, pihak sekolah mengadakan pelatihan
melalui pelatihan K13. Pelatihan ini memberikan wawasan kepada guru tentang
pentingnya penerapan pendidikan nilai dan nilai-nilai yang akan diterapkan di sekolah.

Pelatihan ini mengajarkan guru dalam menerapkan nilai selama kegiatan di sekolah
yaitu nilai-nilai luhur disesuaikan dengan materi pembelajaran. Penyesuaian ini
dilakukan agar mempermudah siswa dalam memahami materi dan nilai-nilai karakter
yang diterapkan selama proses pembelajaran. Pendidikan nilai Pancasila merupakan
salah satu cara yang digunakan sekolah untuk membentuk karakter siswa sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila.

Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 Pasal 2, setiap lembaga
pendidikan memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila. Menurut
kepala sekolah pendidikan nilai Pancasila sangat penting untuk diterapkan karena
pendidikan Pancasila memiliki makna tersendiri. Hal ini dijelaskan kepala sekolah di SD
Negeri Bakulan bahwa: “Nilai Pancasila merupakan sikap, perbuatan yang sesuai dengan
ajaran Pancasila” (M/2/27-03-2021).

Kemudian N selaku guru kelas V (lima) SD Negeri Bakulan juga mengatakan bahwa:
“Nilai-nilai luhur yang harus tertanam dan menjadi perilaku dalam kehidupan sehari-hari
setiap individu” (N/2/03-04-2021). Dua pernyataan di atas didukung dengan
pemahaman siswa kelas V (lima) mengenai makna Pancila, mereka menyatakan bahwa:
“Pancasila merupakan dasar negera Indonesia yang menjadi pedoman hidup seluruh
masyarakat di Indonesia dalam berbagai bidang. Setiap sila-sila Pancasila mengandung
makna berbagai sikap yang harus dimiliki oleh setiap individu. Dengan adanya sila-sila
Pancasila menjadikan pedoman setiap individu dalam bertindak” (hasil wawancara
siswa).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa Pancasila merupakan


dasar negara bangsa Indonesia. Pancasila menjadi pedoman setiap individu dalam
melakukan berbagai aktivitas sehari-hari. Hal ini disebabkan nilai-nilai yang terkandung
dalam sila-sila Pancasila memuat nilai-nilai luhur yang harus tertanam dalam diri setiap
individu. Nilai-nilai yang tertanam dalam diri setiap individu menjadi tolak ukur untuk
menilai kepribadian seseorang. Kepribadian, sikap dan perbuatan setiap individu harus
sesuai dengan sila-sila Pancasila.

Pemahaman siswa kelas V (lima) terhadap nilai-nilai Pancasila diterapkan dalam


tindakan sehari-hari seperti menjalankan ibadah, menghormati orang yang lebih tua,
saling tolong-menolong, menghargai, tidak memaksakan kehendak, menghargai hasil
pekerjaan orang lain dan cinta tanah air. Penerapan nilai-nilai Pancasila di sekolah
memiliki tujuan untuk membentuk karakter siswa menjadi manusia yang berbudi
pekerti. Hal ini sejalan dengan penjelasan kepala sekolah SD Negeri Bakulan, beliau
menjelaskan bahwa: “Membentuk kepribadian siswa yang berpancasila”
(M/2/27-03-2021).

/ Gambar 2 Visi dan Misi SD Negeri Bakulan Berdasarkan wawancara kepala sekolah
serta dokumentasi visi dan misi di SD Negeri Bakulan, dapat disimpulkan bahwan
penerapan nilai-nilai Pancasila di sekolah sangat penting untuk dilakukan mengingat
Pancasila sebagai pedoman masyarakat dalam bertindak. Penerapan nilai-nilai Pancasila
di sekolah dilakukan untuk membentuk kepribadian siswa yang sesuai dengan sila-sila
Pancasila. Di SD Negeri Bakulan sendiri memiliki visi dan misi yang harus tercapai. Visi di
SD Negeri Bakulan yaitu “Terwujudnya SD Bakulan Agamis, Peduli Lingkungan, Inovatif,
Kepribadian Indonesia (APIK) dan Unggul dalam prestasi”.

Sedangkan misi di SD Negeri Bakulan salah satunya yaitu “Meningkatkan iman dan
taqwa melalui pengamalan ajaran agama”. Visi dan misi sekolah dapat terwujud dengan
adanya penerapan nilai-nilai Pancasila. Pendidikan nilai Pancasila di SD Negeri Bakulan
diimplementasikan melalui tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Perencanaan Pendidikan Nilai Pancasila Kurikulum yang digunakan di SD Negeri
Bakulan menggunakan kurikulum 2013 sesuai dengan aturan pemerintah.

Namun di SD Negeri Bakulan juga menggunakan kurikulum lokal, hal ini diungkapkan
oleh kepala sekolah SD Negeri Bakulan yaitu: “Kearifan lokal” (M/3/27-03-2021). Kepala
sekolah juga menambahkan “Melalui KKG sekolah” (M/3/27-03-2021). Mengetahui
pemahaman guru mengenai pendidikan nilai maupun pelaksanaan K13, maka kepala
sekolah menjelaskan bahwa: “Melalui RPP dan silabus yang ditulis oleh guru”
(M/3/27-03-2021). / Gambar 3 Penerapan kurikulum kearifan lokal Berdasarkan
penjelasan dari kepala sekolah dapat disimpulkan bahwa kurikulum saat ini yang
digunakan yaitu kurikulum 2013, selain itu di SD Negeri Bakulan juga menerapkan
kurikulum kearifan lokal.
Kurikulum kearifan lokal diterapkan bertujuan untuk mengembangkan kompetensi siswa
dengan memanfaatkan keunggulan lokal baik dari aspek ekonomi, budaya, bahasa
maupun teknologi. Sedangkan dalam menilai pemahaman guru mengenai pendidikan
nilai maupun penerapan kurikulum dilakukan dengan cara menilai silabus dan RPP yang
dibuat oleh guru. Dalam mengembangkan kompetensi tenaga pendidik dapat dilakukan
melalui KKG sekolah. KKG merupakan suatu forum yang digunakan untuk melaksanakan
berbagai kegiatan yang menunjang kegiatan pembelajaran.

Di dalam forum KKG, guru dapat berdiskusi tentang penerapan nilai-nilai Pancasila,
permasalahan selama proses pembelajaran dan strategi pembelajaran. KKG dapat
meningkatkan kompetensi pedagogik, kepribadian, professional, dan sosial. Selain
menggunakan kurikulum K-13 dan kearifan lokal, dalam merencanakan kegiatan
pembelajaran memerlukan kerja sama dengan pihak luar. Hal ini sesuai dengan
penjelasan kepala sekolah bahwa: “Orang tua siswa, dusun, dan babin desa”
(M/3/27-03-2021). Kerja sama dengan orang tua siswa / Gambar 4 Kerja sama dengan
orang tua siswa Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah di SD Negeri
Bakulan dapat disimpulkan bahwa penerapan nilai-nilai Pancasila tidak hanya dilakukan
oleh guru, namun penerapan nilai-nilai Pancasila membutuhkan kerja sama dari orang
tua, dusun, dan babin desa. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan penerapan
nilai-nilai Pancasila agar berjalan dengan baik dan dapat mengetahui perkembangan
perilaku siswa ketika dirumah.

Merencanakan kegiatan pembelajaran sangat penting untuk dilakukan agar proses


kegiatan di sekolah dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan rencana yang telah
dibuat. Dalam merencakan kegiatan pembelajaran harus dilakukan oleh seluruh tenaga
pendidik yang di sekolah. Kepala sekolah SD Negeri Bakulan menjelaskan bahwa:
“Dalam merencakan kegiatan pembelajaran itu ya melalui rapat dewan guru”
(M/3/27-03-2021). Guru kelas V (lima) menambahkan bahwa: “Setiap tugas ada
nilai-nilai Pancasila yang diintegrasikan” (N/3/03-04-2021).

/ Gambar 5 Rencana pelaksanaan pembelajaran Berdasarkan hasil wawancara tersebut


maka dapat disimpulkan bahwa membuat perencanaan kegiatan pembelajaran sangat
penting untuk dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran agar berjalan dengan baik dan mencapai tujuan. Dalam
merencanakan kegiatan pembelajaran pihak sekolah melibatkan seluruh tenaga
pendidik yang ada di SD Negeri Bakulan. Menyusun perencanaan kegiatan
pembelajaran dilakukan melalui pertemuan rapat dewan guru. Rapat dewan guru
merupakan forum yang digunakan untuk membahas permasalahan selama proses
pembelajaran dan merencanakan kegiatan pembelajaran selanjutnya.
Rapat dewan guru dilakukan bertujuan mempermudah dalam koordinasi, sinkronisasi,
evaluasi dan pengawasan. Adanya rapat dewan guru, setiap tenaga pendidik dapat
berdiskusi mengenai permasalahan selama proses pembelajaran, sehingga dapat
menemukan solusinya. Hal ini dilakukan agar guru dapat melakukan perbaikan dalam
proses belajar sehingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu rapat dewan
guru dilakukan untuk berdiskusi mengenai perencanaan kegiatan pembelajaran agar
berjalan dengan baik. Selama pandemi dalam merencanakan kegiatan pembelajaran
disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila yaitu dengan memberikan tugas berupa kerja
sama dengan orang tua maupun anggota keluarga dirumah.

Penyisipan nilai-nilai Pancasila ditulis dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).


Penggunaan RPP dalam menyusun kegiatan pembelajaran dapat mempermudah guru
dalam menentukan nilai-nilai Pancasila yang akan diterapkan dan disesuaikan dengan
materi pembelajaran. Merencanakan kegiatan pembelajaran harus memperhatikan
beberapa faktor agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

Maka dari itu kepala sekolah SD Negeri Bakulan menjelaskan bahwa: “Hal yang perlu
diperhatikan yaitu metode, model, dan strategi pembelajaran. Selain itu perlu juga
menyiapkan media dan alat peraga” (M/3/27-03-2021). Kepala sekolah juga
menambahkan bahwa: “RPP dan silabus dikukuhkan bersama diforum KKG lulus sesuai
dengan kurikulum yang ada. RPP disusun dengan memperhatikan nilai-nilai Pancasila
yang akan diterapkan” (M/3/27-03-2021). Dalam merencanakan kegiatan pembelajaran
selama pandemi guru kelas V (lima) menjelaskan bahwa: “Setiap tugas dan materi
pembelajaran disisipkan nilai-nilai Pancasila” (N/3/03-04-2021).

/ Gambar 6 Sarana dan prasana sekolah Penyusunan RPP dilakukan untuk


mempermudah guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Membuat perencanaan
pembelajaran perlu memperhatikan media, alat peraga, metode, model, dan strategi
pembelajaran yang akan digunakan selama proses penerapan nilai-nilai Pancasila. Selain
itu sekolah harus memperhatikan sarana dan prasana untuk mendukung penerapan
nilai-nilai Pancasila agar berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Sedangkan dalam mengembangkan silabus dan RPP dilakukan dalam forum
KKG.

Silabus dan RPP yang dikembangkan disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku.
Penyusunan silabus dan RPP harus memperhatikan nilai-nilai Pancasila yang akan
diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Selama pandemi RPP yang dibuat disesuaikan
dengan kondisi saat ini yaitu pembelajaran selama pandemi yang direncanakan dengan
membuat materi pembelajaran dan memberikan tugas kepada siswa. Pembuatan materi
dan memberikan tugas telah disisipkan nilai-nilai Pancasila. Penyisipan nilai-nilai
Pancasila dilakukan bertujuan untuk membiasakan siswa menerapkan dalam tindakan
sehari-hari.

Setelah mengetahui perkembangan moral siswa selama di luar sekolah dan sudah
memperhatikan beberapa faktor yang mendukung dalam proses pembelajaran, maka
pihak sekolah memerlukan penetapan tujuan pembelajaran sehingga dapat
memperbaiki karakter siswa. Sesuai dengan hal tersebut, maka kepala sekolah SD
Negeri Bakulan menjelaskan bahwa: “Tujuan pembelajaran, visi dan misi harus seiring
dan sejalan dengan kurikulum” (M/3/27-03-2021). Guru kelas V (lima) juga
menambahkan: “Iya, karena setiap pembelajaran itu harus ada tujuan pembelajarannya
dan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yang akan disisipkan” (N/3/03-04-2021).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa membuat rumusan


tujuan pembelajaran sangat penting untuk mengukur tercapai atau tidaknya suatu
tujuan pembelajaran. Dalam menetapkan tujuan pembelajaran harus sesuai dan sejalan
dengan kurikulum, visi misi sekolah, dan nilai-nilai Pancasila yang akan diintegrasikan
selama proses pembelajaran. Merumuskan tujuan pembelajaran dengan memperhatikan
hal tersebut dapat mempermudah guru untuk melakukan penilaian dan evaluasi,
sehingga dapat melakukan perbaikan pada pembelajaran berikutnya.

Pelaksanaan Pendidikan Nilai Pancasila Seorang guru harus memperhatikan berbagai


faktor dalam melaksanakan kegiatan seperti strategi dan metode yang akan digunakan.
Nilai-nilai Pancasila memiliki pengaruh penting dalam membentuk kepribadian siswa.
Penerapan nilai-nilai Pancasila yang diterapkan di sekolah harus memperhatikan cara
penyampaiannya. Guru kelas V (lima) menjelaskan bahwa: “Sila pertama diterapkan
dengan mengawali dan mengakhiri tugas dengan berdoa. Berdoa dengan khusyu’
sesuai dengan keyakinan masing-masing. Kemudian sila ke tiga, karena setiap kegiatan
yang ada di sekolah kebanyakan kerja sama dan gotong royong. Misalnya ada
penugasan kelompok, kerja bakti membersihkan lingkungan sekolah.

Sila ke empat yang diterapkan itu dengan memberikan kebebasan saat diskusi. Ketiga
sila tersebut yang paling dikuatkan selama pembelajaran, tetapi sila ke 2 dan ke 5 juga
diterapkan dalam pembelajaran. Penerapan sila ke 2 yang diterapkan di kelas V (lima)
dengan cara memberikan contoh kita sebagai guru tidak membeda-bedakan antara
murid yang pandai dengan yang kurang pandai dan memberikan pengertian kepada
siswa tentang adab sopan santun. Penerapan sila ke 4 di kelas V (lima) dilakukan dengan
cara memberikan siswa kebebasan untuk menyatakan pendapat misalnya siswa
diberikan tugas kemudian meminta mereka untuk menjawab dan mempresentasikan
hasilnya.
Kemudian mempersilahkan siswa yang lain untuk memberikan tanggapannya dan
diakhir diskusi kita berikan penguatan tentang sikap yang sesuai dengan sila ke 4.
Sedangkan sila ke 5 penerapan yang dilakukan dengan cara memberikan pengertian
kepada siswa yang pandai untuk membantu siswa yang sedang kesulitan dalam
memaham materi. Selain itu guru juga memberikan contoh dengan memberikan
apreasiasi atas hasil pekerjaan mereka dan mengajak siswa untuk menjenguk teman
yang sedang sakit dan menggalang dana untuk membantu teman yang sedang
kesusahan” (N/4/03-04-2021).

Setelah penerapan nilai-nilai Pancasila dilakukan, hal ini dapat memberikan pemahaman
kepada siswa mengenai makna sila-sila Pancasila. Berdasarkan hasil wawancara siswa
kelas V (lima), mereka menjelaskan bahwa: “Sila Pancasila yang pertama memiliki makna
bahwa setiap individu memiliki kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa. Keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta alam semesta dan
kebebasan untuk memilih agama. Sila ke dua dalam Pancasila mengandung nilai
kesadaran dalam berperilaku, nilai moral dan nilai tingkah laku.

Penerapan nilai-nilai Pancasila yang diterapkan di kelas V (lima) untuk memberikan


pemahaman tentang makna sila-sila Pancasila dan mampu menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Siswa kelas V (lima) sudah mampu memahami makna nila-nilai
Pancasila sila ke dua. Pemahaman siswa kelas V (lima) mengenai makna nilai Pancasila
sila ke dua yaitu menjalin hubungan dengan orang lain, saling menghormati, mengakui
adanya persamaan harkat dan martabat, saling membantu, serta menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan.

Karena setiap manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama. Setiap individu berhak
mendapat perlakuan yang sama dengan manusia lainnya. Indonesia merupakan negara
yang memiliki keragaman budaya, bahasa maupun agama. Perbedaan yang ada di
Indonesia tidak membuat masyarakat Indonesia terpecah belah, hal ini dikarenakan
mereka telah memahami dasar negara yaitu Pancasila yang menjadi pedoman bagi
bangsa Indonesia dalam bertindak sehari-hari. Sikap yang mencerminkan sila ke tiga
yaitu tidak membeda-bedakan, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia,
menghargai setiap perbedaan yang ada, cinta tanah air, bebicara menggunakan bahasa
Indonesia.

Selain itu tetap bersatu meskipun terdapat perbedaan, hal ini ditunjukkan dengan lebih
mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. Sila ke empat dalam Pancasila
mengandung makna setiap menyelesaikan permasalahan dilakukan dengan
musyawarah. Dalam musyawarah setiap individu saling menghormati dan menghargai
pendapat orang lain. Keputusan yang telah mencapai mufakat harus dihormati dan
dihargai. Setiap sila-sila Pancasila mengandung makna yang tidak terlepas dari makna
sila-sila Pancasila sebelumnya. Setiap individu memiliki hak untuk diperlakukan yang
sama, mendapat perilaku yang adil dan baik.

Sila ke lima menunjukkan makna untuk saling menghormati hak dan kewajiban yang
dimiliki oleh setiap individu”. Pemahaman tentang nilai-nilai Pancasila dapat
mempengaruhi tindakan siswa. Berdasarkan hasil wawancara siswa sikap yang sesuai
dengan sila Pancasila yaitu “Sikap yang sesuai dengan sila Pancasila pertama yaitu
menghargai dan menghormati perbedaan agama yang ada di Indonesia. Indonesia
memiliki beragam agama, dengan adanya perbedaan setiap individu harus toleransi
terhadap perbedaan antar pemeluk agama.

Keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa menjadikan setiap individu untuk
melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya dan tepat waktu. Sikap
yang sering dilakukan yaitu berdoa sebelum makan. Hal ini menunjukkan sikap rasa
bersyukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Setiap tindakan
yang dilakukan oleh individu merupakan cerminan kepribadian mereka. Saling
tolong-menolong, menghormati orang yang lebih tua baik tetangga, keluarga maupun
teman. Menghargai hak orang lain untuk diperlakukan dengan sopan santun.

Hal ini dapat ditunjukkan dengan sikap mempersilahkan orang yang lebih tua untuk
berjalan terlebih dahulu dan tidak memfitnah orang lain. Memfitnah orang lain
merupakan perbuatan tercela, selain itu sikap yang sesuai dengan sila ke dua yaitu tidak
membeda-bedakan agama, ras, suku dan status sosial. Setiap individu tidak dapat hidup
tanpa bantuan orang lain, karena manusia merupakan makhluk sosial yang saling
membutuhkan dengan manusia lainnya.

Maka dari itu sikap yang sessuai dengan sila ke dua yaitu mengunjungi teman yang
sedang sakit, berteman dengan siapa saja, dan tidak semena-mena terhadap orang lain.
Penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dapat membentuk
kepribadian seseorang. Kepribadian seseorang dapat dilihat dari tindakan yang mereka
lakukan. Siswa kelas V (lima) dalam memahami sikap yang sesuai dengan sila ke tiga
yaitu mencintai tanah air, menggunakan produk sendiri, tetap bersatu meskipun
terdapat perbedaan, berteman tanpa membedakan suku, ras dan adat istiadat, serta
menggunakan bahasa Indonesia. Setiap daerah memiliki perbedaan, dengan adanya
perbedaan menjadikan setiap individu untuk saling bertoleransi dan saling memaafkan.

Rasa persatuan terlihat ketika setiap individu mementingkan kepentingan kelompok


seperti menolong teman yang kesusahan. Kegiatan gotong royong dilakukan untuk
membantu seseorang yang sedang memerlukan bantuan. Gotong royong dilakukan
merupakan tindakan untuk menjaga kedamaian, saling bertoleransi di lingkungan
sekitar. Menghargai dan menerima pendapat orang lain merupakan cerminan dari sila
ke empat. Musyawarah penting dilakukan untuk mendengarkan pendapat orang lain
agar mencapai mufakat. Namun, dalam bermusyawarah tidak boleh memaksakan
kehendak terhadap orang lain.

Hal ini dikarenakan setiap individu memiliki kebebasan dalam menyatakan pendapat
maupun dalam bertindak. Saat orang lain sedang berbicara atau menyatakan pendapat
kita tidak boleh menyela dan harus mendengarkanya. Ketika hasil musyawarah telah
diputuskan maka sikap yang harus dilakukan yaitu menerima dan melaksanakan hasil
musyawarah dengan rasa penuh tanggung jawab dan menerima dengan lapang dada.
Sila Pancasila ke lima menunjukkan sikap yang harus dimiliki setiap individu sebagai
makhluk sosial. Setiap individu tidak dapat hidup sendiri, mereka memerlukan bantuan
orang lain.

Oleh sebab itu sikap yang harus dilakukan yaitu saling tolong menolong, tidak memilih
dalam berteman, saling bersikap adil. Contoh sikap adil dalam kehidupan sehari-hari
yaitu nenek memberi uang ke kakak dan adik yang sama. Melaksanakan gotong royong
tanpa membeda-bedakan saat orang lain terkena musibah merupakan sikap dari sila ke
lima. Setiap individu memiliki hak untuk mendapat sebuah penghargaan atas hasil karya
yang dibuatnya”. Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa
penerapan nilai-nilai Pancasila di SD Negeri Bakulan mencakup sila pertama hingga sila
ke lima.

Dari ke lima sila Pancasila yang diterapkan, sila pertama, sila ke tiga, dan sila ke empat
merupakan nilai-nilai Pancasila yang dikuatkan selama kegiatan pembelajaran.
Menerapkan sila pertama pada pembelajaran dilakukan dengan cara membiasakan
siswa mengawali dan mengakhiri kegiatan dengan berdoa. Penerapan sila pertama
memiliki tujuan untuk menumbuhkan karakter religius dan karakter toleransi. Sila ke dua
diterapkan dengan memberikan contoh kepada siswa mengenai sikap guru yang tidak
membeda-bedakan dan memberikan pemahaman kepada siswa tentang adab sopan
satun.

Memberikan tugas kelompok dan mengadakan kegiatan kerja bakti membersihkan


lingkungan sekolah merupakan cara yang dilakukan guru dalam menerapkan sila ke
tiga. Kegiatan tersebut dapat mempersatukan berbagai karakteristik siswa. Penerapan
sila ke empat dilakukan dengan memberikan kebebasan untuk menyatakan pendapat,
kebebasan memberikan tanggapan dan memberikan penguatan tentang sikap yang
sesuai dengan sila ke empat. Sedangkan penerapan sila ke lima dilakukan dengan cara
memberikan contoh kepada siswa dalam menghargai hasil pekerjaan orang lain dengan
memberikan apresiasi atau penghargaan.

Selain itu mengajak siswa untuk menjenguk teman yang sedang sakit dan menggalang
dana merupakan cara yang dilakukan guru secara langsung. Dengan adanya penerapan
sila-sila Pancasila memberikan pemahaman kepada siswa mengenai nilai-nilai yang
terkandung pada setiap sila-sila Pancasila. Pemahaman yang dimiliki setiap siswa
menjadikan pedoman dalam bertindak dan bersikap. Penerapan nilai-nilai Pancasila
dapat dilakukan dengan membiasakan siswa maupun guru untuk mendisiplinkan
perilaku. Kode etik siswa dibuat agar siswa terbiasa berperilaku sesuai dengan peraturan
yang dibuat.

Kode etik siswa yang dibuat oleh sekolah sesuai dengan sila-sila Pancasila sehingga
siswa akan terbiasa dengan aturan sekolah dan menjadi kebiasaan mereka dalam
bertindak. Selain itu kepala sekolah menjelaskan bahwa: “Kebijakan yang dibuat itu ada
tata tertib dan pembiasaan” (M/4/27-03-2021). / Gambar 7 Pembiasaan siswa sesuai
dengan kode etik siswa Pembiasaan merupakan segala cara membiasakan siswa dalam
bersikap, bertindak, dan berpikir yang dilakukan secara berulang-ulang agar siswa
terbiasa sehingga menjadi kebiasaan yang baik untuk siswa.

Pembiasaan sangat penting dilakukan dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila, hal ini
dilakukan untuk menumbuhkan sifat terbiasa dengan pengamalan nilai-nilai Pancasila.
Selain itu membuat tata tertib dilakukan bertujuan untuk mendisiplinkan perilaku siswa
maupun guru. Mendisiplinkan perilaku siswa maka sekolah membuat kode etik siswa.
Kode etik siswa mengatur tindakan yang harus dilakukan oleh siswa di SD Negeri
Bakulan. Proses pelaksanaan penerapan nilai-nilai Pancasila yang ada di SD Negeri
Bakulan dilakukan pada tiga kegiatan yaitu: Kegiatan awal pembelajaran Kegiatan awal
pembelajaran merupakan kegiatan sebelum dilaksanakannya proses belajar mengajar.

Dalam kegiatan awal pembelajaran dapat berupa kegiatan mengawali dengan berdoa,
memberikan movitasi, maupun mengingkat kembali materi pembelajaran sebelumnya.
Guru kelas V (lima) menjelaskan bahwa: “Dibuka dengan mengucapkan salam, berdoa
dan memberi motivasi” (N/4/03-04-2021). Diperkuat oleh pernyataan siswa kelas V
(lima) menyatakan bahwa: “Siswa kelas V (lima) mengawali dan mengakhiri kegiatan
dengan berdoa sesuai agama mereka masing-masing” (Hasil wawancara siswa).

Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa: “Setiap awal dan akhir pembelajaran
siswa kelas V (lima) dibiasakan dengan berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing. Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan merupakan penerapan dari
sila-sila Pancasila yang pertama. Hal ini dilakukan untuk membetuk siswa memiliki
karakter religius” (Hasil observasi siswa). / Gambar 8 Kegiatan siswa menjalankan sholat
dhuhur Berdasarkan hasil wawancaran dan observasi tersebut dapat disimpulkan bahwa
mengawali kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa dan
memberikan motivasi kepada siswa sangat penting untuk menumbuhkan semangat
siswa serta membiasakan siswa dalam mengamalkan sila-sila Pancasila. Kegiatan awal
pembelajaran yang dilakukan merupakan penerapan dari sila Pancasila yang pertama.

Hal ini disebabkan sila pertama memiliki makna bahwa setiap individu memiliki
kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Keyakinan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa sebagai pencipta alam semesta. Selain itu sila pertama mengandung
makna bahwa setiap individu memiliki kebebasan dalam memilih dan menyakini agama.
Pengamalan sila pertama yang dilakukan oleh siswa kelas V (lima) yaitu mengawali dan
mengakhiri pembelajaran dengan berdoa sesuai agama dan kepercayaan
masing-masing. Berdoa merupakan bentuk ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Mengawali dan mengakhiri setiap kegiatan dengan berdoa yang dilakukan oleh siswa
kelas V (lima) merupakan bentuk mengamalkan sila Pancasila yang pertama. Setiap awal
dan akhir pembelajaran siswa kelas V (lima) telah terbiasa dengan berdoa sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing. Berdoa pada kegiatan pembelajaran dipimpin
oleh guru ataupun ketua kelas. Kegiatan awal dan akhir pembelajaran ini merupakan
bentuk dari pembiasaan yang dilakukan oleh guru agar menjadi kebiasaan siswa.
Penerapan sila pertama dilakukan guru agar siswa memiliki karakter religius dan
toleransi.

Kegiatan dalam pembelajaran Penerapan nilai-nilai Pancasila tidak hanya dilaksanakan


pada kegiatan awal pembelajaran tetapi penerapan nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan
pada kegiatan pembelajaran. Komunikasi yang baik antara siswa dengan guru dapat
mempermudah proses pembelajaran. Guru kelas V (lima), menjelaskan bahwa: “Selalu
menjalin komunikasi terkait tugas-tugas, berkonsultasi jika ada kesulitan”
(N/4/03-04-2021). Hasil dari pengamatan selama kegiatan pembelajaran
memperlihatkan bahwa: “Berbicara dengan sopan salah satu bentuk perilaku yang baik.
Pemahaman siswa terhadap sila ke dua membuat mereka berbicara dengan sopan.

Hal ini dilakukan baik berbicara terhadap guru maupun ketika memanggil siswa lain
dengan panggilan yang pantas sesuai dengan nama mereka” (Hasil observasi). / Gambar
9 Kegiatan pengumpulan tugas Selama kegiatan pembelajaran siswa kelas V (lima) di SD
Negeri Bakulan terutama kelas V (lima) terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Selama
pandemi kegiatan belajar dilakukan dengan menjalin komunikasi terkait tugas yang
diberikan dan memberikan bimbingan kepada siswa jika mengalami kesulitan dalam
mengerjakan tugas maupun memahami materi pembelajaran.
Menjalin komunikasi merupakan kegiatan yang sangat penting agar hubungan siswa
dan guru terjalin dengan baik selama proses pembelajaran, dalam menjalin komunikasi
sikap, tutur kata dan perilaku harus diperhatikan. Sikap, tutur kata, dan perilaku yang
dilakukan harus sesuai dengan sila Pancasila yang ke dua. Sila ke dua mengandung
makna nilai kesadaran dalam berperilaku, nilai moral, dan nilai tingkah laku. Selain itu
sila kedua juga mengandung makna untuk saling menghormati, menjalin hubungan
dengan orang lain, mengakui persamaan harkat dan martabat dan menjunjung tinggi
nilai kemanusiaan.

Sikap yang sesuai dengan sila kedua yaitu saling tolong-menolong, menghormati orang
yang lebih tua, menghargai hak orang lain untuk diperlakukan dengan sopan santun.
Selain itu sikap yang harus dimiliki yaitu tidak membeda-bedakan agama, ras, suku dan
status sosial. Setiap individu tidak dapat hidup sendiri, karena manusia menupakan
makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk berinteraksi sosial. Sikap siswa
yang sering dilakukan yaitu mengunjungi teman yang sedang sakit, berteman tanpa
membeda-bedakan, dan tidak semena-mena terhadap orang lain.

Perilaku yang dilakukan siswa kelas V (lima) sudah menunjukkan mengamalkan


nilai-nilai Pancasila yang ke dua yaitu siswa sudah mampu berbicara dengan sopan
santun, menghormati orang yang lebih tua, tidak membeda-bedakan dan tidak bersikap
semena-mena terhadap orang lain. Penerapan nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan
dengan berbagai macam cara. Oleh sebab itu kepala sekolah menjelaskan bahwa:
“Metode yang digunakan yaitu teori dan praktek” (M/4/27-03-2021). Guru kelas V (lima)
menambahkan bahwa: “Dengan membuat jadwal berdiskusi secara online bersama
kelompoknya” (N/4/03-04-2021).

Guru kelas V (lima) menjelaskan bahwa: “Pengumpulan tugas dilakukan secara daring
dan luring sesuai dengan jadwal yang ditentukan” (N/4/03-04-2021). Berdasarkan hasil
wawancara kepala sekolah dan guru kelas V (lima) dapat disimpulkan bahwa metode
yang digunakan dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila yaitu metode teori dan praktek.
Memberikan konsep terhadap pemahaman siswa mengenai nilai-nilai Pancasila masuk
kedalam materi PPKn. Sedangkan proses pembelajaran selama pandemi dilakukan
dengan memberikan tugas kepada siswa. Pengumpulan tugas dilakukan secara daring
dan luring.

Pengumpulan tugas secara luring dijadwalkan setiap satu minggu sekali. Tugas yang
berupa diskusi, guru membuat jadwal diskusi secara online bersama kelompok
masing-masing. Diskusi merupakan bentuk dari praktek mengamalkan sila Pancasila
yang ke empat. Hal ini dilakukan untuk mengajarkan kepada siswa mengenai
pentingnya menghargai pendapat dan menyelesaikan masalah dengan musyawarah.
Penguatan nilai-nilai Pancasila penting untuk dilakukan agar siswa dapat memahami
dan terbiasa dengan nilai-nilai Pancasila yang diterapkan.

Penguatan yang dilakukan guru kelas V (lima) yaitu: “Iya, menguatkan sila pertama
sampai sila ke lima tapi disesuaikan juga dengan tema pembelajarannya. Bentuk
nilai-nilai Pancasila yang dikuatkan itu ada religius, toleransi, gotong royong dan
nasionalis” (N/4/03-0-2021). Beliau menambahkan bahwa disetiap kegiatan
pembelajaran guru selalu memberikan penghargaan, hal ini sesuai dengan penjelasan
guru sebagai berikut: “Iya, dengan memberi feedback dan nilai atas tugas anak”
(N/4/03-04-2021).

Penghargaan yang diberikan dapat memberikan motivasi kepada siswa dan


memberikan contoh sikap menghargai orang lain. Hal ini memberikan siswa
pemahaman mengenai penerapan nilai-nilai Pancasila ke lima. Selain itu mengingatkan
siswa tentang nilai-nilai Pancasila dilakukan disetiap akhir pembelajaran. Guru kelas V
(lima) menjelaskan bahwa: “Selalu mengingatkan untuk berdoa selesai mengerjakan
tugas, menumbuhkan kedisiplinan agar segera mengirim tugas” (N/4/03-04-2021).

Menurut siswa kelas V (lima) sikap yang dilakukan guru sudah mencerminkan nilai-nilai
Pancasila, mereka menjelaskan bahwa: “Guru merupakan teladan bagi siswa. Siswa
selalu menirukan tindakan dan sikap yang dilakukan oleh guru selama di sekolah.
Menurut siswa kelas V (lima) sikap guru sudah mencerminkan nilai-nilai Pancasila.
Adapun sikap guru yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila yaitu selalu mengajak untuk
berdoa, berbicara menggunakan Bahasa Indonesia, membagikan ilmu, dan disiplin”.
Siswa kelas V (lima) juga menambahkan bahwa: “Sikap guru saat mengajar dapat
memberikan pengaruh terhadap perkembangan siswa.

Sikap guru kelas V (lima) di SD Negeri Bakulan saat mengajar yaitu disiplin,
bersemangat, sabar, jujur, tidak membeda-bedakan, bertanggung jawab, dan peduli
terhadap lingkungan” (Hasil wawancara siswa). / Gambar 10 Ketentuan penghargaan
siswa dan guru Penerapan nilai-nilai Pancasila dilakukan disetiap pembelajaran yang
disesuaikan dengan tema pembelajaran. Sikap guru dalam mengajar menjadikan
teladan dan motivasi bagi siswa. Hal ini ditunjukkan dari sikap guru yang selalu
memberikan feedback dan nilai atas tugas yang diberikan. Feedback yang diberikan
kepada siswa seperti pujian, motivasi, dan kalimat positif lainnya.

Pemberian penghargaan diatur dalam peraturan yang telah ditetapkan kepala sekolah.
Pemberian feedback dapat memberikan semangat belajar kepada siswa. Selain itu sikap
guru selalu mengingatkan kepada siswa untuk berdoa dan mengingatkan agar segera
mengumpulkan tugas, hal ini dapat menjadi teladan bagi siswa. Siswa selalu menirukan
tindakan dan sikap yang dilakukan oleh guru. Sikap yang dilakukan guru kelas V (lima)
sudah mencerminkan nilai-nilai Pancasila yaitu selalu mengajarkan untuk berdoa,
berbicara menggunakan bahasa Indonesia, membagikan ilmu dan disiplin.

Sikap guru saat mengajar memberikan pegaruh terhadap perkembangan siswa. Pada
saat mengajar sikap guru kelas V (lima) di SD Negeri Bakulan meliputi disiplin,
semangat, sabar, jujur, tidak membeda-bedakan, bertanggung jawab dan peduli
terhadap lingkungan. Kegiatan di luar pembelajaran Penerapan nilai-nilai Pancasila tidak
hanya dilakukan dalam pembelajaran saja tetapi dapat juga dilakukan diluar
pembelajaran. Kepala sekolah SD Negeri Bakulan menjelaskan bahwa: “Ya”
(M/4/27-03-2021). Guru kelas V (lima) menambahkan bahwa: “Pemberian tugas yang
bersifat kecakapan hidup” (N/4/03-04-2021). Hasil dokumentasi kegiatan diluar
pembelajaran yang dilakukan di SD Negeri Bakulan mengadakan kegiatan masak
bersama pada saat kurban dan karyawisata.

/ Gambar 11 Kegiatan Qurban / Gambar 12 Kegiatan mengunjungi museum gunung


Menerapkan nilai-nilai Pancasila selain didalam pembelajaran juga dapat diterapkan
diluar pembelajaran. Sebelum pelaksanaan kegiatan di luar pembelajaran dilakukan
pihak sekolah terlebih dahulu mengkoordinasikan kepada wali murid untuk
memperoleh persetujuan dan dukungan. Kerja sama dengan orang tua siswa dapat
memperlancar kegiatan di sekolah. Kegiatan diluar pembelajaran yang dilakukan
dengan memberikan tugas yang bersifat kecakapan hidup seperti peduli lingkungan
dam berkomunikasi dengan orang lain.

Selain itu kegiatan siswa sebelum pandemi terdapat kegiatan masak bersama setelah
libur hari raya idul adha dan karyawisata. Kegiatan ini merupakan jenis kegiatan yang
sesuai sila ketiga, hal ini dapat melatih siswa untuk saling bergotong royong dalam
menyelesaikan tugas memasak. Pada kegiatan ini siswa saling membantu tanpa
membeda-bedakan. Setelah menentukan kegiatan yang akan dilakukan kemudian
menyusun rencana kegiatan diluar pembelajaran. Perencanaan ini dilakukan untuk
mempertimbangkan berbagai faktor dan dampak bagi siswa.

Maka dari itu kepala sekolah SD Negeri Bakulan menjelaskan bahwa: “Ya, merencanakan
kegiatan diluar itu diutamakan yang positif” (M/4/27-03-2021). Guru kelas V (lima)
menambahkan bahwa: “Ya, dengan membuat jadwal sederhana tentang tugas-tugas
yang berkaitan dengan kecakapan hidup” (N/4/03-2021). Berdasarkan hasil wawancara
tersebut dapat disimpulkan bahwa merencakankan kegiatan di luar pembelajaran harus
memperhatikan berbagai dampak yang diakibatkan dari kegiatan tersebut. Kegiatan
yang dilakukan harus memiliki dampak positif bagi siswa.
Perencanaan kegiatan dilakukan untuk mengatur jadwal kegiatan dan tugas-tugas yang
disesuaikan dengan materi pelajaran. Koordinasi dengan berbagai pihak baik kepala
sekolah, guru, dan orang tua sangat penting untuk mendapatkan persetujuan dengan
rencana kegiatan yang akan dilakukan. Menurut kepala sekolah SD Negeri Bakulan,
beliau menjelaskan bahwa: “Sebelum kegiatan ada koordinasi dulu tentang kegiatan”
(M/4/27-03-2021).

Guru kelas V (lima) menjelaskan bahwa pelaksanaan kegiatan diluar pembelajaran


selama pandemi yaitu “Dilakukan sekali waktu saja untuk mengurangi kejenuhan atas
tugas-tugas mandiri dan membuat pembelajaran lebih bervariasi” (N/4/03-04-2021).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa koordinasi dilakukan
sebelum melaksanakan kegiatan diluar pembelajaran, hal ini dilakukan untuk
mengetahui kegiatan yang akan dilakukan dan penanggung jawab dari kegiatan
terebut. Kegiatan selama pandemi dilakukan sesekali hal ini dilakukan bertujuan untuk
mengurangi kejenuhan siswa dan membuat pembelajaran lebih bervariasi.

Evaluasi Pendidikan Nilai Pancasila Evaluasi dalam proses pembelajaran sangat penting
untuk dilakukan hal ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan program
pembelajaran yang dilakukan. Menurut kepala sekolah SD Negeri Bakulan, beliau
menjelaskan bahwa evaluasi penerapan nilai-nilai Pancasila: “Terintegrasi dengan
pembelajaran” (M/5/27-03-2021). Guru kelas V (lima) menambahkan bahwa: “Iya setiap
pembelajaran dilakukan evaluasi untuk mengetahui perkembangan siswa maupun
metode yang digunakan” (N/5/03-04-2021).

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan suatu


proses yang dilakukan untuk mengukur dan menilai mengenai pelaksanaan program
penerapan nilai-nilai Pancasila. Mengevaluasi nilai-nilai Pancasila terintegrasi dengan
evaluasi pembelajaran. Evaluasi ini dilakukan untuk membahas proses penerapan
nilai-nilai Pancasila dan berbagai permasalahan yang dihadapi selama proses
pembalajaran. Evaluasi dilakukan bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan
proses pembelajaran yang lebih baik dari sebelumnya.

Perbaikan yang dilakukan untuk mencapai tujuan dari penerapan nilai-nilai Pancasila
dan dapat mengetahui perkembangan kognitif, afektif, bahasa emosi, maupun
perkembangan psikomotorik. Bentuk evaluasi yang dilakukan terdapat berbagai macam
cara. Hal ini sesuai dengan penjelasan guru kelas V (lima), beliau menjelaskan bahwa:
“Dengan ulangan harian, tugas sehari-hari siswa. Evaluasi karakter anak dilakukan
dengan pengamatan langsung selama proses pembelajaran” (N/5/03-04-2021). Selain
itu beliau juga menambahkan bahwa: “Iya penilaianya melalui observasi”
(N/5/02-04-2021). Berdasarkan penjelasan guru kelas V (lima) dapat disimpulkan bahwa
evaluasi pembelajaran dilakukan dengan cara memberikan ulangan harian dan tugas
sehari-hari.

Sedangkan untuk menilai karakter siswa dilakukan dengan cara pengamatan.


Pengamatan yang dilakukan secara langsung dapat mengetahui perkembangan moral
siswa, penilaian ini disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila, hal ini disebabkan nilai-nilai
Pancasila menjadi pedoman dalam menilai perilaku siswa sehari-hari. Karakter yang
dimiliki setiap individu berbeda-beda. Perbedaan karakter dapat mempengaruhi orang
lain, maka diperlukannya penerapan nilai-nilai Pancasila untuk memperbaiki karakter
siswa.

Guru kelas V (lima) menjelaskan karakter siswa kelas V sebelum penerapan nilai-nilai
Pancasila di kelas, beliau menjelaskan bahwa: “Siswa kurang disiplin dan kurang
bertanggung jawab. Mengumpulkan tugas tidak tepat waktu, sering tidak mengerjakan
tugas” (N/5/03-04-2021). Setelah penerapan nilai-nilai Pancasila guru kelas V (lima)
menjelaskan bahwa: “Lebih baik, lebih disiplin, dan lebih bertanggung jawab atas
tugas-tugasnya” (N/5/03-04-2021). Berdasarkan penjelasan guru mengenai karakter
siswa dapat disimpulkan bahwa setiap individu memiliki berbagai karakter yang
berbeda-beda. Karakter siswa sebelum adanya penerapan nilai-nilai Pancasila yaitu
kurang disiplin dan kurang bertanggung jawab.

Karakter kurang disiplin terlihat ketika pengumpulan tugas tidak tepat waktu,
sedangkan karakter kurang tanggung jawab terlihat dari siswa yang tidak mengerjakan
tugas. Penerapan nilai-nilai Pancasila di SD Negeri Bakulan dapat memperbaiki karakter
yang kurang disiplin dan kurang tanggung jawab. Setelah penerapan nilai-nilai Pancasila
diterapkan terdapat perubahan yang menunjukkan karakter siswa kelas V (lima) lebih
baik dari sebelumnya yaitu lebih disiplin dan bertanggung jawab atas tugas-tugas yang
diberikan.

Membentuk karakter guru yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan
dengan berbagai macam cara. Hal ini dijelaskan oleh kepala sekolah SD Negeri Bakulan,
beliau menjelaskan bahwa: “Menegakkan disiplin dan ketaqwaan” (M/5/27-03-2021).
Beliau menambahkan bahwa: “Kegiatan seminar, workshop atau pelatihan yang lainya
belum tentu diikuti oleh guru” (M/5/27-03-2021). / Gambar 13 Tata tertib kepala
sekolah, guru dan karyawan Berdasarkan penjelasan kepala sekolah dapat disimpulkan
bahwa menegakkan disiplin dan ketaqwaan guru merupakan cara yang dilakukan kepala
sekolah untuk membentuk karakter guru.

Hal ini disebabkan guru merupakan teladan bagi siswa. Menambah pemahaman guru
tentang pendidikan nilai Pancasila dapat dilakukan dengan cara mengikuti seminar,
workshop maupun pelatihan lainnya. Namun, kegiatan tersebut belum tentu diikuti oleh
guru. Penerapan nilai-nilai Pancasila di sekolah perlu diterapkan terhadap guru terlebih
dahulu. Kepala sekolah menjelaskan bahwa pemantauan penerapan nilai-nilai Pancasila
dapat dilakukan dengan cara: “Melalui pengamatan dan tugas” (M/5/27-03-2021).
Beliau menambahkan bahwa hal yang perlu untuk dilakukan dengan segera yaitu:
“Praktek dan teladan” (M/5/27-03-2021).

/ Gambar 14 Sholat berjamaah dengan siswa / Gambar 15 Sholat berjamaah guru Dari
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa guru merupakan teladan bagi siswa,
karena siswa selalu menirukan tindakan yang dilakukan oleh guru. Oleh sebab itu
penerapan nilai-nilai Pancasila di SD Negeri Bakulan perlu dilakukan guru terlebih
dahulu. Mengetahui penerapan nilai-nilai Pancasila telah tercapai sesuai dengan rencana
atau tidak, maka perlu dilakukan pemantauan oleh kepala sekolah. Memberikan tugas
kepada guru merupakan bentuk tanggung jawab seorang guru dalam melaksanakan
tugasnya sebagai tenaga pendidik dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila.

Praktek merupakan bentuk nyata dari pengamalan nilai-nilai Pancasila yang dilakukan
oleh guru maupun siswa. Praktek yang dilakukan oleh guru yaitu dengan menaati segala
peraturan yang ada di sekolah salah satunya dengan menggunakan seragam sesuai
dengan ketentuan, datang tepat waktu dan melaksanakan ibadah tepat waktu. Nilai-nilai
Pancasila yang diterapkan di SD Negeri Bakulan Setiap sila-sila Pancasila merupakan
satu kesatuan yang setiap silanya saling berkaitan. Sila-sila Pancasila menjadi pedoman
bagi manusia dalam berperilaku sehari-hari.

Penerapan nilai-nilai di sekolah dasar sangat penting dilakukan, hal ini bertujuan untuk
membentuk karakter siswa sejak dini agar siswa selalu terbiasa dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Nilai-nilai Pancasila yang diterapkan di SD Negeri Bakulan
yaitu: Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa Nilai Ketuhanan mengandung makna untuk
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kebebasan dalam memilih agama dan saling
menghormati antar pemeluk agama. Menurut siswa kelas V (lima) menjelaskan bahwa:
“Menjalankan ibadah merupakan hal kewajiban umat beragama untuk mendekatkan diri
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam hal ini siswa kelas V (lima) melaksanakan ibadah
tepat waktu.

Namun terdapat tiga siswa yang belum melaksanakan ibadah tepat waktu” (Hasil
wawancara siswa). Sedangkan hasil dari pengamatan terhadap perilaku siswa kelas V
(lima) menunjukkan bahwa: “Setiap kegiatan yang dilakukan oleh siswa kelas V (lima)
dalam urusan keagamaan selalu didampingi oleh guru kelas, dan guru agama. Selain itu
di SD Negeri Bakulan juga menyediakan guru agama non muslim untuk mendampingi
siswa saat membaca kitab. Kegiatan sholat, asmaul husna, dan membaca kitab
merupakan penerapan nilai-nilai Pancasila yang pertama.

Tujuan diterapkannya nilai ketuhanan yaitu untuk menumbuhkan karakter religius dan
karakter tolerasi yang sesuai dengan sila pertama. Ketika guru agama non muslim tidak
datang siswa tersebut tetap mengikuti kegiatan asmaul husna namun tidak
mengganggu siswa lainnya. Sikap siswa kelas V (lima) sudah memahami dan memiliki
karakter untuk bertoleransi antar agama” (Hasil observasi siswa). / Gambar 16 Kegiatan
Asmaul Husna / Gambar 17 Kegiatan Ekstrakurikuler Qiro’ah Berdasarkan penjelasan
siswa dan pengamatan terhadap perilaku siswa kelas V (lima) dapat disimpulkan bahwa
sila pertama dalam Pancasila memiliki makna keyakinan dan kepercayaan dalam
melaksanakan ibadah. Menjalankan ibadah merupakan kewajiban umat beragama untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Menjalankan ibadah tepat waktu
merupakan sikap dari mengamalkan sila pertama.

Sebagian besar siswa kelas V (lima) melaksanakan ibadah tepat waktu. Kegiatan
keagamaan yang ada di SD Negeri Bakulan selalu didampingi oleh guru kelas dan guru
agama. Kegiatan yang dilakukan berupa sholat, asmaul husna, dan membaca kitab
merupakan penerapan dari sila pertama. Sedangkan di kelas V (lima) terdapat siswa non
muslim, ketika guru agama non muslim tidak datang, maka siswa tersebut mengikuti
kegiatan asmaul husna. Sikap yang dilakukan siswa tersebut yaitu tidak mengganggu
teman yang sedang membaca asmaul husna.

Sikap yang dilakukan merupakan hasil dari mengamalkan sila Pancasila pertama.
Penerapan nilai ketuhanan bertujuan untuk menumbuhkan karakter religius dan
toleransi. Indonesia memiliki beragam agama, setiap individu diberikan kebebasan
dalam memilih dan meyakininya. Dengan adanya beragam agama, sikap yang harus
dimiliki oleh siswa yaitu toleransi. Siswa kelas V (lima) menjelaskan bahwa: “Setiap
individu memiliki kebebasan dalam memilih dan menyakini agam, kebebasan ini
membuat keberagaman agama yang ada di lingkungan sekitar.

Menurut siswa kelas V (lima) memiliki perbedaan agama, sikap yang harus dilakukan
yaitu menghormati, menghargai, tidak membeda-bedakan, tidak memilih-milih teman,
dan saling bertoleransi. Siswa kelas V (lima) telah terbiasa dengan nilai ketuhanan, sikap
yang dilakukan sesuai dengan sila pertama yaitu menghargai, menghormati dan saling
bertoleransi terhadap keyakinan dan agama masing-masing” (Hasil wawancara siswa).
Hasil dari pengamatan menunjukkan bahwa: “Setiap perbedaan fisik maupun agama
tidak membuat siswa kelas V (lima) memilih-milih dalam berteman dan tetap saling
tolong-menolong antar siswa.
Siswa kelas V (lima) telah memahami bahwa setiap manusia hidup harus saling tolong
menolong meskipun berbeda agama” (Hasil observasi). “Menghormati perbedaan
agama dan keyakinan masing-masing sangat penting, hal ini disebabkan bangsa
Indonesia memiliki beragam agama dan kepercayaan. Penerapan nilai-nilai Pancasila di
sekolah sangat dibutuhkan untuk membentuk sikap siswa. Penerapan sila pertama
berjalan dengan baik dapat membentuk karakter toleransi antar umat beragama. Sikap
dan tindakan siswa kelas V (lima) dalam kegiatan sholat dhuha dan asmaul husna sudah
mencerminkan karakter toleransi yang dimiliki oleh setiap individu.

Hal ini dilihat dari siswa yang tidak mengganggu siswa lain ketika sedang membaca
asmaul husna dan melaksanakan sholat dhuha” (Hasil observasi siswa). / Gambar 18
Mengajari teman mengaji / Gambar 19 Membantu teman mendirikan sepeda
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap individu memiliki kebebasan
untuk meyakini dan memilih agama. Kebebasan dalam menganut agama membuat
keberagaman agama yang ada di lingkungan sekitar. Sikap yang harus dilakukan
dengan adanya perbedaan agama yaitu saling bertoleransi antar umat beragama. Siswa
kelas V (lima) sudah terbiasa dengan nilai ketuhanan.

Mereka mengamalkan sila pertama yaitu dengan saling bertoleransi terhadap keyakinan
dan agama masing-masing serta tidak memilih-milih dalam berteman. Perbedaam fisik
maupun agama tidak membuat siswa kelas V (lima) memilih-milih dalam berteman dan
saling tolong-menolong. Pemahaman siswa kelas V (lima) tentang sila pertama
dilakukan dengan cara saling tolong menolong meskipun terdapat perbedaan agama.
Menghormati perbedaan agama dan keyakinan hal yang penting bagi masyarakat di
Indonesia.

Pentingnya menerapkan nilai-nilai Pancasila di sekolah bertujuan untuk memberikan


pemahaman kepada siswa mengenai nilai-nilai Pancasila menjadi pedoman dan
kebiasaan mereka dalam bertindak. Penerapan sila pertama di sekolah berjalan dengan
baik dapat membentuk toleransi antar umat beragama. Sikap dan tindakan siswa kelas V
(lima) dalam menjalankan ibadah seperti sholat dhuha, asmaul husna telah
mencerminkan karakter toleransi. Karakter toleransi ini terlihat dari tindakan siswa yang
tidak mengganggu siswa lain ketika sedang membaca asmaul husna dan melaksanakan
sholat dhuha.

Nilai Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab Nilai kemanusiaan mengandung makna
tentang kesadaran perilaku, moral, dan tingkah laku manusia. Menurut siswa kelas V
(lima) sila kedua menunjukkan sikap sopan santun, mereka menjelaskan bahwa: “Tutur
kata merupakan hal yang sangat penting dalam menunjukkan sikap menghormati.
Ketika berbicara dengan guru siswa kelas V (lima) selalu menggunakan bahasa yang
formal. Penggunaan bahasa formal dilakukan siswa untuk menghormati guru” (Hasil
wawancara siswa).

Siswa kelas V (lima) menambahkan bahwa: “Setiap individu tidak dapat berdiri sendiri,
mereka membutuhkan orang lain untuk saling tolong-menolong. Dalam hal ini tindakan
siswa kelas V (lima) untuk meminta bantuan terhadap orang lain sudah menunjukkan
sikap yang sopan satun. Hal ini dapat diketahui dari kalimat permintaan tolong yang
mereka ucapkan. Mereka mengawali ungkapan permintaan tolong dengan
menggunakan kata “tolong”. Kalimat yang mereka gunakan sudah sesuai dengan
ungkapan permintaan tolong” (Hasil wawancara siswa).

Berbicara dengan perkataan sopan satun merupakan pengamalan dari sila ke dua, siswa
kelas (V) menunjukkan bahwa: “Berbicara dengan sopan salah satu bentuk perilaku yang
baik. Pemahaman siswa mengenai sila kedua membuat mereka ketika berbicara
menggunakan kalimat yang sopan, hal ini diakukan baik berbicara terhadap guru
maupun ketika memanggil siswa lain dengan panggilan yang pantas sesuai dengan
nama mereka” (Hasil observasi siswa). / Gambar 20 Pengumpulan tugas ke sekolah
Sikap yang dilakukan menunjukkan bahwa cara berbicara mencerminkan karakter yang
dimiliki dalam diri siswa. Berbicara dengan sopan menunjukkan sikap menghormati
orang lain.

Sikap siswa kelas V (lima) ketika berbicara dengan guru mereka menggunakan bahasa
formal. Pemahaman siswa mengenai sila ke dua terlihat dari sikap mereka ketika
berbicara. Berbicara dengan sopan satun dilakukan baik berbicara dengan guru maupun
ketika memanggil siswa lain dengan nama panggilan mereka. Saat membutuhkan
bantuan siswa kelas V (lima) mengawali kalimat dengan kata “tolong”. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa memahami adab sopan santu. Sedangkan saat pengumpulan
tugas di sekolah, siswa kelas V (lima) bertemu dengan guru dan bertanya menggunakan
bahasa Indonesia serta mereka mengucapkan terima kasih.

Ucapan terima kasih merupakan bentuk menghormati dan menghargai guru yang sudah
mejelaskan materi. Sila kedua mengandung makna persamaan hak dan kewajiban
sesama manusia, sikap yang dilakukan yaitu harus saling menghormati, menurut siswa
kelas V (lima) menjelaskan bahwa: “Menghormati orang yang lebih dewasa adalah hal
yang sangat penting, hal ini mencerminkan baik atau buruknya kepribadian yang ada
didalam diri.

Dalam hal ini ketika siswa di sekolah berjalan didepan bapak ibu guru, hal yang akan
dilakukan oleh siswa kelas V (lima) yaitu dengan mengucapkan salam, menyapa,
menunduk, mengangguk, meminta izin dan mengucapkan kata “permisi”. Selain itu
tindakan lain yang dilakukan siswa yaitu dengan mempersilahkan bapak atau ibu guru
untuk berjalan terlebih dahulu” (Hasil wawancara siswa). Pengamatan terhadap sikap
dan perilaku yang dilakukan oleh kelas V (lima) menunjukkan bahwa: “Nilai-nilai
Pancasila mengajarkan untuk memiliki sikap menghormati orang yang lebih tua.

Sikap yang dimiliki siswa kelas V (lima) dalam menghormati orang yang lebih tua yaitu
dengan memperhatikan guru saat menyampaikan materi, mencatat penjelasan guru,
mendengarkan nasehat yang diberikan guru dan selalu mengucapkan terima kasih
ketika menerima penjelasan dan atas penilaian yang diberikan oleh guru” (Hasil
observasi siswa). / Gambar 21 Guru mengingatkan siswa untuk cuci tangan / Gambar 22
Siswa menjalankan nasihat guru untuk cuci tangan Sila Pancasila ke dua yang diterapkan
di SD Negeri Bakulan telah menunjukkan sikap sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Menghormati orang yang lebih tua merupakan cerminan dari kepribadian yang dimiliki
setiap individu. Ketika di sekolah siswa berjalan di depan bapak ibu guru tindakan yang
akan mereka lakukan yaitu dengan mengucapkan salam, menyapa, menunduk,
mengangguk, meminta ijin dan mengucapkan kata “permisi”. Tindakan lain yang
dilakukan siswa yaitu mempersilahkan bapak atau ibu guru untuk berjalan terlebih
dahulu.

Pengamalan nilai-nilai Pancasila selama di sekolah yaitu dengan memperhatikan guru


saat menyampaikan materi, mencatat penjelasan guru, mendengarkan nasehat yang
diberikan guru dan selalu mengucapkan terima kasih. Sebelum masuk ke ruang kelas
siswa diingatkan oleh guru untuk mencuci tangan terlebih dahulu di tempat yang telah
disediakan. Setelah diingatkan oleh guru kemudian mereka melaksanakan secara
bergantian. Setiap individu memiliki perbedaan kulit, agama, maupun karakter. Dengan
adanya perbedaan ini sikap yang dilakukan siswa kelas V (lima) yaitu “Setiap individu
memiliki berbagai perbedaan seperti warna kulit, karakter, maupun agama.

Perbedaan ini tidak membuat siswa kelas V (lima) membeda-bedakan teman. Siswa
kelas V (lima) selalu menghargai, menghormati, tidak mengejek, dan selalu berteman
dengan baik” (Hasil wawancara siswa). Sikap siswa kelas V (lima) dalam mengatasi
perbedaan ini terlihat dari sikap dan tindakan yang mereka: “Di SD Negeri Bakulan pada
kelas V (lima) sikap siswa laki-laki dan perempuan pada saat bermain mereka tidak
memilih-milih. Sikap yang mereka lakukan menunjukkan bahwa siswa kelas V (lima)
tidak membeda-bedakan dalam berteman” (Hasil observasi). / Gambar 23 Berjalan
bersama menuju mushola Masyarakat di Indonesia memiliki berbagai macam warna
kulit, karakter maupun agama.

Keberagaman yang ada di Indonesia membuat sekolah perlu menanamkan berbagai


nilai Pancasila untuk menumbuhkan dan memberikan pemahaman kepada siswa
mengenai sikap-sikap yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Sila kedua yang
diterapkan di sekolah untuk membentuk sikap siswa kelas V (lima) agar tidak
membeda-bedakan dalam berteman. Sikap yang dilakukan siswa kelas V (lima) yaitu
selalu menghargai, menghormati, tidak mengejek, dan selalu berteman dengan baik. Hal
ini terlihat dari tindakan mereka di sekolah yang tidak memilih-milih dalam berteman.
Pada saat sampai di sekolah mereka saling menyapa dan berjalan bersama menuju
ruang kelas serta menjaga jarak sesuai dengan protokol kesehatan.

Sikap yang dilakulan merupakan pengamalan nilai kemanusiaan yaitu tidak


membeda-bedakan dalam berteman. Penerapan nilai-nilai Pancasila di sekolah
bertujuan untuk membentuk sikap siswa agar memiliki sikap yang tidak semena-mena
terhadap orang lain. Siswa kelas V (lima) menjelaskan bahwa: “Tugas yang diberikan
oleh bapak atau ibu guru, dikerjakan oleh siswa kelas V (lima) sesuai dengan perintah
guru. Siswa kelas V (lima) selalu mengikuti aturan yang diberikan oleh bapak atau ibu
guru, hal ini menunjukkan sikap siswa kelas V (lima) tidak semena-mana terhadap orang
lain” (Hasil wawancara siswa).

Berdasarkan pengamatan mengenai sikap siswa kelas V (lima) menunjukkan bahwa:


“Mengerjakan tugas merupakan tanggung jawab setiap siswa. Tugas yang diberikan
memiliki aturan dan cara mengerjakan yang harus ditaati oleh siswa. Mengerjakan tugas
sesuai dengan aturan merupakan sikap tidak semena-mena terhadap bapak atau ibu
guru. Tindakan yang dilakukan siswa kelas V (lima) merupakan pengamalan sila
Pancasila ke dua. Setiap sikap yang dilakukan siswa kelas V (lima) menunjukkan bahwa
mereka bersikap tidak semena-mena terhadap orang lain. Sikap mereka terhadap teman
sekelas yaitu tidak memaksanakan meminta jawaban tugas kepada siswa lain.

Selain itu sikap tidak semena-mena terhadap bapak atau ibu guru yaitu menghubungi
bapak atau ibu guru pada jam kerja” (Hasil observasi). Berdasarkan penjelasan diatas
dapat disimpulkan bahwa mengerjakan tugas merupakan tanggung jawab siswa. Tugas
yang diberikan memiliki aturan dan cara mengerjakan yang harus ditaati oleh siswa.
Mengerjakan tugas sesuai dengan aturan merupakan sikap tidak semena-mena
terhadap bapak atau ibu guru. Tindakan yang dilakukan siswa kelas V (lima) merupakan
pengamalan sila Pancasila ke dua. Sikap yang dilakukan siswa kelas V (lima)
menunjukkan bahwa mereka bersikap tidak semena-mena terhadap teman sekelas yaitu
tidak memaksakan meminta jawaban tugas.

Selain itu sikap tidak semena-mena terhadap bapak atau ibu guru yaitu menghubungi
bapak atau ibu guru pada jam kerja. Nilai Persatuan Indonesia Nilai persatuan
mengandung makna bahwa setiap individu harus mencintai bangsa sendiri. Hasil
wawancara dengan siswa kelas V (lima) menunjukkan bahwa: “Siswa kelas V (lima) telah
mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Bahasa Indonesia
menjadi bahasa pemersatu di kelas, hal ini dikarenakan kelas V (lima) terdapat beberapa
siswa yang berasal dari luar daerah” (Hasil wawancara siswa).

Pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa: “Menggunakan bahasa Indonesia


merupakan tindakan cinta terhadap bangsa Indonesia. Pengamalan sila ke tiga yang
dilakukan siswa kelas V (lima) yaitu ketika mengumpulkan tugas berupa video melalui
aplikasi whatsapp, mereka berbicara menggunakan bahasa Indonesia” (Hasil observasi
siswa). Mencintai bangsa sendiri dapat dilakukan dengan cara berbicara menggunakan
bahsa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan. Bahasa Indonesia
digunakan masyarakat di Indonesia ketika berkomunikasi dengan masyarakat yang
berbeda daerah.

Siswa kelas V (lima) menggunakan bahsa Indonesia pada waktu tertentu seperti
berbicara dengan guru dan teman yang berbeda daerah. Menggunakan bahasa
Indonesia merupakan sikap rasa cinta terhadap bangsa Indonesia. Siswa kelas V (lima)
dalam menggunakan bahasa Indonesia pada saat pembelajaran yaitu ketika
mengumpulkan tugas yang berupa video melalui aplikasi whatsapp. Berbicara
menggunakan bahasa Indonesia di kelas V (lima) sangat penting hal ini dikarenakan
terdapat beberapa siswa yang berasal dari luar daerah.

Dengan menggunakan bahasa Indonesia mempermudah siswa dalam berkomunikasi


dan mengamalkan sila Pancasila yang ketiga. Cinta bangsa sendiri juga dapat dilakukan
dengan menggunakan produk dalam negeri dan menjaga budaya yang ada didaerah.
Berdasarkan hasil wawancara siswa menjelaskan bahwa: “Dalam hal menjaga dan
melestarikan budaya di Indonesia, siswa kelas V (lima) ikut berpartisipasi dalam menjaga
dan melestarikan budaya di Indonesia. Hal ini dilakukan dengan mengikuti kegiatan
ektrakurikuler yang ada di sekolah seperti karawitan dan seni tari. Tindakan yang
dilakukan merupakan bentuk mencintai budaya sendiri.

Hal ini termasuk dalam nilai-nilai Pancasila sila ke tiga yaitu nilai Persatuan” (Hasil
wawancara siswa). Hasil dari pengamatan selama kegiatan di sekolah menunjukkan
bahwa: “Menggunakan seragam sekolah dan buku siswa merupakan tindakan mencintai
produk Indonesia. Cinta terhadap produk sendiri merupakan pengamalan sila Pancasila
ke tiga yaitu Pesatuan Indonesia” (Hasil observasi siswa).

/ Gambar 24 Kegiatan ekstrakurikuler seni tari / Gambar 25 Kegiatan ekstrakurikuler


karawitan / Gambar 26 Kegiatan karawitan Melestarikan budaya yang ada di Indonesia
merupakan bentuk mencintai tanah air. Melestarikan budaya dapat dilakukan dengan
berbagai cara diantaranya menggunakan produk buatan Indonesia seperti
menggunakan seragam sekolah, mengunakan buku siswa dan mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler karawitan maupun seni tari dengan baik dan antusias. Sikap yang mereka
lakukan merupakan bentuk mengamalkan sila Pancasila ke tiga. Karakter yang tercermin
dari sikap yang dilakukan siswa yaitu nasionalis.

Keragaman budaya maupun agama yang ada di Indonesia tidak membuat masyarakat di
Indonesia terpecah belah. Penerapan sila ke tiga dalam pembelajaran bertujuan agar
siswa mampu menghargai perbedaan. Menurut siswa kelas V (lima) sikap yang
dilakukan saat menerima tugas kelompok yaitu: “Sikap yang dilakukan siswa kelas V
(lima) dalam menerima tugas kelompok yang anggotanya telah ditentukan yaitu dengan
menerima, menghargai, menaatinya, saling bekerja sama dan melaksanakannya sesuai
dengan perintah guru” (Hasil wawancara siswa). Siswa kelas V (lima) menambahkan
bahwa: “Siswa kelas V (lima) selalu mengikuti kegiatan gotong royong membersihkan
lingkungan sekolah.

Mereka menyadari pentingnya menjaga lingkungan sekitar, namun terdapat beberapa


siswa yang kurang menyadari pentingnya kegiatan gotong royong sehingga mereka
tidak mengikutinya” (Hasil wawancara siswa). Pengamatan yang dilakukan selama
kegiata menunjukkan bahwa: “Masyarakat Indonesia memiliki beragam suku, ras,
agama, dan adat. Perbedaan yang ada tidak membuat siswa kelas V (lima) terpecah
belah. Ketika ada jadwal ke sekolah siswa datang menggunakan masker, mencuci
tangan, dan menjaga jarak. Pada berkunjung ke sekolah terdapat kegiatan berdiskusi
bersama.

Kegiatan berdiskusi ini diikuti oleh semua siswa tanpa membeda-bedakan” (Hasil
observasi siswa). / Gambar 27 Diskusi not yang akan dimainkan / Gambar 28 Kerja
membersihkan lingkungan sekolah Indonesia memiliki beragam adat, suku, ras, dan
agama. Keragaman ini menjadikan bangsa Indonesia menjadi negara yang unik.
Keragaman ini tidak membuat masyarakat di Indonesia menjadi terpecah, hal ini
dikarenakan adanya sila-sila Pancasila yang menjadi pedoman hidup bangsa Indonesia.
Sila-sila Pancasila yang diterapkan di sekolah bertujuan untuk memberikan pemahaman
mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam sila ketiga. Sikap yang sesuai dengan sila
ketiga dalam Pancasila yaitu tidak membeda-bedakan suku, ras dan agama.

Sikap yang dilakukan selama pembelajaran yaitu menghargai, menaati, menerima dan
melaksanakan tugas kelompok yang telah ditetapkan oleh guru serta saling bekerja
sama dengan teman sekelompok. Tindakan siswa kelas V (lima) yang sesuai dengan sila
ke tiga yaitu tidak membeda-bedakan saat diskusi bersama. Diskusi yang dilakukan
pada saat siswa berkunjung di sekolah mereka tetap mematuhi protokol kesehatan yaitu
mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak.

Diskusi yang dilakukan siswa kelas V (lima) berjalan dengan baik mereka saling bekerja
sama dan tidak saling menghina karena adanya perbedaan. Selain itu bergotong royong
membersihkan lingkungan termasuk dalam mengamalkan sila ke tiga. Sikap yang
dilakukan merupakan pengamalan dari sila ke tiga. Penerapan sila ke tiga di sekolah
dilakukan untuk membentuk karakter gotong royong. Hal ini dilakukan agar siswa
terbiasa dengan sikap saling bekerja sama dan tidak membedabedakan suku, ras dan
agama.

Nilai Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/


Perwakilan Menghargai orang lain merupakan sikap dari mengamalkan sila Pancasila
ketiga. Siswa kelas V (lima) menjelaskan bahwa: “Sikap siswa kelas V (lima) yang akan
dilakukan ketika terdapat seseorang menyatakan pendapat yaitu mendengarkan,
menghargai, menghormati, tidak memotong pembiacaraan orang lain, menerima
dengan lapang dada atas hasil yang telah diputuskan dan melaksanakan sesuai
keputusan bersama” (Hasil wawancara siswa). Hasil pengamatan kegiatan pembelajaran
menunjukkan bahwa: “Setiap orang memiliki hak untuk menyatakan pendapat.

Kebebasan dalam menyatakan pendapat harus diiringi dengan sikap menghargai orang
lain yang sedang menyatakan pendapat. Sikap siswa kelas V (lima) dalam menghargai
pendapat orang lain yaitu pada saat pembelajaran daring melalui google meet, siswa
menghargai dan mendengarkan pendapat teman yang sedang menyatakan pendapat.
Kegiatan yang mereka lakukan merupakan bentuk dari pengamalan sila Pancasila ke
empat” (Hasil observasi siswa).

/ Gambar 29 Diskusi penempatan posisi drum band Nilai kerakyatan memiliki makna
bahwa setiap masyarakat berhak untuk memilih, memiliki kedudukan, hak dan
kewajiban yang sama. Sila keempat memiliki makna dalam menyelesaikan masalah
dilakukan dengan musyawarah. Menghargai orang lain dapat dilakukan dengan cara
mendengarkan orang yang sedang menyatakan pendapat, tidak memotong
pembicaraan orang lain, menerima hasil keputusan, dan menghormati pendapat orang
lain. Pada saat diskusi siswa menghargai dan mendengarkan pendapat guru mengenai
penempatan posisi drum band. Sikap yang mereka lakukan merupakan pengalaman dari
nilai kerakyatan.

Dengan menerapkan nilai kerakyatan di kelas dapat membentuk karakter siswa untuk
saling menghargai dan menghormati hak orang lain. Setiap individu memiliki hak untuk
memberikan pendapat yang mereka miliki. Siswa kelas V (lima) menyatakan bahwa:
“Ketika siswa lain memberikan masukan tentang hasil pekerjaan, siswa kelas V (lima)
akan mendengarkan, menghargai, menerima dengan lapang dada, melaksanakan sesuai
saran, dan mengucapkan terima kasih. Sikap yang mereka lakukan sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila keempat” (Hasil wawancara siswa).

Selama pengamatan melalui grup whatsapp dan google meet sikap siswa kelas V (lima)
yaitu “Selama pembelajaran daring siswa kelas V (lima) menerima tugas yang diberikan
oleh guru. Tugas yang diberikan guru terdapat tugas kelompok, tugas ini dikerjakan
siswa melalui grup whatsapp. Kemudian siswa mempertanggung jawabkan hasil diskusi
melalui google meet. Selama diskusi daring sikap yang mereka lakukan saling
menghargai hasil pekerjaan mereka dan menghargai keputusan yang telah diputuskan
oleh guru” (Hasil observasi siswa). Sila keempat mengandung makna kebebasan dalam
menyatakan pendapat.

Setiap individu diberikan kebebasan untuk memberikan kritikan maupun saran terhadap
hasil pekerjaan orang lain, sikap yang harus dimiliki ketika mendapat kritikan maupun
saran yaitu mendengarkan, menghargai, menerima dengan lapang dada, melasanakan
sesuai pendapat teman, dan mengucapkan terima kasih. Tugas kelompok selama
pandemi dikerjakan diskusi bersama melalui grup whatsapp setelah selesai
mengerjakan, hasil diskusi dipertanggungjawabkan melalui google meet. Selama diskusi
sikap yang dilakukan yaitu saling menghargai jawaban hasil dari pekerjaan mereka dan
menghargai keputusan yang telah diputuskan oleh guru.

Menghormati peran pemimpin dan bersikap tidak memaksakan kehendak merupakan


tindakan yang sesuai dengan sila keempat. Menurut siswa kelas V (lima) menyatakan
bahwa: “Siswa kelas V (lima) selalu menghormati peran pemimpin di kelas. Mereka
menjalankan setiap perintah ketua kelas yang diucapkan yaitu meminta untuk
mengumpulkan tugas. Sikap yang akan dilakukan yaitu segera mengumpulkan dan
mengucapkan kalimat yang sopan” (Hasil wawancara siswa). Hal dari pengamatan
perilaku siswa kelas V (lima) menunjukkan bahwa: “Mengerjakan tugas merupakan
tanggung jawab sebagai siswa. Siswa kelas V (lima) dalam mengerjakan tugas sesuai
dengan aturan yang diberikan oleh guru.

Siswa kelas V (lima) mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
oleh guru. Tindakan yang mereka lakukan mencerminkan sila keempat yaitu tidak
memaksakan kehendak sendiri terhadap orang lain. Selain itu dengan adanya
penerapan nilai-nilai Pancasila dapat membentuk karakter tanggung jawab dan disiplin”
(Hasil observasi siswa). Pengamatan yang dilakukan melalui grup whatsapp
menunjukkan bahwa: “Menghormati pemimpin merupakan bentuk mengamalkan nilai
Pancasila sila keempat.
Dalam hal ini siswa kelas V (lima) menjawab tugas yang diberikan guru melalui grup
whatsapp dengan perkataan yang sopan dan selalu mengucapkan terima kasih. Perilaku
yang mereka lakukan merupakan bentuk menghargai peran pemimpin dikelas yaitu
menghargai guru” (Hasil observasi siswa). Pemimpin merupakan orang yang dapat
mempengaruhi sebuah kelompak untuk mencapai tujuan yang telah disepakati
bersama. Guru merupakan pemimpin pada saat proses pembelajaran di kelas.
Mengerjakan tugas merupakan tanggung jawab siswa dan tugas yang dikerjakan oleh
siswa sesuai dengan aturan guru.

Tanggung jawab siswa selain mengerjakan tugas yaitu mengumpulkan tugas tepat
waktu sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Guru memiliki hak untuk mengatur
dan memberikan tugas kepada ketua kelas. Ketua kelas memiliki tanggung jawab
kepada guru untuk membantu mengatur kelas. Sikap siswa kelas V (lima) terhadap ketua
kelas yaitu menjalankan perintah dengan baik dan berbicara dengan sopan. Sikap yang
dilakukan terhadap guru dan ketua kelas merupakan bentuk menghargai pemimpin dan
bersikap tidak memaksakan kehendak terhadap orang lain.

Nilai Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Setiap individu memiliki hak dan
kewajiban yang sama dengan individu lainnya. Keadilan yang diperoleh setiap orang
mencakup keadilan dalam berbagai bidang seperti sosial, ekonomi, maupun dibidang
politik. Membantu orang lain termasuk dalam nilai keadilan, menurut siswa kelas V
(lima) menjelaskan bahwa: “Sikap siswa kelas V (lima) yang menunjukkan keadilan yaitu
mereka selalu berbagai kepada teman yang sedang kesusahan seperti teman yang tidak
jajan. Tindakan yang mereka lakukan yaitu dengan berbagi makanan maupun membagi
uang saku yang mereka miliki. Selain itu perilaku mereka sangat peduli terhadap teman
terlihat dari sikap mereka mencari tahu alasan tidak membeli jajanan” (Hasil wawancara
siswa).

Selama pembelajaran sikap siswa kelas V (lima) menunjukkan bahwa: “Membantu orang
lain yang sedang kesusahan menunjukkan perilaku yang mulia. Membantu orang lain
termasuk dari nilai-nilai Pancasila. Penerapan nilai-nilai Pancasila di SD Negeri Bakulan
untuk membentuk karakter siswa memiliki rasa kepedulian terhadap sesama manusia.
Penerapan nila-nilai Pancasila sila ke lima di kelas V (lima) telah menunjukkan rasa
kepedulian terhadap siswa lain. Hal ini terlihat dari perilaku siswa yang membantu siswa
lain yang kesusahan dalam memahami materi matematika” (Hasil observasi siswa).
Membantu orang yang sedang kesulitan merupakan pengamalan dari sila ke lima.

Sikap yang mencerminkan nilai keadilan yaitu selalu berbagi dengan orang yang sedang
kesusahan seperti teman yang tidak membeli makanan. Tindakan untuk membantu
orang lain dapat dilakukan dengan cara berbagi makanan maupun membagi uang saku.
Penerapan nilai-nilai Pancasila di SD Negeri Bakulan untuk membentuk karakter siswa
memiliki rasa kepedulian terhadap sesama manusia. Penerapan nila-nilai Pancasila sila
ke lima di kelas V (lima) telah menunjukkan rasa kepedulian terhadap siswa lain. Hal ini
terlihat dari perilaku siswa yang membantu siswa lain yang kesusahan dalam memahami
materi matematika. Menghargai hak dan hasil karya orang lain merupakan sikap yang
mencerminkan nilai keadilan.

Setiap individu memiliki hak yang sama dengan lainnya untuk diakui atas hasil karyanya.
Menurut siswa kelas V (lima) perilaku dalam menghargai karya orang lain yaitu:
“Berdasarkan hasil wawancara siswa kelas V (lima) menunjukkan bahwa perilaku siswa
menunjukkan sikap menghargai atas hasil karya orang lain dan memberikan masukan
agar dapat meningkatkan hasil karya lebih bagus dari sebelumnya” (Hasil wawancara
siswa). Mereka juga menambahkan bahwa: “Menghargai hak orang lain sangat penting
dilakukan setiap individu. Setiap orang memiliki hak yang sama dengan orang lain”
(Hasil observasi).

Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa: “Setiap orang


selalu ingin dihargai atas hasil pekerjaan mereka. menghargai hasil pekerjaan orang lain
termasuk dalam nilai Pancasila yang ke lima. Di SD penerapan nilai-nilai Pancasila sila ke
lima di kelas V (lima) sudah berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dari perilaku siswa yang
menghargai hasil pekerjaan siswa lain pada saat mempresentasikan hasil pekerjaannya.
Siswa memberi pujian dan tepuk tangan atas hasil kerja siswa lainnya” (Hasil observasi
siswa). Menghargai hak orang lain sangat penting dilakukan oleh setiap individu. Setiap
orang selalu ingin dihargai atas hasil pekerjaan mereka.

Menghargai hasil pekerjaan orang lain termasuk dalam nilai Pancasila yang ke lima.
Karena sikap menghargai hasil karya orang lain dan memberikan masukan dapat
meningkatkan hasil karya yang lebih bagus dari sebelumnya. Sikap ini sudah ditunjukan
oleh siswa-siswa kelas V di SD Negeri Bakulan, terlihat dari perilaku siswa yang
menghargai hasil pekerjaan siswa lain pada saat mempresentasikan hasil pekerjaannya.
Serta memberi pujian dan tepuk tangan atas hasil kerja siswa lainnya. Pembahasan
Implementasi Pendidikan Nilai Pancasila di SD Negeri Bakulan Pendidikan nilai
merupakan suatu proses menanamkan, mengembangkan, membimbing dan mendidik
siswa.

Pendidikan nilai dilakukan untuk mengembangkan berbagai nilai-nilai kehidupan. Hal


tersebut sejalan dengan Nawawi (2011) menyatakan bahwa pendidikan nilai ialah usaha
sadar yang dilakukan seseorang sesuai rencana untuk menanamkan nilai ketuhanan,
nilai estetik dan etik, nilai baik buruk, benar salah tentang berbagai tindakan. Sedangkan
menurut Sukitman (2016) menyatakan bahwa pendidikan nilai adalah suatu usaha yang
telah direncanakan kedalam proses pembelajaran untuk membentuk etika, moral, dan
budi pekerti siswa.

Pembentukan kepribadian individu dilakukan melalui proses menanamkan,


mengembangkan, membimbing dan mendidik berbagai nilai yang dilakukan secara
sadar melalui proses pembelajaran. Dengan adanya pendidikan nilai menjadikan setiap
individu memiliki kepribadian yang baik. Pendidikan nilai yang diterapkan di SD Negeri
Bakulan bertujuan untuk membentuk kepribadian sesuai dengan nilai-nilai Pancasila,
memberikan pemahaman baik buruk suatu tindakan, membentuk karakter siswa sesuai
dengan norma dan agama.

Pernyataan tersebut sesuai dengan A. N. Apriani (2019) tujuan dari pendidikan nilai yaitu
membantu peserta didik berpikir logis dalam menghubungkan konsep terhadap
nilai-nilai yang diyakini, membantu peserta didik dalamm mempertimbangkan nilai
moral, dan membantu peserta didik berkomunikasi dengan jujur dan terbuka.
Pendidikan nilai juga membantu peserta didik untuk menghadapi dan menempatkan
nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari (Zakiyah & Rusdiana, 2014).

Dengan adanya penerapan pendidikan nilai di sekolah dapat memperbaiki karakter


siswa yang sebelumnya kurang baik. Hal ini disebabkan pendidikan nilai memberikan
pemahaman terhadap siswa mengenai nilai-nilai moral, norma, agama dan Pancasila
yang harus dipahami oleh siswa. Hal ini dilakukan agar siswa terbiasa dengan berbagai
nilai yang diterapkan di sekolah sehingga menjadikan manusia yang berbudi pekerti.

Tercapainya tujuan pendidikan nilai yang diterapkan di sekolah tidak terlepas dari
adanya pelatihan, pelatihan yang dilakukan di SD Negeri Bakulan yaitu pelatihan
K13. Pelatihan ini mengajarkan guru dalam menerapkan nilai selama kegiatan di
sekolah yaitu nilai-nilai luhur disesuaikan dengan materi pembelajaran. Penyesuaian
dengan materi pembelajaran dilakukan agar mempermudah siswa dalam memahami
materi dan nilai-nilai karakter yang diterapkan selama proses pembelajaran.

Hal ini sesuai dengan penelitian Sutjipto (2016) yang menyatakan bahwa dalam
pelatihan kurikulum 2013 kualitas guru diukur dari kemampuan melaksanakan
kurikulum sedangkan untuk aspek yang diukur yaitu pemahaman tentang kurikulum
2013, komunikasi, kreativitas, dan sikap. Pelatihan K13 yang dilakukan dapat
meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di sekolah karena guru akan dilatih
berbagai keterampilan sehingga kemampuan guru dalam mengajar akan menjadi lebih
baik dari sebelumnya. Pendidikan nilai dalam penerapannya dapat dilakukan melalui
pendidikan nilai Pancasila.
Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 Pasal 2 yang menyatakan
bahwa setiap lembaga pendidikan memiliki peran penting dalam menanamkan
nilai-nilai Pancasila. Pancasila merupakan dasar negara bangsa Indonesia yang menjadi
pedoman setiap individu dalam melakukan berbagai aktivitas sehari-hari. Pernyataan
tersebut didukung oleh penelitian dari Solehah (2019) menyatakan bahwa Pancasila
ialah dasar atau pondasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang mengandung
lima sila Pancasila saling berkaitan satu sama lain sebagai bentuk pengejewantahan
kehidupan masyarat di Indonesia. Diperkuat oleh Sakinah & Dewi (2021) menyatakan
bahwa Pancasila merupakan dasar negara yang secara tidak langsung menggambarkan
kepribadian bangsa Indonesia.

Pancasila sebagai pedoman masyarakat di Indonesia yang menjadikan acuan setiap


individu dalam beraktivitas pada kehidupan sehari-hari. Sikap dan perilaku yang
mencerminkan nilai-nilai Pancasila menjadikan gambaran kepribadian yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia. Penerapan nilai-nilai Pancasila di sekolah dilakukan untuk
membentuk kepribadian siswa yang sesuai dengan sila-sila Pancasila. Di SD Negeri
Bakulan sendiri memiliki visi dan misi yang harus tercapai. Visi di SD Negeri Bakulan
yaitu “Terwujudnya SD Bakulan Agamis, Peduli Lingkungan, Inovatif, Kepribadian
Indonesia (APIK) dan Unggul dalam prestasi”.

Sedangkan misi di SD Negeri Bakulan salah satunya yaitu “Meningkatkan iman dan
taqwa melalui pengamalan ajaran agama”. Visi dan misi merupakan bagian terpenting di
sekolah, hal ini dikarenakan visi dan misi digunakan untuk menggerakan stakeholder
dan berharap mencapai kondisi yang diinginkan pada masa yang akan datang (Calam &
Qurniati, 2016). Setiap lembaga pendidikan memiliki visi dan misi yang berbeda, visi dan
misi yang ditetapkan sekolah memiliki tujuan yang ingin dicapai pada masa yang akan
datang.

Visi dan misi yang ditetapkan menjadi dorongan pihak sekolah untuk memperbaiki
kualiatas pembelajaran, penerapan kurikulum, maupun penerapan nilai-nilai Pancasila.
Berdasarkan hasil penelitian, pendidikan nilai Pancasila di SD Negeri Bakulan diterapkan
melalui tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Perencanaan Selain
menggunakan kurikulum 2013, SD Negeri Bakulan juga menggunakan kurikurikulum
kearifan lokal.

Kurikulum kearifan lokal diterapkan bertujuan untuk mengembangkan kompetensi siswa


yang memanfaatkan keunggulan lokal baik dari aspek ekonomi, budaya, bahasa
maupun teknologi. Penerapan pembelajaran berbasis kearifan lokal memiliki peran
penting yang bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa
untuk menanamkan rasa cinta terhadap budaya di daerahnya, menanamkan karakter
positif sesuai dengan nilai-nilai luhur kearifan lokal (Shufa, 2018).

Kurikulum kearifan lokal yang diterapkan hampir sama dengan kurikulum lainnya,
namun guru dapat mengembangkan materi yang disampaikan ke siswa, guru dapat
melakukan inovasi dalam pembelajaran dan menerapkan kearifan lokal dapat
diintergrasikan dalam ekstrakurikuler maupun intrakurikuler (Juliyanti, 2017). Kurikulum
kearifan lokal yang diterapkan di sekolah memberikan pemahaman kepada siswa
mengenai keunggulan budaya daerah yang bertujuan agar siswa dapat menjaga,
melestarikan serta memiliki rasa cinta terhadap budaya yang ada didaerah.

Dalam penerapannya guru dapat melakukan berbagai inovasi pembelajaran yang


menjadikan penerapan kurikulum kearifan lokal dapat berjalan dengan baik. Menilai
pemahaman guru mengenai pendidikan nilai, maupun kurikulum 2013 dilakukan
dengan cara menilai silabus dan RPP yang dibuat oleh guru. Dalam mengembangkan
kompetensi tenaga pendidik dapat dilakukan melalui KKG sekolah. KKG merupakan
suatu forum yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang menunjang
kegiatan pembelajaran.

Di dalam forum KKG, guru dapat berdiskusi tentang penerapan nilai-nilai Pancasila,
permasalahan selama proses pembelajaran dan strategi pembelajaran. Diperkuat oleh
Susilo (2017) menyatakan bahwa KKG ialah sebuah wadah atau forum yang digunakan
guru berkomunikasi dalam usaha pembinaan dan mengembangkan profesionalitas guru
yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Selain itu KKG digunakan untuk
berdiskusi mengenai berbagai masalah selama pembelajaran, kemudian secara
bersama-sama dipecahkan melalui forum ini (Wijayanti, 2018).

Dengan adanya forum KKG memberikan kemudahan tenaga pendidik dalam


menyelesaikan berbagai permasalahan yang dialami. Selain itu forum KKG dilakukan
untuk membina dan mengembangkan profesionalitas guru untuk meningkatkan mutu
pendidikan sehingga proses pembelajaran dan proses penerapan nilai-nilai Pancasila
dapat berjalan dengan baik serta mencapai tujuan visi dan misi yang telah ditetapkan.
Memecahkan masalah tidak hanya dilakukan di dalam forum KKG namun kerja sama
dengan pihak luar dapat membantu menyelesaikannya.

Dalam penerapan nilai-nilai Pancasila tidak hanya dilakukan oleh guru, namun
penerapan nilai-nilai Pancasila membutuhkan kerja sama dari orang tua, dusun, dan
babin desa. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan penerapan nilai-nilai Pancasila agar
berjalan dengan baik dan dapat mengetahui perkembangan perilaku siswa ketika
dirumah. Oleh sebab itu agar proses pembelajaran dan pembentukan karakter siswa
dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan perencanaan yang matang.
Dalam merencanakan kegiatan pembelajaran pihak sekolah melibatkan seluruh tenaga
pendidik yang ada di SD Negeri Bakulan. Menyusun perencanaan kegiatan
pembelajaran dilakukan melalui pertemuan rapat dewan guru. Rapat dewan guru
merupakan forum yang digunakan untuk membahas permasalahan selama proses
pembelajaran dan merencanakan kegiatan pembelajaran selanjutnya. Rapat dewan guru
merupakan salah satu teknik pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk
membicarakan permasalahan yang bersifat umum berkaitan dengan perbaikan dan
peningkatan mutu pendidikan (Asf & Mustafa, 2013).

Rapat dewan guru dilakukan untuk pembinaan terhadap tenaga pendidik agar lebih
memahami dalam penyusunan perencanaan pembelajaran sehingga proses
pembelajaran dan penerapan nilai-nilai Pancasila dapat berjalan dengan baik. Selama
pandemi dalam merencanakan kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan nilai-nilai
Pancasila yaitu dengan memberikan tugas berupa kerja sama dengan orang tua
maupun anggota keluarga dirumah. Penyisipan nilai-nilai Pancasila diterapkan di dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Penggunaan RPP dalam menyusun kegiatan pembelajaran dapat mempermudah guru


dalam menentukan nilai-nilai Pancasila yang akan diterapkan dan disesuaikan dengan
materi pembelajaran. Hal ini sesuai dengan penelitian dari (Kaimuddin, 2011) yang
menyatakan bahwa penyususnan RPP dapat memberikan gambaran tentang pedoman
kerja jangka pendek, memberikan pengaruh terhadap perkembangan individu, dan
menjadi landasan guru dan siswa salam mencapai kompetensi dasar dan indikator yang
diajarkan. Rencana kegiatan pembelajaran yang akan diterapkan dalam pembelajaran
berupa tugas kerja sama dengan orang tua maupun keluarga di rumah.

Rencana yang dibuat menjadikan pedoman guru dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila
selama pandemi dan menjadi acuan guru untuk menilai kompetensi dasar, indikator,
serta tujuan pembelajaran sudah tercapai atau belum. Dalam membuat perencanaan
pembelajaran perlu memperhatikan media, alat peraga, metode, model dan strategi
yang akan digunakan selama proses penerapan nilai-nilai Pancasila. Selain itu, sekolah
juga memperhatikan sarana dan prasana untuk mendukung adanya penerapan
nilai-nilai Pancasila agar berjalan dengan baik sehingga mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.

Di dukung oleh (Kunandar, 2011) menyatakan bahwa dalam menyusun RPP harus
memperhatikan penggunaan metode dan media yang sesuai dengan kegiatan
pembelajaran. Penggunaan media ini harus bisa mendekatkan siswa untuk mengalami
langsung. Media dan alat peraga yang akan digunakan harus sesuai dengan materi
maupun nilai-nilai Pancasila. Sebelum menentukan media dan alat peraga, guru perlu
menentukan metode yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran agar penyampaian
materi dan nilai-nilai Pancasila dapat tersampaikan dengan baik.

Membuat rumusan tujuan pembelajaran sangat penting untuk mengukur tercapai


tidaknya suatu tujuan pembelajaran. Dalam menetapkan tujuan pembelajaran harus
sejalan dengan visi dan misi sekolah. Selain itu merumuskan tujuan pembelajaran harus
sesuai dengan kurikulum dan disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila yang akan
diintegrasikan selama proses pembelajaran. Merumuskan tujuan pembelajaran dengan
memperhatikan visi, misi, kurikulum dan nilai-nilai Pancasila dapat mempermudah guru
dalam melakukan penilaian dan evaluasi. Sehingga dapat melakukan perbaikan pada
pembelajaran berikutnya.

Perencanaan yang dilakukan SDN Negeri Bakulan yaitu menerapkan kurikulum kearifan
lokal hal ini untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai budaya
daerah. Penilaian terhadap kemampuan guru tentang pendidikan nilai mapupun
kurikulum 2013 dilakukan dengan menilai silabus dan RPP. Pengembangan kompetensi
tenaga pendidik dilakukan melalui forum KKG serta menjalin kerja sama dengan pihak
luar seperti orang tua siswa, dusun, maupun babin desa. Menyusun merencanaan
kegiatan pembelajaran dilakukan melalui rapatt dewan guru.

Selama pandemi rencaa kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila


dengan cara memberikan tugas kerja sama dengan orang tua maupun anggota
keluarga di rumah. Membuat perencanaan pembelajaran harus memperhatikan media,
alat peraga, metode, model, dan strategi pembelajaran, kemudian dalam menetapkan
tujuan harus sejalan dengan visi dan misi sekolah. Pelaksanaan Nilai-nilai Pancasila
memiliki pengaruh penting dalam membentuk kepribadian siswa.

Penerapan niai-nilai di SD Negeri Bakulan mencakup sila pertama hingga sila ke lima,
namun sila yang dikuatkan selama pembelajaran yaitu sila ke 1, sila ke 3 dan sila ke 4.
Menerapkan sila pertama pada pembelajaran dilakukan dengan cara membiasakan
siswa mengawali dan mengakhiri kegiatan dengan berdoa. Pembiasaan merupakan cara
yang dilakukan secara sengaja, berulang-ulang, konsisten, dan berkelanjutan, hal ini
dilakukan untuk menjadikan sesuatu sebagai kebiasaan yang melekat dalam diri siswa
(Syah, 2018).

Siswa yang telah terbiasa tidak membutuhkan pemikiran lagi untuk melakukannya.
Penerapan sila pertama yang dilakukan secara berulang-ulang dapat membentuk siswa
untuk memiliki karakter toleransi dan religius. Penerapan sila ke dua di SD Negeri
Bakulan dilakukan dengan memberikan contoh kepada siswa mengenai sikap guru yang
tidak membeda-bedakan dan memberikan pemahaman kepada siswa tentang adab
sopan satun. Hal tersebut sejalan dengan (Karso, 2019) yang mengatakan bahwa
keteladanan guru merupakan tindakan penanaman akhlak oleh seseorang dengan
menghargai ucapan, sikap dan perilaku yang dilakukan tenaga pendidik kepada siswa.

Sikap, ucapan, dan perilaku yang dilakukan guru selalu menjadi contoh untuk siswa
karena setiap tindakan yang dilakukan oleh guru akan ditirukan siswa. Keteladanan guru
sangat penting dilakukan untuk mempengaruhi perilaku siswa, hal ini dikarenakan siswa
melihat secara langsung sikap, ucapan, dan perilaku yang sesuai dengan sila ke dua.
Memberikan tugas kelompok dan mengadakan kegiatan kerja bakti membersihkan
lingkungan sekolah merupakan cara yang dilakukan guru dalam menerapkan sila ke
tiga. Kegiatan tersebut dapat mempersatukan berbagai katakteristik siswa.

Penerapan sila ke empat dilakukan dengan memberikan kebebasan untuk menyatakan


pendapat, kebebasan memberikan tanggapan dan memberikan penguatan tentang
sikap yang sesuai dengan sila ke empat. Sedangkan penerapan sila ke lima dilakukan
dengan cara memberikan contoh kepada siswa dalam menghargai hasil pekerjaan orang
lain dengan memberikan apresiasi atau penghargaan. Selain itu mengajak siswa untuk
menjenguk teman yang sedang sakit dan menggalang dana untuk membantu orang
yang membutuhkan merupakan cara yang dilakukan guru secara langsung.

Penerapan sila-sila Pancasila dapat memberikan pemahaman kepada siswa mengenai


nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila, hal ini akan menjadi pedoman siswa
dalam bertindak dan bersikap. Penerapan nilai-nilai Pancasila di SD Negeri Bakulan
diterapkan dalam kegiatan awal pembelajaran, kegiatan dalam pembelajaran, dan
kegiatan diluar pembelajaran. Kegiatan awal pembelajaran Kegiatan awal pembelajaran
di SD Negeri Bakulan yaitu mengucapkan salam, berdoa dam memberikan motivasi
kepada siswa.

Pengamalan sila pertama yang dilakukan oleh siswa kelas V (lima) yaitu mengawali dan
mengakhiri pembelajaran dengan berdoa sesuai agama dan kepercayaan
masing-masing. Hal ini disebabkan sila pertama memiliki makna bahwa setiap individu
memiliki kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu sila
pertama juga mengandung keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta
alam semesta serta memiliki kebebasan dalam memilih agama.

Setiap individu tidak dipaksa untuk memeluk agama dan kepercayaan, mereka diberikan
kebebasan untuk menentukan, meyakini agama dan kepercayaan masing-masing
(Rohani, 2019). Pembiasaan berdoa sebelum dan setelah kegiatan yang dilakukan guru
bertujuan untuk membentuk sikap siswa sesuai dengan nilai Ketuhanan dan siswa
terbiasa mengamalkan nilai Ketuhanan. Setiap awal dan akhir pembelajaran siswa kelas
V (lima) telah terbiasa dengan berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing. Berdoa pada kegiatan pembelajaran dipimpin oleh guru ataupun ketua
kelas.

Sikap yang sesuai dengan sila pertama yaitu berdoa sebelum dan setelah melakukan
aktivitas, menghargai orang lain saat menjalankan ibadah (Irhandayaningsih et al., 2020).
Pembiasaan yang dilakukan guru dengan berdoa sebelum dan sesudah melakukan
aktivitas bertujuan agar dapat membentuk karakter religius. Dalam pembiasaan berdoa
guru memberikan kebebasan siswa untuk berdoa sesuai dengan keyakinan
masing-masing. Hal ini dilakukan untuk mengajarkan siswa memiliki sikap menghargai
dan memiliki karakter toleransi antar umat beragama. Jadi, kegiatan awal pembelajaran
di SD Negeri Bakulan yaitu mengawali dengan mengucapkan salam, berdoa, dan
memberikan motivasi.

Pada kegiatan awal nilai-nilai Pancasila yang diterapkan yaitu nilai Ketuhanan. Siswa
dibiasakan dengan berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
Pembiasaan ini dapat membentuk karakter religius dan karakter toleransi. Berdoa yang
dilakukan secara berulang menjadi kebiasaan siswa untuk melakukan ibadah atau
berdoa dengan sendirinya. Kegiatan dalam pembelajaran Penerapan nilai-nilai Pancasila
di SD Negeri Bakulan dilakukan dengan menggunakan metode teori dan praktek.
Memberikan konsep pemahaman siswa mengenai nilai-nilai Pancasila melalui mata
pelajaran PPKn. Sedangkan diskusi merupakan bentuk dari praktek mengamalkan sila
Pancasila yang ketiga.

Hal ini dilakukan untuk mengajarkan kepada siswa mengenai bentuk kerja sama dan
menjalin komunikasi dengan baik. Dengan metode praktikum siswa dapat mengalami
proses pembelajaran secara langsung dan mendapat pengalaman belajar (Yulaida,
2016). Metode teori yang dilakukan untuk memberikan konsep mengenai nilai-nilai
Pancasila melalui mata pelajaran PPKn. Metode pembelajaran ini dilakukan untuk
mempermudah dalam menyampaikan nilai-nilai Pancasila. Penerapan nilai-nilai
Pancasila dilakukan disetiap pembelajaran yang disesuaikan dengan tema pembelajaran.
Sikap guru dalam mengajar menjadikan teladan dan motivasi bagi siswa.

Hal ini ditunjukkan dari sikap guru yang selalu memberikan feedback dan nilai atas
tugas yang diberikan. Feedback yang diberikan kepada siswa berupa membahas
kembali jawaban yang diberikan siswa, pujian, motivasi, dan kalimat positif lainnya.
Feedback merupakan teknik yang digunakan guru dalam mengembalikan hasil kerja dan
memberikan motivasi kepada siswa diharapkam dapat memperbaiki serta meningkatkan
prestasi belajar siswa (Windarsih, 2016). Feedback dapat diberikan dengan cara
mencocokan jawaban, memberikan penjelasan yang tepat, memberikan petunjuk dan
contoh soal yang dikerjakan (Sumarno, 2016).

Feedback sangat penting dilakukan guru untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasi
belajar siswa. Dengan adanya feedback dapat memberikan semangat dan pemahaman
kepada siswa, hal ini dikarenakan guru memberikan penjelasan, pujian atas hasil kerja
siswa serta memberikan motivasi kepada siswa. Sikap guru selalu mengingatkan kepada
siswa untuk berdoa dan mengingatkan agar segera mengumpulkan tugas, hal ini
dilakukan untuk membiasakan kedisiplinan siswa.

Sikap guru yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila yaitu selalu mengingatkan untuk
berdoa, berbicara menggunakan bahasa Indonesia, membagikan ilmu dan disiplin. Sikap
yang dilakukan guru mencerminkan sila pertama dan sila ketiga (Suhardiyanto, 2018).
Berbicara menggunakan bahasa Indonesia merupakan bentuk mencintai bangsa
Indonesia, guru yang berbicara menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dapat
memberikan contoh terhadap siswa cara berbicara dengan sopan. Mendisiplinkan siswa
dengan cara mengingatkan siswa untuk berdoa dapat menjadikan kebiasaan siswa.
Sikap guru yang dilakukan selama pembelajaran memberikan contoh cara berbicara
yang baik kepada siswa termasuk mengamalkan sila kedua.

Hal ini disebabkan sila kedua mengandung makna nilai kesadaran dalam berperilaku,
nilai moral, dan nilai tingkah laku. Selain itu sila kedua juga mengandung makna untuk
saling menghormati, menjalin hubungan dengan orang lain, mengakui persamaan
harkat dan martabat serta menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Sila kedua juga
mengandung nilai saling mencintai sesama manusia, persamaan hak dan kewajiban
antar sesama manusia (Misnaini, 2018).

Kemanusiaan yang adil dan beradab didalamya mengandung nilai kesadaran, moral,
tingkah laku manusia berdasarkan pada kemampuan budi pekerti manusia (Kaelan,
2016). Penerapan nilai kemanusiaan yang dilakukan untuk membentuk siswa memiliki
sikap saling mencintai, saling menghormati, mengakui persamaan harkat dan martabat
serta menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Hal ini disebabkan nilai kemanusiaan
mengandung berbagai nilai kesadaran, nilai moral, dan tingkah laku yang didasarkan
pada kemampuan budi pekerti.

Sikap yang sesuai dengan sila kedua yaitu saling tolong-menolong, menghormati orang
yang lebih tua, menghargai hak orang lain untuk diperlakukan dengan sopan santun.
Sikap yang dilakukan siswa kelas V (lima) yaitu mengunjungi teman yang sedang sakit,
berteman tanpa membeda-bedakan, dan tidak semena-mena terhadap orang lain. Hal
ini sejalan dengan penelitian dari Rohani (2019) yang menyatakan bahwa menjalin
hubungan antar sesama manusia harus didasarkan pada sikap saling menghormati,
tolong menolong dan menjunjung nilai kemanusiaan.

Sikap yang dilakukan siswa kelas V (lima) mencerminkan pengalaman sila kedua selama
kegiatan pembelajaran, hal ini dikarenakan siswa mampu menghormati guru dengan
cara berbicara dengan sopan satun terhadap guru. Penerapan nilai-nilai Pancasila di SD
Negeri Bakulan dalam kegiatan pembelajaran dilakukan dengan cara menjalin
komunikasi terkait tugas yang diberikan dan memberikan bimbingan kepada siswa jika
mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas maupun memahami materi
pembelajaran. Dalam menjalin komunikasi sikap, tutur kata dan perilaku harus
diperhatikan, hal ini dikarenakan sikap, tutur kata, dan perilaku yang dilakukan harus
sesuai dengan sila ke dua.

Perilaku yang dilakukan siswa kelas V (lima) sudah menunjukkan mengamalkan nilai
Pancasila yang ke dua yaitu mampu berbicara dengan sopan santun dan menghormati
orang yang lebih tua. Berbicara dengan perkataan santun dengan orang yang lebih tua
merupakan bentuk sikap yang harus dimiliki setiap individu (Irhandayaningsih et al.,
2020). Komunikasi dalam pembelajaran sangat penting dilakukan agar terjadi hubungan
timbal balik. Dalam menjalin komunikasi dengan guru perlu memperhatikan sikap dan
perilaku. Sikap dan perilaku kelas V (lima) menunjukkan bahwa sikap dan perilaku yang
mereka lakukan merupakan pengalaman dari sila ke dua.

Pelaksanaan penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kegiatan pembelajaran di SD Negeri


Bakulan dilakukan dengan cara teori dan praktek. Selain menggunakan dua cara
tersebut dapat dilakukan dengan menjadi teladan bagi siswa. Teladan guru yang
dilakukan yaitu memberikan contoh cara berbicara dengan baik, memberikan feedback
kepada siswa. Feedback yang dikakukan dapat memberikan pemahaman siswa terhadap
materi pembelajaran maupun memahami nilai-nilai Pancasila yang diterapkan dalam
pembelajaran. Sikap guru saat mengajar memberikan pegaruh terhadap perkembangan
siswa.

Kegiatan didalam pembelajaran yang dilakukan di SD Negeri Bakulan terutama di kelas


V (lima) yaitu dengan menggunakan metode teori, metode praktek, teladan dan
memberikan feedback kepada siswa. Kegiatan pembelajaran selama pandemi dilakukan
dengan cara menjalin komunikasi terkait tugas dan memberikan bimbingan kepada
siswa. Teladan yang diberikan guru terkait penerapan sila Pancasila yaitu dengan
menerapkan sila kedua. Penerapan sila kedua dapat membentuk sikap siswa yakni
berbicara dengan sopan santun dan menghormati orang yang lebih tua. Kegiatan di luar
pembelajaran Penerapan nilai-nilai Pancasila di SD Negeri Bakulan juga dilakukan dalam
kegiatan diluar pembelajaran.
Kegiatan diluar pembelajaran dapat dilakukan dengan cara memberikan tugas yang
bersifat kecakapan hidup seperti peduli lingkungan, berkomunikasi dengan orang lain,
dan kemampuan dalam menghadapi permasalah hidup. Hal ini sejalan dengan
penelitian Noor (2015) yang menyatakan bahwa kecakapan hidup ialah usaha yang
dilakukan untuk menyiapkan peserta didik mampu menghadapi berbagai permasalahan
hidup dan mengembangkan kemampuan personal, kemampuan sosial, kemampuan
intelektual, dan kemampuan vokasional peserta didik. Tugas kecakapan hidup yang
diberikan kepada siswa agar siswa mampu mengembangkan berbagai kemampuan
yang dimiliki siswa dalam menghadapi berbagai permasalah dan mengembangkan
berbagai keterampilan.

Selain itu kegiatan siswa sebelum pandemi terdapat kegiatan masak bersama setelah
libur hari raya idul adha, senam bersama dan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstakurikuler
yang ada di SD Bakulan yakni seni tari, karawitan, qiro’ah, TIK dan pramuka. Kegiatan
sesuai sila pertama dan sila ketiga, hal ini dikarenakan kegiatan tersebut membutuhkan
kerja sama dan kekompakan dengan seluruh siswa di SD Negeri Bakulan dan tidak
membeda-bedakan agama. Kegiatan tersebut sesuai dengan Suhardiyanto (2018) yang
mengatakan bahwa sikap yang sejalan dengan sila pertama yaitu selalu menolong
teman, sahabat dan keluarga ketika ada penyelenggaraan kegiatan keagamaan.

Kemudian diperkuat pernyataan dari Irhandayaningsih dkk (2020) yang menyatakan


bahwa sila ketiga sikap yang harus dimiliki yaitu menguatkan kekompakan dengan
sesama melalui aktivitas yang bersifat kolaborasi. Penerapan nilai Pancasila pada
kegiatan diluar pembelajaran mengajarkan siswa untuk memiliki sikap gotong royong,
kerja sama, kekompakan dan toleransi. Sebelum pelaksanaan kegiatan ini pihak sekolah
terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan wali murid untuk memperoleh
persetujuan dan dukungan.

Koordinasi dilakukan sebelum melaksanakan kegiatan diluar pembelajaran, hal ini


dilakukan untuk mengetahui kegiatan yang akan dilakukan dan penanggung jawab dari
kegiatan terebut. Koordinasi ialah usaha yang dilakukan untuk penyelarasan dan
mengarahkan pelaksanaan kegiatan agar menghasilkan tindakan selaras dengan tujuan
yang telah ditetapkan serta mencapai tujuan organisasi secara efisien (Setyawati, 2017).
Setiap kegiatan di SD Negeri Bakulan sebelum dilakukan, maka pihak sekolah
melakukan koordinasi terhadap orang tua siswa.

Kegiatan diluar pembelajaran di SD Negeri Bakulan yaitu kegiatan ekstrakurikuler,


kegiatan hari raya idul adha, dan pemberian tugas berkaitan dengan kecakapan hidup.
Sebelum melaksanakan kegiatan tersebut, pihak sekolah merencanakan jenis kegiatan,
membuat perencanaan, melakukaan koordinasi dan melakukan kerja sama dengan
orang tua siswa. Hal ini dilakukan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan baik
dan memperoleh persetujuan dari orang tua siswa. Kegiatan di luar pembelajaran dapat
membentuk nilai karakter gotong royong dan toleransi.

Evaluasi Evaluasi dalam proses pembelajaran sangat penting untuk dilakukan hal ini
bertujuan untuk mengetahui perkembangan program pembelajaran yang dilakukan.
Evaluasi merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mengukur dan menilai
mengenai pelaksanaan program penerapan nilai-nilai Pancasila. Mengevaluasi nilai-nilai
Pancasila terintegrasi dengan evaluasi pembelajaran. Evaluasi pembelajaram ialah upaya
yang dilakukan mencari tahu informasi mengenai keberhasilan pembelajaran tercapai
atau belum tercapai terhadap siswa dan pendidik sehingga aka nada perbaikan yang
dibutuhkan agar bisa mengembangkan pembelajaran yang efektif dan efisien (Haryanto,
2020). Evaluasi yang dilakukan bertujuan untuk memperbaiki cara pembelajaran,
mengadakan perbaikan dan pengayaan bagi siswa, serta untuk memberitahukan kepada
wali murid mengenai perkembangan siswa (Idrus, 2019).

Evaluasi yang dilakukan pada di SD Negeri Bakulan bertujuan untuk mengukur, menilai,
memperbaiki, dan memberikan laporan mengenai pelaksanaan pembelajaran dan
perkembangan siswa. Adanya evaluasi ini dapat mengetahui perkembangan kognitif,
afektif, bahasa, emosi, maupun perkembangan psikomotorik. Perkembangan kognitif
pada siswa kelas V (lima) usia 11 tahun telah masuk pada tahap operasional kontrik,
siswa di usia ini telah memiliki kemampuan untuk mengembangkan berpikir logis dan
mulai memahami beberapa konsep (Sit, 2012).

Perkembangan afektif siswa Usia 10- 12 tahun anak sudah mengenal konsep moralitas
seperti keadilan, kejujuran, dan menghargai. Keterampilan bahasa siswa usia sekolah
dasar merupakan masa berkembangnya bahasa anak dengan cepat (Agustina, 2018).
Evaluasi pembelajaran yang dilakukan dapat melihat perkembangan dan peningkatan
hasil belajar siswa, dapat melihat karakter siswa serta dapat mengetahui kekuarang
selama proses pembelajaran. Evaluasi pembelajaran dilakukan untuk mengetahui
berbagai perkembangan siswa mulai dari kognitif, afektif, psikomotirik, bahasa dan
emosi. Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan cara memberikan ulangan harian dan
tugas sehari-hari.

Sedangkan untuk menilai karakter siswa dilakukan dengan cara pengamatan.


Pengamatan yang dilakukan secara langsung dapat mengetahui peningkatan karakter
siswa. Pengamatan atau observasi dilakukan untuk mengumpulkan berbagai informasi
mengenai siswa (Novianti, 2012). Evaluasi pembelajaran untuk mengetahui
perkembangan kognitif siswa dilakukan dengan cara memberikan ulangan harian dan
tugas sehari-hari. Sedangkan untuk mengetahui perkembangan moral siswa dilakukan
dengan pengamatan, hal ini dilakukan untuk mengumpulkan berbagai informasi
mengenai siswa.

Penilaian perilaku siswa melalui pengamatan disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila, hal
ini dikarenakan nilai-nilai Pancasila menjadi pedoman dalam menilai perilaku siswa
sehari-hari. Hal ini disebabkan setiap sila-sila Pancasila memiliki makna dan sikap yang
harus dimiliki oleh siswa (Suhardiyanto, 2018). Adanya indikator sila-sila Pancasila
menjadi tolak ukur guru dalam menilai kepribadian siswa (Irhandayaningsih et al., 2020).
Penilaian kepribadian siswa dilakukan sesuai dengan sila-sila Pancasila, hal ini
dikarenakan setiap sila-sila Pancasila mengandung nilai karakter.

Melakukan evaluasi sikap siswa sangat penting, mengingat setiap individu memiliki
berbagai karakter yang berbeda-beda. Karakter siswa sebelum adanya penerapan
nilai-nilai Pancasila yaitu kurang disiplin dan kurang bertanggung jawab. Karakter
kurang disiplin terlihat ketika siswa mengupulkan tugas tidak tepat waktu, sedangkan
karakter kurang tanggung jawab terlihat dari siswa yang tidak mengerjakan tugas.
Setelah penerapan nilai-nilai Pancasila diterapkan terdapat perubahan yang
menunjukkan karakter siswa kelas V (lima) lebih baik dari sebelumnya yaitu lebih disiplin
dan bertanggung jawab atas tugastugas yang diberikan.

Sedangkan dalam penerapan nilai-nilai Pancasila terhadap guru dilakukan dengan


menegakkan disiplin dan ketaqwaan guru merupakan cara yang dilakukan kepala
sekolah untuk membentuk karakter guru. Hal ini disebabkan guru merupakan teladan
bagi siswa. Setiap tindakan yang dilakukan guru menjadi contoh bagi siswa dan siswa
akan meniru tindakan yang dilakukan oleh guru. Mengetahui penerapan nilai-nilai
Pancasila telah tercapai sesuai rencana atau tidak, perlu dilakukan pemantauan oleh
kepala sekolah. Memberikan tugas kepada guru merupakan bentuk tanggung jawab
seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pendidik dalam
menerapkan nilai-nilai Pancasila.

Menambah pemahaman guru tentang pendidikan nilai Pancasila dapat dilakukan


dengan cara mengikuti seminar, workshop maupun pelatihan lainnya. Namun, kegiatan
tersebut belum tentu diikuti oleh guru. Evaluasi yang dilakukan pada di SD Negeri
Bakulan bertujuan untuk mengukur, menilai, memperbaiki, dan memberikan laporan
mengenai pelaksanaan pembelajaran dan perkembangan siswa. Evaluasi pembelajaran
yang dilakukan guru kelas V (lima) untuk mengetahui perkembangan kognitif siswa
dilakukan dengan memberikan ulangan harian dan memberikan tugas. Menilai
perkembangan moral siswa dilakukan dengan melakukan pengamatan.
Sedangkan untuk penilaian terhadap guru dilakukan dengan cara pemantauan yang
dilakukan kepala sekolah dan memberikan tugas kepada guru. Pemantauan ini
dilakukan untuk menilai kedisiplinan dan ketaqwaan guru. Nilai-nilai Pancasila yang
diterapkan di SD Negeri Bakulan Penerapan nilai-nilai di sekolah dasar sangat penting
dilakukan, hal ini bertujuan untuk membentuk karakter siswa sejak dini agar siswa
terbiasa dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Karakter merupakan sifat
pribadi yang ada didalam diri setiap individu (Sari et al., 2018). Setiap kegiatan yang
dilakukan oleh siswa kelas V (lima) berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila.

Hal ini menempatkan siswa sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dengan
segala fitrahnya yang berharkat dan bermartabat serta menjadikan manusia bermoral,
jujur, berbudi pekerti, berakhlak mulia, berkarakter dan menghargai keragaman budaya.
Nilai-nilai Pancasila yang diterapkan di SD Negeri Bakulan yaitu: Nilai Ketuhanan Yang
Maha Esa Sila pertama dalam Pancasila memiliki makna keyakinan dan kepercayaan
dalam melaksanakan ibadah. Menjalankan ibadah merupakan kewajiban umat
beragama untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Menjalankan ibadah
tepat waktu merupakan sikap dari mengamalkan sila pertama.

Menurut Irhandayaningsih dkk (2020) menyatakan bahwa sikap yang sesuai dengan sila
pertama yaitu disiplin melakukan ibadah sesuai keyakinan. Selain itu menghormati
perbedaan agama dan keyakinan orang lain yang sedang beribadah (Suhardiyanto,
2018). Kegiatan yang dilakukan berupa sholat, asmaul husna, dan membaca kitab
merupakan penerapan dari sila pertama. Hal ini membentuk siswa untuk memiliki
karakter religius, karakter religius merupakan sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah dan
hidup rukun dengan pemeluk agama lain (Putry, 2018).

Kegiatan ini dilakukan untuk membentuk siswa memiliki karakter religius. Sedangkan di
kelas V (lima) terdapat siswa non muslim, ketika guru agama non muslim tidak masuk
maka siswa tersebut mengikuti kegiatan asmaul husna. Sikap yang dilakukan siswa
tersebut yaitu tidak mengganggu teman yang sedang membaca asmaul husna. Sikap
yang dilakukan siswa kelas V (lima) sudah memahami makna sila pertama dan sudah
memiliki katakter toleransi antar agama. Karakter toleransi ialah sikap dan tindakan yang
menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain
yang berbeda dari dirinya (Putry, 2018).

Perbedaan agama yang ada di kelas V (lima) tidak membuat perpecahan, sikap yang
mereka lakukan yaitu tidak mengganggu teman yang sedang ibadah. Meyakini dan
milih dalam menganut agama merupakan kebebasan yang dimiliki setiap individu.
Kebebasan dalam menganut agama membuat keberagaman agama yang ada di
lingkungan sekitar. Sikap siswa kelas V (lima) yaitu saling bertoleransi terhadap
keyakinan dan agama masing-masing serta tidak memilih-milih dalam berteman, saling
tolong menolong meskipun terdapat perbedaan agama.

Hal ini sejalan dengan Suhardiyanto (2018) yang mengatakan bahwa sebagai manusia
harus menolong dan membantu teman, sahabat dan keluarga ketika ada
penyelenggaraan kegiatan keagamaan. Sikap yang dilakukan siswa kelas V (lima)
mengamalkan sila pertama dan memiliki karakter toleransi. Penerapan nilai Ketuhanan
di SD Negeri Bakulan dilakukan untuk membentuk karakter religius dan toleransi.
Karakter religius yang dimiliki siswa kelas V (lima) telah menunjukkan bahwa siswa
melaksanakan ibadah dan mengikuti kegiatan keagamaan.

Sedangkan karakter toleransi terlihat dari sikap yang tidak mengganggu orang lain saat
menjalankan ibadah, saling tolong menolong dan tidak membeda-bedakan dalam
berteman. Nilai Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab Nilai kemanusiaan mengandung
makna tentang kesadaran perilaku, moral, dan tingkah laku manusia. Berbicara
merupakan cerminan dari karakter yang dimiliki dalam diri siswa. Sikap siswa kelas V
(lima) ketika berbicara dengan guru mereka menggunakan bahasa formal. Berbicara
dengan sopan santun dilakukan baik berbicara dengan guru maupun ketika memanggil
siswa lain dengan nama panggilan mereka.

Hal ini sesuai dengan Irhandayaningsih dkk (2020) yang mengatakan bahwa sikap yang
mencerminkan sila ke dua yaitu berbicara dengan perkataan santun dengan orang yang
lebih tua. Diperkuat pernyataan dari (Suhardiyanto, 2018) menyatakan bahwa sikap
mengamalkan sila kedua yaitu berbicara dengan sopan dan santun. Sikap siswa kelas V
(lima) yang dilakukan merupakan bentuk mengamalkan sila kedua yaitu berbicara
dengan sopan santun terhadap orang yang lebih tua.

Berbicara dengan sopan santun dilakukan ketika memanggil teman maupun ketika
berbicara dengan guru di sekolah. Pada saat pengumpulan tugas di sekolah, siswa kelas
V (lima) bertemu dengan guru dan bertanya menggunakan bahasa Indonesia serta
mereka mengucapkan terima kasih. Ucapan terima kasih merupakan bentuk
menghormati dan menghargai guru yang sudah mejelaskan materi. Menghormati
teman, tetangga maupun keluarga yang lebih tua merupakan bentuk mengamalkan sila
kedua (Suhardiyanto, 2018).

Penerapan nilai-nilai Pancasila di sekolah dapat membentuk sikap dan perilaku siswa
menghormati dan menghargai guru. Ketika di sekolah siswa berjalan di depan bapak ibu
guru tindakan yang akan mereka lakukan yaitu dengan mengucapkan salam, menyapa,
menunduk, mengangguk, meminta ijin dan mengucapkan kata “permisi”. Pengamalan
nilai-nilai Pancasila selama di sekolah yaitu dengan memperhatikan guru saat
menyampaikan materi, mencatat penjelasan guru, mendengarkan nasehat yang
diberikan guru dan selalu mengucapkan terima kasih.

Sebelum masuk ke ruang kelas siswa diingatkan oleh guru untuk mencuci tangan
terlebih dahulu di tempat yang telah disediakan. Siswa kelas V (lima) dalam menerapkan
sila kedua yaitu tidak membeda-bedakan dalam berteman. Sikap yang mereka lakukan
yaitu selalu menghargai, menghormati, tidak mengejek, dan selalu berteman dengan
baik. Hal ini terlihat dari tindakan mereka di sekolah yang tidak memilih-milih dalam
berteman. Pada saat sampai di sekolah mereka saling menyapa dan berjalan bersama
menuju ruang kelas serta menjaga jarak sesuai dengan protokol kesehatan.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Irhandayaningsih dkk (2020) yang mengatakan bahwa
tidak membeda-bedakan dalam berteman, tidak memandang status antara orang kaya
maupun miskin dalam pergaulan merupakan sikap yang mencerminkan sila kedua. Sikap
tidak membeda-bedakan dalam berteman menunjukkan kepribadian siswa yang
berakhlak mulia. Penerapan nilai-nilai Pancasila di sekolah bertujuan untuk membentuk
sikap siswa agar memiliki sikap yang tidak semena-mena terhadap orang lain.
Mengerjakan tugas merupakan tanggung jawab setiap individu, dalam mengerjakan
tugas dikerjakan sesuai dengan aturan dan menghubungi bapak atau ibu guru pada jam
kerja merupakan sikap tidak semena-mena terhadap bapak atau ibu guru.

Sedangkan terhadap teman sekelas tidak memaksakan meminta jawaban. Sikap,


perkataan dan tindakan yang sesuai dengan sila kedua yaitu tidak semena-mena
terhadap orang lain (Irhandayaningsih et al., 2020). Sikap dan tindakan yang dilakukan
siswa kelas V (lima) menunjukkan karakter tanggung jawab didalam diri mereka.
Karakter tanggung jawab adalah. Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajiban yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan, negara dan Tuhan Yang Maha Esa (Putry, 2018).

Mengerjakan tugas sesuai dengan perintah guru merupakan sikap tidak semena-mena
dan bertanggung jawab atas tugas yang diberikan. Penerapan sila ke dua pada kelas V
(lima) dapat membentuk karakter tanggung jawab. Selain membentuk karakter
tanggung jawab, penerapan sila kedua menjadikan siswa memiliki kepribadian baik
seperti berbicara dengan sopan santun, bersikap tidak semena-mena, menghormati dan
menghargai orang lain dan tidak membeda-bedakan dalam berteman. Nilai Persatuan
Indonesia Nilai persatuan merupakan sila ketiga yang mengandung makna salah
satunya yaitu setiap individu harus mencintai bangsa sendiri, hal ini dapat dilakukan
dengan cara berbicara menggunakan bahsa Indonesia.
Siswa kelas V (lima) dalam menggunakan bahasa Indonesia pada saat pembelajaran
yaitu ketika mengumpulkan tugas yang berupa video melalui aplikasi whatsapp.
Berbicara menggunakan bahasa Indonesia di kelas V (lima) sangat penting mengingat
didalamnya terdapat beberapa siswa yang berasal dari luar daerah. Berbicara
menggunakan bahasa Indonesia merupakan bentuk mengamalkan sila ke tiga dalam
kehidupan sehari-hari (Suhardiyanto, 2018). Berbicara menggunakan bahasa Indonesia
mencerminkan didalam diri siswa memiliki karakter nasionalis.

Karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, bertindak yang menunjukkan rasa
setia, peduli, dan menghargai bahasa bangsa sendiri, lingkungan fisik, sosial, budaya
ekonomi, serta politik bangsa, kepentingan bangsa dan negara ditempatkan diatas
kepentingan pribadi dan kelompok (Kemendikbud, 2016). Penanaman karakter
nasionalis di SD sangat penting, hal ini dikarenakan sekolah dasar menjadi dasar dalam
menumbuhkan norma, keyakinan serta kebiasaan yang kuat dalam menghadapi
kehidupan yang beragam (A.-N. Apriani & Rusiyono, 2019).

Penanaman sila ketiga di sekolah dapat membentuk karakter nasionalis yakni mencintai
bangsa sendiri dengan menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi, hal ini
dikarena merupakan bahasa pemersatu bangsa. Selain itu mencintai bangsa sendiri
dapat dilakukan dengan menggunakan produk dalam negeri misalnya menggunakan
seragam sekolah, mengunakan buku siswa dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
seperti karawitan. Kegiatan ini merupakan tindakan yang dilakukan siswa kelas V (lima),
mereka mengikuti kegiatan karawitan dengan baik dan antusias. Sikap yang mereka
lakukan merupakan bentuk mengamalkan sila Pancasila ketiga.

Karakter yang tercermin dari sikap siswa yaitu karakter nasionalis. Dengan adanya
sila-sila Pancasila yang diterapkan di sekolah membuat siswa memahami nilai-nilai yang
terkandung dalam sila Pancasila. Sikap yang sesuai dengan sila ketiga yaitu tidak
membeda-bedakan suku, ras dan agama. Tindakan siswa kelas V (lima) yang sesuai
dengan sila ketiga yaitu tidak membeda-bedakan dalam diskusi bersama. Diskusi yang
dilakukan pada saat siswa berkunjung di sekolah mereka tetap mematuhi protokol
kesehatan yaitu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak.

Diskusi yang dilakukan siswa kelas V (lima) membentuk siswa memiliki karakter gotong
royong, karakter gotong royong ialah bentuk dari tindakan menghargai, semangat kerja
sama serta bahu membahu dalam menyelesaikan persoalan bersama menjalin
komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan terhadap orang yang membutuhkan
(Kemendikbud, 2016). Diskusi yang dilakukan siswa kelas V (lima) berjalan dengan baik
mereka saling bekerja sama dan tidak saling menghina karena adanya perbedaan.
Penerapan nilai persatuan dilakukan untuk membentuk siswa memiliki karakter
nasionalis dan gotong royong.

Mencintai bangsa sendiri dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia,


menggunakan produk bangsa sendiri, dan ikut melestarikan budaya bangsa melalui
kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan diskusi dapat membentuk karakter gotong royong,
hal ini dikarenakan didalam kegiatan ini saling bahu membahu untuk menyelesaikan
persoalan serta saling menghargai. Nilai Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/ Perwalikan Menghargai orang lain merupakan
kewajiban setiap individu yang harus dilakukan.

Menghargai orang lain dapat dilakukan dengan cara mendengarkan orang yang sedang
menyatakan pendapat, tidak memotong pembicaraan orang lain, menerima hasil
keputusan, dan menghormati pendapat orang lain. Pada saat diskusi dalam
pembelajaran siswa menghargai dan mendengarkan pendapat teman yang sedang
menyatakan pendapatnya. Menghargai orang lain yang sedang menyatakan pendapat
dalam musyawarah merupakan pengamalan sila ke empat (Suhardiyanto, 2018). Selain
itu mendengarkan, tidak mencela, menghargai pendapat yang berbeda serta
menerapkan prinsip musyawarah mufakat (Irhandayaningsih et al., 2020).

Kegiatan diskusi selain membentuk karakter gotong royong, kegiatan ini juga
membentuk sikap siswa agar dapat menghargai orang lain, menghormati pendapat dan
menerima hasil keputusan, serta tidak memotong pembicaraan orang lain. Setiap
individu diberikan kebebasan untuk memberikan kritikan maupun saran terhadap hasil
pekerjaan orang lain, sikap yang harus dimiliki ketika mendapat kritikan maupun saran
yaitu mendengarkan, menghargai, menerima dengan lapang dada, melasanakan sesuai
pendapat teman, dan mengucapkan terima kasih (Irhandayaningsih et al., 2020). Tugas
kelompok selama pandemi dikerjakan diskusi bersama melalui grup whatsapp setelah
selesai mengerjakan, hasil diskusi dipertanggungjawabkan melalui google meet.

Selama diskusi sikap yang dilakukan yaitu saling menghargai jawaban hasil dari
pekerjaan mereka dan menghargai keputusan yang telah diputuskan oleh guru. Guru
merupakan pemimpin pada saat proses pembelajaran di kelas. Guru memiliki hak untuk
mengatur dan memberikan tugas kepada ketua kelas. Mengerjakan tugas merupakan
tanggung jawab siswa dan tugas yang dikerjakan oleh siswa sesuai dengan aturan guru,
hal ini menunjukkan sikap menghormati guru sebagai pemimpin di kelas dan tidak
memaksakan kehendak (Suhardiyanto, 2018).

Sikap siswa kelas V (lima) terhadap ketua kelas yaitu menjalankan perintah dengan baik
dan berbicara dengan sopan. Sikap yang dilakukan terhadap guru dan ketua kelas
merupakan bentuk menghargai peran pemimpin di lingkungan sekolah
(Irhandayaningsih et al., 2020). Menghargai peran pemimpin yaitu menghormati guru
dan menghormati ketua kelas merupakan pengamalan sila keempat.

Sikap siswa kelas V (lima) dalam menerapkan nilai kerakyatan yaitu menghargai orang
lain, menghormati peran pemimpin dan menghormati pendapat orang lain. Penerapan
nilai kerakyatan di kelas dilakukan untuk membentuk sikap dan perilaku siswa sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila. Nilai Kerakyatan memberikan kebebasan siswa untuk
mengungkapkan pendapatnya seperti membeikan kritikan dan saran terhadap siswa
lainnya.

Nilai Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Setiap individu memiliki hak dan
kewajiban yang sama dengan individu lainnya. Sikap yang mencerminkan nilai keadilan
yaitu selalu berbagi dengan orang yang sedang kesusahan seperti teman yang tidak
membeli makanan. Tindakan untuk membantu orang lain dapat dilakukan dengan cara
berbagi makanan maupun membagi uang saku. Hal ini mencerminkan sila ke lima yaitu
membantu orang lain yang sedang kesusahan (Suhardiyanto, 2018). Penerapan
nilai-nilai Pancasila di SD Negeri Bakulan untuk membentuk karakter siswa memiliki rasa
kepedulian terhadap sesama manusia.

Penerapan nila-nilai Pancasila sila ke lima di kelas V (lima) telah menunjukkan karakter
peduli sosial, peduli sosial merupakan sikap dan tindakan yang selalu memberi bantuan
pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan (Putry, 2018). Hal ini terlihat dari
perilaku siswa yang membantu siswa lain yang kesusahan dalam memahami materi
matematika. Setiap individu memiliki hak yang sama dengan lainnya untuk diakui atas
hasil karyanya. Menghargai hasil pekerjaan orang lain termasuk dalam nilai Pancasila
yang ke lima sikap menghargai hasil karya orang lain dan memberikan masukan dapat
meningkatkan hasil karya yang lebih bagus dari sebelumnya (Irhandayaningsih et al.,
2020).

Sikap siswa kelas V telah menunjukkan perilaku menghargai hasil pekerjaan siswa lain
pada saat mempresentasikan hasil pekerjaannya. Serta memberi pujian dan tepuk
tangan atas hasil kerja siswa lainnya. Sikap yang dilakukan siswa kelas V (lima)
memperlihatkan karakter menghargai prestasi, menghargai prestasi ialah sikap dan
tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi
masyarakat dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain (Putry, 2018).
Mengahargai karya orang lain merupakan tindakan yang mencerminkan karakter dalam
diri siswa. Nilai keadilan mengandung makna bahwa setiap individu memiliki hak dan
kewajiban yang sama dengan individu lainnya.

Sikap yang sesuai dengan nilai keadilan yaitu membantu orang yang membutuhkan dan
menghargai hasil karya orang lain. Nilai karakter pada nilai keadilan yaitu nilai karakter
peduli sosial dan menghargai prestasi. Di SD Negeri Bakulan nilai-nilai Pancasila yang
diterapkan pada siswa kelas V (lima) yaitu sila pertama sampai sila kelima. Penerapan
nilai-nilai Pancasila dapat membentuk kepribadian siswa sesuai dengan sila-sila
Pancasila. Berdasarkan hasil penelitian nilai-nilai karakter yang tercemin dari penerapan
sila Pancasila yaitu religius, toleransi, tanggung jawab, nasionalis, gotong royong, peduli
sosial dan menghargai prestasi.

Kesimpulan Implementasi pendidikan nilai Pancasila di SD Negeri Bakulan sudah


berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari 1) perencanaan: menerapkan kurikulum
kearifan lokal, penilaian silabus dan RPP, pengembangan kompetensi melalui forum
KKG, menyusun perencanaan kegiatan pembelajaran melalui rapat dewan guru. 2)
pelaksanaan: pendidikan nilai pancasila terintegrasi dalam pembelajaran, kegiatan diluar
pembelajaran, pembiasaan, dan kedisiplinan.

3) evaluasi: evaluasi siswa mencakup evaluasi pembelajaran dan pengamatan sikap


sedangkan evaluasi tenaga pendidik dilakukan dengan pemantauan serta pemberian
tugas. Nilai-nilai Pancasila yang diterapkan di SD Negeri Bakulan meliputi nilai
ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.
Nilai-nilai Pancasila ditunjukkan dengan sikap dan perilaku siswa sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila.

Penerapan nilai-nilai Pancasila di SD Negeri Bakulan membentuk siswa kelas V (lima)


memiliki karakter religius, toleransi, tanggung jawab, nasionalis, gotong royong, peduli
sosial dan menghargai prestasi. Daftar Isi Agustina, N. (2018). Perkembangan Peserta
Didik. Sleman: Deepublish. A, M. A. R. (2016). Integrasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam
Pendidikan Karakter Dan Budaya Bangsa Yang Berbasis Pada Lingkungan Sekolah. 2,
1–11. Asf, J., & Mustafa, S. (2013). Supervisi Pendidikan: Terobosan Terbaru Dalam
Peningkatan Kinerja Pengawas Sekolah dan Guru. Yogyakarta: AR-Ruzz Medi. Apriani, A.
N. (2019). Living Values Education Penguatan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran
Tematik (1st ed.). Yogyakarta: K-Media.

Apriani, A.-N., & Rusiyono, R. (2019). Pengaruh Metode Moral Reasoning Terhadap
Penanaman Karakter Nasionalisme Siswa SD Dalam Pembelajaran Tematik. 03(01).
https://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/tamancendekia/article/view/3333/2398 Calam, A.,
& Qurniati, A. (2016). Merumuskan Visi dan Misi Lembaga Pendidikan. Jurnal Ilmiah
Saintik, 15(1), 53–68.
https://prpm.trigunadharma.ac.id/public/fileJurnal/hp1k6MakalahFuturologi.pdf
Haryanto. (2020). Evaluasi pembelajaran; Konsep dan Manajemen. In UNY Press (1st ed.).
UNY Press. http://staffnew.uny.ac.id/upload/131656343/penelitian/EVALUASI
PEMBELAJARAN.pdf Idrus, L. (2019). EVALUASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN Idrus L
1. Evaluasi Dalam Proses Pembelajaran, 9(2), 920–935. Irhandayaningsih, A.,

Winarni, S., & Adhy, S. (2020). Pemberdayaan Keluarga dan Masyarakat Dalam
Pendidikan Karakter dan Internalisasi Nilai Pancasila di Era Pembelajaran Daring.
594–598. Juliyanti, T. T. (2017). Penerapan Kurikulum Berbasis Kearifan Lokal Di Kelas VI
SD Negeri Sendangsari Pajangan Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. 3.
http://repository.upy.ac.id/1633/1/Artikel.pdf Kaelan. (2016). Pendidikan Pancasila.
Yogyakarta: Paradigma. Kaimuddin, M. (2011). Penyusunan Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) Dengan Penerapan Media Teknologi Bagi Peserta Didik Di SD Inpres
Paccerakang Daya Makassar. 11.
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/10785/1/PENYUSUNAN RANCANGAN
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN %28RPP%29 DENGAN PENERAPAN MEDIA TEKNOLOGI
BAGI PESERTA DIDIK DI SD INPRES PACCERAKANG DAYA MAKASSAR.pdf Karso. (2019).
Keteladanan Guru dalam Proses Pendidikan di Sekolah. 2, 382–397.
https://core.ac.uk/download/pdf/322574155.pdf Kemendikbud. (2016). Konsep Dan
Panduan Penguatan Pendidikan Karakter. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia. Kunandar. (2011). Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru).

Jakarta: Raja Grafindo Persada. Misnaini, S. (2018). Pengaruh Pembelajaran Nilai-Nilai


Pancasila Terhadap Perilaku Mahasiswa di STIK Bina Husada. 5(2), 75–84.
http://e-journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/p2m/article/view/1021/611 Nawawi, A.
(2011). Pentingnya Pendidikan Nilai Moral Bagi Motal. 16, 123.
http://ejournal.iainpurwokerto.ac.id/index.php/insania/article/view/1582 Noor, A. H.
(2015). Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) Di Pondok Pesantren Dalam
Meningkatkan Kemandirian Santri. Jurnal EMPOWERMENT, 3(1), 2252–4738.
www.journal.uta45jakarta.ac.id Novianti, R. (2012). Teknik Observasi Bagi Pendidikan
Anak Usia Dini. 01(1), 22–29.
https://media.neliti.com/media/publications/22930-ID-teknik-observasi-bagi-pendidika
n-anak-usia-dini.pdf Putry, R. (2018). Nilai Pendidikan Karakter Anak Di Sekolah
Perspektif Kemendiknas. 4(1), 39–54.
http://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/equality/article/download/4480/2942 Rohani, E.
(2019). PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN.pdf (p. 116).

Wonosobo: Gema Media. Sakinah, R. N., & Dewi, D. A. (2021). Implementasi Nilai-Nilai
Pancasila Sebagai Karakter Dasar Para Generasi Muda Dalam Menghadapi Era Revolusi
Industrial 4 . 0. 5(1), 152–167.
https://journal.upy.ac.id/index.php/pkn/article/view/1432/0 Sari, I. P., Suwandi, I. K., &
Setyowati, S. (2018). Pengaruh Metode Storytelling Terhadap Karakter Kerjasama Pada
Siswa Kelas III SD Pujokusuman Yogyakarta. 02(02), 231–238.
https://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/tamancendekia/article/view/3078/1928 Setyawati,
Y. (2017). Koordinasi Antara Kepala Sekolah Dan Pengawas Dalam Pelaksanaan Supervisi
Akademik. Manajer Pendidikan, 11.
https://media.neliti.com/media/publications/270726-koordinasi-antara-kepala-sekolah-
dan-pen-5de6cc9f.pdf Shufa, N. K. F.

(2018). Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal Di Sekolah Dasar: Sebuah Kerangka


Konseptual. INOPENDAS: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 1(1), 48–53.
https://jurnal.umk.ac.id/index.php/pendas/article/view/2316 Sit, M. (2012).
Perkembangan peserta didik. Medan: Perdana Publishing. Solehah, S. (2019).
Penanaman Nilai-Nilai Pancasila Dalam Membentuk Karakter anak Sebagai Upaya
Pencegajan “Lost Generation” Di TPA Pendidikan Pesantren NU Hidayatul Muttaqim
Pagutan Tahun 2018/2019. 12. http://repository.ummat.ac.id/160/ Suhardiyanto, A.
(2018). Pendidikan Pancasila dan Kewaarganegaraan. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan. Sukitman, T. (2016).

Internalisasi Pendidikan Nilai Dalam Pembelajaran (Upaya Menciptakan Sumber Daya


Manusia Yang Berkarakter). Pendidikan Sekolah Dasar, 2, 88. Sumarno. (2016). Pengaruh
Balikan ( Feedback ) Guru Dalam Pembelajaran Terhadap Motivasi Dan ( Suatu Kajian
Teoritis Dan Empirik ). Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, 1(2),
115–125. http://journal.um.ac.id/index.php/jppk/article/download/9642/4556 Susilo, A.
D. (2017). Peran Kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) Dalam Menunjang Kompetensi
Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar Di Kecamatan Dlingo Bantul Yogyakarta. 13(3),
1576–1580. http://eprints.uny.ac.id/50669/1/Andhi Dwi Susilo_13604221057.pdf
Sutjipto. (2016). Pentingnya Pelatihan Kurikulum 2013 Bagi Guru. 1(2).
https://media.neliti.com/media/publications/138672-ID-pentingnya-pelatihan-kurikulum
-2013-bagi.pdf Sutrisno. (2016). Berbagai Pendekatan Dalam Pendidikan Nilai Dan
Pendidikan Kewarganegaraan.

5, 29–37. http://journal.umpo.ac.id/index.php/dimensi/article/view/56/53 Syah, I. J.


(2018). Metode Pembiasaan Sebagai Upaya Dalam Penanaman Kedisiplinan Anak
Terhadap Pelaksanaan Ibadah (Tela’ah Hadist Nabi Tentang Perintah Mengajarkan Anak
Dalam Menjalankan Sholat). 2(2), 147–175.
http://journalfai.unisla.ac.id/index.php/jce/article/download/36/33 Wijayanti, R. A.
(2018). Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Melalui KKG (Kelompok Kerja
Guru) Di SDN 02 Genengan. http://eprints.ums.ac.id/63268/11/NASKAH PUBLIKASI
new.pdf Windarsih, C. A. (2016).

Aplikasi Teori Umpan Balik (Feedback) dalam Pembelajaran Motorik pada Usia Dini.
Tunas Siliwangi, 2(1), 20–29.
http://www.e-journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/tunas-siliwangi/article/viewFile/306/
227#:~:text=Dari pendapat yang dikemukakan di,peningkatan prestasi belajar peserta
didik. Yulaida, D. (2016). Pengaruh Metode Praktikum Terhadap Motivasi Dan Hasil
Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN Kemiri I Puspo Pasuruan.
http://etheses.uin-malang.ac.id/2749/1/11140113.pdf Zakiyah, Q. Y., & Rusdiana. (2014).
Pendidikan Nilai (B. A. Saebani (ed.); 1st ed.). Bandung: CV Pustaka Setia.

BAB V PENUTUP KESIMPULAN Berdasarkan deskripsi hasil penelitian yang dilaksanakan


di SD Negeri Bakulan tentang implementasi pendidikan nilai Pancasila, maka dapat
disimpulkan bahwa: Implementasi pendidikan nilai Pancasila di SD Negeri Bakulan
dilaksanakan melalui perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Perencanaan pendidikan
nilai Pancasila meliputi penerapan kurikulum kearifan lokal, penilaian silabus dan RPP,
pengembangan kompetensi melalui forum KKG, menyusun perencanaan kegiatan
pembelajaran melalui rapat dewan guru.

Pendidikan nilai Pancasila di SD Negeri Bakulan dilaksanakan melalui kegiatan


pembelajaran, kegiatan diluar pembelajaran, pembiasaan, dan kedisiplinan. Evaluasi
dilakukan melalui evaluasi siswa yang mencakup evaluasi pembelajaran dan
pengamatan sikap sedangkan evaluasi tenaga pendidik dilakukan dengan pemantauan
serta pemberian tugas. Nilai-nilai Pancasila yang diterapkan di SD Negeri Bakulan
meliputi nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai
keadilan.

Nilai-nilai Pancasila ditunjukkan dengan sikap dan perilaku siswa sesuai dengan
indikator nilai-nilai Pancasila. Penerapan nilai-nilai Pancasila di SD Negeri Bakulan
membentuk siswa kelas V (lima) memiliki nilai karakter religius, toleransi, tanggung
jawab, nasionalis, gotong royong, peduli sosial dan menghargai prestasi. SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti mempunyai saran antara lain:
Perlu adanya peninjauan kembali mengenai pendidikan nilai Pancasila, khususnya dari
kalangan pemerintah/pembuat kebijakan agar pendidikan nilai Pancasila sesuai harapan
dan tujuan baik dari pembuat kebijakan maupun pelaksana kebijakan. Sekolah dapat
menambah slogan-slogan mengenai nilai-nilai Pancasila. DAFTAR PUSTAKA Agustina, N.
(2018). Perkembangan Peserta Didik. Sleman: Deepublish. Ajhuri, K. F. (2019).

Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Penebar Media Pustaka. Alwi, M. (2017).


Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Pengembangan Kurikulum PAI Di SMP Negeri 9
Yogyakarta. Andhary, M. C. (2020). Upaya Sekolah Mengatasi Bullying Dalam
Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Di
SDN 61 Bengkulu Tengah. http://repository.iainbengkulu.ac.id/4371/1/SKRIPSI MERRIEN
CLAUDIA ANDHARY.pdf. Andina, E. (2014). Budaya Kekerasan Antar Anak DI Sekolah
Dasar. VI(09), 11. https://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info
Singkat-VI-9-I-P3DI-Mei-2014-63.pdf Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). Metodologi
Penelitian Kualitatif (E. D. Lestari (ed.); 1st ed.).

Jawa Barat: CV Jejak. Ansori, Y. Z. (2020). Penguatan Karakter Disiplin Siswa Melalui
Peranan Guru di Sekolah Dasar. Jurnal Elementaria Edukasia, 3(1), 126–135.
http://jurnal.unma.ac.id/index.php/jee/article/viewFile/2121/1840 Apriani, A.-N., Sari, I.
P., & Suwandi, I. K. (2017). Pengaruh Living Values Education Program (LVEP) Terhadap
Penanaman Karakter Nasionalisme Siswa SD Dalam Pembelajaran Tematik. 01(02), 2.
https://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/tamancendekia/article/view/1947/1129 Apriani, A.
N. (2019). Living Values Education Penguatan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran
Tematik (1st ed.). Yogyakarta: K-Media. Apriani, A. N., & Ariyani, Y. D. (2017).
Implementasi Pendidikan Nilai Nasionalisme dalam Pembelajaran Living Values.

VIII(1), 64. https://ejournal.almaata.ac.id/index.php/LITERASI/article/view/461 Asmani, J.


M. (2011). Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Diva
Press. Asmaroini, A. P. (2016). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Bagi Siswa Di Era
Globalisasi. 4, 440–450.
http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/citizenship/article/view/1076/940 Asmaroini, A.
P. (2017). Menjaga Eksistensi Pancasila Dan Penerapannya Bagi Masyarakat Di Era
Globalisasi. 2(1). http://journal.umpo.ac.id/index.php/JPK/article/view/307/336 Asmiyati.
(2018). Model Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Mutu Sumber
Daya di Madrasah Ibtidaiyah Ma ’ arif Giriliyo I Wukirsari Imogiri Bantul. 3, 41–54. Bachri,
B. S. (2010).

Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada Penelitian Kualitatif. 10, 56–57.
Buaja, T., Abdullah, T., & Sihombing, N. A. (2019). Persepsi Guru Tentang Pemberian
Hukuman di SD Negeri 32 Kota Ternate. Journal of Chemical Information and Modeling,
53(9), 1689–1699. http://jurnal.ummu.ac.id/index.php/dodoto/article/view/394/267
Budiman, R. (2020). Integrasi Nilai-Nilai Keagamaan Kedalam Program Pendidikan
Karakter Pancasila Bagi Mahasiswa Universitas Tanjungpura. 71. Daryanto, & Darmiatun,
S. (2013). Implementasi Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Gava Media. Depdiknas. (2008).

Kamus Bahasa Indonesia (1st ed.). Jakarta: Pusat Bahasa. Dewi, M. P., Neviyarni, &
Irdamurni. (2020). Perkembangan Bahasa, Emosi, dan Sosial Anak Usia Sekolah Dasar.
VII(1), 1–11. http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/pendas/article/view/7369/3615
Djam’an, & Aan. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Hadiwijono, A.
(2016). Pendidikan Pancasila, Eksistensinya Bagi Mahasiswa. 7(1), 92.
http://jurnal.unmer.ac.id/index.php/jch/article/view/1784/1148 Hidayat, A. G., & Haryati,
T. (2019). Peran Guru Profesional dalam Membina Karakter Religius Peserta Didik
Berbasis Nilai Kearifan Lokal ( Maja Labo Dahu ) Sekolah Dasar Negeri Sila Di Kecamatan
Bolo Kabupaten Bima. 9(1), 17.
https://ejournal.tsb.ac.id/index.php/jpi/article/download/169/141/ Ilmi, M. (2020).
Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Profetik Dalam Pembentukan Karakter Siswa
Melalui Pembelajaran IPS Di SMP Brawijaya Smart School. 64. Indawati, I. (2016).

Upaya Guru Kelas Untuk Mengatasi Perilaku Bullying Pada Siswa Kelas IV Di Sekolah
Dasar Islam Lukman Hakim Pakisaji Malang. http://etheses.uin-malang.ac.id/4142/
Irhandayaningsih, A., Winarni, S., & Adhy, S. (2020). Pemberdayaan Keluarga dan
Masyarakat Dalam Pendidikan Karakter dan Internalisasi Nilai Pancasila di Era
Pembelajaran Daring. 594–598. Istiqomah, H., & Suyadi. (2019). Perkembangan Fisik
Motorik Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Proses Pembelajaran (Studi Kasus di SD
Muhammadiyah Karangbendo Yogyakarta). 11(2), 155–168.
https://journal.uinmataram.ac.id/index.php/elmidad/article/view/1900/998 Jahja, Y.
(2015).

Psikologi Perkembangan. Jakarta: Prenadamedia Group. Kaelan. (2016). Pendidikan


Pancasila. Yogyakarta: Paradigma. Kemendikbud. (2016). Konsep Dan Panduan
Penguatan Pendidikan Karakter. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia. Kemendiknas. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan
Pusat Kurikulum. Khaulani, F., S, N., & Murni, I. (2019). Fase dan Tugas Perkembangan
Anak Sekolah Dasar. VI I(1), 51–59.
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/pendas/article/download/7372/3616 Khoiriah, I.,
Nabilah, I., & Suyadi. (2019). Analisis Perkembangan Nilai Agama-Moral Siswa Usia
Dasar ( Tercapai ) Studi K asus di MI Ma ’ arif Bego. 8(2), 1–14.
https://journal.uinmataram.ac.id/index.php/schemata/article/view/1318/847 Khosiah, N.
(2020). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Peserta Didik Di Madrasah Ibtidaiyah Mambail
Falah Tongas Probolinggo. 6(1), 84–100.
http://ejournal.kopertais4.or.id/madura/index.php/alinsyiroh/article/view/3818/2763
Kumalasari, I., Nasution, L.,

& Wijaya, C. (2019). Integrasi pendidikan nilai dalam membangun karakter siswa di
sekolah dasar jampalan kecamatan simpang empat kabupaten asahan provinsi sumatera
utara. 4(1), 10. http://jurnal.um-tapsel.ac.id/index.php/Ristekdik/article/view/705/537
Maragustam. (2016). Filsafat Pendidikan Islam Menuju Pembentuntukan Karakter
Menghadapi Arus Global. Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta. Mardawani, & Veronika, L.
(2019). Implementasi Nilai Luhur Pancasila Melalui Kegiatan Bakti Mahasiswa Untuk
Memperkuat Komitmen Kebangsaan Pada Generasi Milenial. 4(2), 134–148.
http://jurnal.stkippersada.ac.id/jurnal/index.php/PEKAN/article/view/553/504 Mekarisce,
A. A. (2020).

Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data pada Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan


Masyarakat. 12(33), 147. Metcalfe, J., & Moulin-Stozek, D. (2020). Religious education
teachers’ perspectives on character education. British Journal of Religious Education.
1–12. Mifroh, N. (2020). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget dan Implementasinya
Dalam Pembelajaran di SD/MI. 1, 253–263.
https://siducat.org/index.php/jpt/article/view/144/126 Misnaini, S. (2018). Pengaruh
Pembelajaran Nilai-Nilai Pancasila Terhadap Perilaku Mahasiswa di STIK Bina Husada.
5(2), 75–84. http://e-journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/p2m/article/view/1021/611
Murti, T. (2018).

Perkembangan Fisik Motorik dan Perseptual Serta Implikasinya Pada Pembelajaran di


Sekolah Dasar. 8293, 21–28.
http://journal2.um.ac.id/index.php/wsd/article/view/2871/1730 Mustari, M. (2017). Nilai
Karakter: Refleksi Pendidikan. Depok: PT Rajagrafindo Persada. Nawawi, A. (2011).
Pentingnya Pendidikan Nilai Moral Bagi Motal. 16, 123.
http://ejournal.iainpurwokerto.ac.id/index.php/insania/article/view/1582 Nugraha, S. A.
(2016). Konsep Dasar Pendidikan Karakter. Volume 8, 86–105.
http://ejournal.kopertais4.or.id/sasambo/index.php/munawwarah/article/download/329
3/2420 Nurhadi. (2020). Transformasi Teori Kognitivisme Dalam Belajar Dan
Pembelajaran. 2(April), 16–34.
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/bintang/article/view/540/460 Nurjanah, S. (2017).
Upaya Mencegah Aliran Anti Pancasila di Kalangan Pelajar Pendahuluan. Jurnal Studi
Agama, 5, 2–14. Nursalam, Nawir, M., Suardi, & K, H. (2020).

Model Pendidikan Karakter Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Di Sekolah
Dasar (A. Fakarinsi (ed.)). Banten: CV AA Rizky. Nurudin, R. K. (2016). Implementasi
Nilai-Nilai Luhur Pancasila Dalam Kurikulum 2013 Di SDIT Tunas Mulia Wonosari
Gunungkidul Perspektif Pendidikan Agama Islam. Octavia, D., Puspita, M., & Yan, L. S.
(2020). Fenomena Perilaku Bullying Pada Anak di Tingkat Sekolah Dasar. 9(1), 43–50.
www.stikes-hi.ac.id Putry, R. (2018). Nilai Pendidikan Karakter Anak Di Sekolah Perspektif
Kemendiknas. 4(1), 39–54.
http://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/equality/article/download/4480/2942 Rohani, E.
(2019). PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN.pdf (p. 116). Wonosobo:
Gema Media. Safira, F. (2018). Strategi Guru Dalam Mengatasi Bullying Di MIN 1
Mataram Tahun Pelajaran 2017/2018.
https://vdocuments.net/strategi-guru-dalam-mengatasi-bullying-di-min-1-safira-15114
9145pdf-motto-.html Sari, I. P.,
Suwandi, I. K., & Setyowati, S. (2018). Pengaruh Metode Storytelling Terhadap Karakter
Kerjasama Pada Siswa Kelas III SD Pujokusuman Yogyakarta. 02(02), 231–238.
https://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/tamancendekia/article/view/3078/1928 Sasmito,
Y. A. (2018). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Untuk Menumbuhkan Rasa Nasionalisme
Di SDN 03 Ngemplak. Sit, M. (2012). Perkembangan peserta didik. Medan: Perdana
Publishing. Soetjiningsih, C. H. (2012). Perkembangan Anak (I). Jakarta: Prenada Media
Group. Sofiyanti, F. (2020). Pembelajaran Online Pada Masa Pandemi Covid 19 Di
Kelompok Bermain (KB) Mawar Desa Sumberkolak Situbondo Tahun 2020. 8(1), 238.
Sondak, S. H., Taroreh, R. N., & Uhing, Y. (2019).

Faktor-Faktor Loyalitas Pegawai Di Dinas Pendidikan Daerah Provinsi Sulawesi Utara.


7(1), 676. Subhi, M. B. (2016). Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Membentuk
Sikap Sosial Peserta Didik Melalui Pembelajaran IPS Terpadu Kelas VIII D di SMPN 1
Purwosari. 48. Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suhardiyanto, A. (2018). Pendidikan
Pancasila dan Kewaarganegaraan. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan
dan Kesetaraan. Sulaiman, A. (2015). Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan.
Badung: CV Arfino Raya. Sumarto. (2011).

Pancasila Membentuk Pendidikan Karakter Bangsa Melalui Proses Pendidikan Keislaman.


Suprianto, B. (2019). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Menghadapi Isu Sara Di
Desa Kapota Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi. 41. Trianingsih, R.
(2016). Pengantar Praktik Mendidik Anak Usia Sekolah Dasar. 3.
https://syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/ibtida/article/view/880/692 Umihani’, S.
(2019). Penanaman Karakter Anak Pesisir Dalam Menjaga Nilai-nila Pancasila Di MI Al
Hidayah Mangunharjo Tugu Semarang. 17–28. Veliana, A. (2011). Pelaksanaan
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Berbasis Budaya Sekolah di SMA Muhammadiyah
2 Semarang. 40.

Wahyono, I. (2018). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Kegiatan Pembelajaran Di


SDN 1 Sekarsuli. Wibowo, A. (2013). Manajemen Pendidikan Karakter. Pustaka Pelajar.
Yani, A. A. (2013). Pengaruh Hukuman Terhadap Tingkah Laku Siswa. 25.
https://123dok.com/document/dy4xegvz-pengaruh-hukuman-terhadap-tingkah-laku-si
swa.html Zakiyah, Q. Y., & Rusdiana. (2014). Pendidikan Nilai (B. A. Saebani (ed.); 1st ed.).
Bandung: CV Pustaka Setia.

INTERNET SOURCES:
-------------------------------------------------------------------------------------------
<1% -
https://www.kompasiana.com/nilnamaulidatulwafa2957/5dc070d6097f366f6b1b3f12/pe
mbentukan-karakter-peserta-didik-melalui-nilai-nilai-pancasila-di-sd
<1% - https://belaindika.nusaputra.ac.id/article/download/6/5/
<1% - http://eprints.ums.ac.id/77107/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
<1% - https://sudirmanmuhammadiyah.wordpress.com/2017/09/03/filsafat-pancasila/
<1% - http://eprints.walisongo.ac.id/4089/3/103911089_bab2.pdf
<1% -
https://aniafitriah.wordpress.com/2016/01/25/makalah-keragaman-individual-manusia/
<1% - https://www.dosenpendidikan.co.id/bentuk-penyimpangan-sosial/
<1% - https://kurmakurma.wordpress.com/tulis-menulis-2/tulis-menulis/
<1% -
https://ikhlasberamalmanrejosari.wordpress.com/2012/12/19/7-tujuh-kesalahan-yang-s
ering-dilakukan-guru-dalam-pembelajaran/
<1% -
https://ojs.badanbahasa.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/jentera/article/download/33
4/156
<1% - https://doku.pub/documents/imm-untuk-kemanusiaanpdf-el9r2jez7xly
<1% -
https://www.academia.edu/5894101/PERAN_GURU_PENDIDIKAN_PANCASILA_DAN_KE
WARGANEGARAAN_DALAM_UPAYA_PEMBENTUKAN_KARAKTER_PESERTA_DIDIK
<1% - https://www.gurupendidikan.co.id/nilai-nilai-pancasila/
<1% -
https://123dok.com/document/nq75jpvz-pembaruan-pendidikan-islam-kh-wahid-hasyi
m-menteri-agama.html
<1% - http://eprints.umm.ac.id/38599/2/BAB%20I.pdf
<1% - http://repository.uinbanten.ac.id/3387/3/bab%201-5%20-%20Copy.pdf
<1% - http://repository.unj.ac.id/5521/8/8.%20BAB%20I.pdf
<1% -
https://id.scribd.com/doc/12754442/Proposal-Penelitian-Pengaruh-Kemampuan-Dan-M
otivasi-Kerja-Kepsek-Terhadap-Kualitas-Penerapan-Manajemn-Berbasis-Sekolah
<1% - https://fathurrohmanpaif.wordpress.com/2014/11/page/2/
<1% -
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2020/12/pengertian-pendidikan-karakter.html
<1% -
https://123dok.com/document/4yrx278y-studi-komparasi-pemikiran-hasyim-hamka-ten
tang-pendidikan-karakter.html
<1% -
https://123dok.com/document/zkwme88z-persepsi-pelatih-sepakbola-istimewa-yogyak
arta-pendidikan-karakter-olahraga.html
<1% - https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2015/12/19/pendidikan-karakter/
<1% -
http://ejurnal.mercubuana-yogya.ac.id/index.php/Prosiding_KoPeN/article/download/10
79/655
1% - https://smpn19.semarangkota.go.id/read/214/18-nilai-nilai-karakter
<1% - https://rumahinspirasi.com/18-nilai-dalam-pendidikan-karakter-bangsa/
<1% -
https://kangbad.wordpress.com/2012/03/10/18-nilai-dalam-pendidikan-karakter-bangs
a/
<1% -
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=958095&val=14728&title=E
VALUASI%20NILAI-%20NILAI%20PENDIDIKAN%20KARAKTER%20DALAM%20FILM%20F
ROZEN%20PRODUKSI%20WALT%20DISNEY
<1% -
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2015/01/17/memahami-budaya-dan-karakter-b
angsa-4/
<1% -
https://text-id.123dok.com/document/ozlvr5oy-implementasi-pendidikan-karakter-anak
-usia-dini.html
<1% - https://awindusiwi.wordpress.com/category/ajaran-agama-hindu/
<1% - https://journal.ikippgriptk.ac.id/index.php/sosial/article/download/675/632
<1% -
https://www.informasiguru.com/2017/08/download-buku-konsep-dan-pedoman.html
<1% -
https://www.kaskus.co.id/thread/547da7d00d8b46e5138b4583/macam-macam-ideologi
-di-dunia-dan-negara-penganutnya/
<1% - https://www.academia.edu/37774620/PROGRAM_PENDIDIKAN_KARAKTER
<1% -
https://endangkomarasblog.blogspot.com/2018/11/pembelajaran-inovatif-dalam-pemb
entukan.html
<1% - http://eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3687/3/BAB%20II.pdf
<1% -
https://jurnal.univpgri-palembang.ac.id/index.php/Prosidingpps/article/download/3811/
3574
<1% - https://issuu.com/aguswahyudi0/docs/jurnal_gamapancawarsa_agustus_2017
<1% - https://www.administrasitkpaud.com/2020/10/buku-pedoman-ppk-paud.html
<1% - http://eprints.umm.ac.id/39096/3/BAB%20II.pdf
<1% - http://repository.radenintan.ac.id/2236/4/Bab_II.pdf
<1% - http://seminar.uad.ac.id/index.php/ppdn/article/download/1433/669
<1% - https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/09/15/konsep-pendidikan-karakter/
<1% - https://sulipan.wordpress.com/
<1% - http://repository.ump.ac.id/1454/3/ESTI%20APRILIYANA%20BAB%20II.pdf
<1% -
https://www.kompasiana.com/faqih_hindami/552fe6bd6ea83422628b45bb/pendidikan-
karakter-berbasis-kearifan-budaya-lokal
<1% -
https://atibilombok.blogspot.com/2014/06/pengertian-dan-jenis-jenis-model.html
<1% - https://fahreena.wordpress.com/artikel/kajian-islam/
<1% -
https://ramondimaria.blogspot.com/2015/02/living-value-education-suatu-keharusan.ht
ml
<1% - http://repository.upi.edu/7755/2/t_pu_0909447_chapter2.pdf
<1% -
https://desidiasti.wordpress.com/2017/07/11/9-model-pembelajaran-pkn-sd-kelas-4-5-
dan-6/
<1% - https://www.academia.edu/3819639/MAKALAH_PENDIDIKAN_PANCASILA
<1% -
https://123dok.com/document/zw0vjlvy-implementasi-nilai-nilai-pancasila-untuk.html
<1% - https://binus.ac.id/character-building/pancasila/page/7/
<1% -
https://khaifaradz.blogspot.com/2017/03/makalah-kemerdekaan-beragama-dan.html
<1% -
https://nnwidita.wordpress.com/2015/10/26/nilai-nilai-dasar-profesi-aparatur-sipil-nega
ra-asn-aneka/
<1% - https://kknockin.wordpress.com/2017/12/15/pancasila-sebagai-sistem-filsafat-2/
<1% -
https://sekolahdasarnusa.blogspot.com/2018/07/makalah-keragaman-bangsa-indonesia
.html
<1% -
https://joesharanger.blogspot.com/2016/10/kata-pengantar-dengan-memanjatkan-puji.
html
<1% - https://hindayani.com/pancasila/
<1% - https://rumus.co.id/makna-sila-ke-3/
<1% - https://ucikfitrihandayani.blogspot.com/2014/04/makalah-nilai-kerakyatan.html
<1% - http://digilib.uinsby.ac.id/2624/5/Bab%202.pdf
<1% - http://bawon.blogs.uny.ac.id/
<1% - https://id.scribd.com/doc/315637929/Pancasila-BKS-PTN-Bpdf-doc
<1% -
https://soalterbaru.com/contoh-perilaku-yang-mencerminkan-nilai-nilai-pancasila/
<1% -
https://alifaldomustofa.blogspot.com/2017/10/pancasila-dan-pengamalannya.html
<1% -
https://sumsel.tribunnews.com/2019/06/30/jeon-mi-seon-bunuh-diri-karena-depresi-se
telah-promosi-film-the-kings-letters
<1% -
http://ueu5483.weblog.esaunggul.ac.id/2016/05/25/makna-pembukaan-uud-1945/
<1% - https://konsultasiskripsi.com/tag/konsultasi-skripsi/page/126/
<1% - https://www.academia.edu/5935532/KUMPULAN_JAWABAN_PKN_TUGAS_AKHIR
<1% -
http://www.marthamatika.com/2021/05/pancasila-dasar-negara-sebagai-dasar.html
<1% - http://bawon.blogs.uny.ac.id/2017/04/
<1% - https://www.kherysuryawan.id/2021/04/110-soal-dan-kunci-jawaban-ujian.html
<1% - https://akerinageraldnet.blogspot.com/2011/02/
<1% -
https://quizizz.com/admin/quiz/5eb8820cf23b31001b870386/toleransi-dalam-beragam
a
<1% -
https://www.slideshare.net/Niadianaintansari/makalah-pendidikan-pancasila-penerapan
-nilai-pancasila-sebagai-pendidikan-karakter
<1% -
http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1503410017/7._BAB_II_.pdf
<1% - http://repository.uinbanten.ac.id/4560/3/BAB%20II.pdf
<1% - https://www.academia.edu/16473084/Artikel_perkembangan_motorik_lisma
<1% -
https://cicinoviaputri.blogspot.com/2016/05/perkembangan-fisik-motorik-anak-usia.ht
ml
<1% - https://karyatulisilmiah.com/pengertian-pertumbuhan-dan-perkembangan/
<1% -
https://eftinasman.blogspot.com/2018/02/karakteristik-dan-perkembangan-anak.html
<1% - https://buguruesde.wordpress.com/2012/06/
<1% - http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/Tadarus/article/download/350/261
<1% -
https://yayurisdayanti.blogspot.com/2015/01/jurnal-pembelajaran-perkembangan.html
<1% -
https://fitrahaini270395.wordpress.com/category/pendidikan-aud/tahap-perkembangan
-anak/
<1% -
https://goresankertasadres.blogspot.com/2015/11/makalah-perkembangan-kognitif-pa
da.html
<1% - http://repository.ub.ac.id/10207/2/BAB%20II.pdf
<1% - https://dwijokariononurse.wordpress.com/2011/08/11/etika-dan-etiket/
<1% -
https://psychologypatriot.blogspot.com/2013/08/perkembangan-moral-dan-spiritual.ht
ml
<1% -
https://doku.pub/documents/psikologi-perkembanganyudrik-jahjapdf-mqeggz4pr4l5
<1% -
http://etheses.iainponorogo.ac.id/6552/1/211115020%20YANA%20KHUSNUL%20IFADA
H.pdf
<1% -
https://www.kompasiana.com/belfinsiahaan5175/60026e96d541df30e77bf9d2/ketika-pe
lajaran-bahasa-indonesia-menjadi-terlupakan
<1% - https://www.scribd.com/document/411032824/2-30-PB-pdf
<1% - http://eprints.ums.ac.id/70649/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
<1% - http://eprints.unram.ac.id/view/year/2018.html
<1% -
https://www.academia.edu/37940019/IMPLEMENTASI_NILAI_NILAI_LUHUR_PANCASILA_
DALAM_KURIKULUM_2013_DI_SDIT_TUNAS_MULIA_WONOSARI_GUNUNGKIDUL_PERSP
EKTIF_PENDIDIKAN_AGAMA_ISLAM
<1% - https://ninamath.wordpress.com/2014/04/12/telaah-kurikulum/
<1% -
https://123dok.com/document/q5wv6p7q-kompetensi-inti-dan-kompetensi-dasar-sma-
ma.html
<1% - http://eprints.umm.ac.id/view/year/2019.html
<1% -
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/03/090000769/nilai-nilai-pancasila-sebag
ai-dasar-negara-dan-pandangan-hidup
<1% -
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt59644683ea927/menanamkan-nilai-nilai-k
arakter-antikorupsi-pada-anak
<1% -
https://123dok.com/document/eqojwlkz-analisis-karakter-dongeng-bahasa-indonesia-p
andean-lamper-semarang.html
<1% -
https://aliflukmanulhakim.wordpress.com/2013/08/26/kepemimpinan-berbasis-pancasil
a-sarana-untuk-mencapai-kemajuan-dan-kesejahteraan/
<1% - http://repo.darmajaya.ac.id/172/4/16.%20BAB%20III.pdf
<1% -
http://jurnalbinaker.pusdiklat.kemnaker.go.id/index.php/binaker/article/download/15/3/
<1% -
https://jasapembuatanptkkurikulum2013.blogspot.com/2018/10/contoh-lengkap-ptk-pk
n-sma-kelas-x.html
<1% - http://repository.unpas.ac.id/30720/6/18%20BAB%20III.pdf
<1% - http://eprints.stainkudus.ac.id/535/
<1% - http://repository.iainkudus.ac.id/4149/6/BAB%20III.pdf
<1% - https://eprints.umm.ac.id/39096/4/BAB%20III.pdf
<1% - https://raharja.ac.id/2020/11/09/perbedaan-data-primer-dan-data-sekunder/
<1% -
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8428/4/T1_362008025_BAB%20III.pdf
<1% - http://eprints.undip.ac.id/55962/4/BAB_III_Tesis.pdf
<1% - https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/JIE/article/download/2422/pdf
<1% -
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2017/09/15/latihan-soal-sumber-dan-teknik-pe
ngumpulan-data/
<1% -
https://www.academia.edu/43423735/Laporan_Penelitian_Tindakan_Kelas_UAS_Daring_G
oogle_Classrom_
<1% - http://etheses.uin-malang.ac.id/1205/7/11410021_Bab_3.pdf
<1% -
https://123dok.com/document/qv8k5ldz-manajemen-pembelajaran-berbasis-pendidika
n-karakter-kearifan-penguatan-karakter.html
<1% - https://rumusrumus.com/nilai-nilai-pancasila/
<1% -
https://123dok.com/document/z126ovey-kegiatan-ekstrakurikuler-pramuka-kalasan-glo
ndong-tirtomartani-kalasan-yogyakarta.html
<1% - https://www.dediblog.id/makalah-metode-penulisan-karya-ilmiah/
<1% -
http://ejurnal.ppsdmmigas.esdm.go.id/sp/index.php/swarapatra/article/download/101/1
32/
<1% - http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Mapan/article/download/207-220/pdf
<1% - https://www.slideshare.net/RufkiVinanda/jurnal-artikel-ilmiah
<1% - http://repository.upi.edu/3848/6/S_PSI_0800926_Chapter3.pdf
<1% -
https://faiz-marwan.blogspot.com/2013/09/lunturnya-nilai-nilai-pancasila-dalam.html
<1% -
https://123dok.com/document/yr389jvy-penerapan-manajemen-strategik-pendidikan-k
erjasama-kerjasama-kecamatan-sukaresmi.html
<1% -
https://www.coursehero.com/file/pc6vi8o/74-METODE-PENELITIAN-741-Jenis-Penelitian
-Penelitian-ini-menggunakan-metode/
<1% - http://repository.upi.edu/38160/6/S_PGSD_1405483_Chapter3.pdf
<1% -
https://journal.upy.ac.id/index.php/pkn/gateway/plugin/WebFeedGatewayPlugin/rss2
<1% - http://eprints.ums.ac.id/70578/13/JUDUL%20NASPUB%20publikasi.pdf
<1% - https://iopscience.iop.org/issue/1755-1315/747/1
<1% -
https://www.researchgate.net/journal/Tawazun-Jurnal-Pendidikan-Islam-1978-6786
<1% - https://journal.unismuh.ac.id/index.php/jed/article/download/2953/2324
<1% -
http://journal.student.uny.ac.id/ojs/ojs/index.php/pgsd/article/download/10595/10129
<1% - http://eprints.umm.ac.id/51424/3/BAB%20II.pdf
<1% - http://ejurnal.untag-smd.ac.id/index.php/dedikasi/article/download/1225/1342
<1% - https://zukhrufarisma.wordpress.com/category/naskah-ilmiah/
<1% -
http://www.pengertianku.net/2017/01/pengertian-sumber-daya-manusia-dan-peranann
ya.html
<1% -
https://yusherestiani.blogspot.com/2014/11/perkembangan-dan-kemajuan-teknologi.ht
ml
<1% -
https://umarfaruq-jambi.blogspot.com/2013/02/peranan-pendidikan-dalam-meningkat
kan.html
<1% - http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/gulawentah/article/download/1034/919
<1% - http://journal2.um.ac.id/index.php/jktpk/article/download/9253/5133
<1% -
https://www.academia.edu/33088461/BERBAGAI_PENDEKATAN_DALAM_PENDIDIKAN_N
ILAI_DAN_PENDIDIKAN_KEWARGANEGARAAN_JURNAL_DIMENSI_UMPO_2016_docx
<1% - http://ejournal.ust.ac.id/index.php/Aquinas/article/download/634/pdf1z
<1% -
https://www.kompasiana.com/fitri94504/5dbd47e5d541df112149b712/pentingnya-pen
didikan-pancasila-bagi-generasi-muda
<1% -
http://repository.iainpurwokerto.ac.id/6885/1/COVER_BABI_BABV_DAFTARPUSTAKA.pdf
<1% -
https://fithgallagher.wordpress.com/2010/09/30/undang-undang-no-20-tahun-2003-te
ntang-sistem-pendidikan-nasional/
<1% -
https://www.academia.edu/28366130/MAKALAH_IMPLEMENTASI_NILAI_NILAI_PANCASI
LA_DI_LINGKUNGAN_MASYARAKAT
<1% - https://ranahresearch.com/10-judul-skripsi-sosial-dengan-metode-penelitian/
<1% -
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/14/kepemimpinan-kepala-sekolah/
<1% -
https://123dok.com/document/q2mnmgjy-supervisi-akademik-kepala-sekolah-penerap
an-kurikulum-sekolah-surabaya.html
<1% - https://wandahim.wordpress.com/
<1% - http://eprints.umm.ac.id/41353/4/BAB%20III.pdf
<1% -
https://ptkcontoh.blogspot.com/2013/11/teknik-analisis-data-reduksi-penyajian.html
<1% - http://seminar.umpo.ac.id/index.php/SEMNASPPKN/article/download/170/170
<1% -
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=498601&val=10215&title=I
MPLEMENTASI%20NILAI%20KEMANUSIAAN%20YANG%20ADIL%20DAN%20BERADAB
%20DI%20LINGKUNGAN%20SEKOLAH
<1% -
https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/05/10/pembelajaran-konstruktivisme/
<1% - https://lonsuit.unismuhluwuk.ac.id/index.php/ilmi/article/download/262/170
<1% -
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/tadzkiyyah/article/download/1491/1226
<1% - https://pgsdsan.blogspot.com/2014/12/penanaman-sikap-dan-nilai-dalam.html
<1% -
https://renaoktriyani.blog.institutpendidikan.ac.id/2018/06/19/pancasila-sebagai-iptek/
<1% - https://mukhdarmustafa.wordpress.com/pendidikan-pancasila/
<1% -
https://poerw89.blogspot.com/2014/03/salinan-lampiran-peraturan-menteri_15.html
<1% - http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/PKNI4303-M1.pdf
<1% - https://sdnegerisembilanjambi.wordpress.com/page/3/
<1% -
http://text-id.123dok.com/document/oz1llk3q-implementasi-hidden-curriculum-dalam-
pembelajaran-pendidikan-agama-islam-di-smp-negeri-14-tangerang-selatan.html
<1% - http://snpfmotogpe.ulm.ac.id/wp-content/uploads/2021/01/1_SNPF2020.pdf
<1% - https://id.scribd.com/doc/242244266/4-Tematik-Tema-3-Buku-Guru-Revisi
<1% - https://manfaat.co.id/manfaat-perencanaan-pembelajaran-bagi-guru
<1% -
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1276640&val=16944&title=
UPAYA%20MENINGKATKAN%20KOMPETENSI%20GURU%20DALAM%20MENYUSUN%2
0RENCANA%20PELAKSANAAN%20PEMBELAJARAN%20MELALUI%20BIMBINGAN%20BE
RKELANJUTAN%20DI%20SMP%20NEGERI%2023%20PPU%20TAHUN%202018
<1% -
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15770/2/T2_942013122_BAB%20II.pdf
<1% - https://www.coursehero.com/file/70919144/Pembelajaran-3doc/
<1% -
https://wahyuni301630316.wordpress.com/2018/05/06/langkah-langkah-perencanaan-p
embelajaran/
<1% -
https://ainamulyana.blogspot.com/2015/02/model-pembelajaran-dan-model.html
<1% -
https://jdih.kemdikbud.go.id/arsip/Salinan%20Permendikbud%20Nomor%2022%20Tahu
n%202016.pdf
<1% -
https://www.scribd.com/document/386486717/SKRIPSI-AGUNG-WAHYUDI-1010824405
3-pdf
<1% - https://www.academia.edu/5960967/SKRIPSI_ALL_BAB
<1% -
http://text-id.123dok.com/document/qmjkdwwq-peranan-guru-akidah-akhlak-dalam-m
embina-akhlak-peserta-didik-di-min-2-teluk-betung-bandar-lampung.html
<1% -
https://delmalethablog.wordpress.com/2019/05/15/keadilan-pandangan-hidup-dan-tan
ggung-jawab/
<1% -
https://123dok.com/document/q7rv57oy-model-pendidikan-anti-korupsi-sd-mi-kelas-ii.
html
<1% -
https://gretha.my.id/audiobuku/sd-kelas-4-tema-5-3-pahlawanku-sikap-kepahlawanan/
<1% - https://abox.pub/materi-ajar-pkn-ai-riska-barokah-kelas-005-pdf-flipbook.html
<1% -
https://www.kompasiana.com/mustikautami.kompasiana.com/54f79eb0a33311f81f8b45
68/ketidakseimbangan-antara-hak-dan-kewajiban-warga-negara
<1% -
https://pkniva.blogspot.com/2015/08/nilai-nilai-kebersamaan-dalam-perumusan.html
<1% -
https://musyarrafah3498.blogspot.com/2016/04/penanaman-sikap-toleransi-beragama-
di.html
<1% -
https://business-law.binus.ac.id/2018/12/26/mengkomunikasikan-nilai-nilai-luhur-panca
sila/
<1% - https://islamicmarkets.com/publications/bahan-ajar-pendidikan-agama-islam
<1% -
https://123dok.com/document/y9rpoxry-sikap-positif-dan-negatif-dalam-kehidupan-se
hari-hari.html
<1% -
https://pelajarancg.blogspot.com/2021/01/materi-tata-krama-pelajar-di-sekolah.html
<1% -
https://www.kompasiana.com/aandieta/5529fe22f17e61e044d623d1/manusia-sebagai-
makhluk-sosial
<1% - https://unieutie.blogspot.com/2019/11/
<1% -
https://www.channelbatam.co.id/2021/06/01/aplikasi-nilai-nilai-pancasila-dalam-pembe
ntukan-karakter-peserta-didik/
<1% -
https://docobook.com/kelas-06-sd-pendidikan-agama-katolik-dan-buku-sekolah-digita.
html
<1% -
https://www.cumaberbagi.com/2020/07/bersikap-demokratis-sesuai-qs-al-imran.html
<1% - http://anzwild.com/?p=1880
<1% - https://indomaritim.id/perilaku-perilaku-yang-sesuai-pancasila/
<1% - https://idoc.pub/documents/laporan-aktualisasi-en5zdrooexno
<1% - https://www.academia.edu/7749419/MODEL_PEMBELAJARAN_CLIS
<1% -
https://winanurani.blog.institutpendidikan.ac.id/makalah-pancasila-sebagai-solusi-probl
em-bangsa/
<1% - http://staff.unila.ac.id/darsono/2013/08/15/sd-kelas-1/
<1% -
https://www.kompasiana.com/zulyaiflaalvina/5dff3a41097f3635a1614403/pentingnya-m
enerapkan-pendidikan-pancasila-di-sekolah-dasar-dan-di-dalam-keluarga
<1% - https://www.slideshare.net/dimaraji/ppt-pkn-2-pancasila-sebagai-sistem-etika
<1% - https://adeadangsuryana.wordpress.com/
<1% - https://www.ayoksinau.com/pengertian-toleransi/
<1% - http://banjarnegara.kemenag.go.id/pencarian
<1% - http://repository.unair.ac.id/46023/2/FKM.%20290-16%20Feb%20h.pdf
<1% - http://ejournal.unkhair.ac.id/index.php/geocivic/article/download/3059/1975
<1% -
http://journal.student.uny.ac.id/ojs/ojs/index.php/pgsd/article/download/15708/15198
<1% - https://www.cendekia.sch.id/post/category/0
<1% - http://seminar.umpo.ac.id/index.php/SEMNASPPKN/article/download/176/175
<1% - http://journals.ums.ac.id/index.php/jmp/article/download/5528/3603
<1% - https://123dok.com/document/ozl7ovly-buku-evaluasi-pembelajaran.html
<1% - http://difarepositories.uin-suka.ac.id/24/2/nasri%20malam%20sabtu.htm
<1% - https://yogabudibhakti.wordpress.com/2017/04/05/penilaian-ranah-afektif/
<1% - https://ejournal.unib.ac.id/index.php/dikdas/article/download/8678/4179
<1% - https://masudumar.wordpress.com/category/pkn/
<1% - https://karyatulisku.com/contoh-penelitian-tindakan-kelas-ptk-sd/
<1% - https://issuu.com/harianbhirawacetak/docs/binder20feb19
<1% - http://eprints.peradaban.ac.id/660/2/40415015_BAB%20I.pdf
<1% -
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/manajerpendidikan/article/download/1145/953
<1% - https://www.scribd.com/document/361101219/Sd-Awal-Kk-c-Gabung-2017-Final
<1% -
http://septidulfa.blogs.uny.ac.id/2017/12/11/peran-guru-bidang-studi-dalam-bimbinga
n-konseling/
<1% - https://www.scribd.com/document/356197282/13771021
<1% -
https://www.juraganles.com/2018/11/soal-uas-pas-k13-kelas-4-semester-1-tema-4-kom
petensi-dasar-ppkn.html
<1% -
https://123dok.com/document/rz3e7omq-intervensi-makro-terhadap-siswa-amanah-pa
siron-bojongsari-depok.html
<1% -
https://maqasidalsyariahthecuys.blogspot.com/2014/09/upaya-guru-pai-dalam-mencipt
akan-budaya.html
<1% - https://sekarimage.blogspot.com/2018/
<1% -
http://diktis.kemenag.go.id/acis/ancon06/makalah/Makalah%20Zainul%20Abas.doc
<1% - https://issuu.com/waspada/docs/waspada_jumat_30_desember_2016-okll
<1% -
http://butew.com/2018/02/27/makna-dan-nilai-nilai-yang-terkandung-dalam-sila-panca
sila/
<1% -
https://ensiklopediadakwah.blogspot.com/2015/10/9-adab-murid-kepada-guru.html
<1% - https://sivafauziahh.wordpress.com/
<1% - https://nsholihat.wordpress.com/category/tentang-orang-tua/page/2/
<1% - https://www.rintokusmiran.com/2021/04/
<1% -
https://anisyahaprilyanti.wordpress.com/2018/11/29/sikap-atau-sifat-tentang-etika-baik
-dan-tidak-baik/
<1% - https://mtsnbantaeng.blogspot.com/
<1% -
https://www.slideshare.net/maxsahuleka/pendidikan-kewarganegaraan-menjadi-warga-
negara-yang-baik-untuk-kelas-3-prayoga-bestari
<1% - https://www.slideshare.net/nienovhie/pkn-kelas-2-tema-1-sub-4
<1% -
https://gretha.my.id/audiobuku/sd-kelas-5-pkn-pendidikan-kewarganegaraaan-materi-t
ema-12345-kurikulum-2013/
<1% - https://core.ac.uk/download/pdf/229111806.pdf
<1% - https://nengraisa.blogspot.com/2014/08/perkembangan-pertumbuhan-fisik.html
<1% -
https://1234567azhar.blogspot.com/2014/08/nilai-nilai-perjuangan-dalam-perumusan.h
tml
<1% -
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/category/jenis-konten/kegiatan?pag
e=35
<1% -
https://www.kompasiana.com/immawan.faisal/551ad19e813311c87f9de1d6/pengajaran
-bahasa-indonesia-sebagai-bahasa-pertama-dan-kedua
<1% -
https://sdnegerisatutangkolo.blogspot.com/2012/03/ptk-bahasa-indonesia-kelas-v.html
<1% - https://ajilhmfhrz.blogspot.com/2015/09/sekripsi-pemilihan-ekstrakurikuler.html
<1% - https://www.dosenpendidikan.co.id/nilai-nilai-pancasila/
<1% - http://promkes.kemkes.go.id/feed/rss.php?cat=gq
<1% -
https://www.academia.edu/4823381/Nilai_nilai_luhur_yang_terkandung_dalam_sila_sila_
Pancasila
<1% - https://id.berita.yahoo.com/top-3-deretan-potret-super-040045505.html
<1% - http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/citizenship/article/download/5038/2758
<1% - http://repository.unpas.ac.id/6274/
<1% -
https://ochimath.wordpress.com/2012/01/12/peningkatan-keaktifan-belajar-matematika
-melalui-metode-penbelajaran-berbasis-joyful-learning/
<1% - https://www.mikirbae.com/2019/04/pembelajaran-2-subtema-4-aku-suka.html
<1% -
https://text-id.123dok.com/document/8yd8kgeq-kelas-07-smp-pendidikan-pancasila-ke
warganegaraan-siswa-2016.html
<1% - https://www.slideshare.net/mimuchan/rpp-terpadu-kelas-5
<1% -
https://123dok.com/document/9yn9oj0q-meningkatkan-keterampilan-gerakan-menggu
nakan-negeri-bagelen-gedongtataan-pelajaran.html
<1% - https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-hak-adalah.html
<1% -
https://123dok.com/document/6zk0l54y-peran-pembelajaran-pengembangan-kemamp
uan-motorik-siswa-negeri-slerok.html
<1% - https://www.fivser.com/2020/03/soal-pkk-kelas-11-dan-jawaban.html
<1% - https://www.slideshare.net/mrahimahullah/buku-modul-kuliah-pancasila
<1% -
https://www.researchgate.net/journal/JURNAL-PEKAN-Jurnal-Pendidikan-Kewarganegar
aan-2540-8038
<1% - http://etheses.uin-malang.ac.id/593/11/10410063%20Lampiran.pdf
<1% - https://blog.igi.or.id/konfigurasi-nilai-nilai-ppk.html
<1% -
http://repository.lppm.unila.ac.id/19982/1/PERANAN%20PEMBELAJARAN%20PENDIDIK
AN%20KEWARGANEGARAAN%20DALAM%20MEMBANGUN%20CIVIC%20CONSCIENCE.
pdf
<1% - https://sahabatnesia.com/pancasila/
<1% -
https://www.scribd.com/document/415490203/Revitalisasi-Ideologi-Pancasila-dalam-Ar
as-Global-Perspektif-Negara-Hukum-lihat-halaman-490-pdf
<1% - https://www.downtoearth-indonesia.org/id/page/tentang-dte
<1% - https://guruppkn.com/pancasila-sebagai-kepribadian-bangsa
<1% -
https://123dok.com/document/yen8474y-rinaldi-fakultas-tarbiyah-keguruan-universitas
-negeri-sultan-pekanbaru.html
<1% - https://bisnisukm.com/pentingnya-visi-dan-misi-perusahaan.html
<1% -
https://makalahtentang.wordpress.com/2011/04/27/komponen-kurikulum-tingkat-satua
n-pendidikan-ktsp/
<1% - http://jurnalfkip.unram.ac.id/index.php/JPM/article/downloadSuppFile/1663/181
<1% - https://files1.simpkb.id/guruberbagi/rpp/158759-1600963275.pdf
<1% - http://repository.unpas.ac.id/12994/4/BAB%20II.pdf
<1% -
https://www.academia.edu/8754197/PENGERTIAN_ADMINISTRASI_TAHAP_IMPLEMENT
ASI_DAN_SUPERVISI_PELAKSANAAN_KURIKULUM
<1% - http://www.makalahskripsi.com/2014/06/makalah-pelaksanaan-supervisi.html
<1% -
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2017/10/02/latihan-soal-prinsip-yang-perlu-dip
erhatikan-dalam-pembelajaran/
<1% -
https://e-journal.jurwidyakop3.com/index.php/ejournal-noneksakta/article/download/11
7/103
<1% - http://repository.radenintan.ac.id/5137/5/BAB%20IV.docx
<1% - https://www.academia.edu/5530694/Makalah_STRATEGI_PEMBELAJARAN
<1% - https://doktorsudirman70.blogspot.com/
<1% - https://core.ac.uk/download/pdf/160250054.pdf
<1% -
https://www.academia.edu/31002309/Makalah_Pembelajaran_dan_Pengembangan_Kuri
kulum
<1% -
https://yakucintaindonesia.blogspot.com/2012/09/contoh-rencana-pengembangan-sek
olah_25.html
<1% -
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=917170&val=12987&title=K
ETELADANAN%20GURU%20DALAM%20PROSES%20PENDIDIKAN%20DI%20SEKOLAH
<1% -
https://123dok.com/document/oz1r26pq-belajar-agama-katolik-belajar-yesus-darmawij
aya-subagya-sudarman.html
<1% -
https://journal.ikippgriptk.ac.id/index.php/kewarganegaraan/article/download/309-318/
677
<1% - https://123dok.com/document/z3d0j48y-post-rpp-kelas-v.html
<1% -
https://www.kompasiana.com/komentar/ayrtonnababan/552ad04b6ea834b271552d0b/i
mplementasi-pancasila-sebagai-dasar-negara-dalam-sistem-ketatanegaraan-republik-in
donesia
<1% -
https://pengajar.co.id/pancasila-sebagai-sumber-nilai-pengertian-ciri-dan-macamnya/
<1% - https://leoniya.wordpress.com/tag/anak-tkpaud/
<1% -
https://ekonominator.blogspot.com/2017/10/pendidikan-karakter-bangsa-menciptakan.
html
<1% -
https://text-id.123dok.com/document/z1dk6kez-implementasi-pembelajaran-nilai-tang
gung-jawab-pada-siswa-kelas-iii-sd-1-pedes-sedayu-bantul-tahun-pelajaran-2014-2015
.html
<1% -
https://idoc.pub/documents/buku-guru-kelas-3-tema-5-revisi-2018pdf-3no00757q5nd
<1% - https://www.academia.edu/38229330/MAKALAH_SILA_2_UNISA_docx
<1% - https://diandametinambunan.wordpress.com/category/tak-berkategori/
<1% -
https://devitaputrisinta.wordpress.com/2016/04/25/makalah-silake-2-kemanusiaan-yan
g-adil-dan-beradab/
<1% - https://www.kampusgurucikal.com/tpn-2017/pendaftaran-peserta/pilihan-kelas/
<1% -
https://id.scribd.com/doc/232064453/Prosiding-Forum-Komunikasi-Pascasarjana-Dan-S
eminar-Nasional
<1% -
https://tugastiksmpn16malang.wordpress.com/2017/02/02/soal-seleksi-guru-berprestas
i-terbaru-2016/
<1% - http://dev.kampusgurucikal.com/tpn-2017/pendaftaran-peserta/pilihan-kelas/
<1% - https://mandorblogger.blogspot.com/2019/05/makalah-sistem-dan-struktur.html
<1% -
https://difarepositories.uin-suka.ac.id/28/2/Psikologi%20Pendidikan%20Berbasis%20Ana
lisis%20Empiris%20Aplikatif%20_Heni%20Alliana_%20_Repaired_.htm
<1% - https://eko-sg.blogspot.com/2016/08/contoh-ptk-ut-pgsd-2016.html
<1% -
https://123dok.com/document/7q07x2xz-persepsi-siswa-terhadap-mengajar-negeri-ba
ndar-lampung-pelajaran.html
<1% - https://krifai.blogspot.com/p/laporan-ptk-universitas-terbuka.html
<1% - http://repository.unpas.ac.id/5263/
<1% - https://adoc.pub/prosiding-seminar-nasional-pendidikan-ipa-viii-2016.html
<1% - https://www.slideshare.net/abukhonsa1/book-model-penilaian
<1% - https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/golden_age/article/download/3856/2492
<1% -
https://nurbaititrisetianiblog.wordpress.com/2018/05/20/esensi-dan-urgensi-identitas-n
asional-sebagai-salah-satu-determinan-pembanguan-bangsa-dan-karakter/
<1% -
https://butew.com/2018/02/27/makna-dan-nilai-nilai-yang-terkandung-dalam-sila-panc
asila/
<1% - https://raywidy.wordpress.com/author/raywidy/
<1% - https://sduabantul.sch.id/pendidikan-karakter-5s/
<1% -
https://conference.unikama.ac.id/artikel/index.php/pgsd/article/download/262/224/
<1% - http://journal.univetbantara.ac.id/index.php/jp/article/download/493/390
<1% -
https://bertema.com/indikator-penilaian-sikap-spiritual-dan-sikap-sosial-dalam-kurikulu
m-2013
<1% - https://ekalistina.wordpress.com/
<1% -
https://www.scribd.com/document/401912016/Modul-SD-Kelas-Awal-KK-G-Revisi-2018
-canalpendidik-com-pdf
<1% - https://samplingkuliah.blogspot.com/2020/04/makna-pendidikan-karakter.html
<1% -
https://haryonoadipurnomo.wordpress.com/2012/01/11/nilai-nilai-dalam-pendidikan-ka
rakter-bangsa/
<1% -
https://www.sanjayaops.com/2020/02/kunci-jawaban-tema-9-kelas-5-halaman-139.html
<1% - https://semnas.unikama.ac.id/pgsd/unduhan/2017/297791925.pdf
<1% -
https://www.vestitijayastore.com/2019/10/teks-pidato-tentang-cinta-tanah-air.html
<1% -
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1320321&val=722&title=IM
PLEMENTASI%20NILAI-NILAI%20PANCASILA%20DI%20SMA%20NEGERI%204%20PALU
<1% -
http://ueu5483.weblog.esaunggul.ac.id/2016/05/25/makna-sila-keadilan-sosial-bagi-sel
uruh-rakyat-indonesia/
<1% -
https://text-id.123dok.com/document/zwv8730q-pengembangan-buku-cerita-untuk-me
nanamkan-karakter-disiplin-dan-kreatif-siswa-sekolah-dasar-kelas-rendah.html
<1% - https://journal.upy.ac.id/index.php/es/article/view/1210
<1% -
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/10785/1/PENYUSUNAN%20%20RANCANGAN%20PE
LAKSANAAN%20PEMBELAJARAN%20%28RPP%29%20DENGAN%20PENERAPAN%20ME
DIA%20TEKNOLOGI%20%20BAGI%20PESERTA%20DIDIK%20DI%20SD%20INPRES%20P
ACCERAKANG%20DAYA%20MAKASSAR.pdf
<1% - https://primary.ejournal.unri.ac.id/index.php/JPFKIP/article/view/8241
<1% - https://core.ac.uk/download/pdf/324200457.pdf
<1% - http://eprints.umm.ac.id/46821/1/PENDAHULUAN.pdf
<1% - http://journalfai.unisla.ac.id/index.php/jce/article/download/36/33
<1% - https://journal.unismuh.ac.id/index.php/jed/article/view/3527
<1% -
https://123dok.com/document/oy8vl0wz-kajian-yuridis-tindak-pidana-dilakukan-prema
nisme-poltabes-surakarta.html
<1% - https://siepub.unsri.dev/fakultas/exceldetailgs/6
<1% - https://ummaspul.e-journal.id/Edupsycouns/article/view/1256
<1% - https://jurnal.uns.ac.id/prosbi/article/view/38402
<1% - http://formilkesmas.respati.ac.id/index.php/formil/article/view/346/0
<1% - http://repository.upi.edu/6310/9/S_ADP_0906245_BIBLIOGRAPHY.pdf
<1% - http://kjie.ppj.unp.ac.id/index.php/kjie/article/view/53
<1% -
https://es.scribd.com/document/319188578/Pendoman-PK2-Maba-2015-VER-BUKU-pdf
<1% - https://www.journals.mindamas.com/index.php/sosiohumanika/article/view/509
<1% - https://core.ac.uk/download/pdf/229347956.pdf
<1% - https://jikm.upnvj.ac.id/index.php/home/article/download/102/71/
<1% - http://digilib.uin-suka.ac.id/view/subjects/pen=5Fisl.html
<1% - http://etheses.uin-malang.ac.id/view/year/2020.type.html
<1% -
https://burningonesgeneration.blogspot.com/2018/01/resume-metode-penelitian-pend
idikan.html
<1% - https://lib.unnes.ac.id/view/year/2020.html

Anda mungkin juga menyukai