Strategi Pencegahan Penggunaan Tabu Sumpah Serapah
Strategi Pencegahan Penggunaan Tabu Sumpah Serapah
Judul Penelitian:
Strategi Pencegahan Penggunaan Tabu Sumpah Serapah (Kata-Kata Kasar) di
Lingkungan Sekolah Melalui Pendekatan Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai
Pancasila
B. Latar Belakang
Tabu sumpah serapah merupakan larangan mengucapkan kata-kata atau
ungkapan-ungkapan tertentu terutama dalam situasi frustasi, adalah sebuah bentuk
perilaku yang dianggap kasar dan dapat menyakiti perasaan orang lain. Pada dasarnya,
setiap individu berusaha menghindari penggunaan sumpah serapah karena kesadaran
akan potensi kerugian sosial yang dapat ditimbulkannya (Laksana, 2009).
Penggunaan tabu sumpah serapah atau kata-kata kasar di lingkungan sekolah,
khususnya di Sekolah Menengah Atas (SMA), menjadi sebuah permasalahan serius yang
memerlukan perhatian mendalam. Bahasa kasar yang sering digunakan oleh siswa di
sekolah tidak hanya merusak norma sosial, tetapi juga menciptakan lingkungan belajar
yang kurang kondusif. Terutama di era saat ini, di mana nilai-nilai moral dan etika
tampak semakin terkikis, permasalahan ini semakin mendesak untuk diatasi.
Hasil observasi penulis lakukan ke sekolah-sekolah di Aceh selama ini
menunjukkan bahwa upaya pencegahan penggunaan tabu sumpah serapah di SMA
masih sangat minim dan kurang terstruktur. Fokus utama dalam dunia pendidikan sering
kali tertuju pada pencapaian akademik siswa, sementara aspek pendidikan karakter
sering diabaikan. Tabu sumpah serapah telah menjadi permasalahan yang semakin
meresahkan, dan sering kali dianggap sepele. Akibatnya, norma sosial dalam lingkungan
sekolah dapat melemah, dan siswa merasa bebas menggunakan kata-kata kasar tanpa ada
konsekuensi yang tegas.
Kondisi penggunaan tabu sumpah serapah oleh siswa di lingkungan sekolah
SMA menjadi sebuah tantangan serius. Siswa seringkali menggunakan kata-kata kasar
dalam percakapan sehari-hari, terutama dalam interaksi dengan sesama siswa, tetapi juga
terkadang terhadap guru. Penggunaan tabu sumpah serapah ini tidak hanya menciptakan
ketidaknyamanan di antara siswa, tetapi juga dapat menyebabkan konflik, ketegangan,
dan perpecahan di lingkungan sekolah. Selain itu, penggunaan tabu sumpah serapah juga
memengaruhi kualitas komunikasi antarindividu dan berdampak negatif pada
pembentukan karakter siswa. Dalam lingkungan yang diisi dengan tabu sumpah serapah,
nilai-nilai sopan santun dan penghargaan terhadap sesama seringkali terpinggirkan.
Oleh karena itu, diperlukan perubahan dalam pendekatan pencegahan untuk
menciptakan lingkungan sekolah yang lebih baik, yang tidak hanya memberikan
pengetahuan akademik, tetapi juga membentuk karakter siswa dengan nilai-nilai positif
dan perilaku yang baik. Pendekatan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai Pancasila
menawarkan solusi yang kokoh untuk mengatasi permasalahan penggunaan tabu sumpah
serapah di lingkungan sekolah SMA.
Melalui pendidikan karakter berbasis Pancasila, siswa diajarkan untuk
menghargai norma-norma sosial, mempraktikkan sikap saling menghormati, dan
memahami pentingnya berkomunikasi dengan baik. Hal ini tidak hanya membantu
mengurangi penggunaan kata-kata kasar, tetapi juga membentuk siswa menjadi individu
yang lebih baik yang dapat berkontribusi positif pada masyarakat dan lingkungan
sekitarnya. Dengan demikian, pendekatan ini memainkan peran sentral dalam
menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif untuk pembelajaran dan perkembangan
karakter siswa, sambil memperkuat nilai-nilai moral dan etika yang fundamental dalam
pendidikan di SMA. Oleh karena itu, penting untuk merancang strategi pencegahan
penggunaan tabu sumpah serapah dengan pendekatan pendidikan karakter berbasis nilai-
nilai Pancasila di lingkungan SMA.
D. Pertanyaan/Tujuan Penelitian
Pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Bagaimana penggunaan tabu sumpah serapah atau kata-kata kasar di lingkungan
sekolah SMA memengaruhi norma sosial, komunikasi antar individu, dan
pembentukan karakter siswa?
2) Apa saja hambatan dan kendala yang menghambat upaya pencegahan penggunaan
kata-kata kasar di sekolah SMA, terutama dalam konteks pendidikan karakter?
3) Bagaimana pendekatan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai Pancasila dapat
digunakan sebagai strategi pencegahan yang lebih efektif untuk mengurangi
penggunaan tabu sumpah serapah di lingkungan sekolah SMA?
4) Apa dampak dari implementasi pendekatan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai
Pancasila dalam mengatasi permasalahan penggunaan kata-kata kasar di sekolah
SMA, termasuk dampaknya terhadap norma sosial, komunikasi antarindividu, dan
perkembangan karakter siswa?
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
E. Kelogisan (Rational)
Penelitian ini memiliki dasar yang kuat karena mengidentifikasi permasalahan
yang nyata dan memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan sekolah, terutama di
tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Penggunaan kata-kata kasar atau tabu sumpah
serapah dalam lingkungan sekolah dapat merusak norma sosial, etika, dan komunikasi
antar siswa. Hal ini selaras dengan teori psikologi sosial yang menyatakan bahwa norma
sosial dan etika merupakan komponen kunci dalam pembentukan interaksi sosial yang
sehat (Baron & Branscombe, 2014).
Studi-studi sebelumnya, seperti yang diidentifikasi Hawkins, D., & Catalano, R.
(2002). Communities that Care: Action for Drug Abuse Prevention. Hasil penelitian ini
mengeksplorasi strategi pencegahan berbasis komunitas, yang mencakup pendekatan
pencegahan perilaku berisiko, termasuk penggunaan kata-kata kasar, di kalangan remaja.
Selanjutnya DeGue, S., & DiLillo, D. (2009). Understanding Perpetration and
Victimization During Adolescence: Impact of School and Community Context. Penelitian
ini menyoroti pentingnya konteks sekolah dan komunitas dalam pencegahan penggunaan
kata-kata kasar dan perilaku berisiko di antara remaja.
Kemudian, O'Brien, K. M., Robillard, A. G., & Murdoch, C. J. (2012). The
effectiveness of school-based anti-bullying programs: A meta-analytic review. Artikel
ini mengulas hasil dari meta-analisis program anti-bullying di sekolah dan implikasinya
dalam pencegahan penggunaan kata-kata kasar. Smith, P. K., Pepler, D., & Rigby, K.
(2004). Bullying in schools: How successful can interventions be? membahas berbagai
intervensi untuk mengatasi penggunaan kata-kata kasar dan perilaku bullying di
lingkungan sekolah. Ttofi, M. M., & Farrington, D. P. (2011). Effectiveness of school-
based programs to reduce bullying: A systematic and meta-analytic review. memberikan
gambaran luas tentang efektivitas program berbasis sekolah dalam mengurangi
penggunaan kata-kata kasar dan perilaku bullying.
Di Indonesia penelitian yang dilakukan Laksana (2009) menunjukkan bahwa
penggunaan tabu sumpah serapah dapat berdampak negatif pada suasana belajar di
sekolah. Namun, upaya pencegahan penggunaan kata-kata kasar di lingkungan sekolah
SMA belum cukup terstruktur dan efektif. Konsep ini juga terkait dengan penelitian
sebelumnya yang menyoroti peran pendidikan karakter dalam mengatasi masalah
perilaku siswa di lingkungan sekolah (Lickona, 1991; Ryan, 2015).
Pendekatan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai Pancasila yang diusulkan
dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai langkah yang logis dan sesuai dengan
pendekatan yang telah terbukti efektif dalam membentuk karakter positif siswa. Nilai-
nilai Pancasila, seperti kejujuran, disiplin, gotong royong, dan toleransi, telah terbukti
berperan dalam membentuk perilaku dan sikap positif (Saputro, 2018). Penelitian ini
juga dikuatkan Pribadi (2017) yang menyebutkan peran pendidikan karakter dalam
membangun karakter bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila, merupakan aspek penting
dalam pendekatan pencegahan kata-kata kasar di lingkungan SMA.
Oleh karena itu, mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam kurikulum dan
melibatkan guru serta siswa dalam pendidikan karakter berbasis nilai-nilai Pancasila
dapat menjadi langkah yang efektif dalam mencegah penggunaan tabu sumpah serapah
di lingkungan sekolah SMA. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
wawasan yang berharga tentang pentingnya pendidikan karakter dan nilai-nilai Pancasila
dalam menciptakan lingkungan sekolah yang lebih kondusif. Hasil penelitian ini juga
berkontribusi terhadap pemahaman lebih lanjut tentang bagaimana upaya pencegahan
dapat ditingkatkan dan disesuaikan dengan konteks pendidikan di Indonesia.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Pidie,
Provinsi Aceh.
Jenis Data
Dalam penelitian ini Peneliti menggunakan jenis data primer. Data primer merupakan
sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (Indriantoro &
Supomo, 2013). Dalam penelitian ini data dikumpulkan menggunakan beberapa
instrument seperti kuesioner (mengukur penggunaan kata-kata kasar), angket (mengukur
hambatan dan kendala pencegahan), wawancara dan lembar observasi (mengukur
strategi pencegahan berbasis nilai-nilai Pancasila), survei (mengukur dampak dari
implementasi pendekatan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai Pancasila).
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk pengumpulan data
menggunakan instrument : kuesioner (mengukur penggunaan kata-kata kasar), angket
(mengukur hambatan dan kendala pencegahan), wawancara dan lembar observasi
(mengukur strategi pencegahan berbasis nilai-nilai Pancasila), survei (mengukur dampak
dari implementasi pendekatan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai Pancasila).
a) Kuesioner
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono,
2012). Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang umum digunakan untuk
studi lapangan. Pengisisan kuesioner dilakukan secara langsung oleh responden dengan
memberi tanda pada jawaban yang telah disediakan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode kuesioner self-
administered yaitu metode distribusi kuisioner secara langsung kepada responden (guru
dan siswa), bahkan terlebih dahulu memberikan pengarahan dan informasi pendahuluan
tentang proses pengisian kuisioner. Untuk mendistribusikan kuesioner peneliti langsung
mendatangi responden. Tujuan dari teknik pengumpulan ini yaitu untuk mengukur
penggunaan tabu sumpah serapah atau kata-kata kasar di lingkungan sekolah SMA
memengaruhi norma sosial, komunikasi antar individu.
b) Angket
Gambar 1: Mixed Method Research Design Approach (Diadobsi dari Creswell, 2012)
Jadwal Penelitian
Semester
No Uraian Kegiatan
1 2 3 4 5 6
Tinjauan literatur awal dan
Identifikasi masalah penelitian
Penyusunan proposal penelitian
Diskusi proposal dengan
pembimbing termasuk revisi
Penyusunan proposal akhir dan
Seminar (Uji) Proposal
Menyusun Instrumen penelitian
melaksakan pengumpulan data
Menganalisis Data
Penyusunan Lap Akhir
Daftar Pustaka
Baron, R. A., & Branscombe, N. R. (2014). Social psychology. Pearson.
DeGue, S., & DiLillo, D. (2009). Understanding perpetration and victimization during
adolescence: Impact of school and community context. Journal of Youth and
Adolescence, 38(3), 343-355.
Hawkins, D., & Catalano, R. (2002). Communities that care: Action for drug abuse
prevention. Jossey-Bass: San Francisco, CA.
Laksana, I. (2009). Fungsi dan makna tabu sumpah serapah dalam kalangan santri
Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang. Jurnal Humaniora, 21(2), 126-140.
Lickona, T.(1991): Educating for Character-How our Schools can teach Respect and
Responsibility. New York: Bantam Books (478 Seiten)[Rezension]. Praxis der
Kinderpsychologie und Kinderpsychiatrie, 43(7), 276-277.
O'Brien, K. M., Robillard, A. G., & Murdoch, C. J. (2012). The effectiveness of school-
based anti-bullying programs: A meta-analytic review.
Pribadi, D. A. (2017). Pendidikan karakter: Membangun karakter bangsa berdasarkan
Pancasila. Prenadamedia Group: Jakarta.
Ryan, K. (2015). Character education for the 21st century: What should students learn?
Rowman & Littlefield.
Saputro, D. R. (2018). Pendidikan karakter berbasis nilai-nilai Pancasila dalam
pembentukan karakter bangsa. Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 3(2),
99-115.
Smith, P. K., Pepler, D., & Rigby, K. (Eds.). (2004). Bullying in schools: How
successful can interventions be? Cambridge University Press.
Ttofi, M. M., & Farrington, D. P. (2011). Effectiveness of school-based programs to
reduce bullying: A systematic and meta-analytic review. Journal of Experimental
Criminology, 7(1), 27–56.
Larozza, Z., Hariandi, A., & Sholeh, M. (2023). Strategi Guru dalam Mengatasi Perilaku
Perundungan (Bullying) melalui Pendidikan Karakter pada Siswa Kelas Tinggi SDN 182/I Hutan
Lindung. JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 6(7), 4920-4928.
Maulida, I. (2020). Strategi Guru Pendidikan Agama Islam Menanggulangi Perilaku Bullying
Melalui Program Pendidikan Karakter Di SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta.
Zakaria, B. N. A., Fakih, M. N., Saifuddin, S., Imani, A., & Said, H. (2022). Politeness Strategies
Employed in Communication with Santri and Ustadz in an Islamic Boarding School in
Indonesia. Al-Hijr: Journal of Adulearn World, 1(2), 80-87.