Abstrak
Kontribusi guru dalam membangun kesadaran generasi muda merupakan aspek
krusial dalam pembentukan karakter, pemikiran, dan nilai-nilai pada anak-anak
dan remaja. Guru memiliki peran yang signifikan dalam membentuk kesadaran
generasi muda melalui pendidikan formal di sekolah.Dalam proses pembelajaran,
guru tidak hanya menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga bertanggung jawab
dalam membimbing, memberikan contoh, dan memotivasi siswa untuk memahami
nilai-nilai moral, etika, dan kepedulian sosial. Guru yang menjadi panutan dapat
membentuk pola pikir yang kritis, memupuk rasa toleransi, mempromosikan nilai-
nilai keadilan, dan mengajarkan pentingnya tanggung jawab individu terhadap
masyarakat dan lingkungan.Guru juga memiliki peran dalam memberikan
pemahaman akan isu-isu global, seperti perubahan iklim, kesetaraan gender,
perdamaian, serta masalah sosial lainnya.
Abstract
In the learning process, teachers not only deliver lesson material, but are also
responsible for guiding, providing examples and motivating students to
understand moral values, ethics and social awareness. Teachers who are role
models can form a critical mindset, foster a sense of tolerance, instill values of
justice, and teach the importance of individual responsibility towards society and
the environment.
PENDAHULUAN
Artikel ini menggali lebih dalam tentang kontribusi esensial yang dimiliki oleh
para pendidik dalam membimbing siswa-siswa menjadi individu yang sadar akan
nilai-nilai, tanggung jawab sosial, dan peran penting mereka dalam menjawab
panggilan zaman. Dari nilai-nilai moral hingga kesadaran akan isu-isu global,
peran guru bukan sekadar dalam mengisi pengetahuan, tetapi juga membentuk
karakter yang berperan dalam membawa perubahan.
Pada tiap langkahnya, guru berperan sebagai pemandu, motivator, dan contoh
bagi generasi muda. Mereka tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi
juga membimbing siswa dalam memahami nilai-nilai moral, mengembangkan
kepekaan terhadap isu-isu sosial, dan mendorong partisipasi aktif dalam
merespons masalah-masalah dunia.
Kesadaran generasi muda terbentuk melalui setiap interaksi dengan para pendidik.
Di dalam kelas, guru memiliki kesempatan untuk memperkenalkan nilai-nilai
seperti kejujuran, empati, kerjasama, dan tanggung jawab sosial. Dari diskusi
tentang isu-isu lokal hingga global, guru menciptakan ruang bagi pemikiran kritis,
pertukaran ide, dan pengembangan perspektif yang luas.
Keterlibatan guru tidak terbatas pada pembelajaran formal di ruang kelas. Melalui
kegiatan ekstrakurikuler, proyek kolaboratif, dan interaksi sehari-hari, mereka
memainkan peran vital dalam memupuk keterampilan sosial, kepemimpinan, dan
rasa ingin tahu yang tak terbatas. Guru yang inspiratif menciptakan lingkungan
yang merangsang pertumbuhan holistik, mengukuhkan pondasi bagi generasi
yang tangguh dalam menghadapi dunia yang dinamis. Guru sebagai agen
perubahan sosial memiliki kemampuan untuk membuka pintu gerbang
pengetahuan, tapi lebih dari itu, mereka membentuk pola pikir yang kritis dan etis
pada generasi muda. Di dalam kelas, guru memperkenalkan bukan hanya
pelajaran, tetapi juga nilai-nilai seperti empati, kerjasama, dan kepedulian
lingkungan.
Lebih jauh, guru membimbing siswa dalam memahami isu-isu global, mulai dari
perubahan iklim hingga ketimpangan sosial. Mereka menyediakan wadah bagi
siswa untuk berbicara, mempertanyakan, dan menggali solusi terhadap tantangan-
tantangan kompleks yang dihadapi dunia saat ini.
Pentingnya peran guru juga tercermin dalam interaksi sehari-hari di luar kelas.
Melalui mentorship, guru menjadi teladan yang mengilhami dan membentuk
nilai-nilai kepemimpinan, keterampilan sosial, serta kemampuan adaptasi yang
krusial bagi generasi yang siap menghadapi perubahan yang cepat.
MASALAH
METODE PELAKSANAAN
Guru dan siswa merupakan dua sosok manusia yang tidak dapat dipisahkan dari
dunia pendidikan. Meskipun guru dapat diwakili oleh media pendidikan seperti e-
learning atau lainnya, namun kehadiran guru tetap menjadi kunci terpenting yang
tidak dapat digantikan atau dihilangkan.
Selain itu, guru juga berperan sebagai mentor, dimana guru membimbing,
memotivasi dan mengevaluasi siswa dalam hal pembelajaran dan akhlak. Karakter
yang dibentuk siswa SDN 11 Dangerakko adalah religus,
jujur, toleran, disiplin, pekerja keras kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
berbangsa atau nasionalis, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikator yang
baik, cinta damai, gemar membaca. perlindungan lingkungan, kesejahteraan
dan tanggung jawab sosial. Hambatan yang dirasakan guru lebih disebabkan oleh
diri mereka sendiri, bukan oleh siswa. Faktor-faktor tersebut antara lain tugas
sampingan, waktu, emosi dan kurangnya konsistensi antara apa yang diajarkan
dengan kenyataan.
c. Disiplin, adat istiadat, dan tingkah laku yang sesuai dengan segala bentuk
peraturan atau ketentuan yang berlaku.
d. Perilaku yang menunjukkan kerja keras, usaha nyata (berjuang sampai titik
darah penghabisan) untuk menyelesaikan berbagai tugas, masalah, tugas, dan
sebagainya dengan sebaik-baiknya.
Implikasi Praktis Implikasi dari temuan ini dapat membantu dalam merancang
kebijakan pendidikan yang lebih efektif dan alokasi sumber daya untuk
mendukung pelatihan guru. Praktisi dan pengambil kebijakan dapat menggunakan
temuan ini sebagai dasar untuk meningkatkan kualitas pengajaran di lingkungan
pendidikan.
Indra, P. B., Rachmat, K., & Susanti, F. N. (2017). Identifying local wisdom in
elementary school anti-corruption education in Malang. Russian Journal
of Agricultural and Socio-Economic Sciences, 68(8), 131-141.
Junaidah, J., Nurbaiti, S., Riduan, R., & Amilda, A. (2022). Internalization of
Anti-Corruption Values at the University of Lampung: Integrative
Curriculum. AL-ISHLAH: Jurnal Pendidikan, 14(4), 5637-5644.
Ali, R. H., & Ramadhan, R. I. (2021). APPLICATION OF ANTI-CORRUPTION
EDUCATION IN UNIVERSITIES IN PUBLIC COMPULSORY
COURSES (MKWU) PPKN. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan
Undiksha, 9(3), 1168-1174.
Afshari, M., Bakar, K. A., Luan, W. S., Samah, B. A., & Fooi, F. S. (2009).
Factors affecting teachers’ use of information and communication
technology. International journal of instruction, 2(1).
Mphendu, U., & Holtzhausen, N. (2016). Successful anti-corruption initiatives in
Botswana, Singapore and Georgia: lessons for South Africa.
Michael, B. (2004). Explaining organizational change in international
development: the role of complexity in anti‐corruption work. Journal of
International Development: The Journal of the Development Studies
Association, 16(8), 1067-1088.
Ocheje, P. D. (2017). Creating an anti-corruption norm in Africa: Critical
reflections on legal instrumentalization for development. Law and
Development Review, 10(2), 477-496.