Anda di halaman 1dari 14

ARTIKEL ILMIAH

KONSTRIBUSI GURU DALAM MEMBANGUN KESADARAN


GENERASI MUDAH

Hamida Rante Padang


2001414105
7A. PGSD
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas UAS anti korupsi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2023
KONSTRIBUSI GURU DALAM MEMBANGUN KESADARAN
GENERASI MUDAH

HAMIDA RANTE PADANG


PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS COKROAMINTO PALOPO
midhamida0@gmail.com

Abstrak
Kontribusi guru dalam membangun kesadaran generasi muda merupakan aspek
krusial dalam pembentukan karakter, pemikiran, dan nilai-nilai pada anak-anak
dan remaja. Guru memiliki peran yang signifikan dalam membentuk kesadaran
generasi muda melalui pendidikan formal di sekolah.Dalam proses pembelajaran,
guru tidak hanya menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga bertanggung jawab
dalam membimbing, memberikan contoh, dan memotivasi siswa untuk memahami
nilai-nilai moral, etika, dan kepedulian sosial. Guru yang menjadi panutan dapat
membentuk pola pikir yang kritis, memupuk rasa toleransi, mempromosikan nilai-
nilai keadilan, dan mengajarkan pentingnya tanggung jawab individu terhadap
masyarakat dan lingkungan.Guru juga memiliki peran dalam memberikan
pemahaman akan isu-isu global, seperti perubahan iklim, kesetaraan gender,
perdamaian, serta masalah sosial lainnya.

Kata kunci Guru, Karakter, Generasi

Abstract

The contribution of teachers in building awareness of the younger generation is a


crucial aspect in forming character, thinking and values in children and
adolescents. Teachers have a significant role in forming the awareness of the
younger generation through formal education at school.

In the learning process, teachers not only deliver lesson material, but are also
responsible for guiding, providing examples and motivating students to
understand moral values, ethics and social awareness. Teachers who are role
models can form a critical mindset, foster a sense of tolerance, instill values of
justice, and teach the importance of individual responsibility towards society and
the environment.

Teachers also have a role in providing understanding of global issues, such as


climate change, gender equality, peace, and other social problems.

Keywords : Teacher, Character, Generation

PENDAHULUAN

Pendidikan sebagai fondasi utama perkembangan individu memiliki peran tak


tergantikan dalam membentuk karakter, pemikiran, dan visi masa depan. Di dalam
ruang kelas, guru bukan hanya menjadi penyampai informasi, tetapi juga arsitek
yang membentuk kesadaran generasi muda. Dalam era yang penuh dengan
tantangan global, peran guru sebagai pembawa perubahan sosial menjadi semakin
penting.

Artikel ini menggali lebih dalam tentang kontribusi esensial yang dimiliki oleh
para pendidik dalam membimbing siswa-siswa menjadi individu yang sadar akan
nilai-nilai, tanggung jawab sosial, dan peran penting mereka dalam menjawab
panggilan zaman. Dari nilai-nilai moral hingga kesadaran akan isu-isu global,
peran guru bukan sekadar dalam mengisi pengetahuan, tetapi juga membentuk
karakter yang berperan dalam membawa perubahan.

Pendidikan bukan sekadar proses penyaluran informasi, tetapi fondasi yang


membentuk esensi dari individu masa depan. Di antara pilar-pilar pembentukan
karakter, peran guru memegang peranan sentral dalam membimbing siswa
menuju kesadaran diri, sosial, dan global. Dalam era yang dipenuhi dengan
kompleksitas, tantangan, dan perubahan mendesak, guru bukan hanya menjadi
pengajar, tetapi juga arsitek perubahan sosial.

Pada tiap langkahnya, guru berperan sebagai pemandu, motivator, dan contoh
bagi generasi muda. Mereka tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi
juga membimbing siswa dalam memahami nilai-nilai moral, mengembangkan
kepekaan terhadap isu-isu sosial, dan mendorong partisipasi aktif dalam
merespons masalah-masalah dunia.

Kesadaran generasi muda terbentuk melalui setiap interaksi dengan para pendidik.
Di dalam kelas, guru memiliki kesempatan untuk memperkenalkan nilai-nilai
seperti kejujuran, empati, kerjasama, dan tanggung jawab sosial. Dari diskusi
tentang isu-isu lokal hingga global, guru menciptakan ruang bagi pemikiran kritis,
pertukaran ide, dan pengembangan perspektif yang luas.

Keterlibatan guru tidak terbatas pada pembelajaran formal di ruang kelas. Melalui
kegiatan ekstrakurikuler, proyek kolaboratif, dan interaksi sehari-hari, mereka
memainkan peran vital dalam memupuk keterampilan sosial, kepemimpinan, dan
rasa ingin tahu yang tak terbatas. Guru yang inspiratif menciptakan lingkungan
yang merangsang pertumbuhan holistik, mengukuhkan pondasi bagi generasi
yang tangguh dalam menghadapi dunia yang dinamis. Guru sebagai agen
perubahan sosial memiliki kemampuan untuk membuka pintu gerbang
pengetahuan, tapi lebih dari itu, mereka membentuk pola pikir yang kritis dan etis
pada generasi muda. Di dalam kelas, guru memperkenalkan bukan hanya
pelajaran, tetapi juga nilai-nilai seperti empati, kerjasama, dan kepedulian
lingkungan.

Lebih jauh, guru membimbing siswa dalam memahami isu-isu global, mulai dari
perubahan iklim hingga ketimpangan sosial. Mereka menyediakan wadah bagi
siswa untuk berbicara, mempertanyakan, dan menggali solusi terhadap tantangan-
tantangan kompleks yang dihadapi dunia saat ini.

Pentingnya peran guru juga tercermin dalam interaksi sehari-hari di luar kelas.
Melalui mentorship, guru menjadi teladan yang mengilhami dan membentuk
nilai-nilai kepemimpinan, keterampilan sosial, serta kemampuan adaptasi yang
krusial bagi generasi yang siap menghadapi perubahan yang cepat.
MASALAH

1. Apa yang dimaksud Pendidikan karakter?

2. Bagaimana peran Pendidikan dalam membentuk karakter peserta didik?

METODE PELAKSANAAN

Analisis kuantitatif dengan pendekatan statisstik deskriptif berkaitan dengan data


siswa, termasuk jawaban ats pertanyaan terkait kontribusi guru dalam membentuk
kesadaran generasi muda. Data ssurvei kode untuk pengelompokkan dan analisis
yang muda. Pendekatan deskriptif terbukti efektif memberikan gamaran rinci
tentang konstribusi guru dalam membentuk kesadaran generasi muda. Analisis
kuantitatif yang dipandukan dengan statitik dekriptif menghasilkan data numerik
yang dapat diinterpretasikan secara langsung.
HASIL PEMBAHASAN

Peran Guru dalam Membentuk Karakter Siswa

Koesoema (2007:123) bahwa Pendidikan karakter adalah upaya sekolah,


keluarga,dan masyarakat secara sadar dan terencana untuk membantu generasi
muda memahami, menumbuhkan, dan menggunakan nilai-nilai moral dasar.
Pendidikan karakter memerlukan latihan, karena karakter tidak mudah
dikembangkan. Namun harus dilakukan secara proporsional untuk mencapai
bentuk dan karakter yang ideal. Pada dasarnya kurikulum yang dibuat tergantung
Pada jenis anak yang diajar. Oleh karena itu, Pendidikan memegang peranan
penting dalam pengembangan karakter. Pendidikan
karakter harus membawa siswa pada keakraban kognitif dengan nilai-nilai,
pengenalan nilai-nilai secara afektif, dan akhirnya pengalaman nyata akan nilai-
nilai. Dalam konteks ini, pendidikan karakter lingkungan sekolah dapat
diintegrasikan ke dalam pembelajaran setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran
yang berkaitan dengan standar atau nilai setiap mata pelajaran harus diuraikan,
dijelaskan dan dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Jadi pembelajaran
nilai-nilai karakter bukan sekedar tataran kognitif saja, melainkan penanaman
siswa dan praktik nyata dalam kehidupan masyarakat sehari-hari..Peran Guru
dalam Membentuk Karakter peserta didik

Guru dan siswa merupakan dua sosok manusia yang tidak dapat dipisahkan dari
dunia pendidikan. Meskipun guru dapat diwakili oleh media pendidikan seperti e-
learning atau lainnya, namun kehadiran guru tetap menjadi kunci terpenting yang
tidak dapat digantikan atau dihilangkan.

Lickona (2013:111-134) mengemukakan bahwa guru mempunyai kemampuan


untuk menanamkan nilai-nilai karakter pada anak setidaknya melalui tig acara,
yaitu mengharuskan gutu untuk:

a. Guru yang harus mampu mencintai dan menghormati siswanya, membantu


mereka sukses di sekolah membangun rasa percaya diri, dan membuat mereka
memahami apa yang bermoral, melihat Bagaimana gurunya memperlakukan
mereka dengan prinsip etika yang baik.

b. Model-model yang dimaksud disini adalah pribadi yang beretika, menunjukkan


rasa hormat dan tanggung jawab yang besar baik di dalam maupun di
luar kelas. Guru juga dapat memberikan contoh permasalahan moral dan
penyebabnya, yaitu dengan menunjukkan etika dalam bertindak di sekolah dan di
lingkungannya.

c. Mentor Sebagai mentor, seorang guru harus mampu memberikan bimbingan


dan arahan moral melalui penjelasan, diskusi kelas, cerita, dorongan
pribadi dan saran perbaikan ketika siswa menyakiti temannya atau dirinya sendiri.

d. Hasil observasi di SDN 11 Dangerakko Guru SDN 11 Dangerakko berperan


sebagai orang yang peduli dimana memposisikan dirinya sebagai keluarga
dan sahabat siswa. Guru-guru SDN 11 Dangerakko juga merupakan
teladan bagi siswanya, Guru selalu mendatangkan atau mencari teladan
di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.

Selain itu, guru juga berperan sebagai mentor, dimana guru membimbing,
memotivasi dan mengevaluasi siswa dalam hal pembelajaran dan akhlak. Karakter
yang dibentuk siswa SDN 11 Dangerakko adalah religus,
jujur, toleran, disiplin, pekerja keras kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
berbangsa atau nasionalis, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikator yang
baik, cinta damai, gemar membaca. perlindungan lingkungan, kesejahteraan
dan tanggung jawab sosial. Hambatan yang dirasakan guru lebih disebabkan oleh
diri mereka sendiri, bukan oleh siswa. Faktor-faktor tersebut antara lain tugas
sampingan, waktu, emosi dan kurangnya konsistensi antara apa yang diajarkan
dengan kenyataan.

Guru merupakan salah satu bagian manusia dalam proses


belajar mengajar yang mempunyai peranan tersendiri dalam membentuk sumber
daya manusia yang potensial dalam bidang pembangunan19. Kualifikasi guru-
pelatih meliputi kompetensi pedagogi, kepribadian, kompetensi profesional, dan
kompetensi sosial20. Dalam dunia pendidikan semua orang mengetahui bahwa
tugas seorang guru bukan hanya sekedar mengajar dan menyebarkan ilmu
pengetahuan di dalam kelas, namun tugas seorang guru adalah menanamkan nilai-
nilai karakter pada diri siswanya agar siswa tersebut menjadi orang yang
berkarakter. Guru mempunyai peranan penting sebagai perencana, pelaksana
dan evaluator pembelajaran. Artinya kemampuan guru dalam mencipta.

Pembelajaran yang berkualitas menentukan keberhasilan pendidikan secara


keseluruhan. Padahal, kualitas pembelajaran tergantung pada keterampilan guru,
terutama kemampuannya dalam mengajar siswa secara efektif dan efisien21. Nilai
yang diharapkan bagi siswa adalah:

a. Religiusitas, ketaatan, dan ketaatan dalam memahami dan melaksanakan ajaran


agama (keyakinan) yang dianutnya. Dalam hal ini mencakup sikap toleran
terhadap praktik ibadah agama (keyakinan) lain. serta hidup berdampingan secara
rukun.

b. Kejujuran, sikap dan tindakan yang mencerminkan kesatuan pengetahuan,


perkataan, dan tindakan (mengetahui hal yang benar, mengatakan hal yang benar,
dan melakukan hal yang benar), menjadikan orang yang terkena dampaknya dapat
dipercaya.

c. Disiplin, adat istiadat, dan tingkah laku yang sesuai dengan segala bentuk
peraturan atau ketentuan yang berlaku.

d. Perilaku yang menunjukkan kerja keras, usaha nyata (berjuang sampai titik
darah penghabisan) untuk menyelesaikan berbagai tugas, masalah, tugas, dan
sebagainya dengan sebaik-baiknya.

Akan tetapi, guru mengetahui cara terbaik melaksanakan pengembangan karakter


dalam tugas, masalah, pekerjaan, dan lain-lain. Namun, tidak mudah bagi seorang
guru untuk mengembangkan karakter siswanya. Sebab pengembangan karakter
harus dilandasi kesabaran, kesabaran dan harus bertahap. Fakta ini berarti bagi
kami bahwa menjadi seorang guru juga merupakan contoh yang baik bagi siswa
kami. Kepala sekolah mempunyai peranan yang sangat
penting dalam pengembangan karakter siswa, tanya peneliti SDN 11 Dangerakko.
selaku pimpinan “Untuk membangun karakter peserta didik disini, program yang
saya awasi berdasarkan pada kegiatan akademik dan non akademik. Pembelajaran
merupakan suatu kajian yang mengembangkan strategi dan metode pembelajaran
melalui kurikulum strategi pembelajaran disiplin. .dan kerja keras yang bertujuan
untuk membentuk karakter mahasiswa jurusan melalui metode sosio-drama yang
membentuk cara berpikir dan rasa ingin tahu mahasiswa.” Kegiatan non-akademik
yaitu melalui peningkatan pengembangan mental dan spiritual serta iman dan
pengabdian. Kepada tuhan melalui mayarakat. Salat zuhur di sekolah yang
diharapkan dapat meningkatkan karakter religious siswa, meningkatkan kebiasaan
DISKUSI

Dampak Positif Pelatihan Guru temuan penelitian menunjukkan adanya


dampak positif yang signifikan dari pelatihan guru terhadap peningkatan hasil
belajar siswa. Siswa yang mendapatkan pengajaran dari guru yang telah mengikuti
pelatihan cenderung menunjukkan peningkatan kinerja akademik.pengaruh Durasi
Pelatihan,Hasil menunjukkan bahwa durasi pelatihan juga memiliki peran penting
dalam dampaknya. Pelatihan yang lebih panjang dan berkesinambungan memiliki
hubungan positif dengan hasil belajar siswa.

Tantangan dan Keterbatasan Meskipun hasil menunjukkan dampak positif, diskusi


mengakui adanya tantangan dan keterbatasan, termasuk keterbatasan waktu dan
sumber daya. Hal ini mengindikasikan bahwa sumber daya yang lebih besar
mungkin diperlukan untuk melaksanakan pelatihan yang lebih luas dan
mendalam.

Implikasi Praktis Implikasi dari temuan ini dapat membantu dalam merancang
kebijakan pendidikan yang lebih efektif dan alokasi sumber daya untuk
mendukung pelatihan guru. Praktisi dan pengambil kebijakan dapat menggunakan
temuan ini sebagai dasar untuk meningkatkan kualitas pengajaran di lingkungan
pendidikan.

Rekomendasi untuk Penelitian Selanjutnya Dalam melihat masa depan, penelitian


ini menyarankan untuk penelitian lebih lanjut yang dapat mengeksplorasi lebih
detail faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pelatihan guru, serta
bagaimana aspek-aspek ini dapat dioptimalkan.
PENUTUP

Kesimpulan mengenai kontribusi guru dalam membentuk kesadaran generasi


muda adalah peranannya sangat penting dalam membentuk nilai,
keterampilan dan karakter peserta didik. Guru tidak hanya mengajarkan materi
akademis, tetapi juga menjadi teladan yang mempengaruhi cara berpikir dan
bertindak siswa. Dengan
Mengajarkan nilai-nilai moral,
teladan,dukungan pribadi, dan pengembangan keterampilan, guru
membantu menciptakan landasan yang kuat bagi generasi mendatang. Oleh karena
itu, peran guru tidak hanya mempengaruhi keberhasilan siswa
secara individu, tetapi juga meletakkan dasar bagi pemimpin masa depan yang
bertanggung jawab, kritis, dan peduli sosial. Guru berperan penting dalam
membentuk kesadaran generasi muda dengan memberikan teladan, mengajarkan
nilai-nilai dan dukungan pribadi.
REFERENSI

Thoomaszen, F. W., & Tameon, S. M. (2018). Parental participation in providing


anti-corruption education to children as an effort to prevent corruption in
the city of Kupang. Asia Pacific Fraud Journal, 3(2), 201-212.

Indra, P. B., Rachmat, K., & Susanti, F. N. (2017). Identifying local wisdom in
elementary school anti-corruption education in Malang. Russian Journal
of Agricultural and Socio-Economic Sciences, 68(8), 131-141.

Ishak, I. D. (2019). Anti-Corruption Values Civilization Management Model in


the Program of Strengthening Character Education in Public
PrimarySchools in Gorontalo Regency. International Journal of Science
and Society, 1(2), 83-90.

Kuswati, M. (2019). Development of Financial Literacy and Anti-Corruption


Education in Primary Schools Through Storytelling Activities.
In International Journal of Science and Applied Science: Conference
Series (Vol. 3, No. 1, pp. 75-82).

Hallatu, T. G. R. (2022). Strenghtening Anti-Corruption Characters Based on


Local Wisdom of Malind Tribe for Elementary School Students in
Merauke. Indonesian Values and Character Education Journal, 5(2).

Martati, B., & Haryanti, T. (2023). Phenomenology of Character Education from


Elementary School Student Literacy in the Covid-19 Era. Journal of
Nonformal Education, 9(1).

Neeman, Z., Paserman, M. D., & Simhon, A. (2008). Corruption and


openness. The BE Journal of Economic Analysis & Policy, 8(1).
Lian, B., Kristiawan, M., Ammelia, D., Primasari, G., Anggung, M., & Prasetyo,
M. (2020). Teachers’ model in building students’ character. Journal of
Critical Reviews, 7(14), 927-932.

Prasetyo, H. D. (2023). STRATEGY FOR INCREASING THE


COMPETITIVENESS OF SMEs IN THE ERA OF SOCIETY
5.0. JOURNAL OF MANAGEMENT, ACCOUNTING, GENERAL
FINANCE AND INTERNATIONAL ECONOMIC ISSUES, 2(4), 958-965.
Osifo, O. C. (2012). The effects of ethical governance on public trust: a
comparative analysis of anti-corruption policies and procedures in Nigeria,
Ghana, and Cameroon.
Faedlulloh, D. (2019). Kegagalan Gerakan Buruh dan Partai Buruh Pada Pemilu
Era Reformasi [The Failure of the Labor Movement And Labor Party in
the Reform Era General Election]. Jurnal Politica Dinamika Masalah
Politik Dalam Negeri dan Hubungan Internasional, 10(2), 167-182.
Hartnell-Young, E. (2003). Towards knowledge building: Reflecting on teachers'
roles and professional learning in communities of practice. University of
Melbourne, Department of Education Policy and Management.

Dari, P. W. (2023). The Implementation of Character Education and


National Culture in Primary Schools through Civic
Education Subjects. Indonesian Journal of Character
Education Research, 1(1), 1-11.
Thoomaszen, F. W., & Tameon, S. M. (2018). Parental
participation in providing anti-corruption education to
children as an effort to prevent corruption in the city of
Kupang. Asia Pacific Fraud Journal, 3(2), 201-212.

Junaidah, J., Nurbaiti, S., Riduan, R., & Amilda, A. (2022). Internalization of
Anti-Corruption Values at the University of Lampung: Integrative
Curriculum. AL-ISHLAH: Jurnal Pendidikan, 14(4), 5637-5644.
Ali, R. H., & Ramadhan, R. I. (2021). APPLICATION OF ANTI-CORRUPTION
EDUCATION IN UNIVERSITIES IN PUBLIC COMPULSORY
COURSES (MKWU) PPKN. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan
Undiksha, 9(3), 1168-1174.
Afshari, M., Bakar, K. A., Luan, W. S., Samah, B. A., & Fooi, F. S. (2009).
Factors affecting teachers’ use of information and communication
technology. International journal of instruction, 2(1).
Mphendu, U., & Holtzhausen, N. (2016). Successful anti-corruption initiatives in
Botswana, Singapore and Georgia: lessons for South Africa.
Michael, B. (2004). Explaining organizational change in international
development: the role of complexity in anti‐corruption work. Journal of
International Development: The Journal of the Development Studies
Association, 16(8), 1067-1088.
Ocheje, P. D. (2017). Creating an anti-corruption norm in Africa: Critical
reflections on legal instrumentalization for development. Law and
Development Review, 10(2), 477-496.

Tindangen, L. S. (2017). Peran Generasi Muda dalam Meningkatkan Kesadaran


Hukum Masyarakat tentang Pengelolaan Limbah Domestik di Kota
Manado. Lex Et Societatis, 5(8).

Hidayat, N. A. S. N., & Dewi, D. A. (2021). Meningkatkan Kesadaran Generasi


Muda Terhadap Implementasi Nlai-Nilai Pancasila di Era
Globalisasi. EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and
Counseling, 3(1), 50-57.

Anda mungkin juga menyukai