ABSTRAK
Artikel ini bertujuan untuk melihat peran guru dalam membentuk karakter peserta didik
di sekolah dasar negeri. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik
pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis
keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi, perpanjangan pengamatan dan
peningkatan ketekunan. Hasil penelitian ini menemukan bahwa, peran guru sangat
strategis dalam membentuk karakter peserta didik karena guru bukan hanya sebagai orang
yang mengajarkan nilai-nilai karakter kepada peserta didik secara teoritis namun guru
juga memberikan sebuah keteladanan, sehingga relevan antara apa yang disampaikan dan
yang dikerjakan oleh guru. Sehingga hal tersebut sangat berdampak positif bagi
pembentukan karakter peserta didik.
ABSTRACT
This article aims to look at the role of teachers in shaping the character of students in
public elementary schools. This study uses a qualitative approach with data collection
techniques of observation, interviews and documentation. The data validity analysis
techniques used were triangulation, observation extension and increased persistence. The
results of this study found that the teacher's role is very strategic in shaping the character
of students because the teacher is not only a person who teaches character values to
students theoretically but the teacher also provides an example, so that it is relevant
between what is conveyed and what is done by the teacher.. So that it has a very positive
impact on the formation of the character of students.
PENDAHULUAN
Pendidikan memainkan peran penting dalam kehidupan. Pendidikan berperan
penting dalam pembangunan dan merupakan satu hal penting dalam menentukan
maju mundurnya suatu bangsa, sehingga tidak salah jika pemerintah senantiasa
meningkatkan mutu pendidikan1. Lebih dari itu, untuk dapat mengakses
pendidikan, setiap manusia bersedia mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.
Pendidikan sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 1 butir 1, bahwa pendidikan adalah pendidikan
merupakan usaha sadar dan terencana agar terwujudnya suasana belajar dan
proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif dapat mengembangkan
potensi dirinya agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, dan berahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya2.
Untuk menunjang keberlangsungannya, Pemerintah mengatur pendidikan
dengan skala nasional yakni Pendidikan Nasional bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab3. Tidak hanya sampai disitu, bahkan pemerintah menetapkan delapan
standar nasional pendidikan sebagaimana tercantum dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
yakni: (1) standar isi, (2) standar proses, (3) standar kompetensi lulusan,
(4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan
prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar
penilaian pendidikan. Standar nasional pendidikan sebagaimana dikemukakan
1
Sri Susanti Olii and Amalia Rizki Pautina, “PENGARUH METODE DISCOVERY LEARNING
TERHADAP HASIL BELAJAR IPA MATERI SIKLUS MAKHLUK HIDUP” 1, no. 1 (2020):
73–89, https://doi.org/https://doi.org/10.58176/edu.v1i1.71.h. 74
2
Dkk Siti Hidayana, “Pengaruh Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) Terhadap
Kemampuan Membaca Pemahaman,” EDUCATOR (DIRECTORY OF ELEMENTARY
EDUCATION JOURNAL) 2, no. 1 (2021): 58–81,
https://doi.org/https://doi.org/10.58176/edu.v2i1.152.h. 59
3
UUD, “UNDANG-UNDANG NO 2 TAHUN 2003 „“SISTEM PENDIDIKAN NASIOMAL,”‟”
Specialist, no. November (2003), https://doi.org/10.16309/j.cnki.issn.1007-1776.2003.03.004.
4
Kementerian Agama RI, “Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2O12”
(2012), https://simpuh.kemenag.go.id/regulasi/pma_02_12.pdf. BAB I Pasal I Poin 3
5
Dewi Monalisa Kadir dan Asriyati Nadjamuddin, “Penerapan Metode Example Non Example
Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pada Pembelajaran Matematika,” EDUCATOR : Directory of
Elementary Education Journal 1, no. 2 (2020): 107–21,
https://doi.org/https://doi.org/10.58176/edu.v1i2.166.h. 108
6
Dian Andayani Abdul Majid, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, ed. Anang Solihin Wardan,
Cetakan ke (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2019).h. 11
7
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter : Konsep Dan Implementasi (Bandung: Alfabeta, 2017).h. 1
8
Mansur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional (Jakarta:
Bumi Aksara, 2015).h. 70
anak biasanya bertahan sampai masa remaja. Orang tua bisa mempengaruhi baik
atau buruk, pembentukan kebiasaan anak-anak mereka9.
Unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran, karena pikiran
yang didalamnya terdapat seluruh program yang terbentuk dari pengalaman
hidupnya, merupakan pelopor segalanya. Program ini kemudian membentuk
sistem kepercayaan yang akhirnya dapat membentuk pola berpikir yang bisa
mempengaruhi perilakunya. Jika program yang tertanam tersebut sesuai dengan
prinsip-prinsip kebenaran universal, maka perilakunya berjalan selaras dengan
hukum alam. Hasilnya, perilaku tersebut membawa ketenangan dan kebahagiaan.
Sebaliknya, jika program tersebut tidak sesuai dengan prinsip-prinsip universal,
maka perilakunya membawa kerusakan dan menghasilkan penderitaan. Oleh
karena itu pikiran harus mendapatkan perhatian serius.
Mengingat peran Guru yang berfungsi untuk mempersiapkan peserta didik
agar menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai- nilai
ajaran agama di sekolah, keluarga, masyarakat, berbangsa dan negara, serta
menghantarkan peserta didik menjadi manusia yang berkarakter10. Sebagai suatu
pranata sosial, guru merupakan salah satu komponen manusiawi dalam proses
belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya
manusia yang potensial di bidang pembangunan11. Guru adalah seorang yang
mempunyai gagasan yang harus diwujudkan untuk kepentingan peserta didik,
menunjang hubungan sebaik-baiknya, dalam kerangka menjunjung tinggi,
mengembangkan dan menerapkan keutamaan yang menyangkut agama,
kebudayaan dan keilmuan12.
Guru merupakan pembangkit listrik kehidupan siswa di masa depan, selain itu
juga merupakan pemimpin dan orang terdepan dalam member contoh sekaligus
9
Thomas Lickona, Character Matters (Persoalan Karakter), ed. Uyu Wahyudin & Dasim
Budimansyah, Cet. IV (Jakarta: Bumi Aksara, 2016).h. 50
10
Umar Hasyim, Anak Sholeh (Cara Mendidik Anak Dalam Islam) (Surabaya: Buana Ilmu,
1985).h. 18
11
Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Edisi Revi (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010).h. 1
12
Syafruddin Nurdin, Guru Profesional Dan Implementasi Kurikulum (Jakarta: Quantum
Teaching, 2005).h. 8
juga member motivasi atau dorongan kepada peserta didiknya 13. Singkatnya, guru
adalah untuk di gugu dan di tiru. Sehubungan dengan itu, rumah dan sekolah
sebagai lingkungan peserta didik berada menjadi pranata yang tidak bisa
disepelehkan, karena antara kedua lingkungan itu terdapat objek dan tujuan yang
sama, yakni mendidik anak-anak agar menjadi anak yang berkarakter14.
Penelitian ini berupaya untuk menggambarkan peranan guru dalam
membentuk karakter peserta didik di SDN Pulubala, serta apa saja faktor
penghambat dan pendukungnya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif15. Menurut Lexy J.
Moleong, penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang bermaksud untuk
memahami kejadian yang sedang di dialami oleh subjek peneliti misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan
deskripsi dalam bentuk kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah
dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah16. Sedangkan pendekatan
yang dipakai adalah pendekatan studi kasus.
Selanjutnya teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
mencakup observasi, wawancara dan dokumentasi17. Lokasi penelitian ini
dilakukan di SDN 6 Pulubala. Adapun Pengujian keabsahan data dilakukan
melalui trianggulasi, perpanjangan pengamatan dan peningkatan ketekunan18.
13
Wajihudin Alantaqi, Rahasia Menjadi Guru Teladan Penuh Empati (Jogjakarta: Gara Ilmu,
2010).h. 197
14
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. 14 (Jakarta: Bumi Aksara, 2018).h. 76
15
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2017).h. 5
16
Verawati dan Al Junaid Bakari, “Mengembangkan Kreativitas Menulis Cerpen Siswa Melalui
Media Gambar,” EDUCATOR :Directory of Elementary Education Journal 1, no. 1 (2020): 56–72,
https://doi.org/https://doi.org/10.58176/edu.v1i1.57.h. 63
17
M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif, ed. Rina Tyas
Sari (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2020).h. 165
18
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2018).h.
143
19
Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.h. 1
20
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional : Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan
Menyenangkan, cet. 15 (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2017).h. 37
21
Mulyasa.
Hal senada diungkapkan oleh bapak Zamal Rigawi selaku guru Pendidikan
Agama Islam mengungkapkan bahwa:
“Membentuk karakter peserta didik yang religius yang saat ini bertepatan
dengan program Fullday School dimana peserta didik diwajibkan untuk
melaksanakan sholat dhuha dan sholat zuhur secara berjamaah dan
22
Tiri Tutulango, Kepala Sekolah SDN 6 Pulubala, Wawancara pada tanggal 11 Januari 2021.
23
Zamal Rigawi, Guru PAI SDN 6 Pulubala, Wawancara pada tanggal 15 Januari 2021
24
Rauda Abubakar Igirisa, Guru Kelas I, Wawancara pada 17 Januari, 2021
kalian diejek orang lain?” dan merekapun menjawab “sakit hati, sedih!”.
Kemudian guru menanyakan “Kira-kira materi apa yang akan kita pelajari?”
namun kebanyakan mereka hanya diam saja.”
Kegiatan inti guru menanamkan karakter antara lain jujur, tanggung
jawab, dan berfikir logis. Dalam kegiatan pembelajaran guru kemudian
menyampaikan materi yang akan dibahas adalah mengenai harga diri. “Apa
itu harga diri?”. Salah satu Peserta didik ada yang berani menjawab
“Kebutuhan seseorang”. guru kemudian meminta jawaban lain namun tidak
ada yang berani menjawab, kemudian pak guru menjelaskan apa yang
dimaksud harga diri dijelaskan juga bahwa seseorang akan dihargai jika
jujur. “Apa yang dimaksud dengan jujur?”. mereka hanya diam saja,
kemudian guru memberikan permisalan sehingga para peserta didik dapat
berfikir logis “Misalnya saya memiliki uang Rp. 50.000,00 kemudian saya
menyuruh membelikan Minuman, misalnya harga minuman Rp. 5000,00
berapa uang yang kalian kembalikan?” mereka menjawab “45.000”.
“Semisal ada yang mengembalikan empat puluh dua ribu jujur tidak?” tanya
guru. “Tidak” jawab mereka. Selanjutnya guru menanyakan “Kalau begitu
apa yang dimaksud dengan jujur?” kemudian ada yang menjawab “Berkata
apa adanya”. “ Iya benar” jawab guru. guru kemudian menegaskan jika
kalian ingin dihargai orang lain maka kalian harus jujur dalam perkataan
juga perbuatan. Guru menjelaskan seseorang akan dihargai jika memiliki
tanggung jawab. guru menjelaskan apa yang dimaksud dengan tanggung
jawab “Jika kalian mempunyai tanggung jawab kalian pasti di sekolah
belajarnya sungguh-sunguh kalian tau bahwa orang tua kalian menyuruh
kalian ke sekolah untuk belajar mereka bekerja keras untuk membiayai
kalian untuk sekolah jadi sebagai tanggung jawabnya kalian harus belajar
dengan sunggu-sungguh”.
Kegiatan penutup guru menanamkan sikap logis dengan guru
menanyakan “Apa saja agar kita mempunyai harga diri tadi?” dan mereka
menjawab “Jujur dan bertanggung jawab”. Kemudian guru menanamkan
teman sekelanya masih ada yang menyontek, masih banyak juga yang tidak
membuat tugas rumah (PR)”26.
Problem yang lain juga peneliti temukan pada diri Novita Aulia Radji Bahwa
dia sering terlambat dikarenakan sebelum berangkat kesekolah masih membantu
orang tuanya mencuci piring dan membersihkan halaman rumah.27 Berkaitan
dengan itu, Rauda Abubakar Igirisa mengungkapkan “jika dilihat saya rasa lima
karakter sudah dimiliki oleh peserta didik, seperti religius, jujur, disiplin kerja dan
tanggung jawab. Namun, belum sepenuhnya sempurna. Mengapa demikian,
karena tidak mudah membentuk karakter peserta didik dipengaruhi lingkungan
sekitar apalagi tentang kejujuran.28
Hasil temuan peneliti mengenai pembinaan karakter siswa yang dilakukan di
sekolah adalah guru dan kepala sekolah terus berusaha semaksimal mungkin
membina prilaku peserta didik. Namun demikian, Dalam setiap menit dan detik,
interaksi peserta didik dengan lingkungannya dapat dipastikan akan terjadi proses
mempengaruhi prilaku peserta didik. Maka kepala sekolah dan guru sebagai SDM
harus mampu dan komitmen dalam melakukan pembinaan secara terus-menerus
mengingat karakter peserta didik dapat dengan mudah berubah ketika tidak lagi
berada dalam lingkungan sekolah.
Visi, misi dan tujuan sekolah sebagaimana yang telah di urai sebelumnya,
membuat guru dan seluruh pihak sekolah terus berupaya sebaik mungkin dalam
membina karakter peserta didiknya. Dari sini dapat kita lihat bahwa karakter
peserta didik di SDN 6 pulubala belum sepenuhnya tertanan dalam hati peserta
didik, kondisi ini seharusnya menjadi tolak ukur bagi para guru untuk lebih
meningkatkan strategi dalam menanamkan karakter melalui kegiatan rutin dan
secara berkelanjutan sehingga akan menjadi kebiasaan dan melekat pada diri
siswa.
Pendapat diatas menjelaskan bahwa kejujuran yang belum tertanam dalam
benak para peserta didik di SDN 6 Pulubala. Berdasarkan hasil observasi peneliti,
pembinaan yang dilakukan oleh guru masih ada diantara peserta didik yang
26
Riska Usman, Siswa Kelas VI. “Wawancara” 22 Januari 2021
27
Novita Aulia Radji, Siswa Kelas IV “wawancara” 22 Januari 2021.
28
Rauda Abubakar Igirisa, Guru Kelas I, “Wawancara” 17 Januari 2021.
melanggar peraturan yang sudah di sepakati bersama, seperti halnya masih ada
yang terlambat, siswa yang tidak disiplin, siswa yang ribut dikelas, guru dan staf
yang lainnya sudah semaksimal mungkin melakukan pembinaan karakter terhadap
peserta didik tersebut dan akan selalu berusaha lebih baik.
KESIMPULAN
Peran guru sangat strategis dalam membentuk karakter peserta didik karena guru
bukan hanya sebagai orang yang mengajarkan nilai-nilai karakter kepada peserta didik
secara teoritis namun guru juga memberikan sebuah keteladanan, sehingga relevan antara
apa yang disampaikan dan yang dikerjakan oleh guru. Sehingga hal tersebut sangat
berdampak positif bagi pembentukan karakter peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid, Dian Andayani. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Edited by
Anang Solihin Wardan. Cetakan ke. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2019.
29
Cyndi Kartika, “Peran Guru Dalam Membentuk Karakter Siswa Kelas V Mis Suturuzhulam
Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang” (UIN Sumatera
Utara, 2018), http://repository.uinsu.ac.id/4034/1/CYNDI KARTIKA.pdf.
30
Farah Alfian Ghofar Rahmat, “Peran Guru Dalam Pembentukan Karakter Siswa Di Min 3
Kembaran Banyumas” (IAIN Purwokerto, 2018),
http://repository.iainpurwokerto.ac.id/4694/1/Cover_Bab I_Bab V_Daftar Pustaka.pdf.
Daradjat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam. Cet. 14. Jakarta: Bumi Aksara, 2018.
Djamarah, Syaiful Bahri. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Edisi
Revi. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Hasyim, Umar. Anak Sholeh (Cara Mendidik Anak Dalam Islam). Surabaya:
Buana Ilmu, 1985.
Kartika, Cyndi. “Peran Guru Dalam Membentuk Karakter Siswa Kelas V Mis
Suturuzhulam Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten
Deli Serdang.” UIN Sumatera Utara, 2018.
http://repository.uinsu.ac.id/4034/1/CYNDI KARTIKA.pdf.
Rahmat, Farah Alfian Ghofar. “Peran Guru Dalam Pembentukan Karakter Siswa
Di Min 3 Kembaran Banyumas.” IAIN Purwokerto, 2018.