Anda di halaman 1dari 12

Development of E-Modules in PKN Subjects to Increase Students Social Care Character

Values in Elementary Schools

Pengembangan E-Modul Pada Mata Pelajaran PKn Untuk Meningkatkan Nilai Karakter
Peduli Sosial Siswa Di Sekolah Dasar

1
Miftahul Zanna, 2Khairunnisa, 3Renni Ramadhani Lubis M.Pd

STKIP Al Maksum Langkat

miftahulzanna20221@gmail.com, nisa19461@gmail.com, renniramadhani@stkipalmaksum.ac.id

Abstract

Lack of textbooks and supports to provide effective Civics teaching in class V of elementary
schools. There has been no development of teaching materials that help students to learn
independently and demonstrate the value of social care character. Each student's level of
understanding is different, so students with low abilities will have more difficulty understanding the
material in the textbook. This research aims to create a PPKn learning module containing social care
character values in class V of elementary schools. Potential development through learning is
translated through educational objectives which are applied through the development of teaching
materials in the form of modules implemented with character values, to facilitate the delivery of
character to students. This research aims to develop an E-Module based on social care characters in
Civics content for fifth grade elementary school students. This research uses the ADDIE model
research and development (R&D) method which includes, Analysis, Design, Development,
Implementation, Evaluation. E-Module development uses the "Book Creator" application by adding
several components such as audio, video and links to support the E-Module. Results from feasibility
tests (87.16%), practicality (90.6%), and effectiveness (85). This research can be concluded that the
E-Module based on social care characters is feasible, practical and effective for use by fifth grade
elementary school students. So, the Civics learning module contains social care character values and
is suitable for use in learning. The implication of this research is that the Civics learning module
containing social care character values can help students in the learning process.

Keywords: E-Module, Social Care Character, Civics


Abstrak

Kurangnya buku ajar dan penunjang untuk menyajikan pengajaran PKn yang efektif pada
kelas V Sekolah Dasar. Belum ada pengembangan bahan ajar yang membantu siswa untuk belajar
mandiri dan menunjukkan nilai karakter peduli sosial. Tingkat pemahaman masing-masing siswa
berbeda-beda, sehingga siswa yang memiliki kemampuan rendah akan lebih sulit memahami materi
yang ada pada buku ajar. Penelitian ini bertujuan untuk menciptakan modul pembelajaran PPKn
bermuatan nilai karakter peduli sosial pada kelas V Sekolah Dasar. Pengembangan potensi melalui
pembelajaran diterjemahkan melalui tujuan pendidikan yang diaplikasikan melalui pengembangan
bahan ajar berupa modul yang diimplementasikan dengan nilai-nilai karakter, untuk mempermudah
penyampaian karakter kepada siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan E-Modul
berbasis karakter peduli social pada muatan PKn untuk siswa kelas V SD. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian dan pengembangan (R&D) model ADDIE yang meliputi, Analisis,
Desain, Pengembangan, Implementasi, Evaluasi. Pengembangan E-Modul menggunakan aplikasi
“Book Creator” dengan menambahkan beberapa komponen seperti, audio, video, dan link untuk
menunjang E-Modul. Hasil dari uji kelayakan (87,16%), kepraktisan (90,6%), dan keefektifan (85).
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa E-Modul berbasis karakter peduli social sudah layak, praktis,
dan efektif digunakan oleh siswa kelas V SD. Jadi, modul pembelajaran PKn bermuatan nilai
karakter peduli sosial layak untuk digunakan dalam pembelajaran. Implikasi penelitian ini yaitu
modul pembelajaran PKn bermuatan nilai karakter peduli sosial dapat membantu siswa dalam proses
pembelajaran.

Kata Kunci: E-Modul, Karakter Peduli Sosial, PKn

PENDAHULUAN

Peningkatan kualitas mutu pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk menciptakan
kehidupan yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis. Oleh karena itu sangat penting dilakukan
upaya pembaharuan di bidang pendidikan sehingga akan tercapai kualitas pendidikan sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional yang termuat dalam UUSPN No. 20 tahun 2003, sebagai berikut:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarkat, bangsa dan negara. Pelaksanaan pendidikan di
sekolah dasar terdapat dalam pembelajaran. Kegiatan ini sangat tergantung dari cara guru dalam
merangcang pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasarnya. Hal ini juga didukung dengan persepsi umum yang menyoroti
bahwa merupakan tugas guru untuk mengajar dan menyoroti siswa dengan berbagai muatan
informasi dan pengetahuan. Mencapai tujuan tersebut tentu bukan pekerjaan yang mudah untuk
dicapai. Kondisi demikian juga terjadi pada siswa kelas V SD.

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses
pembelajaran (Laili et al., 2019; Sulistyaningrum et al., 2018). Pentingnya pembelajaran merupakan
upaya pendampingan oleh guru untuk menyampaikan informasi terkait ilmu kepada peserta didik
(Tegeh & Kirna, 2013; Winarno et al., 2020). Pembelajaran memiliki beberapa komponen antaralain
siswa yang mana proses pembelajaran pada dasarnya diadakan untuk pembelajaran siswa dalam
mencapai tujuan yang ditentukan, pembelajaran juga memiliki tujuan yang merupakan arah yang
harus jadi rujukan dalam proses pembelajaran, dengan adanya tujuan, maka guru memiliki pedoman
dan sasaraan yang akan dicapai dalam kegiatan mengajar. Apabila tujuan pembelajaran sudah jelas
dan tegas, maka langkah dan kegiatan pembelajaran akan lebih terarah (Pane & Dasopang, 2017),
kemudian kondisi dalam berbagai pengalaman belajar yang yang dirancang agar siswa mampu
mencapai tujuan yang telah dirumuskan, lalu terdapat sumber belajar, segala sesuatu yang berkaitan
memungkinkan siswa mampu mendapatkan pengalaman belajar yang meliputi tempat belajar, bahan
dan alat, serta tutorial belajar dan terakhir adalah hasil belajar dimana pencapaian dalam memperoleh
kemampuan disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai (Heriyani et al., 2021). Oleh karena itu,
pembelajaran bermakna sebagai suatu proses dalam membantu siswa dalam memahami materi yang
dilakukan oleh guru. Proses pembelajaran dapat dikatakan baik yaitu proses pembelajaran yang aktif
dan efektif (Seruni et al., 2019; Susilowati et al., 2018).

Pada pelaksanaan penelitian ini, karakter peduli sosial yang akan ditingkatkan dengan
mengacu pada kondisi riil yang terjadi di lingkungan pembelajaran adalah integritas atau sikap
peduli. Nilai peduli yang dikembangkan adalah integritas yaitu nilai peduli sosial. Nilai peduli sosial
adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan (Agus Wibowo, 2012: 44).

Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana dalam mewujudkan proses belajar
agar siswa aktif dalam mengembangkan potensi dalam dirinya, serta memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengembangan diri, kecerdasan dalam masyarakat, bangsa, dan negara. Menurut
Supriatin & Nasution (2017) mengemukakan bahwa pendidikan merupakan bagian dari kehidupan
bermasyarakat yang mana pendidikan adalah wujud dari cita-cita bangsa dan sarana untuk
pengembangan potensi. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi yang berkaitan dengan
perubahan agar dapat mengalami proses pendidikan yang meliputi, perkembangan pribadi maupun
kehidupan sosial yang mana setiap individu memiliki cara dalam pengembangan potensi yang
berbeda-beda.

Pengembangan potensi melalui pembelajaran diterjemahkan melalui tujuan pendidikan yang


diaplikasikan dalam mata pelajaran di sekolah, melalui mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PKn) yang merupakan salah satu mata pelajaran pokok di sekolah, yang bertujuan
untuk mengembangkan potensi warga negara dalam dimensi spiritual, rasional, dan sosial. Tujuan
utama dari PKn dalam pembelajaran di sekolah yaitu untuk meningkatkan kemampuan berpikir
secara kritis, kreatif, dan rasional dalam membentuk diri serta menanggapi isu kewarganegaraan
berdasarkan masyarakat yang berlandaskan karakter.

Menurut Dianti (2014) mengemukakan bahwa PKn merupakan salah satu pelajaran yang
sangat kaya akan nilai-nilai karakter dan merupakan leading sector dalam pembelajaran berkarakter.
Tujuan utama dari PKn dalam pembelajaran di sekolah yaitu untuk meningkatkan kemampuan
berpikir secara kritis, kreatif, dan rasional dalam membentuk diri serta menanggapi isu
kewarganegaraan berdasarkan masyarakat yang berlandaskan karakter. Pendidikan karakter
mempunyai tujuan untuk mengembangkan dan membentuk karakter bangsa sehingga dapat
membangun bangsa yang berkarakter.

Menurut Koesoema (2010) mengemukakan bahwa karakter merupakan struktur antropologis


manusia yang disanalah manusia menghayati kebebasan dan keterbatasan dalam dirinya, untuk itu
karakter diharapkan menjadi suatu hasil dari proses yang diharapkan menjadi kebebasan dan
membentuk kualitas individu tertentu dalam pola konsisten. Penanaman karakter di sekolah melalui
pembelajaran bertujuan untuk (1) untuk menjamin siswa untuk berperilaku baik; (2) tidak semua
siswa bisa menerapkan pembelajaran berkarakter; (3) untuk meningkatkan prestasi siswa; (4) untuk
membantu siswa dalam hidup dilingkungan masyarakat; (6) membantu siswa dalam menghadapi
masalah yang berkaitan dengan moral; (7) untuk membantu siswa dalam mempelajari nilai-nilai
budaya.

Pengembangan potensi siswa yang berlandaskan karakter dapat diterapakan melalui inovasi
yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Inovasi merupakan kegiatan
pengembangan, perekayasaan, dan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh ilmu baru.
Pengembangan bahan ajar merupakan salah satu inovasi dan upaya kreatif dalam pendidikan yang
bertujuan mengembangkan potensi yang dimiliki.

Bahan ajar juga mempunyai fungsi yaitu (1) sebagai fasilitas untuk belajar; (2) sebagai alat
interaksi siswa dalam belajar secara individu atau kelompok; (3) sebagai alat bantu guru dalam
menyampaikan pembelajaran; (4) membantu siswa untuk belajar dengan kecepatan mereka sendiri;
(5) menambah pengetahuan dan pemahaman siswa dalam belajar, (Prastowo, 2013).

Terkait dengan bahan ajar, modul merupakan bahan ajar mandiri yang digunakan siswa yang
berfungsi sebagai alat bantu guru dalam menyampaikan pembelajan. Modul merupakan sebuah
bahan ajar yang disajikan secara sistematis dengan materi yang menarik serta menggunakan metode
dan evaluasi secara mandiri. Menurut Prastowo (2012) mengemukakan bahwa modul berfungsi (1)
sebagai bahan ajar mandiri bagi siswa; (2) sebagai pengganti fungsi guru apabila belajar sendiri; (3)
sebagai bahan rujukan bagi guru; (4) sebagai alat evaluasi mandiri bagi siswa. Modul tidak hanya
berbentuk cetak melainkan berbentuk elektronik yang sering disebut modul elektronik (E-Modul).
Menurut Dimhad (2014) mengemukakan bahwa E-Modul merupakan sarana pembelajaran
yang berisikan materi, metode, dan evaluasi yang dirancang secara efektif dan menarik bagi siswa.
E-Modul memanfaatkan teknologi dalam penggunaanya dan merupakan bagian electronic based
elearning yang pembelajarannya berbasis elektronik serta penggunaannya harus menggunakan
internet.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Model yang dijadikan acuan pada
penelitian pengembangan media pembelajaran ini yaitu model ADDIE meliputi tahapan Analyze,
Design, Development, Implementation, dan Evaluation. Pemilihan model ini didasari atas
pertimbangan bahwa model ini sangat mudah untuk dipahami, memiliki alur yang sistematis, dan
begitu jelas.

Sumber : (Ibrahim, 2011)


Gambar 1. Tahap-Tahap Pengembangan Model ADDIE

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu tes dan angket. Menurut Arifin
(2016) mengemukakan bahwa tes digunakan dalam penelitian pengembangan berupa tes objektif
berupa pilihan ganda. Tes digunakan dalam rangka kegiatan pengukuran yang mempunyai komponen
berupa pertanyaan dan serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Tes digunakan dalam
rangka kegiatan pengukuran yang mempunyai komponen berupa pertanyaan dan serangkaian tugas
yang harus dikerjakan oleh siswa. Tes dalam penelitian ini akan diberikan setelah siswa mengerjakan
E-Modul kemudian siswa mengerjakan soal evaluasi berupa soal pilihan ganda berjumlah 30 soal.
Menurut Sugiyono (2014) mengemukakan bahwa angket merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberikan pertannyaan secara tertulis kepada responden. Dalam
penelitian ini terdapat dua angket yang masing-masing diberikan kepada validator ahli, guru, dan
siswa. Angket yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan skala likert dengan kriteria (1)
sangat baik; (2) baik; (3) tidak baik; (4) sangat tidak baik, (Arikunto, 2018).

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif dan data
kuantitatif. Analisis data kualitatif digunakan untuk mengelola hasil kritik dan saran yang diberikan
oleh validator ahli dan dikelola dalam bentuk deskripsi, kritik, dan saran. Analisis data kuantitatif
digunakan untuk mengelola hasil dari pengisian angket oleh validator ahli, guru, dan siswa yang
berisikan pertanyaan tentang pengembangan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pengembangan E-Modul berbasis karakter nasionalis yang dikembangakan berdasarkan


model pengembangan ADDIE meliputi 5 tahap pengembangkan mencakup (1) Analisis, peneliti
melakukan analisis terhadap Kurikulum, KI, KD, dan Indikator; (2) Desain, peneliti menentukan KD,
Indikator, dan bagian-bagian E-Modul seperti cover, kata pengantar, petunjuk penggunaan, peta
konsep, daftar isi, lembar kegiatan, rangkuman, dan daftar pustaka; (3) Pengembangan, peneliti
mendesain E-Modul menggunakan Microsoft Word yang kemudian dijadikan bentuk gambar
kemudian dimasukkan dalam aplikasi Book Creator untuk menambahkan audio, video, dan link; (4)
Implementasi, peneliti melakukan implementasi kepada 10 siswa kelas 4 C dan 1 guru kelas secara
daring; (5) Evaluasi, peneliti melakukan revisi terhadap E-Modul yang dikembangkan dengan acuan
hasil penelitian dari beberapa praktisi yaitu guru dan siswa.

Menurut Prastowo (2012) mengemukakan bahwa fungsi modul sebagai bahan ajar mandiri
dan didesain secara menarik agar siswa tidak bosan dalam memperlajari modul. Pengembangan ini
ingin menghasilkan E-Modul yang menarik dan mudah digunakan untuk membantu proses
pembelajaran khususnya kelas V SD. Media pembelajaran yang menarik merupakan media yang
dapat membantu siswa untuk lebih aktif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran.

Desain pengembangan modul pembelajaran PPKn bermuatan nilai karakter toleransi dimulai
pada tahap analisis, desain dan pengembangan. Adapun tahapan Implementasi dan Evaluasi tidak
dilakukan pada penelitian pengembangan ini.
Pada tahapan pertama analisis (analyze)

Analisis kebutuhan dilakukan di kelas V SD bersama guru kelas dengan melaksanakan


wawancara menyatakan pada buku ajar khususnya pada muatan nilai karakter peduli sosial kurang
lengkap, masih sangat terbatas, sempit sedangkan cakupan materi yang ada sangat luas dan perlu
ditambahkan kembali materi dari sumber lain agar menunjang proses pembelajaran. Pembelajaran
yang dilakukan dengan penggunaan dan pengembangan media belum dilakukan dan belum
diterapkan, guru masih cenderung menggunakan metode penugasan dan masih berpedoman pada
buku siswa tanpa penggunaan media apapun. Hal ini mengakibatkan siswa kurang antusias dan
kurang bersemangat melakukan pembelajaran. Selain itu, minimnya sarana dan prasarana baik
berupa media gambar, media pembelajaran baik dari video pembelajaran maupun dari buku yang
dipakai oleh guru untuk menunjang proses pembelajaran daring. Minimnya media yang digunakan
menjadi acuan untuk perlunya dikembangkan modul pembelajaran PKn muatan nilai karakter peduli
sosial. Modul pembelajaran PKn muatan nilai karakter peduli sosial yang dikembangkan berpedoman
pada aspek praktis dan aspek efektif dalam penggunaannya. Analisis kurikulum dilakukan dengan
menganalisis dan menentukan terlebih dahulu kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator
pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, dan materi yang terdapat pada buku guru dan buku
siswa sebagai dasar dalam penyusunan media pembelajaran yang akan dikembangkan. Pembuatan
media pembelajaran ini berpedoman pada buku materi pada muatan nilai karakter toleransi kelas V
sekolah dasar. Pada hasil analisis tersebut akan dikembangkan dalam bentuk modul pembelajaran
PKn yang sesuai dengan kurikulum merdeka.

Tahap kedua yang dilakukan yaitu desain

Tahap perancangan, modul pembelajaran PKn muatan nilai karakter toleransi dilakukan
dengan mengacu pada tahap analisis yang sudah dilakukan sebelumnya. Pada tahapan ini dimulai
dari melakukan pemindahan informasi yang didapatkan pada tahap analisis ke dalam bentuk
dokumen yang akan menjadi dasar dan tujuan modul pembelajaran PKn muatan nilai karakter
toleransi. Tujuannya untuk memberikan gambaran dan alur modul pembelajaran yang akan
dikembangkan. Modul pembelajaran yang dikembangkan berisi tahapan alur yaitu sampul, judul dari
video pembelajaran, nama pembuat modul, kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi
modul pembelajaran, alur materi modul pembelajaran yang digunakan.

Tahap ketiga pengembangan (Development)

Tahap pengembangan dilakukan dengan merancang dan membuat modul pembelajaran PPKn
muatan nilai karakter toleransi. Selanjutnya, dilakukan penelitian terhadap produk tersebut oleh para
ahli dan praktisi untuk mengetahui validitas modul pembelajaran yang dikembangkan serta
memperoleh saran dan komentar, sehingga dapat dilakukan perbaikan terhadap media agar menjadi
media yang layak untuk digunakan dalam proses pembelajaran.

E-Modul harus mengikuti beberapa tahapan agar E-Modul bisa diterapkan pada siswa yang
meliputi:

1. Kelayakan E-Modul

Menurut (Arikunto, 2018) mengemukakan apabila produk yang dikembangkan mendapatkan


hasil 70,01 % maka produk “Layak” digunakan dan jika mendapatkan dibawah 70,01 % maka
produk tidak “Layak” digunakan. Berdasarkan data validasi yang telah dilakukan oleh guru kelas V
SD, keseluruhan dari hasil penilaian validasi 87,16 % dengan kriteria “Sangat Layak”.

2. Kepraktisan E-Modul

Menurut Ernawati (2017) mengemukakan apabila mendapatkan skor diatas kriteria “Baik”
atau sama dengan “Baik” maka dapat dikatakan produk yang dikembangkan “Praktis” dan apabila
skor menunjukkan dibawah kriteria “Baik” maka produk tidak “Praktis”. Kepraktisan E-Modul
diperoleh dari praktisi yaitu guru dan siswa. E-Modul dikatakan valid apabila di uji coba kepada
siswa sebagai praktisi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh guru kelas V SD sebagai
praktisi mendapatkan presentase 94,1 % sehingga mendapatkan kriteria “Sangat Baik” sedangkan
hasil penelitian dari siswa yang dilakukan setelah menggunakan E-Modul sebagai praktisi
mendapatkan presentase 87,1 % dengan kriteria “Sangat Baik” dari uji coba lapangan terbatas.

3. Keefektifan E-Modul

Keefektifan E-Modul didapatkan dari hasil tes siswa dengan mengerjakan soal evaluasi dan
melihat kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 75. Hasil tes siswa dalam mengerjakan soal
evaluasi dengan jumlah 30 soal yang ada dalam E-Modul mendapatkan rata-rata nilai 85, maka dapat
dikatakan E-Modul “Efektif” dalam penggunaanya. Nilai siswa dalam mengerjakan soal evaluasi
sudah melampaui KKM yang ditentukan yaitu 75, sehingga dapat disimpulkan bahwa E-Modul yang
digunakan “Efektif” dalam menunjang pembelajaran daring.

Tahap keempat yaitu implementasi (Implementation)

Tahap implementasi dilakukan dengan menerapkan media pembelajaran yang sudah


dirancang dan dikembangkan dalam suatu proses pembelajaran. Pada tahapan ini membuat catatan
tentang kekurangan dan kendala yang ditemui pada media pembelajaran yang dikembangkan.

Tahap evalusi

Tahap evalusi merupakan tahapan yang terakhir untuk mengavaluasi produk yang telah
dikembangkan. Pada tahapan evalusi ini juga tidak dilakukan karena keterbatasan waktu. Adapun
saran dan masukan yang diberikan oleh ahli media pembelajaran demi kesempurnaan media ini
yaitu; (1) pada cover tambahkan untuk kelas V SD, (2) tambahkan petunjuk penggunaan modul, (3)
beberapa teks dan latar yang tidak kontras (sama-sama gelap), 4) tambahkan nama dosen
pembimbing di akhir modul. kabur. Setelah menganalisis saran yang diberikan oleh ahli desain
pembelajaran, selanjutnya adalah merevisi produk sesui dengan saran yang telah diberikan.

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan maka modul pembelajaran PKn
bermuatan nilai karakter peduli sosial mendapatkan kualifikasi sangat layak, sehingga layak untuk
diterapkan dalam proses pembelajaran. Modul pembelajaran PKn bermuatan nilai karakter peduli
sosial ini wajib dikembangkan karena modul pembelajaran PKn bermuatan nilai karakter peduli
sosial ini dapat memfasilitasi siswa belajar secara mandiri dan menyenangkan sehingga siswa dapat
memahami materi pembelajaran dengan baik. Selain itu, adanya modul pembelajaran ini juga dapat
membantu guru dalam penyampaian materi pembelajaran kepada siswa khususnya pada nilai
karakter peduli sosial. Modul pembelajaran PKn bermuatan nilai karakter peduli social yang
dikembangkan berfokus pada siswa kelas V SD yang sesuai dengan kurikulum merdeka. Oleh karena
itu, modul pembelajaran PKn bermuatan nilai karakter peduli sosial dikembangkan agar bisa
memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa modul pembelajaran PKn bermuatan nilai karakter
peduli sosial ini mendapatkan kualifikasi sangat baik dan layak diterapkan disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu sebagai berikut.

Pertama, pengembangan modul pembelajaran PPKn bermuatan nilai karakter peduli sosial
sudah layak digunakan karena berdasarkan penilaian dari hasil uji media pembelajaran berada pada
kualifikasi sangat baik pada aspek materi. Materi yang disajikan dalam modul pembelajaran harus
sesuai dengan tujuan pembelajaran dan ketersediaan contoh untuk mendukung kejelasan materi.
Pembelajaran dengan menggunakan modul dapat membuka kesempatan bagi siswa untuk belajar
menurut kecepatan masing-masing, siswa tidak akan mencapai hasil yang sama dalam waktu yang
sama dan tidak mempelajari sesuatu yang sama pada waktu yang sama (Jannah et al., 2021; Laili et
al., 2019).

Pengajaran modul juga memberi kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut caranya
masing-masing. Modul nantinya mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik dan efektif dalam
mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Modul memiliki
karakteristik dan tujuan tertentu dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran (Amini &
Oktarisma, 2021; Gerhardt-Szép et al., 2017a; Lestari, 2021; Safitri et al., 2021). Karakteristik
modul, bentuk unit pengajaran terkecil dan lengkap, berisi rangkaian kegiatan belajar yang dirancang
secara sistematis, berisi tujuan yang merumuskan secara jelas dan khusus, memungkinkan siswa
belajar mandiri dan merupakan realisasi perbedaan individu serta perwujudan pengajaran individual.

Kedua, pada aspek desain, ukuran modul, desain cover, desain pesan teks, desain pesan
gambar dan sampul belakang disesuaikan dengan karakteristik siswa. Modul ini memiliki kejelasan
gambar, kesesuaian pemilihan warna, dan penggunaan contoh konkret sangat baik sehingga
memudahkan siswa dalam memahami materi yang disajikan. Dengan menggunakan gambar, siswa
akan lebih tertarik menggunakan modul pembelajaran(Groth et al., 2018; Kulagin et al., 2021;
Wibowo & Pratiwi, 2018).

Selain itu, dalam media dijelaskan melalui contoh gambar yang konkret memudahkan siswa
dalam memahami materi (Gunawan et al., 2017; Muskania et al., 2019; Taqiya et al., 2019). Media
pembelajaran dapat membantu siswa dalam jika mengalami kesulitan dalam memahami materi.
Tujuan pengajaran dengan menggunakan modul yaitu para siswa dapat mengikuti program
pengajaran sesuai dengan kecepatan dan kemampuan sendiri, lebih banyak belajar mandiri, dapat
mengetahui hasil belajar sendiri, dan menentukan penguasaan bahan pelajaran secara optimal.

Ketiga, pengembangan modul pembelajaran PKn bermuatan nilai karakter toleransi sudah
layak digunakan dari segi aspek bahasa. Bahasa yang digunakan sederhana dan mudah dipahami,
sehingga siswa dapat belajar dengan mandiri. Salah satu manfaat penggunaan media pembelajaran
dalam pembelajaran adalah memperjelas penyajian pesan sehingga proses pembelajaran lancar dan
hasil belajar meningkat. modul menuntut siswa berinteraksi secara aktif dengan materi pembelajaran,
tidak hanya pasif membaca materi saja (Desira et al., 2020; Maghfiroh & Hardini, 2021; Torlakson,
2014). Selain itu siswa diminta melakukan kegiatan pembelajaran dan mendapatkan tanggapan atas
apa yang mereka lakukan.

Artinya, modul mengharuskan siswa untuk secara aktif berinteraksi dengan materi belajar,
tidak hanya pasif membaca materi saja. Dengan menggunakan modul berarti siswa belajar sendiri
sesuai dengan kemampuannya. Selain siswa dapat menilai kemajuannya sendiri, sebab setiap langkah
kegiatan belajar dikontrol sendiri (Nakayama, M & Yamamoto., 2006; Nilawati et al., 2020; Tien &
Osman, 2012). Dengan demikian hasil belajarpun dapat selalu diketahui. Apabila hasil belajar
masing-masing telah diketahui, siswa akan belajar dengan lebih aktif. Modul adalah salah satu
bentuk bahan ajar bermuatan cetak yang dirancang untuk belajar secara mandiri oleh peserta
pembelajaran karena itu modul dilengkapi dengan petunjuk untuk belajar sendiri. Dalam hal ini
peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar sendiri tanpa kehadiran pengajar secara langsung
(Abidin & Walida, 2017; Bock et al., 2018; Hamzah & Mentari, 2017). Temuan ini diperkuat dengan
penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa modul pembelajaran efektif digunakan pada proses
pembelajaran (Apriyanti et al., 2018; Susilowati et al., 2018; Suwasono, 2013). Temuan lain juga
menyatakan bahwa modul pembelajaran dapat digunakan dalam mengembangkan nilai-nilai karakter
siswa (Amania et al., 2021; Pitaloka et al., 2021; Solihudin JH, 2018). Pengajaran modul juga
memberi kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut caranya masing-masing.

Modul nantinya mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik dan efektif dalam mencapai
kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya (Mukaromah, 2018; Ramadhan
et al., 2020). Modul pembelajaran yang dapat membantu siswa selama proses pembelajaran secara
terarah (GerhardtSzép et al., 2017b; Komikesari et al., 2020; Kulagina et al., 2021). Temuan lain juga
menyatakan dengan menggunakan modul, guru dapat mengorganisasi fasilitas, perlengkapan, alat
bantu pengajaran, waktu dan isi dalam rangka untuk mencapai tujuan belajar seefektif mungkin serta
menghubungkan tujuan dan prosedur kepada tujuan keseluruhan dari mata pelajaran yang diajarkan
(Bock et al., 2018; Firman et al., 2018; Ramli & Tajudin, 2021). Berdasarkan pembahasan dapat
dipahami bahwa modul pembelajaran PKn bermuatan nilai karakter peduli sosial mendapatkan
kualifikasi sangat baik, sehingga layak untuk diterapkan dalam proses pembelajaran kelas V di SD.
Temuan yang ada menunjukkan bahwa pengembangan modul memiliki kesesuaian dengan
karakteristik siswa, pencapaian KD dan indicator serta kebutuhan. Hal ini dapat dilihat dari hasil
validasi dari para ahli/pakar. Namun pengembangan modul ini memiliki keterbatasan yaitu modul
pembelajaran PKn bermuatan nilai karakter ini hanya mengembangkan pada satu KD dan indikator.
Selain itu, modul ini hanya dikembangkan sampai uji praktisi. Maka diharapkan penelitian
selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini pada tahap implementasi melalui tahap eksperimen.
Adanya modul ini dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran PKn khususnya dalam
mengembangakan nilai karakter peduli social.

Modul ini dapat memfasilitasi siswa dalam mengembangkan nilai karakter peduli sosial agar
lebih mudah dipahami siswa sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Implikasi
penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak bagi siswa dalam proses pembelajaran, sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar PKn

KESIMPULAN

Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa, Kelayakan E-Modul dapat
dilihat dari adanya tiga unsur kelayakan yaitu, validasi materi, validasi bahasa, dan validasi desain.
Validasi E-Modul yang dilakukan oleh ahli materi memiliki kriteria “Layak” dengan presentase
83,92 % (Layak), validasi E-Modul yang dilakukan oleh ahli bahasa memiliki presentase 94,44 %
(Sangat Layak), dan validasi E-Modul yang dilakukan oleh ahli desain memiliki presentase 83,75 %
(Layak). Maka dari validasi ahli materi, ahli bahasa, dan ahli desain dapat disimpulkan bahwa E-
Modul “Layak” digunakan sebagai bahan ajar penunjang selama pembelajaran daring. Kepraktisan
E-modul diperoleh dari penilaian praktisi guru dan siswa. Berdasarkan hasil penilaian yang
dilakukan oleh guru mendapatkan presentase 94,1 % (Sangat Baik). Penilaian yang dilakukan siswa
setelah proses implementasi yang dilakukan mendapatkan presentase 87,1 % (Sangat Baik) yang
didapatkan dari uji coba lapangan terbatas kepada 10 siswa dan 1 guru kelas V SD. Berdasarkan
presentase guru dan siswa diatas dapat disimpulkan bahwa E-Modul “Praktis” dalam
penggunaannya. Kefektifan dapat dilihat dari hasil siswa mengerjakan soal evaluasi pada E-Modul
dengan rata-rata nilai 85 (Efektif) dan sudah mencapai KKM. Dapat disimpulkan bahwa proses
pembelajaran menggunakan E-Modul “Efektif” digunakan sebagai penunjang pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2016). Evaluasi Pembelajaran(Prinsip, Teknik, dan Prosedur). Jakarta: Rosda


Karya. Arikunto, S. (2018). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Dianti, P. (2014). Integrasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Pendidikan


Kewarganegaraan Untuk Mengembangkan Karakter Siswa. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 23.
https://doi.org/10.19105/tjpi.v15i1.3092

Dimhad. (2014). Penggunaan e-modul interaktif melalui pembelajaran berbasis masalah


untuk meningkatkan pemahaman konsep system syaraf, kemampuan generic sians dan berpikir kritis

Febriani, F. D., & Widiastuti, A. (2017). Pengembangan Modul Ilmu Pengetahuan Sosial
Sebagai Sumber Belajar dengan Materi Kehidupan Pada Masa Praaksara di Indonesia Untuk Siswa
SMP Kelas VII. 104–113. https://ejournal.unikama.ac.id/index.php/JPPI/article/view/1896

Firman, Baedhowi, & Murtini, W. (2018). The Effectiveness of The Scientific Approach to
Improve Student Learning Outcomes. International Journal of Active Learning.
https://doi.org/https://doi.org/10.15294/ijal.v3i2.13003.

Santika, L. (2019). Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter Pada


Mata Pelajaran PKn Kelas IV SD/MI.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2017). MetodePenelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT Alfabet.


In Sugiyono.

Anda mungkin juga menyukai