PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha yang terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan tidak hanya membentuk peserta didik pandai, tetapi juga
membentuk keperibadian peserta didik yang berkarakter. Tujuan memebntuk
peserta didik yang berkarakter baik adalah agar peserta didik dapat berkembang
dengan karakter yang bermoral baik. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai
pendidikan budi pekerti yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan, sikap, dan
tindakan. Menurunya nilai etika dalam kehidupan peserta didik dan memudarnya
kesadaran terhadap nilai dikhawatirkan akan mengancam lemahnya moral peserta
didik. Contoh sederhana yang terjadi dalam lingkungan Sekolah Menengah
Pertama menurunnya nilai etika peserta didik adalah membuang sampah
sembarangan, lalai mengerjakan tugas yang berarti rasa tanggung jawab peserta
didik yang kurang, datang ke sekolah tidak tepat waktu menunjukkan
ketidakdisiplinan peserta didik, dan tidak mengikuti upacara dengan hikmat adalah
contoh kurangnya rasa nasionalisme.
Dalam hal ini, sekolah mempunyai peran untuk mengintegraskan nilai pada
peserta didik. Walaupun sekolah bukanlah satu-satunya lembaga yang harus
bertanggung jawab terhadap pembentukan nilai. Guru dan lembaga sekolah yang
dipersalahkan dan dipermasalahkan setiap kali terjadi kasus yang menimpa peserta
didik. Mulai dari penilaian ketidakseriusan guru dalam mendidik dan krisis
1
keteladanan guru, mempersoalkan kurikulum, sampai kepada mempermasalahkan
perlu tidaknya pendidikan nilai dihidupkan kembali. Pendidikan yang berlangsung
saat ini biasanya dinilai terlalu menonjolkan sisi kognitif tetapi kurang dalam hal
penanaman moral. Untuk mempertahankan peran sekolah dan negaara maka perlu
melakukan pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat
Pancasila dan Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pendidikan yang baik harus melibatkan pengetahuan yang baik (moral knowing),
perasaan yang baik atau loving good (moral feeling) dan perilaku yang baik (moral
action) sehingga terbentuk perwujudan kesatuan perilaku dan sikap hidup peserta
didik .
Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan pembinaan watak sebagai
tujuan (output) penyelenggaraan pendidikan tentu akan berkaitan dengan
seperangkat acuan nilai dan norma yang berkembang dan dijadikan pegangan oleh
masyarakat. Nilai sebagai sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dan
norma yang berfungsi mengatur hak dan kewajiban secara benar dan
bertanggungjawab tentu harus menjadi panduan bagi pembinaan peserta didik.
Muara dari usaha tersebut ditegaskan dengan kalimat bahwa tujuan pendidikan
nasional untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki untuk menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Guru sebagai pengembang kurikulum bertugas mampu menciptakan
aktivitas pembelajaran yang berorietansi pada penanaman dan pembinaan
kepribadian, watak dan berkarakter yang diwujudkan dalam kegiatan proses
pembelajaran. Dalam hal ini diperlukan perencanaan pembelajaran yang tersusun
dalam sebuah RPP yang mengembangkan pendidikan nilai. Nilai (value) sebagai
norma-norma yang dianggap baik oleh setiap individu. nilai-nilai Pancasila yang
memiliki makna yang begitu penting bagi pembentukan kepribadian dan karakter
siswa sebagai warga Negara yang baik selalu diajarkan oleh guru khususnya guru
mata pelajaran PPKn dalam proses pembelajarannya, apakah guru juga
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam perangkat pembelajaran, serta
2
bagaimanakah siswa dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila setelah
mendapatkan materi PPKn yang telah diajarkan oleh guru disekolah. RPP menurut
Sistem Pendidikan Nasional Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar,
perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran Panduan Teknis
Penyusunan RPP disebutkan bahwa RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran
tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan secara rinci dari
suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus untuk
mengarahkan kegiatan pembelajaran siswa dalam upaya mencapai Kompetensi
Dasar (KD) (Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses
pendidikan dasar dan menengah). Berdasarkan latar belakang uraian tersebut maka
bagaimana pengembangan RPP di Sekolah Menengah Pertama yang berdasarkan
integrasi pendidikan nilai.
B. Rumusan Masalah:
1. Bagaimana prinsip pengembangan RPP?
2. Bagaimana pengembangan RPP PPKn di SMP dalam mengintegrasikan
pendidikan nilai-nilai Pancasila?
C. Tujuan :
1. Mengetahui prinsip pengembangan RPP.
2. Mengetahui pengembangan RPP PPKn di SMP dalam mengintegrasikan
pendidikan nilai-nilai Pancasila.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Pengembangan RPP PPKn SMP dalam Mengimplementasikan Nilai Pancasila
A. Pengertian RPP
Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah disusun diperlukan
peranan guru untuk mencapai tujuan tersebut. Keberhasilan pendidikan terletak
pada kemampuan guru mengajar di dalam kelas. Keberhasilan suatu
pembelajaran di kelas ditentukan oleh kompetensi guru yang terdiri dari:
kompetensi professional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian dan
kompetensi sosial. Perencanaan pembelajaran merupakan bagian integral dari
komponen pembelajaran. Kegiatan perencanaan tidak boleh terlepas dari
kegiatan-kegiatan yang lain dalam pembelajaran. Oleh karena itu, perencanaan
pembelajaran juga harus berkaitandengan kepentingan komponen yang terkait
dengan kepentingan komponen yang terkait dengan proses pembelajaran
(Wahyuni dan Ibrahim, 2012: 13).
4
pengajaran dalam proses belajar mengajar, yaitu: sebagai petunjuk arah kegiatan
dalam mencapai tujuan, sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan
wewenang, sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun
murid, sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat
diketahui ketepatan dan kelambatan kerja, untuk bahan penyusunan data agar
terjadi keseimbangan kerja, dan untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan
biaya. Dari menfaat perencanaan pembelajaran maka melalui perencanaan
pembelajaran yang baik, guru akan lebih mudah dalam melaksanakan
pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam melaksanakan
pembelajaran. Pendapat tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Retnantiti (2009) bahwa RPP disusun untuk menyusun dan mengimplementasikan
nilai yang akan dikembangkan. Untuk itu sangatlah perlu kompetensi guru dalam
proses penyusunan rencana pembelajaran. Guru yang profesional secara
akademis merupakan guru yang memiliki keahlian atau kecakapan akademis
dalam bidang ilmu tertentu, cakap mempersiapkan penyajian materi (pembuatan
silabus, program tahunan, program semester) yang akan menjadi acuan
penyajian, cakap melaksanakan penyajian materi, melaksanakan evaluasi atas
pelaksanaan yang dilakukan, kecakapan sosial, spiritual,sehingga bisa
membawa murid kearah perkembangan yang benar, dan mampu memperlakukan
siswa secara adil dan secara manusiawi. Sagala (2013:181) mengatakan salah
satu tugas profesional guru adalah menyusun sendiri perangkat pembelajaran,
yaitu silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
5
pengalaman belajar, alokasi waktu, sumber, langkah-langkah pembelajaran, dan
rencana penilaian telah dirumuskan dengan baik dan digambarkan dengan jelas
(Wahyuni dan Ibrahim, 2012: 11-12)
6
2.Prinsip Pengembangan RPP
Pengembangan RPP dapat dilakukan pada setiap awal semester atau awal
tahun pelajaran dengan maksud agar RPP telah tersedia terlebih dahulu sebelum
pembelajaran dimulai. Pengembangan RPP dapat dilakukan oleh guru secara
individu maupun berkelompok dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
di suatu kawasan dengan di bawah koordinasi dan supervisi oleh pengawas atau
dinas pendidikan. Kerangka acuan pengembangan RPP adalah sebagai berikut:
a. RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik
dalam upaya mencapai KD.
b. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap
dan sistematis.
c. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan atau lebih.
d. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan
dengan penjadwalan di satuan pendidikan.
7
memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI dan KD, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belalajar dalam satu
keutuhan pengalaman belajar. Kesembilan, RPP disusun dengan
mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara
terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
8
3. Integrasi Pendidikan Nilai-Nilai Pancasila dalam RPP PPKn
Langkah yang dilakukan oleh guru mata pelajaran PPKn dalam
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam RPP yaitu:
a. Melakukan analisis SK/KD untuk mengidentifikasi nilai-nilai Pancasila yang
sesuai.
b. Mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam setiap komponen yang ada
dalam perangkat pembelajaran.
c. Merelevankan antara nilai-nilai Pancasila dengan kegiatan belajar, materi
pokok, indikator, penilaian dan sumber belajar.
d. Mengembangkan sumber belajar mengenai pengetahuan umum yang
berhubungan dengan materi pembelajaran PKn yang mencerminkan nilai-nilai
Pancasila.
Implementasi Pembelajaran Nilai-nilai Pancasila dalam Silabus dan RPP
PPKn PProsedur pengintegrasian nilai-nilai Pancasila ke dalam silabus PPKn di
SMP merupakan salah satu langkah yang dilakukan oleh guru PPKn dalam
menyusun silabus yang memuat nilai-nilai Pancasila. Pengintegrasian nilai
Pancasila ke dalam silabus PPKn juga memperhatikan sumber belajar, metode,
RPP, silabus. Pengintegrasian nilai-nilai Pancasila pada penyusunan RPP juga
harus mencantumkan metode, media dan sumber belajar yang mencerminkan nilai
Pancasila. Sumber belajar adalah rujukan objek dan/atau bahan yang digunakan
untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, nara sumber,
serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar
didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi
(Supinah, 2008: 11). Pemilihan sumber belajar dan media pembelajaran telah sesuai
dengan aspek kesesuaian indikator, mudah diterapkan, dan memberikan
kesempatan untuk berpartisipasi aktif. Metode digunakan untuk menunjukkan
serangkaian kegiatan guru yang terarah yang menyebabkan siswa belajar, metode
dapat pula diartikan sebagai cara atau prosedur yang keberhasilannya adalah dalam
belajar, atau sebagai alat yang menjadikan mengajar efektif (Wahab,2008: 36).
Metode merupakan salah satu aspek pokok dalam pendidikan dan merupakan
9
masalah sentral dalam pengajaran. Dalam memilih metode tidak hanya mengetahui
materi yang akan diberikan pada siswa, tetapi juga tujuan pembelajaran. Disamping
itu harus mengetahui karakter siswa sehingga metode mampu memberikan
kemudahan belajar pada siswa. Nilai Pancasila yang dimasud adalah kelima sila
dalam Pancasila, yaitu Ketuhanan yang Maha Esa. Kemanusiaan yang adil dan
beradab. Persatuan indonesia. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dan permusyawaratan perwakilan. Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Dari nilai-nilai yang terkandung didalam Ketuhanan yang maha esa dapat
disebutkan bahwa sila ini merupakan dasar kerokhanian, dasar moral bangsa
Indonesia dalam pelaksaan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat (Kaelan,
2002: 150). Sila kedua merupakan wujud penegakan Hak Asasi Manusia juga
merupakan da sein dari sila kemanusiaan yang adil dan beradab. Sila ketiga sebagai
proses national building yang merupakan agenda penting yang harus terus
ditumbuhkan dan dibina. Pada sila ke empat Pancasila, nilai-nilai demokrasi yang
ada dalam sila ke empat adalah demokrasi yang tidak hanya mendasarkan kepada
kebebasan individu. Demokrasi didalam sila ke empat adalah demokrasi demokrasi
yang mendasarkan pada moral ketuhanan, kemanusiaan dan nilai persatuan.
Sedangkan, nilai yang terkandung dalam sila kelima adalah mewujudkan
kesejahteraan masyarakat Indonesia. Sikap positif terhadap nilai Pancasila dan nilai
kemanusiaan menjadi kebiasaan hidup keseharian. Sikap ini efektif dikembangkan
dalam kegiatan intra dan ekstra kurikuler serta atmosfir satuan pendidikan
(Manullang, 2013: 1-14).
Selain implementasi nilai yang ada dalam Pancasila pada RPP, juga
implementasi pendidikan nilai dapat berpedoman pada Penguatan Pendidikan
Karakter berdasarkan Peraturan Presiden No 87 Tahun 2017. Menurut Philip
(Komalasari dan Sarifudin, 2013: 2) karakter berkaitan dengan moral, karakter
berkaitan denhan kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem yang
mnedasari sikap, pemikiran, dan perilaku yang ditampilkan. Karakter mengalami
pertumbuhan yang membuat suatu nilai menjadi budi pekerti, sebuah watak batin
yang dapat diandalkan dan dapat digunakan untuk merespon berbagai situasi
10
dengan cara yang bermoral. Pendidikan karakter adalah usaha menanamkan
kebiasaan-kebiasaan yang baik (habituation) sehingga peserta didik mampu
bersikap dan bertindak berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya
bukan hanya sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah
(Rachmah, 2013: 7-14). Lima karakter utama yang dikembangkan pada siswa, yaitu
religius, nasionalis, gotong royong, mandiri, dan integritas merupakan karakter
yang dikembangkan dalam amanat Peraturan Presiden No 87 Tahun 2017.
Setiap komponen yang terdapat dalam silabus tersebut secara ekplisit
memuat pembelajaran nilai-nilai Pancasila yang menyeluruh. Pengintegrasian
pembelajaran nilai-nilai Pancasila dalam silabus tidak nampak seperti pendidikan
karakter yang ditambahkan. Dalam penelitian yang dilakukan bahwa proses
integrasi pengembangan RPP PPKn yang berdasarkan proses pelaksanaan
pembelajaran PPKn yang memuat nilai-nilai Pancasila terdiri dari beberapa
indikator yaitu interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa, realisasi
penugasan serta pengelolaan kelas. Interaksi guru dengan siswa terjadi ketika guru
mengucapkan salam kepada siswa dan berdoa sebelum memulai kegiatan
pembelajaran. Kegiatan pendahuluan dimulai dengan apersepsi yang kemudian
dilanjutkan guru dengan menuliskan indikator dan tujuan pembelajaran agar siswa
mengetahui apa saja yang harus mereka kuasai. Kegiatan inti pada tahap eksplorasi
diisi dengan penyampaian materi pokok oleh guru yang memuat nilai-nilai
Pancasila yang diintegrasikan pada sub materi beserta contoh dalam kehidupan
sehari-hari. Tidak hanya dalam pemberian materi siswa ditanamkan nilai-nilai
Pancasila , namun juga lebih ditekankan pada sikap siswa ketika mengikuti
pembelajaran PPKn di kelas sehingga tidak hanya secara kognitif, afektif dan
psikomotor. Dalam tahap elaborasi siswa diberikan tugas diskusi kelompok untuk
memahami materi PPKn yang memuat nilai-nilai Pancasila
Pada tahap konfirmasi siswa diberi kesempatan untuk bertanya dan
menyampaikan pendapatnya yang bertujuan agar siswa dapat belajar menghormati
hak dan pendapat orang lain. Kegiatan penutup diakhiri dengan pemberian
kesimpulan oleh guru dan siswa serta pemberian tugas di rumah. Dalam setiap
11
materi mata pelajaran PPKn secara tidak langsung mengimplementasikan nilai-nilai
Pancasila yang terdapat dalam lima sila Pancasila secara keseluruhan.
12
BAB III
SIMPULAN
Pengembangan RPP PPKn di Sekolah Menengah Pertama berbasis
pendidikan nilai Pancasila dan mengacu pada penguatan pendidikan karakter
dikembangkan pada kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran meliputi
pembukaan, kegiatan inti, dan penutup. Kegiatan pendahuluan mencakup aspek
menyampaikan tujuan pembelajaran, Pada kegiatan inti, langkah-langkah
pembelajaran telah mencakup aspek memberi kesempatan siswa aktif dan
memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif, tetapi para guru belum menjabarkan
tahapan-tahapan pencapaian indikator/KD secara tepat. Pada kegiatan penutup,
guru mengarahkan membuat penguatan, memeriksa hasil belajar, dan belum
memberikan arahan tindak lanjut pembelajaran. Sebagian besar guru mengisi
kegiatan penutup dengan berdoa dan refleksi. Komponen RPP Implementasi nilai
dapat diterapkan pada setiap kegiatan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran.
Pengintegrasian nilai Pancasila ke dalam silabus PPKn juga memperhatikan sumber
belajar, metode, RPP, silabus.Pelaksanaan pembelajaran secara student center dan
guru sebagai fasilitator.
13
Daftar Pustaka:
14