Di susun oleh :
Prodi : PAK
SEMESTER : VI
BAB 1
Akhir dari proses pendidikan adalah kemampuan untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan
dirinya untuk masyarakat, bangsa, dan negara. Untuk mencapai kesemuanya itu harus ada
standar dalam sebuah pendidikan.
Standar Proses Pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi. (PP. No.
19 tahun 2005 Bab I pasal 1 ayat 6). Standar proses pendidikan yang dimaksud, berlaku untuk
setiap lembaga pendidikan formal pada jenjang pendidikan tertentu, dalam lingkup secara
nasional.
Fungsi-fungsi Standar proses Pendidikan, antara lain: sebagai alat dalam pencapaian tujuan
pendidikan (kompetensi kelulusan), bagi guru, sebagai pedoman dalam membuat perencanaan
program pembelajaran, bagi kepala sekolah sebagai barometer keberhasilan program pendidikan
yang ada disekolah, serta sumber utama dalam merumuskan kebijakan. Bagi para pengawas,
sebagai patokan, ukuran, pedoman dalam penilaian. Bagi komite sekolah, sebagai pertimbangan
dalam penyusunan program dan pemberian bantuan, pemberian saran.
B. Perbandingan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang
standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah Pasal 1 menjelaskan bahwa Standar
proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan
proses pembelajaran.
C. Kesimpulan
Dalam kegiatan belajar mengajar tentu dibutuhkan standar kegiatan pembelajaran, terutama bagi
pendidikan dasar dan menengah. Standar-standar tersebut digunakan sebagai penentu
pelaksanaan pembelajaran.
Penetapan standar proses pendidikan merupakan kebijakan yang sangat penting dan strategis
untuk pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan. Melalui standar proses pendidikan setiap
guru dan/atau pengelola sekolah dapat menentukan bagaimana seharusnya proses pembelajaran
berlangsung.
BAB 2
Penetapan standar proses pendidikan merupakan kebijakan yang sangat penting dan strategis
untuk pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan. Melalui standar proses pendidikan setiap
guru dan atau pengelola sekolah dapat menentukan bagaimana seharusnya proses pembelajaran
berlangsung.
Tujuan pendidikan itu sendiri bahwa pendidikan bukan hanya sekedar penyampai informasi,
lebih jauh, seorang guru mampu mengubah prilaku siswa yang sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Sehingga guru, di tuntut untuk memiliki suatu keahlian tertentu dan dibedakan
berdasarkan latar belakang pendidikannya. Sebagai suatu profesi, terdapat sejumlah kompetensi
yang dimiliki oleh seorang guru, yaitu meliputi kompetensi pribadi, kompetensi profesional, dan
kompetensi sosial kemasyarakatan.
B. Perbandingan
Sebagai pendidik, guru harus professional sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang Sitem
Pendidikan Nasional bab IX pasal 39 ayat 2: “Pendidik merupakan tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabidaian kepada
mayarakat, terutama bagi pendidikan pada pergurua tinggi”.
Ada beberapa kompetensi yang harus di miliki oleh seorang guru dalam mendidik, yaitu sesuai
dengan UU pasal 8 No. 14 th 2005 tentang pendidikan nasional bahwa seorang pendidik / guru
harus memiliki kompetensi sosial, kepribadian, profesional dan pedagogik guna meningkatkan
kualitas dan martabat pendidikan nasional
Ahmad Tafsir (1992: 74) menjelaskan, secara khusus, guru adalah orang yang bertanggungjawab
terhadap perkembangan murid dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi murid, baik
potensi afektif, kognitif, dan psikomotorik.
Menurut Majid (2005:236) ada beberapa hal yang dapat dilakukan guru, antara lain
melaksanakan pengajaran perbaikan, pengajaran pengayaan, program akselerasi, pembinaan
sikap dan kebiasaan belajar yang baik, dan peningkatan motivasi belajar. Sedangkan Usman
(1994:38) menjelaskan dalam melatih keterampilan proses sekaligus dikembangkan sikap-sikap
yang dikehendaki seperti kreatif, kerjasama, bertanggung jawab, dan sikap berdisiplin sesuai
dengan penekanan bidang studi yang bersangkutan.
C. Kesimpulan
Kompetensi tersebut adalah kompetensi pribadi, profesi, dan sosial. Jika salah satu kompetensi
tidak dikuasai, maka bisa berakibat nilai dan tujuan pendidikan tidak bisa dicapai. Hal ini tentu
sangat berpengaruh, karena sosok seorang guru mempunyai peran yang sangat besar dalam
mensukseskan tujuan, visi, dan misi pendidikan.
BAB 3
Ada tiga hal dalam sistem, pertama, sistem selalu memiliki tujuan, kedua, sistem selalu
mengandung proses, ketiga, sistem selalu melibatkan komponen-komponen yang ada. Sehingga
sistem bermanfaat dalam merancang dan merencanakan suatu proses pembelajaran. Perencanaan
adalah proses dan cara berfikir yang dapat membantu dalam mencapai hasil yang diharapkan,
misalnya; mampu melihat proses pendidikan.
Faktor yang berpengaruh dalam sistem pembelajaran, antara lain; guru, siswa, saran dan
prasarana, serta faktor lingkungan. Komponen sistem pembelajaran terdiri dari Input-Proses-
Output, dimana proses memuat bebarapa hal, diantaranya meliputi tujuan, isi/materi/ metode,
media, dan evaluasi.
B. Perbandingan
Menurut Oemar Hamalik (2001: 77) pembelajaran sebagai suatu sistem artinya suatu
keseluruhan dari komponen-komponen yang berinteraksi dan berinterelasi antara satu sama lain
dan dengan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Pembelajaran sebagai suatu sistem yang komponen-komponennya terdiri dari: (1) Siswa, (2)
Guru, (3) Tujuan, (4) Materi, (5) Metode, (6) Sarana/Alat, (7) Evaluasi, dan (8)
Lingkungan/konteks. Masing-masing komponen itu sebagai bagian yang berdiri sendiri, namun
dalam berproses di kesatuan sistem mereka saling bergantung dan bersama-sama untuk mencapai
tujuan.
C. Kesimpulan
Sistem Pembelajaran adalah suatu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berkaitan
untuk mencapai suatu hasil kegiatan pembelajaran yang diharapkan. Dalam pendekatan sistem,
pembelajaran merupakan suatu kesatuan dari komponen-komponen pembelajaran yang tidak
dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain, karena satu sama lain saling mendukung.
BAB 4
Tujuan merupakan pengikat segala aktivitas guru dan siswa sedangkan mengajar merupakan
proses dalam mencapai tujuan tersebut. Sehingga ukuran atau barometer keberhasilan diukur
oleh aktivitas siswa, dengan kemampuannya dalam memahami pelajaran. Tujuan juga berguna
sebagai pedoman dan panduan kegiatan belajar siswa, membantu dalam mendsain pembelajaran,
serta sebagai kontrol terhadap batasan-batasan dan kualitas pembelajaran.
Terdapat empat macam tingkatan tujuan; tujuan pendidikan nasional (setiap lembaga yang pada
akhir dari prosesnya dapat membentuk manusia seperti yang dirumuskan), tujuan institusional,
tujuan kulikuler, dan tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran (TP). Kompetensi sebagai
tujuan, didalamnya terdapat beberapa aspek; pengetahuan, pemahaman, kemahiran, nilai, sikap,
minat. Klasifikasi kompetensi meliputi: kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi, Kompetensi
dasar.
B. Perbandingan
Tujuan belajar menurut Sukandi (1983: 18) adalah mengadakan perubahan tingkah laku dan
perbuatan. Perubahan itu dapat dinyatakan sebagai suatu kecakapan keterampilan, kebiasaan,
sikap, pengertian, sebagai pengetahuan atau penerimaan dan penghargaan.
Menurut Abdul Majid (2012: 42) Standar kompetensi merupakan kerangka yang menjelaskan
dasar pengembangan program pembelajaran yang terstruktur.
Menurut Abul Fatah Djalal, tujuan pendidikan Islam secara umum ialah untuk menjadikan
manusia yang menghambakan dirinya hanya kepada Allah SWT semata. Islam menghendaki
agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah
digariskan oleh Allah.
C. Kesimpulan
Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan
tugas belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru,
yang diharapkan tercapai oleh siswa. Tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah
laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar.
Tujuan utama dalam pendidikan Islam adalah membentuk pribadi muslim yang sadar akan tujuan
asal mula penciptaannya, yaitu sebagai abid (hamba). Sehingga dalam melaksanakan proses
pendidikan, baik dari sisi pendidik atau anak didik, harus didasari sebagai pengabdian kepada
Allah SWT semata, selain itu dalam setiap gerak langkahnya selalu bertujuan memperoleh ridho
dari Yang Maha Kuasa.
Standar Kompetensi mata pelajaran adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
harus dikuasai setelah siswa mempelajari mata pelajaran tertentupada jenjang pendidikan tertentu
pula.
BAB 5
Apabila dilihat dari tujuan pembelajaran, bahwa pembelajaran tidak hanya sebatas, penguasaan,
penyampaian materi saja, melainkan mampu mengubah perilaku siswa, serta mengajar
bagaimana belajar (proses berpikir). Sehingga dianggap penting untuk mengubah paradigma
khalayak terhadap mengajar, sebab, pertama siswa bukan orang dewasa dalam bentuk mini,
tetapi organisme yang sedang berkembang.
Sesuai dengan konsep teori behavioristic yaitu belajar pada hakikatnya adalah pembentukan
asosiasi antara kesan yang ditangkap oleh panca indera dengan kecenderungan untuk bertindak.
Sedangkan menurut teori kognitif, belajar adalah proses mengembangkan insight yaitu
pemahaman terhadap hubungan antar bagian didalam suatu situasi permasalahan.
B. Pendapat
Menurut Syah (2006:63) belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini berarti
bahwa berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bergantung bagaimana
cara dan proses belajar peserta didiknya, baik ketika berada di sekolah maupun tatkala berada
dirumah.
Belajar menurut Abdul Rahman Shaleh (2009: 209) merupakan proses yang secara umum
menetap, ada kemampuan bereaksi, adanya suatu yang diperkuat dan dilakukan dalam bentuk
praktik atau latihan.
Menurut M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah (2002: 397), manusia merupakan objek dan
subjek dari pendidikan, hal ini dapat dipahamai didalam surat al-Alaq ayat 1 sampai dengan 5.
“Pengulangan iqra’ (dalam surat itu) dimaksudkan agar Nabi lebih banyak membaca, menelaah,
memperhatikan alam raya serta membaca kitab yang tertulis dan tidak tertulis dalam rangka
mempersiapkan diri untuk terjun ke masyarakat".
C. Kesimpulan
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan oleh peserta didik agar dapat merubah pola
tingkah laku yang baru, sering kali didefinisikan sebagai perubahan yang secara relatif
berlansung lama pada masa berikutnya yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman.
Belajar adalah suatu kegiatan yang fundamental dalam diri organisme dalam setiap
penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan yang diperoleh melalui proses adaptasi prilaku
dan tingkah laku individu berlangsung secara progresif yang diperolehnya melalui lingkungan di
sekitarnya sehingga peserta didik dapat mengambil setiap makna dan pemahamannya dari setiap
kegiatan yang ia amati maupun yang ia lakukan.
BAB 6
Untuk mencapai suatu perencanaan dibutuhkan strategi agar perencanaan itu dapat berjalan
sesuai dengan tujuan, sedangkan metode adalah cara yang digunakan dalam melaksanakan
strategi, sedangkan pendekatan adalah sudut pandang kita terhadap sesuatu itu. Kemudian teknik
dan taktik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan metode. Menurut
Rowntree (1974), mengelompokkan strategi dalam strategi penyampaian- penemuan (exposition
– discovery learning), strategi pembelajaran kelompok dan individual. Hal yang menjadi
pertimbangan dalam menetukan strategi yakni tujuan yang akan dicapai, siswa, bahan pelajaran,
dan faktor lainnya.
Prinsip dalam pelaksanaannya, meliputi antara lain : berorientasi pada tujuan, aktivitas,
individualitas, Integritas. Pada PP No.19 tahun 2005, prinsip khusunya antara lain : interaktif,
Menyenangkan, Menantang, Motivasi. Lebih penting, seperti yang tersirat dalam pengertian
pendidikan, hendaknya pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa.
B. Pendapat
Menurut B.S. Sidjabat (1993: 277) strategi dalam pembelajaran mengandung arti bagaimana
guru merencanakan kegiatan mengajar (a plan for teaching) sebelum ia melaksanakan tugasnya
bersama dengan anak didik.
Menurut Oemar Hamalik (2001: 201) defenisi strategi pengajaran, adalah: “keseluruhan metode
dan prosedur yang menitikberatkan pada kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar untuk
mencapai tujuan tertentu.”.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 5) mengartikan strategi dalam belajar mengajar,
sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar
yang mencapai tujuan yang telah digariskan".
Menurut Muhaimin (2009: 3), ayat ini menyiratkan makna sebelum seseorang melakukan nadr,
sebenarnya sudah berusaha melakukan perbuatan-perbuatan baik dan menghindari perubatan-
perbuatan negatif. Namun, ia masih disuruh untuk melakaukan nadr; melakukan penilaian secara
cermat dan akurat terhadap proses hasil kerja sebelumnya, atau bahkan melakukan perubahan
cara pandang dan kerangka pikir karena tantangan-tantangan yang bakal dihadapinya jauh lebih
berbeda daripada priode sebelumnya. Dengan demikian, ia diharapkan dapat melakukan
perbaikan-perbaikan terhadap sisi-sisi yang dianggap kurang baik untuk melangkah ke arah yang
lebih baik.
C. Kesimpulan
Dari uraian pengertian strategi pengajaran yang dirumuskan oleh para ahli pendidikan, penulis
merangkum pengertian strategi pengajaran yakni: “Perencanaan pemilihan cara-cara yang akan
digunakan oleh pengajar dalam kegiatan pembelajaran dimana dalam proses pembelajaran
menitikberatkan pada kegiatan siswa. Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan
situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Ruh dari ayat diatas dapat memaknai pentingnya strategi dalam aktivitas pendidikan. Hal itu
dikarenakan pendidikan bagi umat manusia merupakan sistem dan cara untuk meningkatkan
kualitas hidup dalam segala bidang. Hampir tidak ada kelompok manusia yang tidak
menggunakan pendidikan sebagai pembudayaan dan peningkatan kualitasnya, sekalipun dalam
kelompok masyarakat primitif. Hanya sistem dan metodenya yang berbeda-beda, seusai dengan
taraf hidup dan budaya masyarakat masing-masing. Di sinilah strategi pengembangan pendidikan
ditemukan urgensinya.
Strategi adalah jantung dari tiap keputusan yang diambil kini dan menyangkut masa depan. Tiap
strategi selalu dikaitkan dengan upaya mencapai sesuatu tujuan di masa depan, yang dekat
maupun yang jauh. Tanpa tujuan yang ingin diraih, tidak perlu disusun strategi. Selanjutnya,
suatu strategi hanya dapat disusun jika terdapat minimal dua pilihan. Tanpa itu, orang cukup
menempuh satu-satunya alternatif yang ada dan dapat digali.
BAB 7
Metode yang biasa digunakan dalam mengimplementasikan strategi pembelajaran, antara lain :
4. Simulasi.
Cara penyajian pembalajaran dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang
konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. (Sosiodrama, Psikodrama, Role playing).
Menurut Gerlach dan Ely, bahwa media adalah meliputi manusia, bahan, peralatan, serta
kegiatan yang memungkinkan siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan kterampilan serta
sikap. Macam macam media: Media Auditif, media Visual, media Audivisual. Media Sama
memiliki prinsip yang sama prinsip menentukan strategi digunakan. Sumber belajar (Manusia,
alat, bahan pengajaran.aktivitas, lingkungan).
B. Pendapat
Menurut Yatim (2009: 268) Metode dalam pembelajaran adalah prosedur untuk membantu siswa
dalam menerima dan memperoleh informasi guna mencapai tujuan pembelajaran. Titik awal
upaya diletakkan pada perbaikan proses pembelajaran atau pada variabel metode pembelajaran.
Media dalam pembelajaran diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau elektronis untuk
menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal (Jennah Rodhatul,
2009).
C. Kesimpulan
Metode dalam pembelajaran adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan
memperoleh informasi guna mencapai tujuan pembelajaran. Titik awal upaya diletakkan pada
perbaikan proses pembelajaran atau pada variabel metode pembelajaran.
Media dalam pembelajaran diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau elektronis untuk
menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
BAB 8
STRATEGI PEMBELAJARAN EKSPOSITORI (SPE)
Strategi ini menekankan pada proses bertutur (Direct Intruktion), yang di pengaruhi aliran belajar
behavioristik (stimulus dan respon). Jadi, SPE adalah strategi pembelajaran yang menekankan
pada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa
dengan maksud agar siswa dapat menguasai pelajaran secra maksimal. Bahan pelajaran
dirancang sudah jadi oleh guru. Dengan prinsipnya, antara lain : Berorientasi pada tujuan,
komunikasi, kesiapan, berkelanjutan. Prosedurnya, : merumuskan tujuan yang akan dicapai, guru
mengusai pelajaran dengan baik, kenalin medan.
Keuntungan dari strategi ini, pelajaran dapat dikontrol secara urutan dan keluasan.
Kelemahannya, siswa yang memiliki kelamahan dengan pendengaran kemungkinan akan kurang
mendapat pemahaman.
B. Pendapat
Roy Killen dalam Sunardi (1990: 86) menamakan strategi ekspositori ini dengan istilah
strategi pembelajaran langsung (direct insruction). Dalam sistem ini, guru menyajikan bahan
dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapih, sistematik dan lengkap sehingga siswa
tinggal menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib. Siswa juga dituntut untuk
menguasai bahan yang telah disampaikan tersebut.
C. Kesimpulan
Dari beberapa defenisi yang dikemukakan para ahli diatas, penyusun menyimpulkan bahwa
strategi pembelajaran ekspositori adalah; ”strategi pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyampaian materi secara verbal dari seseorang guru kepada sekelompok siswa dengan
maksud agar siswa dapat menguasai materi pembelajaran secara optimal”.
Dalam konteks pembelajaran, ekspositorii merupakan strategi yang dilakukan guru untuk
mengatakan atau menjelaskan fakta-fakta, gagasan-gagasan dan informasi-informasi penting
lainnya kepada para pembelajar. Metode ekspositori adalah metode pembelajaran yang
digunakan dengan memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep materi
pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah,
demonstrasi, tanyajawab dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara
cermat.
BAB 9
Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan yang menekankan pada proses
berpikir secra kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu yang
dipertanyaakan. SPI beranggapan bahwa, manusia sejak lahir sudah memiliki dorongan untuk
ingin tahu dengan segala sesuatu, jadi strategi ini menekankan pada keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran.
B. Pendapat
Suryo subroto (1993: 193), menyatakan bahwa dicovery merupakan bagian dari inquiri, atau
inkuiri merupakan perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam.
“Pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa dimana
kelompok siswa inquiry kedalam suatu isu atau mencari jawaban-jawaban terhadap isi
pertanyaan melalui suatu prosedur yang digariskan secara jelas dan struktural kelompok. (Oemar
Hamalik, 2005: 219-220).
C. Kesimpulan
Strategi pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada
proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari
suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui
tanyajawab antara guru dan siswa.
Pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun
kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir
reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara
untuk membantu individu untuk membangun kemampuan itu.
Strategi pembelajaran inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan
pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban
dari suatu masalah yang dipertanyakan. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari
mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses
perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal akan tetapi
merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendirimateri yang harus
dipahaminya.
BAB 10
Keunggulan SPBM; Problem solving merupakan teknik afektiv dalam memahami isi pelajaran
serta menantang kemampuan siswa. Kelemahan; sulitnya mengakomodasi minat seluruh siswa,
memerlukan waktu dalam persiapan.
B. Pendapat
Pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan
dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi didalam hidupnya, baik masalah
dalam diri sendiri maupun masalah dalam kehidupan bermasyarakat.Untuk menghasilkan siswa
yang memiliki kompetensi yang handal dalam pemecahan masalah maka diperlukan serangkaian
strategi pembelajaran pemecahan masalah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran ( Isriani
Hardini, 2012).
Menurut Dewey dalam Trianto (2009:91) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara
stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan
memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak
berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat
diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
C. Kesimpulan
Pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu strategi pembelajaran dalam konteks kehidupan
nyata yang berorientasi pada pemecahan masalah serta mengembangkan berpikir kritis, sintetik,
dan praktikal dengan memanfatkan multiple intellegencies untuk membiasakan belajar
bagaimana belajar.
BAB 11
SPPKB merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada kemampuan berfikiri siswa.
Tujuan pada strategi ini sama dengan halnya dengan strategi Inkuiri, perbedaannya terletak pada
pola pembelajaran yang digunakan, dalam SPPKB, guru memanfaatkan pengalaman siswa,
sedangkan inkuiri siswa baru mencari. Strategi ini pertama kalinya dirancang untuk pelajaran
IPS, yang artinya strategi ini tidak hanya dirancang untuk siswa bisa memahami pelajaran, tapi
lebih pada bagaimana supaya siswa bisa mengembangkan fikirannya dengan mengemukan ide,
gagasannya secara verbal, dengan tujuan akhir diharapkan siswa mampu memecahkan
permasalahan sosial sesuai dengant tingkatannya.
Kareteristik SPPKB ini, menekankan pada proses mental pada siswa secara maksimal, dibangun
dalam nuansa dialogis dan tanya jawab secara terus menerus, bersandarkan pada sisi proses dan
hasil. Siswa ditempatkan sebagai subjek dalam proses pembelajaran. Prosedurnya, Orientasi,
pelacakkan, konfrontasi, Inkuiri, Akomodasi, Transfer.
B. Pendapat
Sedangkan menurut Wahyana (1997:62) salah satu bentuk komunikasi adalah bentuk verbal,
memberi informasi, bertanya dan mendengar. Dengan suatu pertanyaan guru, siswa dapat belajar
berpikir dengan cara berpikir, memperoleh kesempatan untuk belajar kreatif supaya menjadi
kreatif, dan menjadi sensitif karena kemampuannya.
C. Kesimpulan
BAB 12
Karekteristik SPK adalah didasarkan pada manajemen koorperatif, adanya kemampuan untuk
bekerjasama, dan keterampilan bekerjasama. Prinsipnya, yaitu: ketergantungan positif,
tanggungjawab perseorangan, interaksi tatap muka, parisipasi dan komunikasi. Prosedur
pelaksanaan, yaitu: Penjelasan materi, belajar dalam kelompok, penilaian, pengakuan tim.
Kelebihan dalam SPK, yaitu: siswa tidak tergantung pada guru, adanya rasa percaya diri pada
kemampuan siswa dalam belajar. Sedangkan keterbatasan SPK adalah: adanya keterhambatan
pada siswa yang memiliki kemampuannya dalam kelompok, karena harus menyesuaikan yang
lainnya, sedangkan pada siswa yang terbelakang seringkali tidak bisa mengikuti cara belajar
kelompok seperti itu.
B. Pendapat
Majid (2013:174) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
mengutamakan kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6
orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Rini (2010:12) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk
pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning).
Pendekatan kontekstual itu sendiri menekankan pentingnya lingkungan alamiah diciptakan
dalam proses belajar agar kelas lebih hidup dan lebih bermakna karena siswa mengalami sendiri
apa yang sedang dialaminya. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam
kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain dengan kemampuan yang
heterogen.
C. Kesimpulan
Strategi pembelajaran kooperatif merupakan rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh
siswa dalam kelompom-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan.
Pada pembelajaran kooperatif ini, setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses.
Pada pembelajaran ini, menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan
suasana yang kondusif dimana siswa dapat memperoleh, dan mengembangkan pengetahuan,
sikap, nilai, serta keterampilan-keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya di
masyarakat.
BAB 13
Strategi pembelajaran kontekstual adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada
proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan yang nyata sehingga siswa terdorong untuk
melakukannya dalam kehidupan yang nyata.
Filosofis asas CTL yaitu: Konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan,
refleksi, penilaian nyata. Prosedurnya: pendahuluan, inti (dilapangan, di dalam kelas, penutup).
B. Pendapat
Menurut Suyadi (2013: 81) Strategi pembelajaran kontekstual merupakan strategi pembelajaran
yang menekankan pada proses keterlibatan peserta didik secara penuh untuk dapat menemukan
hubungan antara materi yang dipelajari dengan realitas kehidupan nyata, sehingga mendorong
peserta didik untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan menurut Elaine B. Johnson dalam Ibnu Setiawan (2010: 67); Pembelajaran
kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang membantu para siswa melihat makna di dalam
materi yang mereka pelajari dengan menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks
dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun menurut Masnur (2014: 41): Pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and
learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
C. Kesimpulan
Dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah sebuah
pembelajaran dimana seorang guru mengaitkan materi pembelajaran dengan realitas kehidupan
peserta didik dan memotivasi siswa untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan
dengan caranya sendiri sehingga pengetahuan yang ia dapatkan lebih bermakna dan dapat
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses berlangsung secara alamiah dalam bentuk
kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan sekedar mentransfer pengetahuan dari guru.
Manusia memiliki potensi untuk mengetahui, memahami apa yang ada di alam semesta ini. Serta
mampu mengkorelasikan antara fenomena yang satu dan fenomena yang lainnya. Karena hanya
manusia yang disamping diberi kelebihan indera, manusia juga diberi kelebihan akal. Yang
dengan inderanya dia mampu memahami apa yang tampak dan dengan hatinya dia mampu
memahami apa yang tidak nampak.
BAB 14
Dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 3 bahwa pendidikan nasional adalah berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban Bangsa yang bermatabat,
dalam rangka mencardaskan kehidupan bangsa, bertujuan berkembangnya potensi peserta didik,
agar menjadi manusia yang beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berahlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab.
Rumusan tujuan diatas sarat dengan pembentukkan sikap atau afektif yang berhubungan erat
dengan nilai, yang sulit untuk diukur. Hakikat Nilai dan sikap, nilai adalah suatu konsep yang
berada dalam pikiran manusia yang sifatnya tersembunyi, tidak berada dalam dunia empiris.
Berkaitan dengan pandangan seseorang tentang baik, buruk, indah dan tidak indah, layak dan
tidak layak.
Douglas graham (Gulo, 2002) melihat empat faktor kepatuhan seseorang terhadap nilai, yaitu :
normativist (kepatuhan terhadap hukum), Integralist (kepatuhan terhadap hal-hal yang rasional),
Fenomenalist (kepatuhan terhadap suara hati atau basa basi), Hedonist (kepatuhan terhadap diri
sendiri). Proses pembentukkan sikap, yaitu: Pola pembiasaan, modeling. Strategi pembelajaran
afektif diantaranya, antara lain yaitu : model konsiderasi, dan model pengembangan koqnitif.
Teknik mengklasifikasi nilai, yakni: kebebasan memilih menghargai berbuat.
Kesulitan dalam pembelajaran afektif adalah belum adanya kurikulum penuh dalam
menanamkan nilai, sulitnya melakukan kontrol, tidak bisa dievaluasi secara langsung, kuatnya
pengaruh lingkungan dengan kemajuan teknologi.
B. Pendapat
Menurut Allport dalam Djali (2009: 114) ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap
dan nilai. Sikap adalah suatu kesiapan mental dan syaraf yang tersusun melalui pengalaman dan
memberikan pengaruh langsung kepada respons individu terhadap semua objek atau situasi yang
berhubungan dengan objek itu. Sikap tidak muncul ketika dibawa lahir, tetapi disusun dan
dibentuk melalui pengalaman serta memberikan pengaruh langsung kepada respons seseorang.
Domain afektif yaitu internalisasi sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah dan terjadi
bila siswa menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap sehingga
menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah laku (Arifin, 2010:
22).
C. Kesimpulan
Strategi pembelajaran afektif adalah strategi yang bukan hanya bertujuan untuk mencapai
pendidikan kognitif saja, akan tetai juga bertujuan untuk mencapai dimensi lainya. Yaitu sikap
dan keterampilan afektif berhubungan dengan volume yang sulit di ukur karena menyangkut
kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam, afeksi juga dapat muncul dalam kejadian
behavioral yang diakibatkan dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila siswa menjadi sadar tentang
nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam
membentuk nilai dan menentukan tingkah laku.
ANALISIS BUKU
A. Kesimpulan Buku
Standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi
lulusan. Standar proses pendidikan berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendididikan
di Indonesia. Standar Proses Pendidikan ditentukan oleh Standar Kompetensi Lululusan dan
Standar Isi.
Dalam rangka penerapan pembelajaran yang berorientasi standar proses pendidikan maka
paradigma bahwa mengajar hanya sekedar proses penyampaian pengetahuan saja harus di ubah
menjadi pradigma baru yaitu mengajar adalah proses mengatur lingkungan. Guru juga harus
mengetahui strategi pembelajaran yang sesuai dengan standar proses pendidikan untuk kemudian
menerapkannya.
Buku ini menyajikan ragam strategi pembelajaran yang sesuai dengan Standar Proses Pendidikan
yang berlaku. Strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa, ekspositori, inkuiri adalah
beberapa tema strategi pembelajaran yang dibahas di sini. Kerangka teori, konsep, dan prinsip,
serta contoh pengeplikasian setiap strategi pembelajaran diuraikan setahap demi setahap guna
memandu pembanca untuk memahami, memilih, dan menerapkan strategi yang sesuai dengan
lingkungan pembelajaran.
Melalui buku ini akan membuka paradigma berpikir kita mengenai strategi pembelajaran yang
sesuai standar proses pendidikan. Buku ini mengulas tentang perlunya standar proses
pendidikan, baik dari segi hukum perundang undangan, arah yang ingin dicapai, komponen-
komponen dalam sistem pembelajaran, tujuan, fungsi serta implementasi dan keterkaitan dengan
standar lainnya.
Dalam buku ini guru dapat terbantu menguraikan mengenai kompetensi pembelajaran yang harus
dicapai dalam proses pembelajaran, dan pentingnya pelajaran yang akan di pelajari, dengan
melibatkan peran aktif peserta didik, sehingga menjadi lebih antusias untuk megikuti
pembelajaran dalam suatu proses pembelajaran sehingga tidak membosankan. Dengan demikian
tercipta suatu proses pembelajaran yang kondusif dan menyenagkan.
Disamping itu juga, buku ini memberi memotivasi pada para pendidik mengenai profesi
pendidik sebagai jabatan yang profesional serta komponen yang sangat penting dalam proses
pendidikan. Sehingga menjadi tahu tentang tugas dan fungsinya, kompetensi yang harus
dimiliki, serta peran penting yang dimiliki dalam proses pembelajaran.
Didalam buku ini dikupas beberapa strategi pembelajaran yang berbeda dengan strategi
pembelajaran konvensional, lebih berorientasi pada proses bukan sekedar hasil. Dilengkapi
contoh-contoh pembelajaran berbasis proses yang lebih interaktif dan aplikatif, antara pengajar
dan yang diajar serta keterkaitan dengan lingkungan dan masyarakat. Disertai konsep-konsep dan
teori-teori pembelajaran dan penerapannya, serta metode dan pemanfaatan sarana dan media
pembelajaran sesuai standar proses pembelajaran.
Tak heran jika buku ini sangat berguna bagi kita karena ditulis oleh orang yang cukup
berpengalaman dibidangnya sesuai dengan disiplin ilmu yang dimilikinya dan telah terbukti
dengan artikel-artikel hasil penelitiannya dijurnal-jurnal, serta beberapa bukunya yang telah
diterbitkan. Struktur yang tersusun secara baik dan teratur, Pembagian bab dan topik terarah,
dilengkapi dengan gambar, grafik dan table yang memberi informasi secara jelas dan mendetail.
Buku ini juga menjelaskan dalam bentuk kalimat yang tidak terlalu rumit sehingga mudah
dipahami oleh pembacanya.
Namun, untuk sebagian orang buku ini akan terkesan membosankan. Buku ini tidak menyajikan
gambar-gambar berwarna melainkan hitam-putih saja sekalipun relevan dengan topik yang
dibicarakan dan cukup memberi gambaran serta informasi yang jelas. Agar tidak terkesan
membosankan, ada baiknya gambar-gambar yang disajikan oleh penulis diberi warna, sehingga
akan terlihat lebih menarik.
REFERENSI TAMBAHAN
2. Abdul Rahman Shaleh. Psikologi Suatu pengantar dalam perspektif Islam, (Jakarta:
Penerbit Kencana Prenada Media Group, 2009.
5. Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya.
1992
6. B.S. Sidjabat, Mengajar Secara Profesional. Bandung: Yayasan Kalam Kudus, 1993.
9. Eny Zubaidah. Draf Penulisan Buku Kesulitan Membaca Permulaan Pada anak.
Yogyakarta: Fakultas Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. 2013.
10. Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning, Terj. Ibnu Setiawan. Bandung: Kaifa,
2010.