BATAM, 2022
BAB I
PENDAHULUAN
Studi doa dan pujian penyembahan adalah salah satu disiplin ilmu teologi praktika yang
berfungsi menolong mahasiswa untuk kepentingan pelayanan Gereja. Tentu mata kuliah
menara doa dan pujian penyembahan sebagai Ilmu praktika hendak memperlengkapi
mahasiswa untuk tugas pelayanan Gereja, doa adalah bagian dari strategi doa yang Tuhan
berikan kepada gereja untuk mendukung kebangunan rohani khususnya dalam ibadah Minggu
dan ibadah lainnya. Melalui diskusi dengan para pemimpin dari Jerusalem House of Prayer for
All Nations (JHOPFAN), maka banyak menara doa didirikan di Asia, Australia dan Kepulauan
Pasifik, Pendirian Menara doa di Negara-negara tersebut berdampak pada meningkatnya
permintaan misionaris yang bergerak di bidang pendoa syafaat, oleh karena itu STT REAL Batam
meninjau perlunya mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten dan berkualifikasi
dalam bidang menara doa dan pujian penyembahan sebagai kebutuhan untuk menjalankan
menara doa ini. Untuk menindaklanjuti kebutuhan akan permintaan misionaris doa tersebut
maka STT REAL Batam memprakarsai pembuatan materi menara doa dan pujian penyembahan
sebagai mata kuliah muatan lokal sebagai bagian pengalaman belajar dari mahasiswa Teologi di
STT REAL Batam. Pengalaman belajar doa dan pujian penyembahan ini akan menolong
mahasiswa untuk memahami bahwa kegiatan tersebut bukanlah hanya kegiatan pelengkap
yang menjadi agenda suatu gereja atau pelayanan, doa dan pujian penyembahan berkembang
sesuai dengan konteks zaman dan kebudayaan di mana Gereja berada. Misalnya doa dan pujian
penyembahan sebelum pentakosta (liturgi ibadah Israel) akan berbeda dengan menara doa dan
pujian penyembahan setelah pentakosta.
Doa dan pujian penyembahan Pentakosta zaman Gereja mula-mula berbeda dengan
doa dan pujian penyembahan Gereja Abad Pertengahan khususnya di era post modern ini.
BAB II
Banyak orang Kristen yang menganggap bahwa doa adalah sebuah sarana yang
dipergunakan untuk berkomunikasi dengan seorang yang tidak kelihatan, namun
mampu untuk menjawab setiap apa yang diminta dari pada-Nya, sehinga banyak orang
kristen yang hanya berdoa disaat mereka membutuhkan sesuatu atau sedang
mengalami gejolak hidup yang tidak baik.
Namun, arti doa yang sebenarnya bukanlah seperti pandangan yang diberikan
oleh beberapa orang Kristen yang ateis, seperti pengertian yang di atas. Ada beberapa
pengertian doa yang benar yang dikemukakan oleh beberapa orang Kristen yang dapat
kita lihat tentang kebenarannya. Pengertian yang pertama mengatakan bahwa doa
adalah napas hidup orang percaya. Pengertian ini sangat tepat. Karena tanpa doa, orang
Kristen tidak dapat hidup. Secara jasmani dia memang hidup, namun secara rohani dia
telah mati, karena jiwanya sedang berada dalam kesengsaraan yang membuat imannya
merana.
Pengertian yang kedua mengatakan bahwa doa adalah cara orang Kristen untuk
berkomunikasi dengan pribadi yang dapat memahami keadaan mereka, yaitu Tuhan
Yesus. Orang yang menganut pengertian ini akan senantiasa berkomunikasi dengan
Tuhan, kapan pun dan di mana pun. Hal ini terjadi karena mereka tidak dapat hidup
tanpa komunikasi dengan pribadi yang sangat setia terhadap kehidupan mereka dan
yang selalu melawat hidupnya.
a.1. Pengertian doa secara etimologi
“Doa” dalam bahasa Ibrani adalah palal ; bhs Inggris bhs Inggris : “to pray” to
intervene, interpose, pray (Kej. 20:7; Bilangan 21:7), intervene (Ul. 9:20, 1 Sam. 12:23), mediate
(1 Sam. 2:25), judge (Mazmur 106:30).
Dalam bahasa Yunani terdapat beberapa pengertian antara lain : “Euchomai” εὔχομαιπ
yang mengandung arti “wish”=ingin/keinginan (3 Yoh. 1:2), “wish for”= mengharapkan (Kis.
26:29), “Proseuchomai” ροσεύχομαι (Rom. 8:26; Ef. 6:18; Filipi 1:9), “erotao” ἐρωτάω”=”to
ask”=“meminta” (Yoh. 17:9,15, 20), “memohon” (1 Yoh. 5:16). “Deomai δέομαι”=“to desire
=“hasrat/keinginan” (2 Kor. 5:20).
a.2. Terminologi
Doa adalah berbicara dengan Allah; berbakti kepada Allah, bersyukur kepadaNya dan
memohon sesuatu daripada Allah. Doa adalah “leher” yang menghubungkan “kepala” (Kristus)
dengan “tubuh” (anak-anak-Nya) dalam bentuk interaktif yang mesra dimana Kristus memberi
perhatian dan jawaban-jawaban kepada anak-anakNya yang datang meminta, mencari &
mengetok (Matius 7:7-8). Doa adalah keterpautan “roh, jiwa & tubuh” manusia dengan TUHAN
Allah dalam suatu waktu, ruang & kondisi/keadaan.
Doa secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu komunikasi dengan Allah yang
tentunya dilandasi oleh hubungan yang telah terlebih dahulu terjadi antara pendoa itu dan
Allah. Vellanickal mengatakan bahwa doa adalah dialog antara Allah dan manusia. Keduanya
saling berjumpa dan telah mengenal satu sama lain. Howard Peskett berkata: “Prayer takes us
into the presence of the personal, sovereign, covenant God. "Doa membawa kita ke hadirat,
kedaulatan, perjanjian pribadi Allah Dengan demikian, setiap orang yang hendak berdoa
tentunya harus terlebih dahulu mengenal Allah dan mengakui keberadaan-Nya serta meyakini
bahwa Allah memahami dan memperhatikan dirinya. Lebih jauh, mereka juga harus meyakini
bahwa Allah akan mendengar doa mereka, seperti halnya yang dikatakan Pemazmur bahwa
Tuhan “sudah berpaling mendengarkan doa orang-orang yang tulus, dan tidak memandang hina
doa mereka” (Mzm. 102:18). Balentine, setelah
menyelidiki beberapa definisi tentang doa, mengatakan bahwa doa adalah komunikasi eksplisit
dengan Allah yang dilakukan dengan sengaja dan penuh kesadaran. Inilah yang
membedakannya dengan bentuk-bentuk komunikasi yang lebih umum. Tindak menghubungkan
diri dengan Tuhan dengan, atau tanpa perkataan. Percakapan antara Allah dan manusia
diberitakan dalam Perjanjian Lama (mis. Abraham, Kejadian. 15:1-6; Musa, Keluaran. 3:1-4;
33:11; para nabi. 1 Samuel. 3:4-9).
Dalam Alkitab doa adalah kebaktian mencakup segala sikap roh manusia dalam
pendekatannya kepada Allah. Orang Kristen berbakti kepada Allah jika ia memuja, mengakui,
memuji dan mengajukan permohonan kepada-Nya dalam doa. Doa sebagai perbuatan tertinggi
yg dapat dilakukan oleh roh manusia, dapat juga dipandang sebagai persekutuan dengan Allah,
selama penekanannya diberikan kepada prakarsa ilahi. Seseorang berdoa karena Allah telah
menyentuh rohnya. Dalam Alkitab doa bukanlah suatu 'tanggapan wajar dari manusia', karena
'apa yg dilahirkan dari daging adalah daging' (Yoh 4:24). Sebagai akibatnya, Tuhan tidak
'mengindahkan' setiap doa (Yes 1:15; 29:13). Ajaran Alkitab mengenai doa menekankan sifat
Allah, perlunya seseorang berada dalam hubungan penyelamatan atau dalam hubungan
perjanjian dengan Dia, lalu secara penuh masuk ke dalam segala hak istimewa dan kewajiban
dari hubungan dengan Allah.
Doa secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu komunikasi dengan Allah yang
tentunya dilandasi oleh hubungan yang telah terlebih dahulu terjadi antara pendoa itu dan
Allah. Vellanickal mengatakan bahwa doa adalah dialog antara Allah dan manusia. Keduanya
saling berjumpa dan telah mengenal satu sama lain. Howard Peskett berkata: “Prayer takes us
into the presence of the personal, sovereign, covenant God.”
Doa juga merupakan suatu ekspresi hubungan perjanjian (covenant relationship) antara
manusia dan Allah. Hal ini nampak dalam Perjanjian Lama di mana Allah telah menetapkan
suatu hubungan khusus dengan Abraham dan keturunannya. Kenyataan ini juga berlanjut
dalam Perjanjian Baru, Allah dalam Kristus telah menjangkau selain Israel juga semua orang
yang menerima anugerah keselamatan-Nya untuk menetapkan suatu perjanjian khusus. Karena
itu, dalam konteks hubungan perjanjian ini, doa bukan memohon kepada Allah yang jauh
melainkan kepada Bapa yang penuh kasih (Mat. 6:9). Vellanickal menunjukkan bahwa dalam
doa, kita berbicara kepada Allah yang jauh dan dekat, Allah yang termulia dan Maha Tinggi (Yes.
57:15; Kel. 19:12), namun yang menyediakan diri-Nya bagi kita sebagai Gembala dan Bapa yang
penuh kasih (Hos. 11:1-4).
Salah satu kitab dalam Alkitab yang banyak mencatat tentang doa adalah kitab Mazmur
dan ini menyebabkan kitab Mazmur sering disebut sebagai kitab doa. Kyu Nam Jung berkata:
“The Book of Psalms is understood as the Expression of the heart of Israel Prayers.” Simpson
juga menunjukkan bahwa sumber untuk doa Yahudi dan Kristen adalah Alkitab dan tentunya
kitab-kitab Perjanjian Lama, khususnya kitab Mazmur. Dalam kitab Mazmur, kita dapat
menemukan jenis-jenis doa yang dijelaskan dalam jenis- jenis Mazmur.
Di Yesaya 56:7 disebutkan,' ..rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa.'
Rumah berhubungan dengan keluarga. Tuhan mengatakan rumah-Nya, sidang jemaat-Nya,
umat-Nya disebut sebagai keluarga yang berdoa.
Doa berarti intervensi atau menjalin atau memasuki atau merasuki atau mengambil
bagian atau berperan atau ikut campur atau mencampuri. Sebagian besar orang tidak melihat
gereja sebagai tempat dimana Allah ikut ambil bagian atau berperan dalam kehidupannya.
Hampir semua orang menganggap gereja itu sebagai tempat sosial atau sesuatu yang berkaitan
dengan kerohanian saja, atau komitmen moral dengan Tuhan, dan tidak menganggapnya
sebagai tempat dimana Allah akan dan bisa ikut-campur dalam kehidupannya.
Doa juga merupakan suatu ekspresi hubungan perjanjian (covenant relationship) antara
manusia dan Allah. Hal ini nampak dalam Perjanjian Lama di mana Allah telah menetapkan
suatu hubungan khusus dengan Abraham dan keturunannya. Kenyataan ini juga berlanjut
dalam Perjanjian Baru, Allah dalam Kristus telah menjangkau selain Israel juga semua orang
yang menerima anugerah keselamatan-Nya untuk menetapkan suatu perjanjian khusus. Karena
itu, dalam konteks hubungan perjanjian ini, doa bukan memohon kepada Allah yang jauh
melainkan kepada Bapa yang penuh kasih (Matius. 6:9). Vellanickal menunjukkan bahwa dalam
doa, kita berbicara kepada Allah yang jauh dan dekat, Allah yang termulia dan Maha Tinggi
(Yesaya. 57:15; Keluaran. 19:12), namun yang menyediakan diri-Nya bagi kita sebagai Gembala
dan Bapa yang penuh kasih (Hosea. 11:1-4).
Penekanan doa menurut perjanjian baru sering di identikan dengan pekerjaan Roh
Kudus. Tuhan Yesus sendiri menjanjikan sebuah permulaan yang baru yang dimateraikan oleh
Roh Kudus, yaitu pribadi ke tiga dari Allah. Secara sederhana, doa dapat didefinisikan sebagai
cara bagaimana manusia menjalin hubungan dengan Allah yang yang di dorong oleh Roh Kudus
sendiri. Dalam Institutio-nya, John Calvin mengatakan bahwa doa adalah suatu penghubung
antara manusia dengan Allah. Meski Allah telah memberikan janji-Nya, namun Ia menghendaki
umat-Nya memintanya di dalam doa. Karena itu, sudah semestinya setiap orang percaya
senantiasa berdoa (Luk. 18:1; 1Tes. 5:17).
Selain itu, menurutnya, doa juga menjelaskan betapa lemah umat-Nya dalam
menghadapi kehidupan, sehingga mereka perlu terus menerus memohon pertolongan-Nya.
Namun, Alkitab tidak hanya mengajarkan kepada umat Tuhan untuk tekun berdoa, melainkan
juga memerintahkan agar mereka melakukannya “di dalam Roh Kudus” (praying in the Spirit).
Secara eksplisit, perintah tersebut terdapat dalam Perjanjian Baru, yakni Efesus 6:18 dan Yudas
1:20. Arthur Wallis mengatakan:
The contexts of the only two references to praying in the Spirit in the New Testament are
instructive. The first reference concludes that great passage in Ephesians 6 on the armor of God
in the believer’s warfare. The other, in Jude, follows the exhortation to build ourselves up on our
most holy faith.
Konteks hanya dua rujukan untuk berdoa dalam Roh dalam Perjanjian Baru adalah
mengandung pelajaran. Referensi pertama menyimpulkan bahwa bagian besar dalam Efesus 6
pada perlengkapan senjata Allah dalam peperangan orang percaya. Yang lain, dalam Yudas,
mengikuti nasihat untuk membangun diri kita sendiri di atas dasar iman kita yang paling suci.
Berdasarkan bentuk kata, frasa “di dalam Roh Kudus” dalam Efesus 6:18 tidak memiliki
kata sandang penentu (definite article). Frasa tersebut, dalam bahasa Yunaninya, hanya ditulis:
en pneumat. ἐν πνεύματι (Efesus 6:18 BGT) Menurut C. H. G. Moule, seperti yang dikutip oleh
Sanders, frasa “di dalam Roh Kudus” tanpa memakai definite article menjelaskan tentang
“keadaan yang diliputi oleh pengaruh dan kekuatan dari Roh Kudus,” yakni “
The Holy Spirit was to be ‘the place’ of the prayer, in the sense of being the surrounding,
penetrating, transforming atmosphere of the spirit of the praying Christian.
Roh Kudus adalah untuk menjadi 'tempat doa dalam arti menjadi sekitarnya,
menembus, mengubah suasana semangat Kristen berdoa.
Paulus juga membicarakan tentang pengaruh dan pimpinan Roh Kudus dalam
kehidupan orang percaya sebagai sebuah kontradiksi dengan pengaruh anggur yang
memabukan. Ia mengatakan: “Janganlah kamu mabuk oleh anggur, tetapi hendaklah kamu
penuh dengan Roh” (Efesus. 5:18).
Dengan demikian, setiap orang yang hendak berdoa tentunya harus terlebih dahulu
mengenal Allah dan mengakui keberadaan-Nya serta meyakini bahwa Allah memahami dan
memperhatikan dirinya. Lebih jauh, mereka juga harus meyakini bahwa Allah akan mendengar
doa mereka, seperti halnya yang dikatakan Pemazmur bahwa Tuhan “sudah berpaling
mendengarkan doa orang-orang yang tulus, dan tidak memandang hina doa mereka” (Mzm.
102:18). Balentine, setelah menyelidiki beberapa definisi tentang doa, mengatakan bahwa doa
adalah komunikasi eksplisit dengan Allah yang dilakukan dengan sengaja dan penuh kesadaran.
Inilah yang membedakannya dengan bentuk-bentuk komunikasi yang lebih umum.
Menara doa akhir-akhir ini menjadi sebuah kegerakan yang aktif khususnya dalam
kelompok Kristen kharismatik. Secara umum bukan karena kelompok ini berusaha untuk
menonjolkan ciri khas dari apa yang disebut sebagai gereja modern, melainkan sebagai suatu
respon yang bertanggungjawab secara alkitabiah bahwa memang seharusnya gereja yang
Tuhan panggil adalah gereja yang berdoa sebagaimana Kristus pun berdoa.
BAB II
Menara juga bermakna "panggung tinggi" ("mimbar/ rostrum/ pulpit), atau dasar yang
tinggi pada sungai. Secara fisik, dapat berarti "tanah yang diperkuat", yaitu kota bertembok
atau benteng; atau juga dataran tinggi, yang dapat digunakan untuk penjagaan. Istilah untuk
benteng perbatasan juga mirip, mekter, dalam bahasa Mesir kuno. Secara kiasan, "menara"
mempunyai konotasi kekuasaan agung.
Dikutip dari KBBI menara adalah bangunan yang tinggi (seperti di masjid, gereja); bagian
bangunan yang dibuat jauh lebih tinggi daripada bangunan induknya. Menurut Wikipedia
Menara ialah sebuah struktur buatan manusia dan tingginya lebih dari lebarnya. Menara selalu
dibangun untuk menjadi sebuah mercu tanda sebuah organisasi.
Rumah doa (menara doa), secara fisik, adalah tempat di mana umat Tuhan menaikkan
doa, pujian, dan penyembahan, dan Allah hadir di tengah-tengah mereka. Secara rohani, rumah
doa adalah kehidupan rohani umat Tuhan yang dipenuhi doa, pujian, dan penyembahan seperti
kedua puluh empat tua-tua di hadapan Anak Domba Allah (Wahyu 5:8). Menara doa adalah
pusat penjagaan untuk suatu kota dan biasanya didirikan di tempat yang tinggi dan strategis
untuk bisa mengamati keadaan kota atau daerah sekelilingnya (Habakuk 2:1).
Sejarah pembangunan menara berawal tidak lama setelah Air Bah, sewaktu orang-orang
di Dataran Sinear menyatakan, "Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah
menara yang puncaknya sampai ke langit" (Kejadian 11:4) Diperkirakan menara itu dibuat
dengan gaya zigurat keagamaan yang sisi-sisinya miring menyerupai piramida, yang ditemukan
di wilayah tersebut.
Menara di dalam kota sering berfungsi sebagai benteng pertahanan kota. Contohnya
adalah menara di Sikhem, Tebes, dan Pniel (Hakim 8:9, 17; 9:46-54). Reruntuhan menara-kota
lainnya juga telah ditemukan di Yerikho, Bet-Sean, Lakhis, Megido, Mizpa, dan Samaria.
Kata Ibrani ִמגְָּד ל- MIG'DAL menjadi bagian dari nama beberapa tempat, misalnya מִ גְַּד ל־ָּגד
- MIG'DAL-GAD, artinya: Menara Kemujuran (Yosua 15:37) dan ִמגְַּד ל־ ֵאל- MIG'DAL-'EL, artinya:
Menara Allah (Yosua 19:38).
Menara Jaga/ Menara Pengawal/ Mizpa (Ibrani : ִמצְָּפה- MITS'PAH) adalah tempat atau
pos pengamat, sering kali dibangun diatas tembok kota. Ada juga menara pengawal yang
dibangun di daerah padang belantara atau di perbatasan. Menara-menara ini terutama
dirancang untuk keperluan militer dan berfungsi melindungi kota atau perbatasan; juga
dibangun sebagai tempat perlindungan bagi para gembala dan petani di daerah-daerah
terpencil dan agar seorang penjaga dapat memberikan peringatan jika ada penyamun sehingga
kawanan dan tanaman yang hampir masak di daerah itu dapat dilindungi (2 Tawarikh 20:24;
Yesaya 21:8; 32:14).
1. Arti dasar dari ִמצְָּפה- MITS'PAH adalah ִמצְֶּפה- MITS'PEH ialah 'menara jaga', 'tempat
untuk berjaga-jaga'. Kata ini diberi vowel menjadi "mitspah" atau "mitspeh", dan
biasanya disertai kata sandang. Hal itu lumrah bagi tempat -tempat yg bernama
demikian di lahan-lahan yang tinggi. Nama-nama yang dirujuk dengan istilah "Mizpa"
(Menara Jaga): Mizpa yaitu tempat Yakub dan Laban mengadakan perjanjian dan
mendirikan tugu batu sebagai kesaksian: "Galed" (Ibrani: ִּג ְלעָד- GALED, atau Aram:יְגַר
ָׂש הֲדּותָ א- YEGAR SAHADUTA). Allah berjaga-jaga antara mereka (Kejadian31:44-49).
2. Mizpa adalah tempat yang sama dengan yang di atas atau kota di Galilea, sebelah timur
Yordan. Kata sandang dipakai baik dalam Kejadian 31:49 ( הִַּמ צְָּפה- HAMITS'PAH),
maupun dalam Hakim 10:17; 11:11, 34. Tempat itu memainkan peranan penting dalam
cerita Yefta. Tatkala bani Amon merambat sampai di Gilead, bangsa Israel berkumpul di
Mizpa (Hak 10:17), tempat tinggal Yefta, dan dari situlah Yefta melancarkan
serangannya dan ke situlah ia kembali untuk menggenapi nazarnya yang terburu-buru
(Hakim 11:11, 29, 34). Gagasan menyamakan tempat itu dengan Ramot-Gilead
dikemukakan oleh beberapa ahli (J. D Davis, The Westminster Dictionary of the Bible,
1944, hlm 401), tapi ditolak oleh F. M Abel dan du Buit, yg menyamakannya dengan
Jal'ud. Mungkin itu sama dengan Ramat-Mizpa atau bukit Mizpa (Yosua 13:26).
3. Mizpa, suatu tempat di Moab, dan ke situlah dibawa Daud orang tuanya demi
keselamatan mereka (1 Samuel 22:3), mungkin Rujm el-Mesyrefeh modern, di sebelah
barat daya Madaba.
4. Mizpa, suatu tempat di kaki gunung Hermon (Yosua 11:3), yg disebut 'tanah Mizpa' atau
'lembah Mizpa' (ayat 8), tempat tinggal orang Hewi. Dengan kota manakah itu harus
disamakan, pendapat ahli berbeda, tapi Qal'at es-Subeibeh di suatu bukit 3 km sebelah
timur laut Banias lebih disukai.
5. Mizpa, suatu kota di Daerah Bukit (Sefela, Yos 9:1; 1 Raj 10:27, dll) Yehuda, yg disebut
bersama Yokteel, Lakhis dan Eglon (Yos 15:38-39). Kedua tempat Khirbet Safiyeh, 4 km
sebelah timur laut Beit Jibrin, dan Sufiyeh, 10 km sebelah utara, mungkin tempat kota
Mizpa itu.
6. Mizpa, suatu kota dari suku Benyamin (Yosua 18:26), dekat kota Gibeon dan Rama (1 Raj
15:22). Pada zaman Hakim-hakim, tatkala orang Benyamin dari kota Gibea memperkosa
gundik orang Lewi, berkumpullah orang Israel di kota ini (Hakim 20:1, 3; 21:1, 5, 8). Di
sinilah orang Israel dikumpulkan oleh Samuel untuk berdoa sesudah tabut perjanjian
dipulihkan ke Kiryat-Yearim (1 Sam 7:5-6). Mereka diserang oleh orang Filistin, tapi
orang Filistin dipukul mundur (ay 7, 11), dan sebuah batu peringatan didirikan oleh
Samuel di Eben-Haezer (ayat 12). Di sini juga Saul diperkenalkan kepada umat Israel
sebagai raja mereka (1 Samuel 10:17). Mizpa adalah satu di antara kota yg tiap tahun
didatangi oleh Samuel untuk menghakimi umat Israel (1 Samuel 7:16). Raja Asa
memperkuat Mizpa menjadi benteng melawan Baesa, raja Israel, dengan memakai
bahan-bahan yg diambil oleh orang-orangnya dari benteng Baesa di Rama, setelah raja
Asa mengajak Ben-Hadad menyerang Israel (1 Raja 15:22; 2 Tawarikh 16:6). Sesudah
Yerusalem dimusnahkan oleh Nebukadnezar pada thn 587 sM, maka diangkatlah
Gedalya menjadi gubernur atas umat Israel yg masih tinggal di tanah Yehuda, dan
berkedudukan di kota Mizpa (2 Raj 25:23, 25). Setelah nabi Yeremia dibebaskan oleh
Nebukadnezar, kepala pasukan pengawal, ia tinggal bersama Gedalya di Mizpa (Yeremia
40:6), dan orang Yahudi pelarian segera kembali ke kota (Yeremia 40:8, 10, 12, 13, 15).
Tidak lama kemudian Gedalya bersama tentaranya dibunuh oleh Ismael, keturunan raja
itu, atas hasutan Baalis, raja Amon. Dua hari kemudian dibunuhnya lagi sekelompok
orang yg datang hendak membawa korban sajian dan mayat mereka dicampakkannya
ke dalam perigi besar yg dibuat raja Asa. Orang-orang lain dimasukkannya ke dalam
penjara dan ia bermaksud membawa mereka sebagai tawanan ke Amon, tapi kemudian
digagalkan oleh Yohanan (Yeremia 41:1, 3, 6, 10, 14, 16).
Ada dua ayat yg membicarakan Mizpa sesudah zaman pembuangan, yaitu Nehemia
3:15, 19. Mungkin salah satu atau keduanya menunjuk kepada Mizpa, kota suku
Benyamin di atas, tapi bisa juga maksudnya kota lain. Kota Mizpa menjadi tempat
berkumpul yg penting pada zaman Yudas Makabe, tatkala dikumpulkannya orang
Yehuda di kota itu untuk berdoa (1 Makabe 3:46), sebab di sana 'dahulu pernah ada
tempat sembahyang untuk Israel'. Orang-orang yang beriman dan taat kepada Allah
merasa sangat aman, seperti yang Daud nyanyikan pujian.
Jadi secara metaforis menara digambarkan sebagai tempat yang di khususkan untuk orang-
orang yang hendak mencari Tuhan dengan "naik ke gunung Tuhan". "Di atas tembok-
tembokmu, hai Yerusalem, telah Kutempatkan pengintai-pengintai. Sepanjang hari dan
sepanjang malam, mereka tidak akan pernah berdiam diri. Hai kamu yang harus mengingatkan
TUHAN kepada Sion, janganlah kamu tinggal tenang dan janganlah biarkan Dia tinggal tenang,
sampai Ia menegakkan Yerusalem dan sampai Ia membuatnya menjadi kemasyhuran di bumi."
(Yes. 62:6-7). Tempat yang tinggi" secara rohani adalah
1. kondisi rohani yang sudah berkemenangan atas segala masalah pribadi dan kehidupan
kita.
2. "Tempat yang tinggi" secara rohani kita mempunyai jangkauan pemantauan yang luas
sekali
3. "Tempat yang tinggi" secara rohani juga membuat kita mempunyai posisi yang superior
dialam roh musuh-musuh rohani diseluruh medan peperangan rohani kita.
Sebagai tempat yang tinggi atau strategis, gereja Tuhan bertugas meninjau dan
menantikan apa yang akan difirmankan Tuhan (Habakuk 2:1-3). Gereja Tuhan berdoa di Menara
bukan hanya untuk masalah-masalah yang terjadi, tetapi mengerti apa kehendak dan tujuan
Allah bagi kota kita dan bangsa kita."Usahakanlah kesejahteraan kota kemana kamu Aku buang,
dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah
kesejahteraanmu." (Yeremia 29:7). Menara doa juga merupakan pusat penjagaan, kesatuan
gereja-gereja Tuhan bagi suatu kota dan bangsa dari hal-hal yang tidak diinginkan/tidak
diharapkan. Melalui menara ini, sebagai tempat yang tinggi atau strategis, gereja Tuhan
bertugas meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankan Tuhan (Habakuk 2:1-3).
Doa merupakan prinsip disiplin rohani yang utama dalam arti doa merupakan satu
tindakan yang mempengaruhi semua kegiatan rohani lainnya. Dalam doa seseorang memasuki
hubungan pribadi dengan Allah dan melakukan penguasaan diri dan bertumbuh dalam nilai
kebajikan. Doa adalah tanda kehidupan iman. Doa berlangsung secara alami seperti tangisan
bayi yang baru latrir. Dinamika doa ini-inisiatif ilahi dan respons manusia-telah diungkapkan
dalam berbagai cara. Jika doa sungguh-sungguh merupakan kesiapan manusia untuk
mendengar, menuruti, dan menaati sehingga hubungan yang paling dasar dengan Allah dapat
lebih disadari sepenuhnya, hal itu dapat menjelaskan mengapa doa dipandang sebagai inti
agama, serta sumber terangnya jiwa kita kepada Allah. Dalam doa seseorang mulai melihat
dirinya sendiri seperti Allah memandangnya dan kita melihat Allah sebagaimana Ia ada. Dalam
doa ada pengakuan bahwa bukan hidup ini bukan atas kendali dan kehendak diri sendiri tetapi
atas kehendak dan kendali Allah.
Doa merupakan kebutuhan, doa merupakan nafas kehidupan orang percaya. Allah
menghendaki agar kita berdoa senantiasa dan secara terus-menerus. Sebagaimana kita
tidak boleh istirahat bernafas, demikian pula kita tidak boleh beristirahat berdoa.
Tuhan menggunakan dua contoh yang ekstrem janda dan sahabat untuk mengajarkan
kepada kita agar kita tidak jemu-jemu untuk mengetok pintu. Janda itu tahu bahwa hakim
adalah seorang yang “yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun”. Namun,
ia tidak jemu. Setiap pagi ia bangun dan datang ke sana dengan membawa permohonannya.
Baginya, hakim itu adalah satu-satunya yang dapat memberikan solusi. Tuhan memberikan
contoh ini bagi kita: agar kita datang kepada hakim yang benar tanpa jemu, dan Dia pasti akan
mempertimbangkan permohonan kita (Lukas 18:1-8; Lukas 11:5-10).
Alasan mengapa hal berdoa harus seperti demikian adalah karena ikatan yang
mempersatukan seorang manusia dengan sesamanya tidak lebih rendah daripada ikatan yang
mempersatukannya dengan Tuhan: Dia menjadi satu dengan mereka. Anugerah yang kita
terima tidak hanya memperbarui hubungan kita dengan Tuhan saja, tetapi juga hubungan kita
dengan sesama. Orang-orang percaya bukan hanya sebuah anggota dari satu keluarga saja,
tetapi juga anggota dari satu tubuh. Sama seperti anggota tubuh yang saling bergantung satu
dengan yang lainnya, jangkauan Roh Kudus untuk tinggal di dalam tubuh itu bergantung pada
kesatuan dan kerja sama setiap orang. Orang-orang Kristen tidak dapat menerima berkat secara
penuh dari Allah, yang telah siap untuk menganugerahkan berkat itu melalui Roh Kudus, sampai
mereka mencari dan menerimanya dalam persekutuan seorang dengan yang lain.
Waktu doa harus dilihat sebagai pengujian hubungan dengan Allah dan bukan semata-
mata hanya tugas atau ritual. Kita harus melihat doa sebagai hubungan cinta setiap hari. Dari
sudut pandang Tuhan, doa adalah ungkapan dari apa yang paling Dia inginkan - hubungan
pribadi Anda dengan cinta, penyerahan dan kepercayaan.
1. Doa harus dipandang sebagai komitmen Anda untuk menghabiskan waktu yang berarti
dalam hubungan pribadi dengan Allah yang hidup.
2. Di atas segalanya Dia menginginkan kasih pribadi kita yang tulus. (Baca Matius 22:37)
3. Pengorbanan dan pelayanan tidak ada artinya jika mereka tidak melanjutkan hubungan
cinta yang sejati. (Baca 1 Korintus 13: 1-3)
4. Jika Anda benar-benar mencintai Tuhan, waktunya bersama Dia adalah sukacita
terbesar Anda. Ingat tindakan berbicara lebih keras daripada kata-kata.
5. Kita harus mempelajari kembali pelajaran penting Lukas 10: 38-43 (Baca). Kisah Maria
dan Martha ini mengandung sebuah fakta yang sangat penting! Kita perlu meluangkan
banyak waktu bersama Tuhan sebelum kita berusaha bekerja untuk Tuhan. Yesus
dengan jelas mengatakan bahwa prioritas pertama kita adalah meluangkan banyak
waktu bersama Dia. Inilah hubungan cinta yang Dia inginkan jauh di atas semua
pelayanan dan persepuluhan di dunia ini.
6. Hubungan cinta sejati ini harus dua arah, membutuhkan pembicaraan dan pendengaran.
Ini membutuhkan lebih dari sekedar membawa daftar keinginan dan keinginan kita
kepada Tuhan.
Dalam banyak hal, doa adalah hubungan Anda dengan Tuhan. (Yohanes 17: 3) Doa
adalah cara utama kita:
Mengapa fondasi ini begitu penting? Sampai Anda membuat komitmen serius untuk
waktu doa penting, Anda tidak akan pernah menjadi kuat dalam doa. Bila anda melihat praktik
doa orang percaya Yesus dan orang percaya Perjanjian Baru, jelaslah bahwa mereka sering
menghabiskan banyak waktu sendirian dalam doa yang sungguh-sungguh. Beberapa contoh-
kehidupan doa sepanjang sejarah adalah sebagai berikut:
1. Contoh Yesus (Baca Markus 1: 33-35; Lukas 6:12; 9:18) Ketika Anda mempelajari
kehidupan orang-orang yang sangat terbiasa dengan Tuhan, Anda menemukan satu
penyebut umum yang hebat, mereka menghabiskan banyak waktu dalam doa harian
yang sungguh-sungguh. Contoh gereja mula-mula (Baca Kisah 1: 12-14; 2: 41-42; 12: 1-5;
Roma 1: 9)
2. Contoh orang-orang kudus besar sejarah (George Mueller, John Hyde, Charles Finney,
George Whitfield, Evan Roberts
3. Perintah Yesus (Baca Yohanes 15: 1-8)
Jika Yesus dan gereja mula-mula banyak menghabiskan waktu dalam doa, apa yang
membuat kita berpikir bahwa kita dapat melakukan lebih sedikit? Persyaratan Tuhan tidak
berubah dan mereka tidak akan pernah melakukannya! Ini adalah persyaratan dasar dan prinsip
spiritual yang tidak berubah. Setiap pribadi harus menyelesaikan masalah ini secara pribadi dan
berkomitmen pada waktu yang konsisten dengan Tuhan, Anda tidak akan pernah sampai pada
kedalaman doa atau kedewasaan rohani yang sepenuhnya.
1. Alasan pertama untuk komitmen mutlak adalah bahwa setan takut akan doa syafaat
lebih dari apapun dan melawan doa seperti tidak ada wilayah lain dalam hidup anda. Dia
melakukannya karena alasan berikut.-
Doa adalah bagian penting dari arsenal peperangan rohani. Melalui doa semua
senjata lain digunakan. (Baca 2 Korintus 10: 7)
Doa sangat penting untuk memakai seluruh baju zirah Allah. (Baca Efesus 6: 10-
17)
Doa adalah cara utama kita memberikan otoritas spiritual dan mengobarkan
peperangan rohani yang efektif. (Baca 2 Korintus 10: 3-5)
Doa sangat penting untuk penginjilan sejati. (Baca Kisah Para Rasul 2-4)
Doa adalah elemen utama dari semua kebangunan rohani dan kebangkitan
spiritual (bersama dengan kitab suci). (Baca 2 Tawarikh 7:14)
2. Alasan kedua untuk komitmen mutlak bahwa kedagingan manusia selalu menolak
perkembangan kehidupan doa yang kuat.
Alasan ketiga untuk komitmen mutlak sistem kekuatan dan promosi manusia di
dunia adalah kebalikan langsung dari jalan tuhan. Di luar pertanyaan, jalan tuhan
berlawanan dengan jalan manusia. (baca yesaya 55: 8) Pola dunia adalah untuk
meninggikan program, kekuatan dan kemampuan manusia. Namun, seperti yang
ditunjukkan oleh kitab suci dengan jelas, pola tuhan adalah membawa kita pada
kelemahan dan ketergantungan sepenuhnya pada diri-nya sendiri.
Empat alasan krusial menghabiskan waktu tanpa henti sendiri bersama tuhan
Mendengar suara yang masih kecil (Baca 2 Raja-raja 19:12)
Tuhan sering berbicara dengan suara yang masih kecil dan kita harus tetap
menjaga hati kita dan memberi perhatian penuh kepada kita untuk secara jelas
mendengar suaraNya.
Contoh Yesus yang jelas (Baca Lukas 6:12; 9:18; Markus 1: 33-35)
Waktu bersama Tuhan adalah contoh alkitabiah tentang Yesus Kristus dan
kehidupan orang-orang Kristen yang kuat sepanjang sejarah.
Instruksi Tuhan (Baca Matius 6: 6) Kitab Suci menyatakan pentingnya tempat
tersendiri untuk melihat wajah Tuhan.
Tuhan layak dan membutuhkannya (Baca Yeremia 29:13)
Saat kita berdoa, kita berkomunikasi dengan Tuhan seluruh alam semesta dan
Dia layak mendapat perhatian penuh kita.
Di luar pertanyaan, kehidupan doa yang benar-benar hebat memerlukan waktu yang
konsisten sendirian dengan Tuhan. Namun, sama sekali tidak, ini menyarankan agar kita tidak
sholat sepanjang hari. Paulus berkata bahwa kita harus "berdoa tanpa henti." (Baca 1
Tesalonika 5:17).
c.3. Tiga pondasi kehidupan doa kuat membutuhkan konsisten praktik seimbang dari semua
jenis doa utama
Tuhan memberi kita berbagai jenis doa. Setiap jenis doa memiliki peran yang sangat
unik dalam mengembangkan dan memelihara hubungan anda dengan kristus. Menjadi lemah
dan tidak konsisten dalam salah satu jenis doa dasar adalah lemah dalam hubungan anda
dengan tuhan.
Ada banyak jenis doa yang telah dikemukakan oleh para ahli, tetapi dalam penelitian ini
akan akan didiskusikan beberapa di antaranya yang dapat dikatakan menyatakan jenis utama
doa-doa dalam Perjanjian Lama. Dalam mendiskusikan jenis-jenis doa, juga perlu diobservasi
jenis-jenis Mazmur, mengingat jenis tertentu dari doa dapat ditemukan dalam jenis-jenis
Mazmur.
Kita harus menyediakan tempat yang cukup dalam waktu doa kita untuk
mengalami pujian dan ucapan syukur yang sejati kepada Tuhan.
Tujuan utama kita adalah memuji dan menyembah Bapa. Apa perintah tertinggi
dalam semua Kitab Suci? "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan
dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu." (Matius 22:37) Jelas
bagian ini memerlukan latihan pujian dan syukur harian yang konsisten.
Kita harus setiap hari meminta Tuhan untuk menumbuhkan kita dalam pujian
dan penyembahan yang efektif.
Saat kita mendapatkan pujian kita benar, Tuhan bahkan lebih cepat untuk
menjawab doa!
Clements berkata: “We can conclude our review of the central forms of prayer in the
Bible by considering what, in the final analysis, should be the most important and central goal
of all prayer, that is to praise God.”Kami dapat menyimpulkan Tinjauan kami bentuk pusat doa
dalam Alkitab dengan mempertimbangkan apa, dalam analisis akhir, harus menjadi tujuan yang
paling penting dan sentral dari semua doa, yaitu untuk memuji Allah.
Dalam doa pujian, orang percaya memuji Allah karena pribadi-Nya dan ini mencakup
kemuliaan, tindakan penyelamatan, dan pemeliharaan-Nya atas umat-Nya.
Perbedaan antara doa ucapan syukur dan pujian adalah pada obyek doa itu. Jika dalam
doa pujian, kita memuji Allah karena pribadi-Nya; dalam doa ucapan syukur, kita memuji Allah
karena apa yang telah Ia lakukan pada kita. Karena itu, dalam jenis doa ini, kita dapat
menemukan suatu respons penuh ucapan syukur kepada Allah karena apa yang telah Ia lakukan
bagi kita.
Mazmur ucapan syukur ini biasanya memiliki tiga unsur: sebuah introduksi (Mzm. 66:1-
4; 116:1-4), suatu deskripsi naratif dari latar belakang kejadian yang kemudian memimpin pada
persembahan ucapan syukur (Mzm. 30:1-3,8-11; 66:5-7: 116:5-9,14) dan unsur-unsur lain
seperti suatu acuan pada sebuah persembahan atau korban (Mzm. 66:13-15; 116:17) dan
sebuah panggilan untuk bergabung dalam ucapan syukur (Mzm. 66:16-20; 116:17).
Dari Mazmur ucapan syukur ini, kita dapat melihat bahwa doa ucapan syukur bermuara
pada hubungan antara Allah dan manusia, khususnya bagaimana Allah menyatakan kasih-Nya
dalam tindakan yang nyata kepada umat-Nya dan ini nampak khususnya dalam pemeliharaan
Allah.
Pengakuan adalah cara utama untuk menerima pengampunan Allah dan memelihara
hidup yang dipenuhi Roh. Kehidupan doa yang seimbang dan alkitabiah membutuhkan waktu
yang signifikan dalam pengakuan dosa secara teratur kepada Tuhan. Hanya dengan begitu
Tuhan dapat menjaga kita benar-benar dipenuhi dan diberdayakan oleh Roh Kudus.
Pengakuan dan pembersihan yang konsisten merupakan cara utama kita tumbuh
dan menjadi serupa dengan citra Kristus. Menurut Mazmur 66:18, kegagalan
untuk melakukan pengakuan reguler benar-benar menghalangi aliran doa yang
dijawab. "Jika saya menganggap kedurhakaan di dalam hati saya, Tuhan tidak
akan mendengarkan saya."
Pengakuan harus menyeluruh. Pemazmur berkata, "Carilah aku ya Allah dan
lihatlah apakah ada jalan yang jahat di dalam diriku" (Baca Mazmur 139: 23-24)
e. 3. Permohonan
Permohonan adalah jenis doa di mana kita menyajikan kebutuhan dan keinginan
individual kita kepada Tuhan. Kehidupan doa yang seimbang dibangun di atas petisi pribadi
yang berbasis alkitabiah dan lahir dari hati Tuhan sendiri.
Tentu tidak ada yang egois dalam menyajikan kebutuhan kita kepada Tuhan. Dia
ingin kita datang kepadaNya dengan segala kebutuhan dan perhatian. Kata-kata
Yesus dalam Yohanes 16:24 mengundang kita untuk melakukan itu, "Sampai
sekarang Anda tidak meminta apapun atas nama saya: mintalah, dan Anda akan
menerima, bahwa sukacita Anda mungkin penuh."
Sangat penting bahwa kita belajar untuk memusatkan permohonan pribadi kita
pada prioritas Allah yang terbesar bagi kehidupan kita, untuk meminta petisi
yang membawa kebaikan yang paling abadi.
e.4. Syafaat
Doa syafaat secara sederhana dapat didefinisikan sebagai permohonan untuk orang lain.
Mengingat doa ini sering dikaitkan dengan kebutuhan orang lain, maka ia menuntut suatu
kesediaan untuk menemukan situasi dan kebutuhan aktual orang lain.
Doa syafaat selalu ditujukan pada Allah (Kej. 20:17; Bil. 11:2; 1 Sam. 7:5; 2 Raj. 4:33; Yer.
37:3). Alkitab telah mencatat bahwa subyek syafaat biasanya beberapa figur penting seperti
Abraham (Kej. 20:17), Musa (Bil. 11:2), Samuel (1 Sam. 7:5), Elisa (2 Raj. 4:33), Yeremia (Yer.
37:3). Namun ada juga pensyafaat lain yang mencakup orang secara umum (Yer. 29:7), suatu
kelompok tak bernama yang dituju oleh para penyanyi suatu mazmur (Mzm. 72:15), Ayub (Ay.
42:8), Nehemia (Neh. 1:6), dan Hizkia (2 Taw. 30:18). Obyek syafaat adalah Israel (Bil. 21:7; 1
Sam. 7:5; Yer. 7:16), raja (Yer. 37:3; Mzm. 72:15), individu (Ayb. 42:8), dan suatu musuh atau
bangsa kafir (Yer. 29:7). Figur penting dalam Perjanjian Lama yang menjadi subyek doa syafaat
atau yang menaikkan doa, menjadi mediator yang membawa penderitaan komunal atau
individual kepada Allah. Mereka menjadi mediator antara manusia dan Allah dan bahkan peran
mereka ini boleh dikatakan sebagai gambaran mediator yang akan datang sebagaimana yang
dikatakan oleh Peskett:
The most characteristic picture of prayer in the Old Testament is that of Mediator, a
bridge builder, a person standing in the gap; who as it were, brings God and man together,
speaking for one to the other. In this the great men and women of prayer in the Old Testament
foreshadow the great Intercessor and Mediator himself (John 17).
Gambar paling khas dari doa dalam Perjanjian Lama adalah bahwa dari Mediator,
pembangun jembatan, orang yang berdiri di celah; yang seolah-olah, membawa Allah dan
manusia bersama-sama, berbicara untuk satu ke yang lain. Dalam hal ini pendoa laki-laki dan
wanita hebat dalam Perjanjian Lama pertanda Perantara besar dan Mediator dirinya (Yohanes
17).
Kehidupan doa yang seimbang secara alkitabiah harus mencakup syafaat yang konsisten
untuk semua masalah Kerajaan Raya.
Untuk bersyafaat bagi seseorang adalah berdiri secara rohani di celah seperti
yang disebutkan dalam Yehezkiel 22:30.
Syafaat adalah kategori doa yang luas yang mencakup apapun dari mendoakan
orang-orang yang terhilang untuk berdoa bagi berkat Tuhan bagi seorang
penginjil atau pendeta yang hebat.
Tuhan telah menahbiskan syafaat sebagai cara utama Dia bekerja untuk
menyelamatkan yang terhilang dan memberdayakan gereja.
Tuhan telah memanggil semua orang percaya untuk berdoa syafaat. (Baca 1
Timotius 2: 1-2)
Doa syafaat dapat disimpulkan sebagai doa kepedulian terhadap kondisi komunal yang
berkaitan dengan negara atau bangsa secara keseluruhan atau pun kebutuhan orang lain. Doa
ini juga memanggil umat Tuhan untuk memiliki kepedulian bukan hanya untuk diri sendiri,
tetapi juga untuk komunitas dan orang lain. Kita dipanggil untuk berperan sebagai mediator
atau yang secara umum disebut sebagai “saluran berkat” bagi orang-orang di sekitar kita.
e.5. Meditasi
Hubungan yang sehat harus dua arah! Saat kita berdoa kita berbicara dengan
Tuhan; Saat kita menengahi Dia berbicara kepada kita.
Dalam waktu berdoa, meditasi adalah periode di mana Anda diam-diam
merenungkan pembacaan Kitab Suci dan kesan yang Tuhan berikan.
Dengan bermeditasi, Anda belajar untuk mendengar pimpinan Tuhan dan
dengan demikian doa Anda dimulai dari hati dan pikiran-Nya.
"Mendengarkan Tuhan" adalah kunci mendasar bagi kehidupan doa yang efektif.
disarankan agar menyimpan jurnal doa harian. Tulislah setiap tayangan atau tulisan yang
Tuhan kesankan kepada Anda.
BAB III
Kemampuan melihat secara rohani keadaan setiap tempat sebelum kegiatan doa
dilakukan, misalnya: doa keliling dan peperangan rohani.
1. Riset Sejarah
Nama-nama daerah, keadaan wilayah – ekonomi, sosial, budaya, sejarah setempat)
Siapakah pendiri kota tersebut? Apa agama/kepercayaan yang dianut.
Bagaimana kota itu didirikan dan apakah tujuan mendirikan kota itu?
Apakah arti penting dari nama asal kota tersebut.
Siapakah yang menjadi leluhur atau sesepuh kota itu?
Apakah pernah terjadi suatu trauma atas kota itu? Misalkan; bencana
alam,perang, kerusuhan pemberontakan dll.
2. Riset Fisik
Kegiatan observasi terhadap monumen-monumen, museum-museum, patung-patung,
pusat ilmu gaib, diskotik, bar, night club, tempat-tempat
Berapa banyak jumlah penduduknya?
Agama/kepercayaan apa saja yang dianut penduduknya?
Bagaimana hubungan antar suku dan agama yang ada dikota tersebut?
Tarian, musik, atau bentuk kesenian apa yang khas di kota tersebut?
Apakah mata pencaharian penduduk kota tersebut?
Bagaimana tentang status ekonomi penduduk tersebut – menengah ke
atas/bawah?
Bagaimana tingkat keamanan dan ketertiban masyarakatnya?
3. Riset Rohani
Peninjauan secara rohani teritorial, orang kuat, selubung kegelapan, suasana rohani
dsb.
Bagaimana Kekristenan masuk ke kota itu?
Bagaiama pertumbuhan Kekristenan di kota itu ? Pesat, lambat, tidak
bertumbuh?
Bagaimana keadaan para pemimpin, dan apakah sering terjadi konflik?
Apakah ada unsur penolakan terhadap Injil dan hamba-hamba Tuhan?
Apakah ada kutuk-kutuk yang menimpa penduduk kota itu?
Apakah ilah utama atau roh-roh teritorial yang berhubungan dengan kota itu?
Apakah dampaknya bagi masyarat di kota itu?
Siapakah orang kuat di kota itu? Berhala apakah yang mereka sembah?
Ada berbagai cara untuk berdoa untuk melihat karakteristik doa yang efektif atau yang
membuat perbedaan dan menyelesaikan tujuannya. Doa pertama tentang berhubungan
dengan Tuhan, tapi juga tentang hasil yang melayani kehendak Tuhan di bumi."Tidak cukup
untuk mulai berdoa ... tapi kita harus sabar, percaya terus berdoa sampai kita mendapatkan
sebuah jawaban." Yakobus menyoroti empat karakteristik doa yang efektif: doa berakar dalam
iman; doa dalam konteks hubungan baik; doa dari gaya hidup yang benar; dan doa yang
sungguh-sungguh.
1. Doa yang berakar dalam iman: ini berbicara tentang doa yang berakar pada kepercayaan
tiga kali lipat pada Tuhan.
Ini adalah doa dengan percaya diri akan kuasa Yesus atas dosa, penyakit, dan
Setan.
Ini adalah doa dengan percaya diri dalam darah Yesus yang memenuhi syarat
orang-orang lemah seperti kita menjadi kapal yang melepaskan kuasa-Nya dan
menerima berkat-Nya. Kita dengan berani masuk ke hadirat Allah oleh darah
Yesus (Ibr 10:19). Kita tidak mengecilkan hati karena malu atau bersalah, karena
Ia telah memberikan kebenaranNya kepada kita sebagai pemberian gratis (2
Korintus 5:21).
Ini adalah doa dengan percaya diri dalam keinginan Bapa untuk menyembuhkan,
membebaskan, dan memberkati umat-Nya dengan kuasa dan pekerjaan Roh
Kudus (Luk 11:13).
2. Doa dalam konteks hubungan baik:
Dalam mengajarkan doa yang efektif, Yakobus mendesak kita untuk mengakui dosa-
dosa kita satu sama lain (Yak. 5:16). Kami mengikuti nasehat ini paling sering dalam konteks
untuk hubungan yang kuat dengan orang lain. Ada yang berkomitmen untuk tumbuh dalam
hubungan dengan orang lain, namun puas memiliki kehidupan doa yang lemah. Yang lain
berkomitmen untuk tumbuh dalam doa, namun merasa memiliki hubungan yang lemah. Alkitab
menetapkan kedua nilai ini sebagai pelengkap, tidak bersaing.
Kehidupan doa yang kuat pada akhirnya akan menghasilkan hubungan yang kuat
dengan orang-orang. Doa bukan tentang anti-relasional atau antisosial. Doa yang
benar memiliki efek sebaliknya. Ini semua tentang cinta kasih Tuhan dan
manusia. Orang-orang sholat harus yang paling berenergi dalam cinta.
Tuhan sangat memperhatikan hubungan suami suami harus menghormati istri
mereka sehingga doa mereka tidak terhalang. Ukuran efektivitas suami dalam
doa berhubungan dengan ukuran yang dengannya dia menghormati istrinya. Dia
bisa berdoa dengan fasih di depan umum, tapi jika dia berbicara dengan cara
yang tidak baik kepada istrinya secara pribadi, doanya terhambat (1 Pet 3: 7).
1 Petrus 3: 7 penting untuk gerakan doa global. Seiring gerakan doa dewasa,
maka penekanan pada kehormatan dalam pernikahan akan meningkat, terutama
kehormatan bagi istri.
3. Doa sebagai gaya hidup yang benar:
Komitmen terhadap gaya hidup kebenaran sangat penting untuk menumbuhkan
kehidupan doa yang efektif (Yakobus 5:16). Kondisi alkitabiah ini sering diminimalisir, bahkan
oleh beberapa orang yang sangat terlibat dalam gerakan doa dan pemujaan hari ini. Sebuah
doa yang efektif dan sungguh-sungguh dari orang benar berguna. (Yakobus 5:16)
Orang benar dalam bagian ini adalah setiap orang percaya yang menentukan
hatinya untuk mematuhi Yesus saat ia berusaha untuk berjalan dalam karakter
saleh. Menetapkan hati kita untuk ditaati sangat penting, bahkan jika kita gagal
memenuhi ketaatan yang konsisten dan matang. Saya belum pernah bertemu
dengan seseorang yang begitu dewasa dalam kebenaran sehingga dia berada di
atas semua godaan dan tidak pernah ketinggalan dalam perjalanannya dengan
Tuhan.
Doa "orang benar" mencakup doa orang-orang yang tidak sempurna dan lemah
yang dengan tulus berusaha untuk berjalan dalam kebenaran bahkan saat kita
tersandung dalam kelemahan kita.
Tuhan menanggapi umatNya karena mereka berusaha untuk mematuhi
perintah-Nya dan melakukan hal-hal yang berkenan kepada-Nya. Dan apa pun
yang kita minta, kita terima dari Dia, karena kita mematuhi perintah-perintah-
Nya dan melakukan hal-hal yang menyenangkan di mata-Nya. (1Yoh 3:22)
Doa bukanlah pengganti ketaatan. Saya telah bertemu dengan mereka yang
membayangkan bahwa jika mereka berdoa dan berpuasa lebih banyak, mereka
dapat berjalan dengan sedikit amoral atau tidak jujur dalam keuangan atau
fitnah orang-orang yang tidak memperlakukan mereka sesuai dengan keinginan
mereka. Mereka berpikir bahwa menjadi lebih bersemangat dalam disiplin
spiritual akan menyeimbangkan area kompromi yang terus-menerus.Dan dosa-
dosamu telah menyembunyikan wajah-Nya dari pada-Mu, supaya Ia tidak
mendengarnya. (Yesaya 59: 2)
Doa jauh lebih membosankan dan sulit jika kita berusaha menjalani satu bagian
dari kehidupan kita seolah-olah itu milik Tuhan dan bagian lain seolah-olah itu
milik kita. Ada hubungan antara gaya hidup kita dan kemampuan kita untuk
menikmati sholat (Mat 5: 8). Kompromi yang terus menerus dan disengaja dalam
kehidupan kita sangat menghalangi kehidupan doa kita dan kemampuan kita
untuk setuju dengan Tuhan dalam doa.
Ketika kita sampai pada ketaatan kita, kita harus mengetahuinya dan
mengakuinya, daripada berusaha untuk merasionalisasinya. Kita menyebutnya
dosa, kita bertobat darinya, dan kita dengan bebas menerima pengampunan dari
Tuhan. Kemudian kita "menekan hapus" dan berdiri dengan percaya diri akan
kehadiran Tuhan.
Berjalan dalam ketaatan bukanlah tentang mencari jawaban atas doa kita; Ini
adalah tentang hidup dalam perjanjian dengan cinta karena Tuhan adalah cinta.
Beberapa orang yang mengajar sholat mengabaikan perlunya menaati Tuhan.
Hal ini lebih populer untuk hanya menekankan otoritas kita di dalam Kristus
tanpa menyebutkan perlunya menetapkan hati kita untuk mematuhi Yesus. Dia
yang memiliki perintah-Ku dan menaati mereka, dialah yang mengasihi Aku. Dan
dia yang mengasihi Aku akan dikasihi oleh Bapa-Ku, dan Aku akan mengasihi Dia
dan mewujudkan diri-Ku kepadanya. "(Yoh 14:21)
Dalam Perjanjian Lama kata untuk pujian sering di sebut dengan Haleluya atau aleluya,
berasal dari kata bahasa Ibrani: ַהלְלּוי ָּה, kata Haleluya berasal dari kata ָהלַל- HALAL Standar
Halleluyah Tiberias Halləlûyāh (bahasa Yunani: Ἁλληλούϊα, Allelouia) yang memiliki arti "Pujilah
Tuhan". Haleluya banyak ditemukan dalam kitab Mazmur pasal 113-118 dan memiliki lafal
serupa dalam banyak bahasa, namun tidak semua bahasa. Haleluya digunakan dalam agama
Yahudi sebagai bagian dari doa Hallel: ( ַהלֵלdoa pujian), dan sebagai pujian kepada Tuhan dalam
agama Kristen.
Dalam Alkitab Ibrani halleluyah sebenarnya bukan satu kata, melainkan merupakan satu
frasa yang terdiri dari dua kata. Bagian pertama, hallelu, merupakan bentuk perintah untuk
orang kedua laki-laki jamak (seperti "kalian" untuk kaum pria, dalam bahasa Indonesia) dari
kata Ibrani hallal. Namun, "halleluyah" bukan sekedar bermakna "pujilah Yah", karena kata
hallel dalam bahasa Ibrani berarti "pujian gembira dalam nyanyian, untuk memuliakan Allah".
Hallel dapat merujuk juga kepada seseorang yang bertindak seperti orang gila atau orang
sangat ceroboh.
Dalam bahasa Ibrani, kata “Haleluyah” terdiri dari dua kata: “Hallelu” dan “Yah”. Kata
“Halelu” (akhiran "-u" menandakan perintah untuk orang pertama jamak, semacam "marilah
kita") berasal dari kata "Halel" (= memuji) yang terdiri dari dua huruf Ibrani “he” ( )הdan
“lamed” ()ל. Huruf “he” awalnya adalah gambar seorang laki-laki dengan tangan menengadah
ke atas melihat ke suatu penglihatan yang menakjubkan. Sedangkan huruf “lamed” pada
mulanya gambar sebuah tongkat gembala. Tongkat dipakai sang gembala untuk menggerakkan
kawanan binatang ke suatu arah. Dengan demikian penggabungan dua huruf “he” dan “lamed”
itu berarti “melihat ke arah”. Sedangkan kata “Yah” merupakan kependekan dari nama sebutan
Tuhan, YHWH atau dalam bahasa Inggris Yahweh atau Jehovah. Dengan demikian "Haleluya"
dapat diartikan "melihat ke arah Tuhan".
Secara etimologi, ada beberapa kata yang digunakan untuk penyembahan dalam
Alkitab, seperti yang dikutip oleh Sadhu Sundar Selvaraj dalam bukunya: Shachah ׁשחָה
ָ (Ibrani)
berarti menyembah, meniarapkan diri, membungkuk (Kejadian 37:7, 9, 10, 12; Imamat 26:1).
Kata ini pun berarti merundukkan (membungkukkan) badan, menjatuhkan diri, memohon
dengan rendah hati, melakukan penyembahan. Kata ini secara spesifik dipakai untuk
mengartikan: bersujud, bertiarap, sebagai suatu tindakan penghormatan di hadapan seorang
yang mulia. Shachah ׁשָ חָהdigunakan sebagai suatu istilah yang umum untuk datang di hadapan
Allah dalam penyembahan (Keluaran 34:8; I Samuel 15:25; Yeremia 7:2).
Dari beberapa kata kutipan di atas yang digunakan untuk penyembahan dalam Alkitab,
dapat disimpulkan bahwa penyembahan adalah sikap merendahkan diri dihadapan Allah yang
dapat ditunjukkan dengan cara: membungkuk, bersujud, bertiarap dengan tujuan memberikan
penghormatan, menyembah, atau memohon kepada Allah sebagai yang layak serta yang agung
mengatasi ciptaan-Nya.
Dalam lingkup Perjanjian Lama unsur penyembahan secara khusus diletakkan untuk
umat Allah. Namun, itu akan sangat naïf untuk memikirkan unsur-unsur penyembahan Perjanjia
Lama karena tidak timbul dari budaya dan situasi historis bangsa Israel kuno. Setiap studi
mendalam akan budaya kuno menunjukkan bahwa ada kesejajaran yang luas antara unsur,
struktur, dan bahkan arsitektur praktik keagamaan orang-orang Israel dan agama-agama dan
agama-agama lain. Apa yang istimewa tentang penyembahan orang Israel adalah kerangka
teologis di dalamnya yang unsur dan bentuk ibadah mereka dioperasikan.Orang Israel memiliki
tiga unik ide teologis mengungkapkan kepada mereka yang membedakan teologi mereka dari
ajaran bangsa kafir :
Manusia memiliki keserupaan dengan gambar Allah, manusia diciptakan untuk memiliki
kedekatan dengan Allah; dan ketika hubungan itu terputus maka manusia menjadi tidak
lengkap dan membutuhkan pemulihan. Komuni dengan Allah yang hidup adalah inti sari
penyembahan. Manusia diciptakan berbeda dengan binatang dalam hal hati nurani moralnya,
pengenalan diri sendiri dan kapasitas untuk perjumpaan spiritual dengan penciptanya. Semua
manusia dalam pandangan ini memiliki dua aspek yaitu tubuh dan rohani (tubuh dan jiwa, atau
tubuh dan pikiran, atau tubuh dan roh) dan kapasitasnya berhubungan erat keduanya antara
ciptaan dan Pencipta mereka. Kapasitas ini juga telah dirusak, dan disalahgunakan karena dosa.
Tuhan mengembalikan hubungan yang rusak melalui Yesus Kristus sehingga orang yang percaya
dapat datang menyembah Tuhan secara pribadi.
Penyembahan hanya ditujukan kepada Allah. Penyembahan kepada Allah adalah sikap
hati yang benar dan respons terhadap Allah dan mengalaminya secara pribadi di hadapan-Nya.
John MacArthur mendefinisikan penyembahan yang sejati adalah suatu respons kepada
kebenaran kudus. Ini adalah gairah karena hal ini bangkit dari kasih kita untuk Allah. Demikian
juga sebaliknya mengapa manusia menyembah Allah?
Sungguh jelas nyata kalau manusia itu bukanlah mahluk jasmani yang memiliki roh
tetapi mahluk rohani yang memiliki jasmani, di hadapan Allah roh itu hidup. Demikianlah Yesus
menegaskan di dalam Matius, bahwa manusia bukan hidup dari roti tetapi dari firman Allah.
Tuhan kita bukanlah suatu obyek mati, seperti suatu berhala penyembah berhala dengan suatu
mulut yang tidak bisa berbicara, memandang tapi tidak bisa lihat, telinga yang tidak bisa
dengar, dan tangan yang tidak bisa memenuhi apapun (Mazmur 115:47). Ia dalam keadaan
hidup. Seluruh kata roh juga berarti “ nafas,” dan nafas adalah bukti hidup. Seluruh Alkitab ia
disebut Tuhan yang hidup (Yoshua 3:10; Mazmur 84:2; 1 Tesalonika 1:9). Tetapi roh juga
seseorang pribadi, bukan suatu kekuatan bertindak tanpa tujuan atau alasan.
Hanya pribadilah yang menyadari dirinya yang bisa membuat statemen itu. Ia juga
mempunyai kebebasan untuk memilih tindakannya menurut apa yang ia pertimbangkan baik. Ia
mempertunjukkannya ketika Ia menyuruh Musa untuk kembali ke Mesir, mengumpulkan tua-
tua, dan menginformasikan mereka bahwa bangsa itu akan dibebaskan dari perbudakan orang
mesir (Keluaran 3:15,17). Suatu kekuatan yang bukan pribadi tidak berbicara dan memberi
arahan logis seperti itu.
Itu mempunyai beberapa implikasi bersangkutan dengan hidup kita. Jika kita
mengetahui, mencintai, dan melayani Tuhan yang tidak mempunyai unsur material, itu
seharusnya mengurangi minat kita pada berbagai hal material. Bukankah itu akan membuat kita
berbeda dari orang-orang di sekitar kita? Kita tinggal di suatu kultur yang secara terus menerus
mencoba untuk memberi makan keinginan untuk hal yang dapat dibeli dengan uang dan
keamanan yang bisa disediakan dengan uang. Hampir mustahil untuk terlepas dari
pengaruhnya. Kemewahan kemarin menjadi kebutuhan sekarang. Dan semakin kita
mendapatkan, semakin sedikit kepuasannya. Jika kita pernah mendapatkan segalanya yang kita
ingin, kita akan temukan bahwa tidak satupun dari hal itu membawa kepuasan riil.
Tanggung jawab utama adalah merawat dan memerintah di atas bumi sebagai pelayan
Tuhan. Jadi dapat dilihat bahwa Adam dan Hawa tunduk kepada Tuhan dan bahwa mereka
melayani Tuhan dalam kejujuran.
Kejatuhan memperkenalkan dosa ke dalam hubungan kita dengan Tuhan dengan tragis
dengan akibat sebagai berikut ini:
1. Dosa mematahkan hubungan kita dengan Tuhan dan menghancurkan kemampuan kita
untuk mendekati Tuhan dalam ibadah.
2. Dosa menyebabkan manusia ingin menyembah dengan tidak benar, karena itu kita
menyembah "berhala" dan mempraktikkan "penyembahan berhala."
Di awal Perjanjian Lama umat Tuhan dapat berhubungan kembali dengan Tuhan, tapi ini
hanya terjadi melalui pengorbanan. Kita sudah pernah melihat contoh Habel, tapi ada catatan
lain yang berharga. Nuh misalnya berkomunikasi dengan Tuhan dalam penyembahan melalui
sebuah pengorbanan, Kej 8: 20-22. Abraham, dan juga para patriakh lainnya, memuja Tuhan
dengan pengorbanan di altar yang mereka bangun Tema ini dilanjutkan melalui periode
Keluaran dengan Paskah Domba di Mesir, Kel. 12, yang menyebabkan penghakiman Allah
terhadap dosa berbalik Selain itu, dan mengarah ke sistem pengorbanan yang ditetapkan oleh
Tuhan dengan
Tabernakel di waktu Musa, Imamat 1-7. Akhirnya sistem penyembahan kurban yang sama ini
dipasang secara permanen dengan pembangunan kuil Salomo.
Allah mencari penyembah yang akan menyembah, bukan hanya sekedar menyembah
dirinya. Karena Ia telah memiliki penyembahan sejak adanya malaikat-malaikat, kerubim dan
serafim. Dia tidak memiliki kekosongan di dalam diri-Nya yang hanya dapat diisi oleh
penyembahan. Allah bukan berada dalam posisi ketidaknyamanan. Dia bahkan tidak
kekurangan apapun di dalam diri-Nya. Tetapi Ia adalah Bapa kita, dan Dia memiliki kerinduan
untuk berinteraksi dalam hubungan bersama anak-anak-Nya.
Seperti yang ditulis oleh Rasul Yohanes: “Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba
sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan
kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian (Yohanes 4:23). Kata
Yunani yang diterjemahkan adalah “mencari” di dalam Yohanes 4:23 adalah zeteo. Dalam
konteks ini ditambah dengan makna konotasinya sebagai “memerlukan” atau “menuntut” Bapa
mewajibakan atau menuntut siapa yang menyembah Dia di dalam roh dan kebenaran. Dia
mencari mereka dan mengejar mereka. Apa yang Allah temukan ketika Ia menemukan anda.
Pergi ke gereja untuk beberapa jam tidak membuat seseorang menjadi penyembah.
Menjadi penyembah lebih dari sekedar melakukan hal yang benar. Itu adalah sebuah sikap
hidup. Penyembahan harus berkelanjutan. Itu tidak dimulai dan berhenti sebagaimana lagu
berhenti, tetapi itu adalah sebuah sikap yang konstan yang menghasilkan hubungan erat yang
interaktif dengan Bapa sorgawi. Daud menulis:
“Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepadaa-Nya tetap di dalam
mulutku” (Mazmur 34:2). Penulis kitab Ibrani juga berkata:“Sebab itu marilah kita, oleh Dia,
senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang
memuliakan nama-Nya” (Ibrani 13:15).
Permasalahannya bukan kapan dan di mana dan bagaimana. Setiap waktu atau setiap
tempat pantas untuk menyembah Bapa “dalam roh dan kebenaran” (Yohanes 4:23). Paulus
mengajarkan kita bahwa tubuh kita adalah bait Roh Kudus (1 Korintus 6:19; 3:16-17). Kita
adalah bait yang berjalan. Kemanapun kita pergi penyembahan bisa di mana saja – di
supermarket, Pom Bensin, di kantor ataupun di mall. Di mana ada bait penyembahan di sana
penyembahan pun bisa.
Ciri utama dari pujian adalah adanya perayaan dan sukacita yang meluap-luap.
Diekspresikan dengan menyanyi, memekik, memainkan alat musik, manari-nari dan ekspresi
luar yang lain. Arah pujian yaitu sesuatu yang kita tujukan langsung kepada Tuhan (bersifat
vertikal) pujian pengagungan. Dan sesuatu yang kita ungkapkan kepada orang lain tentang
Tuhan (bersifat horizontal).
BAB IV
Sekarang ini terdapat berbagai jenis denominasi gereja di dunia, termasuk di Indonesia.
Setiap denominasi memiliki tata ibadah dan gaya musik yang berbeda dalam menyembah
Tuhan. Selama perjalanan gereja di dunia telah terjadi banyak perubahan di dalamnya.
Perubahan tersebut tentu tidak lepas dari konteksnya, seperti letak geografis, budaya, sosiologi,
nilai-nilai religius dimana masyarakat itu berada.
Transformasi dalam musik gereja merupakan bukti adanya keterbukaan jemaat pada
masanya. Jemaat mau mengaplikasi budaya lokal dan asing sebagai bagian integral dalam
ibadah, begitu juga terhadap pola musik yang kontekstual dan kontemporer dimasanya. Jika
Daud di masanya menggunakan kecapi, gambus, rebana dan gendang maka dengan
perkembangan teologi dan ajaran membawa perkembangan pola musikal serta cara untuk
mengekspresikan iman melalui nyanyian gereja-gereja masa kini juga melakukan
kontekstualisasi terhadap instrumen yang digunakan dalam ibadah.
Musik sangat penting dalam ibadah gereja, sebab sebagian besar porsi ibadah gereja
memiliki unsur musik, baik vokal maupun instrumental. Begitu pentingnya musik di dalam
gereja, sehingga Martin Luther, tokoh gereja protestan era reformasi menyatakan bahwa gereja
yang baik adalah gereja yang bernyanyi
Makna musik dalam ibadah gereja dalam istilah lain dalam liturgi gereja adalah
ungkapan simbolis perayaan iman jemaat gereja. Perayaan iman yang dimaksud adalah
penghayatan terhadap misteri dalam agama Kristen dalam diri Kristus sebagai sosok
penyelamat yang benar-benar menyentuh perasaan umat dalam nyanyian. Hubungan musik
dan liturgi (seharusnya) bersifat harmonis, yaitu keseimbangan yang pas antara musik dan
penghayatan iman menjadi tidak terpisahkan.
Unsur musik dalam memiliki keterkaitan yang kuat sepanjang sejarah dengan gereja dan
persekutuan doa dalam hal pengembangan kehidupan spiritualitas, sumber daya, organisasi
gereja, mentalitas, keahlian, integritas keteladanan umat beriman yang harus senantiasa
dipikirkan oleh gereja sebagai organisasi. Dengan begitu musik menjadi alat teologi dalam
mendidik umat yang bertujuan mencerdaskan umat untuk berperilaku yang baik sesuai ajaran
gereja.
Sesuai dengan perkembangan zaman penting untuk memperhatikan fungsi musik dalam
ibadah dan menara doa, tetapi dalam kontekstualisasi music bagi pujian penyembahanan
terlebih dalam mengaplikasikannya dalam menara doa perlu melihat faktor-faktor yang
mempengaruhi, misalnya budaya. Perlu diperhatikan agar musik yang kontekstual tersebut
tetap merefleksikan Firman Allah. Tidak harus mengacu kepada genre musik atau instrumen
tertentu, tetapi tetap mendorong jemaat dalam penyembahan lebih baik. Firman Allah sebagai
alat untuk menuntun orang Kristen dalam menelaah musik yang tepat pada zamannya serta
memakainya sebagai alat untuk merefleksikan hati orang percaya kepada kemuliaan Tuhan.
(Lihat Mazmur 43:3; 119:105; 2 Timotius 3:16-17).
Dari sisi prinsip-prinsip Psikologi, Clarke (2003) dalam kajiannya tentang musik dan
perilaku menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi dalam musik. telah lama ditelaah bahwa
musik dan perilaku memiliki pengaruh timbal balik (mutual influence) terhadap si pendengar
dan pelaku. De Nora menegaskan bahwa musik dapat menjadi dan merupakan “cermin” bagi
diri sendiri.Artinya musik yang dinyanyikan dalam ibadah melalui teks-teks memberi pengaruh
yang kuat dan diyakini memiliki dampak khusus terhadap perilaku jemaat, karena jenis musik
tertentu dianggap dapat membawa respons yang berbeda dari perilaku manusia. Kisah yang
begitu populer adalah tentang Daud saat ia memainkan kecapi untuk menenangkan Saul yang
sedang kesurupan, dan sering dianggap sebagai cerita yang paling dikenal tentang pengusiran
setan dengan cara musikal.
Musik tidak dapat dipisahkan dari pola kebersamaan dan tingkah laku. Dalam sebuah
ibadah, jemaat secara komunal akan secara ekspresif melakukan penyembahan, melalui doa,
bermazmur, berbahasa Roh secara komunal, mengundang agar dirinya dipenuhi Roh Kudus.
Zaman baru, gereja baru, dogmatika baru dalam penginjilan menumbuhkan interpretasi
baru dalam ibadah dan pujian penyembahan serta persekutua doa. Tak seorangpun tahu dan
mungkin tidak akan bisa tahu seperti apa dan ke arah mana musik Kristen kontemporer akan
terus mengalir dan menemukan tempatnya berlabuh. Bisa juga pertanyaan tersebut diabaikan,
kecuali hanya menerima dan memahami bahwa musik dalam gereja juga tidak dapat terelakkan
tidak hanya sekedar ekspresi manusia terhadap sang pencipta, bukan sekedar keindahan, tetapi
musik juga bagian dari bahasa kode-kode hubungan dan kenyataan keseharian, bahasa industri
pergaulan tanpa batas. Musik Kristen kontemporer sebagai aksi maupun reaksi tumbuh dan
berkembang dalam suasana dan lingkungan gereja, lintas denominasi dan komunitas Kristen
tanpa batas dan untuk semuanya di jaman yang terus mengalami perubahan dan penuh
kontroversi ini.
Sebagai orang kristen penting untuk mempertimbangkan apa yang Alkitab katakan
tentang pujian penyembahan, apa yang dikatakan semua Kitab Suci tentang bagaimana
menghadap Allah saat mempersembahkan korban pujian. Ini berarti bahwa harus dilihat
Perjanjian Lama tidak kurang dari apa yang diajarkan oleh Perjanjian Baru. Dengan melakukan
hal itu, kita harus ingat bahwa tidak semua yang dilakukan dalam ibadah di bawah perjanjian
lama membawa ke dalam perjanjian baru. Misalnya, Dalam Perjanjian Baru korban hewan tidak
lagi dipersembahkan karena Ibrani 9-10 mengatakan bahwa Yesus adalah korban terakhir untuk
dosa. Namun demikian, ada beberapa prinsip yang dapat dilihat dari Kitab Suci Perjanjian Lama
yang dapat membimbing praktik ibadah untuk Perjanjian Baru.
Satu penekanan dalam ajaran Perjanjian Lama tentang penyembahan adalah bahwa bait
suci itu adalah rumah doa untuk semua bangsa (Yesaya 56: 6-8). Peran doa sebagai salah satu
tujuan yang ditetapkan dari tempat kudus di mana orang akan bertemu untuk penyembahan
perusahaan menunjukkan peran penting doa dalam kehidupan gereja. Ada penekanan pada
syafaat korporat yang Tuhan inginkan untuk umat-Nya yang terlihat dibawa ke dalam perjanjian
baru, karena kita membaca tentang pertemuan doa yang diadakan orang Kristen pertama (Kis
12:12). Tentu saja, orang-orang percaya paling awal tidak memiliki tempat suci untuk pujian
dan doa, sering bertemu di rumah untuk mengajar dan beribadah. Namun, penekanan
perusahaan pada doa menunjukkan bahwa pantas untuk memiliki tempat-tempat suci yang
merupakan rumah doa untuk umat Allah. Adalah baik untuk memiliki ruang khusus di mana
umat Allah dapat berkumpul untuk memanggil nama-Nya dan bahkan di mana individu dapat
pergi keluar dari waktu pelayanan untuk bertemu dengan Tuhan di tempat yang sepi.
Dalam Perjanjian Lama Ada tiga bentuk pusat ibadah yang sangat di kenal di zaman
bangsa Israel
Jauh sebelum Daud menjadi Raja, tepatnya pada zaman Musa, Tuhan memerintahkan
Musa untuk membangun Kemah Suci (Tabernakel) sebagai rumah ibadah kepada Tuhan
(Keluaran 40:17-33). Di Tabernakel Musa, diadakan persembahan dan pemujaan kepada Tuhan.
Tabut Perjanjian yang di identikkan dengan kehadiran Allah itu ada di dalam Kemah Suci.
Pondok Daud adalah pola ibadah yang dipenuhi sorak sorai dan puji-pujian, sukacita,
ucapan syukur, dan dapat dimasuki oleh semua bangsa (Lihat Mazmur 86:9). Pondok Daud
merupakan satu pola ibadah yang sangat menekankan pujian dan penyembah yang dinominasi
serta peranan musik sangat penting didalamnya, ibadah pujian dan penyembahan akan
membawa kita kepada salah satunya adalah selebratif atau perayaan. Alkitab mencatat ada tiga
tempat pemujaan yang digunakan untuk bersekutu dengan Tuhan. Ketiga tempat tersebut
adalah Tabernakel Musa, Tabernakel (Bait) Salomo dan Tabernakel (pondok).
Berbeda dengan Kemah Musa, di Pondok Daud selalu ada nyanyian pujian dan
penyembahan yang dinaikkan kepada Allah. Tidak ada korban binatang yang dipersembahkan,
tetapi yang ada adalah korban pujian dan ucapan syukur.
Dalam bait Salomo juga ada puji-pujian yang selalu dinaikkan kepada Tuhan siang dan
malam terus menerus, tetapi itu dilakukan di pelataran Bait Suci. Di Pondok Daud para pemuji
menyelenggarakan ibadahnya di hadapan Tabut Allah! Sesuatu yang tidak diperbolehkan di
Kemah Musa maupun Bait Salomo.
Daud merupakan sosok yang penting dan mempengaruhi gereja-gereja Kharismatik
dalam pola ibadah yang penuh dengan musik dalam ibadah. Pola Ibadah hari ini baik dalam
ibadah dan persekutuan doa kharismatik menunjukkan hubungan yang dekat dengan apa yang
Daud kembangkan di zamannya. Termasuk Imam Lewi yang memiliki peranan penting dalam
nyanyian Mazmur di Bait Allah (1Tawarikh 16:4-7).
Daud adalah seorang yang sangat ahli dalam bidang musik, juga seorang yang gagah
berani, ahli dalam berperang, seorang penasihat ulung, memiliki pribadi simpatik, dan hidupnya
selalu disertai Allah. Daud memiliki banyak waktu luang untuk berkumpul dengan nabi-nabi lain
di sekolah, seperti Samuel untuk banyak belajar tentang pelayanan musik. (1Samuel 19:18)
3. Bait Salomo
Daud pun hendak mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan. Tanpa diperintahkan
oleh Tuhan, Daud tergerak untuk membangunkan rumah Allah yang lebih megah. Pada zaman
anaknya, Salomo, visi Daud ini digenapi. Bait Suci Salomo menjadi Bait Suci yang termegah.
Dari ketiga bentuk ibadah di atas Ciri paling menonjol dalam Pondok Daud adalah: hanya
ada satu benda ditempatkan di tengah-tengah, yaitu Tabut Perjanjian Allah, yang pada waktu
itu menggambarkan kehadiran Allah di tangah umat-Nya. Para pemuji dan penyembah
mengelilingi Tabut itu dan menyembah Allah siang dan malam. Fokus dari penyembahan saat
ini tidak lain adalah Allah yang hadir di tengah umat-Nya. Semua mata tertuju kepada Allah.
Semua nyanyian dinaikkan bagi Dia.
Demikian pola ibadah yang digunakan di dalam menara doa mengadopsi pola ibadah
yang juga dikembangkan oleh Daud di zaman itu, hanya perbedaannya pada penggunaan alat
musik yang sesuai konteks kekinian baik jenis musik dan alat musik.
Kategori pembinaan sangat besar sehingga mencakup hampir semua aspek Ibadah
Perjanjian Baru. Rasul Paulus secara teratur menggunakan istilah pembangunan untuk
menggambarkan pertemuan ibadah di Perjanjian Baru, 1 Korintus. 14: 3-5, 12, 17, 26, 31; 1
Tesalonika. 5:11; Efesus. 4: 11-16.
Paulus mengharapkan agar kita bertemu dengan Tuhan saat kita berkumpul dan saling
menguatkan dalam kesatuan Roh Kudus dan pemberitaan dan pengajaran Injil.
Aktivitas penyembahan dalam Perjanjian Baru berfokus pada pembangunan umat Allah
sehingga tujuannya bagi penebusan seluruh dunia bisa terlaksana. Sekarang ketika umat Allah
Berkumpul di dalam Yesus, mereka memuji Dia karena pekerjaan penebusannya dan menjalani
penebusan di dalam Yesus setiap aspek kehidupan mereka. Doa, pembacaan tulisan suci,
pemberitaan Injil dari tulisan suci, bernyanyi kepada Tuhan dan satu sama lain dengan
nyanyian, nyanyian rohani sakramen baptisan dan Perjamuan Tuhan, mengakui apa yang kita
percaya, penggunaan karunia rohani, persembahan kita, komunikasi kehidupan dan kegiatan
keluarga gereja, kesaksian tentang kuasa dan anugerah Allah, ungkapan pesan Injil melalui seni
kreatif, dan demonstrasi penyembahan Kristen, harus dipilih oleh pemimpin gereja dan
diungkapkan oleh gereja yang berkumpul dengan cara yang membangun tubuh Kristus.
Ada kekuatan supranatural yang dilepaskan saat gereja berdoa. Apa yang dibutuhkan di
gereja sedunia pada saat ini adalah gereja yang bersatu dan berdoa. Kita membutuhkan
kekuatan supranatural. Hanya kekuatan Tuhan yang akan mengalahkan serangan musuh di kota
kita. Ketika gereja di sebuah kota atau wilayah memutuskan untuk membatalkan agenda sendiri
dan memutuskan untuk datang bersama untuk berdoa, ada kekuatan spiritual yang besar
dilepaskan ke atmosfer. Doa akan mempengaruhi segalanya! Ini akan mempengaruhi waktu,
tempat, kesempatan, dan keadaan. Sebuah gereja doa di dalam kota membawa kesuksesan dan
kekuatan supernatural ke wilayah tersebut.
Gereja dapat ditransformasikan oleh kuasa Tuhan. Tak seorang pun pemimpin gereja
yang memiliki jawaban atas di mana gereja itu didirikan; hanya Tuhan yang melakukannya
Dialah yang mengubah dan membawa perubahan. Ini semua tentang Kerajaan Allah dan
keintiman dengan sang Raja.
BAB V
Ketujuh-belas pasal terakhir dalam Kisah Para Rasul terdapat beberapa referensi
mengenai doa. Doa-doa orang kudus adalah dupa di atas altar emas, naik ke Allah Bapa, melalui
pelayanan dari Imam Besar, Yesus Kristus (Wahyu 5:8; Mazmur 141:1,2; Ibrani 7:25). “Karena
itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang
kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengatara mereka.”
Gereja yang tidak berdoa adalah sebuah gereja yang tidak memiliki kuasa (Yudas 20). I
Tesalonika 5:17; Gereja dilahirkan dalam doa. Doa di dalam Roh. RumahNya disebut “Rumah
Doa.” (Matius 21:13). Inilah bagaimana Tuhan menambahkan jiwa-jiwa untuk gerejaNya.
Doa adalah sesuatu yang sangat penting dalam pelaksanaan tugas pemberitaan Injil.
Melalui doa gereja dituntun dan mendapatkan perlindungan Tuhan dalam melaksanakan
Amanat Agung tersebut.
Gereja-gereja Tuhan banyak yang lemah karena tidak setia dalam panggilannya
yaitu untuk memenangkan jiwa-jiwa lewat pemuridan atau penginjilan. Setiap orang berbeda
talenta, karunia, karakternya tetapi yang paling utama adalah bahwa gereja harus berfokus
kepada Tuhan Yesus, sehingga gereja akan bertumbuh secari rohani maupun jumlah.
Untuk penanaman gereja maka kita harus mencari daerah dimana Tuhan
kehendaki, pertama sekali harus ada jiwa disana/ daerah tersebut. Kepada jiwa-jiwa yang kita
temui bawa masuk untuk menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat, lalu
memuridkan mereka supaya memiliki iman yang bertumbuh sehingga mereka akan
dimerdekakan. Di dalam gereja akan terjalin kebersamaan, saling menguatkan dan persekutuan
kepada Tuhan Yesus Kristus.
Sebagaiman kita bertumbuh di dalam hubungan dengan Alllah, dan Dia mulai
berbagi dengan kita isi hatiNya dan kita mulai menjadi sepenanggungan dengan mereka yang
mengalami beban. Ada empat hal penting yang ada dalam penanaman gereja
1. Perubahan paradigma
Gereja harus mempunyai perobahan paradigma yang radikal, bahwa penanaman
gereja bisa di lakukan semua orang dalam tempo yang cepat dan tidak
mengeluarkan biaya.
2. Disengaja
Harus di biasakan atau di sengaja
3. Strategi
mengikuti apa yang di lakukan gereja mula mula dalam
4. Dapat bereproduksi
Gereja melahirkan gereja, pemimpin melahirkan pemimpin
Sebelum dan setelah pelayanan dan membagikan hidup, maka harus memiliki
keintiman dengan Allah dengan berdoa seperti yang Tuhan Yesus lakukan berdoa naik ke bukit
di tempat yang sunyi supaya disegarkan dan menerima arahan dari Bapa di Surga. Memiliki
keintiman dengan Allah menolong kita untuk belajar kepadaNya (Matius 4:23-25). Adapun
tugas Gereja yang berdoa adalah memperluas Kerajaan Allah di muka bumi lewat pemberitaan
Injil. Sebagai formasi rohani gereja tidak sembarangan dalam melakukan panggilan-Nya. Secara
khusus menara doa sebagai alat formasi rohani di mana gereja bergantung pada Roh Kudus
dalam penanaman gereja (Roma 10 : 14-15). Gereja mula-mula selalu mengandalkan Roh Kudus
bagi pemberitaan Injil.
2. Komunitas/ persekutuan
Persekutuan dengan Allah adalah sangat penting agar kita memiliki hubungan
yang baik dengan Allah untuk menerima tuntunanNya dan kita mengerti setiap rencana Tuhan
dan peka akan mendengarkan suaraNYa serta mengerti isi hati Tuhan (Ikorintus 2:9).
Persekutuan adalah tentang terang bahwa segala perbuatan kita ada di dalam terang dan
menjauhkan diri kita dari perbuatan-perbuatan gelap.
Tuhan datang dan ingin bersekutu secara dekat dengan manusia, hidup bergaul dengan
allah persekutuan dengan Allah adalah berkenan kepadaNya (Yesaya 62:3-4) Hephzibah =
delight = yang berkenan kepadaKu. Kita harus berjalan semakin dekat dan dekat kepada Tuhan,
sehingga kita akan diproses menjadi sempurna.
4. Penginjilan
Pada formasi yang terakhir penginjilan menjadi implementasi dan aksi dari setiap
apa yang didoakan. (II Korintus 5 : 17-21). Karunia Tuhan akan dicurahkan kepada kita ketika
melayani Dia untuk memperlengkapi kita dalam pekerjaanNya. Memenangkan jiwa adalah
panggilan umum jadi siapa saja harus menjalankan tugas Amanat Agung.
Mengapa kita harus memenangkan jiwa? Karen Tuhan Yesus juga adalah seorang
pemenang jiwa. Setiap kita yang sudah lahir baru adalah ciptaan baru di dalam Yesus Kristus
Tuhan dan hidup kita dipakai untuk mendamaikan mereka dengan Allah yaitu dengan
menasihatkan mereka melalui perkataan-perkataan mulut kita yang dipakai oleh Tuhan. Ketika
kita membagikan kesaksian itu adalah cerita kita untuk menolong mereka percaya tetapi yang
penting adalah kesaksian tentang Yesus Kristus sebagai injil atau cerita baik tentang Yesus
Kristus.
Philipus adalah seorang Diaken tetapi juga memberitakan injil (Philipus 6:2-5 ;
8:4-8). Dimasa gereja mula-mula mereka tidak memberitakan injil keluar dari Yerusalem, tetapi
setelah terjadi masa penganiayaan di Yerusalem maka mereka terpaksa keluar dan
memberitakan injil ke berbagai daerah-daerah diluar Yerusalem, seperti di Samaria dan sampai
keujung bumi.
Mengapa orang-orang di Samaria percaya kepada pemberitaan injil? Karena ada tanda-
tanda mujizat yang menyertai Philipus, tanda mujijat merupakan karunia Roh Kudus, itulah
tanda-tanda bagi orang-orang tak percaya supaya mereka menjadi percaya. Dan orang Samaria
juga pernah menerima pemberitaan tentang Tuhan Yesus dari seorang perempuan Samaria
yang pernah bertemu dengan Tuhan Yesus.
Konteks pemberitaan Injil termaktub dalam Matius 28:16-20 dan dalam Injil Sinopsi
lainnya seperti Markus, Lukas-Kisah dan Yohanes. Ada dua hal yang ditemukan dalam penelitian
atas Matius 28:18. Pertama, sangat penting menyadari bahwa Yesus berbicara bahwa Dia
diberikan otoritas dan bukan power (kuasa). Sebagai Allah, Yesus selalu mempunyai kuasa
(power/dinamis). Kuasa semacam itu merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keilahian
Kristus. Namun, “kuasa/power” bukanlah hal yang sama dengan “hak untuk menggunakan
kuasa”. Inilah yang dimaksud dengan otoritas (eksousia). Otoritas adalah kebebasan: ini adalah
kuasa/power yang bebas memutuskan dan bebas bertindak. Sebagai contoh, seandainya ada
seorang pekerja yang penuh dengan talenta di mana dia memiliki kemampuan dan
kuasa/power untuk membuat perusahaan menjadi berhasil. Namun demikian, dia tidak
diberikan otoritas untuk menerapkan/menjalankan ide-idenya, maka perusahaan itu tidak akan
pernah mendapat keuntungan/manfaat dari keahliannya. Yang diperlihatkan di sini adalah
bahwa kuasa/power dan otoritas adalah dua hal yang berbeda. Walaupun Yesus telah memiliki
kuasa sebagai Anak Allah, itu bukan berarti bahwa Dia selalu mempunyai otoritas untuk
menggunakan kuasa yang dimilikiNya. Ini adalah salah satu alasan penting mengenai Yesus
memberi Amanat Agung sesudah kebangkitanNya.
Hal kedua adalah bahwa otoritas itu “telah diberikan kepadaKu” menunjukkan bahwa ini
adalah otoritas yang baru dan dengan dimensi yang lebih besar dari sebelumnya. Yesus
sekarang memiliki “segala kuasa/otoritas di surga dan di bumi” dan satu-satunya yang dapat
memberikan otoritas itu kepadaNya adalah Bapa (Mat 11:27). Yesus mendapatkan otoritas
absolute dan ketuhananNya dengan kematian dan kebangkitanNya dari kematian (Rom 1:3-4;
Fil 2:5-11). Bahkan Efesus 1:20-23 dengan sangat jelas menyatakan bahwa saat di mana Yesus
diberikan otoritas absolute adalah pada kebangkitan dan kenaikanNya.
Karena otoritas universal dari Yesus tidak bisa bertentangan dengan otoritas Bapa yang
berdaulat, maka harus dipahami bahwa otoritas Kristus yang diberikan kepadaNya oleh Bapa
dan akan dikembalikanNya kepada Bapa (1 Kor 15:28) tidak mencakup otoritas atas Bapa (1 Kor
15:27). D.R. de Lacey meringkaskan apa arti KETUHANAN YESUS dalam Tritunggal: “Bapa
melimpahkan ketuhanan pada Kristus, berbagi status dan fungsi dengan Yesus; dan Anak
memulihkan segala sesuatu tanpa merampas kuasaNya, tetap tunduk kepada Bapa. Berbagai
nats di PB, termasuk 1 Kor 15, Ef 1:9-10 dan 4:10 dan khususnya Kol 1:19-20, menunjukkan
bahwa maksud Bapa memberikan otoritas universal kepada Yesus (ketuhanan Yesus) adalah
untuk mendamaikan kepada diriNya segala sesuatu di dalam semesta melalui Yesus.
Bahwa Otoritas Yesus atas segala sesuatu di bumi dan di surga, memiliki beberapa
implikasi.
Karena Dia adalah Tuhan, semuanya harus datang kepada Allah melalui Dia dan dalam
namaNya.
PerkataanNya dan ajaranNya memiliki otoritas absolute dan harus ditaati oleh semua.
Semua yang mewakili Dia juga memiliki otoritas besar, karena mereka mewakili Tuhan dari
segala sesuatu. Juga saat mereka mengalami penolakan, mereka harus melakukan
kehendakNya dan memberitakan pesanNya, karena otoritasNya lebih besar dari yang lainnya.
Karena kedaulatan-Nya atas segala sesuatu, apa pun yang terjadi pada mereka yang mewakili
Dia haruslah diterima sebagai kehendak-Nya. Dalam hal ini, tujuan-tujuan-Nya sering dicapai
melalui penderitaan dari umatNya yang oleh kedaulatan menetapkan umatNya untuk
menanggung semuanya itu.
Karena Dia memiliki segala kuasa/otoritas, Kristus juga mampu untuk melindungi dan
mensejahterakan pelayan-pelayanNya.
Orang yang menempatkan dirinya di bawah otoritas Kristus memiliki kemampuan untuk
melakukan perintah-perintahNya. OtoritasNya menjadi milik mereka.
Berdasarkan kajian teoritis dan teologis tentang penjangkauan jiwa-jiwa maka dapat
disimpulkan bahwa Penjangkauan jiwa-jiwa adalah suatu upaya atau cara yang dikerjakan oleh
gereja atau para murid untuk melakukan mandat Amanat Agung Tuhan Yesus, yaitu
menyelamatkan jiwa-jiwa, membawa jiwa-jiwa kepada Kristus. Inti dari pemberitaan Injil adalah
Nama, Kuasa dan Kasih Yesus. Demikian langkah selanjutnya langkah selanjutnya merupakan
bagian dari penanaman gereja untuk pembangunan tubuh Kristus.
Memulai dan memelihara hubungan dengan Tuhan merupakan tujuan pertama kita
sebagai gereja-Nya dan juga dalam kehidupan kesehari-harian kita. Apabila setiap orang
percaya memahami kebenaran ini sepenuhnya, maka tidak ditutup kemungkinan terjadinya
transformasi kota dan bangsa seperti yang terjadi di Samaria. Perubahan yang terjadi dengan
perempuan Samaria itu telah menjadi pembuka jalan bagi Yesus untuk mengadakan
transformasi kota dan bangsa di Samaria (Yohanes 4:39). Tuhan menghendaki agar kita sebagai
umat-Nya menjadi penyembahpenyembah benar yang menyembah Bapa dalam roh dan
kebenaran (Yohanes 4:23-24). Hal ini paling jelas dinyatakan dalam memelihara hubungan kita
dengan Tuhan, yaitu melalui kehidupan doa, pujian dan penyembahan kita sehari-hari. Dengan
menjadi penyembah-penyembah benar yang berdoa, memuji dan menyembah Tuhan dalam
roh dan kebenaran, maka kita akan dapat mendatangkan kesenangan bagi Allah lebih dari hal
lain apapun, karena Bapa memang menghendaki penyembah-penyembah demikian. Selain dari
memelihara hubungan dengan Allah Gereja memiliki tugas sebagai utusan Allah di dunia.