YOSUA
Pada waktu keluar dari Mesir Yosua masih seorang pemuda dan kemudian ia menjadi
asisten pribadi Musa. Ia ternyata seorang tangan-kanan yang dapat dipercaya dan setia.
Laporan golongan kecilnya, bersama Kaleb, mengenai pengintaian di Kanaan menunjukkan
bahwa ia seorang yang beriman dan berani. Ia adalah pengganti alamiah bagi Musa dan
mengambil alih pimpinan pada usia tujuh puluh tahun. Yosua menempatkan suku-suku
bangsa Israel di Kanaan dan ia meninggal pada usia 110 tahun.
PENAKLUKAN KANAAN
Merebut negeri itu bukan suatu tugas yang mudah. Yosua memimpin bangsa yang masih
terdiri dari suku-suku melawan bangsa-bangsa yang sudah mapan. Setelah merebut kota-
kota kunci seperti Yerikho dan Ai, Yosua terlibat dalam pertempuran-pertempuran di bagian
tengah, selatan dan utara Kanaan. Meskipun ia berhasil dengan gemilang, tugasnya belum
selesai pada saat ia mulai menempatkan suku-suku bangsa Israel di pemukiman mereka
masing-masing (Yos 13:1).
Garis Besar
Pesan
Penerapan
Dalam terang Kitab Yosua orang Kristen harus bertanya pada diri mereka sendiri:
o Sampai seberapa jauh kemajuan yang telah saya capai dalam hidup Kekristenan saya?
o Musuh-musuh rohani apa saja yang menghalangi kemauan saya?
o Seberapa banyak saya taat kepada apa yang diajarkan oleh firman Allah kehidupan saya
sehari-hari?
o Apakah saya yakin akan kebenaran firman-Nya dan percaya kepada-Nya walaupun pada
saat itu kelihatannya merupakan suatu kebodohan jika dilakukan?
o Pada saat-saat apa saja saya tergoda untuk mengkompromikan iman Kristen saya?
o Apakah saya selalu bergairah untuk mengikut Allah seperti waktu yang sudah-sudah?
o Dalam membuat daftar prioritas saya dalam kehidupan, di manakah saya menempatkan
kekudusan?
o Berapa banyak saya membaca Alkitab dengan berdoa?
o Apakah saya puas dengan tempat yang telah Allah berikan bagi saya dalam kehidupan
ini?
o Jika saya diminta untuk memberikan kesaksian saya mengenai Allah seperti yang
dilakukan oleh Yosua, apa yang akan saya katakan mengenai Dia?
Tema-tema Kunci
D. Latar Belakang :
Kitab ini dinamakan sesuai dengan tokoh yang memainkan peran utama selaku pemimpin yang
ditetapkan Allah sepanjang kitab ini. Yosua bin Nun – cucu Elisama bin Amihud, kepala suku Israel (1
Tawarikh 7:27, Bilangan 1:10) – disebut oleh sanak saudaranya Hosea, artinya ‘keselamatan’ (Bilangan
13:8). Musalah yang memberi nama Yosua pada Hosea bin Nun (Bilangan 13:16). Yosua hidup pada
akhir masa penindasan Israel di Mesir, menyaksikan kesepuluh tulah di Mesir, Paskah pertama,
penyeberangan ajaib di Laut Merah, dan tanda-tanda adikodrati sepanjang perjalanan Israel di
padang gurun. Yosua menjadi panglima perang di bawah Musa dalam perang melawan suku Amalek
(Keluaran 17:8-16) dan hanya dialah yang menyertai Musa naik ke Gunung Sinai ketika Allah
memberikan Kesepuluh Hukum (Keluaran 24:12-18). Sebagai abdi Musa, Yosua menunjukkan suatu
pengabdian dan kasih yang mendalam kepada Allah dengan seringkali berada di hadapan Allah
untuk jangka waktu yang lama (Keluaran 33:11); ia sangat menghargai kehadiran Allah yang kudus.
Yosua pun menjadi salah satu dari kedua belas mata-mata yang mengintai tanah Kanaan. Bersama
Kaleb, ia dengan gigih menolak laporan ketidakpercayaan sepuluh mata-mata yang lain (Bilangan
14). Bertahun-tahun sebelum menggantikan Musa sebagai pemimpin Israel, Yosua sudah
menunjukkan bahwa ia seorang yang beriman, bervisi, memiliki keberanian, setia, taat dengan
sungguh-sungguh, tekun berdoa, mengabdi kepada Allah dan firman-Nya. Pada saat ia dipilih
sebagai pengganti Musa, ia merupakan seorang yang ‘penuh Roh’ (Bilangan 27:18, Ulangan 34:9).
Kitab Yosua mencatat peristiwa bangsa Israel menyeberangi Sungai Yordan memasuki Kanaan
setelah Musa wafat, dan juga penaklukkan dan menetapnya kedua belas suku Israel di Kanaan di
bawah pimpinan Yosua. Kitab ini mengisahkan bagaimana Allah memberikan kepada bangsa Israel
“negeri yang dijanjikan-Nya dengan bersumpah untuk diberikan kepada nenek moyang mereka”
(Yosua 21:43).
Tradisi Yahudi menyebutkan Yosua sebagai penulis kitab ini. Dua kali kitab ini menyebutkan
bahwa Yosua menulis kitab ini (Yosua 18:9, 24:26). Bukti dalam kitab ini dengan kuat menunjukkan
bahwa penulisnya telah menyaksikan sendiri penaklukkan tanah Kanaan. Yosua wafat sekitar tahun
1375 SM ketika berusia 110 tahun (Yosua 24:29).
E. Tujuan :
Kitab Yosua ditulis sebagai catatan mengenai kesetiaan Allah dalam menggenapi janji-janji-Nya
kepada bangsa Israel mengenai tanah Kanaan. Kemenangan-kemenagan dalam penaklukkan disebut
sebagai tindakan penebusan Allah bagi Israel dan tindakan penghukuman atas kebudayaan Kanaan
yang merosot (Ulangan 9:4). Arkeologi menegaskan bahwa kebejatan dan kekejaman yang
merajalela menjadi ciri khas dari suku-suku Kanaan yang digantikan oleh Israel.
F. Ciri-ciri Khas :
Tujuh ciri utama yang menandai Kitab Yosua adalah:
1) Menjadi kitab sejarah Perjanjian Lama pertama yang melukiskan sejarah Israel sebagai bangsa di
tanah perjanjian, tanah Kanaan
2) Memaparkan keteladanan hidup Yosua selaku pemimpin pilihan Allah untuk menyelesaikan tugas
Musa, yakni menegakkan Israel sebagai umat perjanjian di tanah perjanjian
3) Mencatat banyak mukjizat ilahi, dua yang paling menakjubkan adalah kejatuhan Yerikho (Yosua 6)
dan perpanjangan waktu siang hari pada saat pertempuran di Gibeon (Yosua 10)
4) Menggambarkan konsep “perang suci” sebagai suatu tugas khusus dan terbatas yang ditetapkan
Allah di dalam konteks sejarah keselamatan
5) Menekankan tiga kebenaran besar mengenai hubungan Allah dengan umat perjanjian-Nya, yakni
kesetiaan-Nya, kekudusan-Nya, dan keselamatan-Nya
6) Menekankan pentingnya mempertahankan warisan tindakan penyelamatan Allah demi umat-Nya
dan pentingnya melestarikan warisan tersebut dari angkatan ke angkatan
7) Kisah mengenai pelanggaran Akhan dan hukumannya (Yosua 7) serta berbagai nasihat, peringatan,
dan hukuman, menekankan pentingnya takut akan Tuhan dalam hati umat-Nya.
G. Garis Besar :
I. Persiapan untuk Masuk dan Menduduki Kanaan (1:1 – 5:15)
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sama seperti bangsa Israel yang melakukan peperangan demi peperangan melawan bangsa Kanaan
(Yosua 11:16-23), demikian pula kita, umat-umat Allah di zaman ini, menghadapi peperangan
melawan tipu muslihat Iblis lewat berbagai hal; seperti keinginan dan perbuatan daging yang
berlawanan dengan keinginan Roh, keinginan mata, serta keangkuhan hidup (Galatia 5:17, 1 Yohanes
2:16). Karena itu, kita harus mengenakan perlengkapan senjata Allah supaya kita menjadi kuat di
dalam Tuhan dapat menjadi pemenang bersama dengan Dia (Efesus 6:10-17, Roma 8:37).
2. Setiap perkataan, perintah Tuhan harus didengar dan dilakukan dengan setia (Yosua 1:7-8, 11:15, 22:5,
24:24) karena sesungguhnya mendengarkan lebih baik daripada segala korban sembelihan (1 Samuel
15:22b). Tuhan menyediakan berkat bagi orang yang menaati perintah-Nya tetapi kutuk bagi yang
tidak taat (Ulangan 27:1-46). Seperti Tuhan menyatakan mujizat-Nya di hadapan Yosua dan bangsa
Israel, kita pun akan melihat penyertaan dan mujizat-Nya saat kita menjadi orang-orang yang
mengasihi-Nya dan menaati perintah-Nya.
3. Tuhan berkali-kali mengatakan pada Yosua, “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah kecut dan
tawar hati, sebab Tuhan Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi” (Yosua 1:6, 9).
Dalam menghadapi kehidupan di dunia, keyakinan akan penyertaan Allah Imanuel (Matius 1:23)
harus menjadi suatu dasar yang kokoh yang membuat kita mengalahkan segala ketakutan,
kekuatiran, dan tantangan.
Dalam Perjanjian Baru, Tuhan juga berfirman, “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan
Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau” (Ibrani 13:5b). Hal inilah yang akan membuat kita
dengan yakin dapat berkata, “Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut.” (Ibrani 13:6)
4. Kegagalan Yosua dan bangsa Israel ketika tertipu oleh orang Gibeon karena tidak meminta
keputusan Tuhan (Yosua 9:1-27) memberikan pelajaran berharga bahwa mengandalkan Tuhan akan
menjadi kunci keberhasilan bagi kita, umat Allah. Tetapi sebaliknya, jika kita tidak mengandalkan
Tuhan, apalagi menjauh dari Tuhan dengan mengandalkan kekuatan sendiri dan mengandalkan
manusia, maka itu akan menjadi penyebab datangnya kutuk dalam hidup kita (Yeremia 17:5-8).
5. Kisah tentang dosa Akhan bin Karmi dan hukuman Tuhan terhadap ia, keluarga, dan segala miliknya
(Yosua 7:1-26) menjadi peringatan bahwa ketika kita berbuat dosa, akibat atau hukumannya bisa saja
tidak hanya menimpa kita, tetapi juga menimbulkan kerugian bagi orang-orang di sekitar kita.
Perjanjian Baru mengingatkan agar kita jangan menjadi batu sandungan bagi siapapun (1 Korintus
8:9). Itulah sebabnya, kita harus menjadi teladan bagi orang-orang percaya dalam perkataan, tingkah
laku, kasih, kesetiaan, dan kesucian kita (1 Timotius 4:12).
BAB III
KESIMPULAN
Generasi orang Israel di bawah pimpinan Yosua lebih bersemangat dibandingkan orangtua
mereka, tetapi mereka pun terpengaruh pada penyembahan terhadap ilah-ilah lain (Bilangan 25,
Ulangan 4:3, Ulangan 4:23). Karena itu, ketentuan untuk memusnahkan bangsa-bangsa Kanaan dan
agama mereka adalah mutlak (Keluaran 20:2-6, 23:23-33, 34:10-17; Bilangan 31:15) karena pengaruh
budaya Kanaan dapat membahayakan iman mereka kepada Allah, dan dapat merusak budi pekerti
mereka, seperti terlihat dalam sejarah selanjutnya. Lagipula, keselamatan berdasarkan anugerah
belum dapat diumumkan sebelum dasar hukumnya dinyatakan melalui kematian Yesus Kristus, tetapi
polanya diperlihatkan dalam tindakan Allah terhadap Rahab. Dapat dikatakan bahwa tujuan Allah
pada waktu itu bukanlah untuk mengajarkan dasar-dasar hidup Kristen, tapi merintis jalan bagi
Mesias – Yesus Kristus – melalui bangsa Israel.
Pengalaman Israel di padang gurun dan di Kanaan ‘dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita’
(1 Korintus 10:11). Tema utama Kitab Yosua ini adalah Allah memberikan tempat permukiman
kepada Israel, tempat yang tidak berhasil dicapai oleh orangtua mereka karena ketidakpercayaan
(Mazmur 95:11). Dalam Ibrani 4:1-11 hal ini ditunjukkan sebagai ‘lambang’, artinya asas yang
diterapkan pemazmur pada generasinya berlaku juga bagi orang Kristen, dan janji Allah digenapi
dengan tuntas hanya dalam perhentian yang disediakan Allah bagi kita dalam Yesus Kristus. Selain
inti utama dari cerita invasi ke Kanaan ini, ada banyak pelajaran yang dapat digali dari keberhasilan,
kegagalan, dan kepemimpinan Yosua dalam Kitab Yosua.
DAFTAR PUSTAKA
Inter-Varsity Press. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II: M-Z. 1995. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih.
Lembaga Alkitab Indonesia. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (The Full Life Study Bible) . 1994.
Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari
“ ini kepada siapa kamu akan beribadah; ... Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan
beribadah kepada TUHAN! ”
— Yosua 24:15
Daftar isi
1Sumber Naskah
2Pengarang
3Keandalan sejarah
4Isi dan struktur
5Masalah etis tentang perang dan genosida
6Bukti-bukti arkeologis
o 6.1Surat Amarna
o 6.2Penggalian di Kanaan
o 6.3Tradisi Fenisia di Afrika Utara
7Tulang-tulang Yusuf
8Yosua menurut Islam (Yusya’ bin Nun)
9Lihat pula
10Referensi
11Pustaka
12Pranala luar
13Artikel terkait
Pengarang[sunting | sunting sumber]
Tradisi Yahudi mengatakan bahwa penulis kitab ini adalah Yosua bin Nun, abdi Musa, yang
ditahbiskan menjadi penerusnya dan memimpin orang Israel memasuki dan menduduki
tanah Kanaan. Talmud mengatakan bahwa kitab ini ditulis oleh Yosua kecuali ayat-ayat terakhirnya
(24:29-33) yang ditambahkan oleh Imam Besar Pinehas bin Eleazar.
Jelas bahwa si pengarang menulis sebagai seorang saksi mata atas kejadian-kejadian yang
diceritakan, sesekali ia menggunakan kata ganti orang pertama (misalnya, dalam Yosua 5:1),
meskipun Yosua sendiri biasanya digambarkan dalam kata ganti orang ketiga. Namun beberapa
bagian (misalnya Yosua 5:9, 7:26, 24:29-33) hanya mungkin dapat ditambahkan setelah
kematiannya (barangkali oleh Imam Eleazar bin Harun atau anaknya, Pinehas bin Eleazar).
Belakangan ini muncul perdebatan tentang siapa penyunting akhir Kitab Yosua. Dua kemungkinan
telah diajukan:
1. Para sarjana konservatif mengatakan bahwa sebagian besar dari isi Kitab Yosua ditulis pada
masa penyerangan bangsa Israel (abad ke-15 atau ke-12 SM), oleh seseorang yang hidup
sezaman dengan Yosua dan seorang saksi mata tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi.
2. Para sarjana kritis modern berpendapat bahwa kemungkinan Kitab Yosua disusun pada
akhir masa monarkhi atau awal masa pasca-pembuangan, berdasarkan sumber-sumber
"YEDP" yang mereka yakini bertanggung jawab atas penulisan Pentateukh, atau oleh salah
seorang nabi dari abad ke-8 SM.
Panglima Bala Tentara TUHAN (pasal 5:13-15). Dalam ayat-ayat ini dikisahkan kedatangan
seorang panglima bala tentara TUHAN dengan pedang yang terhunus, dan Ia
memerintahkan Yosua melepaskan kasutnya (segera perintah ini ditaati oleh Yosua) karena
tanah tempat Yosua berdiri itu kudus.
Pertempuran kedua di Ai (pasal 8:1-29) - 30.000 orang pasukan Israel siap untuk
menyerang Ai dalam semalam, dan di pagi hari, suatu pasukan Israel lainnya menyerang
dan kemudian berpura-pura mengundurkan diri. Akibatnya, pasukan-pasukan Ai tertarik
jauh dari kota. Ketika Yosua mengangkat tombaknya, ke-30.000 orang pasukan bersiap-
siap menyergap, sementara Yosua siap menyerang kembali dan dengan demikian
mengepung pasukan-pasukan Ai. Seluruh kota itu dibakar dan penduduknya dibantai. Raja
Ai digantung di pohon, dan tubuhnya dilemparkan ke dalam sebuah lubang.
Ritual di Gunung Ebal dan Gerizim (pasal 8:30-35) - Yosua mendirikan sebuah mezbah di
Gunung Ebal dan memberikan kurban persembahan di situ, lalu menuliskan hukum Musa di
mezbah tersebut. Rakyat lalu diatur ke dalam dua bagian, yang pertama
menghadap Ebal dan yang lainnya Gerizim. Masing-masing lalu membaca berkat-berkat
dan kutukan seperti yang disebutkan dalam Kitab Ulangan.
Naratif sebagai kerangkanya, yang melukiskan proses pembagian tanah itu (Yosua
12:1-6, Yosua 13:1-14, 13:21b-22, Yosua 13:32-14:3, 15:63, 16:10-17:6, 17:12-
18:10, Yosua 19:51, dan Yosua 22:1-9). Mula-mula diberikan gambaran tentang wilayah
di timur Sungai Yordan yang ditaklukkan dan diberikan kepada Ruben, Gad,
dan Makhir (setengah dari Manasye). Setelah Allah memberikan Yosua gambaran
mengenai daerah yang belum ditaklukkan, Yosua diingatkan tentang Ruben, Gad, dan
Makhir (setengah dari Manasye), yang sudah dijanjikan tanah oleh Musa, dan tentang
suku Lewi yang tidak diberikan wilayah, melainkan hanya kota-kota. Wilayah itu dibagi
melalui undian, Yehuda mendapatkan undian yang pertama, meskipun mereka gagal
mengusir bangsa Kanaan yang hidup di Yerusalem. Lalu keluarga Yusuf mendapatkan
wilayahnya, Efraim yang gagal mengusir bangsa Kanaan dari Gezer, dan dikatakan
pula bahwa anak-anak perempuan Zelafehad, bagian dari suku Manasye, juga
diberikan wilayahnya sendiri. Keluarga Yusuf mendapatkian daerah gunung, termasuk
hutan, dan diberitahukan bahwa mereka akan mampu mengusir keluar bangsa Kanaan
yang hidup di sana, meskipun bangsa itu mempunyai kereta-kereta besi. Lalu bangsa
Israel berkumpul di Silo, dan Yosua mengirim sebuah tim peninjau. Ketika peninjauan
itu selesai, sisa tanahnya dibagi-bagi di antara suku-suku yang lebih kecil. Akhirnya,
suku-suku yang tanahnya di sebelah timur Sungai Yordan diizinkan pergi ke tanah
mereka.
Daftar kota-kota Israel menurut sukunya. Daftar untuk Yehuda (pasal 15:20-62) dan
Benyamin (pasal 18:21-28) sangat mendalam, sehingga banyak orang mencurigai
bahwa daftar ini diambil dari sebuah dokumen administratif. Daftar dari suku-suku
teritorial lainnya - suku Ruben (13:16-21a dan 13:23b), suku Gad (13:24-28), suku
Simeon (19:1-9), suku Zebulon (19:10-16), suku Isakhar (19:17-23), suku Asyer (19:25-
31), suku Naftali (19:32-39), suku Dan (19:40-46) - masing-masing agak tercampur
dengan gambaran mengenai batas-batasnya, meskipun bagian-bagian yang lainnya
tetap tidak diatur. Daftar untuk suku Lewi (21:1-45) dibagi-bagi ke dalam tiga klannya,
dan agak berkepanjangan. Sebaliknya, boleh dikatakan tidak ada daftar untuk suku
Efraim atau suku Manasye.
Mezbah Ed (pasal 22:10-34) Ketika kembali ke tanah mereka, suku Ruben, Gad, dan
Makhir (setengah dari Manasye) membangun sebuah mezbah yang sangat besar.
Suku-suku yang lain tersinggung karena mereka percaya hal ini menunjukkan bahwa
mereka mengklaim bahwa mezbah mereka itulah yang paling utama, karena itu mereka
bersiap-siap perang. Namun, mereka pertama-tama mengutus Pinehas bin Eleazar dan
para pangeran dari masing-masing suku untuk menegur mereka. Ruben, Gad, dan
Makhir, menanggapinya dengan mengatakan bahwa mezbah itu hanyalah lambang dari
kesetiaan mereka, dan bukan untuk dipergunakan, karena itu Pinehas dan
rombongannya lega, adn membatalkan rencana mereka berperang. Mezbah itu
dinamai Ed (yang artinya saksi) untuk mengenangnya.
Bagian mengenai pesan-pesan terakhir Yosua meliputi
Pesan terakhir Yosua (pasal 23-24). Yosua, yang kini sudah tua, meminta bangsa
Israel berkumpul, lalu ia memperingatkan rakyat agar tetap setia kepada Torah
Musa. Yosua lalu mengumpulkan semua suku di Sikhem, lalu memperingatkan
mereka agar setia kepada Torah Musa, sambil mengisahkan kembali kejadian-
kejadian pada masa lampau. Lalu Yosua menempatkan sebuah batu besar di
bawah sebuah pohon, di tempat kudus di Sikhem, sebagai saksi bagi janji rakyat
Israel untuk setia. Lalu Yosua meninggal dunia, dan tak lama kemudian
juga Eleazar bin Harun. Tulang-tulang Yusuf juga dikuburkan di sana di dekat
pohon dan tiang batu , di sebidang tanah yang telah dibeli Yakub seharga 100 mata
uang.
1. Perang adalah bagian yang esensial dari sejarah Timur dekat pada abad ke-15
SM. Sebagian penafsir berpendapat bahwa kitab ini memperlihatkan Allah yang
menggunakan kegiatan-kegiatan yang berdosa untuk mencapai maksud-
maksud-Nya. Ini tidak berarti bahwa Allah mendukung perang, melainkan
bahwa Ia bekerja melalui manusia sebagaimana adanya mereka. Para penafsir
ini menekankan apa yang mereka lihat sebagai hakikat masyarakat Kanaan
yang berdosa, sambil menunjukkan kepada bukti-bukti praktik seperti
pengorbanan anak (membakar hidup-hidup korban anak-anak). Misalnya,
Hallam, yang berpandangan seperti ini, mendaftarkan sejumlah bukti arkeologi
untuk mendukung tesis ini: "Hanya beberapa langkah dari kuil ini terdapat
sebuah kuburan dan di situ ditemukan banyak tembikar, yang memuat tulang-
belulang anak-anak balita yang telah dikorbankan di kuil ini... Nabi-
nabi Baal dan Astoret adalah pembunuh-pembunuh resmi dari anak-anak kecil
ini." "Praktik mengerikan lainnya ialah apa yang mereka sebut 'korban fondasi.'
Bila sebuah rumah akan dibangun, seorang anak akan dikorbankan, dan
tubuhnya ditanam ke dalam tembok ... Penyembahan Baal, Astoret, dan dewa-
dewa Kanaan lainnya terdiri dari pesta-pesta yang paling ekstravagan; kuil-kuil
mereka merupakan pusat-pusat kejahatan. ... Bangsa Kanaan menyembah,
dengan pesta-pesta yang tidak bermoral, ... lalu dengan membunuh anak-anak
sulung mereka, seagai korban kepada dewa-dewa yang sama." Namun
sebagian dari bukti-bukti ini diperdebatkan, sementara yang lainnya
mengatakan bahwa hal ini mungkin diciptakan di kemudian hari untuk
membenarkan tindakan pembinasaan.
2. Para teolog Kristen cenderung menekankan bahwa apa yang mereka lihat
merupakan penyataan yang progresif di dalam Alkitab. Sementara Alkitab
semakin maju, Allah dipahami menyatakan diri-Nya dalam cara-cara yang lebih
sempurna, lebih jelas dan lebih akurat, dan berpuncak dengan penyataan Allah
yang tertiggi di dalam YesusKristus. Perintah Allah melalui Yosua untuk
merebut negeri itu dengan kekuatan senjata dipandang di dalam konteks
perintah Allah melalui Yosua yang kedua, yaitu Yesus Kristus, untuk
menghadirkan kerajaan-Nya melalui cara-cara penerapan ajaran-Nya dengan
damai.
Kitab Hakim-hakim
Referensi[sunting | sunting sumber]
1. ^ Transkrip Naskah Laut Mati
2. ^ Carl Friedrich Keil; Franz Delitzsch. ’’Commentary on the Old Testament’’
a b
Pustaka[sunting | sunting sumber]
Frendo, Anthony J. Two Long-Lost Phoenician Inscriptions and the
Emergence of Ancient Israel. Palestine Exploration Quarterly (2002) 134:
37-43.
Teks asli:
o ַי ְהֹושֻׁ ע Yehoshua - Joshua (bahasa Ibrani - bahasa Inggris di Mechon-
Mamre.org)
Terjemahan Yahudi:
o Joshua at Mechon-Mamre (Jewish Publication Society translation)
o Yehoshua - Joshua (Judaica Press) terjemahan dan tafsiran Rashi di
Chabad.org
Terjemahan Kristen:
o Joshua at The Great Books (New Revised Standard Version)
o Joshua at Wikisource (Versi Raja James)
o Yosua (bahasa Indonesia) di www.sabda.org