Anda di halaman 1dari 5

10 Ciri Gereja Yang Sehat Menurut Alkitab

Artikel ini berisi ciri-ciri gereja yang sehat menurut Alkitab.

Jika kita teliti lebih lanjut di Alkitab, maka kita bisa menemukan paling tidak 10 hal yang
menjadi ciri gereja mula-mula yang patut kita contoh. Di sini akan diuraikan secara singkat
kesepuluh ciri tersebut.

1. Gereja Yang Memuridkan

“Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul….” (Kisah Para Rasul 2: 42a)

Ciri gereja yang sehat menurut Alkitab, yang pertama adalah adanya pemuridan atau
pengajaran yang terus-menerus terhadap jemaat.

Ketika jumlah murid-murid bertambah setelah “pertobatan massal” yang terjadi pada hari
Pentakosta, di mana 3000 orang jemaat bertambah (Kisah Para Rasul 2), mereka bertekun
di dalam pengajaran rasul-rasul.

Para rasul memuridkan jemaat dengan mengajarkan mereka prinsip-prinsip hidup sebagai
murid Kristus. Tidak heran, sebutan utama bagi orang percaya saat itu adalah murid.

Inilah tujuan misi yang diberikan oleh Tuhan Yesus, yakni menjadikan segala bangsa
menjadi muridNya (Matius 28:19-20).

2. Gereja Yang Tekun Berdoa

“Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.” (Kisah Para Rasul
2:42b)

Ciri lain dari gereja mula-mula yang kita lihat adalah bahwa mereka tekun berdoa.

Para murid, yang sebagian besar baru saja bertobat pada hari Pentakosta, bertekun dalam
pengajaran rasul-rasul dan dalam doa. Mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti
dan berdoa.

Ketekunan doa gereja Yerusalem juga terlihat pada saat rasul Petrus dipenjarakan Herodes
karena memberitakan Injil, jemaat dengan tekun berdoa untuk dia, di rumah salah seorang
jemaat, yakni Maria (Kisah Para Rasul 12: 5, 12).

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang doa gereja mula-mula, silakan baca: 7 Ciri Doa
Gereja Mula-mula Yang Patut Diteladani

Gereja yang sehat dan alkitabiah adalah gereja yang tekun berdoa.

3. Gereja Dengan Pemimpin Yang Berotoritas

“Karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan
hasil penjualan itu mereka bawa dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-
bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya.” (Kisah Para Rasul 4: 34b-35)

Para pemimpin gereja mula-mula di Yerusalem adalah para rasul, yakni 12 murid pertama
Tuhan Yesus, dengan Matias sebagai pengganti Yudas Iskariot.
Para pemimpin gereja mula-mula di Yerusalem adalah tim pemimpin yang kuat dan
berwibawa.

Hal ini tampak misalnya ketika anggota jemaat menjual harta milik mereka dan meletakkan
hasil penjualan tersebut di bawah kaki rasul-rasul untuk dibagi-bagikan di antara mereka
yang kurang mampu.

Para pemimpin gereja mula-mula jelas adalah orang-orang yang berotoritas, sehingga
jemaat tunduk dan taat pada otoritas mereka, termasuk dalam hal keuangan.

Gereja yang sehat dan alkitabiah adalah gereja yang memiliki pemimpin yang kuat, yang
dihormati dan ditaati oleh jemaatnya.

4. Gereja Yang Dipenuhi Kuasa Allah

“Dan oleh rasul-rasul diadakan banyak tanda dan mujizat di antara orang banyak.” (Kisah
Para Rasul 5:12a)

Tanda-tanda atau kuasa adalah suatu hal yang lumrah dalam gereja mula-mula. Mereka
memperagakan banyak tanda dan mujizat, sehingga orang-orang menjadi percaya kepada
Injil yang mereka beritakan dan orang yang sudah percaya semakin dikuatkan imannya.

Tanda dan mujizat tersebut tidak hanya dilakukan oleh para rasul, tetapi juga oleh para
anggota jemaat awam, seperti Ananias. (Baca: 10 Mujizat Yang Dilakukan Oleh Gereja
Mula-mula)

Gereja yang sehat dan alkitabiah adalah gereja yang di dalamnya nyata kuasa Allah.

Tentu hal ini tidak berarti bahwa setiap hari atau setiap ibadah minggu harus ada mujizat
yang terjadi, yang sakit sembuh, yang lumpuh berjalan, yang buta melihat, dan yang tuli
mendengar.

Tetapi maksudnya adalah bahwa harus ada kuasa Tuhan yang nyata dalam gerejaNya,
khususnya ketika mereka memberitakan Injil.

Tuhan Yesus telah memberi kuasa kepada gerejaNya untuk melakukan mujizat, terutama
ketika mereka memberitakan Injil (Markus 16:15-18).

5. Gereja Yang Memberitakan Injil

“Dan setiap hari mereka melanjutkan pengajaran mereka di Bait Allah dan di rumah-rumah
orang dan memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah Mesias.” (Kisah Para Rasul 5:42)

Gereja mula-mula adalah gereja yang aktif memberitakan Injil.

Hal ini mereka lakukan dengan memperagakan banyak mujizat (lihat poin 4 di atas). Tidak
heran jumlah mereka semakin hari semakin banyak.

Dalam memberitakan Injil tersebut mereka menghadapi banyak tantangan dari para
pemimpin Yahudi. Para rasul ditangkap dan diadili (Kisah Para Rasul 4:1-22; 5:17-18).
Petrus dipenjarakan, dan Yakobus dihukum mati (Kisah Para Rasul 12:1-4). Namun mereka
tidak pernah takut, mereka terus memberitakan Injil di berbagai tempat, di Bait Allah dan di
rumah-rumah.
Pemberitaan Injil adalah pesan terakhir Tuhan Yesus kepada murid-muridNya sebelum Ia
naik ke sorga meninggalkan mereka. Hal ini sangat penting bagi murid-murid
Kristus/gerejaNya, sehingga keempat penulis Injil menuliskannya dalam Injil mereka masing-
masing (Matius 28:19-20; Markus 16:15-16; Lukas 24:46-48; Yohanes 20:21).

Gereja yang sehat dan alkitabiah adalah gereja yang aktif dalam memberitakan Injil.

Page 2 of 2
6. Gereja Yang Melakukan Pelayanan Sosial

“Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara
orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena
pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari. Berhubung
dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: “Kami
tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja. Karena itu,
saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh
Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, dan supaya kami sendiri
dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman.” (Kisah Para rasul 6:1-4)

Ciri lain dari gereja mula-mula adalah bahwa mereka memperhatikan pelayanan sosial.

Ketika jumlah anggota jemaat gereja Yerusalem semakin bertambah, timbullah sungut-
sungut di antara jemaat (berbahasa) Yunani terhadap jemaat (berbahasa) Ibrani.
Penyebabnya adalah karena pelayanan sosial diabaikan terhadap janda-janda jemaat
Yunani.

Karena itu para rasul mengusulkan penambahan pemimpin baru sebanyak 7 orang, dengan
syarat-syarat yang telah ditentukan, untuk membantu mereka dalam pelayanan sosial
jemaat. (Baca: 7 Diaken Gereja Yang Pertama)

Hal ini menunjukkan keseriusan gereja mula-mula dalam memperhatikan masalah-masalah


sosial jemaat. Mereka tidak hanya fokus pada pelayanan rohani jemaat, tetapi juga pada
pelayanan jasmani mereka.

Gereja yang sehat menurut Alkitab adalah jika gereja tersebut bukan hanya peduli pada
masalah kerohanian jemaatnya/orang lain, tetapi juga peduli pada masalah-masalah
jasmani mereka.

Pemberitaan Injil dan pelayanan sosial adalah seperti dua sisi mata koin, yang saling
melengkapi.

Tetapi harus ditekankan, pelayanan sosial itu sendiri bukanlah pemberitaan Injil, dan tidak
bisa menggantikan pemberitaan Injil.

7. Gereja Yang Bersekutu Secara Erat

“Semua orang percaya selalu berkumpul di Serambi Salomo dalam persekutuan yang erat.”
(Kisah Para Rasul 5:12b)

Ciri lain dari gereja mula-mula adalah mereka bersekutu secara erat.

Gereja mula-mula menjadi suatu komunitas tersendiri di luar agama Yahudi di mana
seluruhnya mereka berlatar-belakang agama Yahudi. Hal inilah yang semakin mempererat
kesatuan mereka. Mereka seperti sebuah keluarga yang saling mengasihi dan saling
melayani.
Persekutuan mereka itu ditandai dengan berkumpul secara rutin, melakukan perjamuan
kasih dan/atau perjamuan kudus, yakni memecahkan roti, serta saling berbagi di antara
mereka (Kisah Para Rasul 2:44-46).

Gereja adalah keluarga Allah (Efesus 2:19). Karena itu gereja harus membangun
persekutuan yang erat di antara anggota jemaatnya tanpa memandang latar belakang
suku/ras, status sosial/ekonomi, pendidikan, dan sebagainya.

Gereja bukanlah perusahaan, bukan juga organisasi politik, atau organisasi sosial. Gereja
adalah organisasi rohani/spiritual, yang di dalamnya terjadi hubungan yang sangat erat satu
sama lain.

8. Gereja Yang Menjaga Kekudusan

“Tetapi Petrus berkata: Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau
mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu?…. Ketika
mendengar perkataan itu rebahlah Ananias dan putuslah nyawanya. Maka sangatlah
ketakutan semua orang yang mendengar hal itu.” (Kisah Para Rasul 5:3, 5)

Suatu ketika sepasang suami-istri anggota jemaat gereja Yerusalem, Ananias dan Safira,
menjual sebidang tanah dan menyerahkan hasilnya kepada para rasul/pemimpin gereja
mula-mula, untuk selanjutnya dibagi-bagikan kepada para anggota jemaat yang
membutuhkan.

Menjual ladang atau tanah milik pribadi demi memenuhi kebutuhan para anggota jemaat
yang kurang mampu saat itu memang banyak terjadi di gereja mula-mula di Yerusalem.

Namun atas sepengetahuan istrinya, Ananias menyimpan sebagian hasil penjualan tanah
tersebut, dan menyerahkan hanya sebagian saja kepada rasul Petrus. Hal ini diketahui oleh
Petrus. Dan ketika Petrus mengkonfirmasi kembali Ananias, apakah benar dengan harga
sekian tanah mereka dijual, Ananias bersikeras mengatakan bahwa memang dengan harga
sekianlah tanah itu dijual.

Petrus menganggap bahwa Ananias bukan sekedar berdusta kepadanya atau kepada
jemaat Tuhan, tetapi berdusta juga kepada Roh Kudus. Dan akibatnya, seketika itu juga
Ananias meninggal di hadapan Petrus!

Sekitar tiga jam kemudian istri Ananias, Safira, datang ke perkumpulan jemaat. Ketika dia
masuk, Petrus kembali bertanya harga penjualan tanah mereka, apakah benar seperti yang
dikatakan oleh suaminya. Dan Safira pun menjawab seperti yang dikatakan oleh suaminya.
Akhirnya seketika itu juga Safira meninggal di depan kaki Petrus!

Hukuman Ananias dan Safira yang sangat berat ini adalah bukti bahwa gereja mula-mula
sangat peduli dengan keadaan moral dan kekudusan jemaat. Dosa tidak akan ditolerir di
dalam gereja. Harus ada hukuman yang setimpal.

Gereja yang sehat dan alkitabiah adalah gereja yang tidak melakukan kompromi terhadap
dosa di dalam gereja, yang memberikan disiplin dan hukuman bagi mereka yang bersalah
sehingga mereka bertobat dan dipulihkan (Matius 18:15-17).

9. Gereja Yang Tabah Dalam Penderitaan

“Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka
semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria…. Tetapi Saulus
berusaha membinasakan jemaat itu dan ia memasuki rumah demi rumah dan menyeret laki-
laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara.”
(Kisah Para Rasul 8:1b, 3)

Gereja mula-mula adalah gereja yang tabah dalam menderita.

Seperti telah disebut di atas, gereja mula-mula sudah sering mengalami penghambatan dari
para pemimpin Yahudi, tatkala mereka memberitakan Injil (lihat poin 5 di atas).

Namun penderitaan mereka yang lebih besar baru terjadi pada saat kematian Stefanus,
martir pertama Kristen. Banyak jemaat yang dianiaya dan bahkan dibunuh. Tokoh utama
penghambatan gereja mula-mula ini adalah Saulus, yang kemudian bertobat menjadi
Paulus. (Baca: 7 Fakta Tentang Stefanus).

Penganiayaan yang besar ini membuat murid-murid tersebar ke tempat lain, untuk
menghindari penganiayaan tersebut. Namun mereka tidak bersembunyi ketakutan. Mereka
justru memberitakan Injil di wilayah-wilayah yang selama itu belum pernah mereka jelajahi,
yakni di wilayah bangsa-bangsa lain (Kisah Para Rasul 11:19-21).

Alkitab berkata bahwa penderitaan adalah suatu keharusan bagi pengikut Kristus (Filipi
1:29; 2 Timotius 3:12). Karena itu orang Kristen harus siap-sedia menghadapinya dengan
selalu meminta kekuatan dari Tuhannya yang berjanji akan selalu menyertainya hingga akhir
zaman.

Gereja yang sehat dan alkitabiah adalah gereja yang siap sedia dan tabah dalam menerima
penderitaan karena mengikut Kristus.

10. Gereja Yang Bertumbuh

“Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.”
(Kisah Para Rasul 2:47b)

Ciri lain dari gereja mula-mula adalah bahwa mereka bertumbuh, baik secara kuantitas
(jumlah angota jemaat) maupun kualitas (kerohanian/iman jemaat).

Kendati mereka mengalami banyak tekanan dan penganiayaan, bahkan pembunuhan,


jumlah mereka tidaklah berkurang. Justru sebaliknya, terus bertambah-tambah.

Di dalam kitab Kisah Para Rasul dijelaskan beberapa kali tentang pertumbuhan gereja ini
(Kisah Para Rasul 2:41; 5:14; 6:7).

Ada beberapa kemungkinan sumber pertumbuhan gereja mula-mula secara kuantitas.


Pertama, mereka tekun berdoa. Kedua, mereka aktif dalam memberitakan Injil. Ketiga,
karena orang lain menyukai mereka (Kisah Para Rasul 2:47a).

Sedangkan pertumbuhan secara kualitas sudah pasti timbul dari kebiasaan mereka dalam
berdoa, memuridkan, bahkan dalam menghadapi penderitaan.

Gereja yang sehat menurut Alkitab adalah gereja yang bertumbuh, baik secara kuantitas
maupun secara kualitas.

Anda mungkin juga menyukai