“Malin Kundang”
Moderator : may
Bunda : (membersihkan luka), malin jangan nakal, jangan kau kejar-kejar lagi ayam jago itu. Ingat, kau
Malin : Bunda, saudara Ali mengajak aku untuk ikut dengannya, ijinkan aku pergi bunda, karena aku
ingin bekerja negeri sebrang. Jika aku sukses, aku akan kembali dan memboyong bunda.
Bunda: (menunduk dan meneteskan air mata). Bunda tidak bisa melarang mu malin,bunda tau
Prolog :.......
Malin : pasti mereka perampok. Kau harus segera bersembunyi. (dalam hati)
Istri : suami ku lihat, kapal nelayan itu sedang membongkar ikan. Aku ingin sekali makan ikan segar. Ayo
Bunda : Malin ! Apakah aku tidak salah dengar? (Sambil mencari-cari arah suaranya)
Ia benar itu Malin anak ku, (ia sambil berlari ke arah malin). Malin-malin kundang anak ku.
(memeluk erat dan menangis).
Istri : menatap malin dengan heran. Malin bukankah kau bilang ibu mu sudah meningal sejak kau kecil.
Malin : (melepaskan diri dari ibunya). Hey kau wanita tua berani sekali kau menyebut aku anak mu!!
Bunda : malin anak ku sayang sudah lupakah kau pada bunda mu sendiri.
Istri : wahai ibu, apakah ibu bisa membuktikan bahwa malin benar-benar anak ibu. (tanya dengan
sopan)
Ibu : semua orang dikampung ini tau bahwa malin anak ku. Namun jika kau tidak percaya, cobalah
periksa lengan kanannya, ada bekas luka karna patokan ayam datuk firman. Bunda percaya kau
masih ingat hal itu malin. (sambil menatap malin dengan tajam).
Istri : (memeriksa lengan malin, dan benar ada luka disana). Istriku memandang malin dengan sedih.
Malin : isriku, kau harus percaya padaku, ibu ku sudah meninggal ketika melahirkan aku, tentu ibu ini
tau tentang luka di tangan ku karna semua orang disini tau tentang cerita itu. (membela diri lalu
Ibu : (menangis) malin, anak ku jangan kau tinggalkan bunda lagi nak, bunda sangat merindukan mu,
Malin : memandang sinis dan meludahi ibunya” dasar orang tua tak tau diri, berani sekali kau mengaku
Ibu : Ya Tuhan, sadarkan anak hamba ini telah mengingkariku sebagai ibu yang melahirkan dan
menyusuinya.
Istri : Malin apa yang terjadi pada kakimu, kaki mu seperti batu.
Malin : (ketakutan) Ia sadar ini hukuman Tuhan atas perbuatannya. Bunda ampuni aku. Tolong
selamatkan aku bunda (mulutnya menganga,karena berteriak) ibu dan istri malin menangis dan