Anda di halaman 1dari 63

MENARA DOA DISIPLIN ROHANI

Disusun Oleh :Sabar M Hutagalung M.Th

SEKOLAH TINGGI TEOLOGIA REAL


BATAM, 2022
KELOMPOK :
MATA KULIAH KEILMUAAN DAN KETRAMPILAN

NOMOR :
NAMA MATA KULIAH : MENARA DOA
KODE :
BOBOT : 2 sks
SEMESTER : 2 (dua)
PRASYARAT :
BANYAKNYA : 14 X (2 X 50 MENIT)
PERTEMUAN/ WAKTU
TIAP PERTEMUAN

STANDAR KOMPETENSI :
Mahasiswa memiliki pengetahuan yang memadai tentang doa dan pujian
penyembahan sebagai kelengkapan proses keilmuan dan ketrampilan untuk dapat
diaplikasikan pada bidang-bidang kehidupan yang membutuhkannya di gereja,
pemerintah dan masyarakat.

KOMPETENSI DASAR
1. Mampu menguraikan ruang lingkup dan landasan teologis doa dan pujian
penyembahan
2. Mampu menjelaskan prinsip menara doa
3. Mampu menguraikan tiga pondasi doa alkitabiah yang berpusat kepada Allah
4. Mampu menjelaskan dampak dan manfaat doa syafaat
5. Mampu mengidentifikasi ekpresi pujian penyembahan
6. Mampu menjelaskan hubungan musik dan pujian penyembahan dalam menara
doa
7. Mampu melakukan refleksi teologis terhadap transformasi secara rohani di
balik transformasi secara fisik

URUTAN DAN RINCIAN MATERI


1. Pengertian ruang lingkup doa
2. Landasan teologis doa
3. Prinsip menara doa
4. Tiga pondasi doa alkitabiah yang berpusat kepada Allah
5. Tujuan menara doa
6. Jenis-jenis dan struktur doa
7. Pemetaan Rohani dan karakteristik doa yang efektif
8. Pengertian Pujian penyembahan
9. Dasar Teologis pujian penyembahan
10. Prinsip-prinsip Pujian dan Penyembahan
11. Ekspresi Pujian penyembahan
12. Peranan musik dalam pujian penyembahan
13. Hubungan menara doa dalam pemulihan pondok Daud
14. Kontribusi Menara doa bagi masyarakat internal gereja
15. Kontribusi menara doa bagi pertumbuhan gereja
16. Hubungan Menara doa, Israel dan bangsa-bangsa

INDIKATOR HASIL BELAJAR


1. Mampu menjelaskan pengertian Ruang Lingkup menara doa
2. Mampu menjelaskan landasan teologis doa
3. Mampu menjelaskan prinsip-prinsip menara doa
4. Mampu mengidentifikasi tiga pondasi doa alkitabiah yang berpusat kepada
Allah
5. Mampu menjelaskan tujuan menara doa
6. Mampu menjelaskan jenis-jenis dan struktur doa
7. Mampu mengidentifikasi pemetaan Rohani dan karakteristik doa yang efektif
8. Mampu menjelaskan perbedaan doa syafaat dan doa korporat
9. Menguraikan Pengertian Pujian penyembahan
10. Mampu menjelaskan dasar teologis pujian penyembahan
11. Mampu menguraikan prinsip-prinsip Pujian dan Penyembahan
12. Mampu menguraikan ekspresi Pujian penyembahan
13. Mampu menjelaskan hubungan menara doa dalam pemulihan pondok Daud
14. Mampu menjelaskan kontribusi Menara doa bagi masyarakat internal gereja
15. Mampu menjelaskan Kontribusi menara doa bagi pertumbuhan gereja
16. Mampu menjelaskan hubungan Menara doa, Israel dan bangsa-bangsa

STANDAR PROSES PEMBELAJARAN

PENDEKATAN : Kolektif partisipatoris

PENGALAMAN : 1. Mahasiswa mendengarkan kuliah yang


BELAJAR disampaikan dosen
2. Mahasiswa mendiskusikan
3. Mahasiswa melakukan wawancara sederhana

METODA : 1. Ceramah 2. Diskusi 3. Simulasi


4. Observasi

TUGAS : 1. Mini Riset , Paper

:
STANDAR 1. Partisipasi dan kehadiran : 10 %
PENILAIAN 2. Penyelesaian tugas : 20 %
3. Presentasi Pengamatan : 20 %
4. UTS : 20 %
5. UAS : 30 %
TEKNIK : TERTULIS

BENTUK SOAL : Tes Tertulis, Tes Sikap, Porto Folio, proyek,


unjuk kerja

MEDIA : Papan Tulis / White board, , LCD, dll

SUMBER BELAJAR
1. Keluarga
2. Media elektronik (internet)
3. Narasumber,
4. Lingkungan alam,
5. Lingkungan sosial,
6. Teman di kampus
7. Teman di masyarakat setempat
8. Komunitas gereja
9. Literatur:
a)
BAB I
PENDAHULUAN

Studi doa dan pujian penyembahan adalah salah satu disiplin ilmu
teologi praktika yang berfungsi menolong mahasiswa untuk kepentingan
pelayanan Gereja. Tentu mata kuliah menara doa dan pujian penyembahan
sebagai Ilmu praktika hendak memperlengkapi mahasiswa untuk tugas
pelayanan Gereja, doa adalah bagian dari strategi doa yang Tuhan berikan
kepada gereja untuk mendukung kebangunan rohani khususnya dalam ibadah
Minggu dan ibadah lainnya. Melalui diskusi dengan para pemimpin dari
Jerusalem House of Prayer for All Nations (JHOPFAN), maka banyak menara
doa didirikan di Asia, Australia dan Kepulauan Pasifik, Pendirian Menara doa di
Negara-negara tersebut berdampak pada meningkatnya permintaan misionaris
yang bergerak di bidang pendoa syafaat, oleh karena itu STT REAL Batam
meninjau perlunya mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten dan
berkualifikasi dalam bidang menara doa dan pujian penyembahan sebagai
kebutuhan untuk menjalankan menara doa ini. Untuk menindaklanjuti
kebutuhan akan permintaan misionaris doa tersebut maka STT REAL Batam
memprakarsai pembuatan materi menara doa dan pujian penyembahan
sebagai mata kuliah muatan lokal sebagai bagian pengalaman belajar dari
mahasiswa Teologi di STT REAL Batam. Pengalaman belajar doa dan pujian
penyembahan ini akan menolong mahasiswa untuk memahami bahwa kegiatan
tersebut bukanlah hanya kegiatan pelengkap yang menjadi agenda suatu
gereja atau pelayanan, doa dan pujian penyembahan berkembang sesuai
dengan konteks zaman dan kebudayaan di mana Gereja berada. Misalnya doa
dan pujian penyembahan sebelum pentakosta (liturgi ibadah Israel) akan
berbeda dengan menara doa dan pujian penyembahan setelah pentakosta.
Doa dan pujian penyembahan Pentakosta zaman Gereja mula-mula
berbeda dengan doa dan pujian penyembahan Gereja Abad Pertengahan
khususnya di era post modern ini.
BAB II
A. DOA & MENARA DOA

Banyak orang Kristen yang menganggap bahwa doa adalah


sebuah sarana yang dipergunakan untuk berkomunikasi dengan seorang
yang tidak kelihatan, namun mampu untuk menjawab setiap apa yang
diminta dari pada-Nya, sehinga banyak orang kristen yang hanya berdoa
disaat mereka membutuhkan sesuatu atau sedang mengalami gejolak
hidup yang tidak baik.
Namun, arti doa yang sebenarnya bukanlah seperti pandangan
yang diberikan oleh beberapa orang Kristen yang ateis, seperti
pengertian yang di atas. Ada beberapa pengertian doa yang benar yang
dikemukakan oleh beberapa orang Kristen yang dapat kita lihat tentang
kebenarannya. Pengertian yang pertama mengatakan bahwa doa adalah
napas hidup orang percaya. Pengertian ini sangat tepat. Karena tanpa
doa, orang Kristen tidak dapat hidup. Secara jasmani dia memang hidup,
namun secara rohani dia telah mati, karena jiwanya sedang berada
dalam kesengsaraan yang membuat imannya merana.
Pengertian yang kedua mengatakan bahwa doa adalah cara
orang Kristen untuk berkomunikasi dengan pribadi yang dapat
memahami keadaan mereka, yaitu Tuhan Yesus. Orang yang menganut
pengertian ini akan senantiasa berkomunikasi dengan Tuhan, kapan pun
dan di mana pun. Hal ini terjadi karena mereka tidak dapat hidup tanpa
komunikasi dengan pribadi yang sangat setia terhadap kehidupan
mereka dan yang selalu melawat hidupnya.

a.1. Pengertian doa secara etimologi


“Doa” dalam bahasa Ibrani adalah palal ; bhs Inggris bhs Inggris : “to
pray” to intervene, interpose, pray (Kej. 20:7; Bilangan 21:7), intervene (Ul.
9:20, 1 Sam. 12:23), mediate (1 Sam. 2:25), judge (Mazmur 106:30).
Dalam bahasa Yunani terdapat beberapa pengertian antara lain :
“Euchomai” εὔχομαιπ yang mengandung arti “wish”=ingin/keinginan (3 Yoh.
1:2), “wish for”= mengharapkan (Kis. 26:29), “Proseuchomai” ροσεύχομαι (Rom.
8:26; Ef. 6:18; Filipi 1:9), “erotao” ἐρωτάω”=”to ask”=“meminta” (Yoh. 17:9,15,
20), “memohon” (1 Yoh. 5:16). “Deomai δέομαι”=“to desire =“hasrat/keinginan”
(2 Kor. 5:20).

a.2. Terminologi
Doa adalah berbicara dengan Allah; berbakti kepada Allah, bersyukur
kepadaNya dan memohon sesuatu daripada Allah. Doa adalah “leher” yang
menghubungkan “kepala” (Kristus) dengan “tubuh” (anak-anak-Nya) dalam
bentuk interaktif yang mesra dimana Kristus memberi perhatian dan jawaban-
jawaban kepada anak-anakNya yang datang meminta, mencari & mengetok
(Matius 7:7-8). Doa adalah keterpautan “roh, jiwa & tubuh” manusia dengan
TUHAN Allah dalam suatu waktu, ruang & kondisi/keadaan. 1
Doa secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu komunikasi
dengan Allah yang tentunya dilandasi oleh hubungan yang telah terlebih dahulu
terjadi antara pendoa itu dan Allah. Vellanickal mengatakan bahwa doa adalah
dialog antara Allah dan manusia. Keduanya saling berjumpa dan telah
mengenal satu sama lain.2 Howard Peskett berkata: “Prayer takes us into the
presence of the personal, sovereign, covenant God. "Doa membawa kita ke
hadirat, kedaulatan, perjanjian pribadi Allah3 Dengan demikian, setiap orang
yang hendak berdoa tentunya harus terlebih dahulu mengenal Allah dan
mengakui keberadaan-Nya serta meyakini bahwa Allah memahami dan
memperhatikan dirinya. Lebih jauh, mereka juga harus meyakini bahwa Allah
akan mendengar doa mereka, seperti halnya yang dikatakan Pemazmur bahwa
Tuhan “sudah berpaling mendengarkan doa orang-orang yang tulus, dan tidak
memandang hina doa mereka” (Mzm. 102:18).
Balentine, setelah menyelidiki beberapa definisi tentang doa,
mengatakan bahwa doa adalah komunikasi eksplisit dengan Allah yang
dilakukan dengan sengaja dan penuh kesadaran. Inilah yang membedakannya
1
Diakses dari http://sabdaspace.org/doa_puasa_menurut_alkitab, pada tgl 9
September 2015 Pkl 2.34 WIB
2
Matthew Vellanickal, Biblical Prayer Experience, Bombay: St. Paul Publication,
1986,p.7

3
Howard Peskett, “Prayer in the Old Testament Outside the Psalms”, in Teach Us to
Pray, ed. D.A. Carson, (London: World Evangelical Fellowship, 1990), p. 19.
dengan bentuk-bentuk komunikasi yang lebih umum. 4 Tindak menghubungkan
diri dengan Tuhan dengan, atau tanpa perkataan. Percakapan antara Allah dan
manusia diberitakan dalam Perjanjian Lama (mis. Abraham, Kejadian. 15:1-6;
Musa, Keluaran. 3:1-4; 33:11; para nabi. 1 Samuel. 3:4-9).
Dalam Alkitab doa adalah kebaktian mencakup segala sikap roh
manusia dalam pendekatannya kepada Allah. Orang Kristen berbakti kepada
Allah jika ia memuja, mengakui, memuji dan mengajukan permohonan kepada-
Nya dalam doa. Doa sebagai perbuatan tertinggi yg dapat dilakukan oleh roh
manusia, dapat juga dipandang sebagai persekutuan dengan Allah, selama
penekanannya diberikan kepada prakarsa ilahi. Seseorang berdoa karena Allah
telah menyentuh rohnya. Dalam Alkitab doa bukanlah suatu 'tanggapan wajar
dari manusia', karena 'apa yg dilahirkan dari daging adalah daging' (Yoh 4:24).
Sebagai akibatnya, Tuhan tidak 'mengindahkan' setiap doa (Yes 1:15; 29:13).
Ajaran Alkitab mengenai doa menekankan sifat Allah, perlunya seseorang
berada dalam hubungan penyelamatan atau dalam hubungan perjanjian
dengan Dia, lalu secara penuh masuk ke dalam segala hak istimewa dan
kewajiban dari hubungan dengan Allah.

D oa secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu komunikasi


dengan Allah yang tentunya dilandasi oleh hubungan yang telah terlebih
dahulu terjadi antara pendoa itu dan Allah. Vellanickal mengatakan bahwa doa
adalah dialog antara Allah dan manusia. Keduanya saling berjumpa dan telah
mengenal satu sama lain.5 Howard Peskett berkata: “Prayer takes us into the
presence of the personal, sovereign, covenant God.” 6
Doa juga merupakan suatu ekspresi hubungan perjanjian (covenant
relationship) antara manusia dan Allah. Hal ini nampak dalam Perjanjian Lama
di mana Allah telah menetapkan suatu hubungan khusus dengan Abraham dan
keturunannya. Kenyataan ini juga berlanjut dalam Perjanjian Baru, Allah dalam
Kristus telah menjangkau selain Israel juga semua orang yang menerima
anugerah keselamatan-Nya untuk menetapkan suatu perjanjian khusus. Karena
4
Samuel E. Balentine, Prayer in the Hebrew Bible: The Drama of Divine- Human
Dialogue, (Minneapolis: Fortress Press, 1993), p. 30-31.

5
Matthew Vellanickal, Biblical Prayer Experience, Bombay: St. Paul Publication, 1986,
p. 7.
6
Howard Peskett, “Prayer in the Old Testament Outside the Psalms”, in Teach Us to
Pray, ed. D.A. Carson, London: World Evangelical Fellowship, 1990, p. 19.
itu, dalam konteks hubungan perjanjian ini, doa bukan memohon kepada Allah
yang jauh melainkan kepada Bapa yang penuh kasih (Mat. 6:9). Vellanickal
menunjukkan bahwa dalam doa, kita berbicara kepada Allah yang jauh dan
dekat, Allah yang termulia dan Maha Tinggi (Yes. 57:15; Kel. 19:12), namun
yang menyediakan diri-Nya bagi kita sebagai Gembala dan Bapa yang penuh
kasih (Hos. 11:1-4).
Salah satu kitab dalam Alkitab yang banyak mencatat tentang doa
adalah kitab Mazmur dan ini menyebabkan kitab Mazmur sering disebut
sebagai kitab doa. Kyu Nam Jung berkata: “The Book of Psalms is understood
as the Expression of the heart of Israel Prayers.” 7 Simpson juga menunjukkan
bahwa sumber untuk doa Yahudi dan Kristen adalah Alkitab dan tentunya kitab-
kitab Perjanjian Lama, khususnya kitab Mazmur. 8 Dalam kitab Mazmur, kita
dapat menemukan jenis-jenis doa yang dijelaskan dalam jenis- jenis Mazmur.
Di Yesaya 56:7 disebutkan,' ..rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi
segala bangsa.' Rumah berhubungan dengan keluarga. Tuhan mengatakan
rumah-Nya, sidang jemaat-Nya, umat-Nya disebut sebagai keluarga yang
berdoa.
Doa berarti intervensi atau menjalin atau memasuki atau merasuki atau
mengambil bagian atau berperan atau ikut campur atau mencampuri. Sebagian
besar orang tidak melihat gereja sebagai tempat dimana Allah ikut ambil bagian
atau berperan dalam kehidupannya. Hampir semua orang menganggap gereja
itu sebagai tempat sosial atau sesuatu yang berkaitan dengan kerohanian saja,
atau komitmen moral dengan Tuhan, dan tidak menganggapnya sebagai
tempat dimana Allah akan dan bisa ikut-campur dalam kehidupannya.

a.4. Doa menurut Perjanjian Lama


Dalam Perjanjian Lama, doa adalah suatu tindakan iman, karena si
pemohon dengan teguh meyakini bahwa Allah akan menjawab doanya. Karena
pemahaman demikian, orang-orang dalam Alkitab memohon Allah untuk
memperhatikan (1 Raja-raja. 8:28), mendengar (1 Raja-raja. 8:29; Nehemia.

7
Kyu Nam Jung, “Prayer in the Psalms”, in Teach Us to Pray, ed. D.A. Carson, London:
World Evangelical Fellowship, 1990, p. 35.
8
William W. Simpson, Jewish Prayer and Worship, London: SCM Press, 1965, p. 13.
1:6; Mazmur. 17:1,6; 39:12; 54:2; 55:1), dan memberi telinga (17:1) terhadap
doa mereka.9
Doa juga merupakan suatu ekspresi hubungan perjanjian (covenant
relationship) antara manusia dan Allah. Hal ini nampak dalam Perjanjian Lama
di mana Allah telah menetapkan suatu hubungan khusus dengan Abraham dan
keturunannya. Kenyataan ini juga berlanjut dalam Perjanjian Baru, Allah dalam
Kristus telah menjangkau selain Israel juga semua orang yang menerima
anugerah keselamatan-Nya untuk menetapkan suatu perjanjian khusus. Karena
itu, dalam konteks hubungan perjanjian ini, doa bukan memohon kepada Allah
yang jauh melainkan kepada Bapa yang penuh kasih (Matius. 6:9). Vellanickal
menunjukkan bahwa dalam doa, kita berbicara kepada Allah yang jauh dan
dekat, Allah yang termulia dan Maha Tinggi (Yesaya. 57:15; Keluaran. 19:12),
namun yang menyediakan diri-Nya bagi kita sebagai Gembala dan Bapa yang
penuh kasih (Hosea. 11:1-4).10

a.5. Doa menurut Perjanjian Baru


Penekanan doa menurut perjanjian baru sering di identikan dengan
pekerjaan Roh Kudus. Tuhan Yesus sendiri menjanjikan sebuah permulaan
yang baru yang dimateraikan oleh Roh Kudus, yaitu pribadi ke tiga dari Allah.
Secara sederhana, doa dapat didefinisikan sebagai cara bagaimana manusia
menjalin hubungan dengan Allah yang yang di dorong oleh Roh Kudus sendiri.
Dalam Institutio-nya, John Calvin mengatakan bahwa doa adalah suatu
penghubung antara manusia dengan Allah. Meski Allah telah memberikan janji-
Nya, namun Ia menghendaki umat-Nya memintanya di dalam doa. 11 Karena itu,
sudah semestinya setiap orang percaya senantiasa berdoa (Luk. 18:1; 1Tes.
5:17).
Selain itu, menurutnya, doa juga menjelaskan betapa lemah umat-Nya
dalam menghadapi kehidupan, sehingga mereka perlu terus menerus
memohon pertolongan-Nya. Namun, Alkitab tidak hanya mengajarkan kepada
umat Tuhan untuk tekun berdoa, melainkan juga memerintahkan agar mereka
9
P.A. Verhoef, “Prayer”, in The Dictionary of Old Testament Theology & Exegesis, Vol.
4, ed. Willem A. VanGemeren, Grand Rapids: Zondervan, 1997, pp. 1060-1061.
10
Matthew Vellanickal, Biblical Prayer Experience, Bombay: St. Paul Publication, 1986,
p. 10-11.

11
Institutio (Jakarta: Gunung Mulia, 1999) 187.
melakukannya “di dalam Roh Kudus” (praying in the Spirit). Secara eksplisit,
perintah tersebut terdapat dalam Perjanjian Baru, yakni Efesus 6:18 dan Yudas
1:20. Arthur Wallis mengatakan:
The contexts of the only two references to praying in the Spirit in the
New Testament are instructive. The first reference concludes that great
passage in Ephesians 6 on the armor of God in the believer’s warfare. The
other, in Jude, follows the exhortation to build ourselves up on our most holy
faith.
Konteks hanya dua rujukan untuk berdoa dalam Roh dalam Perjanjian
Baru adalah mengandung pelajaran. Referensi pertama menyimpulkan bahwa
bagian besar dalam Efesus 6 pada perlengkapan senjata Allah dalam
peperangan orang percaya. Yang lain, dalam Yudas, mengikuti nasihat untuk
membangun diri kita sendiri di atas dasar iman kita yang paling suci.
Berdasarkan bentuk kata, frasa “di dalam Roh Kudus” dalam Efesus 6:18
tidak memiliki kata sandang penentu (definite article). Frasa tersebut, dalam
bahasa Yunaninya, hanya ditulis: en pneumat. ἐν πνεύματι (Efesus 6:18 BGT)
Menurut C. H. G. Moule, seperti yang dikutip oleh Sanders, frasa “di dalam Roh
Kudus” tanpa memakai definite article menjelaskan tentang “keadaan yang
diliputi oleh pengaruh dan kekuatan dari Roh Kudus,” yakni “
The Holy Spirit was to be ‘the place’ of the prayer, in the sense of being
the surrounding, penetrating, transforming atmosphere of the spirit of the
praying Christian.
Roh Kudus adalah untuk menjadi 'tempat doa dalam arti menjadi
sekitarnya, menembus, mengubah suasana semangat Kristen berdoa.
Paulus juga membicarakan tentang pengaruh dan pimpinan Roh Kudus
dalam kehidupan orang percaya sebagai sebuah kontradiksi dengan pengaruh
anggur yang memabukan. Ia mengatakan: “Janganlah kamu mabuk oleh
anggur, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh” (Efesus. 5:18).
Dengan demikian, setiap orang yang hendak berdoa tentunya harus
terlebih dahulu mengenal Allah dan mengakui keberadaan-Nya serta meyakini
bahwa Allah memahami dan memperhatikan dirinya. Lebih jauh, mereka juga
harus meyakini bahwa Allah akan mendengar doa mereka, seperti halnya yang
dikatakan Pemazmur bahwa Tuhan “sudah berpaling mendengarkan doa
orang-orang yang tulus, dan tidak memandang hina doa mereka” (Mzm.
102:18). Balentine, setelah menyelidiki beberapa definisi tentang doa,
mengatakan bahwa doa adalah komunikasi eksplisit dengan Allah yang
dilakukan dengan sengaja dan penuh kesadaran. Inilah yang membedakannya
dengan bentuk-bentuk komunikasi yang lebih umum. 12

a.3. Ruang Lingkup menara doa


Di Indonesia, praktik menara doa ini mencuat ke permukaan melalui
gerakan-gerakan doa yang diadakan baik dalam lingkup kota, daerah, maupun
nasional bahkan sampai Internasional. Umumnya gerakan – gerakan doa
melalui menara doa tersebut dimulai dengan pemetaan rohani untuk wilayah-
wilayah yang menjadi fokus doa. Tujuan dari tahap ini adalah untuk
mengidentifikasi kekuatan kegelapan yang berkuasa atas daerah tersebut.
Setelah selesai dengan fase ini, barulah upaya-upaya doa diarahkan untuk
memerangi kuasa-kuasa tersebut sampai pintu pemberitaan Injil terbuka.
Secara konseptual, Wagner mengklarifikasikan peperangan rohani itu ke
dalam tiga tingkat.13 Tingkat pertama adalah apa yang ia sebut dengan
“peperangan rohani pada tingkat dasar (permukaan). 14” Pada tingkat ini doa-
doa peperangan rohani ditujukan untuk mengkonfrontasi roh-roh jahat yang
sering menyerang atau mengganggu orang secara perorangan. Dengan
demikian, pelayanan pelepasan dikategorikan dalam kelompok ini. Sementara
itu, peperangan rohani tingkat  kedua adalah peperangan rohani pada tingkat
okultisme. Berbeda dengan tingkat pertama yang lebih bersifat perseorangan,
pada peperangan rohani tingkat ini doa-doa diarahkan demi “membeberkan dan
membongkar pekerjaan yang dilakukan oleh kuasa gelap secara terorganisir. 15”
Itu mengemuka misalnya melalui praktik “…perdukunan, satanisme,
perkumpulan Freemasonry, agama-agama Timur, gerakan New Age, dan yang
semacamnya.”16 Dan yang terakhir adalah peperangan pada tingkatan
strategis. Pada tingkat ini, yang menjadi target doa peperangan rohani adalah
12
Samuel E. Balentine, Prayer in the Hebrew Bible: The Drama of Divine- Human
Dialogue, Minneapolis: Fortress Press, 1993, pp. 30-31.
13
Peter Wagner, Berdoa dengan Penuh Kuasa: Cara-cara Berdoa yang Efektif dan
Mendengar Suara Tuhan dengan Jelas (Jakarta: Nafiri Gabriel, 1997), hal 14-18
14
Ibid
15
Peter Wagner, Berdoa dengan Penuh Kuasa, hal 14-18
16
Ibid
kuasa atau kekuatan (“penguasa-penguasa” dan “pemerintahan-pemerintah” di
udara — Efesus. 6:12) yang menjadi otak dari operasi satanis yang terwujud
pada tingkat perorangan dan yang lebih terorganisir.
Menara doa akhir-akhir ini menjadi sebuah kegerakan yang aktif
khususnya dalam kelompok Kristen kharismatik. Secara umum bukan karena
kelompok ini berusaha untuk menonjolkan ciri khas dari apa yang disebut
sebagai gereja modern, melainkan sebagai suatu respon yang
bertanggungjawab secara alkitabiah bahwa memang seharusnya gereja yang
Tuhan panggil adalah gereja yang berdoa sebagaimana Kristus pun berdoa.

a.3.1. Pengertian menara doa


Menara (Ibrani: - MIG'DOL / - MIG'DAL ; Yunani: πύργος - PURGOS)
adalah bangunan (atau suatu bagian bangunan) yang tingginya lebih panjang
daripada diameternya dan menjulang di daerah sekitarnya.
Menara juga bermakna "panggung tinggi" ("mimbar/ rostrum/ pulpit), atau
dasar yang tinggi pada sungai. Secara fisik, dapat berarti "tanah yang
diperkuat", yaitu kota bertembok atau benteng; atau juga dataran tinggi, yang
dapat digunakan untuk penjagaan. Istilah untuk benteng perbatasan juga mirip,
mekter, dalam bahasa Mesir kuno. Secara kiasan, "menara" mempunyai
konotasi kekuasaan agung.
Dikutip dari KBBI menara adalah bangunan yang tinggi (seperti di
masjid, gereja); bagian bangunan yang dibuat jauh lebih tinggi daripada
bangunan induknya.17 Menurut Wikipedia Menara ialah sebuah struktur buatan
manusia dan tingginya lebih dari lebarnya. Menara selalu dibangun untuk
menjadi sebuah mercu tanda sebuah organisasi. 18
Sementara doa memiliki makna permohonan (harapan, permintaan,
pujian) kepada Tuhan.19 Jadi menara doa adalah tempat yang paling tinggi dari
sebuah loteng, sebuah gambaran yang di khususkan untuk orang-orang yang
hendak mencari Tuhan dengan "naik ke gunung Tuhan".

17
Dikutip dari https://kbbi.web.id/menara
18
Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Menara, pada tanggal 10 Januari 2018, pukul
14.15
19
Diakses dari https://kbbi.web.id/doa, pada tanggal 10 Januari 2018, pukul 14.18
Rumah doa (menara doa), secara fisik, adalah tempat di mana umat
Tuhan menaikkan doa, pujian, dan penyembahan, dan Allah hadir di tengah-
tengah mereka. Secara rohani, rumah doa adalah kehidupan rohani umat
Tuhan yang dipenuhi doa, pujian, dan penyembahan seperti kedua puluh empat
tua-tua di hadapan Anak Domba Allah (Wahyu 5:8). Menara doa adalah pusat
penjagaan untuk suatu kota dan biasanya didirikan di tempat yang tinggi dan
strategis untuk bisa mengamati keadaan kota atau daerah sekelilingnya
(Habakuk 2:1).

a.3.2. Sejarah Menara Doa


Sejarah pembangunan menara berawal tidak lama setelah Air Bah,
sewaktu orang-orang di Dataran Sinear menyatakan, "Marilah kita dirikan bagi
kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit"
(Kejadian 11:4) Diperkirakan menara itu dibuat dengan gaya zigurat
keagamaan yang sisi-sisinya miring menyerupai piramida, yang ditemukan di
wilayah tersebut.
Sering pula dibangun menara penjagaan ataupun gubuk-gubuk yang
dibentengi, biasanya dipakai sebagai pos-pos terdepan ditempat-tempat yang
terbuka. Gembala-gembala binatang, atau penjaga-penjaga kebun anggur dan
para pengawal dalam waktu keadaan perang menggunakannya untuk
melindungi diri dan untuk dapat menyerang musuh, baik binatang buas maupun
manusia (Kejadian 35:21; Yesaya 21:5-11).
Menara yang sederhana dibangun di kebun-kebun anggur sebagai pos
pengamatan yang strategis bagi orang-orang yang menjaga tanaman anggur itu
dari pencuri dan binatang (Yesaya 5:1-2; Matius 21:33; Markus 12:1).
Untuk pertahanan militer, menara dibangun sebagai bagian tembok kota;
biasanya menara-menara yang lebih menjorok ditempatkan di sudut kota atau
di kanan kiri gerbang (2 Tawarikh 26:9; 32:5; Yehezkiel 26:4, 9; Zefanya 1:16;
3:6). Adakalanya menara-menara juga berfungsi sebagai rangkaian pos
terdepan di sepanjang perbatasan, atau sebagai tempat berlindung bagi para
gembala dan orang-orang lain di daerah terpencil (2 Tawarikh 26:10; 27:4;)
Menara di dalam kota sering berfungsi sebagai benteng pertahanan
kota. Contohnya adalah menara di Sikhem, Tebes, dan Pniel (Hakim 8:9, 17;
9:46-54). Reruntuhan menara-kota lainnya juga telah ditemukan di Yerikho,
Bet-Sean, Lakhis, Megido, Mizpa, dan Samaria.
Kata Ibrani ‫ מִ גְָּד ל‬- MIG'DAL menjadi bagian dari nama beberapa tempat,
misalnya ‫ מִ גְַּד ל־ָּגד‬- MIG'DAL-GAD, artinya: Menara Kemujuran (Yosua 15:37)
dan ‫ מִ גְַּד ל־אֵ ל‬- MIG'DAL-'EL, artinya: Menara Allah (Yosua 19:38).
Menara Jaga/ Menara Pengawal/ Mizpa (Ibrani : ‫ מִ צְָּפ ה‬- MITS'PAH)
adalah tempat atau pos pengamat, sering kali dibangun diatas tembok kota.
Ada juga menara pengawal yang dibangun di daerah padang belantara atau di
perbatasan. Menara-menara ini terutama dirancang untuk keperluan militer dan
berfungsi melindungi kota atau perbatasan; juga dibangun sebagai tempat
perlindungan bagi para gembala dan petani di daerah-daerah terpencil dan
agar seorang penjaga dapat memberikan peringatan jika ada penyamun
sehingga kawanan dan tanaman yang hampir masak di daerah itu dapat
dilindungi (2 Tawarikh 20:24; Yesaya 21:8; 32:14).
1. Arti dasar dari ‫ מִ צְָּפ ה‬- MITS'PAH adalah ‫ מִ צְֶּפ ה‬- MITS'PEH ialah 'menara
jaga', 'tempat untuk berjaga-jaga'. Kata ini diberi vowel menjadi "mitspah"
atau "mitspeh", dan biasanya disertai kata sandang. Hal itu lumrah bagi
tempat -tempat yg bernama demikian di lahan-lahan yang tinggi. Nama-
nama yang dirujuk dengan istilah "Mizpa" (Menara Jaga): Mizpa yaitu
tempat Yakub dan Laban mengadakan perjanjian dan mendirikan tugu
batu sebagai kesaksian: "Galed" (Ibrani: ‫ ִּג לְעָ ד‬- GALED, atau Aram:‫יְגַר‬
‫ ָׂש הֲ דּותָ א‬- YEGAR SAHADUTA). Allah berjaga-jaga antara mereka
(Kejadian31:44-49).
2. Mizpa adalah tempat yang sama dengan yang di atas atau kota di
Galilea, sebelah timur Yordan. Kata sandang dipakai baik dalam
Kejadian 31:49 ( ‫ הַ ִּמ צְָּפ ה‬- HAMITS'PAH), maupun dalam Hakim 10:17;
11:11, 34. Tempat itu memainkan peranan penting dalam cerita Yefta.
Tatkala bani Amon merambat sampai di Gilead, bangsa Israel berkumpul
di Mizpa (Hak 10:17), tempat tinggal Yefta, dan dari situlah Yefta
melancarkan serangannya dan ke situlah ia kembali untuk menggenapi
nazarnya yang terburu-buru (Hakim 11:11, 29, 34). Gagasan
menyamakan tempat itu dengan Ramot-Gilead dikemukakan oleh
beberapa ahli (J. D Davis, The Westminster Dictionary of the Bible, 1944,
hlm 401), tapi ditolak oleh F. M Abel dan du Buit, yg menyamakannya
dengan Jal'ud. Mungkin itu sama dengan Ramat-Mizpa atau bukit Mizpa
(Yosua 13:26).
3. Mizpa, suatu tempat di Moab, dan ke situlah dibawa Daud orang tuanya
demi keselamatan mereka (1 Samuel 22:3), mungkin Rujm el-Mesyrefeh
modern, di sebelah barat daya Madaba.
4. Mizpa, suatu tempat di kaki gunung Hermon (Yosua 11:3), yg disebut
'tanah Mizpa' atau 'lembah Mizpa' (ayat 8), tempat tinggal orang Hewi.
Dengan kota manakah itu harus disamakan, pendapat ahli berbeda, tapi
Qal'at es-Subeibeh di suatu bukit 3 km sebelah timur laut Banias lebih
disukai.
5. Mizpa, suatu kota di Daerah Bukit (Sefela, Yos 9:1; 1 Raj 10:27, dll)
Yehuda, yg disebut bersama Yokteel, Lakhis dan Eglon (Yos 15:38-39).
Kedua tempat Khirbet Safiyeh, 4 km sebelah timur laut Beit Jibrin, dan
Sufiyeh, 10 km sebelah utara, mungkin tempat kota Mizpa itu.
6. Mizpa, suatu kota dari suku Benyamin (Yosua 18:26), dekat kota Gibeon
dan Rama (1 Raj 15:22). Pada zaman Hakim-hakim, tatkala orang
Benyamin dari kota Gibea memperkosa gundik orang Lewi,
berkumpullah orang Israel di kota ini (Hakim 20:1, 3; 21:1, 5, 8). Di
sinilah orang Israel dikumpulkan oleh Samuel untuk berdoa sesudah
tabut perjanjian dipulihkan ke Kiryat-Yearim (1 Sam 7:5-6). Mereka
diserang oleh orang Filistin, tapi orang Filistin dipukul mundur (ay 7, 11),
dan sebuah batu peringatan didirikan oleh Samuel di Eben-Haezer (ayat
12). Di sini juga Saul diperkenalkan kepada umat Israel sebagai raja
mereka (1 Samuel 10:17). Mizpa adalah satu di antara kota yg tiap tahun
didatangi oleh Samuel untuk menghakimi umat Israel (1 Samuel 7:16).
Raja Asa memperkuat Mizpa menjadi benteng melawan Baesa, raja
Israel, dengan memakai bahan-bahan yg diambil oleh orang-orangnya
dari benteng Baesa di Rama, setelah raja Asa mengajak Ben-Hadad
menyerang Israel (1 Raja 15:22; 2 Tawarikh 16:6). Sesudah Yerusalem
dimusnahkan oleh Nebukadnezar pada thn 587 sM, maka diangkatlah
Gedalya menjadi gubernur atas umat Israel yg masih tinggal di tanah
Yehuda, dan berkedudukan di kota Mizpa (2 Raj 25:23, 25). Setelah nabi
Yeremia dibebaskan oleh Nebukadnezar, kepala pasukan pengawal, ia
tinggal bersama Gedalya di Mizpa (Yeremia 40:6), dan orang Yahudi
pelarian segera kembali ke kota (Yeremia 40:8, 10, 12, 13, 15). Tidak
lama kemudian Gedalya bersama tentaranya dibunuh oleh Ismael,
keturunan raja itu, atas hasutan Baalis, raja Amon. Dua hari kemudian
dibunuhnya lagi sekelompok orang yg datang hendak membawa korban
sajian dan mayat mereka dicampakkannya ke dalam perigi besar yg
dibuat raja Asa. Orang-orang lain dimasukkannya ke dalam penjara dan
ia bermaksud membawa mereka sebagai tawanan ke Amon, tapi
kemudian digagalkan oleh Yohanan (Yeremia 41:1, 3, 6, 10, 14, 16).
Ada dua ayat yg membicarakan Mizpa sesudah zaman pembuangan,
yaitu Nehemia 3:15, 19. Mungkin salah satu atau keduanya menunjuk
kepada Mizpa, kota suku Benyamin di atas, tapi bisa juga maksudnya
kota lain. Kota Mizpa menjadi tempat berkumpul yg penting pada zaman
Yudas Makabe, tatkala dikumpulkannya orang Yehuda di kota itu untuk
berdoa (1 Makabe 3:46), sebab di sana 'dahulu pernah ada tempat
sembahyang untuk Israel'. Orang-orang yang beriman dan taat kepada
Allah merasa sangat aman, seperti yang Daud nyanyikan pujian.
Jadi secara metaforis menara digambarkan sebagai tempat yang di khususkan
untuk orang-orang yang hendak mencari Tuhan dengan "naik ke gunung
Tuhan". "Di atas tembok-tembokmu, hai Yerusalem, telah Kutempatkan
pengintai-pengintai. Sepanjang hari dan sepanjang malam, mereka tidak akan
pernah berdiam diri. Hai kamu yang harus mengingatkan TUHAN kepada Sion,
janganlah kamu tinggal tenang dan janganlah biarkan Dia tinggal tenang,
sampai Ia menegakkan Yerusalem dan sampai Ia membuatnya menjadi
kemasyhuran di bumi." (Yes. 62:6-7). Tempat yang tinggi" secara rohani adalah
1. kondisi rohani yang sudah berkemenangan atas segala masalah pribadi dan
kehidupan kita.
2. "Tempat yang tinggi" secara rohani kita mempunyai jangkauan
pemantauan yang luas sekali
3. "Tempat yang tinggi" secara rohani juga membuat kita mempunyai
posisi yang superior dialam roh musuh-musuh rohani diseluruh medan
peperangan rohani kita.
B. Prinsip Menara Doa
1. Tempat yang tinggi
Sebagai tempat yang tinggi atau strategis, gereja Tuhan bertugas
meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankan Tuhan (Habakuk 2:1-3).
Gereja Tuhan berdoa di Menara bukan hanya untuk masalah-masalah yang
terjadi, tetapi mengerti apa kehendak dan tujuan Allah bagi kota kita dan
bangsa kita."Usahakanlah kesejahteraan kota kemana kamu Aku buang, dan
berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah
kesejahteraanmu." (Yeremia 29:7). Menara doa juga merupakan pusat
penjagaan, kesatuan gereja-gereja Tuhan bagi suatu kota dan bangsa dari hal-
hal yang tidak diinginkan/tidak diharapkan. Melalui menara ini, sebagai tempat
yang tinggi atau strategis, gereja Tuhan bertugas meninjau dan menantikan apa
yang akan difirmankan Tuhan (Habakuk 2:1-3).
2. Dinaikkan Terus menerus
Doa merupakan prinsip disiplin rohani yang utama dalam arti doa
merupakan satu tindakan yang mempengaruhi semua kegiatan rohani lainnya.
Dalam doa seseorang memasuki hubungan pribadi dengan Allah dan
melakukan penguasaan diri dan bertumbuh dalam nilai kebajikan. Doa adalah
tanda kehidupan iman. Doa berlangsung secara alami seperti tangisan bayi
yang baru latrir. Dinamika doa ini-inisiatif ilahi dan respons manusia-telah
diungkapkan dalam berbagai cara. Jika doa sungguh-sungguh merupakan
kesiapan manusia untuk mendengar, menuruti, dan menaati sehingga
hubungan yang paling dasar dengan Allah dapat lebih disadari sepenuhnya, hal
itu dapat menjelaskan mengapa doa dipandang sebagai inti agama, serta
sumber terangnya jiwa kita kepada Allah. Dalam doa seseorang mulai melihat
dirinya sendiri seperti Allah memandangnya dan kita melihat Allah
sebagaimana Ia ada. Dalam doa ada pengakuan bahwa bukan hidup ini bukan
atas kendali dan kehendak diri sendiri tetapi atas kehendak dan kendali Allah.
Doa merupakan kebutuhan, doa merupakan nafas kehidupan orang
percaya. Allah menghendaki agar kita berdoa senantiasa dan secara terus-
menerus. Sebagaimana kita tidak boleh istirahat bernafas, demikian pula
kita tidak boleh beristirahat berdoa.
Tuhan menggunakan dua contoh yang ekstrem janda dan sahabat untuk
mengajarkan kepada kita agar kita tidak jemu-jemu untuk mengetok pintu.
Janda itu tahu bahwa hakim adalah seorang yang “yang tidak takut akan Allah
dan tidak menghormati seorangpun”. Namun, ia tidak jemu. Setiap pagi ia
bangun dan datang ke sana dengan membawa permohonannya. Baginya,
hakim itu adalah satu-satunya yang dapat memberikan solusi. Tuhan
memberikan contoh ini bagi kita: agar kita datang kepada hakim yang benar
tanpa jemu, dan Dia pasti akan mempertimbangkan permohonan kita (Lukas
18:1-8; Lukas 11:5-10).
3. Bersatu dalam Roh
Alasan mengapa hal berdoa harus seperti demikian adalah karena ikatan
yang mempersatukan seorang manusia dengan sesamanya tidak lebih rendah
daripada ikatan yang mempersatukannya dengan Tuhan: Dia menjadi satu
dengan mereka. Anugerah yang kita terima tidak hanya memperbarui
hubungan kita dengan Tuhan saja, tetapi juga hubungan kita dengan sesama.
Orang-orang percaya bukan hanya sebuah anggota dari satu keluarga saja,
tetapi juga anggota dari satu tubuh. Sama seperti anggota tubuh yang saling
bergantung satu dengan yang lainnya, jangkauan Roh Kudus untuk tinggal di
dalam tubuh itu bergantung pada kesatuan dan kerja sama setiap orang.
Orang-orang Kristen tidak dapat menerima berkat secara penuh dari Allah,
yang telah siap untuk menganugerahkan berkat itu melalui Roh Kudus, sampai
mereka mencari dan menerimanya dalam persekutuan seorang dengan yang
lain.

C. Tiga Pondasi Doa Alkitabiah yang berpusat kepada Allah

c.1. Doa Sebagai sarana membangun hubungan kepada Allah


Waktu doa harus dilihat sebagai pengujian hubungan dengan Allah dan
bukan semata-mata hanya tugas atau ritual. Kita harus melihat doa sebagai
hubungan cinta setiap hari. Dari sudut pandang Tuhan, doa adalah ungkapan
dari apa yang paling Dia inginkan - hubungan pribadi Anda dengan cinta,
penyerahan dan kepercayaan.
1. Doa harus dipandang sebagai komitmen Anda untuk menghabiskan
waktu yang berarti dalam hubungan pribadi dengan Allah yang hidup.
2. Di atas segalanya Dia menginginkan kasih pribadi kita yang tulus. (Baca
Matius 22:37)
3. Pengorbanan dan pelayanan tidak ada artinya jika mereka tidak
melanjutkan hubungan cinta yang sejati. (Baca 1 Korintus 13: 1-3)
4. Jika Anda benar-benar mencintai Tuhan, waktunya bersama Dia adalah
sukacita terbesar Anda. Ingat tindakan berbicara lebih keras daripada
kata-kata.
5. Kita harus mempelajari kembali pelajaran penting Lukas 10: 38-43
(Baca). Kisah Maria dan Martha ini mengandung sebuah fakta yang
sangat penting! Kita perlu meluangkan banyak waktu bersama Tuhan
sebelum kita berusaha bekerja untuk Tuhan. Yesus dengan jelas
mengatakan bahwa prioritas pertama kita adalah meluangkan banyak
waktu bersama Dia. Inilah hubungan cinta yang Dia inginkan jauh di atas
semua pelayanan dan persepuluhan di dunia ini.
6. Hubungan cinta sejati ini harus dua arah, membutuhkan pembicaraan
dan pendengaran. Ini membutuhkan lebih dari sekedar membawa daftar
keinginan dan keinginan kita kepada Tuhan.

Dalam banyak hal, doa adalah hubungan Anda dengan Tuhan. (Yohanes
17: 3) Doa adalah cara utama kita:
1. Mengungkapkan pujian dan penyembahan kita.
2. Mengalami pembersihan, pertobatan dan pengudusan.
3. Berbagi kebutuhan dan keinginan.
4. Bersyafaat dan melakukan pelayanan.
5. Mendengar Tuhan melalui pendengaran meditasi.

c.2. Komitmen mutlak secara konsisten

Mengapa fondasi ini begitu penting? Sampai Anda membuat komitmen


serius untuk waktu doa penting, Anda tidak akan pernah menjadi kuat dalam
doa. Bila anda melihat praktik doa orang percaya Yesus dan orang percaya
Perjanjian Baru, jelaslah bahwa mereka sering menghabiskan banyak waktu
sendirian dalam doa yang sungguh-sungguh. Beberapa contoh- kehidupan doa
sepanjang sejarah adalah sebagai berikut:
1. Contoh Yesus (Baca Markus 1: 33-35; Lukas 6:12; 9:18) Ketika Anda
mempelajari kehidupan orang-orang yang sangat terbiasa dengan
Tuhan, Anda menemukan satu penyebut umum yang hebat, mereka
menghabiskan banyak waktu dalam doa harian yang sungguh-sungguh.
Contoh gereja mula-mula (Baca Kisah 1: 12-14; 2: 41-42; 12: 1-5; Roma
1: 9)
2. Contoh orang-orang kudus besar sejarah (George Mueller, John Hyde,
Charles Finney, George Whitfield, Evan Roberts
3. Perintah Yesus (Baca Yohanes 15: 1-8)
Jika Yesus dan gereja mula-mula banyak menghabiskan waktu dalam
doa, apa yang membuat kita berpikir bahwa kita dapat melakukan lebih sedikit?
Persyaratan Tuhan tidak berubah dan mereka tidak akan pernah
melakukannya! Ini adalah persyaratan dasar dan prinsip spiritual yang tidak
berubah. Setiap pribadi harus menyelesaikan masalah ini secara pribadi dan
berkomitmen pada waktu yang konsisten dengan Tuhan, Anda tidak akan
pernah sampai pada kedalaman doa atau kedewasaan rohani yang
sepenuhnya.

c.2.1.Tiga Alasan Krusial mengapa Komitmen Anda Mutlak

1. Alasan pertama untuk komitmen mutlak adalah bahwa setan takut akan
doa syafaat lebih dari apapun dan melawan doa seperti tidak ada
wilayah lain dalam hidup anda. Dia melakukannya karena alasan
berikut.-
 Doa adalah bagian penting dari arsenal peperangan rohani.
Melalui doa semua senjata lain digunakan. (Baca 2 Korintus 10: 7)
 Doa sangat penting untuk memakai seluruh baju zirah Allah.
(Baca Efesus 6: 10-17)
 Doa adalah cara utama kita memberikan otoritas spiritual dan
mengobarkan peperangan rohani yang efektif. (Baca 2 Korintus
10: 3-5)
 Doa sangat penting untuk penginjilan sejati. (Baca Kisah Para
Rasul 2-4)
 Doa adalah elemen utama dari semua kebangunan rohani dan
kebangkitan spiritual (bersama dengan kitab suci). (Baca 2
Tawarikh 7:14)
2. Alasan kedua untuk komitmen mutlak bahwa kedagingan manusia
selalu menolak perkembangan kehidupan doa yang kuat.
 Alasan ketiga untuk komitmen mutlak sistem kekuatan dan
promosi manusia di dunia adalah kebalikan langsung dari jalan
tuhan. Di luar pertanyaan, jalan tuhan berlawanan dengan jalan
manusia. (baca yesaya 55: 8) Pola dunia adalah untuk
meninggikan program, kekuatan dan kemampuan manusia.
Namun, seperti yang ditunjukkan oleh kitab suci dengan jelas,
pola tuhan adalah membawa kita pada kelemahan dan
ketergantungan sepenuhnya pada diri-nya sendiri.
 Empat alasan krusial menghabiskan waktu tanpa henti sendiri
bersama tuhan
 Mendengar suara yang masih kecil (Baca 2 Raja-raja 19:12)
Tuhan sering berbicara dengan suara yang masih kecil dan kita
harus tetap menjaga hati kita dan memberi perhatian penuh
kepada kita untuk secara jelas mendengar suaraNya.
 Contoh Yesus yang jelas (Baca Lukas 6:12; 9:18; Markus 1: 33-
35)
Waktu bersama Tuhan adalah contoh alkitabiah tentang Yesus
Kristus dan kehidupan orang-orang Kristen yang kuat sepanjang
sejarah.
 Instruksi Tuhan (Baca Matius 6: 6) Kitab Suci menyatakan
pentingnya tempat tersendiri untuk melihat wajah Tuhan.
 Tuhan layak dan membutuhkannya (Baca Yeremia 29:13)
Saat kita berdoa, kita berkomunikasi dengan Tuhan seluruh alam
semesta dan Dia layak mendapat perhatian penuh kita.
Di luar pertanyaan, kehidupan doa yang benar-benar hebat memerlukan
waktu yang konsisten sendirian dengan Tuhan. Namun, sama sekali tidak, ini
menyarankan agar kita tidak sholat sepanjang hari. Paulus berkata bahwa kita
harus "berdoa tanpa henti." (Baca 1 Tesalonika 5:17).

c.3. Tiga pondasi kehidupan doa kuat membutuhkan konsisten praktik


seimbang dari semua jenis doa utama
Tuhan memberi kita berbagai jenis doa. Setiap jenis doa memiliki peran
yang sangat unik dalam mengembangkan dan memelihara hubungan anda
dengan kristus. Menjadi lemah dan tidak konsisten dalam salah satu jenis doa
dasar adalah lemah dalam hubungan anda dengan tuhan.

D. Tujuan Menara Doa


Gereja Tuhan di suatu kota dipersatukan untuk bersama-sama berdoa,
mendamaikan dan menenteramkan kota (Kejadian 22:17). Gereja Tuhan yang
telah menerima kemuliaan Tuhan menjadi satu (Yohanes 17:22-23) bersama-
sama memenuhi jadwal di Menara untuk mendoakan kota di Menara (Mikha
4:8).
1. Gereja Tuhan menjadi pendoa kota yang berdiri tegak, melihat,
menantikan Tuhan dan mendengarkan apa yang difirmankan Tuhan
(Habakuk 2:1-3). Gereja Tuhan bersikap untuk menjaga kota dan
memelihara kota supaya iblis tidak merusak dan merebut kota.
Merenungkan apa yang terjadi/ada di suatu kota serta mengerti isi hati
Tuhan bagi suatu kota.
2. Sebagai tempat pergumulan rohani dalam tingkat strategis, dimana iblis
tidak diberi kesempatan sedikitpun untuk memanifestasikan
pekerjaannya. Kita melakukan pergumulan rohani melawan roh-roh jahat
yang ingin merusak dan menghancurkan kota (Efesus 6:12).
3. Gereja-gereja Tuhan dapat melepaskan berkat dan kuasa Tuhan atas
kota secara bersama-sama (Kejadian 22:1-8; 1Petrus 3:9; Mazmur
133:1-3). Kita menaikkan doa-doa profetik untuk memberkati kota
(Yeremia 29:7).
4. Agar api mezbah Tuhan tidak dibiarkan padam (Imamat 6:12-13).
Seorang Imam dalam perjanjian lama bertindak untuk menjaga supaya
api tetap menyala di atas mezbah, jangan sampai padam. Tiap-tiap pagi
seorang imam akan menaruh kayu dan mengatur korban di atas
mezbah. Apabila api di atas mezbah terus menyala, maka kemuliaan
Tuhan pasti dinyatakan dan membuat setiap orang percaya akan
menyembah Allah yang hidup, Yesus Kristus Tuhan (Imamat 9:23-24;
Filipi 2:10-11).
5. Tempat membangun tempat kemurahan (mercy seat) Allah (Keluaran
25:17-22). Membangun "mercy seat" ini berarti memohon agar belas
kasihan/kemurahan Allah dinyatakan karena doa, pujian dan
penyembahan yang kita naikkan terus-menerus. Tuhan sedang
memulihkan pondok Daud yang telah roboh supaya semua orang
mencari Tuhan dan segala bangsa menjadi milik Tuhan (Kisah Para
Rasul 15:16-18). Saat berdoa, memuji dan menyembah, maka Allah
bertakhta atas pujian kita (Mazmur 22:4) dan Allah sanggup
mengubahkan keadaan kota, bangsa kita bahkan bangsa-bangsa di
dunia.
6. Tempat mempersiapkan jalan bagi Tuhan (Yesaya 40:3-5). Menjelang
datangnya hari Tuhan yang besar dan dasyat itu, kita mempersiapkan
jalan bagi Tuhan, membuka jalan raya, menyingkirkan batu-batu, dan
menegakkan panji-panji untuk bangsa-bangsa (Yesaya 62:10). Tuhan
mencurahkan roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa
berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada
pikiran orang-orang yang benar (Lukas 1:16-17). Para pemimpin gereja
kota bersama-sama mempersiapkan umat yang layak di Menara Doa
Kota.
7. Agar kehendak dan tujuan Allah dinyatakan di kota dan bangsa
(Yohanes 17:1-4; Kisah Para Rasul 17:26-27). Allah mempunyai
kehendak dan tujuan bagi setiap kota dan bangsa. Gereja Tuhan berdoa
di Menara bukan hanya untuk masalah-masalah yang terjadi, tetapi
mengerti apa kehendak dan tujuan Allah bagi kota kita dan bangsa kita.

E. Jenis-Jenis Dan Struktur Doa


Ada banyak jenis doa yang telah dikemukakan oleh para ahli, tetapi
dalam penelitian ini akan akan didiskusikan beberapa di antaranya yang dapat
dikatakan menyatakan jenis utama doa-doa dalam Perjanjian Lama. Dalam
mendiskusikan jenis-jenis doa, juga perlu diobservasi jenis-jenis Mazmur,
mengingat jenis tertentu dari doa dapat ditemukan dalam jenis-jenis Mazmur.

e.1. Pengagungan, Pujian, Ucapan syukur dan penyembahan


Kehidupan doa alkitabiah yang seimbang benar-benar membutuhkan
waktu yang konsisten dalam pujian dan ucapan syukur yang mendalam kepada
Tuhan.
 Kita harus menyediakan tempat yang cukup dalam waktu doa kita
untuk mengalami pujian dan ucapan syukur yang sejati kepada
Tuhan.
 Tujuan utama kita adalah memuji dan menyembah Bapa. Apa
perintah tertinggi dalam semua Kitab Suci? "Kasihilah Tuhan,
Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu
dan dengan segenap akal budimu." (Matius 22:37) Jelas bagian
ini memerlukan latihan pujian dan syukur harian yang konsisten.
 Kita harus setiap hari meminta Tuhan untuk menumbuhkan kita
dalam pujian dan penyembahan yang efektif.
 Saat kita mendapatkan pujian kita benar, Tuhan bahkan lebih
cepat untuk menjawab doa!
Clements berkata: “We can conclude our review of the central forms of
prayer in the Bible by considering what, in the final analysis, should be the most
important and central goal of all prayer, that is to praise God.”Kami dapat
menyimpulkan Tinjauan kami bentuk pusat doa dalam Alkitab dengan
mempertimbangkan apa, dalam analisis akhir, harus menjadi tujuan yang paling
penting dan sentral dari semua doa, yaitu untuk memuji Allah.
Dalam doa pujian, orang percaya memuji Allah karena pribadi-Nya dan
ini mencakup kemuliaan, tindakan penyelamatan, dan pemeliharaan-Nya atas
umat-Nya.
Perbedaan antara doa ucapan syukur dan pujian adalah pada obyek doa
itu. Jika dalam doa pujian, kita memuji Allah karena pribadi-Nya; dalam doa
ucapan syukur, kita memuji Allah karena apa yang telah Ia lakukan pada kita.
Karena itu, dalam jenis doa ini, kita dapat menemukan suatu respons penuh
ucapan syukur kepada Allah karena apa yang telah Ia lakukan bagi kita.
Mazmur ucapan syukur ini biasanya memiliki tiga unsur: sebuah
introduksi (Mzm. 66:1-4; 116:1-4), suatu deskripsi naratif dari latar belakang
kejadian yang kemudian memimpin pada persembahan ucapan syukur (Mzm.
30:1-3,8-11; 66:5-7: 116:5-9,14) dan unsur-unsur lain seperti suatu acuan pada
sebuah persembahan atau korban (Mzm. 66:13-15; 116:17) dan sebuah
panggilan untuk bergabung dalam ucapan syukur (Mzm. 66:16-20; 116:17). 20
Dari Mazmur ucapan syukur ini, kita dapat melihat bahwa doa ucapan
syukur bermuara pada hubungan antara Allah dan manusia, khususnya
bagaimana Allah menyatakan kasih-Nya dalam tindakan yang nyata kepada
umat-Nya dan ini nampak khususnya dalam pemeliharaan Allah.

e.2. Pengakuan dan Pertobatan


Pengakuan adalah cara utama untuk menerima pengampunan Allah dan
memelihara hidup yang dipenuhi Roh. Kehidupan doa yang seimbang dan
alkitabiah membutuhkan waktu yang signifikan dalam pengakuan dosa secara
teratur kepada Tuhan. Hanya dengan begitu Tuhan dapat menjaga kita benar-
benar dipenuhi dan diberdayakan oleh Roh Kudus.
 Pengakuan dan pembersihan yang konsisten merupakan cara
utama kita tumbuh dan menjadi serupa dengan citra Kristus.
Menurut Mazmur 66:18, kegagalan untuk melakukan pengakuan
reguler benar-benar menghalangi aliran doa yang dijawab. "Jika
saya menganggap kedurhakaan di dalam hati saya, Tuhan tidak
akan mendengarkan saya."

20
Mowinckel, Psalms, p. 39; Gunkel, Psalms, p. 17.
 Pengakuan harus menyeluruh. Pemazmur berkata, "Carilah aku
ya Allah dan lihatlah apakah ada jalan yang jahat di dalam diriku"
(Baca Mazmur 139: 23-24)

e. 3. Permohonan
Permohonan adalah jenis doa di mana kita menyajikan kebutuhan dan
keinginan individual kita kepada Tuhan. Kehidupan doa yang seimbang
dibangun di atas petisi pribadi yang berbasis alkitabiah dan lahir dari hati Tuhan
sendiri.
 Tentu tidak ada yang egois dalam menyajikan kebutuhan kita
kepada Tuhan. Dia ingin kita datang kepadaNya dengan segala
kebutuhan dan perhatian. Kata-kata Yesus dalam Yohanes 16:24
mengundang kita untuk melakukan itu, "Sampai sekarang Anda
tidak meminta apapun atas nama saya: mintalah, dan Anda akan
menerima, bahwa sukacita Anda mungkin penuh."
 Sangat penting bahwa kita belajar untuk memusatkan
permohonan pribadi kita pada prioritas Allah yang terbesar bagi
kehidupan kita, untuk meminta petisi yang membawa kebaikan
yang paling abadi.

e.4. Syafaat
Doa syafaat secara sederhana dapat didefinisikan sebagai permohonan
untuk orang lain. Mengingat doa ini sering dikaitkan dengan kebutuhan orang
lain, maka ia menuntut suatu kesediaan untuk menemukan situasi dan
kebutuhan aktual orang lain.21
Doa syafaat selalu ditujukan pada Allah (Kej. 20:17; Bil. 11:2; 1 Sam.
7:5; 2 Raj. 4:33; Yer. 37:3). Alkitab telah mencatat bahwa subyek syafaat
biasanya beberapa figur penting seperti Abraham (Kej. 20:17), Musa (Bil. 11:2),
Samuel (1 Sam. 7:5), Elisa (2 Raj. 4:33), Yeremia (Yer. 37:3). Namun ada juga
pensyafaat lain yang mencakup orang secara umum (Yer. 29:7), suatu
kelompok tak bernama yang dituju oleh para penyanyi suatu mazmur (Mzm.
72:15), Ayub (Ay. 42:8), Nehemia (Neh. 1:6), dan Hizkia (2 Taw. 30:18). Obyek

21
Clements, The Prayers of the Bible, p. 11.
syafaat adalah Israel (Bil. 21:7; 1 Sam. 7:5; Yer. 7:16), raja (Yer. 37:3; Mzm.
72:15), individu (Ayb. 42:8), dan suatu musuh atau bangsa kafir (Yer. 29:7).
Figur penting dalam Perjanjian Lama yang menjadi subyek doa syafaat atau
yang menaikkan doa, menjadi mediator yang membawa penderitaan komunal
atau individual kepada Allah. Mereka menjadi mediator antara manusia dan
Allah dan bahkan peran mereka ini boleh dikatakan sebagai gambaran
mediator yang akan datang sebagaimana yang dikatakan oleh Peskett:
The most characteristic picture of prayer in the Old Testament is that of
Mediator, a bridge builder, a person standing in the gap; who as it were, brings
God and man together, speaking for one to the other. In this the great men and
women of prayer in the Old Testament foreshadow the great Intercessor and
Mediator himself (John 17).22
Gambar paling khas dari doa dalam Perjanjian Lama adalah bahwa dari
Mediator, pembangun jembatan, orang yang berdiri di celah; yang seolah-olah,
membawa Allah dan manusia bersama-sama, berbicara untuk satu ke yang
lain. Dalam hal ini pendoa laki-laki dan wanita hebat dalam Perjanjian Lama
pertanda Perantara besar dan Mediator dirinya (Yohanes 17).
Kehidupan doa yang seimbang secara alkitabiah harus mencakup
syafaat yang konsisten untuk semua masalah Kerajaan Raya.
 Untuk bersyafaat bagi seseorang adalah berdiri secara rohani di
celah seperti yang disebutkan dalam Yehezkiel 22:30.
 Syafaat adalah kategori doa yang luas yang mencakup apapun
dari mendoakan orang-orang yang terhilang untuk berdoa bagi
berkat Tuhan bagi seorang penginjil atau pendeta yang hebat.
 Tuhan telah menahbiskan syafaat sebagai cara utama Dia bekerja
untuk menyelamatkan yang terhilang dan memberdayakan gereja.
 Tuhan telah memanggil semua orang percaya untuk berdoa
syafaat. (Baca 1 Timotius 2: 1-2)
Doa syafaat dapat disimpulkan sebagai doa kepedulian terhadap kondisi
komunal yang berkaitan dengan negara atau bangsa secara keseluruhan atau
pun kebutuhan orang lain. Doa ini juga memanggil umat Tuhan untuk memiliki

22
Peskett, Prayer in the Old Testament, p. 30.
kepedulian bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk komunitas dan
orang lain. Kita dipanggil untuk berperan sebagai mediator atau yang secara
umum disebut sebagai “saluran berkat” bagi orang-orang di sekitar kita.

e.5. Meditasi
Mediasi adalah tindakan untuk merefleksikan Firman Tuhan dan diam-
diam mendengarkan suara kecilnya yang masih kecil. Kehidupan doa yang
seimbang secara alkitabiah mencakup waktu untuk berhenti sejenak dan
mendengarkan suara Tuhan yang masih kecil. Dia berbicara paling banyak
kepada mereka yang secara konsisten masih mendengarkan hati mereka.
"Kamu akan mencari aku dan kamu akan menemukanku saat kamu mencariku
dengan segenap hatimu." (Yeremia 29:13)
 Hubungan yang sehat harus dua arah! Saat kita berdoa kita
berbicara dengan Tuhan; Saat kita menengahi Dia berbicara
kepada kita.
 Dalam waktu berdoa, meditasi adalah periode di mana Anda
diam-diam merenungkan pembacaan Kitab Suci dan kesan yang
Tuhan berikan.
 Dengan bermeditasi, Anda belajar untuk mendengar pimpinan
Tuhan dan dengan demikian doa Anda dimulai dari hati dan
pikiran-Nya.
 "Mendengarkan Tuhan" adalah kunci mendasar bagi kehidupan
doa yang efektif.
disarankan agar menyimpan jurnal doa harian. Tulislah setiap tayangan atau
tulisan yang Tuhan kesankan kepada Anda.
BAB III
A. Pemetaan rohani dan karakteristik doa yang efektif
a.1. Pemetaan Rohani
Kemampuan melihat secara rohani keadaan setiap tempat sebelum
kegiatan doa dilakukan, misalnya: doa keliling dan peperangan rohani.

a.1.1. Pedoman Riset Dalam Melakukan Pemetaan Rohani


1. Riset Sejarah
Nama-nama daerah, keadaan wilayah – ekonomi, sosial, budaya,
sejarah setempat)
 Siapakah pendiri kota tersebut? Apa agama/kepercayaan yang
dianut.
 Bagaimana kota itu didirikan dan apakah tujuan mendirikan kota
itu?
 Apakah arti penting dari nama asal kota tersebut.
 Siapakah yang menjadi leluhur atau sesepuh kota itu?
 Apakah pernah terjadi suatu trauma atas kota itu? Misalkan;
bencana  alam,perang, kerusuhan pemberontakan dll.

2. Riset Fisik
Kegiatan observasi terhadap monumen-monumen, museum-museum,
patung-patung, pusat ilmu gaib, diskotik, bar, night club, tempat-tempat
 Berapa banyak jumlah penduduknya?
 Agama/kepercayaan apa saja yang dianut penduduknya?
 Bagaimana hubungan antar suku dan agama yang ada dikota
tersebut?
 Tarian, musik, atau bentuk kesenian apa yang khas di kota
tersebut?
 Apakah mata pencaharian penduduk kota tersebut?
 Bagaimana tentang status ekonomi penduduk tersebut –
menengah ke atas/bawah?
 Bagaimana tingkat keamanan dan ketertiban masyarakatnya?
3. Riset Rohani
Peninjauan secara rohani teritorial, orang kuat, selubung kegelapan,
suasana rohani dsb.
 Bagaimana Kekristenan masuk ke kota itu?
 Bagaiama pertumbuhan Kekristenan di kota itu ? Pesat, lambat,
tidak bertumbuh?
 Bagaimana keadaan para pemimpin, dan apakah sering terjadi
konflik?
 Apakah ada unsur penolakan terhadap Injil dan hamba-hamba
Tuhan?
 Apakah ada kutuk-kutuk yang menimpa penduduk kota itu?
 Apakah ilah utama atau roh-roh teritorial yang berhubungan
dengan kota itu?
 Apakah dampaknya bagi masyarat di kota itu?
 Siapakah orang kuat di kota itu? Berhala apakah yang mereka
sembah?

a.1.2. Pedoman Melakukan Pemetaan Rohani


1. Memiliki peta kota atau daerah yang akan dilakukan pemetaan.
2. Hal yang perlu dipetakan secara rohani adalah sbb:
 Tempat-tempat bersejarah ( monumen, patung, museum dsb )
sebutkan alamatnya. Adakah arti-arti khusus dari tempat-tempat
tersebut.
 Tempat-tempat ibadah resmi ( gereja, mesjid, vihara dll ) serta
alamatnya.
 Tempat-tempat lembaga Pemerintahan penting beserta
alamatnya
 Perkantoran-perkantoran yang penting, kawasan niaga dll.
 Tempat-tempat praktek okultisme ( dukun, tempat keramat dll )
serta alamatnya.
3. Persiapan untuk melakukan pemetaan rohani dan kemudian disertai doa
keliling.
 Tim profetik mengadakan puasa dan menguduskan diri.
 Meminta perlindungan darah Yesus, memulai pujian
penyembahan dan meminta pengurapan Roh Kudus agar diberi
kepekaan rohani untuk dapat membuat pemetaan rohani.
 Bergerak dalam unity keliling dan catat semua hal yang dilihat
secara fisik maupun rohani, di mana sebelumnya sudah dibuat
riset history terlebih dahulu.
 Membuat rencana untuk doa keliling. Dapat dilakukan bersamaan
pada saat suatu daerah selesai dilakukan pemetaan.

a.1.3. Tujuan dan Pentingnya Doa Keliling


1. Memenangkan wilayah yang menjadi Fokus bagi Kristus.
2. Terjadinya transformasi atas wilayah yang menjadi Fokus bagi Kristus
3. Pertumbuhan Gereja secara menyeluruh.

a.1.4. Aspek doa keliling


1. Konsep Dasar Doa Keliling
Yos. 1:3; 6:4; Mat. 9:35; 1 Pet. 5:7.
2. Kuasa Yang Bekerja di balik Doa Keliling
 Kuasa Pengendalian (Mat. 28:17 bandingkan Luk.10:17).
 Kuasa Penghancuran dan Pendobrakan (Luk. 10:19).
 Kuasa Pendamaian dan Pembersihan (Kol. 1:20; 2 Kor. 5:18).
3. Target Utama Dari Doa Keliling
 Meruntuhkan benteng-benteng (2 Kor. 10:4-6).
 Menghancurkan pintu gerbang maut (Maz. 9:14).
 Merusak segala perangkap maut (Maz. 18:6).
 Meruntuhkan tembok dan menara-menaranya (Yeh. 26:3, 4).
 Mencabut segala kutuk dan melepaskan berkat (Rm. 12:14).
 Mengambil alih dan memproklamirkan Wilayah Fokus (Mat.
18:18).
4. Mengenal Wilayah dan Basis musuh pada saat Doa Keliling
 Mengenali Problem utama dari Wilayah Fokus .
 Mengenali peta kekuatan musuh melalui tempat-tempat pijakan
iblis (Mar. 5:1-17; Kis. 19:24-35).
 Mengenali karakteristik musuh pada Wilayah Fokus (Kej. 19:1-9).
 Mengenali Formasi Kerja musuh atas Wilayah Fokus.
5. Strategi Peperangan Rohani disaat mengadakan Doa Keliling
 Strategi penyerangan musuh (1 Pet. 5:8, 9).
 Mengikat segala orang kuat dan penjaga Wilayah Fokus (Mar.
3:27).
 Mengacaukan dan melumpuhkan segala strategi dan program
kuasa kegelapan (Kis. 8:9-13)
 Menggunakan selengkap senjata Tuhan (Ef. 6:14-17).
 Bertempur dengan otoritas penuh dan melibatkan para malaikat
Tuhan (Kel. 14:19).
6. Persiapan Tim yang diperlukan
 Kondisi fisik yang prima (1 Kor. 9:26, 27).
 Ketahanan mental dan Kondisi rohani yang baik.
 Kesehatian Tim dalam konsep dan mekanisme Doa Keliling (1
Kor. 1:10).
 Dibungkus oleh Darah Tuhan Yesus Kristus (Wah. 12:11; Rm.
5:9).
 Menyala-nyala dengan semangat roh yang ada (Rm. 12:11).
 Jangan takut
7. Perlunya diadakan Penyerangan secara Berkala sampai pada tingkat
pengambil-alihan
 Doa Keliling harus ditindak lanjuti sampai benar-benar menguasai
daerah itu secara penuh.
 Dibentuknya tim-tim Doa Keliling atau jaringan Pendoa Keliling.
 Terbangunnya kubu-kubu Doa ditempat-tempat strategis.
8. Tim yang diperlukan saat melakukan Doa Keliling
 Tim Pujian dan Penyembahan (Maz. 22:4).
 Tim Peperangan Rohani (Luk. 10:19).
 Tim Penopang atau tim yang tinggal di tempat (Kel. 17:12).
a.2. Karakteristik Doa Yang Efektif
Ada berbagai cara untuk berdoa untuk melihat karakteristik doa yang
efektif atau yang membuat perbedaan dan menyelesaikan tujuannya. Doa
pertama tentang berhubungan dengan Tuhan, tapi juga tentang hasil yang
melayani kehendak Tuhan di bumi."Tidak cukup untuk mulai berdoa ... tapi kita
harus sabar, percaya terus berdoa sampai kita mendapatkan sebuah jawaban."
Yakobus menyoroti empat karakteristik doa yang efektif: doa berakar dalam
iman; doa dalam konteks hubungan baik; doa dari gaya hidup yang benar; dan
doa yang sungguh-sungguh.
1. Doa yang berakar dalam iman: ini berbicara tentang doa yang berakar
pada kepercayaan tiga kali lipat pada Tuhan.
 Ini adalah doa dengan percaya diri akan kuasa Yesus atas dosa,
penyakit, dan Setan.
 Ini adalah doa dengan percaya diri dalam darah Yesus yang
memenuhi syarat orang-orang lemah seperti kita menjadi kapal
yang melepaskan kuasa-Nya dan menerima berkat-Nya. Kita
dengan berani masuk ke hadirat Allah oleh darah Yesus (Ibr
10:19). Kita tidak mengecilkan hati karena malu atau bersalah,
karena Ia telah memberikan kebenaranNya kepada kita sebagai
pemberian gratis (2 Korintus 5:21).
 Ini adalah doa dengan percaya diri dalam keinginan Bapa untuk
menyembuhkan, membebaskan, dan memberkati umat-Nya
dengan kuasa dan pekerjaan Roh Kudus (Luk 11:13).
2. Doa dalam konteks hubungan baik:
Dalam mengajarkan doa yang efektif, Yakobus mendesak kita untuk
mengakui dosa-dosa kita satu sama lain (Yak. 5:16). Kami mengikuti nasehat
ini paling sering dalam konteks untuk hubungan yang kuat dengan orang lain.
Ada yang berkomitmen untuk tumbuh dalam hubungan dengan orang lain,
namun puas memiliki kehidupan doa yang lemah. Yang lain berkomitmen untuk
tumbuh dalam doa, namun merasa memiliki hubungan yang lemah. Alkitab
menetapkan kedua nilai ini sebagai pelengkap, tidak bersaing.
 Kehidupan doa yang kuat pada akhirnya akan menghasilkan
hubungan yang kuat dengan orang-orang. Doa bukan tentang
anti-relasional atau antisosial. Doa yang benar memiliki efek
sebaliknya. Ini semua tentang cinta kasih Tuhan dan manusia.
Orang-orang sholat harus yang paling berenergi dalam cinta.
 Tuhan sangat memperhatikan hubungan suami suami harus
menghormati istri mereka sehingga doa mereka tidak terhalang.
Ukuran efektivitas suami dalam doa berhubungan dengan ukuran
yang dengannya dia menghormati istrinya. Dia bisa berdoa
dengan fasih di depan umum, tapi jika dia berbicara dengan cara
yang tidak baik kepada istrinya secara pribadi, doanya terhambat
(1 Pet 3: 7).
 1 Petrus 3: 7 penting untuk gerakan doa global. Seiring gerakan
doa dewasa, maka penekanan pada kehormatan dalam
pernikahan akan meningkat, terutama kehormatan bagi istri.
3. Doa sebagai gaya hidup yang benar:
Komitmen terhadap gaya hidup kebenaran sangat penting untuk
menumbuhkan kehidupan doa yang efektif (Yakobus 5:16). Kondisi alkitabiah
ini sering diminimalisir, bahkan oleh beberapa orang yang sangat terlibat dalam
gerakan doa dan pemujaan hari ini. Sebuah doa yang efektif dan sungguh-
sungguh dari orang benar berguna. (Yakobus 5:16)
 Orang benar dalam bagian ini adalah setiap orang percaya yang
menentukan hatinya untuk mematuhi Yesus saat ia berusaha
untuk berjalan dalam karakter saleh. Menetapkan hati kita untuk
ditaati sangat penting, bahkan jika kita gagal memenuhi ketaatan
yang konsisten dan matang. Saya belum pernah bertemu dengan
seseorang yang begitu dewasa dalam kebenaran sehingga dia
berada di atas semua godaan dan tidak pernah ketinggalan dalam
perjalanannya dengan Tuhan.
 Doa "orang benar" mencakup doa orang-orang yang tidak
sempurna dan lemah yang dengan tulus berusaha untuk berjalan
dalam kebenaran bahkan saat kita tersandung dalam kelemahan
kita.
 Tuhan menanggapi umatNya karena mereka berusaha untuk
mematuhi perintah-Nya dan melakukan hal-hal yang berkenan
kepada-Nya. Dan apa pun yang kita minta, kita terima dari Dia,
karena kita mematuhi perintah-perintah-Nya dan melakukan hal-
hal yang menyenangkan di mata-Nya. (1Yoh 3:22)
 Doa bukanlah pengganti ketaatan. Saya telah bertemu dengan
mereka yang membayangkan bahwa jika mereka berdoa dan
berpuasa lebih banyak, mereka dapat berjalan dengan sedikit
amoral atau tidak jujur dalam keuangan atau fitnah orang-orang
yang tidak memperlakukan mereka sesuai dengan keinginan
mereka. Mereka berpikir bahwa menjadi lebih bersemangat dalam
disiplin spiritual akan menyeimbangkan area kompromi yang
terus-menerus.Dan dosa-dosamu telah menyembunyikan wajah-
Nya dari pada-Mu, supaya Ia tidak mendengarnya. (Yesaya 59: 2)
 Doa jauh lebih membosankan dan sulit jika kita berusaha
menjalani satu bagian dari kehidupan kita seolah-olah itu milik
Tuhan dan bagian lain seolah-olah itu milik kita. Ada hubungan
antara gaya hidup kita dan kemampuan kita untuk menikmati
sholat (Mat 5: 8). Kompromi yang terus menerus dan disengaja
dalam kehidupan kita sangat menghalangi kehidupan doa kita dan
kemampuan kita untuk setuju dengan Tuhan dalam doa.
 Ketika kita sampai pada ketaatan kita, kita harus mengetahuinya
dan mengakuinya, daripada berusaha untuk merasionalisasinya.
Kita menyebutnya dosa, kita bertobat darinya, dan kita dengan
bebas menerima pengampunan dari Tuhan. Kemudian kita
"menekan hapus" dan berdiri dengan percaya diri akan kehadiran
Tuhan.
 Berjalan dalam ketaatan bukanlah tentang mencari jawaban atas
doa kita; Ini adalah tentang hidup dalam perjanjian dengan cinta
karena Tuhan adalah cinta. Beberapa orang yang mengajar sholat
mengabaikan perlunya menaati Tuhan. Hal ini lebih populer untuk
hanya menekankan otoritas kita di dalam Kristus tanpa
menyebutkan perlunya menetapkan hati kita untuk mematuhi
Yesus. Dia yang memiliki perintah-Ku dan menaati mereka, dialah
yang mengasihi Aku. Dan dia yang mengasihi Aku akan dikasihi
oleh Bapa-Ku, dan Aku akan mengasihi Dia dan mewujudkan diri-
Ku kepadanya. "(Yoh 14:21)

B. Pengertian Pujian Penyembahan


b.1. Pengertian pujian
Dalam Perjanjian Lama kata untuk pujian sering di sebut dengan
Haleluya atau aleluya, berasal dari kata bahasa Ibrani: ‫הַ לְלּוי ָּה‬, kata Haleluya
berasal dari kata ‫ הָ לַל‬- HALAL Standar Halleluyah Tiberias Halləlûyāh (bahasa
Yunani: Ἁλληλούϊα, Allelouia) yang memiliki arti "Pujilah Tuhan". 23 Haleluya
banyak ditemukan dalam kitab Mazmur pasal 113-118 dan memiliki lafal serupa
dalam banyak bahasa, namun tidak semua bahasa. Haleluya digunakan dalam
agama Yahudi sebagai bagian dari doa Hallel: ‫( הַ לֵל‬doa pujian), dan sebagai
pujian kepada Tuhan dalam agama Kristen.
Dalam Alkitab Ibrani halleluyah sebenarnya bukan satu kata, melainkan
merupakan satu frasa yang terdiri dari dua kata. Bagian pertama, hallelu,
merupakan bentuk perintah untuk orang kedua laki-laki jamak (seperti "kalian"
untuk kaum pria, dalam bahasa Indonesia) dari kata Ibrani hallal. Namun,
"halleluyah" bukan sekedar bermakna "pujilah Yah", karena kata hallel dalam
bahasa Ibrani berarti "pujian gembira dalam nyanyian, untuk memuliakan
Allah". Hallel dapat merujuk juga kepada seseorang yang bertindak seperti
orang gila atau orang sangat ceroboh.
Dalam bahasa Ibrani, kata “Haleluyah” terdiri dari dua kata: “Hallelu” dan
“Yah”. Kata “Halelu” (akhiran "-u" menandakan perintah untuk orang pertama
jamak, semacam "marilah kita") berasal dari kata "Halel" (= memuji) yang terdiri
dari dua huruf Ibrani “he” (‫ )ה‬dan “lamed” (‫)ל‬. Huruf “he” awalnya adalah
gambar seorang laki-laki dengan tangan menengadah ke atas melihat ke suatu
penglihatan yang menakjubkan. Sedangkan huruf “lamed” pada mulanya
gambar sebuah tongkat gembala. Tongkat dipakai sang gembala untuk
menggerakkan kawanan binatang ke suatu arah. Dengan demikian
penggabungan dua huruf “he” dan “lamed” itu berarti “melihat ke arah”.
Sedangkan kata “Yah” merupakan kependekan dari nama sebutan Tuhan,

23
https://id.wikipedia.org/wiki/Haleluyah diakses 24 Agustus 2015, jam 11.30 WIB.
YHWH atau dalam bahasa Inggris Yahweh atau Jehovah. Dengan demikian
"Haleluya" dapat diartikan "melihat ke arah Tuhan". 24

b.2. Pengertian penyembahan


Secara etimologi, ada beberapa kata yang digunakan untuk
penyembahan dalam Alkitab, seperti yang dikutip oleh Sadhu Sundar Selvaraj
dalam bukunya: Shachah ‫( ׁשָ חָ ה‬Ibrani) berarti menyembah, meniarapkan diri,
membungkuk (Kejadian 37:7, 9, 10, 12; Imamat 26:1). Kata ini pun berarti
merundukkan (membungkukkan) badan, menjatuhkan diri, memohon dengan
rendah hati, melakukan penyembahan. Kata ini secara spesifik dipakai untuk
mengartikan: bersujud, bertiarap, sebagai suatu tindakan penghormatan di
hadapan seorang yang mulia. Shachah ‫ ׁשָ חָ ה‬digunakan sebagai suatu istilah
yang umum untuk datang di hadapan Allah dalam penyembahan (Keluaran
34:8; I Samuel 15:25; Yeremia 7:2).
Proskuneo: προσκυνέω (Yunani ) Matius 4:10 berarti penyembahan;
melakukan penghormatan kepada; mencium (seperti seekor anjing yang
menjilati tangan tuannya). Kata ini diterjemahkan sebagai penyembahan
sebanyak 60 kali. Definisi yang lebih luas lagi dari kata ini adalah mencium
tangan sebagai bukti penghormatan; berlutut dan dengan dahi menyentuh
tanah sebagai suatu ekspresi yang sangat menghormati; menyembah dengan
berlutut; atau bertiarap untuk melakukan penghormatan atau penyembahan,
entah itu untuk mengekspresikan rasa hormat atau membuat suatu
permohonan kepada Allah.
Sebomai σέβομαι (Yunani) Matius 15:9 berarti memuja-menekankan
perasaan kagum atau ketaatan. Latreuo: λατρεύω (Yunani) Wahyu. 7:15
berarti melayani, menyembah. Arti yang luas adalah menyembah Allah dengan
taat dalam setiap upacara yang diadakan untuk menyembah Dia: dalam hal
para imam untuk memimpin, untuk melaksanakan suatu jabatan yang suci.
Eusebo: εὐσεβέω (Yunani) Kis 17:23 berarti bertindak dengan saleh atau
hormat kepada Allah.25 Selain beberapa istilah di atas, masih ada juga istilah
lain yang sering digunakan dalam Alkitab untuk penyembahan. “Kata yang
24
https://id.wikipedia.org/wiki/Haleluyah diakses 24 Agustus 2015, jam 11.30 WIB.
25
Sadhu Sundar Selvaraj, Seni Menyembah: Menjadi Penyembah Yang Dicari Tuhan (Jakarta:
Nafiri Gabriel, 1996),39-40.
paling umum untuk penyembahan dalam Perjanjian Lama adalah kata Ibrani
Hawah: ‫הוהוא‬. Bentuk aslinya adalah histahawah: ‫ההשתחוח‬, yang artinya bow
down (bersujud), to pay homage (memberi penghormatan), dan worship
(menyembah).”26
Dari beberapa kata kutipan di atas yang digunakan untuk penyembahan
dalam Alkitab, dapat disimpulkan bahwa penyembahan adalah sikap
merendahkan diri dihadapan Allah yang dapat ditunjukkan dengan cara:
membungkuk, bersujud, bertiarap dengan tujuan memberikan penghormatan,
menyembah, atau memohon kepada Allah sebagai yang layak serta yang
agung mengatasi ciptaan-Nya.

C. Dasar Teologis pujian penyembahan


Dalam lingkup Perjanjian Lama unsur penyembahan secara khusus
diletakkan untuk umat Allah. Namun, itu akan sangat naïf untuk memikirkan
unsur-unsur penyembahan Perjanjia Lama karena tidak timbul dari budaya dan
situasi historis bangsa Israel kuno. Setiap studi mendalam akan budaya kuno
menunjukkan bahwa ada kesejajaran yang luas antara unsur, struktur, dan
bahkan arsitektur praktik keagamaan orang-orang Israel dan agama-agama
dan agama-agama lain. Apa yang istimewa tentang penyembahan orang Israel
adalah kerangka teologis di dalamnya yang unsur dan bentuk ibadah mereka
dioperasikan.27Orang Israel memiliki tiga unik ide teologis mengungkapkan
kepada mereka yang membedakan teologi mereka dari ajaran bangsa kafir :
1. Tuhan itu satu.
2. Tuhan itu pribadi, dan membuat hubungan historis dengannya
orang melalui perjanjian
3. Tidak ada berhala atau gambar tentang Tuhan yang diijinkan. 28
Dari ide teologis ini, Tuhan mengkomunikasikan kepada orang Israel
bagaimana Dia harus disembah. Lantas mengapa Allah menyuruh manusia
menyembah-Nya?

26
Djohan E. Handojo, The Fire of Praise and Worship: 7 Langkah Menjaga Api Pujian dan
Penyembahan Tetap Menyala (Yogyakarta: ANDI, 2007), 12.
27
Peterson, David. Engaging with God, W.B. Eerdmans Publishing Co. Grand Rapids, MI: 1992.
Pg. 26-27.
28
David Peterson, “Worship in the New Testament” in Carson, D.A., Worship: Adoration
and Action , Baker Book House, Grand Rapids, MI: 1993. Pg 49-50
Manusia memiliki keserupaan dengan gambar Allah, manusia diciptakan
untuk memiliki kedekatan dengan Allah; dan ketika hubungan itu terputus maka
manusia menjadi tidak lengkap dan membutuhkan pemulihan. Komuni dengan
Allah yang hidup adalah inti sari penyembahan. Manusia diciptakan berbeda
dengan binatang dalam hal hati nurani moralnya, pengenalan diri sendiri dan
kapasitas untuk perjumpaan spiritual dengan penciptanya. Semua manusia
dalam pandangan ini memiliki dua aspek yaitu tubuh dan rohani (tubuh dan
jiwa, atau tubuh dan pikiran, atau tubuh dan roh) dan kapasitasnya
berhubungan erat keduanya antara ciptaan dan Pencipta mereka. Kapasitas ini
juga telah dirusak, dan disalahgunakan karena dosa. 29 Tuhan mengembalikan
hubungan yang rusak melalui Yesus Kristus sehingga orang yang percaya
dapat datang menyembah Tuhan secara pribadi.
Penyembahan hanya ditujukan kepada Allah. Penyembahan kepada
Allah adalah sikap hati yang benar dan respons terhadap Allah dan
mengalaminya secara pribadi di hadapan-Nya. John MacArthur mendefinisikan
penyembahan yang sejati adalah suatu respons kepada kebenaran kudus. Ini
adalah gairah karena hal ini bangkit dari kasih kita untuk Allah. Demikian juga
sebaliknya mengapa manusia menyembah Allah?
Sungguh jelas nyata kalau manusia itu bukanlah mahluk jasmani yang
memiliki roh tetapi mahluk rohani yang memiliki jasmani, di hadapan Allah roh
itu hidup. Demikianlah Yesus menegaskan di dalam Matius, bahwa manusia
bukan hidup dari roti tetapi dari firman Allah. Tuhan kita bukanlah suatu obyek
mati, seperti suatu berhala penyembah berhala dengan suatu mulut yang tidak
bisa berbicara, memandang tapi tidak bisa lihat, telinga yang tidak bisa dengar,
dan tangan yang tidak bisa memenuhi apapun (Mazmur 115:47). Ia dalam
keadaan hidup. Seluruh kata roh juga berarti “ nafas,” dan nafas adalah bukti
hidup. Seluruh Alkitab ia disebut Tuhan yang hidup (Yoshua 3:10; Mazmur
84:2; 1 Tesalonika 1:9). Tetapi roh juga seseorang pribadi, bukan suatu
kekuatan bertindak tanpa tujuan atau alasan.
Hanya pribadilah yang menyadari dirinya yang bisa membuat statemen
itu. Ia juga mempunyai kebebasan untuk memilih tindakannya menurut apa

29
J. D. Douglass dan Merrill C. Tenney, eds., The New International Dictionary of the
Bible, Pictorial Edition (Grand Rapids, Michigan : Zondervan Publishing House, 1987), 617-618.
yang ia pertimbangkan baik. Ia mempertunjukkannya ketika Ia menyuruh Musa
untuk kembali ke Mesir, mengumpulkan tua-tua, dan menginformasikan mereka
bahwa bangsa itu akan dibebaskan dari perbudakan orang mesir (Keluaran
3:15,17). Suatu kekuatan yang bukan pribadi tidak berbicara dan memberi
arahan logis seperti itu.
Itu mempunyai beberapa implikasi bersangkutan dengan hidup kita. Jika
kita mengetahui, mencintai, dan melayani Tuhan yang tidak mempunyai unsur
material, itu seharusnya mengurangi minat kita pada berbagai hal material.
Bukankah itu akan membuat kita berbeda dari orang-orang di sekitar kita? Kita
tinggal di suatu kultur yang secara terus menerus mencoba untuk memberi
makan keinginan untuk hal yang dapat dibeli dengan uang dan keamanan yang
bisa disediakan dengan uang. Hampir mustahil untuk terlepas dari
pengaruhnya. Kemewahan kemarin menjadi kebutuhan sekarang. Dan semakin
kita mendapatkan, semakin sedikit kepuasannya. Jika kita pernah mendapatkan
segalanya yang kita ingin, kita akan temukan bahwa tidak satupun dari hal itu
membawa kepuasan riil.30

c.1. Pujian penyembahan pada Perjanjian Lama


Perjanjian Lama dimulai dengan kisah Penciptaan, menceritakan kisah
hubungan manusia dengan Tuhan. Peran Tuhan adalah menjadi Pencipta-
Tuhan dan peran kita adalah menyembahnya dalam penyerahan dan
pelayanan. Ini berarti bahwa kita diciptakan untuk menyembah Tuhan sebagai
Tuhan. Ini sangat penting untuk memahami bahwa itu adalah inisiatif Tuhan
sebagai Pencipta yang menentukan hubungan dengan kita: kita sebagai
makhluk tidak menentukan hubungannya tapi tunduk padanya. Demi Allah
menjadi Pencipta, hanya Dia yang layak untuk disembah, dan berdasarkan kita
Sebagai makhluknya, kita harus tunduk kepadanya dan melayani dia dalam
ibadah.
Dari dua tema pengajuan dan pelayanan ini mendorong pemujaan
terhadap umat Allah dalam perkembangan Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru. Tuhan sebagai pencipta adalah tema yang dominan dalam Perjanjian
Lama yang mencapai klimaks pemujaan umat Allah di Perjanjian Baru melalui

30
https://bible.org/seriespage/tuhan-itu-roh diakses Tgl 25 September 2015 Pkl 02.11
Penciptaan baru di dalam Yesus. Fakta sederhana tentang Tuhan-sebagai-
Pencipta dan kita sebagai makhluk adalah fitur utama mengapa kita
menyembah Tuhan dan tidak ada/ dan bukan yang lain. Kita diciptakan sebagai
pennyembah dan objek ibadah kita adalah Tuhan saja. Dalam kisah Penciptaan
di Kejadian 1-3, kita diberi beberapa detail berharga dari sifat hubungan Adam
dan Hawa dengan Tuhan sebelum jatuh dan seperti apa pemujaan mereka.
Namun, diketahui bahwa mereka tidak memiliki ganguan dosa dan berbicara
dengan Dia secara bebas sebagai Pencipta mereka.
Tanggung jawab utama adalah merawat dan memerintah di atas bumi
sebagai pelayan Tuhan. Jadi dapat dilihat bahwa Adam dan Hawa tunduk
kepada Tuhan dan bahwa mereka melayani Tuhan dalam kejujuran.
Kejatuhan memperkenalkan dosa ke dalam hubungan kita dengan
Tuhan dengan tragis dengan akibat sebagai berikut ini:
1. Dosa mematahkan hubungan kita dengan Tuhan dan menghancurkan
kemampuan kita untuk mendekati Tuhan dalam ibadah.
2. Dosa menyebabkan manusia ingin menyembah dengan tidak benar,
karena itu kita menyembah "berhala" dan mempraktikkan "penyembahan
berhala."
Di awal Perjanjian Lama umat Tuhan dapat berhubungan kembali
dengan Tuhan, tapi ini hanya terjadi melalui pengorbanan. Kita sudah pernah
melihat contoh Habel, tapi ada catatan lain yang berharga. Nuh misalnya
berkomunikasi dengan Tuhan dalam penyembahan melalui sebuah
pengorbanan, Kej 8: 20-22. Abraham, dan juga para patriakh lainnya, memuja
Tuhan dengan pengorbanan di altar yang mereka bangun Tema ini dilanjutkan
melalui periode Keluaran dengan Paskah Domba di Mesir, Kel. 12, yang
menyebabkan penghakiman Allah terhadap dosa berbalik Selain itu, dan
mengarah ke sistem pengorbanan yang ditetapkan oleh Tuhan dengan
Tabernakel di waktu Musa, Imamat 1-7. Akhirnya sistem penyembahan kurban
yang sama ini dipasang secara permanen dengan pembangunan kuil Salomo.

c.2. Pujian penyembahan pada Perjanjian Baru


Ketika Mesias, Yesus Kristus, datang ke dunia, Dia menyatakan Injil-Nya
Datang dan sukacita dan kebebasan bahwa ini akan membawa umat manusia
dalam ibadah. Yesus mulai karyanya dengan memenuhi kebutuhan manusia
dan PL untuk menyembah Tuhan dengan mengirimkan untuk dan melayani
Tuhan di padang gurun Yudea, (Mat 4: 8-10), sehingga memulai proses
menjadi orang sempurna / orang Israel atas nama umat Tuhan. Yesus
kemudian mengubahnya perhatian kepada orang-orang dan memberitakan Injil:
kedatangan Allah untuk menyelamatkan umat-Nya sudah dekat dengan orang
Yesus dan bekerja untuk mereka. Dalam keselamatan ini "kabar baik" adalah
bahwa Tuhan sekarang akan disatukan secara permanen untuk umat-Nya, atau
"dengan" umat-Nya, dengan demikian "Immanuel." (Mat 1:23) Yesus adalah
penggenapan janji-janji Allah untuk dibuat tempat tinggalnya dengan orang-
orang dengan cara baru dan permanen karena Yesus adalah Tuhan menjelma,
(Yoh 1, Yoel 3:17, Zakharia 2:10, Ezri 37: 26-8, 43: 7). Keseluruhan kehidupan
Yesus, seperti Begitu juga kematian, kebangkitan, dan turunnya Roh Kudus-
Nya harus dipahami penggenapan perintah penyembahan Kovenan Lama,
Mazmur, dan janji-janji Allah di dalam nabi-nabi (Luk 24: 44f, Ibr 1: 1-2). Yesus
memenuhi semua Hukum Taurat, Mt. 5:17, termasuk semua peraturan dan
bentuk ibadah yang ditentukan, seperti pengorbanan sistem dan Paskah, dan
bahkan tempat ibadah, Bait Suci di Bukit Sion, karena Yesus adalah hadirat
Allah dengan orang-orang dan pengorbanan yang diperlukan untuk itu
terjadi. Adalah penting bahwa kita melihat hubungan yang tidak terpecahkan
dengan Injil dan yang benar menyembah Tuhan Sistem hubungan Allah dengan
umat-Nya dalam Perjanjian Lama secara eksplisit untuk tujuan dia memberikan
perjanjian dan mendekat dengan mereka sehingga mereka bisa menyembah-
Nya sekarang di Perjanjian Baru, Tuhan mendekati orang-orangnya dengan
cara baru dan radikal orang dan karya Yesus Kristus - agar kita dapat
menyembahnya secara baru dan dengan cara yang radikal di dalam Yesus.

D. Prinsip-prinsip dalam pujian penyembahan


Allah mencari penyembah yang akan menyembah, bukan hanya sekedar
menyembah dirinya. Karena Ia telah memiliki penyembahan sejak adanya
malaikat-malaikat, kerubim dan serafim. Dia tidak memiliki kekosongan di
dalam diri-Nya yang hanya dapat diisi oleh penyembahan. Allah bukan berada
dalam posisi ketidaknyamanan. Dia bahkan tidak kekurangan apapun di dalam
diri-Nya. Tetapi Ia adalah Bapa kita, dan Dia memiliki kerinduan untuk
berinteraksi dalam hubungan bersama anak-anak-Nya.
Seperti yang ditulis oleh Rasul Yohanes: “Tetapi saatnya akan datang
dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan
menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki
penyembah-penyembah demikian (Yohanes 4:23). Kata Yunani yang
diterjemahkan adalah “mencari” di dalam Yohanes 4:23 adalah zeteo. Dalam
konteks ini ditambah dengan makna konotasinya sebagai “memerlukan” atau
“menuntut”31 Bapa mewajibakan atau menuntut siapa yang menyembah Dia di
dalam roh dan kebenaran. Dia mencari mereka dan mengejar mereka. Apa
yang Allah temukan ketika Ia menemukan anda.
Pergi ke gereja untuk beberapa jam tidak membuat seseorang menjadi
penyembah. Menjadi penyembah lebih dari sekedar melakukan hal yang benar.
Itu adalah sebuah sikap hidup. Penyembahan harus berkelanjutan. Itu tidak
dimulai dan berhenti sebagaimana lagu berhenti, tetapi itu adalah sebuah sikap
yang konstan yang menghasilkan hubungan erat yang interaktif dengan Bapa
sorgawi. Daud menulis:
“Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepadaa-
Nya tetap di dalam mulutku” (Mazmur 34:2). Penulis kitab Ibrani juga
berkata:“Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan
korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya”
(Ibrani 13:15).
Penyembah-penyembah menghabiskan sepanjang hari dengan roh
mereka tertuju kepada Tuhan, kesadaran untuk memberikan korban pujian
kepada-Nya.“Dan lidahku akan menyebut-nyebut keadilan-Mu, memuji-muji
Engkau sepanjang hari” (Mazmur 35:28).
Penyembahan kepada Tuhan bukanlah hanya pada saat bersama-sama
dengan kumpulan orang percaya. Justru sebaliknya, penyembahan juga
seharusnya tersendiri ataupun secara terang-terangan. Satu Mazmur yang

31
Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the new testament and Other Early Christian
Literature, 4th ed., trans. William F. Arndt and F. Wilbur Gingrich (Chicago: The University of Chicago
Press, 1979), hal 338
berkata: “Biarlah orang-orang saleh beria-ria dalam kemuliaan, biarlah mereka
bersorak-sorai di atas tempat tidur mereka!” (Mazmur 149:5).
Permasalahannya bukan kapan dan di mana dan bagaimana. Setiap
waktu atau setiap tempat pantas untuk menyembah Bapa “dalam roh dan
kebenaran” (Yohanes 4:23). Paulus mengajarkan kita bahwa tubuh kita adalah
bait Roh Kudus (1 Korintus 6:19; 3:16-17). Kita adalah bait yang berjalan.
Kemanapun kita pergi penyembahan bisa di mana saja – di supermarket, Pom
Bensin, di kantor ataupun di mall. Di mana ada bait penyembahan di sana
penyembahan pun bisa.
Penyembahan adalah respon iman manusia terhadap pewahyuan dari
keberadaan, karakter, kemurahan hati dan kehendak Allah. Dalam
penyembahan Allah di sembah sebagaimana diri-Nya.

E. Ekspresi Pujian penyembahan

1. Barak,: ‫ ּברְך‬kata dasar: Barak-berkat. Kata ini dipergunakan untuk:


Menyanjung, memberi hormat, memberkati, memuji, merayakan,
memuja, mengakui Allah sebagai sumber berkat, mengakui Allah sebagi
sumber kuasa. Bentuk pujian ini menyatakan suatu sikap penghormatan
dan keheningan di hadapan Allah. Tidak ada pernyataan dalam kata ini
tentang ekspresi vokal ataupun ucapan. (Mazmur 103:1-2, Mazmur
103:20-23)
2. Shabach : ‫ׁשָ בַח‬, berasal dari akar kata yang berarti berseru dengan suara
keras. Kata ini dipergunakan untuk: Sorak kemenangan, memuji,
memuliakan, memegahkan, berseru tentang kemuliaan, kuasa,
kemurahan dan kasih Allah, bermegah dalam Tuhan Tetapkan pujian ini
ada dalam roh kita, keluarkan lewat mulut, proklamasikan pujian ini.
Dengan demikian pujian ini merupakan pekik kemenangan dan kejayaan
Tuhan kita. (Mazmur 47:2, Mazmur 63:4, Mazmur 89:16, Mazmur 117:1,
Yesaya 12:6).
3. Towdah : ‫ ּתֹודָ ה‬, kata dasar: Toda–Korban syukur yang dinaikkan oleh
orang-orang Israel. Kata ini diturunkan dari Yadah, yang berhubungan
dengan penggunaan tangan sebagai ungkapan pengakuan, pemujaan
dan pengorbanan. Kata ini dipergunakan untuk: Mengucap syukur,
menaikkan korban pujian sebagai tindakan iman, memberikan
pengakuan. Bentuk pujian ini harus dinaikkan dengan sukacita walaupun
situasi dan kondisi tidak mengajak untuk bersukacita, yang penting
adalah kita mau melakukannya. (Mazmur 42:5, Mazmur 50:23, Mazmur
69:31-32, Mazmur 100:4, Mazmur 107:22, Yesaya 51:3, II Tawarikh
29:31).
4. Halal : ‫הָ לַל‬ , kata dasar: Halal–menjadi bersih, menjadi cemerlang,
bersinar. Kata ini dipergunakan untuk: Menyanjung, membanggakan,
merayakan dengan penuh sukacita, semangat yang menyala-nyala,
memasyurkan, mengagungkan. Bentuk pujian ini harus dipersembahkan
dalam suatu sikap kegirangan dan kesukacitaan. Diekspresikan dalam :
ucapan (Yeremia 31:7), nyanyian (Mazmur 69:31), tari-tarian (Mazmur
149:3), alat musik. Penekanan bentuk pujian ini adalah pada
pembanggaan terhadap suatu obyek. (Mazmur 18:4, Mazmur 22:23 ,
Mazmur 44:9, Mazmur 69:35, Mazmur 102:19, Mazmur 149:3, Mazmur
150, I Tawarikh 25:1,3, II Tawarikh 20:21). Halal dan Yadah erat
berkaitan dalam Alkitab seringkali dilakukan bersamaan secara otomatis.
Kata Halal ini paling sering digunakan untuk kata puji-pujian dalam
Alkitab. Kata tersebut berasal dari bentuk perintah “Haleluya” yang
berarti “Pujilah Tuhan dengan kemegahan dan penuh sukacita serta
memasyurkan Dia dengan suara nyaring”.
5. Zamar: ‫זָמַ ר‬, kata dasar: Zamar–memainkan suatu alat musik, menyentuh
dengan jari-jari bagian suatu alat musik, menyanyi dengan diiringi alat
musik (khususnya memetik/membunyikan alat musik yang berdawai).
Kata ini dipergunakan untuk: Bernyanyi, memuji, memainkan alat musik,
ekspresi yang penuh sukacita dengan musik, merayakan dengan
nyanyian dan musik. Biasanya Zamar juga diterjemahkan dengan kata
Mazmur. Mazmur dalam bahasa Yunani ditulis Psalmos atau Psallo yang
artinya sama dengan Zamar. (Mazmur 30:5, Mazmur 33:2-3, Mazmur
47:6-7, Mazmur 57:8-9, Mazmur 68:4-5, Mazmur 98:5, Mazmur 144:9,
Mazmur 147:7, Mazmur 149:3).
6. Tehillah: ‫ ּתְ הִ ּלָה‬, berasal dari kata dasar Halal, artinya pujian
pengagungan, pemujaan, nyanyian kemuliaan. Tehillah adalah nama
Ibrani untuk kitab Mazmur (Pujian). Mazmur adalah Pujian spontan yang
diilhami oleh Roh Kudus, dicatat secara permanen di dalam Alkitab. Kata
ini dipergunakan untuk: Menyanjung, bernyanyi dengan penuh
semangat, bermazmur, merayakan dengan pujian. Bentuk pujian ini
berbeda dengan bentuk pujian yang lain. Dalam bentuk pujian yang lain,
kita memerlukan iman, sedangkan untuk bentuk pujian ini Allah telah
menanggapi iman kita. Tehillah adalah klimaks pujian kita, di mana kita
masuk dalam kemuliaan Allah secara langsung dan tidak ada hal lain
yang dapat kita lakukan kecuali rasa takut, gentar, kagum, dan hormat
kita dalam menyembah, memuja, meninggikan dan memuliakan Dia Raja
di atas segala raja (Wahyu 4:5, Yehezkiel 1, Yesaya 6, Mazmur 22:4,
Mazmur 33:1, Mazmur 40:3, Mazmur 48:11, Mazmur 66:2, II Tawarikh
20:22).
7. Yadah: ‫ י ָדָ ה‬, asal kata: Yadah–menggunakan tangan. Kata ini
dipergunakan untuk: Pengakuan dengan mengangkat tangan,
menyembah dengan mengangkat tangan, bersyukur dengan
mengangkat tangan. Penekanan pada bentuk pujian ini adalah pada
pengakuan dan pernyataan terhadap suatu fakta (sifat dan pekerjaan
Allah). Mengungkapkan suatu tindakan, pujian yang keluar dari dalam
hati dengan ekspresi mengangkat tangan kepada Allah. Dimana kita
mengangkat tangan? Di hadapan orang lain (Mazmur 35:18), di dalam
rumah Tuhan (Mazmur 122:4), di antara bangsa-bangsa (II Samuel
22:50, Mazmur 18:50). (Mazmur 9:2, Mazmur 18:50, Mazmur 28:7,
Mazmur 42:5, Mazmur 43:4, Mazmur 108:4, Mazmur 111:1, II Tawarikh
20:21).
Jadi pujian penyembahan adalah Cara atau tindakan untuk
mengagungkan, membesarkan dan memuliakan Tuhan atas apa yang telah
Tuhan perbuat, apa yang sedang Tuhan perbuat dan apa yang akan Tuhan
perbuat dalam hidup kita. Pujian penyembahan merupakan tindakan kemauan.
Pujian penyembahan harus berfungsi menurut kehendak dan bukan emosi. Kita
harus mau dan memutuskan untuk memuji Tuhan sekalipun kita dalam
keadaan tidak senang untuk melakukannya dan tidak tergantung pada
perasaan hati, melainkan didasarkan pada kebesaran Tuhan (Mazmur 103).
Ciri utama dari pujian adalah adanya perayaan dan sukacita yang
meluap-luap. Diekspresikan dengan menyanyi, memekik, memainkan alat
musik, manari-nari dan ekspresi luar yang lain. Arah pujian yaitu sesuatu yang
kita tujukan langsung kepada Tuhan (bersifat vertikal) pujian pengagungan.
Dan sesuatu yang kita ungkapkan kepada orang lain tentang Tuhan (bersifat
horizontal).
BAB IV
A. Peranan Musik dan Pujian Penyembahan dalam Menara Doa
Sekarang ini terdapat berbagai jenis denominasi gereja di dunia,
termasuk di Indonesia. Setiap denominasi memiliki tata ibadah dan gaya musik
yang berbeda dalam menyembah Tuhan. Selama perjalanan gereja di dunia
telah terjadi banyak perubahan di dalamnya. Perubahan tersebut tentu tidak
lepas dari konteksnya, seperti letak geografis, budaya, sosiologi, nilai-nilai
religius dimana masyarakat itu berada.
Transformasi dalam musik gereja merupakan bukti adanya keterbukaan
jemaat pada masanya. Jemaat mau mengaplikasi budaya lokal dan asing
sebagai bagian integral dalam ibadah, begitu juga terhadap pola musik yang
kontekstual dan kontemporer dimasanya. Jika Daud di masanya menggunakan
kecapi, gambus, rebana dan gendang maka dengan perkembangan teologi dan
ajaran membawa perkembangan pola musikal serta cara untuk
mengekspresikan iman melalui nyanyian gereja-gereja masa kini juga
melakukan kontekstualisasi terhadap instrumen yang digunakan dalam ibadah.
Musik sangat penting dalam ibadah gereja, sebab sebagian besar porsi
ibadah gereja memiliki unsur musik, baik vokal maupun instrumental. 32 Begitu
pentingnya musik di dalam gereja, sehingga Martin Luther, tokoh gereja
protestan era reformasi menyatakan bahwa gereja yang baik adalah gereja
yang bernyanyi33
Makna musik dalam ibadah gereja dalam istilah lain dalam liturgi gereja
adalah ungkapan simbolis perayaan iman jemaat gereja. Perayaan iman yang
dimaksud adalah penghayatan terhadap misteri dalam agama Kristen dalam diri
Kristus sebagai sosok penyelamat yang benar-benar menyentuh perasaan
umat dalam nyanyian. Hubungan musik dan liturgi (seharusnya) bersifat
harmonis, yaitu keseimbangan yang pas antara musik dan penghayatan iman
menjadi tidak terpisahkan.
Unsur musik dalam memiliki keterkaitan yang kuat sepanjang sejarah
dengan gereja dan persekutuan doa dalam hal pengembangan kehidupan
spiritualitas, sumber daya, organisasi gereja, mentalitas, keahlian, integritas
32
Dikutip dari, https://id.wikipedia.org/wiki/Musik_gereja#cite_note-Edmund1-7, pada tanggal
10 januari 2018 pkl 18.00
33
Mawene., Gereje yang Bernyanyi, Yogyakarta: Andi, 2004
keteladanan umat beriman yang harus senantiasa dipikirkan oleh gereja
sebagai organisasi. Dengan begitu musik menjadi alat teologi dalam mendidik
umat yang bertujuan mencerdaskan umat untuk berperilaku yang baik sesuai
ajaran gereja.34
Sesuai dengan perkembangan zaman penting untuk memperhatikan
fungsi musik dalam ibadah dan menara doa, tetapi dalam kontekstualisasi
music bagi pujian penyembahanan terlebih dalam mengaplikasikannya dalam
menara doa perlu melihat faktor-faktor yang mempengaruhi, misalnya budaya.
Perlu diperhatikan agar musik yang kontekstual tersebut tetap merefleksikan
Firman Allah. Tidak harus mengacu kepada genre musik atau instrumen
tertentu, tetapi tetap mendorong jemaat dalam penyembahan lebih baik. Firman
Allah sebagai alat untuk menuntun orang Kristen dalam menelaah musik yang
tepat pada zamannya serta memakainya sebagai alat untuk merefleksikan hati
orang percaya kepada kemuliaan Tuhan. (Lihat Mazmur 43:3; 119:105; 2
Timotius 3:16-17).
Musik diyakini memiliki kemampuan untuk mendatangkan pengurapan
(anointing).35 dan kuasa Allah. Ketika Daud melayani Raja Saul dengan musik,
telah membawa kelepasan yang besar dari suatu tekanan (1 Samuel 16:23),
sedangkan dalam kitab Kisah Para Rasul 16:25 tertulis kuasa Allah dinyatakan
ketika Paulus dan Silas menyanyi untuk memuji Tuhan.
Dari sisi prinsip-prinsip Psikologi, Clarke (2003) 36 dalam kajiannya
tentang musik dan perilaku menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi dalam
musik. telah lama ditelaah bahwa musik dan perilaku memiliki pengaruh timbal
balik (mutual influence) terhadap si pendengar dan pelaku. De Nora
menegaskan bahwa musik dapat menjadi dan merupakan “cermin” bagi diri
sendiri.37Artinya musik yang dinyanyikan dalam ibadah melalui teks-teks

34
Dikutip dari, https://id.wikipedia.org/wiki/Musik_gereja#cite_note-Edmund1-7, pada tanggal
10 januari 2018 pkl 18.00
35
Dalam Perjanjian Lama pengurapan bisa menyangkut orang, tapi juga benda. Tujuan
pengurapan atas benda-benda adalah penyucian (benda itu disucikan karena digunakan untuk tujuan
suci dan atas ketetapan Tuhan). sebab itu pengurapan harus dilakukan dengan minyak khusus (Keluaran
30:22-25) dan oleh orang yang khusus, yang ditunjuk Tuhan. pengurapan atas orang berlaku bagi
pengurapan Raja (1 Samuel 16:12-13, 2 Samuel 2:4), kemudian pengurapan atas Imam Besar(Keluaran
28:41), dan pengurapan atas Nabi (1 Raja-Raja 19:16).
36
Djohan,Psikologi Musik,(Yogyakarta, Best Publisher:2009), hal 50
37
T. De Nora, Aesthetic Agency and Musical Practice: New Directions on the Sociology of
Music Emotion. 2001 dalam Djohan,Ibid.
memberi pengaruh yang kuat dan diyakini memiliki dampak khusus terhadap
perilaku jemaat, karena jenis musik tertentu dianggap dapat membawa respons
yang berbeda dari perilaku manusia. Kisah yang begitu populer adalah tentang
Daud saat ia memainkan kecapi untuk menenangkan Saul yang sedang
kesurupan, dan sering dianggap sebagai cerita yang paling dikenal tentang
pengusiran setan dengan cara musikal.
Musik tidak dapat dipisahkan dari pola kebersamaan dan tingkah laku.
Dalam sebuah ibadah, jemaat secara komunal akan secara ekspresif
melakukan penyembahan, melalui doa, bermazmur, berbahasa Roh secara
komunal, mengundang agar dirinya dipenuhi Roh Kudus.
Zaman baru, gereja baru, dogmatika baru dalam penginjilan
menumbuhkan interpretasi baru dalam ibadah dan pujian penyembahan serta
persekutua doa. Tak seorangpun tahu dan mungkin tidak akan bisa tahu seperti
apa dan ke arah mana musik Kristen kontemporer akan terus mengalir dan
menemukan tempatnya berlabuh. Bisa juga pertanyaan tersebut diabaikan,
kecuali hanya menerima dan memahami bahwa musik dalam gereja juga tidak
dapat terelakkan tidak hanya sekedar ekspresi manusia terhadap sang
pencipta, bukan sekedar keindahan, tetapi musik juga bagian dari bahasa kode-
kode hubungan dan kenyataan keseharian, bahasa industri pergaulan tanpa
batas.38 Musik Kristen kontemporer sebagai aksi maupun reaksi tumbuh dan
berkembang dalam suasana dan lingkungan gereja, lintas denominasi dan
komunitas Kristen tanpa batas dan untuk semuanya di jaman yang terus
mengalami perubahan dan penuh kontroversi ini.

B. Hubungan Menara Doa Dalam Pemulihan Pondok Daud


Sebagai orang kristen penting untuk mempertimbangkan apa yang
Alkitab katakan tentang pujian penyembahan, apa yang dikatakan semua Kitab
Suci tentang bagaimana menghadap Allah saat mempersembahkan korban
pujian. Ini berarti bahwa harus dilihat Perjanjian Lama tidak kurang dari apa
yang diajarkan oleh Perjanjian Baru. Dengan melakukan hal itu, kita harus ingat
bahwa tidak semua yang dilakukan dalam ibadah di bawah perjanjian lama

38
138Suka Hardjana, Corat-Coret Musik Kontemporer Dulu dan Kini, (Ford Foundation dan
MSPI, Jakarta:2003), hal 257
membawa ke dalam perjanjian baru. Misalnya, Dalam Perjanjian Baru korban
hewan tidak lagi dipersembahkan karena Ibrani 9-10 mengatakan bahwa Yesus
adalah korban terakhir untuk dosa. Namun demikian, ada beberapa prinsip
yang dapat dilihat dari Kitab Suci Perjanjian Lama yang dapat membimbing
praktik ibadah untuk Perjanjian Baru.
Satu penekanan dalam ajaran Perjanjian Lama tentang penyembahan
adalah bahwa bait suci itu adalah rumah doa untuk semua bangsa (Yesaya 56:
6-8). Peran doa sebagai salah satu tujuan yang ditetapkan dari tempat kudus di
mana orang akan bertemu untuk penyembahan perusahaan menunjukkan
peran penting doa dalam kehidupan gereja. Ada penekanan pada syafaat
korporat yang Tuhan inginkan untuk umat-Nya yang terlihat dibawa ke dalam
perjanjian baru, karena kita membaca tentang pertemuan doa yang diadakan
orang Kristen pertama (Kis 12:12). Tentu saja, orang-orang percaya paling awal
tidak memiliki tempat suci untuk pujian dan doa, sering bertemu di rumah untuk
mengajar dan beribadah. Namun, penekanan perusahaan pada doa
menunjukkan bahwa pantas untuk memiliki tempat-tempat suci yang
merupakan rumah doa untuk umat Allah. Adalah baik untuk memiliki ruang
khusus di mana umat Allah dapat berkumpul untuk memanggil nama-Nya dan
bahkan di mana individu dapat pergi keluar dari waktu pelayanan untuk
bertemu dengan Tuhan di tempat yang sepi.
Dalam Perjanjian Lama Ada tiga bentuk pusat ibadah yang sangat di
kenal di zaman bangsa Israel
1. Kemah Musa (tabernakel Musa)
Jauh sebelum Daud menjadi Raja, tepatnya pada zaman Musa, Tuhan
memerintahkan Musa untuk membangun Kemah Suci (Tabernakel) sebagai
rumah ibadah kepada Tuhan (Keluaran 40:17-33). Di Tabernakel Musa,
diadakan persembahan dan pemujaan kepada Tuhan. Tabut Perjanjian yang di
identikkan dengan kehadiran Allah itu ada di dalam Kemah Suci.
2. Kemah Daud/ pondok Daud
Pondok Daud adalah pola ibadah yang dipenuhi sorak sorai dan puji-
pujian, sukacita, ucapan syukur, dan dapat dimasuki oleh semua bangsa (Lihat
Mazmur 86:9). Pondok Daud merupakan satu pola ibadah yang sangat
menekankan pujian dan penyembah yang dinominasi serta peranan musik
sangat penting didalamnya, ibadah pujian dan penyembahan akan membawa
kita kepada salah satunya adalah selebratif atau perayaan. Alkitab mencatat
ada tiga tempat pemujaan yang digunakan untuk bersekutu dengan Tuhan.
Ketiga tempat tersebut adalah Tabernakel Musa, Tabernakel (Bait) Salomo dan
Tabernakel (pondok).
Berbeda dengan Kemah Musa, di Pondok Daud selalu ada nyanyian
pujian dan penyembahan yang dinaikkan kepada Allah. Tidak ada korban
binatang yang dipersembahkan, tetapi yang ada adalah korban pujian dan
ucapan syukur.
Dalam bait Salomo juga ada puji-pujian yang selalu dinaikkan kepada
Tuhan siang dan malam terus menerus, tetapi itu dilakukan di pelataran Bait
Suci. Di Pondok Daud para pemuji menyelenggarakan ibadahnya di hadapan
Tabut Allah! Sesuatu yang tidak diperbolehkan di Kemah Musa maupun Bait
Salomo.
Daud merupakan sosok yang penting dan mempengaruhi gereja-gereja
Kharismatik dalam pola ibadah yang penuh dengan musik dalam ibadah. Pola
Ibadah hari ini baik dalam ibadah dan persekutuan doa kharismatik
menunjukkan hubungan yang dekat dengan apa yang Daud kembangkan di
zamannya. Termasuk Imam Lewi yang memiliki peranan penting dalam
nyanyian Mazmur di Bait Allah (1Tawarikh 16:4-7).
Daud adalah seorang yang sangat ahli dalam bidang musik, juga
seorang yang gagah berani, ahli dalam berperang, seorang penasihat ulung,
memiliki pribadi simpatik, dan hidupnya selalu disertai Allah. Daud memiliki
banyak waktu luang untuk berkumpul dengan nabi-nabi lain di sekolah, seperti
Samuel untuk banyak belajar tentang pelayanan musik. (1Samuel 19:18)
Dalam Perjanjian Lama, selain telah mengembangkan Mazmur, Daud
telah memanfaatkan berbagai alat musik untuk menyembah Tuhan, artinya
Daud juga telah melakukan kontekstualisasi musik pada masa itu. Daud
memanfaatkan alat-alat musik, seperti: sangkakala (shofar), terompet, lyra,
harpa (kecapi), tamborin, seruling, dan ceracap yang semuanya biasa
digunakan untuk hiburan dalam acara-acara pesta, tarian hiburan, pemujaan
berhala yang kemudian ia transformasikan untuk memuji dan menyembah
Tuhan.39 Hal ini merupakan indikasi bahwa sudah ada kesadaran dalam diri
Daud akan kedinamisan musik dengan melihat konteks yang tepat pada masa
itu. Yang menarik dalam pondok Daud adalah di mana Tabut Tuhan 40 di
letakkan di dalamnya. Tujuan utama pondok Daud adalah untuk menunjukkan
penyembahan Tuhan dengan cara yang unik.
3. Bait Salomo
Daud pun hendak mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan. Tanpa
diperintahkan oleh Tuhan, Daud tergerak untuk membangunkan rumah Allah yang
lebih megah. Pada zaman anaknya, Salomo, visi Daud ini digenapi. Bait Suci Salomo
menjadi Bait Suci yang termegah.
Dari ketiga bentuk ibadah di atas Ciri paling menonjol dalam Pondok Daud
adalah: hanya ada satu benda ditempatkan di tengah-tengah, yaitu Tabut Perjanjian
Allah, yang pada waktu itu menggambarkan kehadiran Allah di tangah umat-Nya. Para
pemuji dan penyembah mengelilingi Tabut itu dan menyembah Allah siang dan malam.
Fokus dari penyembahan saat ini tidak lain adalah Allah yang hadir di tengah umat-
Nya. Semua mata tertuju kepada Allah. Semua nyanyian dinaikkan bagi Dia.
Demikian pola ibadah yang digunakan di dalam menara doa mengadopsi pola
ibadah yang juga dikembangkan oleh Daud di zaman itu, hanya perbedaannya pada
penggunaan alat musik yang sesuai konteks kekinian baik jenis musik dan alat musik.

C. Kontribusi Menara Doa Bagi Masyarakat Internal Gereja


Kategori pembinaan sangat besar sehingga mencakup hampir semua
aspek Ibadah Perjanjian Baru. Rasul Paulus secara teratur menggunakan
istilah pembangunan untuk menggambarkan pertemuan ibadah di Perjanjian
Baru, 1 Korintus. 14: 3-5, 12, 17, 26, 31; 1 Tesalonika. 5:11; Efesus. 4: 11-16.
Paulus mengharapkan agar kita bertemu dengan Tuhan saat kita berkumpul
dan saling menguatkan dalam kesatuan Roh Kudus dan pemberitaan dan
pengajaran Injil.41

39
Charles Etherington L, Protestant Worship Music-Its History And Practice,p.12-16 dalam
http://www.gkj.or.id
40
Tabut (Tabut perjanjian Tuhan) ialah peti kayu yang melambangkan kehadiran Allah di
tengah-tengah umat-Nya, khususnya di dalam perang (misalnya 1Samuel 4). Peti itu juga berisikan
kedua loh batu yang ditulisi kesepuluh hukum. Di atas tabut itu terdapat tutup perdamaian (Keluaran
25:10-22; Ibrani 9:4-5). Daud memindahkan tabut itu ke Yerusalem, dan kemudian ditempatkan dalam
Bait Allah (2Samuel 6; 1Raja-Raja 8)
41
Carson, hal 77.
Aktivitas penyembahan dalam Perjanjian Baru berfokus pada
pembangunan umat Allah sehingga tujuannya bagi penebusan seluruh dunia
bisa terlaksana. Sekarang ketika umat Allah Berkumpul di dalam Yesus,
mereka memuji Dia karena pekerjaan penebusannya dan menjalani penebusan
di dalam Yesus setiap aspek kehidupan mereka. Doa, pembacaan tulisan suci,
pemberitaan Injil dari tulisan suci, bernyanyi kepada Tuhan dan satu sama lain
dengan nyanyian, nyanyian rohani sakramen baptisan dan Perjamuan Tuhan,
mengakui apa yang kita percaya, penggunaan karunia rohani, persembahan
kita, komunikasi kehidupan dan kegiatan keluarga gereja, kesaksian tentang
kuasa dan anugerah Allah, ungkapan pesan Injil melalui seni kreatif, dan
demonstrasi penyembahan Kristen, harus dipilih oleh pemimpin gereja dan
diungkapkan oleh gereja yang berkumpul dengan cara yang membangun tubuh
Kristus.
Transformasi di dalam gereja melibatkan pencarian perubahan positif di
keseluruhan:
 kehidupan manusia secara material
 Secara sosial dan spiritual
 Memulihkan identitas sejati kita sebagai manusia yang diciptakan
menurut gambar Allah
 Menemukan panggilan sejati kita sebagai pelayan yang produktif
Setia peduli dunia kita dan orang-orang
Ada kekuatan supranatural yang dilepaskan saat gereja berdoa. Apa
yang dibutuhkan di gereja sedunia pada saat ini adalah gereja yang bersatu
dan berdoa. Kita membutuhkan kekuatan supranatural. Hanya kekuatan Tuhan
yang akan mengalahkan serangan musuh di kota kita. Ketika gereja di sebuah
kota atau wilayah memutuskan untuk membatalkan agenda sendiri dan
memutuskan untuk datang bersama untuk berdoa, ada kekuatan spiritual yang
besar dilepaskan ke atmosfer. Doa akan mempengaruhi segalanya! Ini akan
mempengaruhi waktu, tempat, kesempatan, dan keadaan. Sebuah gereja doa
di dalam kota membawa kesuksesan dan kekuatan supernatural ke wilayah
tersebut.
Gereja dapat ditransformasikan oleh kuasa Tuhan. Tak seorang pun
pemimpin gereja yang memiliki jawaban atas di mana gereja itu didirikan; hanya
Tuhan yang melakukannya Dialah yang mengubah dan membawa perubahan.
Ini semua tentang Kerajaan Allah dan keintiman dengan sang Raja.
BAB V
A. Kontribusi Menara Doa Bagi Penanaman Gereja
Ketujuh-belas pasal terakhir dalam Kisah Para Rasul terdapat beberapa
referensi mengenai doa. Doa-doa orang kudus adalah dupa di atas altar emas,
naik ke Allah Bapa, melalui pelayanan dari Imam Besar, Yesus Kristus (Wahyu
5:8; Mazmur 141:1,2; Ibrani 7:25). “Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan
dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia
hidup senantiasa untuk menjadi Pengatara mereka.”
Gereja yang tidak berdoa adalah sebuah gereja yang tidak memiliki
kuasa (Yudas 20). I Tesalonika 5:17; Gereja dilahirkan dalam doa. Doa di
dalam Roh. RumahNya disebut “Rumah Doa.” (Matius 21:13). Inilah bagaimana
Tuhan menambahkan jiwa-jiwa untuk gerejaNya.42
Doa adalah sesuatu yang sangat penting dalam pelaksanaan tugas
pemberitaan Injil. Melalui doa gereja dituntun dan mendapatkan perlindungan
Tuhan dalam melaksanakan Amanat Agung tersebut.
Penanam Gereja merupakan salah satu strategi pertumbuhan gereja
yang disengaja untuk memenangkan jiwa. Secara umum panggilan Allah bagi
semua orang adalah untuk memuridkan atau menjadikan murid Kristus (make
diciples). Apa yang menjadi panggilan kita? Pertama sekali kita harus terlebih
dahulu melakukan panggilan umum dari Allah sebelum kita mengetahui apa
yang menjadi panggilan khusus kita, karena Tuhan menghendaki kita berbuah,
memberkati, melindungi dan menjaga kita (Wahyu 22:12).
Gereja-gereja Tuhan banyak yang lemah karena tidak setia dalam
panggilannya yaitu untuk memenangkan jiwa-jiwa lewat pemuridan atau
penginjilan. Setiap orang berbeda talenta, karunia, karakternya tetapi yang
paling utama adalah bahwa gereja harus berfokus kepada Tuhan Yesus,
sehingga gereja akan bertumbuh secari rohani maupun jumlah.
Kekristenan berbeda dengan agama-agama lain, kalau agama lain
berusaha untuk mencari Tuhan, tetapi Kristen berarti bahwa Tuhan turun ke
dunia untuk menyelamatkan manusia.

42
Kisah Para Rasul, (Karawaci: Harvest Internasional Teological Seminary), 40-41.
Untuk penanaman gereja maka kita harus mencari daerah dimana
Tuhan kehendaki, pertama sekali harus ada jiwa disana/ daerah tersebut.
Kepada jiwa-jiwa yang kita temui bawa masuk untuk menerima Tuhan Yesus
sebagai Tuhan dan Juru selamat, lalu memuridkan mereka supaya memiliki
iman yang bertumbuh sehingga mereka akan dimerdekakan. Di dalam gereja
akan terjalin kebersamaan, saling menguatkan dan persekutuan kepada Tuhan
Yesus Kristus.
Sebagaiman kita bertumbuh di dalam hubungan dengan Alllah, dan Dia
mulai berbagi dengan kita isi hatiNya dan kita mulai menjadi sepenanggungan
dengan mereka yang mengalami beban. Ada empat hal penting yang ada
dalam penanaman gereja
1. Perubahan paradigma
Gereja harus mempunyai perobahan paradigma yang radikal, bahwa
penanaman gereja bisa di lakukan semua orang dalam tempo yang
cepat dan tidak mengeluarkan biaya.
2. Disengaja
Harus di biasakan atau di sengaja
3. Strategi
mengikuti apa yang di lakukan gereja mula mula dalam
4. Dapat bereproduksi
Gereja melahirkan gereja, pemimpin melahirkan pemimpin

a.1. Formasi Rohani dalam Penanaman gereja (I Korintus 3:6-11)


1. Keintiman di dalam doa
Sebelum dan setelah pelayanan dan membagikan hidup, maka harus
memiliki keintiman dengan Allah dengan berdoa seperti yang Tuhan Yesus
lakukan berdoa naik ke bukit di tempat yang sunyi supaya disegarkan dan
menerima arahan dari Bapa di Surga. Memiliki keintiman dengan Allah
menolong kita untuk belajar kepadaNya (Matius 4:23-25). Adapun tugas Gereja
yang berdoa adalah memperluas Kerajaan Allah di muka bumi lewat
pemberitaan Injil. Sebagai formasi rohani gereja tidak sembarangan dalam
melakukan panggilan-Nya. Secara khusus menara doa sebagai alat formasi
rohani di mana gereja bergantung pada Roh Kudus dalam penanaman gereja
(Roma 10 : 14-15). Gereja mula-mula selalu mengandalkan Roh Kudus bagi
pemberitaan Injil.

2. Komunitas/ persekutuan
Pengajaran Rasul-rasul : mereka mengajarkan tentang Yesus (Kisah
para rasul 2:40-47). Dengan bertekun dan sehati mereka berkumpul tiap-tiap
hari dalam bait Allah dengan berdoa bersama-sama sambil memecahkan roti di
rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama dengan gembira dan
tulus hati. Keindahan persekutuan dalam gereja mula-mula dapat dibaca dalam
Kisah Para Rasul di mana umat Tuhan yang berdoa bersama-sama secara
sepakat dan saling membangun. Sebuah keharmonisan yang diinisiasi oleh
Allah sendiri dalam kesepakatan.

3. Persekutuan dengan Allah


Persekutuan dengan Allah adalah sangat penting agar kita memiliki
hubungan yang baik dengan Allah untuk menerima tuntunanNya dan kita
mengerti setiap rencana Tuhan dan peka akan mendengarkan suaraNYa serta
mengerti isi hati Tuhan (Ikorintus 2:9).
Persekutuan adalah tentang terang bahwa segala perbuatan kita ada di
dalam terang dan menjauhkan diri kita dari perbuatan-perbuatan gelap.
Tuhan datang dan ingin bersekutu secara dekat dengan manusia, hidup
bergaul dengan allah persekutuan dengan Allah adalah berkenan kepadaNya
(Yesaya 62:3-4) Hephzibah = delight = yang berkenan kepadaKu. Kita harus
berjalan semakin dekat dan dekat kepada Tuhan, sehingga kita akan diproses
menjadi sempurna.

4. Penginjilan
Pada formasi yang terakhir penginjilan menjadi implementasi dan aksi
dari setiap apa yang didoakan. (II Korintus 5 : 17-21). Karunia Tuhan akan
dicurahkan kepada kita ketika melayani Dia untuk memperlengkapi kita dalam
pekerjaanNya. Memenangkan jiwa adalah panggilan umum jadi siapa saja
harus menjalankan tugas Amanat Agung.
Mengapa kita harus memenangkan jiwa? Karen Tuhan Yesus juga
adalah seorang pemenang jiwa. Setiap kita yang sudah lahir baru adalah
ciptaan baru di dalam Yesus Kristus Tuhan dan hidup kita dipakai untuk
mendamaikan mereka dengan Allah yaitu dengan menasihatkan mereka
melalui perkataan-perkataan mulut kita yang dipakai oleh Tuhan. Ketika kita
membagikan kesaksian itu adalah cerita kita untuk menolong mereka percaya
tetapi yang penting adalah kesaksian tentang Yesus Kristus sebagai injil atau
cerita baik tentang Yesus Kristus.
Philipus adalah seorang Diaken tetapi juga memberitakan injil (Philipus
6:2-5 ; 8:4-8). Dimasa gereja mula-mula mereka tidak memberitakan injil keluar
dari Yerusalem, tetapi setelah terjadi masa penganiayaan di Yerusalem maka
mereka terpaksa keluar dan memberitakan injil ke berbagai daerah-daerah
diluar Yerusalem, seperti di Samaria dan sampai keujung bumi.
Mengapa orang-orang di Samaria percaya kepada pemberitaan injil?
Karena ada tanda-tanda mujizat yang menyertai Philipus, tanda mujijat
merupakan karunia Roh Kudus, itulah tanda-tanda bagi orang-orang tak
percaya supaya mereka menjadi percaya. Dan orang Samaria juga pernah
menerima pemberitaan tentang Tuhan Yesus dari seorang perempuan Samaria
yang pernah bertemu dengan Tuhan Yesus.
Konteks pemberitaan Injil termaktub dalam Matius 28:16-20 dan dalam
Injil Sinopsi lainnya seperti Markus, Lukas-Kisah dan Yohanes. Ada dua hal
yang ditemukan dalam penelitian atas Matius 28:18. Pertama, sangat penting
menyadari bahwa Yesus berbicara bahwa Dia diberikan otoritas dan bukan
power (kuasa). Sebagai Allah, Yesus selalu mempunyai kuasa
(power/dinamis). Kuasa semacam itu merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari keilahian Kristus. Namun, “kuasa/power” bukanlah hal yang sama dengan
“hak untuk menggunakan kuasa”. Inilah yang dimaksud dengan otoritas
(eksousia). Otoritas adalah kebebasan: ini adalah kuasa/power yang bebas
memutuskan dan bebas bertindak. Sebagai contoh, seandainya ada seorang
pekerja yang penuh dengan talenta di mana dia memiliki kemampuan dan
kuasa/power untuk membuat perusahaan menjadi berhasil. Namun demikian,
dia tidak diberikan otoritas untuk menerapkan/menjalankan ide-idenya, maka
perusahaan itu tidak akan pernah mendapat keuntungan/manfaat dari
keahliannya. Yang diperlihatkan di sini adalah bahwa kuasa/power dan otoritas
adalah dua hal yang berbeda. Walaupun Yesus telah memiliki kuasa sebagai
Anak Allah, itu bukan berarti bahwa Dia selalu mempunyai otoritas untuk
menggunakan kuasa yang dimilikiNya. Ini adalah salah satu alasan penting
mengenai Yesus memberi Amanat Agung sesudah kebangkitanNya.

Hal kedua adalah bahwa otoritas itu “telah diberikan kepadaKu”


menunjukkan bahwa ini adalah otoritas yang baru dan dengan dimensi yang
lebih besar dari sebelumnya. Yesus sekarang memiliki “segala kuasa/otoritas di
surga dan di bumi” dan satu-satunya yang dapat memberikan otoritas itu
kepadaNya adalah Bapa (Mat 11:27). Yesus mendapatkan otoritas absolute
dan ketuhananNya dengan kematian dan kebangkitanNya dari kematian (Rom
1:3-4; Fil 2:5-11). Bahkan Efesus 1:20-23 dengan sangat jelas menyatakan
bahwa saat di mana Yesus diberikan otoritas absolute adalah pada kebangkitan
dan kenaikanNya.

Karena otoritas universal dari Yesus tidak bisa bertentangan dengan


otoritas Bapa yang berdaulat, maka harus dipahami bahwa otoritas Kristus
yang diberikan kepadaNya oleh Bapa dan akan dikembalikanNya kepada Bapa
(1 Kor 15:28) tidak mencakup otoritas atas Bapa (1 Kor 15:27). D.R. de Lacey
meringkaskan apa arti KETUHANAN YESUS dalam Tritunggal: “Bapa
melimpahkan ketuhanan pada Kristus, berbagi status dan fungsi dengan Yesus;
dan Anak memulihkan segala sesuatu tanpa merampas kuasaNya, tetap
tunduk kepada Bapa. Berbagai nats di PB, termasuk 1 Kor 15, Ef 1:9-10 dan
4:10 dan khususnya Kol 1:19-20, menunjukkan bahwa maksud Bapa
memberikan otoritas universal kepada Yesus (ketuhanan Yesus) adalah untuk
mendamaikan kepada diriNya segala sesuatu di dalam semesta melalui Yesus.
Bahwa Otoritas Yesus atas segala sesuatu di bumi dan di surga,
memiliki beberapa implikasi.
1. Semua ciptaan dituntut untuk menyembah Dia dan tunduk padaNya.
2. Karena Dia adalah Tuhan, semuanya harus datang kepada Allah melalui
Dia dan dalam namaNya.
3. PerkataanNya dan ajaranNya memiliki otoritas absolute dan harus ditaati
oleh semua.
4. Semua yang mewakili Dia juga memiliki otoritas besar, karena mereka
mewakili Tuhan dari segala sesuatu. Juga saat mereka mengalami
penolakan, mereka harus melakukan kehendakNya dan memberitakan
pesanNya, karena otoritasNya lebih besar dari yang lainnya.
5. Karena kedaulatan-Nya atas segala sesuatu, apa pun yang terjadi pada
mereka yang mewakili Dia haruslah diterima sebagai kehendak-Nya.
Dalam hal ini, tujuan-tujuan-Nya sering dicapai melalui penderitaan dari
umatNya yang oleh kedaulatan menetapkan umatNya untuk
menanggung semuanya itu.
6. Karena Dia memiliki segala kuasa/otoritas, Kristus juga mampu untuk
melindungi dan mensejahterakan pelayan-pelayanNya.
7. Orang yang menempatkan dirinya di bawah otoritas Kristus memiliki
kemampuan untuk melakukan perintah-perintahNya. OtoritasNya
menjadi milik mereka.
Berdasarkan kajian teoritis dan teologis tentang penjangkauan jiwa-jiwa
maka dapat disimpulkan bahwa Penjangkauan jiwa-jiwa adalah suatu upaya
atau cara yang dikerjakan oleh gereja atau para murid untuk melakukan mandat
Amanat Agung Tuhan Yesus, yaitu menyelamatkan jiwa-jiwa, membawa jiwa-
jiwa kepada Kristus. Inti dari pemberitaan Injil adalah Nama, Kuasa dan Kasih
Yesus. Demikian langkah selanjutnya langkah selanjutnya merupakan bagian
dari penanaman gereja untuk pembangunan tubuh Kristus.

B. Hubungan Menara doa, Israel dan bangsa-bangsa


Memulai dan memelihara hubungan dengan Tuhan merupakan tujuan
pertama kita sebagai gereja-Nya dan juga dalam kehidupan kesehari-harian
kita. Apabila setiap orang percaya memahami kebenaran ini sepenuhnya, maka
tidak ditutup kemungkinan terjadinya transformasi kota dan bangsa seperti yang
terjadi di Samaria. Perubahan yang terjadi dengan perempuan Samaria itu telah
menjadi pembuka jalan bagi Yesus untuk mengadakan transformasi kota dan
bangsa di Samaria (Yohanes 4:39). Tuhan menghendaki agar kita sebagai
umat-Nya menjadi penyembahpenyembah benar yang menyembah Bapa
dalam roh dan kebenaran (Yohanes 4:23-24). Hal ini paling jelas dinyatakan
dalam memelihara hubungan kita dengan Tuhan, yaitu melalui kehidupan doa,
pujian dan penyembahan kita sehari-hari. Dengan menjadi penyembah-
penyembah benar yang berdoa, memuji dan menyembah Tuhan dalam roh dan
kebenaran, maka kita akan dapat mendatangkan kesenangan bagi Allah lebih
dari hal lain apapun, karena Bapa memang menghendaki penyembah-
penyembah demikian. Selain dari memelihara hubungan dengan Allah Gereja
memiliki tugas sebagai utusan Allah di dunia.

Anda mungkin juga menyukai