NOMOR :
NAMA MATA KULIAH : MENARA DOA
KODE :
BOBOT : 2 sks
SEMESTER : 2 (dua)
PRASYARAT :
BANYAKNYA : 14 X (2 X 50 MENIT)
PERTEMUAN/ WAKTU
TIAP PERTEMUAN
STANDAR KOMPETENSI :
Mahasiswa memiliki pengetahuan yang memadai tentang doa dan pujian
penyembahan sebagai kelengkapan proses keilmuan dan ketrampilan untuk dapat
diaplikasikan pada bidang-bidang kehidupan yang membutuhkannya di gereja,
pemerintah dan masyarakat.
KOMPETENSI DASAR
1. Mampu menguraikan ruang lingkup dan landasan teologis doa dan pujian
penyembahan
2. Mampu menjelaskan prinsip menara doa
3. Mampu menguraikan tiga pondasi doa alkitabiah yang berpusat kepada Allah
4. Mampu menjelaskan dampak dan manfaat doa syafaat
5. Mampu mengidentifikasi ekpresi pujian penyembahan
6. Mampu menjelaskan hubungan musik dan pujian penyembahan dalam menara
doa
7. Mampu melakukan refleksi teologis terhadap transformasi secara rohani di
balik transformasi secara fisik
:
STANDAR 1. Partisipasi dan kehadiran : 10 %
PENILAIAN 2. Penyelesaian tugas : 20 %
3. Presentasi Pengamatan : 20 %
4. UTS : 20 %
5. UAS : 30 %
TEKNIK : TERTULIS
SUMBER BELAJAR
1. Keluarga
2. Media elektronik (internet)
3. Narasumber,
4. Lingkungan alam,
5. Lingkungan sosial,
6. Teman di kampus
7. Teman di masyarakat setempat
8. Komunitas gereja
9. Literatur:
a)
BAB I
PENDAHULUAN
Studi doa dan pujian penyembahan adalah salah satu disiplin ilmu
teologi praktika yang berfungsi menolong mahasiswa untuk kepentingan
pelayanan Gereja. Tentu mata kuliah menara doa dan pujian penyembahan
sebagai Ilmu praktika hendak memperlengkapi mahasiswa untuk tugas
pelayanan Gereja, doa adalah bagian dari strategi doa yang Tuhan berikan
kepada gereja untuk mendukung kebangunan rohani khususnya dalam ibadah
Minggu dan ibadah lainnya. Melalui diskusi dengan para pemimpin dari
Jerusalem House of Prayer for All Nations (JHOPFAN), maka banyak menara
doa didirikan di Asia, Australia dan Kepulauan Pasifik, Pendirian Menara doa di
Negara-negara tersebut berdampak pada meningkatnya permintaan misionaris
yang bergerak di bidang pendoa syafaat, oleh karena itu STT REAL Batam
meninjau perlunya mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten dan
berkualifikasi dalam bidang menara doa dan pujian penyembahan sebagai
kebutuhan untuk menjalankan menara doa ini. Untuk menindaklanjuti
kebutuhan akan permintaan misionaris doa tersebut maka STT REAL Batam
memprakarsai pembuatan materi menara doa dan pujian penyembahan
sebagai mata kuliah muatan lokal sebagai bagian pengalaman belajar dari
mahasiswa Teologi di STT REAL Batam. Pengalaman belajar doa dan pujian
penyembahan ini akan menolong mahasiswa untuk memahami bahwa kegiatan
tersebut bukanlah hanya kegiatan pelengkap yang menjadi agenda suatu
gereja atau pelayanan, doa dan pujian penyembahan berkembang sesuai
dengan konteks zaman dan kebudayaan di mana Gereja berada. Misalnya doa
dan pujian penyembahan sebelum pentakosta (liturgi ibadah Israel) akan
berbeda dengan menara doa dan pujian penyembahan setelah pentakosta.
Doa dan pujian penyembahan Pentakosta zaman Gereja mula-mula
berbeda dengan doa dan pujian penyembahan Gereja Abad Pertengahan
khususnya di era post modern ini.
BAB II
A. DOA & MENARA DOA
a.2. Terminologi
Doa adalah berbicara dengan Allah; berbakti kepada Allah, bersyukur
kepadaNya dan memohon sesuatu daripada Allah. Doa adalah “leher” yang
menghubungkan “kepala” (Kristus) dengan “tubuh” (anak-anak-Nya) dalam
bentuk interaktif yang mesra dimana Kristus memberi perhatian dan jawaban-
jawaban kepada anak-anakNya yang datang meminta, mencari & mengetok
(Matius 7:7-8). Doa adalah keterpautan “roh, jiwa & tubuh” manusia dengan
TUHAN Allah dalam suatu waktu, ruang & kondisi/keadaan. 1
Doa secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu komunikasi
dengan Allah yang tentunya dilandasi oleh hubungan yang telah terlebih dahulu
terjadi antara pendoa itu dan Allah. Vellanickal mengatakan bahwa doa adalah
dialog antara Allah dan manusia. Keduanya saling berjumpa dan telah
mengenal satu sama lain.2 Howard Peskett berkata: “Prayer takes us into the
presence of the personal, sovereign, covenant God. "Doa membawa kita ke
hadirat, kedaulatan, perjanjian pribadi Allah3 Dengan demikian, setiap orang
yang hendak berdoa tentunya harus terlebih dahulu mengenal Allah dan
mengakui keberadaan-Nya serta meyakini bahwa Allah memahami dan
memperhatikan dirinya. Lebih jauh, mereka juga harus meyakini bahwa Allah
akan mendengar doa mereka, seperti halnya yang dikatakan Pemazmur bahwa
Tuhan “sudah berpaling mendengarkan doa orang-orang yang tulus, dan tidak
memandang hina doa mereka” (Mzm. 102:18).
Balentine, setelah menyelidiki beberapa definisi tentang doa,
mengatakan bahwa doa adalah komunikasi eksplisit dengan Allah yang
dilakukan dengan sengaja dan penuh kesadaran. Inilah yang membedakannya
1
Diakses dari http://sabdaspace.org/doa_puasa_menurut_alkitab, pada tgl 9
September 2015 Pkl 2.34 WIB
2
Matthew Vellanickal, Biblical Prayer Experience, Bombay: St. Paul Publication,
1986,p.7
3
Howard Peskett, “Prayer in the Old Testament Outside the Psalms”, in Teach Us to
Pray, ed. D.A. Carson, (London: World Evangelical Fellowship, 1990), p. 19.
dengan bentuk-bentuk komunikasi yang lebih umum. 4 Tindak menghubungkan
diri dengan Tuhan dengan, atau tanpa perkataan. Percakapan antara Allah dan
manusia diberitakan dalam Perjanjian Lama (mis. Abraham, Kejadian. 15:1-6;
Musa, Keluaran. 3:1-4; 33:11; para nabi. 1 Samuel. 3:4-9).
Dalam Alkitab doa adalah kebaktian mencakup segala sikap roh
manusia dalam pendekatannya kepada Allah. Orang Kristen berbakti kepada
Allah jika ia memuja, mengakui, memuji dan mengajukan permohonan kepada-
Nya dalam doa. Doa sebagai perbuatan tertinggi yg dapat dilakukan oleh roh
manusia, dapat juga dipandang sebagai persekutuan dengan Allah, selama
penekanannya diberikan kepada prakarsa ilahi. Seseorang berdoa karena Allah
telah menyentuh rohnya. Dalam Alkitab doa bukanlah suatu 'tanggapan wajar
dari manusia', karena 'apa yg dilahirkan dari daging adalah daging' (Yoh 4:24).
Sebagai akibatnya, Tuhan tidak 'mengindahkan' setiap doa (Yes 1:15; 29:13).
Ajaran Alkitab mengenai doa menekankan sifat Allah, perlunya seseorang
berada dalam hubungan penyelamatan atau dalam hubungan perjanjian
dengan Dia, lalu secara penuh masuk ke dalam segala hak istimewa dan
kewajiban dari hubungan dengan Allah.
5
Matthew Vellanickal, Biblical Prayer Experience, Bombay: St. Paul Publication, 1986,
p. 7.
6
Howard Peskett, “Prayer in the Old Testament Outside the Psalms”, in Teach Us to
Pray, ed. D.A. Carson, London: World Evangelical Fellowship, 1990, p. 19.
itu, dalam konteks hubungan perjanjian ini, doa bukan memohon kepada Allah
yang jauh melainkan kepada Bapa yang penuh kasih (Mat. 6:9). Vellanickal
menunjukkan bahwa dalam doa, kita berbicara kepada Allah yang jauh dan
dekat, Allah yang termulia dan Maha Tinggi (Yes. 57:15; Kel. 19:12), namun
yang menyediakan diri-Nya bagi kita sebagai Gembala dan Bapa yang penuh
kasih (Hos. 11:1-4).
Salah satu kitab dalam Alkitab yang banyak mencatat tentang doa
adalah kitab Mazmur dan ini menyebabkan kitab Mazmur sering disebut
sebagai kitab doa. Kyu Nam Jung berkata: “The Book of Psalms is understood
as the Expression of the heart of Israel Prayers.” 7 Simpson juga menunjukkan
bahwa sumber untuk doa Yahudi dan Kristen adalah Alkitab dan tentunya kitab-
kitab Perjanjian Lama, khususnya kitab Mazmur. 8 Dalam kitab Mazmur, kita
dapat menemukan jenis-jenis doa yang dijelaskan dalam jenis- jenis Mazmur.
Di Yesaya 56:7 disebutkan,' ..rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi
segala bangsa.' Rumah berhubungan dengan keluarga. Tuhan mengatakan
rumah-Nya, sidang jemaat-Nya, umat-Nya disebut sebagai keluarga yang
berdoa.
Doa berarti intervensi atau menjalin atau memasuki atau merasuki atau
mengambil bagian atau berperan atau ikut campur atau mencampuri. Sebagian
besar orang tidak melihat gereja sebagai tempat dimana Allah ikut ambil bagian
atau berperan dalam kehidupannya. Hampir semua orang menganggap gereja
itu sebagai tempat sosial atau sesuatu yang berkaitan dengan kerohanian saja,
atau komitmen moral dengan Tuhan, dan tidak menganggapnya sebagai
tempat dimana Allah akan dan bisa ikut-campur dalam kehidupannya.
7
Kyu Nam Jung, “Prayer in the Psalms”, in Teach Us to Pray, ed. D.A. Carson, London:
World Evangelical Fellowship, 1990, p. 35.
8
William W. Simpson, Jewish Prayer and Worship, London: SCM Press, 1965, p. 13.
1:6; Mazmur. 17:1,6; 39:12; 54:2; 55:1), dan memberi telinga (17:1) terhadap
doa mereka.9
Doa juga merupakan suatu ekspresi hubungan perjanjian (covenant
relationship) antara manusia dan Allah. Hal ini nampak dalam Perjanjian Lama
di mana Allah telah menetapkan suatu hubungan khusus dengan Abraham dan
keturunannya. Kenyataan ini juga berlanjut dalam Perjanjian Baru, Allah dalam
Kristus telah menjangkau selain Israel juga semua orang yang menerima
anugerah keselamatan-Nya untuk menetapkan suatu perjanjian khusus. Karena
itu, dalam konteks hubungan perjanjian ini, doa bukan memohon kepada Allah
yang jauh melainkan kepada Bapa yang penuh kasih (Matius. 6:9). Vellanickal
menunjukkan bahwa dalam doa, kita berbicara kepada Allah yang jauh dan
dekat, Allah yang termulia dan Maha Tinggi (Yesaya. 57:15; Keluaran. 19:12),
namun yang menyediakan diri-Nya bagi kita sebagai Gembala dan Bapa yang
penuh kasih (Hosea. 11:1-4).10
11
Institutio (Jakarta: Gunung Mulia, 1999) 187.
melakukannya “di dalam Roh Kudus” (praying in the Spirit). Secara eksplisit,
perintah tersebut terdapat dalam Perjanjian Baru, yakni Efesus 6:18 dan Yudas
1:20. Arthur Wallis mengatakan:
The contexts of the only two references to praying in the Spirit in the
New Testament are instructive. The first reference concludes that great
passage in Ephesians 6 on the armor of God in the believer’s warfare. The
other, in Jude, follows the exhortation to build ourselves up on our most holy
faith.
Konteks hanya dua rujukan untuk berdoa dalam Roh dalam Perjanjian
Baru adalah mengandung pelajaran. Referensi pertama menyimpulkan bahwa
bagian besar dalam Efesus 6 pada perlengkapan senjata Allah dalam
peperangan orang percaya. Yang lain, dalam Yudas, mengikuti nasihat untuk
membangun diri kita sendiri di atas dasar iman kita yang paling suci.
Berdasarkan bentuk kata, frasa “di dalam Roh Kudus” dalam Efesus 6:18
tidak memiliki kata sandang penentu (definite article). Frasa tersebut, dalam
bahasa Yunaninya, hanya ditulis: en pneumat. ἐν πνεύματι (Efesus 6:18 BGT)
Menurut C. H. G. Moule, seperti yang dikutip oleh Sanders, frasa “di dalam Roh
Kudus” tanpa memakai definite article menjelaskan tentang “keadaan yang
diliputi oleh pengaruh dan kekuatan dari Roh Kudus,” yakni “
The Holy Spirit was to be ‘the place’ of the prayer, in the sense of being
the surrounding, penetrating, transforming atmosphere of the spirit of the
praying Christian.
Roh Kudus adalah untuk menjadi 'tempat doa dalam arti menjadi
sekitarnya, menembus, mengubah suasana semangat Kristen berdoa.
Paulus juga membicarakan tentang pengaruh dan pimpinan Roh Kudus
dalam kehidupan orang percaya sebagai sebuah kontradiksi dengan pengaruh
anggur yang memabukan. Ia mengatakan: “Janganlah kamu mabuk oleh
anggur, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh” (Efesus. 5:18).
Dengan demikian, setiap orang yang hendak berdoa tentunya harus
terlebih dahulu mengenal Allah dan mengakui keberadaan-Nya serta meyakini
bahwa Allah memahami dan memperhatikan dirinya. Lebih jauh, mereka juga
harus meyakini bahwa Allah akan mendengar doa mereka, seperti halnya yang
dikatakan Pemazmur bahwa Tuhan “sudah berpaling mendengarkan doa
orang-orang yang tulus, dan tidak memandang hina doa mereka” (Mzm.
102:18). Balentine, setelah menyelidiki beberapa definisi tentang doa,
mengatakan bahwa doa adalah komunikasi eksplisit dengan Allah yang
dilakukan dengan sengaja dan penuh kesadaran. Inilah yang membedakannya
dengan bentuk-bentuk komunikasi yang lebih umum. 12
17
Dikutip dari https://kbbi.web.id/menara
18
Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Menara, pada tanggal 10 Januari 2018, pukul
14.15
19
Diakses dari https://kbbi.web.id/doa, pada tanggal 10 Januari 2018, pukul 14.18
Rumah doa (menara doa), secara fisik, adalah tempat di mana umat
Tuhan menaikkan doa, pujian, dan penyembahan, dan Allah hadir di tengah-
tengah mereka. Secara rohani, rumah doa adalah kehidupan rohani umat
Tuhan yang dipenuhi doa, pujian, dan penyembahan seperti kedua puluh empat
tua-tua di hadapan Anak Domba Allah (Wahyu 5:8). Menara doa adalah pusat
penjagaan untuk suatu kota dan biasanya didirikan di tempat yang tinggi dan
strategis untuk bisa mengamati keadaan kota atau daerah sekelilingnya
(Habakuk 2:1).
Dalam banyak hal, doa adalah hubungan Anda dengan Tuhan. (Yohanes
17: 3) Doa adalah cara utama kita:
1. Mengungkapkan pujian dan penyembahan kita.
2. Mengalami pembersihan, pertobatan dan pengudusan.
3. Berbagi kebutuhan dan keinginan.
4. Bersyafaat dan melakukan pelayanan.
5. Mendengar Tuhan melalui pendengaran meditasi.
1. Alasan pertama untuk komitmen mutlak adalah bahwa setan takut akan
doa syafaat lebih dari apapun dan melawan doa seperti tidak ada
wilayah lain dalam hidup anda. Dia melakukannya karena alasan
berikut.-
Doa adalah bagian penting dari arsenal peperangan rohani.
Melalui doa semua senjata lain digunakan. (Baca 2 Korintus 10: 7)
Doa sangat penting untuk memakai seluruh baju zirah Allah.
(Baca Efesus 6: 10-17)
Doa adalah cara utama kita memberikan otoritas spiritual dan
mengobarkan peperangan rohani yang efektif. (Baca 2 Korintus
10: 3-5)
Doa sangat penting untuk penginjilan sejati. (Baca Kisah Para
Rasul 2-4)
Doa adalah elemen utama dari semua kebangunan rohani dan
kebangkitan spiritual (bersama dengan kitab suci). (Baca 2
Tawarikh 7:14)
2. Alasan kedua untuk komitmen mutlak bahwa kedagingan manusia
selalu menolak perkembangan kehidupan doa yang kuat.
Alasan ketiga untuk komitmen mutlak sistem kekuatan dan
promosi manusia di dunia adalah kebalikan langsung dari jalan
tuhan. Di luar pertanyaan, jalan tuhan berlawanan dengan jalan
manusia. (baca yesaya 55: 8) Pola dunia adalah untuk
meninggikan program, kekuatan dan kemampuan manusia.
Namun, seperti yang ditunjukkan oleh kitab suci dengan jelas,
pola tuhan adalah membawa kita pada kelemahan dan
ketergantungan sepenuhnya pada diri-nya sendiri.
Empat alasan krusial menghabiskan waktu tanpa henti sendiri
bersama tuhan
Mendengar suara yang masih kecil (Baca 2 Raja-raja 19:12)
Tuhan sering berbicara dengan suara yang masih kecil dan kita
harus tetap menjaga hati kita dan memberi perhatian penuh
kepada kita untuk secara jelas mendengar suaraNya.
Contoh Yesus yang jelas (Baca Lukas 6:12; 9:18; Markus 1: 33-
35)
Waktu bersama Tuhan adalah contoh alkitabiah tentang Yesus
Kristus dan kehidupan orang-orang Kristen yang kuat sepanjang
sejarah.
Instruksi Tuhan (Baca Matius 6: 6) Kitab Suci menyatakan
pentingnya tempat tersendiri untuk melihat wajah Tuhan.
Tuhan layak dan membutuhkannya (Baca Yeremia 29:13)
Saat kita berdoa, kita berkomunikasi dengan Tuhan seluruh alam
semesta dan Dia layak mendapat perhatian penuh kita.
Di luar pertanyaan, kehidupan doa yang benar-benar hebat memerlukan
waktu yang konsisten sendirian dengan Tuhan. Namun, sama sekali tidak, ini
menyarankan agar kita tidak sholat sepanjang hari. Paulus berkata bahwa kita
harus "berdoa tanpa henti." (Baca 1 Tesalonika 5:17).
20
Mowinckel, Psalms, p. 39; Gunkel, Psalms, p. 17.
Pengakuan harus menyeluruh. Pemazmur berkata, "Carilah aku
ya Allah dan lihatlah apakah ada jalan yang jahat di dalam diriku"
(Baca Mazmur 139: 23-24)
e. 3. Permohonan
Permohonan adalah jenis doa di mana kita menyajikan kebutuhan dan
keinginan individual kita kepada Tuhan. Kehidupan doa yang seimbang
dibangun di atas petisi pribadi yang berbasis alkitabiah dan lahir dari hati Tuhan
sendiri.
Tentu tidak ada yang egois dalam menyajikan kebutuhan kita
kepada Tuhan. Dia ingin kita datang kepadaNya dengan segala
kebutuhan dan perhatian. Kata-kata Yesus dalam Yohanes 16:24
mengundang kita untuk melakukan itu, "Sampai sekarang Anda
tidak meminta apapun atas nama saya: mintalah, dan Anda akan
menerima, bahwa sukacita Anda mungkin penuh."
Sangat penting bahwa kita belajar untuk memusatkan
permohonan pribadi kita pada prioritas Allah yang terbesar bagi
kehidupan kita, untuk meminta petisi yang membawa kebaikan
yang paling abadi.
e.4. Syafaat
Doa syafaat secara sederhana dapat didefinisikan sebagai permohonan
untuk orang lain. Mengingat doa ini sering dikaitkan dengan kebutuhan orang
lain, maka ia menuntut suatu kesediaan untuk menemukan situasi dan
kebutuhan aktual orang lain.21
Doa syafaat selalu ditujukan pada Allah (Kej. 20:17; Bil. 11:2; 1 Sam.
7:5; 2 Raj. 4:33; Yer. 37:3). Alkitab telah mencatat bahwa subyek syafaat
biasanya beberapa figur penting seperti Abraham (Kej. 20:17), Musa (Bil. 11:2),
Samuel (1 Sam. 7:5), Elisa (2 Raj. 4:33), Yeremia (Yer. 37:3). Namun ada juga
pensyafaat lain yang mencakup orang secara umum (Yer. 29:7), suatu
kelompok tak bernama yang dituju oleh para penyanyi suatu mazmur (Mzm.
72:15), Ayub (Ay. 42:8), Nehemia (Neh. 1:6), dan Hizkia (2 Taw. 30:18). Obyek
21
Clements, The Prayers of the Bible, p. 11.
syafaat adalah Israel (Bil. 21:7; 1 Sam. 7:5; Yer. 7:16), raja (Yer. 37:3; Mzm.
72:15), individu (Ayb. 42:8), dan suatu musuh atau bangsa kafir (Yer. 29:7).
Figur penting dalam Perjanjian Lama yang menjadi subyek doa syafaat atau
yang menaikkan doa, menjadi mediator yang membawa penderitaan komunal
atau individual kepada Allah. Mereka menjadi mediator antara manusia dan
Allah dan bahkan peran mereka ini boleh dikatakan sebagai gambaran
mediator yang akan datang sebagaimana yang dikatakan oleh Peskett:
The most characteristic picture of prayer in the Old Testament is that of
Mediator, a bridge builder, a person standing in the gap; who as it were, brings
God and man together, speaking for one to the other. In this the great men and
women of prayer in the Old Testament foreshadow the great Intercessor and
Mediator himself (John 17).22
Gambar paling khas dari doa dalam Perjanjian Lama adalah bahwa dari
Mediator, pembangun jembatan, orang yang berdiri di celah; yang seolah-olah,
membawa Allah dan manusia bersama-sama, berbicara untuk satu ke yang
lain. Dalam hal ini pendoa laki-laki dan wanita hebat dalam Perjanjian Lama
pertanda Perantara besar dan Mediator dirinya (Yohanes 17).
Kehidupan doa yang seimbang secara alkitabiah harus mencakup
syafaat yang konsisten untuk semua masalah Kerajaan Raya.
Untuk bersyafaat bagi seseorang adalah berdiri secara rohani di
celah seperti yang disebutkan dalam Yehezkiel 22:30.
Syafaat adalah kategori doa yang luas yang mencakup apapun
dari mendoakan orang-orang yang terhilang untuk berdoa bagi
berkat Tuhan bagi seorang penginjil atau pendeta yang hebat.
Tuhan telah menahbiskan syafaat sebagai cara utama Dia bekerja
untuk menyelamatkan yang terhilang dan memberdayakan gereja.
Tuhan telah memanggil semua orang percaya untuk berdoa
syafaat. (Baca 1 Timotius 2: 1-2)
Doa syafaat dapat disimpulkan sebagai doa kepedulian terhadap kondisi
komunal yang berkaitan dengan negara atau bangsa secara keseluruhan atau
pun kebutuhan orang lain. Doa ini juga memanggil umat Tuhan untuk memiliki
22
Peskett, Prayer in the Old Testament, p. 30.
kepedulian bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk komunitas dan
orang lain. Kita dipanggil untuk berperan sebagai mediator atau yang secara
umum disebut sebagai “saluran berkat” bagi orang-orang di sekitar kita.
e.5. Meditasi
Mediasi adalah tindakan untuk merefleksikan Firman Tuhan dan diam-
diam mendengarkan suara kecilnya yang masih kecil. Kehidupan doa yang
seimbang secara alkitabiah mencakup waktu untuk berhenti sejenak dan
mendengarkan suara Tuhan yang masih kecil. Dia berbicara paling banyak
kepada mereka yang secara konsisten masih mendengarkan hati mereka.
"Kamu akan mencari aku dan kamu akan menemukanku saat kamu mencariku
dengan segenap hatimu." (Yeremia 29:13)
Hubungan yang sehat harus dua arah! Saat kita berdoa kita
berbicara dengan Tuhan; Saat kita menengahi Dia berbicara
kepada kita.
Dalam waktu berdoa, meditasi adalah periode di mana Anda
diam-diam merenungkan pembacaan Kitab Suci dan kesan yang
Tuhan berikan.
Dengan bermeditasi, Anda belajar untuk mendengar pimpinan
Tuhan dan dengan demikian doa Anda dimulai dari hati dan
pikiran-Nya.
"Mendengarkan Tuhan" adalah kunci mendasar bagi kehidupan
doa yang efektif.
disarankan agar menyimpan jurnal doa harian. Tulislah setiap tayangan atau
tulisan yang Tuhan kesankan kepada Anda.
BAB III
A. Pemetaan rohani dan karakteristik doa yang efektif
a.1. Pemetaan Rohani
Kemampuan melihat secara rohani keadaan setiap tempat sebelum
kegiatan doa dilakukan, misalnya: doa keliling dan peperangan rohani.
2. Riset Fisik
Kegiatan observasi terhadap monumen-monumen, museum-museum,
patung-patung, pusat ilmu gaib, diskotik, bar, night club, tempat-tempat
Berapa banyak jumlah penduduknya?
Agama/kepercayaan apa saja yang dianut penduduknya?
Bagaimana hubungan antar suku dan agama yang ada dikota
tersebut?
Tarian, musik, atau bentuk kesenian apa yang khas di kota
tersebut?
Apakah mata pencaharian penduduk kota tersebut?
Bagaimana tentang status ekonomi penduduk tersebut –
menengah ke atas/bawah?
Bagaimana tingkat keamanan dan ketertiban masyarakatnya?
3. Riset Rohani
Peninjauan secara rohani teritorial, orang kuat, selubung kegelapan,
suasana rohani dsb.
Bagaimana Kekristenan masuk ke kota itu?
Bagaiama pertumbuhan Kekristenan di kota itu ? Pesat, lambat,
tidak bertumbuh?
Bagaimana keadaan para pemimpin, dan apakah sering terjadi
konflik?
Apakah ada unsur penolakan terhadap Injil dan hamba-hamba
Tuhan?
Apakah ada kutuk-kutuk yang menimpa penduduk kota itu?
Apakah ilah utama atau roh-roh teritorial yang berhubungan
dengan kota itu?
Apakah dampaknya bagi masyarat di kota itu?
Siapakah orang kuat di kota itu? Berhala apakah yang mereka
sembah?
23
https://id.wikipedia.org/wiki/Haleluyah diakses 24 Agustus 2015, jam 11.30 WIB.
YHWH atau dalam bahasa Inggris Yahweh atau Jehovah. Dengan demikian
"Haleluya" dapat diartikan "melihat ke arah Tuhan". 24
26
Djohan E. Handojo, The Fire of Praise and Worship: 7 Langkah Menjaga Api Pujian dan
Penyembahan Tetap Menyala (Yogyakarta: ANDI, 2007), 12.
27
Peterson, David. Engaging with God, W.B. Eerdmans Publishing Co. Grand Rapids, MI: 1992.
Pg. 26-27.
28
David Peterson, “Worship in the New Testament” in Carson, D.A., Worship: Adoration
and Action , Baker Book House, Grand Rapids, MI: 1993. Pg 49-50
Manusia memiliki keserupaan dengan gambar Allah, manusia diciptakan
untuk memiliki kedekatan dengan Allah; dan ketika hubungan itu terputus maka
manusia menjadi tidak lengkap dan membutuhkan pemulihan. Komuni dengan
Allah yang hidup adalah inti sari penyembahan. Manusia diciptakan berbeda
dengan binatang dalam hal hati nurani moralnya, pengenalan diri sendiri dan
kapasitas untuk perjumpaan spiritual dengan penciptanya. Semua manusia
dalam pandangan ini memiliki dua aspek yaitu tubuh dan rohani (tubuh dan
jiwa, atau tubuh dan pikiran, atau tubuh dan roh) dan kapasitasnya
berhubungan erat keduanya antara ciptaan dan Pencipta mereka. Kapasitas ini
juga telah dirusak, dan disalahgunakan karena dosa. 29 Tuhan mengembalikan
hubungan yang rusak melalui Yesus Kristus sehingga orang yang percaya
dapat datang menyembah Tuhan secara pribadi.
Penyembahan hanya ditujukan kepada Allah. Penyembahan kepada
Allah adalah sikap hati yang benar dan respons terhadap Allah dan
mengalaminya secara pribadi di hadapan-Nya. John MacArthur mendefinisikan
penyembahan yang sejati adalah suatu respons kepada kebenaran kudus. Ini
adalah gairah karena hal ini bangkit dari kasih kita untuk Allah. Demikian juga
sebaliknya mengapa manusia menyembah Allah?
Sungguh jelas nyata kalau manusia itu bukanlah mahluk jasmani yang
memiliki roh tetapi mahluk rohani yang memiliki jasmani, di hadapan Allah roh
itu hidup. Demikianlah Yesus menegaskan di dalam Matius, bahwa manusia
bukan hidup dari roti tetapi dari firman Allah. Tuhan kita bukanlah suatu obyek
mati, seperti suatu berhala penyembah berhala dengan suatu mulut yang tidak
bisa berbicara, memandang tapi tidak bisa lihat, telinga yang tidak bisa dengar,
dan tangan yang tidak bisa memenuhi apapun (Mazmur 115:47). Ia dalam
keadaan hidup. Seluruh kata roh juga berarti “ nafas,” dan nafas adalah bukti
hidup. Seluruh Alkitab ia disebut Tuhan yang hidup (Yoshua 3:10; Mazmur
84:2; 1 Tesalonika 1:9). Tetapi roh juga seseorang pribadi, bukan suatu
kekuatan bertindak tanpa tujuan atau alasan.
Hanya pribadilah yang menyadari dirinya yang bisa membuat statemen
itu. Ia juga mempunyai kebebasan untuk memilih tindakannya menurut apa
29
J. D. Douglass dan Merrill C. Tenney, eds., The New International Dictionary of the
Bible, Pictorial Edition (Grand Rapids, Michigan : Zondervan Publishing House, 1987), 617-618.
yang ia pertimbangkan baik. Ia mempertunjukkannya ketika Ia menyuruh Musa
untuk kembali ke Mesir, mengumpulkan tua-tua, dan menginformasikan mereka
bahwa bangsa itu akan dibebaskan dari perbudakan orang mesir (Keluaran
3:15,17). Suatu kekuatan yang bukan pribadi tidak berbicara dan memberi
arahan logis seperti itu.
Itu mempunyai beberapa implikasi bersangkutan dengan hidup kita. Jika
kita mengetahui, mencintai, dan melayani Tuhan yang tidak mempunyai unsur
material, itu seharusnya mengurangi minat kita pada berbagai hal material.
Bukankah itu akan membuat kita berbeda dari orang-orang di sekitar kita? Kita
tinggal di suatu kultur yang secara terus menerus mencoba untuk memberi
makan keinginan untuk hal yang dapat dibeli dengan uang dan keamanan yang
bisa disediakan dengan uang. Hampir mustahil untuk terlepas dari
pengaruhnya. Kemewahan kemarin menjadi kebutuhan sekarang. Dan semakin
kita mendapatkan, semakin sedikit kepuasannya. Jika kita pernah mendapatkan
segalanya yang kita ingin, kita akan temukan bahwa tidak satupun dari hal itu
membawa kepuasan riil.30
30
https://bible.org/seriespage/tuhan-itu-roh diakses Tgl 25 September 2015 Pkl 02.11
Penciptaan baru di dalam Yesus. Fakta sederhana tentang Tuhan-sebagai-
Pencipta dan kita sebagai makhluk adalah fitur utama mengapa kita
menyembah Tuhan dan tidak ada/ dan bukan yang lain. Kita diciptakan sebagai
pennyembah dan objek ibadah kita adalah Tuhan saja. Dalam kisah Penciptaan
di Kejadian 1-3, kita diberi beberapa detail berharga dari sifat hubungan Adam
dan Hawa dengan Tuhan sebelum jatuh dan seperti apa pemujaan mereka.
Namun, diketahui bahwa mereka tidak memiliki ganguan dosa dan berbicara
dengan Dia secara bebas sebagai Pencipta mereka.
Tanggung jawab utama adalah merawat dan memerintah di atas bumi
sebagai pelayan Tuhan. Jadi dapat dilihat bahwa Adam dan Hawa tunduk
kepada Tuhan dan bahwa mereka melayani Tuhan dalam kejujuran.
Kejatuhan memperkenalkan dosa ke dalam hubungan kita dengan
Tuhan dengan tragis dengan akibat sebagai berikut ini:
1. Dosa mematahkan hubungan kita dengan Tuhan dan menghancurkan
kemampuan kita untuk mendekati Tuhan dalam ibadah.
2. Dosa menyebabkan manusia ingin menyembah dengan tidak benar,
karena itu kita menyembah "berhala" dan mempraktikkan "penyembahan
berhala."
Di awal Perjanjian Lama umat Tuhan dapat berhubungan kembali
dengan Tuhan, tapi ini hanya terjadi melalui pengorbanan. Kita sudah pernah
melihat contoh Habel, tapi ada catatan lain yang berharga. Nuh misalnya
berkomunikasi dengan Tuhan dalam penyembahan melalui sebuah
pengorbanan, Kej 8: 20-22. Abraham, dan juga para patriakh lainnya, memuja
Tuhan dengan pengorbanan di altar yang mereka bangun Tema ini dilanjutkan
melalui periode Keluaran dengan Paskah Domba di Mesir, Kel. 12, yang
menyebabkan penghakiman Allah terhadap dosa berbalik Selain itu, dan
mengarah ke sistem pengorbanan yang ditetapkan oleh Tuhan dengan
Tabernakel di waktu Musa, Imamat 1-7. Akhirnya sistem penyembahan kurban
yang sama ini dipasang secara permanen dengan pembangunan kuil Salomo.
31
Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the new testament and Other Early Christian
Literature, 4th ed., trans. William F. Arndt and F. Wilbur Gingrich (Chicago: The University of Chicago
Press, 1979), hal 338
berkata: “Biarlah orang-orang saleh beria-ria dalam kemuliaan, biarlah mereka
bersorak-sorai di atas tempat tidur mereka!” (Mazmur 149:5).
Permasalahannya bukan kapan dan di mana dan bagaimana. Setiap
waktu atau setiap tempat pantas untuk menyembah Bapa “dalam roh dan
kebenaran” (Yohanes 4:23). Paulus mengajarkan kita bahwa tubuh kita adalah
bait Roh Kudus (1 Korintus 6:19; 3:16-17). Kita adalah bait yang berjalan.
Kemanapun kita pergi penyembahan bisa di mana saja – di supermarket, Pom
Bensin, di kantor ataupun di mall. Di mana ada bait penyembahan di sana
penyembahan pun bisa.
Penyembahan adalah respon iman manusia terhadap pewahyuan dari
keberadaan, karakter, kemurahan hati dan kehendak Allah. Dalam
penyembahan Allah di sembah sebagaimana diri-Nya.
34
Dikutip dari, https://id.wikipedia.org/wiki/Musik_gereja#cite_note-Edmund1-7, pada tanggal
10 januari 2018 pkl 18.00
35
Dalam Perjanjian Lama pengurapan bisa menyangkut orang, tapi juga benda. Tujuan
pengurapan atas benda-benda adalah penyucian (benda itu disucikan karena digunakan untuk tujuan
suci dan atas ketetapan Tuhan). sebab itu pengurapan harus dilakukan dengan minyak khusus (Keluaran
30:22-25) dan oleh orang yang khusus, yang ditunjuk Tuhan. pengurapan atas orang berlaku bagi
pengurapan Raja (1 Samuel 16:12-13, 2 Samuel 2:4), kemudian pengurapan atas Imam Besar(Keluaran
28:41), dan pengurapan atas Nabi (1 Raja-Raja 19:16).
36
Djohan,Psikologi Musik,(Yogyakarta, Best Publisher:2009), hal 50
37
T. De Nora, Aesthetic Agency and Musical Practice: New Directions on the Sociology of
Music Emotion. 2001 dalam Djohan,Ibid.
memberi pengaruh yang kuat dan diyakini memiliki dampak khusus terhadap
perilaku jemaat, karena jenis musik tertentu dianggap dapat membawa respons
yang berbeda dari perilaku manusia. Kisah yang begitu populer adalah tentang
Daud saat ia memainkan kecapi untuk menenangkan Saul yang sedang
kesurupan, dan sering dianggap sebagai cerita yang paling dikenal tentang
pengusiran setan dengan cara musikal.
Musik tidak dapat dipisahkan dari pola kebersamaan dan tingkah laku.
Dalam sebuah ibadah, jemaat secara komunal akan secara ekspresif
melakukan penyembahan, melalui doa, bermazmur, berbahasa Roh secara
komunal, mengundang agar dirinya dipenuhi Roh Kudus.
Zaman baru, gereja baru, dogmatika baru dalam penginjilan
menumbuhkan interpretasi baru dalam ibadah dan pujian penyembahan serta
persekutua doa. Tak seorangpun tahu dan mungkin tidak akan bisa tahu seperti
apa dan ke arah mana musik Kristen kontemporer akan terus mengalir dan
menemukan tempatnya berlabuh. Bisa juga pertanyaan tersebut diabaikan,
kecuali hanya menerima dan memahami bahwa musik dalam gereja juga tidak
dapat terelakkan tidak hanya sekedar ekspresi manusia terhadap sang
pencipta, bukan sekedar keindahan, tetapi musik juga bagian dari bahasa kode-
kode hubungan dan kenyataan keseharian, bahasa industri pergaulan tanpa
batas.38 Musik Kristen kontemporer sebagai aksi maupun reaksi tumbuh dan
berkembang dalam suasana dan lingkungan gereja, lintas denominasi dan
komunitas Kristen tanpa batas dan untuk semuanya di jaman yang terus
mengalami perubahan dan penuh kontroversi ini.
38
138Suka Hardjana, Corat-Coret Musik Kontemporer Dulu dan Kini, (Ford Foundation dan
MSPI, Jakarta:2003), hal 257
membawa ke dalam perjanjian baru. Misalnya, Dalam Perjanjian Baru korban
hewan tidak lagi dipersembahkan karena Ibrani 9-10 mengatakan bahwa Yesus
adalah korban terakhir untuk dosa. Namun demikian, ada beberapa prinsip
yang dapat dilihat dari Kitab Suci Perjanjian Lama yang dapat membimbing
praktik ibadah untuk Perjanjian Baru.
Satu penekanan dalam ajaran Perjanjian Lama tentang penyembahan
adalah bahwa bait suci itu adalah rumah doa untuk semua bangsa (Yesaya 56:
6-8). Peran doa sebagai salah satu tujuan yang ditetapkan dari tempat kudus di
mana orang akan bertemu untuk penyembahan perusahaan menunjukkan
peran penting doa dalam kehidupan gereja. Ada penekanan pada syafaat
korporat yang Tuhan inginkan untuk umat-Nya yang terlihat dibawa ke dalam
perjanjian baru, karena kita membaca tentang pertemuan doa yang diadakan
orang Kristen pertama (Kis 12:12). Tentu saja, orang-orang percaya paling awal
tidak memiliki tempat suci untuk pujian dan doa, sering bertemu di rumah untuk
mengajar dan beribadah. Namun, penekanan perusahaan pada doa
menunjukkan bahwa pantas untuk memiliki tempat-tempat suci yang
merupakan rumah doa untuk umat Allah. Adalah baik untuk memiliki ruang
khusus di mana umat Allah dapat berkumpul untuk memanggil nama-Nya dan
bahkan di mana individu dapat pergi keluar dari waktu pelayanan untuk
bertemu dengan Tuhan di tempat yang sepi.
Dalam Perjanjian Lama Ada tiga bentuk pusat ibadah yang sangat di
kenal di zaman bangsa Israel
1. Kemah Musa (tabernakel Musa)
Jauh sebelum Daud menjadi Raja, tepatnya pada zaman Musa, Tuhan
memerintahkan Musa untuk membangun Kemah Suci (Tabernakel) sebagai
rumah ibadah kepada Tuhan (Keluaran 40:17-33). Di Tabernakel Musa,
diadakan persembahan dan pemujaan kepada Tuhan. Tabut Perjanjian yang di
identikkan dengan kehadiran Allah itu ada di dalam Kemah Suci.
2. Kemah Daud/ pondok Daud
Pondok Daud adalah pola ibadah yang dipenuhi sorak sorai dan puji-
pujian, sukacita, ucapan syukur, dan dapat dimasuki oleh semua bangsa (Lihat
Mazmur 86:9). Pondok Daud merupakan satu pola ibadah yang sangat
menekankan pujian dan penyembah yang dinominasi serta peranan musik
sangat penting didalamnya, ibadah pujian dan penyembahan akan membawa
kita kepada salah satunya adalah selebratif atau perayaan. Alkitab mencatat
ada tiga tempat pemujaan yang digunakan untuk bersekutu dengan Tuhan.
Ketiga tempat tersebut adalah Tabernakel Musa, Tabernakel (Bait) Salomo dan
Tabernakel (pondok).
Berbeda dengan Kemah Musa, di Pondok Daud selalu ada nyanyian
pujian dan penyembahan yang dinaikkan kepada Allah. Tidak ada korban
binatang yang dipersembahkan, tetapi yang ada adalah korban pujian dan
ucapan syukur.
Dalam bait Salomo juga ada puji-pujian yang selalu dinaikkan kepada
Tuhan siang dan malam terus menerus, tetapi itu dilakukan di pelataran Bait
Suci. Di Pondok Daud para pemuji menyelenggarakan ibadahnya di hadapan
Tabut Allah! Sesuatu yang tidak diperbolehkan di Kemah Musa maupun Bait
Salomo.
Daud merupakan sosok yang penting dan mempengaruhi gereja-gereja
Kharismatik dalam pola ibadah yang penuh dengan musik dalam ibadah. Pola
Ibadah hari ini baik dalam ibadah dan persekutuan doa kharismatik
menunjukkan hubungan yang dekat dengan apa yang Daud kembangkan di
zamannya. Termasuk Imam Lewi yang memiliki peranan penting dalam
nyanyian Mazmur di Bait Allah (1Tawarikh 16:4-7).
Daud adalah seorang yang sangat ahli dalam bidang musik, juga
seorang yang gagah berani, ahli dalam berperang, seorang penasihat ulung,
memiliki pribadi simpatik, dan hidupnya selalu disertai Allah. Daud memiliki
banyak waktu luang untuk berkumpul dengan nabi-nabi lain di sekolah, seperti
Samuel untuk banyak belajar tentang pelayanan musik. (1Samuel 19:18)
Dalam Perjanjian Lama, selain telah mengembangkan Mazmur, Daud
telah memanfaatkan berbagai alat musik untuk menyembah Tuhan, artinya
Daud juga telah melakukan kontekstualisasi musik pada masa itu. Daud
memanfaatkan alat-alat musik, seperti: sangkakala (shofar), terompet, lyra,
harpa (kecapi), tamborin, seruling, dan ceracap yang semuanya biasa
digunakan untuk hiburan dalam acara-acara pesta, tarian hiburan, pemujaan
berhala yang kemudian ia transformasikan untuk memuji dan menyembah
Tuhan.39 Hal ini merupakan indikasi bahwa sudah ada kesadaran dalam diri
Daud akan kedinamisan musik dengan melihat konteks yang tepat pada masa
itu. Yang menarik dalam pondok Daud adalah di mana Tabut Tuhan 40 di
letakkan di dalamnya. Tujuan utama pondok Daud adalah untuk menunjukkan
penyembahan Tuhan dengan cara yang unik.
3. Bait Salomo
Daud pun hendak mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan. Tanpa
diperintahkan oleh Tuhan, Daud tergerak untuk membangunkan rumah Allah yang
lebih megah. Pada zaman anaknya, Salomo, visi Daud ini digenapi. Bait Suci Salomo
menjadi Bait Suci yang termegah.
Dari ketiga bentuk ibadah di atas Ciri paling menonjol dalam Pondok Daud
adalah: hanya ada satu benda ditempatkan di tengah-tengah, yaitu Tabut Perjanjian
Allah, yang pada waktu itu menggambarkan kehadiran Allah di tangah umat-Nya. Para
pemuji dan penyembah mengelilingi Tabut itu dan menyembah Allah siang dan malam.
Fokus dari penyembahan saat ini tidak lain adalah Allah yang hadir di tengah umat-
Nya. Semua mata tertuju kepada Allah. Semua nyanyian dinaikkan bagi Dia.
Demikian pola ibadah yang digunakan di dalam menara doa mengadopsi pola
ibadah yang juga dikembangkan oleh Daud di zaman itu, hanya perbedaannya pada
penggunaan alat musik yang sesuai konteks kekinian baik jenis musik dan alat musik.
39
Charles Etherington L, Protestant Worship Music-Its History And Practice,p.12-16 dalam
http://www.gkj.or.id
40
Tabut (Tabut perjanjian Tuhan) ialah peti kayu yang melambangkan kehadiran Allah di
tengah-tengah umat-Nya, khususnya di dalam perang (misalnya 1Samuel 4). Peti itu juga berisikan
kedua loh batu yang ditulisi kesepuluh hukum. Di atas tabut itu terdapat tutup perdamaian (Keluaran
25:10-22; Ibrani 9:4-5). Daud memindahkan tabut itu ke Yerusalem, dan kemudian ditempatkan dalam
Bait Allah (2Samuel 6; 1Raja-Raja 8)
41
Carson, hal 77.
Aktivitas penyembahan dalam Perjanjian Baru berfokus pada
pembangunan umat Allah sehingga tujuannya bagi penebusan seluruh dunia
bisa terlaksana. Sekarang ketika umat Allah Berkumpul di dalam Yesus,
mereka memuji Dia karena pekerjaan penebusannya dan menjalani penebusan
di dalam Yesus setiap aspek kehidupan mereka. Doa, pembacaan tulisan suci,
pemberitaan Injil dari tulisan suci, bernyanyi kepada Tuhan dan satu sama lain
dengan nyanyian, nyanyian rohani sakramen baptisan dan Perjamuan Tuhan,
mengakui apa yang kita percaya, penggunaan karunia rohani, persembahan
kita, komunikasi kehidupan dan kegiatan keluarga gereja, kesaksian tentang
kuasa dan anugerah Allah, ungkapan pesan Injil melalui seni kreatif, dan
demonstrasi penyembahan Kristen, harus dipilih oleh pemimpin gereja dan
diungkapkan oleh gereja yang berkumpul dengan cara yang membangun tubuh
Kristus.
Transformasi di dalam gereja melibatkan pencarian perubahan positif di
keseluruhan:
kehidupan manusia secara material
Secara sosial dan spiritual
Memulihkan identitas sejati kita sebagai manusia yang diciptakan
menurut gambar Allah
Menemukan panggilan sejati kita sebagai pelayan yang produktif
Setia peduli dunia kita dan orang-orang
Ada kekuatan supranatural yang dilepaskan saat gereja berdoa. Apa
yang dibutuhkan di gereja sedunia pada saat ini adalah gereja yang bersatu
dan berdoa. Kita membutuhkan kekuatan supranatural. Hanya kekuatan Tuhan
yang akan mengalahkan serangan musuh di kota kita. Ketika gereja di sebuah
kota atau wilayah memutuskan untuk membatalkan agenda sendiri dan
memutuskan untuk datang bersama untuk berdoa, ada kekuatan spiritual yang
besar dilepaskan ke atmosfer. Doa akan mempengaruhi segalanya! Ini akan
mempengaruhi waktu, tempat, kesempatan, dan keadaan. Sebuah gereja doa
di dalam kota membawa kesuksesan dan kekuatan supernatural ke wilayah
tersebut.
Gereja dapat ditransformasikan oleh kuasa Tuhan. Tak seorang pun
pemimpin gereja yang memiliki jawaban atas di mana gereja itu didirikan; hanya
Tuhan yang melakukannya Dialah yang mengubah dan membawa perubahan.
Ini semua tentang Kerajaan Allah dan keintiman dengan sang Raja.
BAB V
A. Kontribusi Menara Doa Bagi Penanaman Gereja
Ketujuh-belas pasal terakhir dalam Kisah Para Rasul terdapat beberapa
referensi mengenai doa. Doa-doa orang kudus adalah dupa di atas altar emas,
naik ke Allah Bapa, melalui pelayanan dari Imam Besar, Yesus Kristus (Wahyu
5:8; Mazmur 141:1,2; Ibrani 7:25). “Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan
dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia
hidup senantiasa untuk menjadi Pengatara mereka.”
Gereja yang tidak berdoa adalah sebuah gereja yang tidak memiliki
kuasa (Yudas 20). I Tesalonika 5:17; Gereja dilahirkan dalam doa. Doa di
dalam Roh. RumahNya disebut “Rumah Doa.” (Matius 21:13). Inilah bagaimana
Tuhan menambahkan jiwa-jiwa untuk gerejaNya.42
Doa adalah sesuatu yang sangat penting dalam pelaksanaan tugas
pemberitaan Injil. Melalui doa gereja dituntun dan mendapatkan perlindungan
Tuhan dalam melaksanakan Amanat Agung tersebut.
Penanam Gereja merupakan salah satu strategi pertumbuhan gereja
yang disengaja untuk memenangkan jiwa. Secara umum panggilan Allah bagi
semua orang adalah untuk memuridkan atau menjadikan murid Kristus (make
diciples). Apa yang menjadi panggilan kita? Pertama sekali kita harus terlebih
dahulu melakukan panggilan umum dari Allah sebelum kita mengetahui apa
yang menjadi panggilan khusus kita, karena Tuhan menghendaki kita berbuah,
memberkati, melindungi dan menjaga kita (Wahyu 22:12).
Gereja-gereja Tuhan banyak yang lemah karena tidak setia dalam
panggilannya yaitu untuk memenangkan jiwa-jiwa lewat pemuridan atau
penginjilan. Setiap orang berbeda talenta, karunia, karakternya tetapi yang
paling utama adalah bahwa gereja harus berfokus kepada Tuhan Yesus,
sehingga gereja akan bertumbuh secari rohani maupun jumlah.
Kekristenan berbeda dengan agama-agama lain, kalau agama lain
berusaha untuk mencari Tuhan, tetapi Kristen berarti bahwa Tuhan turun ke
dunia untuk menyelamatkan manusia.
42
Kisah Para Rasul, (Karawaci: Harvest Internasional Teological Seminary), 40-41.
Untuk penanaman gereja maka kita harus mencari daerah dimana
Tuhan kehendaki, pertama sekali harus ada jiwa disana/ daerah tersebut.
Kepada jiwa-jiwa yang kita temui bawa masuk untuk menerima Tuhan Yesus
sebagai Tuhan dan Juru selamat, lalu memuridkan mereka supaya memiliki
iman yang bertumbuh sehingga mereka akan dimerdekakan. Di dalam gereja
akan terjalin kebersamaan, saling menguatkan dan persekutuan kepada Tuhan
Yesus Kristus.
Sebagaiman kita bertumbuh di dalam hubungan dengan Alllah, dan Dia
mulai berbagi dengan kita isi hatiNya dan kita mulai menjadi sepenanggungan
dengan mereka yang mengalami beban. Ada empat hal penting yang ada
dalam penanaman gereja
1. Perubahan paradigma
Gereja harus mempunyai perobahan paradigma yang radikal, bahwa
penanaman gereja bisa di lakukan semua orang dalam tempo yang
cepat dan tidak mengeluarkan biaya.
2. Disengaja
Harus di biasakan atau di sengaja
3. Strategi
mengikuti apa yang di lakukan gereja mula mula dalam
4. Dapat bereproduksi
Gereja melahirkan gereja, pemimpin melahirkan pemimpin
2. Komunitas/ persekutuan
Pengajaran Rasul-rasul : mereka mengajarkan tentang Yesus (Kisah
para rasul 2:40-47). Dengan bertekun dan sehati mereka berkumpul tiap-tiap
hari dalam bait Allah dengan berdoa bersama-sama sambil memecahkan roti di
rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama dengan gembira dan
tulus hati. Keindahan persekutuan dalam gereja mula-mula dapat dibaca dalam
Kisah Para Rasul di mana umat Tuhan yang berdoa bersama-sama secara
sepakat dan saling membangun. Sebuah keharmonisan yang diinisiasi oleh
Allah sendiri dalam kesepakatan.
4. Penginjilan
Pada formasi yang terakhir penginjilan menjadi implementasi dan aksi
dari setiap apa yang didoakan. (II Korintus 5 : 17-21). Karunia Tuhan akan
dicurahkan kepada kita ketika melayani Dia untuk memperlengkapi kita dalam
pekerjaanNya. Memenangkan jiwa adalah panggilan umum jadi siapa saja
harus menjalankan tugas Amanat Agung.
Mengapa kita harus memenangkan jiwa? Karen Tuhan Yesus juga
adalah seorang pemenang jiwa. Setiap kita yang sudah lahir baru adalah
ciptaan baru di dalam Yesus Kristus Tuhan dan hidup kita dipakai untuk
mendamaikan mereka dengan Allah yaitu dengan menasihatkan mereka
melalui perkataan-perkataan mulut kita yang dipakai oleh Tuhan. Ketika kita
membagikan kesaksian itu adalah cerita kita untuk menolong mereka percaya
tetapi yang penting adalah kesaksian tentang Yesus Kristus sebagai injil atau
cerita baik tentang Yesus Kristus.
Philipus adalah seorang Diaken tetapi juga memberitakan injil (Philipus
6:2-5 ; 8:4-8). Dimasa gereja mula-mula mereka tidak memberitakan injil keluar
dari Yerusalem, tetapi setelah terjadi masa penganiayaan di Yerusalem maka
mereka terpaksa keluar dan memberitakan injil ke berbagai daerah-daerah
diluar Yerusalem, seperti di Samaria dan sampai keujung bumi.
Mengapa orang-orang di Samaria percaya kepada pemberitaan injil?
Karena ada tanda-tanda mujizat yang menyertai Philipus, tanda mujijat
merupakan karunia Roh Kudus, itulah tanda-tanda bagi orang-orang tak
percaya supaya mereka menjadi percaya. Dan orang Samaria juga pernah
menerima pemberitaan tentang Tuhan Yesus dari seorang perempuan Samaria
yang pernah bertemu dengan Tuhan Yesus.
Konteks pemberitaan Injil termaktub dalam Matius 28:16-20 dan dalam
Injil Sinopsi lainnya seperti Markus, Lukas-Kisah dan Yohanes. Ada dua hal
yang ditemukan dalam penelitian atas Matius 28:18. Pertama, sangat penting
menyadari bahwa Yesus berbicara bahwa Dia diberikan otoritas dan bukan
power (kuasa). Sebagai Allah, Yesus selalu mempunyai kuasa
(power/dinamis). Kuasa semacam itu merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari keilahian Kristus. Namun, “kuasa/power” bukanlah hal yang sama dengan
“hak untuk menggunakan kuasa”. Inilah yang dimaksud dengan otoritas
(eksousia). Otoritas adalah kebebasan: ini adalah kuasa/power yang bebas
memutuskan dan bebas bertindak. Sebagai contoh, seandainya ada seorang
pekerja yang penuh dengan talenta di mana dia memiliki kemampuan dan
kuasa/power untuk membuat perusahaan menjadi berhasil. Namun demikian,
dia tidak diberikan otoritas untuk menerapkan/menjalankan ide-idenya, maka
perusahaan itu tidak akan pernah mendapat keuntungan/manfaat dari
keahliannya. Yang diperlihatkan di sini adalah bahwa kuasa/power dan otoritas
adalah dua hal yang berbeda. Walaupun Yesus telah memiliki kuasa sebagai
Anak Allah, itu bukan berarti bahwa Dia selalu mempunyai otoritas untuk
menggunakan kuasa yang dimilikiNya. Ini adalah salah satu alasan penting
mengenai Yesus memberi Amanat Agung sesudah kebangkitanNya.