ALVA SONDAKH
1802228
ALVA SONDAKH
1802228
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teologi
IAKN Manado
i
RITUAL MA’ATOR REPE AM
WATU PINAWETENGAN
DARI PERSPEKTIF TEOLOGI KONTEKSTUAL DI
KGPM SIDANG EBEN HAEZER PINABETENGAN
ALVA SONDAKH
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari tahu tentang apa itu Ritual
Ma’ator Repe Am Watu Pinawetengan, bagaimana jemaat KGPM Sidang Eben
Haezer Pinabetengan menyikapi fenomena Ritual Ma’ator Repe Am Watu
Pinawetengan, serta bagaimana Ritual Ma’ator Repe Am Watu Pinawetengan
Dari Perspektif Teologi Kontekstual Di KGPM Sidang Eben Haezer
Pinabetengan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilaksanakan di
KGPM Sidang Eben Haezer Pinabetengan pada tahun 2022.
ii
KATA PENGANTAR
iii
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN i
ABSTRAK ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Fokus Penelitian 6
C. Rumusan Masalah 6
D. Tujuan Penelitian 7
E. Manfaat Penelitian 7
v
2. Observasi 40
3. Wawancara 41
4. Dokumentasi 42
F. Teknik Analisis Data 43
1. Reduksi Data 43
2. Penyajian Data 44
3. Verifikasi/ Kesimpulan 44
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan 77
B. Saran 79
DAFTAR PUSTAKA 82
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Daftar Pimpinan Majelis Sidang KGPM SIdang Eben Haezer
Pinabetengan 54
Tabel 4.2 Struktur Pimpinan Majelis Gereja KGPM SIdang Eben Haezer
Pinabetengan 55
Tahun 2022 56
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB I
PENDAHULUAN
rapuh dan butuh pegangan. Mereka pun menanggap bahwa ada hal
yang lebih besar dan kuat yang menciptakan mereka serta mengatur
dalam rupa-rupa bagian dari alam yang dianggap bahwa melalui rupa-
yang lebih besar dan kuat itu. Perwujudan dari rupa-rupa bentuk alam
1
2
pun, saat ini kita kenal dengan istilah Animisme1 dan Dinamisme2.
atau Opo sedangkan dewa tertinggi disebut Opo Walian Wangko yang
dunia serta segala isinya. Diketahui ada juga dewa yang penting
setelah dewa tertinggi yang disebut Karema. Dewa ini adalah dewa
yang mewujudkan diri sebagai manusia juga alat penunjuk jalan bagi
1
Animisme berasal dari kata anima, anime; dari bahasa latin animus dan bahasa
Yunani avepos dan dalam bahasa sang sanksekerta disebut prana. Ia adalah ajaran
doktrin tentang realitas jiwa. Dalam biologis atau psikologis animisme adalah pandangan
bahwa pikiran atau jiwa adalah salah satu elemen immaterial yang bekerja sama dalam
tubuh memulai otak dan sistem saraf. Dalam filsafat, animisme adalah doktrin yang
menepatkan asal mula kehidupana mental dan fisik dalam suatu energi yang lepas atau
sekurang-kurangnya berbeda dengan jasadnya; atau, animisnme adalah teori bahwa
segala objek-objek alami ini bernyawa atau berjiwa, mempunyai spirit dan bahwa
kehidupan mental dan fisik bersumber pada nyawa, jiwa atau spirit tadi. Zakiah Daradjat,
Perbandingan Agama 1, cet. 2, (Jakarta: IAIN Jakarta, 1982), h. 25.
2
Dinamisme berasal dari kata yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu dunamos
yang dalam terjemahan bahasa Indonesia berarti: kekuatan, kekuasaan atau khasiat dan
dapat juga diterjemahkan dengan daya. N. Soderblom memandang dinamisme adalah
sebagai salah satu macam bentuk struktur dari agama primitive karena ia mengemukaan
tiga macam struktur yang terdapat dalam agama primitive itu yaitu: animisme, dinamisme
dan kepercayaan kepada dewa tertinggi. Zakiah Daradjat, Perbandingan Agama 1, cet. 2,
(Jakarta: IAIN Jakarta, 1982), h. 26.
3
hero.3
segala bentuk sakit penyakit tapi juga sebagai bentuk identitas budaya
generasinya.4
pelaksanaan ritual, hal yang paling sering menjadi tujuan ritual adalah
3
Keoentjaraningrat, Manusia dan kebudayaan di Indonesia, (Jakarta: Djambatan,
1991), h. 23.
4
M. L. Mawuntu, Redefinisi dan Rekonstruksi Tou, (Disertasi: Fakultas Teologi
UKSW, 2017), h. 7.
4
senantiasa diamalkan dengan baik dan tekun oleh para pemimpin adat
balas jasa.
Realita yang terjadi saat ini dimana masyarakat Minahasa ada yang
karena tujuan dari ritual ini untuk meminta wejangan dan arahan dari
orang yang melakukan atau mengikuti ritual ini adalah mereka yang
telah memeluk agama Kristen sejak kecil, makanya ritual ini dianggap
merasa ritual ini menjadi sebuah hal yang sesat. Hal ini dilihat dari
ritual tersebut, bahkan sang juru kunci dari situs budaya Watu
Pinawetengan. Ritual ini pun tak mempengaruhi sikap hidup serta iman
orang yang telah menjadi Kristen dan percaya kepada Tuhan”. 5 Seperti
5
Billy Graham, Menghadapi Kematian dan Kehidupan Sesudahnya, (Bandung:
Lembaga Literatur Baptis, 2001), h. 8.
6
arwah ini. Untuk itu kita perlu memahami apa yang dikatakan Alkitab
ini. Oleh sebab itu, penelitian ini diberi judul “RITUAL MA’ATOR
PINABETENGAN”.
B. Fokus Penelitian
Pinabetengan”.
C. Rumusan Masalah
Pinawetengan?;
Pinabetengan?
D. Tujuan Penelitian
ini, ialah :
Pinawetengan;
Pinawetengan;
Haezer Pinabetengan.
E. Manfaat Penelitian
pengaruh kebudayaan.
8
bermanfaat untuk:
upaya berteologi.
9
masyarakat.
BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. Teologi Kontekstual
tentang bagaimana Injil yang sudah ada dan utuh itu dibubuhi sampul
masa kini.7
6
Y. Tomatala, Teologi Kontekstual (suatu pengantar), (Malang: Yayasan Penerbit
Gandum Mas, 1996), h. 2.
7
Stephen B. Bevans, Model-model Teologi Kontekstual, (Maumere: Ledalero,
2002), h. 1.
10
11
Akan tetapi pada kenyatannya setiap individu pasti akan tetap terikat
- perubahan sosial
8
Y. Tomatala, Teologi Kontekstual (suatu pengantar), (Malang: Yayasan Penerbit
Gandum Mas, 1996), h. 2.
9
Stephen B. Bevans, Model-model Teologi Kontekstual, (Maumere: Ledalero,
2002), hh. 2-3.
10
Ibid, h. 9.
12
tetap tidak dapat dipisahkan karena adanya dialog kritis timbal balik
KONTEKSTUAL:
ketidakselarasan konteks
- aspek sakramen realitas
12
Emanuel Gerrit Singgih, Berteologi dalam Konteks, (Yogyakarta: BPK Gunung
Mulia, 2000), h. 17.
13
Y. Tomatala, Teologi Kontekstual (suatu pengantar), (Malang: Yayasan
Penerbit Gandum Mas, 1996), h. 12.
14
kebudayaan.15
Dalam ilmu psikologi, kita tahu bahwa orang yang menolak masa
19
Stephen B. Bevans, Model-model Teologi Kontekstual, (Maumere: Ledalero,
2002), h. 45.
17
a. Model Terjemahan
sebaliknya.
bergantung pada kedua sisi, baik inti atau tradisi dari konteks
Injil Konteks
Dinamis
b. Model Antropologis
bersifat fleksibel.24
Konteks Injil
Stabil/fleksibel
24
Stephen B. Bevans, Model-model Teologi Kontekstual, (Maumere: Ledalero,
2002), h. 98.
20
c. Model Praksis
Model Praksis merupakan perpaduan antara praktik (aksi)
dan model ini menjadi titik pusat jati diri Kristen dalam konteks
sosial.
Aksi
Analisis teks
dan -{ Kitab Suci & Tradisi }-
25 Analisis konteks
Stephen B. Bevans, Model-model Teologi Kontekstual, (Maumere: Ledalero,
Refleksi
2002), hh. 128-133.
21
d. Model Trasendental
Budaya
Teologi Kontekstual
22
e. Model Sintesis
Injil/Tradisi
26
Yuli, Gunnawan A.S, Khotbah Paulus Areopagus sebagai sebuah Model
Berteologi Kontestual (Studi Pendekatan Retorik Kis. 17:16-34), (Program Pasca
Sarjana: Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta, 2003), h. 122.
27
Stephen B. Bevans, Model-model Teologi Kontekstual, (Maumere: Ledalero,
2002), hh. 165-169.
23
tandingan setia terhadap injil dan tidak berada jauh dari injil,
Model Terjemahan
28
Ibid, h.170.
24
Konteks
B. Budaya
kepadanya.30
29
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Budaya, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), h. 170.
30
J.S. Badudu dan Sutan Mohammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), h. 211.
25
melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat di terima ole semua
masyarakat.
yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia
31
A. A. Yewangoe, Iman, Agama dan Masyarakat dalam Negara Pancasila,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), h. 80.
26
ada jawaban final yang dapat diberikan terhadap setiap isu dan kasus
kepercayaan suku mana pun.32 Itu berati, perjumpaan antara Injil dan
dunia.
Injil dan Kebudayaan merupakan the enduring problem (masalah yang tak
lima tipologi relasi Injil dan Kebudayaan. Kelima tipologi yang dimasud
adalah34:
karena itu dunia yang jahat harus ditolak. Di dalam dunia yang
kebudayaan.
Paradoks)
dalam budaya.
kebudayaan)
30
memperbaharui masyarakat.
kretifitas, dan itu baik (dan jelas bisa menjadi baik). Kita juga
leluhur biasa dilakukan ketika ada ritual adat baik ritual yang berbentuk
hari-hari besar yang sudah ditentukan seperti awal tahun bulan Januari
(bulan permesta), dan juga ritual khusus ini dilakukan tergantung dari
4. Oleh karena arwah orang mati itulah yang memimpin ritual itu
sudah kebal.
tempat dimana para leluhur atau kepala suku beristirahat, di batu-batu dan
yang hadir dan apa yang dilakukan oleh para leluhur, namun seringkali
ketika ritual pemanggilan arwah leluhur dilakukan bukan hanya satu arwah
yang datang melainkan ada beberapa arwah leluhur ini masuk secara
sembilan batang tembakau, satu kepala babi (tidak selalu) yang sudah di
bakar, tiga gelas saguer (minuman has minahasa), tiga gelas cap tikus
(fermentasi dari saguer) dan tiga gelas kopi dan sering juga minuman
modern yaitu bir bintang satu kaleng. Alat-alat yang digunakan adalah
benda-benda pusaka yang ada seperti keris, batu, tongkat kain merah,
dunia ini namun sudah tidak bertubuh lagi sehingga tidak dapat
34
arwah-arwah itu.
baik dia akan menjadi arwah yang tenang tetapi orang yang
adalah kematian dan itu tidak dapat disangkali dan hal itu wajar-
dengan keras untuk tetap hidup di dunia ini bahkan untuk hidup
abadi yang walaupun mereka tau mereka tetap akan mati cepat
atau lambat.
35
Billy Graham, Menghadapi Kematian dan Kehidupan Sesudahnya, (Bandung:
Lembaga Literatur Baptis, 2001), h. 41.
35
diri pada perempuan di endor dalam kisah ini adalah Iblis itu
dalam gerak-gerik, tentang hal itu tidak perlu heran karena Iblis
dapat menyamar seperti Malaikat terang (II Kor 11:4). Dan dari
orang yang sudah mati tidak akan muncul lagi di bumi ini
20).36
yang sudah mati. Alkitab adalah buku yang paling dibenci oleh
36
H. Soekahar, Satanisme Dalam Pelayanan Pastoral, (Malang: Gandum Mas,
1986), h. 23.
36
mati.37
ini jau berbeda ketika mereka masi hidup dalam dunia ini,
seorang yang bangkit dari antara orang mati” mereka juga tidak
dan orang yang hidup itu terpisah dan tidak dapat bertemu
kecuali orang yang mati itu hidup kembali dan memiliki tubuh
37
Pondsius Takaliuang, Antara Kuasa Gelap Dan Kuasa Terang, (Malang:
Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil, 1980), h. 14.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
awal dalam mengkaji fenomena yang ada, maka pada kesempatan ini,
secara alamiah, apa adanya, dalam situasi normal dan tidak dimanipulasi
fenomena sosial dan pada pemberian suara pada perasaan dan persepsi
38
39
dari pengalaman individu, makna yang secara sosial dan historis dibangun
Agama Kristen Negeri (IAKN) Manado dan di KGPM Sidang Eben Haezer
Sulawesi Utara.
Oleh karena itu, kurun waktu yang dibutuhkan peneliti dalam meneliti
kurang lebih tiga bulan, dimulai dari bulan Januari sampai dengan bulan
(IAKN) Manado.
C. Instrumen Penelitian
42
Emzir, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011), h. 28.
40
wawancara dari para informan yang ada di jemaat KGPM Sidang Eben
Haezer Pinabetengan. Dalam hal ini, para informan adalah anggota sidi
jemaat, pelayan khusus, maupun Gembala yang nanti akan dibagi juga
43
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Bandung; Alfabeta
2008), hh. 223-224.
41
1. Penelitian Kepustakaan
2. Observasi
gejala, atau segala yang berkenaan yang yang akan diteliti dengan
44
Mardalis, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 28.
45
Emzir, Metode Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta Rajawali Pers,
2011), h. 38.
42
3. Wawancara
dari seorang yang lain.47 Apabila teknik ini dilakukan dengan baik.
4. Dokumentasi
proses penelitian.
50
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
Alfabeta 2011), h. 135.
51
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 82.
44
Adapun dalam penelitian ini, teknik analisis data dilakuakan dengan cara:
1. Reduksi Data
2. Penyajian Data
52
Ibid., h. 88.
53
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 335.
54
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, h. 247.
45
3. Verifikasi / Kesimpulan
hal ini harus dilakukan jika telah didukung oleh bukti yang valid dan
gelap.55
55
Ibid. h. 253.
BAB IV
A. Paparan Data
dalam wilayah penelitian. Dalam hal ini adalah KGPM Sidang Eben
Haezer Pinabetengan.
1. Berdasarkan Dokumentasi
46
47
Indische Kerk.
keputusan:
Susunan Organisasi:
1.1.1 Perkembangan
Tabel 4.1 Sumber: Dokumen Sejarah Jemaat KGPM sidang Eben Haezer
pinabetengan
56
Badan pimpinan sidang ( BPS) dan Pimpinan Majelis Sidang (PMS) 2019-2024
Majelis Jemaat
- Dkn. O. Koloay
Tabel 4.2 Sumber : Buku Kerja Rapat Tahunan KGPM Sidang Eben Haezer
Pinabetengan 2022
I 16 62 33 29
II 20 64 31 33
III 20 63 32 34
58
IV 19 52 26 26
V 18 52 22 30
Tabel 4.3 Sumber: Buku Kerja Rapat Tahunan KGPM Sidang Eben Haezer
Pinabetengan 2022
2. Berdasarkan Observasi
56
J.L.Ch. Abineno, Garis-garis Besar Hukum Gereja (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1995), h. 37
59
berlangsungnya penelitian.
penatua dan diaken yang ada di aras Kepel dan komisi, maupun
merangkul jemaat.
tolak dari tata kelola kelembagaan. Dalam hal ini peranan dari
3. Berdasarkan Wawancara
B. Temuan Penelitian
1. Berdasarkan Dokumentasi
2. Berdasarkan Observasi
ini, oleh sebab ritual ini merupakan tradisi yang di wariskan dari
hadir lewat mediasi tubuh tonaas. Para anggota jemaat pun tak
merasa ada yang salah dengan pelaksanaan ritual ini dan tidak
meminta.
Peran dari para Gembala yang tidak menolak ritual ini malah
ini dari sudut pandang para Gembala pun tidak terdapat sebuah
firman Tuhan.
3. Berdasarkan Wawancara
sebagai berikut:
pengajaran Kristen.
Tuhan ini.
C. Pembahasan
yang telah diwarisi dari para leluhur sampai saat ini. Ritual ini
ini.
akan tetap terus eksis dan di kenal oleh banyak orang. Ritual ini
ritual ini selain untuk meminta nasihat juga ada yang meminta
pemimpin ritual.
68
Watu Pinawetengan?
masa lalu.
Oleh karena itu maka tidak ada pengaruh buruk yang terjadi
namun ada dari anggota jemaat yang menjadi praktisi ritual ini,
ritual ini. Hal ini pun tidak berpengaruh apa-apa bagi kehidupan
apa yang mereka yakini maka agama itu diterima dengan baik
Haezer Pinabetengan?
pemberian nasihat.
Minahasa saat ini dan ritual ini pun menjadi bukti eksistensi
57
Stephen B. Bevans, Model-model Teologi Kontekstual, (Maumere: Ledalero,
2002), h. 1.
74
sebelumnya.
58
A. A. Yewangoe, Iman, Agama dan Masyarakat dalam Negara Pancasila,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), h. 80.
75
dan sesuaikan oleh para leluhur lewat ritual ini, dan nasihat-
saat ini, dimana saat ini Alkitab telah menjadi pedoman yang
pengajaran Kristen yang ada saat ini. Oleh sebab itu jemaat
A. Kesimpulan
yang maha kuasa, juga lewat ritual ini para leluhur berkumpul
78
79
para leluhur di masa lalu. Oleh karena itu maka tidak ada
saat ini, dimana saat ini Alkitab telah menjadi pedoman yang
pengajaran Kristen yang ada saat ini. Oleh sebab itu jemaat
sendiri.
B. Saran
81
rawat agar dalam budaya pun kehadiran Kristus serta Injil akan
terasa dan menjadi fondasi iman yang kuat bagi jemaat. Kiranya
83
Solatun, Dedy, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2008.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2007.
, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Bandung; Alfabeta
2008.
, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2011.
Suharsimi, Arikuno, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Suleeman, F., Sutama, A., Rajendra, A., Bergumul dalam Pengharapan,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999.
Suseno, Franz Magnis, 13 Tokoh Etika, Yogyakarta: Kanisius, 1997.
Sutarno, Etiket, Kiat Serasi Berelasi, Kanisius: Yogyakarta, 2008.
Takaliuang, Pondsius, Antara Kuasa Gelap Dan Kuasa Terang, Malang:
Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil, 1980.
REFERENSI
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Budaya,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2001.
Dokumen Sejarah Jemaat KGPM Sidang Eben Haezer Pinabetengan
Buku Kerja Rapat Tahunan Sidang KGPM Sidang Eben Haezer
Pinabetengan Tahun 2022
INTERNET
Definisi Kebudayaan, http://exalute.wordpress.com/2009/03/29/definisi-
kebudayaan-menurut-para-ahli, diakses tanggal 10 Januari 2022,
pukul 17:45 WITA.
Wikipedia Indonesia: Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia. s.v.
“Kebudayaan”, tersedia di http://id.wikipedia.org/wiki/Kebudayaan,
diakses tanggal 10 Januari 2022, pukul 17:35 WITA.
84
LAMPIRAN
85
G.T, S.K, A.H,
Ritual ma’ator am watu
G.R, N.B, Y.H,
pinawetengan merupakan
G.S, C.P, S.T,
hal yang baik, budaya yang
V.K, A.T, W.H,
dilestarikan.
G.R, G.W, I.K
86
8 Apakah anggota Ritual ini tidak berpengaruh
jemaat yang percaya dalam kehidupan kami
T.G, A.K, A.T,
dan praktisi Ritual ini sehingga tidak ada
G.T, S.K, J.T,
masih melaksanakan hambatan kami untuk
G.S, A.H, I.K,
kewajiban sebagai beribadah di tiap minggu
N.B
orang Kristen ataupun di ibadah Kepel
A.W, R.P, M.S,
dan komisi ataupun hal
Y.H, C.P, S.T,
lainnya. Ritual ini malah
V.K, G.W, G.R,
lebih mempereat hubungan
W.H
kami dan tidak
mengganggu iman kami.
9 Jika diadakan lokarya lokarya itu dilaksanakan
tentang ritual ma’ator untuk memberikan
repe am watu pengertian dan
pinawetengan apa pemahaman mengenai
Y.H, G.S, C.P,
pendapat Anda? kebudayaan kepada
S.T, V.K, A.T,
masyarakat/jemaat. Apa
T.G, G.W, J.T,
lagi kalau hal itu diarahkan
A.K, M.S, A.W
kepada iman dan
kepercayaan kristiani.
Sebab budaya itu penting
bagi generasi berikutnya.
R.P, A.H, G.R generasi saat ini harus
N.B, G.T, S.K, berusaha mengetahui arti
W.H, I.K dari ritual ma’ator repe am
watu pinawetengan
sehingga dengan
mengetahui arti tersebut
dapat dipelajari secara
bersama.
10 Apakah Ritual G.S, V.K, T.G,
Jika ritual ini berlawanan
Ma’ator Am Watu G.W, A.K, M.S,
maka kami tidak
Pinawetengan A.W, A.H, G.R,
melakukannya
berlawanan dengan I.K
nilai-nilai Ritual ini merupakan bentuk
kekristenan? ibadah dalam konteks para
leluhur kepada pencipta
alam ini, dan itu yang kita
R.P, Y.H, C.P, kenal sekarang dengan
S.T, A.T, G.T, Tuhan Yesus, dan oleh
S.K, J.T karena tidak ada perbedaan
maka budaya menerima
agama ini, namun
sepertinya agama yang
menolak budaya/ritual ini.
N.B, W.H Kami rasa tidak ada hal
yang berlawanan, malah
sama persis dengan
87
pengajaran yang ada dalam
agama
11 Apakah hubungan
Budaya dan agama atau
Ritual Ma’ator Am
Kekristenan itu tidak ada
Watu Pinawetengan
bedanya. Jaman dahulu
dan agama Kristen?
R.P, Y.H, C.P, para leluhur belum
S.T, A.T, G.T, mempunyai buku suci yang
S.K, G.S, V.K, menjadi pedoman moral,
T.G, G.W, A.K, namun hanya berupa
M.S, A.W, A.H, Nasehat. Setelah
G.R, I.K agama/Kekristenan masuk
N.B, W.H, J.T dan ternyata sama dengan
pengajaran nenek moyang
maka Kekristenan di terima
dan berkembang
12 Selama ini
bagaimana Y.H, G.S, C.P, Tidak ada penolakan,
pandangan para S.T, V.K, A.T, malah mereka menghormati
Gembala yang T.G, G.W, J.T, budaya ini dan ada
datang melayani di A.K, M.S, A.W, beberapa Gembala yang
Pinabetengan R.P, A.H, G.R melakukan kegiatan ibadah
terhadap Ritual N.B, G.T, S.K, Gereja di wilayah watu
Ma’ator Am Watu W.H, I.K pinawetengan.
Pinawetengan?
Keterangan : Wawancara dilakukan pada bulan Juli 2022.
88