Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teologi
IAKN Manado
i
EKKLESIOLOGI DI JEMAAT GMIM SMIRNA MALALAYANG
DUA MANADO DARI PERSPEKTIF FILSAFAT NIETZSCHE
TENTANG KEMATIAN TUHAN DAN NIHILSIME
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, yang atas berkat
proposal penelitian skripsi ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
merupakan judul proposal dari peneliti serta ditujukan sebagai salah satu
Negeri Manado.
pada saat ini tidak lepas dari doa, harapan dan cinta kasih dari keluarga
dapat selesai dengan baik. Untuk itu, pada kesempatan ini peneliti
juga kakak (Fergie dan Kel. Raintung Waworuntu) yang selalu membantu
Pimpinan IAKN Manado Dr. Jeane M. Tulung, S.Th, M.Pd, selaku Rektor
Teologi, Ibu Anita I. Tuela, M.Th selaku Wakil Dekan I Fakultas Teologi.
iii
Kepada Bpk. David Simanjuntak, M.Pd.K selaku Kaprodi Teologi,
peneliti.
Terima kasih kepada Bapak Alrik Lapian, M.Sn yang penuh dengan
masukan dan arahan serta memberikan motivasi dan atensi serta jejak
proposal ini. Juga kepada Pembimbing I Bapak Dr. J. Nikolaas Gara, MA,
skripsi ini.
iv
Clarissa Meihadi, S.Th, Stella Banua, S.Th, Natalia Rolos, S.Th, dll;
S.Pd, Citria Lembong, S.Pd, dan Novena Rauan, S.Pd atas semua atensi
kost Natal dan Tim Lincah; Bpk. Jekson Berdame, M.Th., Ibu Pricilia
dan Jefry Kawuwung, S.Pd serta Bpk. Viq Ketjil. Serta bagi Sekprodi
Teologi sdra. Ryanto Adilang M.Th atas segala atensi yang diberikan
Dan terakhir bagi sang motivator yang dimana penelitian ini juga
dimana tidak dapat bersama-sama secara fisik dengan peneliti tapi telah
Dogmatika. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
v
G. S. W
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN i
ABSTRAK ii
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR ix
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Fokus Penelitian 10
C. Rumusan Masalah 11
D. Tujuan Penelitian 11
E. Manfaat Penelitian 11
vi
2. Penyajian Data 53
3. Verifikasi/ Kesimpulan 54
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
vii
DAFTAR TABEL
2020 65
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
BAB I
PENDAHULUAN
penjamin atau sang Tuhan, maka timbul respon dari manusia itu untuk
bisa dikatakan juga mereka rela mati demi Tuhannya. Respon tersebut
oleh Allah yang keluar dari kegelapan menuju kepada terang dunia
1
2
tersebut merupakan saksi serta bukti yang nyata dari kasih Allah
dalam Yesus Kristus kepada dunia ini (Kis 1 : 8). Dengan demikian
dapat melayani dunia ini. Bukan hanya sekedar melayani, namun juga
dan dasar dari Gereja. Ide tentang Gereja sebagai tubuh Kristus dapat
1
Widi Artanto, Menjadi Gereja Misioner dalam Konteks Indonesia, (Yogyakarta:
Kanisius, 1997), h. 7.
2
Edgar Walz, Bagaimana Mengelola Gereja Anda, (Jakarta: Gunung Mulia,
2006), h. 3.
3
Ketetapan Persidangan Sinode GPIB XIX, Pokok-Pokok Kebijakan Umum
Panggilan dan Pengutusan Gereja (PKUPPG), Buku II (Jakarta, 2010), h. 3.
3
12. Adapun pokok utama dari hal ini adalah Gereja yang merupakan
Kristus.4
di tengah jemaat. Oleh karena itu maka seorang gembala yang baik
dipimpinnya. Gereja juga harus mempunyai ”Visi” dan ”Misi” yang jelas
disepakati tersebut.6
4
Avery Dulles. S.J, Model-model Gereja (Ende: Nusa Indah, 1990), h. 48.
5
A.A. Sitompul, Di Pintu Gerbang ”Pembinaan Warga Gereja” II ; Pengembalaan
: Pelayanan Dan Kepemimpinan, (Jakarta: Gunung Mulia, 1980), h. 20.
6
Emanuel Gerrit Singgih, Bergereja, Berteologi dan Bermasyarakat (Yogyakarta:
Taman Pustaka Kristen, 1997), h. 5.
4
Adapun realita yang terjadi saat ini ialah dimana Gereja yang
dahulu, sekarang sudah melupakan atau sudah tidak lagi di hidupi oleh
keluar dari Minahasa. GMIM pada saat ini malah lebih semangat untuk
dengan sebutan GMIM Global Church yang banyak menuai kontra dari
anggota jemaat GMIM sendiri. Program ini bukannya tidak baik, tapi
hal ini sangat tidak sinkron dengan jati diri GMIM itu sendiri, yang
keesaan GPI. Selain itu, muncul juga program lain dari Sinode GMIM
yaitu G1T (Gerakan Satu Triliun), program ini pun masih menjadi
7
Th. Van den end, J. Weitjens, Ragi Carita 2: Sejarah Gereja di Indonesia 1860-
an – Sekarang, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), hh. 98-99.
5
dsb.
kolom dan itu belum juga dengan setiap ibadah pelayanan kategorial
minggu yang berjalan. Masalah keuangan ini menjadi hal yang sangat
sampul PBTK yang telah diberikan, kalau sudah tidak punya uang
lebih cukup isi saja Rp. 5000,- anggaplah itu untuk mengganti biaya
kepada anggota jemaat dari pelayan khusus yang kurang tepat karena
hal ini sudah dijadikan sebuah keharusan setiap bulannya. Ada juga
untuk bekerja ekstra demi memenuhi apa yang diharuskan oleh gereja.
yang dikatakan oleh pendeta atau pelayan khusus itu adalah kata-kata
semuanya itu, para pendeta ingin supaya setoran dari jemaat mereka
ke sinode itu semakin hari semakin besar dan itu semua karena
kepentingan.
jemaat yang sedang sakit, ataupun anggota jemaat yang sudah kurang
aktif dalam kegiatan ibadah. Masalah ini yang mungkin berdampak dari
8
para pendeta akan lebih akrab dengan anggota jemaat yang banyak
juga masalah pelayanan dari para pendeta dan pelayan khusus yang
media sosial dan setelah itu pelayanan kepada anggota jemaat hanya
mestinya karena didapati para pendeta dan pelayan khusus akan pergi
perkunjungan doa bagi anggota jemaat yang hanya ingin mereka pergi
sampul tanda terima kasih, dan kalau tidak mereka akan beralasan
bahwa mereka sedang pelayanan di tempat lain atau mereka lupa jika
bertumbuh diatas tradisi tersebut dan jika tradisi itu berubah atau harus
pada seorang filsuf pada abad ke-19 yang pernah menghantam gereja
dipungkiri bagi lembaga gereja juga. Tujuan dari teori Kematian Tuhan-
makna atau esensi Gereja dengan berbagai masalah yang terjadi saat
terlebih khusus Gereja pada saat itu. Dengan membunuh Tuhan maka
(Aufklarung) pada saat itu. Adapun peneliti merasa kondisi yang terjadi
pada saat itu hampir sama dengan saat ini, dimana Gereja sudah tidak
B. Fokus Penelitian
Dua Manado, yang nantinya akan dikaji lewat teori filsafat Nietzsche
C. Rumusan Masalah
Manado?;
D. Tujuan Penelitian
ini, ialah :
E. Manfaat Penelitian
12
masyarakat.
bermanfaat untuk:
pemahaman dogmatis.
13
berteologi.
BAB II
KAJIAN TEORETIK
moralitas.13
14
15
Kampung Halaman).
teologi.18
16
Ibid, h. 4.
17
Harry Hamersma, Tokoh-tokoh Filsafat Barat Modern, (Jakarta: Gramedia,
1990), h. 80.
18
St. Sunardi, Nietzsche, (Yogyakarta: LkiS, 1999), hh. 5-6.
17
zaman sekarang).21
19
Franz Magnis-Suseno, 13 Tokoh Etika: Sejak Zaman Yunani Sampai Abad ke-
19, (Yogyakarta: Kanisius, 1997), h. 196.
20
Bertrand Russel, History of Western Philosophy, (London and New York:
Routledge, 2004), h. 687.
21
St. Sunardi, Nietzsche, (Yogyakarta: LkiS, 1999), hh. 6-7.
22
Bertrand Russel, History of Western Philosophy, (London and New York:
Routledge, 2004), h 689.
18
apa pun.23
keluarga ini semakin malang, ketika pada tahun 1897 sang ibu
23
St. Sunardi, Nietzsche, (Yogyakarta: LkiS, 1999), h. 8.
24
Ibid, hh. 9-10.
19
tidak tahu kalau ibunya sudah meninggal dan juga tidak tahu
Tuhan.
dan pada pihak lain sebagai seorang filsuf. Hal inilah yang
manusia.
lewat aforismenya yang sangat terkenal, yakni: “Gott ist tot! Gott
bleibt tot! Und wir haben ihn getotet!29 (Tuhan telah mati! Tuhan
29
Ungkapan ini pertama kali muncul dalam Die fröhliche Wissenschaft, seksi 108
(New Struggles), dalam seksi 125 (The Madman), dan untuk ketiga kalinya dalam seksi
343 (The Meaning of our Cheerfulness). Juga muncul dalam buku klasik Nietzsche, yakni
Also sprach Zarathustra, yang paling bertanggung jawab dalam memopulerkan ungkapan
ini. Gagasan ini dinyatakan oleh 'The Madman' sebagai berikut: “Si orang sinting.
Pernakah kalian mendengar kisah tentang orang sinting, yang menyalakan lentera pada
siang hari bolong, berlarian ke pasar dan bertriak-teriak tanpa henti ‘Aku mencari Tuhan!
Aku mencari Tuhan!- Dan karena persis disana terkumpul banyak orang yang tidak
percaya kepada Tuhan, orang sinting itu mengabaikan gelak tawa yang meriah. Apakah
kita kehilangan Tuhan?, kata yang satu. Apakah Tuhan tersesat seperti anak kecil?, kata
yang lainnya lagi. Atau mungkin dia bersembunyi entah dimana? Apa dia takut sama
kita? Apakah dia sudah pergi? Apakah dia sudah bermigrasi?- demikianlah mereka
berteriak-teriak dan tertawa-tawa sekaligus. Orang sinting itu segera mendatangi orang-
orang tersebut dan memandang dengan tajam mereka ‘Dimana Tuhan?’, teriaknya. Aku
akan mengatakannya kepada kalian. Kita telah membunuhnya-kalian dan aku. Kita
semua adalah pembunuh-pembunuhnya. Tetapi bagaimana mungkin kita telah
melakukannya? Bagaimana mungkin kita mengosongkan lautan? Siapa yang telah
memberikan kepada kita spon untuk menghapus seluruh horizon? Apa yang telah kita
perbuat dengan melepaskan bumi ini dari matahari? Kemana bumi sekarang ini
berputar? Ke mana gerak bumi ini membawa kita sekarang? Jauh dari segala matahari-
matahari? Tidakkah kita terperosok dalam kejatuhan tanpa henti? Terperosok ke
belakang, ke samping, ke depan, ke berbagai arah manapun? Apakah masih ada
namanya atas atau bawah? Tidakkah kita sekarang menyasar-nyasar melewati
kekosongan tanpa batas? Tidakkah kita rasakan embusan kekosongan? Bukankah
rasanya lebih dingin? Tidakkah rasanya menjadi malam, dan semakin lama semakin
malam? Tidak perlukah menyalakan lentera-lentera sejak pagi hari? Apakah kita sama
sekali tidak mendengar suara para penggali kubur yang telah memakamkan Tuhan?
Apakah kita sama sekali tidak menghirup bau pembusukan ilahi?-Tuhan-Tuhan pun
membusuk! Tuhan telah mati! Tuhan tetap mati! Dan kitalah yang telah membunuhnya!
Bagaimanakita menghibur diri kita, pembunuh dari para pembunuh? Apa yang paling
kudus dan paling berkuasa yang dimiliki oleh dunia telah kehilangan darahnya di bilah
pisau kita-siapa yang akan membersihkan darah itu dari tangan kita? Air macam apakah
yang akan bisa membersihkan kita? Penebusan agung macam apa, lomba suci macam
apa yang harus diciptakan untuk menebusnya? Tidakkah kedahsyatan tindakan ini terlalu
besar bagi kita? Tidak haruskah kita sendiri menjadi Tuhan-Tuhan untuk bisa layak atas
tindakan tersebut? Tidak pernah ada tindakan lebih besar dari itu dan siapa pun yang lhir
setelah kita, berkat tindakan kita akan masuk dalam sebuah sejarah yang superior, lebih
superior dari segala sejarah yang sudah ada sampai saat itu! Sampai disini si orang
sinting diam dan memandang tanpa mengerti. Akhirnya, si orang sinting melempar
lenteranya ke tanah sehingga pecah dan padam. ‘Aku datang terlalu awal, katanya
kemudian, waktuku belum tiba. Kejadian dahsyat itu sedang berjalan, dan dalam
22
segala sesuatu itu chaos dan manusia harus bebas dari segala
sampan kita sudah aus dan tak dapat digunakan berlayar lagi,
baru.32
33
Kristenitas mewarisi gagasan Plato dengan mengajarkan bahwa hidup yang
sebenarnya bukan berada di dunia ini, dunia hanyalah persinggahan yang penuh dengan
kebobrokan akibat dosa dan sekarang ini seluruh umat manusia mengalami kesakitan
seperti layaknya seorang perempuan yang sedang bersalin. Untuk keluar dari polemik
tersebut manusia memerlukan jaminan keselamatan sebagai nilai-nilai luhur yang akan
mengarahkan ke dunia atas (surga). Karenanya sikap terbaik yang perlu dilakukan
manusia adalah beragama. Dalam beragama manusia menggunakan konsep fatal
strategy yaitu pasrah pada semua ketentuan absolut/Tuhan yang tergurat dalam kitab
suci. A. Setyo Wibowo, Gaya Filsafat Nietzsche, (Yogyakarta: PT Kanisius, 2017), hh.
355-357.
34
A. Setyo Wibowo, Gaya Filsafat Nietzsche, (Yogyakarta: PT Kanisius, 2017), h.
357.
25
baru, dan di beri berbagai macam syarat tidak. Yesus yang tidak
35
St. Sunardi, Nietzsche, (Yogyakarta: LKiS, 2006), hal. 46.
36
A. Setyo Wibowo, Gaya Filsafat Nietzsche, (Yogyakarta: PT Kanisius, 2017), h.
358.
37
Ibid., h. 360.
26
38
Ibid., h. 361.
39
Genealogi, bagi Nietzsche, adalah pernyataan tentang “apa yang kumaui
sesungguhnya saat aku menghendaki sesuatu”. Sesuatu yang dikehendaki oleh
kehendak, itulah yang dilacak dan dicari. A. Setyo Wibowo, Gaya Filsafat Nietzsche,
(Yogyakarta: PT Kanisius, 2017), h. 213.
40
Frederick Copleston, A History of Philosophy: Modern Philosophy From Post-
Kantian to Nietzsche (Vol. VII), (New York: Image Books, 1994), h. 257.
27
Gereja.42
41
Ibid., h. 264.
42
F. Budi Hardiman, Filsafat Modern: Dari Machiavelli sampai Nietzsche,
(Jakarta: PT Gramedia, 2007), hal. 268
43
Frederick Copleston, A History of Philosophy: Modern Philosophy From Post-
Kantian to Nietzsche (Vol. VII), (New York: Image Books, 1994), h. 261.
28
melampiaskan ressentiment.44
ketertindasan mereka.
44
F. Budi Hardiman, Filsafat Modern: Dari Machiavelli sampai Nietzsche,
(Jakarta: PT Gramedia, 2007), hal. 144.
45
F. Budi Hardiman, Filsafat Barat Modern, (Jakarta:PT Gramedia, 2004), hal.
281.
29
46
A. Setyo Wibowo, Gaya Filsafat Nietzsche, (Yogyakarta: PT Kanisius, 2017), h.
365.
47
Henry D. Aiken, Abad Ideologi: Dari Kant sampai Kierkegaard, (Yogyakarta:
RELIEF, 2009), h. 233.
30
dan tidak dapat dibantah dan jika membantah maka itu adalah
B. Gereja
melayani Dia dalam dunia yang kemudian Gereja memiliki tugas utama
yang saling mengenal dan merupakan bagian dari satu keluarga (etnis)
perasaan menjadi bagian dari yang dibawa seolah-olah sejak lahir dan
Allah.
53
Daniel Perret, Kolonialisme dan Etnisitas: Batak dan Melayu Sumatera Utara,
(Jakarta: Kepustakaan Popular Gramedia 2010), hh. 4-6.
54
G.C. Van Niftrik & B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2001), h. 359.
55
Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2000), hh. 246-247.
33
terwujud.58
58
Ibid, h. 34
59
Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2000), h. 259.
35
terdiri atas semua orang pilihan Allah, baik yang masih hidup
saja.
60
Christian de Jonge, Apa itu Calvinisme?, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001),
hh. 99-100.
36
dalam satu iman, harapan dan cinta dan diberi daya oleh Roh
Allah saja. Dengan demikian tidak perlu lagi apa yang disebut
61
Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2000), h. 265.
62
Christian de Jonge, Apa itu Calvinisme?, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001),
h. 107.
37
(Panjang)64 :
Pasal 1
Terbentuknya Gereja
Kami mengaku:
Pasal 2
Tugas Panggilan Gereja
Kami mengaku:
64
https://www.gmim.or.id/pengakuan-iman-gmim-panjang/bab-iv-gereja/.
Halaman ini diakses oleh peneliti pada Kamis, 30 April 2020, Pukul 15.00 WITA.
42
pada tahun 2018 ada tulisan yang ditulis oleh Muslih dan Haryanto
sekitar.65
yang dipahami oleh peneliti, karena untuk teori ini sendiri sudah
itu sendiri, oleh sebab itu maka menjadi alasan yang kuat untuk
dalam locus yang dipilih oleh peneliti dan Muslih dan Haryanto.
67
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Rajawali Pers,
2011 ) h 75.
68
Arikuno Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), h. 12.
69
Dedy Solatun, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2008), h. 5.
48
49
Malalayang Barat.
Oleh karena itu, kurun waktu yang dibutuhkan peneliti dalam meneliti
kurang lebih dua bulan, dimulai dari bulan Juni sampai dengan bulan
70
Emzir, Metode Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers,
2011), h. 2.
71
Emzir, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011), h. 28.
50
C. Instrumen Penelitian
penelitian.
gereja, serta melalui wawancara dari para informan yang ada di jemaat
72
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Bandung; Alfabeta
2008), hh. 223-224.
51
1. Penelitian Kepustakaan
2. Observasi
gejala, atau segala yang berkenaan yang yang akan diteliti dengan
73
Mardalis, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 28.
74
Emzir, Metode Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers,
2011), h. 38.
52
3. Wawancara
dari seorang yang lain.76 Apabila teknik ini dilakukan dengan baik.
75
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), h. 229.
76
Dedy Muliana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006), h. 180.
77
Hamid Darmi, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), h.
158.
53
4. Dokumentasi
proses penelitian.
78
Dedy Muliana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006) h. 183.
79
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
Alfabeta 2011), h. 135.
80
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 82.
54
dalam pola, memilih mana yang akan dipelajari dan dianggap penting,
dengan cara:
1. Reduksi Data
2. Penyajian Data
81
Ibid., h. 88.
82
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 335.
83
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Bandung; Alfabeta,
2008) h. 247.
55
3. Verifikasi / Kesimpulan
hal ini harus dilakukan jika telah didukung oleh bukti yang valid dan
gelap.84
84
Ibid., h. 253.
56
BAB IV
A. Paparan Data
dalam wilayah penelitian. Dalam hal ini adalah jemaat GMIM Smirna
1. Berdasarkan Dokumentasi
gmim@yahoo.co.id
57
Manado.
1.1.2 Perkembangan
Idaman Masyarakat”.
889 jiwa.
I 36 66 59 125 61 35 96 45 21 66
II 37 60 69 129 35 54 89 21 46 67
III 30 59 47 106 55 42 97 35 24 59
IV 20 25 32 57 21 30 51 14 28 44
V 28 54 42 96 48 38 86 29 27 56
VI 22 31 46 77 29 43 72 24 29 53
VII 23 50 31 81 48 30 78 33 21 54
VIII 29 45 47 92 37 38 75 29 31 60
64
IX 27 43 38 81 42 32 74 25 23 48
X 36 64 57 121 62 53 115 39 41 80
XI 16 51 48 99 32 24 56 21 19 40
SMP
SD 19%
22%
PER- SMA
GU- 33%
RUAN
TINGGI
27%
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
RU an DL
L NI S G TA
BU lay TA PN AN AS
e G
N DA SW
PE
Komisi-Komisi Kerja
Kesenian Bpk. Maurits Gaghana, SE
PDP Ibu. Meiske Kelatow-Sumual
Kelompok Lansia Ibu. Anita Titing-Sawang
85
Tim penyusun, Tata Gereja 2007 dan Adendum 2012, (Tomohon: BPMS
GMIM, 2013), h. 5.
68
2. Berdasarkan Observasi
berlangsungnya penelitian.
menetap.
pelayanan jemaat.
3. Berdasarkan Wawancara
kemudahan dalam
beribadah dalam masa
J.T, A.K, pandemi covid 19 dan
M.S, A.W, R.P, banyak kemudahan kepada
S.K, W.H, I.K jemaat dalam proses
peribadatan di gedung
Gereja.
Perkembangan modernisasi
yang terjadi dewasa ini
telah membuat anggota
A.T, T.G, G.W, jemaat lebih banyak
J.T, A.K, referensi dari berbagai
M.S, A.W, R.P macam sumber yang
bertujuan untuk
mengembangkan
pengetahuan teologis.
diimani.
5 Apa yang anda A.T, G.T, A.H, Tri Tugas Gereja adalah
ketahui tentang Tri S.K, J.T, G.S, Bersekutu, Bersaksi dan
Tugas Gereja? N.B, W.H, I.K Melayani (Diakonia,
Marturia, dan Koinonia) dan
hal ini merupakan tugas
serta misi Gereja di tengah
dunia.
G.W, G.R
dengan persembahan
biasa, karena sampul
persembahan sudah
menjadi sesuatu yang di
haruskan oleh Gereja,
sehingga jemaat harus
membutuhkan usaha ekstra
untuk mendapatkan uang di
setiap bulannya yang
bertujuan bukan hanya
G.W, I.K, A.H untuk memenuhi kebutuhan
hidup keluarga namun juga
untuk mengisi sampul yang
diberikan oleh Gereja. Dan
sebisanya sampul
persembahan itu bukan
menjadi sebuah
pemaksaan bagi anggota
jemaat, karena ini bertujuan
untuk pelayanan Gereja
atau untuk Tuhan.
B. Temuan Penelitian
1. Berdasarkan Dokumentasi
2. Berdasarkan Observasi
pengembangan diri.
3. Berdasarkan Wawancara
sebagai berikut:
C. Pembahasan
sendiri tanpa mengetahui tugas, misi, dan fungsi dari Gereja itu
83
yang terjadi saat ini dimana para pendeta dan pelayan khusus
jemaat.
jemaat seperti tradisi yang selama ini berjalan, tapi juga ibadah
oleh jemaat dan bukan jemaat yang dilayani, itu karena Gereja
jemaat.
hanya itu saja, Gereja juga berarti sebuah gedung yang dimana
Sifat-sifat dari Gereja itu terdiri dari Gereja yang Esa, Kudus,
dunia.
87
Marinus Talambanua, Ilmu kateketik; Hakikat, Metode dan Katekese Gerejawi,
(Jakarta: Obor, 1999), h.4.
88
Homrighausen dan Dr. I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2014), h.109.
88
Manado?;
jemaat yang telah terpelihara sejak dahulu dan tidak ada usaha
kritis sama sekali. Dampak yang terjadi adalah di mana saat ini
untuk Tuhan.
tidak bisa di rubah, sakral atau suatu idee fixe. Adapun yang
89
Idée fixe menurut Nietzsche merupakan pengagungan dang pengekalan
sebuah sebab akhir, yang adalah manifestasi kebutuhan manusia akan pegangan. Dimaa
Nietzsche, fiksasi dalam sains adalah salah satu ujud di antara sekian banyak ujud
lainnya dari kekonyolan dan ketidakberanian manusia hidup apa adanya di depan realitas
seadanya yang fluktuatif. Kata ini berasal dari idée Prancis [i.de], "ide" dan fixe [fiks], "fix.
Pola berfikir yang menganggap suatu hal itu salah, apabila tidak sejalan dengan nilai
yang dipercayainya atau tidak baku. Sains sebagai sebuah representasi sebuah idee fixe,
menggambarkan bahwa segala sesuatu harus diteliti secara ilmiah dan obyektif. A. Setyo
Wibowo, Gaya Filsafat Nietzsche, (Yogyakarta: PT Kanisius, 2017), hh.224-228.
92
Dua Manado.
segala tata aturan yang dibuat dan setelah itu membuat nilai
baru atau aturan baru yang sesuai dengan konteks jemaat pada
tertentu, dan aturan atau nilai itu tidak menjadi baku tapi akan
jemaat itu sendiri. Agar supaya tujuan dan tugas dari Gereja itu
dan juga persembahan syukur lain yang berasal dari hasil kerja
95
PENUTUP
A. Kesimpulan
kepada terang Kristus. Namun bukan hanya itu saja, Gereja juga
sebagai tubuh Kristus yang terdiri dari seluruh umat pilihan Allah.
Gereja itu pun harus terdiri dari Gereja yang Esa, Kudus, Katolik
dan Apostolik. Gereja pun memliki tugas di tengah dunia ini yakni,
jemaat akan arti dari Diakonia itu sendiri yang telah di selewengkan
96
97
adalah sebuah hal yang tidak bisa di rubah dan sakral. Tidak
segala nilai dan aturan yang telah ada dan yang terus berjalan
sampai hari ini. Di mana nilai-nilai atau aturan yang tidak sesuai
menjadi baku, namun nilai dan aturan itu harus bersifat dinamis,
B. Saran
jemaat yang ada. Hal ini bertujuan untuk menggapai visi GMIM,
yaitu “GMIM yang Kudus, Am, dan Rasuli”. Hal ini juga berdampak
tentang Gereja itu sendiri, yang dimana pada saat ini sudah banyak
cerminan dari sejatinya diri para pimpinan jemaat dan kinerja yang
dapat lebih kritis lagi sebagai anggota jemaat. Hal ini bertujuan
101
102
Van Niftrik, G.C., Boland, B.J., Dogmatika Masa Kini, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2001.
Walz, Edgar, Bagaimana Mengelola Gereja Anda, Jakarta: Gunung Mulia,
2006.
Wibowo, A. Setyo, Gaya Filsafat Nietzsche, Yogyakarta: Kanisius, 2017.
JURNAL
Kalimah: Jurnal Studi Agama-Agama dan Pemikiran Islam, Konsep Tuhan
Nietzsche dan Pengaruhnya terhadap Pemikiran Liberal, ed. Moh.
Muslih dan Haryanto, Vol. 16 No. 2, 2018.
REFERENSI
Browning W.R.F, Kamus Alkitab, Cet. Ke- 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2007.
Ketetapan Persidangan Sinode GPIB XIX, Pokok-Pokok Kebijakan Umum
Panggilan dan Pengutusan Gereja (PKUPPG), Buku II, Jakarta,
2010.
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, Dokumen Keesaan Gereja
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (DKG-PGI): Keputusan
Sidang Raya XIV PGI, Wisma Kinasih, 29 November - 5 Desember
2004, Jakarta: Gunung Mulia, 2006.
Tim penyusun, Tata Gereja 2007 dan Adendum 2012, Tomohon: BPMS
GMIM, 2013.
INTERNET
https://kbbi.web.id/aforisme, diakses pada Rabu, 20 Mei 2020, Pukul
15.00 WITA.
https://kbbi.web.id/gereja. Definisi tentang gereja ini di akses pada
Minggu, 26 April 2020, Pukul 02.35 WITA.
https://www.gmim.or.id/pengakuan-iman-gmim-panjang/bab-iv-gereja/.
Halaman ini diakses oleh peneliti pada Kamis, 30 April 2020, Pukul
15.00 WITA.