Anda di halaman 1dari 46

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/325908025

Metodologi Penelitian Pendidikan Teologi

Book · August 2016

CITATIONS READS

3 20,422

1 author:

Hengki Wijaya
Sekolah Tinggi Filsafat Jaffray Makassar
176 PUBLICATIONS   205 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

writing article about Stop Narkoba View project

Ilmu Pendidikan View project

All content following this page was uploaded by Hengki Wijaya on 29 June 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


METODOLOGI
PENELITIAN
PENDIDIKAN TEOLOGI

Tim Dosen STT Jaffray


Editor: Hengki Wijaya, M.Th

SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY


2016

i
ISBN: 978-602-14128-6-2

METODOLOGI PENELITIAN
PENDIDIKAN TEOLOGI

Oleh: Tim Dosen STT Jaffray


Hengki Wijaya, M.Th (Editor)

©2016 Sekolah Tinggi Theologia Jaffray


Jalan Gunung Merapi No. 103 Makassar, 90114
Sulawesi Selatan, Indonesia
Telepon : 0411-3624129
E-mail : sttjaffray@yahoo.com
Website : www.sttjaffray.ac.id

Setting/layout &
Desain sampul : Queency Ch. Wauran, S.Th

Dilarang mereproduksi sebagaian atau seluruh isi buku ini


tanpa izin tertulis dari penulis dan penerbit.

ii
KATA PENGANTAR

S
egala pujian dan hormat serta pengagungan
kupanjatkan kepada Tuhan Yesus yang telah
memberikan segala limpahan kasih karunia-Nya
sehingga buku ajar ini dapat diselesaikan dengan baik.

Metodologi penelitian pendidikan teologi adalah salah


satu buku dari sekian banyak buku ajar yang pernah ada
yang memberikan teori dan penjelasan serta contoh
praktis untuk mengajarkan metode penelitian dan juga
cara memulai menulis makalah, skripsi, tesis dan disertasi
serta dipublikasikan ke dalam jurnal ilmiah.

Ucapan terima kasih kepada tim penerbitan STT


Jaffray yang telah membantu pengetikan naskah dan
kepada tim dosen STT Jaffray atas tulisan mereka dalam
buku ajar ini di mana mereka adalah tim dosen yang
mengajarkan tentang metodologi penelitian pada program
pascasarjana dan program doktor. Terima kasih kepada
Bapak Pdt. Dr. Daniel Ronda, Bapak Pdt. Dr. Peniel C.D.
Maiaweng, dan Bapak Pdt. Made Astika, Ph.D atas
sumbangsih tulisannya dalam buku ajar ini. Kiranya buku
ajar ini bermanfaat bagi mahasiswa dalam berkarya pada
penelitian akhir mereka dan memudahkan dalam
pembuatan makalah sebagai tugas akhir perkuliahan.
Tuhan Yesus memberkati.

Makassar, 25 Januari 2016

Hengki Wijaya, M.Th (Editor)

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

PENGANTAR METODOLOGI PENELITIAN 1

STRUKTUR PENULISAN KARYA ILMIAH


KAJIAN BIBLIKA 39

METODE PENELITIAN:
POPULASI DAN SAMPLING 51

TEKNIK PENGUMPULAN DATA 67

PLAGIARISME DALAM PENELITIAN 83

STATISTIKA PENELITIAN 91

STRUKTUR PENULISAN SKRIPSI, TESIS


DAN DISERTASI 101

STRUKTUR PENULISAN JURNAL JAFFRAY 151

KEPUSTAKAAN 155

LAMPIRAN 157

iv
PENGANTAR METODOLOGI
PENELITIAN
Dr. Daniel Ronda

Pendahuluan

Melakukan penelitian adalah proses di mana


manusia mencari kebenaran empiris. Banyak cara
yang dipakai manusia dalam mendapatkan
kebenaran. Hal itu meliputi: 1) Wahyu (Penyataan);
2) Otoritas; 3) Asumsi; 4) Melakukan penelitian; 5)
Akal; 6) Intuisi.
Dalam konteks masyarakat modern, maka
penelitian dipakai untuk mendapatkan kebenaran.
Penelitian menjadi sangat penting untuk
mendapatkan informasi yang benar dan valid
sehingga hasil penelitian dapat digunakan dalam
konteks di mana manusia itu berada. Bila penelitian
dilakukan dalam konteks gereja, maka hasil
penelitian berguna untuk meningkatkan kinerja
pelayanan gereja itu sendiri. Penelitian ini berguna
untuk mendapatkan gambaran dan umpan balik dari
anggota jemaat terhadap pengembangan pelayanan
gereja. Hal yang sama dapat dilakukan di masyarakat
dengan melakukan penelitian yang menolong
meningkatkan pelayanan gereja secara menyeluruh
yang bermanfaat bagi masyarakat.

1
Penerapan Metodologi Penelitian Sosial dalam
Studi Teologi

Pembahasan dalam materi ini lebih


menitikberatkan penelitian sosial dan penggembalaan
gereja karena persoalan di dalam gereja erat
kaitannya dengan masalah sosial dalam masyarakat.
Bahkan penelitian di jemaat sendiri bisa diterapkan
metode penelitian sosial ini. Untuk kajian filosofis,
historis, naskah, maka dianjurkan untuk memakai
pedoman penulisan yang ditulis oleh Anton Bakker
dan Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian
Filsafat (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1990).

Etika Penelitian

Setiap peneliti wajib menaati kaidah-kaidah


penelitian terutama yang bersangkutan dengan kode
etik seorang peneliti:
1. Bidang yang diteliti merupakan bidang yang sesuai
dengan keahlian peneliti. Jadi peneliti menguasai
subjek dari penelitian.
2. Semua informasi yang diterima harus
dirahasiakan baik nama pemberi informasi
maupun catatan-catatan informasi yang diberikan
apapun risiko yang harus dihadapinya.
3. Responden tidak boleh dilibatkan untuk
bertanggung jawab atas resiko laporan hasil
penelitian. Hasil penelitian adalah tanggung jawab
dari si peneliti.
4. Peneliti yang baik tidak akan memaksakan
responden untuk menjawab informasi, karena
pemberian informasi tidak boleh dilakukan di
bawah tekanan. Semua informasi bersifat sukarela
dan dilakukan dengan kesadaran penuh.

2
5. Jangan melakukan rekayasa hasil penelitian
dengan mengatasnamakan responden. Informasi
dari responden sama sekali tidak boleh dirubah.
Rekayasa yang bertujuan untuk mengikuti asumsi
peneliti adalah sebuah kejahatan penelitian itu
sendiri karena sejatinya bertentangan dengan
prinsip mencari kebenaran secara objektif. Lihat:
Husaini Usman, dan Purnomo Setiady Akbar,
Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara
2008), 3.

Penelitian Teologi dan Sosial dalam Gereja dan


Masyarakat

Di dalam melakukan penelitian perlu diketahui


macam-macam penelitian sosial dan teologi.
Bidang : Sosial dan teologi.
Tempat : Perpustakaan dan lapangan (gereja, suku
budaya, masyarakat).
Tujuan : Pendalaman (eksplorasi), mengamati
perkembangan (developmental), menguji teori
(verifikasi).
Jenis : Historis faktual mengenai tokoh, historis-
faktual mengenai naskah atau buku, historis faktual
mengenai teks naskah, mengenai suatu konsep
sepanjang sejarah, komparatif, pandangan filosofis di
lapangan, sistematis reflektif, mengenai masalah
aktual, korelasi, studi kasus.
Metode : Kuantitatif dan kualitatif.
Logika : Deduktif (dari umum ke khusus) dan
induktif (dari khusus ke umum).

3
Beberapa Istilah dalam Penelitian Ilmiah

Di dalam penelitian ilmiah ada beberapa


komponen ilmu yang harus ada di dalam
pengembangan ilmu itu.
1. Fenomena: Gejala, fakta atau kejadian yang
ditangkap oleh indra manusia.
2. Konsep: Gejala, fakta atau kejadian yang diserap
indra manusia dan kemudian diabstraksikan
dengan nama, lambang atau simbol, dan istilah-
istilah. Jadi konsep adalah bentuk
penyederhanaan dari fenomena.
3. Istilah: Nama dan lambang diberi persepsi yang
sama.
4. Definisi: Istilah yang dijelaskan secara khusus
dalam kalimat yang mengungkapkan makna
secara menyeluruh.
5. Pengertian: Definisi yang dijelaskan secara
khusus.
6. Fakta yaitu hubungan-hubungan yang telah
ditemukan dan ditunjang data empiris.
7. Proposisi: Hubungan antar faktor atau konsep
yang dapat dinilai benar atau salah.
8. Teori: Jalinan fakta atau konsep yang terkait
secara sistematis dengan definisi dan proposisi
sehingga dapat menjelaskan gejala. Peran dari
teori adalah: Pertama, sebagai orientasi; kedua,
sebagai konseptualisasi dan klasifikasi; ketiga,
sebagai generalisasi; keempat, sebagai peramal
fakta; kelima, untuk menunjukkan kesenjangan
dalam pengetahuan kita.
9. Hukum atau dalil: Teori yang sudah teruji dan
bertahan.
10. Asumsi dasar: Disebut juga postulat, yaitu fakta
yang tidak perlu lagi diuji kebenarannya; asumsi
yang menjadi pangkal dalil yang dianggap benar

4
tanpa perlu membuktikannya; anggapan dasar;
aksioma.
11. Hipotesis: Rumusan proposisi untuk diuji secara
empiris atau pernyataan sementara yang perlu
diuji kebenarannya secara empiris. Empiris:
berdasarkan pengalaman (terutama yang
diperoleh dari penemuan, percobaan,
pengamatan yang telah dilakukan).
12. Definisi operasional: Petunjuk tentang bagaimana
suatu variabel diukur.
13. Variabel: Sebuah konsep yang mempunyai variasi
nilai.
Dari semua istilah-istilah di atas, maka dalam
penelitian sosial/teologi ada beberapa hal yang perlu
diperluas pengertiannya:
1. Konsep
Penggambaran secara abstraksi suatu gejala
sosial atau gejala alamiah. Contoh, gambaran tentang
prestasi kerja disebut konsep produktivitas,
menggambarkan pelayanan gembala disebut konsep
penggembalaan. Jadi konsep merupakan generalisasi
dari sekelompok gejala tertentu sehingga dapat
dipakai menggambarkan gejala yang sama. Konsep
dalam ilmu sosial biasanya umum dan abstrak
sehingga sukar diukur kepastiannya. Seperti konsep
penggembalaan yang efektif berbeda dari satu daerah
ke daerah lainnya, walaupun ada kesamaan.
2. Proposisi
Pernyataan tentang hubungan antara dua konsep
atau lebih. Misalnya, hubungan antara gembala
dengan jemaatnya merupakan salah satu penentu
suksesnya penggembalaan.
3. Teori
Sebuah set konsep yang berhubungan satu
dengan yang lainnya, suatu set yang mengandung
suatu pandangan sistematis dari gejala. Teori

5
merupakan informasi ilmiah yang didapat dengan
cara meningkatkan abstraksi pengertian maupun
hubungan proposisi.
Teori menunjukkan hubungan antara fakta-
fakta. Fakta didapat atau dibuktikan secara empiris.
Fungsi dari teori adalah: 1) mengarahkan perhatian
atau untuk menerangkan; 2) merangkum
pengetahuan; 3) meramalkan fakta; 4) memeriksa
gejala.
Teori berhubungan dengan fakta, karena teori
mengungkapkan fakta baru dan sebaliknya fakta
melahirkan teori. Beberapa fungsi dari fakta: 1)
menolak teori yang sudah ada sebelumnya; 2)
menghasilkan teori baru; 3) mempertegas atau
mempertajam teori yang sudah ada.
4. Variabel
Sebuah konsep yang mempunyai nilai. Misalnya,
seks adalah variabel karena memiliki nilai laki-laki
dan perempuan. Hal lain misalnya, berat badan,
tinggi badan, umur, pendidikan, golongan, jenis
kelamin, status perkawinan, jenis pekerjaan.

Kerangka Penelitian

Di dalam setiap buku penelitian ada banyak


sekali model kerangka penelitian. Tetapi di dalam
setiap penelitian sosial/teologi selalu memakai
prinsip:
1. Perumusan masalah
2. Penyusunan kerangka teori dan pengajuan
hipotesis.
3. Metodologi penelitian.
4. Hasil penelitian dan pembahasan.
5. Kesimpulan, diskusi, implikasi, dan saran.
Kerangka penelitian ini akan diuraikan secara
rinci pada bagian berikutnya.

6
Perumusan Masalah Penelitian

Langkah pertama dalam penelitian adalah


mengemukakan masalah. Masalah itu didapat dari
pengamatan karena terjadinya kesenjangan antara
sesuatu yang diharapkan dan sesuatu kenyataan.
Artinya terdapat ketidaksesuaian antara yang
didambakan dan fakta yang ada.
Harus disadari bahwa masalah biasanya
berkaitan satu dengan yang lainnya. Jadi sesuatu
disebut masalah bila ada dalam konteks sesuatu,
misalnya konteks gereja, teologis, sosial
kemasyarakatan, dan sebagainya. Misalnya, malas
bekerja di rumah bukan masalah, tetapi malas di
kantor sehingga terjadi kemerosotan produktivitas
kerja baru menjadi masalah karena konteks sebuah
lembaga telah dipengaruhinya.
Masalah biasanya tidak akan pernah habis,
karena bila diselesaikan yang satu akan muncul
masalah baru. Itulah penelitian yang tidak pernah
berkesudahan.
Beberapa pokok dalam mengajukan masalah:

1. Latar Belakang Masalah


Dalam latar belakang masalah harus diceritakan
mengapa kita memilih masalah tersebut untuk
diteliti, yaitu menjelaskan apa yang telah kita
ketahui, serta situasi yang melatarbelakanginya.
Misalnya, kita ingin meneliti adakah hubungan
antara efektivitas kepemimpinan gembala dengan
peningkatan jumlah anggota jemaat. Maka peneliti
mulai menjelaskan pentingnya kepemimpinan
gembala dalam upaya meningkatkan kuantitas
jemaat dalam suatu gereja.

7
2. Identifikasi Masalah
Dalam skripsi seringkali juga disebut sebagai
“pokok masalah”. Dalam hal ini perlu diidentifikasi
yang menjadi objek masalah. Ini adalah penting
untuk menguasai suatu masalah yaitu dengan
mengenal masalahnya. Dengan kata lain, ini adalah
suatu tahap awal dalam penguasaan masalah di
mana suatu objek tertentu dalam situasi tertentu
dapat kita kenali sebagai suatu masalah.
Tujuan identifikasi masalah adalah agar peneliti
maupun pembaca mendapatkan fokus masalah yang
berhubungan dengan judul penelitian.
Ada beberapa kesulitan dalam membuat
identifikasi masalah. Pertama, kemiskinan material
yaitu mencari apa yang akan menjadi masalah.
Kedua, kemiskinan metodologis yaitu bagaimana
memecahkan masalah.
Jalan keluarnya adalah: 1) jadilah spesialis
dalam bidang yang diminati; 2) bersikap kritis dalam
membaca, mendengar, dan berpikir; 3) ungkapkan
kembali gagasan-gagasan dan penelitian-penelitian
yang terkini.
Praktik menemukan masalah!
Apa saja masalah yang ditemui dalam
penggembalaan:
1. Khotbah gembala kurang menarik.
2. Gembala kurang berkunjung.
3. Diskusikan…. (untuk latihan)
Dengan memerhatikan contoh di atas, maka
dibuatlah identifikasi masalah:
1. Adakah upaya perkunjungan yang efektif dalam
gereja?
2. Apakah terdapat hubungan antara
kepemimpinan gembala dengan peningkatan
jumlah kuantitas anggota gereja?

8
3. Pembatasan Masalah
Masalah yang diteliti biasanya sangat kompleks
dan luas, sehingga perlu dibatasi. Namun
dibatasinya penelitian harus didasarkan alasan yang
tepat, baik secara teori maupun praktis.
Pembatasan masalah ialah usaha untuk
menetapkan batasan-batasan dari masalah
penelitian. Tujuannya untuk memberikan identifikasi
secara jelas mana yang termasuk lingkup masalah
penelitian dan mana yang bukan.
Misalnya, efektivitas kepemimpinan gembala
maka fokusnya adalah efektivitas. Lalu sisi efektivitas
yang mana diteliti, apakah manusianya, budaya
kerja, atau organisasi, etos kerjanya, dan lainnya.
Jadi pembatasan masalah untuk memfokuskan
pada penelitian, sehingga rumusan masalah menjadi
jelas.
Sejauh mana pembatasan masalah itu? Faktor
yang menjadi membatasi adalah: 1) peneliti sendiri;
2) pembimbing penelitian atau konsultan; 3)
pendukung dana yaitu yang menyumbangkan dana
penelitian.
Ada beberapa pertimbangan dalam membatasi
masalah:
(1) Manageable: Peneliti mampu melaksanakan
penelitian. Dalam hal ini peneliti harus melakukan
penelitian sesuai dengan kemampuannya di mana
dia harus mempertimbangkan kemampuannya, dana
dan tenaga pendukungnya, ada pembimbing, dan
ada yang mendukung.
(2) Obtainable problems: Permasalahan yang telah
dibatasi dapat diuji berdasarkan data-data yang bisa
didapat di lapangan. Di sini peneliti harus
mempertimbangkan kemudahan dalam mengakses
data dari sumber data, menguasai teknik
pengumpulan data, adanya bahan bacaan yang

9
cukup sehingga mampu menghasilkan hipotesis yang
akurat, dan juga kendala-kendala manusia di
lapangan.
(3) Significance problems: Masalah yang dibahas itu
memiliki nilai untuk diteliti, yaitu ada unsur
berharga, penting, serta aktual. Yang dimaksud
adalah patut untuk mempertimbangkan bahwa hasil
penelitian itu penting bagi keilmuan dan dunia
praktis, tidak merupakan duplikasi penelitian, dan
kalau diulang karena ada alasan yang jelas.
(4) Interested problems: Yaitu masalah yang dibatasi
sesuai dengan minat peneliti. Jadi dalam bagian ini
peneliti harus mempertimbangkan minatnya dan
tidak karena alasan-alasan di luar dirinya seperti
hanya karena proyek, dan sebagainya.

4. Perumusan Masalah
Merumuskan masalah adalah suatu upaya
menyusun secara eksplisit pertanyaan-pertanyaan
penelitian yang perlu dicarikan jawabannya. Jadi
setelah mengidentifikasi masalah dan membatasi
masalah, maka perlu dirumuskan secara tersurat
dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara
lengkap dan rinci. Dengan merumuskan masalah
dengan tepat, sebenarnya setengah dari masalah
sudah terselesaikan, karena perumusan masalah
telah mengarahkan cara berpikir kita.
Perumusan masalah dapat dilakukan secara
deskriptif, komparatif, asosiatif: Contoh deskriptif:
Seberapa jauh efektivitas pelayanan perkunjungan di
gereja A? Seberapa tinggi nilai pemimpin/gembala
telah melaksanakan tindak lanjut keputusan tentang
perkunjungan di gereja A?
Contoh komparatif: Bagaimana perbedaan pelayanan
perkunjungan di gereja A dengan di gereja B? Apakah
terdapat perbedaan efektivitas perkunjungan di

10
gereja A dengan di gereja B? Contoh asosiatif: Apakah
terdapat hubungan antara perkunjungan dengan
kepemimpinan gereja? Bagaimana hubungan antara
perkunjungan dengan kepemimpinan? Adakah kaitan
antara perkunjungan dengan kepemimpinan?

5. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian perlu dinyatakan secara
tertulis. Maksud membuat tujuan penelitian adalah
membuat pernyataan tentang apa yang hendak
dicapai dalam penelitian, sehingga pembaca dapat
mengetahui maksud dari penelitian ini.
Tujuan penelitian dapat dibagi dua yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus. Tujuan umum adalah
penjelasan yang bersifat gambaran umum atas
konsep-konsep, sedangkan tujuan khusus membuat
konsep-konsep lebih spesifik. Pembuatan tujuan
penelitian harus berpedoman pada perumusan
masalah yang sudah dibuat.

6. Kegunaan Penelitian
Ini bisa disamakan dengan manfaat penelitian.
Perlu dijelaskan dalam penelitian kegunaan
penelitian yang dibagi menjadi dua yaitu kegunaan
yang bersifat teori dan kegunaan praktis. Kegunaan
teori yaitu diharapkan hasil penelitian memberikan
sumbangan pengembangan konsep-konsep, teori-
teori. Kegunaan praktis yaitu kegunaannya
disebutkan untuk siapa. Misalnya, berguna bagi para
gembala, mahasiswa teologi, dan sebagainya.

Penyusunan Kerangka Teori dan Hipotesis

Kerangka teori meliputi dua hal: (1) deskripsi


teori dan pembahasan penelitian yang pernah ada
yang relevan dengan topik penelitian; (2) kerangka

11
berpikir teori yang diperoleh dari kajian teori yang
digunakan.

1. Deskripsi Teori dan Pembahasan Terhadap


Penelitian Sebelumnya
Pada bagian ini dibahas deskripsi dan kajian
teori-teori yang relevan. Bisa juga mengadakan
interaksi atas keunggulan satu teori dengan yang
lainnya, dan mana yang menurut kita dapat menjadi
acuan.
Juga dibahas hasil penelitian sebelumnya yang
relevan dengan masalah penelitian yang kita ajukan.
Tentu kita harus menjelaskan bahwa penelitian
sebelumnya belum menjawab apa yang menjadi
permasalahan yang kita ajukan. Usahakan untuk
mencari sumber aslinya (primer), dan jangan hanya
mengutip dari sumber kedua. Penelitian yang
dipublikasikan ke dalam jurnal nasional dan
interasional sangat membantu untuk mendapatkan
kebaruan penelitian.
Sebagai contoh bila kita mengajukan masalah
tentang perkunjungan dan hubungannya dengan
pertumbuhan gereja, maka yang pertama dibahas
adalah apakah hakikat dan karakteristik dari
perkunjungan itu. Secara teori bagaimana
perkunjungan yang baik itu dilaksanakan?
Lalu langkah selanjutnya adalah mencoba
mengidentifikasi hubungan antara perkunjungan dan
pertambahan jemaat. Misalnya mencari faktor-faktor
penunjang ataupun penghambat efektivitas
perkunjungan jemaat.

2. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir disusun berdasarkan deskripsi
teori di atas yaitu hasil dari tinjauan pustaka dan
penelitian sebelumnya. Isi dari kerangka berpikir

12
adalah suatu penjelasan sementara terhadap gejala
yang menjadi objek masalah. Jadi ini merupakan
argumentasi di dalam merumuskan hipotesis.
Argumentasi kerangka berpikir dalam penelitian
sosial biasanya memakai logika deduktif (dari umum
ke khusus). Dalam penelitian teologis, maka dipakai
juga logika induktif. Kerangka berpikir juga tidak
boleh merupakan jiplakan dari yang lain, tetapi
harus merupakan buatan sendiri. Kerangka berpikir
itu harus bersifat analitis, sistematis, dan memakai
teori yang relevan.
Dalam menyusun kerangka berpikir maka:
a. Teori yang dipakai haruslah dikuasai dan juga
merupakan teori yang terakhir. Dijelaskan
mengapa kita memilih memakai suatu pendekatan
dan bukan dengan pendekatan yang lain.
b. Analisis filosofis dari teori harus dibahas secara
tersurat dengan menyebutkan asumsi dan prinsip
yang mendasarinya.

Dengan demikian maka argumentasi dari


kerangka berpikir dapat dipertanggungjawabkan dan
melahirkan kesimpulan. Kesimpulan inilah yang kita
sebut dengan rumusan hipotesis. Misalnya,
berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa jika perkunjungan
ditingkatkan, maka tampak adanya penambahan
jumlah dan mutu anggota jemaat. Jadi terdapat
relasi atau keterkaitan secara positif antara
perkunjungan dan jumlah jemaat.

Kesalahan yang harus dihindari dalam menyusun


landasan teori:
1) Peneliti melakukan pengkajian secara tergesa-
gesa.

13
2) Hanya mengandalkan data atau sumber
sekunder (secondary resources).
3) Membaca hasil penelitian dengan hanya
memerhatikan hasilnya, dan bukan metode dan
cara mengukurnya.
4) Tidak memerhatikan hasil penelitian yang
dilakukan majalah atau surat kabar.
5) Tidak mampu membuat batas masalah dalam
menerapkan penggunaan kepustakaan.
6) Mencatat data bibliografi tidak benar sehingga
tidak dapat dipakai sebagai referensi.
7) Memakai bahan bacaan yang tidak sesuai dengan
objek permasalahan.

Catatan: perlu diperhatikan bahwa kerangka teoritis


dan kerangka berpikir dapat disatukan agar tidak
terjadi pengulangan. Jadi tujuan penyatuan supaya
membawa pemaparan landasan teori ke arah berpikir
yang argumentatif.

3. Asumsi
Di dalam menyusun landasan teori dan kerangka
berpikir, maka perlu dibuat asumsi, postulat, dan
prinsip. Asumsi ini harus dilakukan karena tidak
boleh ada perbedaan antara asumsi peneliti dan
pembaca hasil penelitian, karena tidak akan
diterimanya hasil penelitian.
Asumsi adalah pernyataan yang dapat diuji
kebenarannya secara empiris. Postulat adalah
pernyataan yang kebenarannya tidak perlu diuji, dan
prinsip adalah pernyataan yang berlaku umum bagi
gejala tertentu dan mampu menjelaskan gejala yang
terjadi.
a. Asumsi bersifat operasional sehingga menjadi
dasar bagi pengkajian teori.

14
b. Asumsi menyatakan yang sebenarnya dan bukan
seharusnya.
c. Asumsi harus sejajar dengan teori yang dipakai.
d. Asumsi harus ditulis secara tersurat.

Mengapa kita menggunakan teori partisipatif dan


bukan teori koersif (kekerasan) dalam perkunjungan?
Asumsinya adalah bahwa manusia memiliki
kebutuhan untuk dilayani. Asumsi lain bahwa Tuhan
mengasihi orang yang terhilang, sehingga perlu
dilakukan perkunjungan.

4. Perumusan Hipotesis
Seperti sudah disampaikan, bahwa kesimpulan
dari kerangka berpikir adalah hipotesis yaitu
kesimpulan yang merupakan jawaban sementara
terhadap masalah penelitian. Jadi hipotesis adalah
pernyataan sementara terhadap rumusan penelitian
dan itu didapat dari landasan teori yang dibahas.

Kegunaan hipotesis (kutipan):


1) Memfokuskan masalah.
2) Mengidentifikasikan data-data yang relevan
untuk dikumpulkan.
3) Menunjukkan desain penelitian, termasuk teknik
analisis yang akan digunakan.
4) Menjelaskan gejala sosial.
5) Mendapatkan kerangka penyimpulan.
6) Merangsang penelitian berikutnya.
Kriteria perumusan masalah (kutipan):
1) Harus menyatakan pertautan dua variabel atau
lebih.
2) Harus jelas, tidak membingungkan, dan dalam
bentuk deklaratif (pernyataan).
3) Harus dapat diuji secara empiris, artinya
seseorang mengumpulkan data yang tersedia di

15
lapangan guna menguji kebenaran hipotesis
tersebut.
Jenis hipotesis:
1) Hipotesis penelitian (hipotesis alternatif) atau
hipotesis kerja. Biasanya ditandai dengan
pernyataan: “terdapat hubungan” atau “terdapat
perbedaan”.
2) Hipotesis nol sama dengan hipotesis statistika
yaitu berupaya menemukan ketidakbenaran, yang
biasanya dimulai dengan kata “tidak terdapat
hubungan” atau “tidak terdapat perbedaan.”

Penetapan hipotesis harus berhubungan dengan


rumusan masalah yang diangkat. Contoh: Husaini
Usman, dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi
Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara 2008), 39-40.

Setelah mendapatkan rumusan masalah dan


hipotesis, maka baru dapat dibuat judul dengan
tepat. Judul pada dasarnya dibuat sebelum
penelitian. Tetapi penetapan judul secara pasti baru
dapat dibuat secara pasti setelah diketahui rumusan
masalahnya. Atau dapat juga dilakukan setelah
selesai melakukan observasi kepustakaan, baik
secara teori maupun tinjauan lapangan. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam pembuatan judul (Husaini
Usman, dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi
Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara 2008), 41):
1. Judul harus merupakan keseluruhan isi yang
terdapat di dalam tulisan.
2. Perumusan kalimat dalam judul harus sederhana
dan jelas maksudnya.
3. Judul memakai kalimat pernyataan dan bukan
kalimat tanya.
4. Judul harus singkat dan biasanya diharapkan
maksimal 10 kata. Tetapi ingat nama instansi atau

16
lembaga dianggap satu kata seperti Sekolah Tinggi
Theologia Jaffray, Gereja Kemah Injil Indonesia
Jemaat Sintang.
5. Judul harus memakai bahasa Indonesia yang baik,
benar dan baku.
6. Objek dari judul harus jelas.

Langkah berikut dalam penelitian adalah


membahas tentang metode yang digunakan dalam
penelitian.
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Pada awal bagian ini perlu dijelaskan tentang di
mana penelitian dibuat atau dilaksanakan dan batas
waktu dimulai dan berakhirnya penelitian.
Tujuannya jelas bahwa penetapan ini bermanfaat
untuk membatasi daerah dan waktu dari variabel
yang diteliti sehingga bisa dipertanggungjawabkan.
Dan memberikan ruang gerak bagi yang lain untuk
melakukan penelitian di daerah dan waktu yang
berbeda.
B. Metodologi Penelitian
Di dalam metodologi penelitian, kita menjelaskan
bagaimana penelitian itu dilakukan.
Ada beberapa istilah yang perlu dijernihkan: 1)
Metode adalah prosedur atau cara mengetahui
sesuatu yang memiliki langkah-langkah yang
sistematis; 2) Metodologi adalah suatu pengkajian
dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu
metode.
Pada bagian ini akan dipaparkan beberapa hal
yang menjadi metodologi penelitian:
1. Penentuan variabel pokok
2. Penentuan populasi dan sampel
3. Penentuan teknik pengumpulan data
4. Instrumen penelitiannya
5. Teknik analisis data

17
C. Penentuan Variabel Pokok
Pada bagian ini dibuat variabelnya yaitu variabel
independen dan dependennya berdasarkan hipotesis
yang diajukan. Setelah itu jelaskan pelaksanaan
pengukuran variabelnya, yaitu pemakaian skala
pengukuran dan cara mengukurnya. Contoh: kinerja
lembaga STT Jaffray dengan tingkat kepuasan
mahasiswa.
D. Penentuan Populasi dan Sampel
Di dalam penentuan populasi dijelaskan secara
tersurat jumlah keseluruhan objek yang diteliti baik
secara kuantitas ataupun kualitas. Yang dimaksud
dengan jumlah keseluruhan adalah hasil
perhitungan ataupun pengukuran. Misalnya bila
hendak meneliti mahasiswa STT Jaffray, maka yang
disebut populasi adalah seluruh mahasiswa tanpa
terkecuali. Dengan mengetahui populasi, maka dapat
ditetapkan besarnya sampel, di mana sampel diambil
dari populasi yang ada.
Populasi dapat bersifat homogen atau heterogen,
dan bisa terbatas dan tak terbatas. Bila seluruh
populasi diteliti, maka populasi disebut sampel total.
Pengambilan sampel harus memakai rumus, grafik,
dan tabel yang sudah baku. Lihat Sumanto,
Metodologi Penelitian Sosial Penelitian (Yogyakarta:
Andi offset, 1995), 23.
Penelitian dapat dilakukan dengan penelitian
populasi, artinya seluruh subjek dalam lingkup
penelitian harus dijadikan subjek penelitian.
Sedangkan sifat penelitian sampel adalah hanya
sebagian subjek penelitian yang dipilih karena dapat
dianggap mewakili keseluruhan. Tentu ada
pertimbangan biaya, tenaga dan waktu sehingga
hanya sebagian populasi yang diteliti.

18
Bagaimana menetapkan besarnya sampel:
Pada prinsipnya tidak dapat ditentukan jumlah
dari sampel yang baik. Umumnya diakui bahwa
semakin banyak sampel, semakin representatif hasil
penelitian. Tidak ada pedoman pasti jumlah
minimum sampel dari populasi yang ada. Namun ada
pertimbangan dalam menentukan besar dan kecilnya
sampel:
1. Adanya derajat kesamaan populasi yang diteliti
2. Ketelitian hasil penelitian yang dikehendaki
3. Perlu mempertimbangkan waktu, tenaga, dan
biaya.

Memang jumlah sampel minimum yang


diperlukan tergantung dari penelitian itu sendiri.
Untuk penelitian deskriptif minimal 10% dari
populasi, penelitian korelasi memakai 30 subjek,
penelitian kausal-komparatif – 30 subjek per
kelompok, penelitian eksperimen – 50 subjek per
kelompok (Sumanto, 28).

E. Teknik Pengambilan sampling/contoh (Teknik


Sampling)
Di dalam menentukan sampel dipakai teknik
sampling. Mengapa perlu memakai teknik sampling?
Ada beberapa tujuan: 1) memperkecil jumlah
populasi sehingga representatif dan dapat
dipertanggungjawabkan; 2) akan lebih baik dalam
penghitungan daripada yang banyak, serta dapat
terjangkau dari segi waktu, dana dan tenaga.
Kriteria yang dipakai dalam mengambil sampel:
1) tentukan daerah secara tepat; 2) jelaskan batasan
dari sifat populasi secara tegas; 3) jelaskan
karakteristik populasi; misalnya tentang suku Dayak,
maka bisa dicari dari perpustakaan karakteristik
suku Dayak itu (atau dari dokumen dan wawancara);

19
4) tentukan teknik sampling dan tentukan besaran
sampel sehingga tercapai maksud penelitian.

Ada 4 teknik pemilihan sampling acak (random


sampling):

1. Pemilihan sampling random (Random Sampling)


Proses pemilihan sampel secara acak, tetapi
semua orang dalam populasi mempunyai kesempatan
dan kebebasan yang sama terpilih sebagai sampel.
Misalnya, mahasiswa STT Jaffray didaftar lalu
dibuatkan nomor, dan kita tinggal melihat nomornya
lalu dipilih tanpa melihat namanya (tergantung
apakah kita mengenal populasi atau tidak).

2. Pemilihan sampling strata (Stratified Sampling)


Pemilihan sampel di mana dipilih subkelompok
yang diinginkan populasi sehingga terwakili atau
menjadi sampel yang representatif. Misalnya,
masalah usia, pendidikan, golongan (guru SD, SMP,
SMA), tingkatan, dan sebagainya. Pemilihan juga
dilakukan secara acak, tetapi dalam subpopulasi
yang diinginkan.

3. Pemilihan sampling cluster (Cluster Sampling)


Ini dinamakan teknik pemilihan sampel daerah
yaitu menentukan jumlah sampel berdasarkan
tersebarnya populasi di daerah, propinsi, kecamatan,
dan sebagainya. Juga bisa memakai lokasi gereja
yang berbeda. Misalnya ada 50 hamba Tuhan yang
mau diteliti di Makassar, maka dipilih gereja
sebanyak 10 gereja, maka tiap gereja dicari yang ada
5 hamba Tuhannya.

4. Pemilihan sampling sistematis (Systematic


Sampling)

20
Pemilihan sampel atau individu berdasarkan
daftar yang sudah ada pada suatu instansi atau
lembaga. Jadi peneliti tinggal memilih nama-nama
yang sudah ada.
Ada juga teknik pemilihan sampling non-random
1. Kuota sampling: sampel yang menekankan pada
jumlah kuantitas.
2. Purposive sampling: sampel dipilih berdasarkan
karakteristik tertentu seperti mahasiswa penerima
beasiswa.
3. Aksidental sampling: pemilihan sampel
berdasarkan teknik memilih siapa yang dijumpai,
seperti orang berbelanja di mall.

Kesalahan dalam sampel:


Biasanya kesalahan dalam pengambilan contoh
bukan terletak pada acaknya pengambilan sampel.
Tetapi kesalahan dilakukan secara sengaja dan
kesalahan umumnya dilakukan oleh peneliti sendiri.
Pengambilan contoh dilakukan dengan menggunakan
sukarelawan yang tidak mengerti prosedur penelitian.
Ini seringkali dipakai untuk penelitian. Misalnya,
dilarang mengambil contoh dari mahasiswa STTJ bila
mau meneliti jemaat. Tetapi karena terburu-buru,
ada saja yang menggunakannya. Ini harus
dilaporkan dalam penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data


Data di lapangan berfungsi sebagai bentuk
pengujian hipotesis yang telah diturunkan dari
kerangka teori/tinjauan pustaka. Pengumpulan data
yang bermetode disebut teknik pengumpulan data.
Logika yang dipakai dalam menganalisis data adalah
logika induktif.

Ada beberapa bentuk pengumpulan data:

21
1. Observasi
Yang dimaksud dengan observasi adalah
pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap fenomena yang hendak diteliti. Observasi
meliputi kegiatan fisik yaitu mata, telinga, dan juga
kegiatan psikologis di mana melibatkan
keingintahuan kita. Hal yang perlu dilakukan agar
observasi dapat berjalan dengan baik:
a. Amati data-data yang ada sebanyak-banyaknya.
b. Libatkan orang lain.
c. Mampu beradaptasi dengan cara ikuti kebiasaan
setempat, kurangi prasangka, miliki proyeksi.

Dalam observasi peneliti harus mengingat:


a. Buat catatan.
b. Gunakan media elektronik untuk merekam
gambar, suara, ataupun momen yang hendak
diamati.
c. Cari narasumber atau pengamat yang akan
memberikan persepsi.
d. Fokus kepada data yang diteliti.
e. Klasifikasikan fenomena dalam grupnya.
f. Gunakan bahan pustaka seperti buku untuk
menambah persepsi tentang objek yang diteliti.
Seperti meneliti suku Dayak, banyak diterbitkan
buku yang berkaitan dengan suku tersebut.

Pedoman dalam melaksanakan observasi:


a. Kuasai apa dan bagaimana itu observasi.
b. Sejajarkan dengan tujuan penelitian.
c. Buat catatan dengan sistematis menurut
kategorinya.
d. Observasi jangan terlalu banyak kategorinya,
cukup hal yang kecil namun efektif.
e. Pelihara hubungan dengan masyarakat yang
diobservasi.

22
f. Periksa alat bantu dan waktunya.

Jenis-jenis Observasi:
a. Observasi partisipatif
Peneliti terlibat langsung dalam objek yang diteliti.
Misalnya, Anda adalah pelayan Tuhan di suatu
gereja di mana gereja itu diteliti.
b. Observasi nonpartisipatif
Peneliti hanya menjadi “penonton” bagi objek yang
diamati.
c. Observasi sistematis
Peneliti sudah menyiapkan kerangka acuan hal-
hal yang akan diamatinya
d. Observasi eksperimental
Peneliti menyiapkan suatu suasana yang mirip
dengan aslinya, lalu diamati.

Alat bantu observasi:


a. Daftar riwayat kelakuan.
b. Catatan berkala.
c. Daftar catatan.
d. Pencatatan menurut tingkatannya.
e. Alat elektronik.

Tingkat keberhasilan observasi:


a. Bila berhasil meminimalisasi prasangka dan
keinginan pengamat.
b. Bila mengoptimalkan alat bantu observasi.
c. Bila mampu melibatkan orang lain dalam
pengamatan.
d. Bila mampu melihat hubungan sebab akibat.
e. Bila bisa mencatat dan membuat rekaman secara
teliti.
f. Bila pengamat telah memiliki persepsi yang cukup
tentang objek yang diamatinya.

23
Beberapa kesalahan dalam observasi:
a. Peneliti hanya memfokuskan kepada hal-hal yang
baik dari yang diamati, karena faktor relasi yang
baik.
b. Peneliti ingin memberikan keuntungan kepada
sesuatu yang diamati karena adanya maksud-
maksud tertentu.
c. Peneliti tidak mampu membedakan gejala yang
ada.

2. Wawancara
Wawancara adalah cara memperoleh data dengan
cara tanya jawab dengan tatap muka antara
pewawancara dengan responden. Bagaimana dengan
lewat telepon, teleconference? Bisa dilakukan
sepanjang terjadi dialog tanya jawab langsung.
Dalam wawancara dibuatkan panduan wawancara
yang pertanyaannya telah disiapkan sebelumnya.
Karakteristik wawancara: 1) umumnya responden
dan pewawancara belum saling mengenal; 2)
responden yang selalu menjawab, 3) dan
pewawancara yang selalu bertanya; 4) pertanyaan
selalu bersifat netral dan tidak menjuruskan kepada
jawaban yang diinginkan peneliti; 5) tanya jawab
berlangsung dengan panduan yang telah ditetapkan.
Alat bantu bisa dipakai dalam wawancara seperti
alat perekam, audio-video, dan alat yang lainnya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan teknik wawancara ini:
a. Tulis secara langsung hasil wawancara ke dalam
buku khusus atau rekaman langsung disalin
dalam kertas.
b. Setiap ada data baru dalam catatan buku khusus
diberi tanda. Data ini dipakai untuk konfirmasi
kepada responden berikutnya.

24
c. Suasana wawancara perlu dipelihara, sehingga
responden merasa nyaman dalam menjawab. Hal
yang perlu diperhatikan adalah waktu, tempat,
dan situasi yang dialami responden.
d. Wawancara biasanya selalu bersifat “bola salju”,
yaitu akan ada penambahan data setiap kali
bertanya. Biarkan saja itu terjadi sepanjang
dapat mengungkapkan data penelitian. Jadi perlu
keterbukaan.
e. Usahakan dalam wawancara dilakukan 2 orang,
di mana satunya mengajukan pertanyaan dan
menatap wajah responden dan satunya mencatat
apa yang dihasilkan. Jangan sibuk mencatat.
Cuma buat suasana seinformal mungkin dan
jangan tegang.

Ada beberapa cara dalam mengungkapkan


pertanyaan: 1) Jangan memakai kata sulit atau
memojokkan; 2) Jangan memakai pertanyaan yang
bersifat umum; 3) Jangan menggunakan pertanyaan
yang sifatnya mendua; 4) Jangan memakai kata yang
artinya samar-samar; 5) Tidak memakai pertanyaan
yang mengandung sugesti; 6) Jangan menggunakan
pertanyaan preasumsi; 7) Tidak boleh mengajukan
pertanyaan yang membuat orang malu.

Untuk wawancara etnografi, maka ada beberapa


pertanyaan yang bisa dipakai dalam melihat satu
suku, dan sebagainya. Lihat Sujarwo, Metode
Penelitian Sosial, (Bandung: Mandar Maju, 2001):
1. Pertanyaan Grand Tour
Pertanyaan yang bersifat umum, seperti dalam
pariwisata yaitu adanya pemandu. Jadi jawaban
bergantung pada pemandu.
a. Tipikal: Bagaimana Anda menceritakan,
bagaimana cara membuat perlengkapan ini?

25
b. Spesifik: Dapatkah Anda menceritakan hal-hal
yang terjadi tadi malam?
c. Terbimbing: Dapatkah Anda menceritakan
keadaan sekitar kantor ini?
d. Berhubungan dengan tugas: Dapatkah Anda
membuatkan sketsa tentang daerah ini?
2. Pertanyaan contoh
Minta responden untuk menjelaskan beberapa
contoh.
3. Pertanyaan pengalaman
Minta responden menceritakan beberapa
pengalamannya atas hal-hal yang diperbuatnya.
4. Pertanyaan bahasa asli
Dalam penelitian etnografi, responden bisa
menjawab dalam bahasa asli, untuk
mendapatkan rasa dari bahasa itu.

3. Kuesioner
Alat pengumpul data yang paling populer adalah
kuesioner atau angket. Alat ini digunakan untuk
mendapatkan informasi dari berbagai sasaran
penyelidikan di kelompok-kelompok. Jadi kuesioner
bukan untuk mendapatkan informasi hanya dari
satu atau dua orang, tetapi dari kelompok dalam
suatu gereja atau masyarakat.

Fungsi Kuesioner
Fungsi dari kuesioner setidaknya ada 2 yaitu: 1)
fungsi deskripsi atau untuk mendapatkan gambaran;
2) pengukuran untuk mendapatkan sikap-sikap dari
variabel-variabel yang diteliti.
Fungsi deskripsi adalah pengumpulan informasi
dengan menyebarkan kuesioner sehingga dapat
diberikan gambaran tentang ciri-ciri individu atau
kelompok. Misalnya peneliti akan mendapat
gambaran tentang jenis kelamin, usia, tahun

26
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, partai politik
yang dipilih, agama yang dianut, kumpulan-
kumpulan yang diikuti. Tujuannya untuk menolong
peneliti mendapatkan pengetahuan mengapa suatu
kelompok berperilaku tertentu, produktivitas kerja,
persaingan, dan sebagainya.
Fungsi ukuran adalah pengumpulan informasi
dengan menyebarkan kuesioner sehingga didapat
sikap-sikap, seperti: jarak sosial, persepsi tentang
kelompok, derajat, prasangka ras, kebebasan
seksual, keberagaman, kecemasan, kejelasan peran,
dan keterasingan.

Tipe Kuesioner
Tidak pernah ada kepastian soal batasan
kuesioner. Bisa hanya 2 pertanyaan, bisa juga 100
pertanyaan (bahkan 100 halaman). Tidak ada
penetapan jumlah minimal soal kuesioner. Setiap
peneliti bertanggung jawab menetapkan tujuan dan
mencapainya lewat ukuran yang telah ditetapkan.
a. Tipe respons yang diminta dapat dikategorikan
dengan kuesioner (1) tertutup; (2) terbuka; (3)
gabungan keduanya.
1) Yang dimaksud dengan kuesioner tertutup
adalah kuesioner yang pernyataan dan
pertanyaannya telah ditentukan oleh peneliti.
Ini diasumsikan bahwa peneliti sudah
memahami masalah yang ada dan ingin
mendapatkan gambaran atas sikap dari
kelompok yang diteliti.
2) Kusioner terbuka adalah pengajuan dengan
pertanyaan-pertanyaan, di mana responden
diminta untuk menjawab pertanyaan baik
jawaban pendek maupun jawaban panjang.
3) Kuesioner dapat menggabungkan keduanya
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

27
b. Tipe penyebaran kuesioner dapat dilakukan
dengan: (1) lewat pos atau tidak langsung; (2)
pemberian kuesioner langsung atau tatap muka.
1) Lewat pos dimaksudkan bahwa kuesioner
dikirimkan kepada responden. Cara ini sangat
ekonomis karena dapat menjangkau lebih
banyak tempat dan orang, tanpa harus pergi ke
rumahnya. Dan juga responden merasa nyaman
menjawab karena di rumah dan tidak ada
tekanan. Cuma tingkat pengembaliannya sangat
rendah (biasanya 70% tidak kembali menurut
Black & Champion, 334). Itu sebabnya peneliti
harus membuat kuesioner yang menarik,
disertai perangko balasan, dan ucapan terima
kasih serta menjelaskan betapa berartinya bila
mereka mengisi dan mengembalikan kuesioner
ini.
2) Kuesioner tatap muka terjadi biasanya di
kampus, atau di kantor-kantor, di mana dosen
meminta mengisi kuesioner, atau pegawai
diminta mengisi oleh atasannya. Kelebihan cara
ini adalah kusioner pasti kembali (atau tinggi
sekali) dan bila ada pertanyaan yang tidak
dimengerti, maka dapat ditanyakan. Cuma cara
ini tidak bisa menjangkau responden yang
tersebar, karena memakan biaya yang besar.

Menyusun Kuesioner
Menyusun kuesioner bukan sesuatu yang
mudah, karena perlu dipahami konteks responden
dan pada saat yang sama tujuan penelitian tercapai.
Itu sebabnya dalam menyusun kuesioner perlu
memerhatikan (Black & Champion, 336):
1) Apa definisi dari populasi yang akan diteliti?
2) Apa taraf pendidikan, sosial ekonomi responden?

28
3) Fakta macam apa yang ingin diketahui dan
diteliti?
4) Seberapa jauh responden dapat dijangkau?
5) Bagaimana bentuk kuesioner yang akan
diberikan?
6) Pola respons apa yang kita gunakan?
7) Berapa lama kuesioner ini harus diselesaikan?
8) Bagaimana kita bisa mengontrol respons
responden terhadap kuesioner kita?

Prinsip dasar yang paling penting adalah


mengenali populasi responden dari pendidikan dan
sosial ekonomi. Ini diperlukan sehingga dapat
disusun pertanyaan yang sesuai dengan kemampuan
mereka menjawab. Juga di dalam membuat
kuesioner, pertanyaan dasar sosiologis selalu harus
dimasukkan, seperti nama, usia, jenis kelamin,
pekerjaan, pendidikan, dan sebagainya. Bisa
ditambah yang lain bila diperlukan, seperti
keanggotaan gereja, sudah dibaptis, dan sebagainya.
Soal jumlah atau panjangnya kuesioner, saya
berpendapat ini sangat bergantung kepada siapa
penelitian itu ditujukan. Bila itu atasan kepada
bawahan (seperti dosen dengan mahasiswa), maka
panjangnya tidak usah dibatasi. Tetapi bila peneliti
lepas, perlu memerhatikan tujuan dan pada saat
yang sama kemampuan mereka mengisi dan
ketersediaan mengisi kuesioner ini. Walaupun
demikian perlu dicatat bahwa tidak ada yang bisa
memastikan panjang dan pendeknya kuesioner.

Hasil Penelitian Dan Analisis Data

Langkah penelitian terakhir adalah memberikan


interpretasi atas data yang telah didapat, atau
dikenal dengan usaha menganalisis data. Ada banyak

29
cara yang dipakai untuk melakukan analisis data,
terutama dalam penelitian sosial dan filsafat. Ini
dikarenakan yang dianalisis adalah sikap dan
perilaku seseorang, sehingga model pengukuran
dipakai dengan cara yang berbeda-beda.
Waktu pengumpulan data dilakukan, pada saat
yang sama sebenarnya analisis data bisa dilakukan.
Walaupun demikian dalam pelaporan, hal ini
dipisahkan tempatnya.

Dasar pijakan melakukan analisis


Ada dua dasar berpijak dalam melakukan
analisis data: 1) ada yang memfokuskan produknya
(hasil) disebut dengan penelitian kuantitatif; 2) ada
yang memfokuskan pada proses disebut penelitian
kualitatif.
Pendekatan kuantitatif menekankan kepada:
a. Generalisasi hasil dari rata-rata keragaman yang
ada.
b. Cara berpikir dalam menganalisis dengan
melakukan korelasi, kausalitas, atau interaktif.
Pendekatan kualitatif menekankan kepada: Logika,
yang mencari mana premis mayor dan premis
minornya dan mencari juga kesalahan logika.

Analisis Data yang menekankan pada produk (hasil)


Langkah pertama adalah melakukan teknik
pengumpulan data secara terukur. Misalnya dengan
memakai kuesioner. Dan jawaban diusahakan sama
(model tertutup). Lalu dari jawaban ini dibuat
analisis data. Contoh: Berapa kali dalam sebulan
Anda ke gereja:
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. 4 kali

30
Lalu kita membuat koding pembobotan atas data
dengan pola ukuran tertentu. Misalnya ada 4
jawaban, maka yang rendah diberi nilai rendah dan
yang tinggi diberi nilai tinggi. Misalnya: a. 1 kali
diberi skor 1, b. 2 kali diberi skor 2; dan seterusnya.
Jika ada pertanyaan sebanyak 50, maka skor
terendah 50x1 dan skor tertinggi adalah 50x 4 = 200.
Maka jika kita ingin mengukur keaktifan seseorang,
maka kita buat pedoman sebagai berikut:
(Skor tertinggi – skor terendah) : kategori =
interval
Contoh lalu mendapat 50 sebagai interval:

0-50 = Tidak aktif


51-100 = Kurang aktif
101-150 = Aktif
151 ke atas = Aktif sekali

Namun perlu juga dibuat kode, misalnya dibedakan


antara laki-laki dan perempuan.

Cara menganalisis hasil penelitian:


1. Patokannya adalah tujuan penelitian. Jika
tujuannya untuk melihat ada hubungan, maka
cara menulisnya pun dikatakan terdapat
hubungan, dan seterusnya.
2. Perlu pengolahan data yang kuat, karena dari situ
terbaca cara interpretasi kita. Itu sebabnya perlu
bantuan ahli statistik untuk membantu dalam
pengolahan data.

Kesimpulan Dan Saran

Langkah yang terakhir adalah memberikan


rangkuman akan apa yang ditulis di depan.

31
Kesimpulan adalah berupa menulis kembali secara
ringkas apa yang didapat dalam penelitian. Ingat
bukan pengulangan kata, tetapi merangkum isi.
Sedangkan saran, adalah upaya memberikan
jalan keluar yang dirasa bermanfaat untuk perbaikan
apa yang telah diteliti. Jadi saran tidak masuk di
analisis dan data (sebagaimana banyak kesalahan
dalam penelitian di STTJ). Juga jangan berkhotbah
dalam saran.

Penelitian Kualitatif

Lihat juga: “Mengamati Sambil Ikut Serta (Metode


Observasi Partisipatif)” oleh James P Spradley.

Pola pendekatan kualitatif berbeda dengan


penelitian lainnya, di mana bukan dimulai dari teori
tetapi dimulai dari pendekatan kepada kenyataan
atau fakta yang ada di lapangan, apa yang dialami
oleh responden, dan sesudah itu baru dicari rujukan
teorinya. Jadi peneliti melakukan pengamatan
terhadap orang dalam lingkungan hidupnya
(konteksnya), melakukan interaksi dengan mereka,
berusaha untuk memahami bahasa dan tafsiran
mereka tentang dunia sekitarnya. Dalam konteks
gereja, mereka berupaya untuk memahami sebuah
proses yang terjadi di dalam gereja. Dengan kata lain
penelitian kualitatif berupaya menemukan makna.
Itu sebabnya penelitian ini memakai metode
partisipatif di mana peneliti harus terjun langsung
menjadi partisipan aktif di kehidupan responden.
Tetapi harus diingat bahwa peneliti:
1. Harus merasakan diri berbeda dengan informan, di
mana agar dapat melakukan penelitian secara
objektif.

32
2. Mencatat data dan fakta dengan tidak memberikan
interpretasi ataupun opini.
3. Pencatatan harus dilakukan dengan formal, teliti
dan konsisten sesuai dengan tujuan dalam
penelitiannya.
4. Fenonema yang ada harus dilihat dari konteksnya
baik secara fungsi maupun strukturnya. Artinya
sebuah peristiwa yang menarik perhatian untuk
diteliti harus dilihat alasan dia melakukan itu dari
sudut konteks budaya yang diteliti.

Pendekatan kualitatif melakukan pendekatan emic


dan etic. Emic artinya mengerti suatu fenomena
dalam rangka konseptual informan. Pendekatan etic
adalah mengerti suatu fenomena dengan mengacu
kepada nilai-nilai yang dianut peneliti. Keduanya
biasa dipakai khususnya dalam penelitian gereja, di
mana dalam analisis dan saran bisa dimasukkan
pandangan dan usulan dari luar.

Penelitian kualitatif lebih kepada studi kasus di


lapangan, misalnya masalah etnografi, dan
sebagainya.

Ciri utama penelitian kualitatif:


1. Peneliti ikut terlibat langsung dengan responden
dan tidak boleh diwakili.
2. Harus bisa mendeskripsikan/menggambarkan
semua data yang diperoleh. Itu sebabnya semua
data yang diperoleh harus segera dicatat, karena
tidak ada yang bisa dilewatkan.
3. Peneliti harus membuat kartu data atas semua
yang diamati. Bisa menyusunnya berdasarkan
topik yang diamati.
4. Data yang dicatat harus sudah dilakukan cek dan
ricek (cross check). Sikap yang harus dimiliki

33
adalah tidak dengan mudahnya percaya akan
informasi yang diberikan, sehingga dengan proses
pengecekan, didapat data utama.
5. Data yang ditulis bukan hanya fenomena saja,
tetapi proses terjadinya fenomena. Jadi pertanyaan
“Mengapa” itu penting, sehingga dapat
mendeskripsikan sebuah fenomena dengan rinci
dan lengkap.

Contoh (Lihat: Metodologi Penelitian Filsafat oleh


Anton Bakker and Achmad Ch. Zubair):

Pola Penelitian Historis (Kesejarahan)

Tujuan:
1. Berupaya merekonstruksi masa lampau secara
sistematis dan objektif.
2. Cara dengan menggalinya secara metodologis,
kritis.
3. Membangun fakta yang ada dan konfirmasi yang
tersedia sehingga memperoleh kesimpulan yang
teruji.
4. Hipotesis didapat pada saat proses penelitian.

Cirinya:
1. Penelitian historis memungkinkan orang luar ikut
membuat analisis.
2. Penelitian historis sangat terbuka sehingga
memacu peneliti harus tertib, ketat, sistematis,
tuntas. Jadi bukan hanya koleksi informasi.
3. Peneliti memakai berpijak pada data primer dan
sekunder. Data primer adalah data pertama yang
didapat dari lapangan atau tulisan. Data sekunder
adalah tulisan orang lain atau sumber dari peneliti
lain. Cuma yang paling penting adalah keotentikan
data.

34
4. Karena meliputi sejarah masa lampau, peneliti
harus objektif yaitu melihat sesuatu berdasarkan
konteks masa lalu terebut.

Langkah Penelitian:
1. Rumuskan dengan tegas masalah penelitiannya:
a. Rumuskan mengapa pendekatan historis dipilih
dan apa relevansinya dengan masalah
penelitian.
b. Data-data: bagaimana menemukan data primer
dan sekunder.
c. Apa kegunaan hasil kajian yang dilakukan.
2. Tetapkan secara tegas tujuan apa yang dicapai
dalam penelitian. Bila ada hipotesis yang harus
diuji, maka harus dijelaskan.
3. Sebutkan data primer dan data sekundernya.
4. Buat laporan dan kesimpulan peneliti.

Rancang Bangun Penelitian Historis:


1. Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Masalah dan Permasalahan
Tujuan Penelitian
2. Metodologi
Definisi Operasional
Populasi/Areal Penelitian
(Kurun waktu yang dijadikan penelitian
disebutkan)
3. Data Penelitian
Peristiwa sejarah
Historical Setting
4. Analisis Data
Kritik Data
Rekonstruksi Data
Temuan Penelitian
5. Kesimpulan Penelitian

35
RANCANG BANGUN PENELITIAN SOSIAL
KUANTITATIF

Bab I Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
2. Perumusan masalah
3. Tujuan Penelitian
4. Kegunaan Penelitian
5. Hipotesis
6. Definisi Konsep
7. Sistematika Penulisan

Bab II Penyusunan Kerangka Teoritis


(Penguatan argumen untuk hipotesis)

Bab III Deskripsi Lokasi Penelitian


1. Gambaran tentang Objek Penelitian
(yang berhubungan dengan tujuan penelitian)
2. Metodologi penelitian
a. Lokasi Penelitian
b. Unit Analisis
c. Populasi
d. Teknik Sampling
e. Sampel
f. Instrumen Penelitian
g. Analisis Data

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab V Kesimpulan dan Saran

Bagian Akhir
1. Masukkan daftar kepustakaan/rujukan.
2. Lampiran-lampiran.

36
RANCANG BANGUN PENELITIAN SOSIAL
KUALITATIF

Bab I Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
2. Perumusan masalah
3. Tujuan Penelitian
4. Kegunaan Penelitian
5. Definisi Konsep
6. Sistematika Penulisan

Bab II Penyusunan Kerangka Teoritis


(Penguatan argumen untuk hipotesis)

Bab III Deskripsi Lokasi Penelitian


1. Gambaran tentang Objek Penelitian
(yang berhubungan dengan tujuan penelitian)

2. Metodologi penelitian
a. Latar Penelitian
b. Teknik Koleksi Data
c. Instrumen penelitian
d. Tahap-tahap Penelitian
e. Analisis Data
f. Teknik Keabsahan Data

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab V Kesimpulan dan Saran

Bagian Akhir
1. Masukkan daftar kepustakaan/rujukan.
2. Lampiran-lampiran.

Kepustakaan yang ditulis semuanya terdapat


dalam catatan kaki (footnote) dan mengikuti kaidah

37
penulisan catatan kaki dan daftar pustaka yang
ditetapkan. Pada lampiran-lampiran dapat
dimasukkan semua hasil perhitungan, lampiran
kuesioner, lampiran foto-foto kegiatan serta tabel
perhitungan.

Tulisan tersebut di atas pertama kali dipublikasi di


http://www.danielronda.com/index.php/artikel
materi-kuliah/83-catatan-kuliah-metode-
penelitian-by-daniel-ronda.html.

38
KEPUSTAKAAN
Bakker, Anton dan Achmad Charris Zubair, Metodologi
Penelitian Filsafat. Yogyakarta: Penerbit Kanisius,
1990.

Black, James A. and Dean J. Champion, Methods and


Issues in Social Research .Brooklyn, NY: John Wiley &
Sons Inc, 1976.

Kusumah, Wijaya. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas.


Jakarta: Indeks, 2011.

Martono, Nanang. Statistik Sosial Teori dan Aplikasi


Program SPSS. Yogyakarta: Penerbit Gava Media,
2010.

Pedoman Penulisan Struktur Skripsi, Tesis, Disertasi.


Makassar: STT Jaffray, 2010.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun


2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat
di Perguruan Tinggi.

Ronda, Daniel. Belajar Menjadi Pemimpin. Tangerang:


Matana Publishing Utama, 2015.

Ronda, Daniel, “Catatan Kuliah Metode Penelitian.”


Diakses 24 Desember
2015.http://www.danielronda.com/index.php/artikel
materi-kuliah/83-catatan-kuliah-metode-penelitian-
by-daniel-ronda.html.

Sekaran, Uma. Research Methods for Business. Southern


Illinois University at Carbondale, 1984.

155
Spradley, James P. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara
Wacana Yogyakarta, 1997.

Soelistyo, H. Plagiarisme: Pelanggaran Hak Cipta dan Etika.


Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2011.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan


Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit
Alfabeta, 2014.

Sumanto, Metodologi Peneliti Sosial Penelitian. Yogyakarta:


Andi offset, 1995.

Turabian, Kate L. A Manual for Writers of Research Papers,


Theses, and Dissertations. Diakses 10 Februari 2014.
http://www.press.uchicago.edu/books/turabian/tura
bian_citationguide.html.

Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi


Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Walgito, Bimo. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta:


Andi Offset, 1999.

Widiyanto, Mikha Agus. Statistika untuk Penelitian Bidang


Teologi, Pendidikan Agama Kristen, & Pelayanan
Gereja: Lengkap dengan Konsep dan Aplikasi SPSS.
Bandung: Kalam Hidup, 2014.

Wijaya, Hengki. “Pendekatan Etika Kristen Dalam


Pencegahan dan Penanggulangan Plagiarisme Akademik
Dalam Mendukung Gerakan Anti Plagiarisme Di Perguruan
Tinggi.” 2016. [Online]. https://researchgate.net

156

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai