net/publication/325908025
CITATIONS READS
3 20,422
1 author:
Hengki Wijaya
Sekolah Tinggi Filsafat Jaffray Makassar
176 PUBLICATIONS 205 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Hengki Wijaya on 29 June 2018.
i
ISBN: 978-602-14128-6-2
METODOLOGI PENELITIAN
PENDIDIKAN TEOLOGI
Setting/layout &
Desain sampul : Queency Ch. Wauran, S.Th
ii
KATA PENGANTAR
S
egala pujian dan hormat serta pengagungan
kupanjatkan kepada Tuhan Yesus yang telah
memberikan segala limpahan kasih karunia-Nya
sehingga buku ajar ini dapat diselesaikan dengan baik.
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI iv
METODE PENELITIAN:
POPULASI DAN SAMPLING 51
STATISTIKA PENELITIAN 91
KEPUSTAKAAN 155
LAMPIRAN 157
iv
PENGANTAR METODOLOGI
PENELITIAN
Dr. Daniel Ronda
Pendahuluan
1
Penerapan Metodologi Penelitian Sosial dalam
Studi Teologi
Etika Penelitian
2
5. Jangan melakukan rekayasa hasil penelitian
dengan mengatasnamakan responden. Informasi
dari responden sama sekali tidak boleh dirubah.
Rekayasa yang bertujuan untuk mengikuti asumsi
peneliti adalah sebuah kejahatan penelitian itu
sendiri karena sejatinya bertentangan dengan
prinsip mencari kebenaran secara objektif. Lihat:
Husaini Usman, dan Purnomo Setiady Akbar,
Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara
2008), 3.
3
Beberapa Istilah dalam Penelitian Ilmiah
4
tanpa perlu membuktikannya; anggapan dasar;
aksioma.
11. Hipotesis: Rumusan proposisi untuk diuji secara
empiris atau pernyataan sementara yang perlu
diuji kebenarannya secara empiris. Empiris:
berdasarkan pengalaman (terutama yang
diperoleh dari penemuan, percobaan,
pengamatan yang telah dilakukan).
12. Definisi operasional: Petunjuk tentang bagaimana
suatu variabel diukur.
13. Variabel: Sebuah konsep yang mempunyai variasi
nilai.
Dari semua istilah-istilah di atas, maka dalam
penelitian sosial/teologi ada beberapa hal yang perlu
diperluas pengertiannya:
1. Konsep
Penggambaran secara abstraksi suatu gejala
sosial atau gejala alamiah. Contoh, gambaran tentang
prestasi kerja disebut konsep produktivitas,
menggambarkan pelayanan gembala disebut konsep
penggembalaan. Jadi konsep merupakan generalisasi
dari sekelompok gejala tertentu sehingga dapat
dipakai menggambarkan gejala yang sama. Konsep
dalam ilmu sosial biasanya umum dan abstrak
sehingga sukar diukur kepastiannya. Seperti konsep
penggembalaan yang efektif berbeda dari satu daerah
ke daerah lainnya, walaupun ada kesamaan.
2. Proposisi
Pernyataan tentang hubungan antara dua konsep
atau lebih. Misalnya, hubungan antara gembala
dengan jemaatnya merupakan salah satu penentu
suksesnya penggembalaan.
3. Teori
Sebuah set konsep yang berhubungan satu
dengan yang lainnya, suatu set yang mengandung
suatu pandangan sistematis dari gejala. Teori
5
merupakan informasi ilmiah yang didapat dengan
cara meningkatkan abstraksi pengertian maupun
hubungan proposisi.
Teori menunjukkan hubungan antara fakta-
fakta. Fakta didapat atau dibuktikan secara empiris.
Fungsi dari teori adalah: 1) mengarahkan perhatian
atau untuk menerangkan; 2) merangkum
pengetahuan; 3) meramalkan fakta; 4) memeriksa
gejala.
Teori berhubungan dengan fakta, karena teori
mengungkapkan fakta baru dan sebaliknya fakta
melahirkan teori. Beberapa fungsi dari fakta: 1)
menolak teori yang sudah ada sebelumnya; 2)
menghasilkan teori baru; 3) mempertegas atau
mempertajam teori yang sudah ada.
4. Variabel
Sebuah konsep yang mempunyai nilai. Misalnya,
seks adalah variabel karena memiliki nilai laki-laki
dan perempuan. Hal lain misalnya, berat badan,
tinggi badan, umur, pendidikan, golongan, jenis
kelamin, status perkawinan, jenis pekerjaan.
Kerangka Penelitian
6
Perumusan Masalah Penelitian
7
2. Identifikasi Masalah
Dalam skripsi seringkali juga disebut sebagai
“pokok masalah”. Dalam hal ini perlu diidentifikasi
yang menjadi objek masalah. Ini adalah penting
untuk menguasai suatu masalah yaitu dengan
mengenal masalahnya. Dengan kata lain, ini adalah
suatu tahap awal dalam penguasaan masalah di
mana suatu objek tertentu dalam situasi tertentu
dapat kita kenali sebagai suatu masalah.
Tujuan identifikasi masalah adalah agar peneliti
maupun pembaca mendapatkan fokus masalah yang
berhubungan dengan judul penelitian.
Ada beberapa kesulitan dalam membuat
identifikasi masalah. Pertama, kemiskinan material
yaitu mencari apa yang akan menjadi masalah.
Kedua, kemiskinan metodologis yaitu bagaimana
memecahkan masalah.
Jalan keluarnya adalah: 1) jadilah spesialis
dalam bidang yang diminati; 2) bersikap kritis dalam
membaca, mendengar, dan berpikir; 3) ungkapkan
kembali gagasan-gagasan dan penelitian-penelitian
yang terkini.
Praktik menemukan masalah!
Apa saja masalah yang ditemui dalam
penggembalaan:
1. Khotbah gembala kurang menarik.
2. Gembala kurang berkunjung.
3. Diskusikan…. (untuk latihan)
Dengan memerhatikan contoh di atas, maka
dibuatlah identifikasi masalah:
1. Adakah upaya perkunjungan yang efektif dalam
gereja?
2. Apakah terdapat hubungan antara
kepemimpinan gembala dengan peningkatan
jumlah kuantitas anggota gereja?
8
3. Pembatasan Masalah
Masalah yang diteliti biasanya sangat kompleks
dan luas, sehingga perlu dibatasi. Namun
dibatasinya penelitian harus didasarkan alasan yang
tepat, baik secara teori maupun praktis.
Pembatasan masalah ialah usaha untuk
menetapkan batasan-batasan dari masalah
penelitian. Tujuannya untuk memberikan identifikasi
secara jelas mana yang termasuk lingkup masalah
penelitian dan mana yang bukan.
Misalnya, efektivitas kepemimpinan gembala
maka fokusnya adalah efektivitas. Lalu sisi efektivitas
yang mana diteliti, apakah manusianya, budaya
kerja, atau organisasi, etos kerjanya, dan lainnya.
Jadi pembatasan masalah untuk memfokuskan
pada penelitian, sehingga rumusan masalah menjadi
jelas.
Sejauh mana pembatasan masalah itu? Faktor
yang menjadi membatasi adalah: 1) peneliti sendiri;
2) pembimbing penelitian atau konsultan; 3)
pendukung dana yaitu yang menyumbangkan dana
penelitian.
Ada beberapa pertimbangan dalam membatasi
masalah:
(1) Manageable: Peneliti mampu melaksanakan
penelitian. Dalam hal ini peneliti harus melakukan
penelitian sesuai dengan kemampuannya di mana
dia harus mempertimbangkan kemampuannya, dana
dan tenaga pendukungnya, ada pembimbing, dan
ada yang mendukung.
(2) Obtainable problems: Permasalahan yang telah
dibatasi dapat diuji berdasarkan data-data yang bisa
didapat di lapangan. Di sini peneliti harus
mempertimbangkan kemudahan dalam mengakses
data dari sumber data, menguasai teknik
pengumpulan data, adanya bahan bacaan yang
9
cukup sehingga mampu menghasilkan hipotesis yang
akurat, dan juga kendala-kendala manusia di
lapangan.
(3) Significance problems: Masalah yang dibahas itu
memiliki nilai untuk diteliti, yaitu ada unsur
berharga, penting, serta aktual. Yang dimaksud
adalah patut untuk mempertimbangkan bahwa hasil
penelitian itu penting bagi keilmuan dan dunia
praktis, tidak merupakan duplikasi penelitian, dan
kalau diulang karena ada alasan yang jelas.
(4) Interested problems: Yaitu masalah yang dibatasi
sesuai dengan minat peneliti. Jadi dalam bagian ini
peneliti harus mempertimbangkan minatnya dan
tidak karena alasan-alasan di luar dirinya seperti
hanya karena proyek, dan sebagainya.
4. Perumusan Masalah
Merumuskan masalah adalah suatu upaya
menyusun secara eksplisit pertanyaan-pertanyaan
penelitian yang perlu dicarikan jawabannya. Jadi
setelah mengidentifikasi masalah dan membatasi
masalah, maka perlu dirumuskan secara tersurat
dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara
lengkap dan rinci. Dengan merumuskan masalah
dengan tepat, sebenarnya setengah dari masalah
sudah terselesaikan, karena perumusan masalah
telah mengarahkan cara berpikir kita.
Perumusan masalah dapat dilakukan secara
deskriptif, komparatif, asosiatif: Contoh deskriptif:
Seberapa jauh efektivitas pelayanan perkunjungan di
gereja A? Seberapa tinggi nilai pemimpin/gembala
telah melaksanakan tindak lanjut keputusan tentang
perkunjungan di gereja A?
Contoh komparatif: Bagaimana perbedaan pelayanan
perkunjungan di gereja A dengan di gereja B? Apakah
terdapat perbedaan efektivitas perkunjungan di
10
gereja A dengan di gereja B? Contoh asosiatif: Apakah
terdapat hubungan antara perkunjungan dengan
kepemimpinan gereja? Bagaimana hubungan antara
perkunjungan dengan kepemimpinan? Adakah kaitan
antara perkunjungan dengan kepemimpinan?
5. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian perlu dinyatakan secara
tertulis. Maksud membuat tujuan penelitian adalah
membuat pernyataan tentang apa yang hendak
dicapai dalam penelitian, sehingga pembaca dapat
mengetahui maksud dari penelitian ini.
Tujuan penelitian dapat dibagi dua yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus. Tujuan umum adalah
penjelasan yang bersifat gambaran umum atas
konsep-konsep, sedangkan tujuan khusus membuat
konsep-konsep lebih spesifik. Pembuatan tujuan
penelitian harus berpedoman pada perumusan
masalah yang sudah dibuat.
6. Kegunaan Penelitian
Ini bisa disamakan dengan manfaat penelitian.
Perlu dijelaskan dalam penelitian kegunaan
penelitian yang dibagi menjadi dua yaitu kegunaan
yang bersifat teori dan kegunaan praktis. Kegunaan
teori yaitu diharapkan hasil penelitian memberikan
sumbangan pengembangan konsep-konsep, teori-
teori. Kegunaan praktis yaitu kegunaannya
disebutkan untuk siapa. Misalnya, berguna bagi para
gembala, mahasiswa teologi, dan sebagainya.
11
berpikir teori yang diperoleh dari kajian teori yang
digunakan.
2. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir disusun berdasarkan deskripsi
teori di atas yaitu hasil dari tinjauan pustaka dan
penelitian sebelumnya. Isi dari kerangka berpikir
12
adalah suatu penjelasan sementara terhadap gejala
yang menjadi objek masalah. Jadi ini merupakan
argumentasi di dalam merumuskan hipotesis.
Argumentasi kerangka berpikir dalam penelitian
sosial biasanya memakai logika deduktif (dari umum
ke khusus). Dalam penelitian teologis, maka dipakai
juga logika induktif. Kerangka berpikir juga tidak
boleh merupakan jiplakan dari yang lain, tetapi
harus merupakan buatan sendiri. Kerangka berpikir
itu harus bersifat analitis, sistematis, dan memakai
teori yang relevan.
Dalam menyusun kerangka berpikir maka:
a. Teori yang dipakai haruslah dikuasai dan juga
merupakan teori yang terakhir. Dijelaskan
mengapa kita memilih memakai suatu pendekatan
dan bukan dengan pendekatan yang lain.
b. Analisis filosofis dari teori harus dibahas secara
tersurat dengan menyebutkan asumsi dan prinsip
yang mendasarinya.
13
2) Hanya mengandalkan data atau sumber
sekunder (secondary resources).
3) Membaca hasil penelitian dengan hanya
memerhatikan hasilnya, dan bukan metode dan
cara mengukurnya.
4) Tidak memerhatikan hasil penelitian yang
dilakukan majalah atau surat kabar.
5) Tidak mampu membuat batas masalah dalam
menerapkan penggunaan kepustakaan.
6) Mencatat data bibliografi tidak benar sehingga
tidak dapat dipakai sebagai referensi.
7) Memakai bahan bacaan yang tidak sesuai dengan
objek permasalahan.
3. Asumsi
Di dalam menyusun landasan teori dan kerangka
berpikir, maka perlu dibuat asumsi, postulat, dan
prinsip. Asumsi ini harus dilakukan karena tidak
boleh ada perbedaan antara asumsi peneliti dan
pembaca hasil penelitian, karena tidak akan
diterimanya hasil penelitian.
Asumsi adalah pernyataan yang dapat diuji
kebenarannya secara empiris. Postulat adalah
pernyataan yang kebenarannya tidak perlu diuji, dan
prinsip adalah pernyataan yang berlaku umum bagi
gejala tertentu dan mampu menjelaskan gejala yang
terjadi.
a. Asumsi bersifat operasional sehingga menjadi
dasar bagi pengkajian teori.
14
b. Asumsi menyatakan yang sebenarnya dan bukan
seharusnya.
c. Asumsi harus sejajar dengan teori yang dipakai.
d. Asumsi harus ditulis secara tersurat.
4. Perumusan Hipotesis
Seperti sudah disampaikan, bahwa kesimpulan
dari kerangka berpikir adalah hipotesis yaitu
kesimpulan yang merupakan jawaban sementara
terhadap masalah penelitian. Jadi hipotesis adalah
pernyataan sementara terhadap rumusan penelitian
dan itu didapat dari landasan teori yang dibahas.
15
lapangan guna menguji kebenaran hipotesis
tersebut.
Jenis hipotesis:
1) Hipotesis penelitian (hipotesis alternatif) atau
hipotesis kerja. Biasanya ditandai dengan
pernyataan: “terdapat hubungan” atau “terdapat
perbedaan”.
2) Hipotesis nol sama dengan hipotesis statistika
yaitu berupaya menemukan ketidakbenaran, yang
biasanya dimulai dengan kata “tidak terdapat
hubungan” atau “tidak terdapat perbedaan.”
16
lembaga dianggap satu kata seperti Sekolah Tinggi
Theologia Jaffray, Gereja Kemah Injil Indonesia
Jemaat Sintang.
5. Judul harus memakai bahasa Indonesia yang baik,
benar dan baku.
6. Objek dari judul harus jelas.
17
C. Penentuan Variabel Pokok
Pada bagian ini dibuat variabelnya yaitu variabel
independen dan dependennya berdasarkan hipotesis
yang diajukan. Setelah itu jelaskan pelaksanaan
pengukuran variabelnya, yaitu pemakaian skala
pengukuran dan cara mengukurnya. Contoh: kinerja
lembaga STT Jaffray dengan tingkat kepuasan
mahasiswa.
D. Penentuan Populasi dan Sampel
Di dalam penentuan populasi dijelaskan secara
tersurat jumlah keseluruhan objek yang diteliti baik
secara kuantitas ataupun kualitas. Yang dimaksud
dengan jumlah keseluruhan adalah hasil
perhitungan ataupun pengukuran. Misalnya bila
hendak meneliti mahasiswa STT Jaffray, maka yang
disebut populasi adalah seluruh mahasiswa tanpa
terkecuali. Dengan mengetahui populasi, maka dapat
ditetapkan besarnya sampel, di mana sampel diambil
dari populasi yang ada.
Populasi dapat bersifat homogen atau heterogen,
dan bisa terbatas dan tak terbatas. Bila seluruh
populasi diteliti, maka populasi disebut sampel total.
Pengambilan sampel harus memakai rumus, grafik,
dan tabel yang sudah baku. Lihat Sumanto,
Metodologi Penelitian Sosial Penelitian (Yogyakarta:
Andi offset, 1995), 23.
Penelitian dapat dilakukan dengan penelitian
populasi, artinya seluruh subjek dalam lingkup
penelitian harus dijadikan subjek penelitian.
Sedangkan sifat penelitian sampel adalah hanya
sebagian subjek penelitian yang dipilih karena dapat
dianggap mewakili keseluruhan. Tentu ada
pertimbangan biaya, tenaga dan waktu sehingga
hanya sebagian populasi yang diteliti.
18
Bagaimana menetapkan besarnya sampel:
Pada prinsipnya tidak dapat ditentukan jumlah
dari sampel yang baik. Umumnya diakui bahwa
semakin banyak sampel, semakin representatif hasil
penelitian. Tidak ada pedoman pasti jumlah
minimum sampel dari populasi yang ada. Namun ada
pertimbangan dalam menentukan besar dan kecilnya
sampel:
1. Adanya derajat kesamaan populasi yang diteliti
2. Ketelitian hasil penelitian yang dikehendaki
3. Perlu mempertimbangkan waktu, tenaga, dan
biaya.
19
4) tentukan teknik sampling dan tentukan besaran
sampel sehingga tercapai maksud penelitian.
20
Pemilihan sampel atau individu berdasarkan
daftar yang sudah ada pada suatu instansi atau
lembaga. Jadi peneliti tinggal memilih nama-nama
yang sudah ada.
Ada juga teknik pemilihan sampling non-random
1. Kuota sampling: sampel yang menekankan pada
jumlah kuantitas.
2. Purposive sampling: sampel dipilih berdasarkan
karakteristik tertentu seperti mahasiswa penerima
beasiswa.
3. Aksidental sampling: pemilihan sampel
berdasarkan teknik memilih siapa yang dijumpai,
seperti orang berbelanja di mall.
21
1. Observasi
Yang dimaksud dengan observasi adalah
pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap fenomena yang hendak diteliti. Observasi
meliputi kegiatan fisik yaitu mata, telinga, dan juga
kegiatan psikologis di mana melibatkan
keingintahuan kita. Hal yang perlu dilakukan agar
observasi dapat berjalan dengan baik:
a. Amati data-data yang ada sebanyak-banyaknya.
b. Libatkan orang lain.
c. Mampu beradaptasi dengan cara ikuti kebiasaan
setempat, kurangi prasangka, miliki proyeksi.
22
f. Periksa alat bantu dan waktunya.
Jenis-jenis Observasi:
a. Observasi partisipatif
Peneliti terlibat langsung dalam objek yang diteliti.
Misalnya, Anda adalah pelayan Tuhan di suatu
gereja di mana gereja itu diteliti.
b. Observasi nonpartisipatif
Peneliti hanya menjadi “penonton” bagi objek yang
diamati.
c. Observasi sistematis
Peneliti sudah menyiapkan kerangka acuan hal-
hal yang akan diamatinya
d. Observasi eksperimental
Peneliti menyiapkan suatu suasana yang mirip
dengan aslinya, lalu diamati.
23
Beberapa kesalahan dalam observasi:
a. Peneliti hanya memfokuskan kepada hal-hal yang
baik dari yang diamati, karena faktor relasi yang
baik.
b. Peneliti ingin memberikan keuntungan kepada
sesuatu yang diamati karena adanya maksud-
maksud tertentu.
c. Peneliti tidak mampu membedakan gejala yang
ada.
2. Wawancara
Wawancara adalah cara memperoleh data dengan
cara tanya jawab dengan tatap muka antara
pewawancara dengan responden. Bagaimana dengan
lewat telepon, teleconference? Bisa dilakukan
sepanjang terjadi dialog tanya jawab langsung.
Dalam wawancara dibuatkan panduan wawancara
yang pertanyaannya telah disiapkan sebelumnya.
Karakteristik wawancara: 1) umumnya responden
dan pewawancara belum saling mengenal; 2)
responden yang selalu menjawab, 3) dan
pewawancara yang selalu bertanya; 4) pertanyaan
selalu bersifat netral dan tidak menjuruskan kepada
jawaban yang diinginkan peneliti; 5) tanya jawab
berlangsung dengan panduan yang telah ditetapkan.
Alat bantu bisa dipakai dalam wawancara seperti
alat perekam, audio-video, dan alat yang lainnya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan teknik wawancara ini:
a. Tulis secara langsung hasil wawancara ke dalam
buku khusus atau rekaman langsung disalin
dalam kertas.
b. Setiap ada data baru dalam catatan buku khusus
diberi tanda. Data ini dipakai untuk konfirmasi
kepada responden berikutnya.
24
c. Suasana wawancara perlu dipelihara, sehingga
responden merasa nyaman dalam menjawab. Hal
yang perlu diperhatikan adalah waktu, tempat,
dan situasi yang dialami responden.
d. Wawancara biasanya selalu bersifat “bola salju”,
yaitu akan ada penambahan data setiap kali
bertanya. Biarkan saja itu terjadi sepanjang
dapat mengungkapkan data penelitian. Jadi perlu
keterbukaan.
e. Usahakan dalam wawancara dilakukan 2 orang,
di mana satunya mengajukan pertanyaan dan
menatap wajah responden dan satunya mencatat
apa yang dihasilkan. Jangan sibuk mencatat.
Cuma buat suasana seinformal mungkin dan
jangan tegang.
25
b. Spesifik: Dapatkah Anda menceritakan hal-hal
yang terjadi tadi malam?
c. Terbimbing: Dapatkah Anda menceritakan
keadaan sekitar kantor ini?
d. Berhubungan dengan tugas: Dapatkah Anda
membuatkan sketsa tentang daerah ini?
2. Pertanyaan contoh
Minta responden untuk menjelaskan beberapa
contoh.
3. Pertanyaan pengalaman
Minta responden menceritakan beberapa
pengalamannya atas hal-hal yang diperbuatnya.
4. Pertanyaan bahasa asli
Dalam penelitian etnografi, responden bisa
menjawab dalam bahasa asli, untuk
mendapatkan rasa dari bahasa itu.
3. Kuesioner
Alat pengumpul data yang paling populer adalah
kuesioner atau angket. Alat ini digunakan untuk
mendapatkan informasi dari berbagai sasaran
penyelidikan di kelompok-kelompok. Jadi kuesioner
bukan untuk mendapatkan informasi hanya dari
satu atau dua orang, tetapi dari kelompok dalam
suatu gereja atau masyarakat.
Fungsi Kuesioner
Fungsi dari kuesioner setidaknya ada 2 yaitu: 1)
fungsi deskripsi atau untuk mendapatkan gambaran;
2) pengukuran untuk mendapatkan sikap-sikap dari
variabel-variabel yang diteliti.
Fungsi deskripsi adalah pengumpulan informasi
dengan menyebarkan kuesioner sehingga dapat
diberikan gambaran tentang ciri-ciri individu atau
kelompok. Misalnya peneliti akan mendapat
gambaran tentang jenis kelamin, usia, tahun
26
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, partai politik
yang dipilih, agama yang dianut, kumpulan-
kumpulan yang diikuti. Tujuannya untuk menolong
peneliti mendapatkan pengetahuan mengapa suatu
kelompok berperilaku tertentu, produktivitas kerja,
persaingan, dan sebagainya.
Fungsi ukuran adalah pengumpulan informasi
dengan menyebarkan kuesioner sehingga didapat
sikap-sikap, seperti: jarak sosial, persepsi tentang
kelompok, derajat, prasangka ras, kebebasan
seksual, keberagaman, kecemasan, kejelasan peran,
dan keterasingan.
Tipe Kuesioner
Tidak pernah ada kepastian soal batasan
kuesioner. Bisa hanya 2 pertanyaan, bisa juga 100
pertanyaan (bahkan 100 halaman). Tidak ada
penetapan jumlah minimal soal kuesioner. Setiap
peneliti bertanggung jawab menetapkan tujuan dan
mencapainya lewat ukuran yang telah ditetapkan.
a. Tipe respons yang diminta dapat dikategorikan
dengan kuesioner (1) tertutup; (2) terbuka; (3)
gabungan keduanya.
1) Yang dimaksud dengan kuesioner tertutup
adalah kuesioner yang pernyataan dan
pertanyaannya telah ditentukan oleh peneliti.
Ini diasumsikan bahwa peneliti sudah
memahami masalah yang ada dan ingin
mendapatkan gambaran atas sikap dari
kelompok yang diteliti.
2) Kusioner terbuka adalah pengajuan dengan
pertanyaan-pertanyaan, di mana responden
diminta untuk menjawab pertanyaan baik
jawaban pendek maupun jawaban panjang.
3) Kuesioner dapat menggabungkan keduanya
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
27
b. Tipe penyebaran kuesioner dapat dilakukan
dengan: (1) lewat pos atau tidak langsung; (2)
pemberian kuesioner langsung atau tatap muka.
1) Lewat pos dimaksudkan bahwa kuesioner
dikirimkan kepada responden. Cara ini sangat
ekonomis karena dapat menjangkau lebih
banyak tempat dan orang, tanpa harus pergi ke
rumahnya. Dan juga responden merasa nyaman
menjawab karena di rumah dan tidak ada
tekanan. Cuma tingkat pengembaliannya sangat
rendah (biasanya 70% tidak kembali menurut
Black & Champion, 334). Itu sebabnya peneliti
harus membuat kuesioner yang menarik,
disertai perangko balasan, dan ucapan terima
kasih serta menjelaskan betapa berartinya bila
mereka mengisi dan mengembalikan kuesioner
ini.
2) Kuesioner tatap muka terjadi biasanya di
kampus, atau di kantor-kantor, di mana dosen
meminta mengisi kuesioner, atau pegawai
diminta mengisi oleh atasannya. Kelebihan cara
ini adalah kusioner pasti kembali (atau tinggi
sekali) dan bila ada pertanyaan yang tidak
dimengerti, maka dapat ditanyakan. Cuma cara
ini tidak bisa menjangkau responden yang
tersebar, karena memakan biaya yang besar.
Menyusun Kuesioner
Menyusun kuesioner bukan sesuatu yang
mudah, karena perlu dipahami konteks responden
dan pada saat yang sama tujuan penelitian tercapai.
Itu sebabnya dalam menyusun kuesioner perlu
memerhatikan (Black & Champion, 336):
1) Apa definisi dari populasi yang akan diteliti?
2) Apa taraf pendidikan, sosial ekonomi responden?
28
3) Fakta macam apa yang ingin diketahui dan
diteliti?
4) Seberapa jauh responden dapat dijangkau?
5) Bagaimana bentuk kuesioner yang akan
diberikan?
6) Pola respons apa yang kita gunakan?
7) Berapa lama kuesioner ini harus diselesaikan?
8) Bagaimana kita bisa mengontrol respons
responden terhadap kuesioner kita?
29
cara yang dipakai untuk melakukan analisis data,
terutama dalam penelitian sosial dan filsafat. Ini
dikarenakan yang dianalisis adalah sikap dan
perilaku seseorang, sehingga model pengukuran
dipakai dengan cara yang berbeda-beda.
Waktu pengumpulan data dilakukan, pada saat
yang sama sebenarnya analisis data bisa dilakukan.
Walaupun demikian dalam pelaporan, hal ini
dipisahkan tempatnya.
30
Lalu kita membuat koding pembobotan atas data
dengan pola ukuran tertentu. Misalnya ada 4
jawaban, maka yang rendah diberi nilai rendah dan
yang tinggi diberi nilai tinggi. Misalnya: a. 1 kali
diberi skor 1, b. 2 kali diberi skor 2; dan seterusnya.
Jika ada pertanyaan sebanyak 50, maka skor
terendah 50x1 dan skor tertinggi adalah 50x 4 = 200.
Maka jika kita ingin mengukur keaktifan seseorang,
maka kita buat pedoman sebagai berikut:
(Skor tertinggi – skor terendah) : kategori =
interval
Contoh lalu mendapat 50 sebagai interval:
31
Kesimpulan adalah berupa menulis kembali secara
ringkas apa yang didapat dalam penelitian. Ingat
bukan pengulangan kata, tetapi merangkum isi.
Sedangkan saran, adalah upaya memberikan
jalan keluar yang dirasa bermanfaat untuk perbaikan
apa yang telah diteliti. Jadi saran tidak masuk di
analisis dan data (sebagaimana banyak kesalahan
dalam penelitian di STTJ). Juga jangan berkhotbah
dalam saran.
Penelitian Kualitatif
32
2. Mencatat data dan fakta dengan tidak memberikan
interpretasi ataupun opini.
3. Pencatatan harus dilakukan dengan formal, teliti
dan konsisten sesuai dengan tujuan dalam
penelitiannya.
4. Fenonema yang ada harus dilihat dari konteksnya
baik secara fungsi maupun strukturnya. Artinya
sebuah peristiwa yang menarik perhatian untuk
diteliti harus dilihat alasan dia melakukan itu dari
sudut konteks budaya yang diteliti.
33
adalah tidak dengan mudahnya percaya akan
informasi yang diberikan, sehingga dengan proses
pengecekan, didapat data utama.
5. Data yang ditulis bukan hanya fenomena saja,
tetapi proses terjadinya fenomena. Jadi pertanyaan
“Mengapa” itu penting, sehingga dapat
mendeskripsikan sebuah fenomena dengan rinci
dan lengkap.
Tujuan:
1. Berupaya merekonstruksi masa lampau secara
sistematis dan objektif.
2. Cara dengan menggalinya secara metodologis,
kritis.
3. Membangun fakta yang ada dan konfirmasi yang
tersedia sehingga memperoleh kesimpulan yang
teruji.
4. Hipotesis didapat pada saat proses penelitian.
Cirinya:
1. Penelitian historis memungkinkan orang luar ikut
membuat analisis.
2. Penelitian historis sangat terbuka sehingga
memacu peneliti harus tertib, ketat, sistematis,
tuntas. Jadi bukan hanya koleksi informasi.
3. Peneliti memakai berpijak pada data primer dan
sekunder. Data primer adalah data pertama yang
didapat dari lapangan atau tulisan. Data sekunder
adalah tulisan orang lain atau sumber dari peneliti
lain. Cuma yang paling penting adalah keotentikan
data.
34
4. Karena meliputi sejarah masa lampau, peneliti
harus objektif yaitu melihat sesuatu berdasarkan
konteks masa lalu terebut.
Langkah Penelitian:
1. Rumuskan dengan tegas masalah penelitiannya:
a. Rumuskan mengapa pendekatan historis dipilih
dan apa relevansinya dengan masalah
penelitian.
b. Data-data: bagaimana menemukan data primer
dan sekunder.
c. Apa kegunaan hasil kajian yang dilakukan.
2. Tetapkan secara tegas tujuan apa yang dicapai
dalam penelitian. Bila ada hipotesis yang harus
diuji, maka harus dijelaskan.
3. Sebutkan data primer dan data sekundernya.
4. Buat laporan dan kesimpulan peneliti.
35
RANCANG BANGUN PENELITIAN SOSIAL
KUANTITATIF
Bab I Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
2. Perumusan masalah
3. Tujuan Penelitian
4. Kegunaan Penelitian
5. Hipotesis
6. Definisi Konsep
7. Sistematika Penulisan
Bagian Akhir
1. Masukkan daftar kepustakaan/rujukan.
2. Lampiran-lampiran.
36
RANCANG BANGUN PENELITIAN SOSIAL
KUALITATIF
Bab I Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
2. Perumusan masalah
3. Tujuan Penelitian
4. Kegunaan Penelitian
5. Definisi Konsep
6. Sistematika Penulisan
2. Metodologi penelitian
a. Latar Penelitian
b. Teknik Koleksi Data
c. Instrumen penelitian
d. Tahap-tahap Penelitian
e. Analisis Data
f. Teknik Keabsahan Data
Bagian Akhir
1. Masukkan daftar kepustakaan/rujukan.
2. Lampiran-lampiran.
37
penulisan catatan kaki dan daftar pustaka yang
ditetapkan. Pada lampiran-lampiran dapat
dimasukkan semua hasil perhitungan, lampiran
kuesioner, lampiran foto-foto kegiatan serta tabel
perhitungan.
38
KEPUSTAKAAN
Bakker, Anton dan Achmad Charris Zubair, Metodologi
Penelitian Filsafat. Yogyakarta: Penerbit Kanisius,
1990.
155
Spradley, James P. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara
Wacana Yogyakarta, 1997.
156