PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kegiatan penelitian adalah suatu cara dalam memperoleh
pengetahuan atau memecahkan permasalahan yang dihadapi, dilakukan
secara ilmiah, sistematis dan logis, dan menempuh langkah-langkah
tertentu. Penelitian dapat pula diartikan sebagai cara pengamatan atau
inkuiri dan mempunyai tujuan untuk menjawab proses penemuan baik
discovery maupun invention.1 Mengutip dari David H. Penny dalam
buku metodologi penelitian, ia mengatakan Penelitian adalah pemikiran
yang sistematis mengenai berbagai jenis masalah yang memecahkanya
memerlukan pengumpulan dan penafsiran fakta.2
Dalam sebuah penelitian dikenalkan oleh beberapa tokoh jenis-
jenis pendekatan yang akan digunakan acuan dasar dalam menentukan
metode penelitian. Munculnya sebuah metodologi penelitian karena
adanya landasan dasar yang melahirkan dimensi keilmuan. Untuk itu
diperlukanya falsafah penelitian dan paradigma dalam sebuah riset atau
penelitian.
Oleh karena itu, mengingat pentingnya penelitian bagi kehidupan
manusia, maka dalam makalah ini akan dibahas lebih jauh tentang
penelitian yang meliputi paradigma penelitian, filsafat dan metode
penelitian serta hubungan diantaranya agar kita dapat memahami
konsep secara teoritis dan mengaplikasikan penelitian secara tepat
sehingga mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang
muncul di sekitar kita.
2. Fokus Pembahasan
a. Bagaimana paradigma penelitian ?
b. Bagaimana filsafat penelitian ?
c. Bagaimana hubungan paradigma, filsafat dan metode penelitian ?
1
Paradigma merupakan kekuatan dasar yang mampu
mempertahankan kebenaran sebuah ilmu pengetahuan. Paradigma
penelitian secara kultural dipahami dalam sebuah dasar kontruksi yang
melahirkan model atau cara pandang yang akan di aplikasikan peneliti
dalam menjelajahi dunia research. Paradigma merupakan perspektif riset
yang digunakan peneliti yang berisi bagaimana cara pandang (world
views) peneliti melihat realita, bagaimana mempelajari fenomena, cara‐
cara yang digunakan dalam penelitian dan cara‐cara yang digunakan
dalam menginterpretasikan temuan. 3
Penjelasan diatas dapat ditarik benang merah, Paradigma pada
wilayah riset merupakan seperangkan kontruksi cara pandang dalam
menetapkan nilai-nilai dan tujuan penelitian serta memberikan arah
bagaimana pengetahuan harus didapat dan teori-teori apa yang harus
digunakan dalam sebuah penelitian, bahwa paradigma merupakan
pandangan mendasar mengenai pokok persoalan, tujuan dan sifat dasar
bahan kajian. Paradigma sebagai potret pendekatan ilmiah, yang
didalamnya terdapat metodologi, kemudian terdapat metode tak teknik
dalam penelitian.
b. Domain Paradigma Penelitian
Para ahli secara fundamental mengkasifikasikan bentuk paradigma
penelitian kedalam domain penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.
Terdapat beberapa sudut pandang dalam tinjaun aksiologik. Dalam
khasanah metodelogi penelitian, paling tidak terdapat tiga paradigma
kajian utama, yaitu: (1) pendekatan kuantitatif, tradisional scientific dan
discovery yang lazim disebut dengan paradigma positivifistik
(positivistic paradigm),(2) pendekatan kualitatif yang sering dinamakan
sebagai metode baru, sering disebut sebagai paradigma postpositivistik;
artistik dan interpretive research .4 Dan (3) paradigma refleksif
(reflexive paradigm) yang disepadankan dengan pendekatan krtitik
3 Juliana Batubara, Jurnal Fokus Konseling Paradigma Peneliatan Kualitatif Dan Filsafat Ilmu
Pengetahuan Dalam Konselng, (Padang: UIN Imam Bonjol, 2017), Vol. 3, 102
4 Ibid, h 7
2
(critical approach)5. Hal tersebut juga mengacu dari beberapa pakar,
mereka mengemukakan pendaptnya sebagai berikut; Sarantakos
membagi kedalam paradigm positivisme, interpretif dan kritikal. 6
Kemudian menurut Guba dan Lincoln yang membagi ke dalam paradigm
Positivisme, Postpositivisme, kritikal, dan kontruktivisme. 7 Dan
Cresswell menyebut paradigm post-positivisme, kontruktivisme,
advokasi partisipatoris, dan pragmatisme.8 Untuk itu dalam pembahasan
ini, penulis hanya memfokuskan pada Paradigma Positivitik dan
Paradigma Post-Positivistik, disebabkan beberapa alasan mendasar,
Penulis lebih memilih paradigma positivistik dan Postpositivistik karena
sercara fundamental, paradigma sering digunakan dalam pendekatan
kuantitafif dan kualitatif, meskipun dalam praktikum. alasan lain bahwa
dalam prespektif filsafat penelitian, paradigma inilah yang
melatarbelakangi filsafat pendidikan dalam potret penelitian, baik
landasan epistimologi, ontologi dan aksiologi.
1) Paradigma Positivitik
Penelitian positivistik dilandasi pada suatu asumsi bahwa suatu
gejala itu dapat diklasifikasikan, dan dihubungkan dengan gejala yang
bersifat kausal, peneliti dapat memfokuskan pada sebuah variabel,
pola hubungan antara variabel yang akan diteliti. Paradigma
Positivistik, diartikan sebagai pola yang menunjukan hubungan antara
variabel yang akan diteliti, sekaligus mencerminkan mencerminkan
jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui
penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis
8 J.W. Creswell, Research Design: Qualitative, Quantitative and mixed methods Approace,
Terjemahan Dariyatno dkk, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 8
3
dan jumlah hipotesis, dan teknik analis statistik yang akan digunakan.9
Metodologi kuantitatif menuntut adanya rancangan penelitian yang
menspesifikan obyeknya secara eksplisit dielimanisakan dari obyek-
obyek lain yang tidak diteliti.10Dalam konteks ini, istilah positivistik
didasarkan pada pengalaman, kenyataan, meyakinkan, dan emperis.
Ciri ilmiah dalam pengetahuan objektif yang lazim disebut sebagai
variabel bukan gejala pada interpretivisme atau pemberian makna
atas pengalaman peneliti.
Penelitian positivistik pada umumnya dilakukan pada populasi
atau sampel tertentu. Menurut Sugiono, Proses Penelitian yang
bersifat deduktif, dimana untuk menjawab rumusan masalah
digunakan konsep atau teori sehingga dapat dirumuskan hepotesis.
Hepotesis tersebut diuji melalui pengumpulan data lapangan yang
menggunkan instrument penelitian, kemudian dianalisis menggunakan
statistic deskriptif atau inferensial sehingga disimpulkan hipotesis. 11
Maka dari itu paradigma positivistik dalam wujud teori merupakan
system logic, deduktif, dan menggambarkan saling keterkaitan antara
sejumlah divinisi, aksioma dan hukum.Tujuan utama sebuah
penelitian adalah scientific explanation untuk menemukan dan
mendokumentasikan hukum universal yang mengatur prilaku
manusia sehingga dapat dikontrol untuk prediksi kejadian. 12Suatu
penjelasan dikatan benar apabila logic terkait dengan hukum serta
didasarkan pada kenyataan. Positivistik menekankan pentingnya
masukan dari data kenyataan yang mewujudkan pengetahuan, teori-
teori dalam penelitian ini di uji mulai dari meta teori, hipotesis,
deskriptif. Dermawan dalam buku metode penelitian kuantitif,
mengemukakan: “Gama (1990;59) bahwa positivisme menekankan
9 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D,(Bndung: Alfabeta, 2016), h. 42
10 Noeng Muhajir, PDF Metodelogi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996) h. 11
4
akan pentingya mencari fakta-fakta dan penyebab gejala sosial dengan
kurang memperhatikan tingkah laku subjektif individu yang dapat
dimasukan pada kategori tertentu”.13Hal tersebut jelas bahwa
paradigma positistik melatarbelakangi pendekatan kuantitif,
menekankan pentingnya masukan dari data kenyataan yang
menumbuhkan pengetahuan melalui pengujian data empiris.
Tabbel 1.1
Paradigma Positivistik14
POSITIVISTIK
6. Subjektivitas Objektif
13 Deni Darmawan, Metode Penelitian Kuantitatif, cet. ke-II, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2014), h. 209
5
7. Posisi teori Deduktif (masalah-teori-data)
15 Ahmad Tanseh, Pengantar Metode Penelitian, Cet. I ,(Yogyakarta: Teras, 2009), h.2
17 J.W. Creswell, Research Design: Qualitative, Quantitative and mixed methods Approace,
(Sage: Publication), h. 61
6
data.18 Menurut sugiono, Postpositivisme sering juga disebut sebgai paradigma
interpretif dan kontruktif, yang memandang realitas sosial sebagai sesuatu
holistik, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala yang bersifat
interaktif.19
Pemahaman penelitian kualitatif yang cenderung menggunakan
paradigma postpositivistik, menjadikan manusia sebagai intrumen atau human
instrument. Maka untuk menjadi instrument seorang peneliti di tuntut untuk
memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga dapat memotret kondisi
sosial secara kultural. Dengan demikian paradigma postpositivistik dalam
penelitian kualitatif dilakukan secara intensif, agar ketika menganalisis
dokumen yang dilapangan dapat mengontruksi realitas secara kompleks.
Ketika para peneliti melaksanakan paradigma Postpositivistik, mereka
menganut ide tentang realitas, dan melaporkan realitas yang ada dilapangan,
asumsinya adalah bagaima seseorang peneliti dapat mengimplementasikan
dalam praktik yang sesungguhnya.
Tabbel 1.2
Paradigma Postpositivistik20
INTERPRETIVISTIK
20 Redja Mudyaharjo, Filsafat Ilmu Pendidikan, Cet. Ke-VI, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya),
h.150
7
4. Kausa hubungan sebab akibat Hubungan sebab dan akibat tidak jelas
(a posteriori) induktif
2. Filsafat Penelitian
Terkait pernyataan fundamental filsafat penelitian, spesifik ontologis,
epistimologis, dan metodelogi telah di potretkan melalui filsafat pendidikan
(phlilosophy of education). Dalam perspektif filsafat, penelitian merupakan bagian
dari filsafat pendidikan/sains. Filsafat sains merupakan analisis tentang prosedur
dan logika mengenai penjelasan-penjelasan ilmiah.21 Di dalamnya terkandung
hakikat pelaksanaan pendidikan yang bersangkut paut dengan sebuah tujuan, latar
belakang, cara atau metode, dan pencapaian.22 Kepercayaan dasar/metafisaka yang
terbangun dalam faham positivisme, setidaknya mempunyai item-intem
fundamental dalam penelitian, asumsi asas filsafah penelitian; 1) item ontologi
dalam mempotretkan realisme live realitas, 2) kemudian item spesifik
epistimologi yang menggambarkan dualitas atau objektivis kebenaran, 3) dan
Metodologi berupa Espremental atau manipulasi, veritivikasi hipotesis.23
Metafisika dalam alternative Paradigma Postpositivistik, setidaknya mempunyai
21 Leatherby and Bywaters Dalam Juliana Batubara, Jurnal Fokus Konseling Paradigma
Peneliatan Kualitatif Dan Filsafat Ilmu Pengetahuan Dalam Konseilng…, 98
8
kontruksi yang sama dalam landasan filsafat penelitian, dipotret dalam sudut
pandang ontologi, postpositivistik adalah realisme krtitis realitas “real” tetapi
hanya dapat dipahami secara tidak sempurna dan probalitas. Kemudian jika
dipotret dari epistimologis, postpositivistik meliputi modifikasi dualitas,
objektivis tradisi, dan kemungkinan-kemungkinan kebenaran. Yang terahir jika
postpositivistik di potret dari aspek metodologi meliputi modifikasi eksperimen
perbanyakan kritis yang mencangkup metode kualitatif.24
Untuk lebih komprehensif, penulis akan menjelaskan mengenai filsafat yang
melatarbelakangi sebuah riset atau penelitian; 1) ontologi, 2). epistemologi, 3).
Aksiologi, 4) dan metodologi. Asumsi tersebut didukung dengan konsep yang
diuraikan Creswell dalam Juliana sebagai berikut; “filosofis penelitian pada
umumnya berkaitan dengan empat keyakinan yaitu ontologi, epistemologi,
aksiologi dan metodologi (proses penelitian)”. 25
1). Ontologi Penelitian
Ontologi merupakan sub urgen tentang inti dari penelitiaan, ontologi
menekankan realita penelitian objektif ataukah realita, oleh karena itu dibedakan
antara realisme dan naminalime.26 Faham realisme menitik beratkan pada
kenyataan dalam objektivitasnya, oleh karena itu, hakikat yang ada adalah materi
atau benda. Kenyataan kongkret dapat diketahui atau dipahami melalui indera
manusia, sedangkan nominialisme adalah kenyataan yang sesungguhnya adalah
bersifat rokhani atau kejiwaan, oleh karena bersifat abstrak yang dapat dipahami
melalui persepsi mental berupa kegiatan berpikir, nalar maupun intuisi.dalam
referensi lain ada yang memberi istilah idealisme.27
Berawal dari konsep tersebut dapat diuraikan bahwa Ontologi adalah asumsi
yang penting tentang inti dari fenomena dalam penelitian. Kebenaran yang
dilandasi pada dalil-dalil yang dapat dipertanggungjawabkan, baik dalil ilmiah
24 Ibid, h. 3
25 Ibid, h. 99
26 Anis Chariri, Jurnal PDF Landasan Filsafat dan Metode Penelitian Kualitatif…, h. 2
27 Muntu Abdullah, PDF Jurnal Akrual Pengembangan Toiri Akuntansi Berbasis Filsafat Ilmu,
(Surabaya: UNESA, 2011), 143
9
dan mungkin juga dalil-dalil teologis. Pertanyaan dasar tentang ontologi
adalah“realita yang diteliti objektif ataukah “realita” adalah hasil pengetahuan
individu.28
2) Epistemologi Penelitian
Epistimologi adalah asumsi tentang landasan ilmu pengetahuan, Konsep
epistimologi dalam rangkaian keseluruhan penelitian merupakan penerapan
metode ilmiah berdasarkan kerangka pemikiran yang bersifat logis dengan
argumentasi yang bersifat konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah
berhasil disusun.29 Lebih lanjut Redja mengatakan Epistimologi membahas
tentang hakikat objek formal dan material, Epistimologi dari faham positivisme
adalah subjek yang mengetahui objek yang diketahui adalah bebas tidak saling
bergantungan, dan mengontruk dualisme yang tegas, kemudian riset
postpositivistik yang disebut sebagai penelitian naturalistic dalam bukunya
menjelaskan bahwa adanya hubungan yang bersifat interaktif, dan tidak dapat
dipisahkan.30
3) Aksiologi Penelitian
Seseorang peneliti harus mempertimbangkan juga nilai guna dari
penelitian tersebut. Sebagai aspek filsafat, Aksiologi dalam bidang penelitian ini
dapat diartikan pembahasan mengenai hakikat nilai keguanaan teoretis dan
praktis penelitian.31 Aksiologi dalam riset bertujuan agar risetyang dilakukan
bermanfaat bagi kemaslahatan hidup manusia, baik itu secara teoritis atau
akademik maupun secara empirik atau lapangan. Nilai manfaat ini sebaiknya
terpikirkan sejak peneliti memulai pra riset. Sering kali kemanfaatan riset ini
baru terpikirkan dan digarap pada penyusunan bab penutup dari laporan
28 Juliana Batubara, Jurnal Fokus Konseling Paradigma Peneliatan Kualitatif Dan Filsafat Ilmu
Pengetahuan Dalam Konseling..., 99
29 Saifulloh, Jurnal PDF Refleksi Epistimologi Dalam Metodologi Penelitian, (Malang: UIN
Maliki, 2013), Vol. III, 186
30 Redja mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004),
Cet.3, h. 50
31 Redja mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004),
Cet.3, 7
10
penelitian. Padahal secara eksplisit maupun implisit, nilai manfaat selalu
menyertai setiap langkah riset.32
4) Metodologi Penelitian
Metodologi adalah asumsi-asumsi tentang bagaimana seseorang berusaha
untuk menyelidiki dan mendapatkan pengetahuan tentang dunia sosial. 33
Cholid,dkk menjelaskan secara singkat mengenahi terminologi Metodologi
penelitian, bahwa metodologi penelitian adalah ilmu mengenai jalan yang dilewati
untuk mencapai pemahaman. 34
Dari metodologi ini dapat disimpulkan bahwa metodologi penelitian
didalamnya terdapat metode atau cara untuk mencapai satu-kesatuan pemahaman,
metode inilah yang akan menentukan teori apa yang akan digunakan dalam
melaksanakan penelitian.
Penjelasan secara kultur tentang filsafat penelitian diatas, dapat ditarik
benang merah, bahwa didalam filsafat pendidikan terdapat colerasi yang kuat
dengan status filsafat ilmu. Hal itu dikarenakan terdapat inklusi yang jelas tampak
dalam proses pemahaman dan pemaknaan terhadap kegiatan dan perilaku
manusia. kegiatan berpikir filsafat ontologi, epistemologi dan aksiologi yang
dituangkan dalam proses penelitian (metodologi penelitian) dan penyimpulan
yang kuat sehingga hasil penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah.
32 Saifulloh, Jurnal PDF Refleksi Epistimologi Dalam Metodologi Penelitian, (Malang: UIN
Maliki, 2013), Vol. III, 18
33 Anis Chariri, Jurnal PDF Landasan Filsafat dan Metode Penelitian Kualitatif…, h.2
11
telaah fokus studi mengahsilkan pengetahuan baru yang akan memunculkan teori,
dengan demikian jelas bahwa aktifitas penelitian berangkat dari paradigma.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan secara umum bahwa hubungan erat
antara ketiganya adalah filsafat sebagai konsensus ilmu yang menjadi landasan
dasar, paradigma adalah suatu pandanagn mengenai filsafat, sehingga dari situ
memunculkan metodologi penelitian
C. KESIMPULAN
1. Paradigma adalah sistem keyakinan dasar yang berlandaskan
asumsi ontologi, epistimopologi, dan metodologi.
2. Filsafat penelitian adalah landasan berpikir seorang peneliti yang
meliputi ontologi, epistemologi, aksiologi dan metodologi penelitan.
3. Hubungan antara paradigm, filsafat, dan metode penelitian adalah
filsafat sebagai dasar, paradigm adalah sudut pandan, dan yang melahirkan
metodologi.
D. REFERENSI
12
Chariri, Anis . Jurnal PDF Landasan Filsafat dan Metode Penelitian Kualitatif.
13
Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Bndung: Alfabeta.
14