Anda di halaman 1dari 7

1.

Hakikat masalah Penelitian Kualitatif


Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berguna untuk memperoleh
penemuan-penemuan yang tidak terduga sebelumnya dan membangun kerangka teoritis
baru. Penelitian kualitatif biasanya mengejar data verbal yang lebih mewakili fenomena
dan bukan angka-angka yang penuh prosentaase dan merata yang kurang mewakili
keseluruhan fenomena. Dari penelaitian kualitatif tersebut, data yang diperoleh dari
lapangan biasanya tidak terstruktur dan relative banyak, sehingga memungkinkan peneliti
untuk menata, mengkritis, dan mengklasifikasikan yanglebih menarik melalui penelitian
kualitatif. Istilah penelitian kualitatif, awalnya beraasal dari sebuah pengamatan
pengamatan kuantitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kualitatif (Suwardi
Endraswara, 2006:81).
Menurut Brannen (1997:9-12), secara epistemologis memangada sedikit
perbedaan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif. Jika penelitian kuantitatif selalu
menentukan data dengan variabel-veriabel dan kategori ubahan, penelitian kualitatif
justru sebaliknya. Perbedaan penting keduanya, terletak pada pengumpulan data. Tradisi
kualitatif, peneliti sebagai instrument pengumpul data, mengikuti asumsi cultural, dan
mengikuti data.
Penelitian kualitatif (termasuk penelitian historis dan deskriptif)adalah penelitian
yang tidak menggunakan model-model matematik, statistik atau komputer. Proses
penelitian dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir yang akan
digunakan dalam penelitian. Asumsi dan aturan berpikir tersebut selanjutnya diterapkan
secara sistematis dalam pengumpulan dan pengolahan data untuk memberikan penjelasan
dan argumentasi. Dalam penelitian kualitatif informasi yang dikumpulkan dan diolah
harus tetap obyektif dan tidak dipengaruhi oleh pendapat peneliti sendiri. Penelitian
kualitatif banyak diterapkan dalam penelitian historis atau deskriptif. Penelitian kualitatif
mencakup berbagai pendekatan yang berbeda satu sama lain tetapi memiliki karakteristik
dan tujuan yang sama. Berbagai pendekatan tersebut dapat dikenal melalui berbagai
istilah seperti: penelitian kualitatif, penelitian lapangan, penelitian naturalistik, penelitian
interpretif, penelitian etnografik, penelitian post positivistic, penelitian fenomenologik,
hermeneutic, humanistik dan studi kasus. Metode kualitatif menggunakan beberapa
bentuk pengumpulan data seperti transkrip wawancara terbuka, deskripsi observasi, serta
analisis dokumen dan artefak lainnya. Data tersebut dianalisis dengan tetap
mempertahankan keaslian teks yang memaknainya. Hal ini dilakukan karena tujuan
penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena dari sudut pandang partisipan,
konteks sosial dan institusional. Sehingga pendekatan kualitatif umumnya bersifat
induktif.
Penelitian kualitatif adalah satu model penelitian humanistik, yang menempatkan
manusia sebagai subyek utama dalam peristiwa sosial/budaya. Jenis penelitian ini
berlandaskan pada filsafat fenomenologis dari Edmund Husserl (1859-1928) dan
kemudian dikembangkan oleh Max Weber (1864-1920) ke dalam sosiologi. Sifat
humanis dari aliran pemikiran ini terlihat dari pandangan tentang posisi manusia sebagai
penentu utama perilaku individu dan gejala sosial. Dalam pandangan Weber, tingkah laku
manusia yang tampak merupakan konsekwensi-konsekwensi dari sejumlah pandangan
atau doktrin yang hidup di kepala manusia pelakunya. Jadi, ada sejumlah pengertian,
batasan-batasan, atau kompleksitas makna yang hidup di kepala manusia pelaku, yang
membentuk tingkah laku yang terkspresi secara eksplisit.

2. Sumber Masalah Penelitian Kualitatif


Sumber, dari mana permasalahan penelitian dapat digali, diidentifikasi dan
dikembangkan, antara lain dari :
1. Pengalaman Pribadi Setiap orang dapat mengidentifikasi secara unik masalah dari
pengalaman pribadinya dalam keseharian, juga pengalaman akademik selama belajar,
dan mengerjakan tugas ataupun laporan.
2. Lanjutan atau Perluasan Penelitian Peneliti dapat mengambil permasalahan penelitian
dari hasil penelitian sebelumnya, yang biasanya tercantum pada saran untuk
mengembangkan atau melanjutkan penelitian tersebut.
3. Sumber Kepustakaan: buku Teks, Jurnal, Laporan Penelitian Membaca buku teks,
jurnal maupun laporan penelitian, selain dapat memperkaya khasanah pengetahuan,
juga dapat dijadikan sebagai sumber bahan identifikasi masalah yang memberi
rekomendasi untuk melakukan penelitian lanjutan.
4. Forum Pertemuan Ilmiah dan Diskusi Hasil pertemuan ilmiah dan diskusi dengan
orang yang lebih berpengalaman atau para pakar di bidangnya dapat membuka
wawasan dan pandangan lain untuk memperoleh identifikasi masalah yang
direncanakan sebagai bahan untuk menyusun skripsi atau tesis.
5. Observasi atau pengalaman langsung dalam praktek Hasil observasi dan pengalaman
langsung juga merupakan sumber yang masalah yang potensial dijadikan dalam
merencanakan suatu penelitian.
6. Perubahan Paradigma dalam pendidikan Paradigma pendidikan yang selalu berubah
dan berkembang dari masa ke masa dalam berbagai hal seperti kurikulum, media dan
metode pembelajaran dapat dijadikan sumber berbagai identifikasi masalah untuk
penelitian
7. Fenomena Pendidikan dalam kelas, luar kelas dan di Masyarakat Fenomena
pendidikan yang terjadi baik dalam kelas, luar kelas maupun dalam masyarakat dapat
mendorong peneliti untuk menjadikannya sebagai sumber masalah yang dapat
diangkat dalam suatu penelitian.
8. Deduksi dari teori Terdapatnya deduksi dari teori yang sudah ada ataupun merupakan
cabang studi yang sedang dikembangkan.

3. Identifikasi Masalah Penelitian Kualitatif


Identifikasi artinya adalah memerinci masalah sehingga dapat diketahui dengan jelas.
Identifikasi masalah sebaiknya disertai dengan data yang mendukungnya. Dari berbagai
gejala yang memperlihatkan adanya masalah menimbulkan pertanyaan yang dapat
memunculkan masalah baru dan dapat dihimpun sebagai masalah alternatif, meskipun
masih memperlihatkan adanya atau luasnya permasalahan. Dalam hal ini kita perlu
melakukan identifikasi masalah.
Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:

1. Membaca literatur sebanyak-banyaknya.


2. Menghadiri berbagai seminar yang terkait.
3. Mengadakan pengamatan dari dekat.
4. Mengadakan penelitian kecil dan mencatat hasilnya.
5. Menyusun penelitian dengan penekanan pada isi dan metodologinya.
6. Mengunjungi berbagai perpustakaan, dll
4. Rumusan Masalah Kualitatif
Perumusan masalah adalah pernyataan rinci dan lengkap mengenai ruang lingkup
permasalahan yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah.
Karena masalah itu, sewaktu akan mulai memikirkan suatu penelitian, sudah harus
dipikirkan dan dirumuskan secara jelas, sederhana dan tuntas. Hal itu disebabkan oleh
seluruh unsur penelitian lainnya yang berpangkal pada perumusan masalah tersebut.
Dalam membuat rancangan penelitian, diharuskan bagi peneliti untuk
menegaskan dan merumuskan masalah yang sedang diteliti secara jelas dan tegas. Hal itu
dilakukan dengan maksud agar keseluruhan proses penelitian bisa benar-benar terarah
dan terfokus pada tujuan yang jelas. Jikalah diajukan rumusan umum yang
mencerminkan pokok permasalahan yang diteliti, maka ia perlu dirinci ke dalam
rumusan-rumusan yang lebih spesifik dan operasional. Rumusan masalah yang spesifik
dan operasional itulah yang hendaknya disejalankan dengan “wujud jawaban” yang bakal
disajikan dan disimpulkan dalam laporan hasil penelitian.

Perlu diketahui bahwa dalam penelitian kualitatif masalah itu bertumpu pada suatu fokus.
Dalam penelitian kualitatif, perumusan masalah melalui fokus itu bersifat tentatif dan ini
sudah jelas jika melihat dari contoh diatas. Terdapat tiga kemungkinan dalam penelitian
kualitatif tentang masalah yang akan kita teliti yang mana ini dikemukakan oleh
Sugiyono (2007: 30) dalam Andi Prastowo (2011: 112).

1. Masalah tetap. Yaitu masalah yang kita teliti itu tetap dan tidak berubah karena apa yang
mau kita teliti itu ada atau sesuai dengan di latar penelitian. Dengan demikian
masalahnya akan tetap dan tidak berubah.
Contoh: dari awal memang kita akan meneliti tentang pengaruh metode dialektika dalam
metode belajar-mengajar di universitas A. setelah diselidiki atau setelah peneliti
mengetahui keadaan dilapangan bahwa memang universitas A itu menggunkan metode
dialektika dalam metode belajar-mengajar, maka peneliti tidak usah mengganti fokus
masalahnya.
2. Masalah berkembang. yaitu masalah bisa berkembang jika ketika kita telah di latar
penelitian ternyata ada hal-hal atau data-data baru yang sebelumnya tidak kita duga atau
justru kita menduga ada ternyata tidak ada.
Contoh: kita sudah menentukan tentang apa yang mau kita teliti yaitu metode dialektika
dalam metode belajar-mengajar di universitas A. ternyata ketika sudah mengetahui situasi
lapangan, universitas A tidak hanya menggunakan metode dialektika tetapi juga
menggunakan metode yang lainya. berarti masalah bisa berkembang misalnya menjadi
metode dalam belajar-mengajar di universitas A.
3. Masalah berubah total. Masalah bisa berubah total jika si peneliti sudah mengetahui
kenyataan dilapangan yang bertentang atau tidak sesuai dengan fokus masalahnya.
Contoh: kita mau meneliti tentang metode dialektika dalam metode belajar-mengajar di
universitas A. ternyata setelah mengetahui kenyataan dilapangan yang bertentangan
bahwa universitas A sama sekali tidak menggunakan metode dialektika dalam metode
belajar-mengajar, maka fokus masalah tentu akan berubah secara total

5. Tujuan Penelitian Kualitatif


Tujuan penelitian kualitatif untuk menemukan makna secara komprehensif. Tak sekadar
makna, tetapi makna yang didapat dari pemikiran kritis peneliti. Tujuan penelitian ini tak
hanya menyamakan hasil dengan teori. Melainkan menunjukkan keganjalan atau ketidak
beresan dari subjek dan objek penelitian sesuai arahan teori.
Mengetahui tujuan penelitian kualitatif akan sangat memudahkan proses penelitiannya.
Keberhasilan penelitian bisa dinilai darinya. Semakin dalam, semakin kritis, dan semakin
detail informasi yang didapat maka semakin berhasil penelitiannya. Pada penelitian ini,
objek yang banyak tak diperlukan. Peneliti hanya perlu berfokus pada kekritisan
pemikiran.

6. Hubungan Masalah dan Tujuan Penelitian Kualitatif


Dalam suatu rancangan penelitian yang luaran akhirnya berupa makalah, skripsi,
atau artikel di jurnal ilmiah, penentuan tujuan penelitian yang jelas dan spesifik, disertai
rumusan masalah yang tepat- guna serta mengindahkan prinsip-prinsip 5W + 1H maupun
dalam tegangan antara universalitas dan partikularitas, merupakan sebuah tolok-ukur
yang sering digunakan untuk menentukan feasibility rancangan penelitian tersebut.
Hendaknya calon peneliti memerhatikan dengan cermat apakah tujuan penelitian yang
ditetapkannya sudah bersesuaian dengan rumusan masalah yang disusunnya, jangan
sampai tujuan penelitian kualitatif diperinci dengan perumusan masalah kuantitatif atau
sebaliknya.
Ketika penelitian sudah mulai dikerjakan, baik tujuan penelitian maupun perumusan
masalah memang bisa mengalami dinamika (dalam arti: perubahan). Temuan-temuan
(baru) di lapangan, hasil wawancara dengan narasumber beserta penafsirannya, kerangka
teori yang dicari dan digunakan sebagai paradigma penelitian, triangulasi dari beberapa
metode riset, merupakan faktor-faktor yang dapat me-nyumbang pada perubahan, baik
dalam arti modifikasi maupun peng-gantian, tujuan penelitian serta rumusan masalah.
Seperti dicatat Parker (2011: 102-103), ada dua dimensi yang bisa dibedakan ketika
melakukan penelitian kualitatif. Dimensi pertama menyoroti apakah analisis dilakukan
berdasarkan unit (pendekatan kategoris) atau berdasarkan teks sebagai keseluruhan
(pendekatan holistik). Dalam pendekatan holistik, teks dipandang dan diperlakukan
sebagai suatu keutuhan, sementara bagian-bagian yang menyusun teks ditafsirkan dalam
konteks dan hubungan dengan bagian-bagian narasi lainnya. Sementara itu, dimensi
kedua memberi tekanan pada fokus analisis, apakah pada isi atau pada bentuk. Distingsi
yang bisa ditarik antara isi dan bentuk biasanya merujuk pada cara membaca teks secara
sastrawi, tetapi sebenarnya tidak sesederhana itu. Salah satu contoh pendekatan kualitatif
yang membuka ruang untuk perubahan dalam perumusan masalah ataupun tujuan
penelitian adalah pendekatan naratif. (Pendekatan) Naratif adalah suatu cara bertutur
yang menceritakan satu atau lebih kejadian nyata yang tidak secara logis saling
mengandaikan atau mengaitkan, yang dalam prosesnya, topik tuturan tersebut bisa
berkembang atau berubah.
Dengan mewaspadai kemungkinan "perubahan” seperti ini, seperti ditawarkan oleh
pendekatan naratif dalam penelitian kualitatif, bukan berarti si peneliti dapat dengan
gampangnya mengubah-ubah tujuan pe-nelitian dan rumusan masalah seiring berjalannya
penelitian. Hipotesis yang diajukan si peneliti dalam usulan penelitian memang harus
diuji kadar kebenarannya (verifiability). Namun, tentu saja ia pun harus bersikap terbuka
jika temuan-temuan di lapangan, termasuk hasil wawancara terstruktur dengan
narasumber, menunjukkan arah yang tidak mengonfirmasi hipotesis yang diajukan.
"Memaksakan" keberlakuan sebuah hipotesis agar mendukung keyakinan awal
prapenelitian (basic assumptions) merupakan musuh dari sikap terus bertanya (inquiry
attitude) yang bebas prasangka dari sosok seorang peneliti yang ideal.

Anda mungkin juga menyukai