Anda di halaman 1dari 42

METODE PENELITIAN KUALITAIF

(Sistematika Penelitian Kualitatif)
 

By: Fitwi Luthfiyah

A.  Pendahuluan

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan memahami realitas sosial, yaitu melihat
dunia dari apa adanya, bukan dunia yang seharusnya, maka seorang peneliti kualitatif haruslah
orang yang memiliki sifat open minded. Karenanya, melakukan penelitian kualitatif dengan baik
dan benar bearti telah memiliki jendela untuk memahami dunia psikologi dan realitas sosial.

Dalam penelitian sosial, masalah penelitian, tema, topik, dan judul penelitian berbeda secara
kualitatif maupun kuantitatif. Baik substansial maupun materil kedua penelitian itu berbeda
berdasarkan filosofis dan metedologis. Masalah kuantitatif umum memiliki wilayah yang luas,
tingkat variasi yang kompleks namun berlokasi dipermukaan. Akan tetapi masalah-masalah
kualitatif berwilayah pada ruang yang  sempit dengan tingkat variasi yang rendah namun
memiliki kedalaman bahasa yang tak terbatas.

Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian
kualitatif,  adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, penelitian harus memiliki bekal teori dan
wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti
menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian
kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk
memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan
meneliti sejarah perkembagan.

Untuk itulah, maka seorang peneliti kualitatif hendaknya memiliki kemampuan brain,
skill/ability, bravery atau keberanian,  tidak hedonis dan selalu menjaga networking, dan
memiliki rasa ingin tau yang besar atau open minded.

Jadi atas dasar pemaparan di atas, maka pada kesempatan ini pemakalah akan membahas
penelitian kualitaif. Adapun rumusan masalah nya adalah:

1. Apakah yang dimaksude dengan penelitian kualitatif?


2. Bagaimanakah Sistematika dalam Penelitian Kualitaif?

1. B.  Pengertian Penelitian Kualitatif

Berbicara mengenai metodologi berarti berbicara mengenai hukum, aturan, dan tata cara dalam
melaksanakan atau menyelenggarakan sesuatu. Karena metodologi diartikan sebagai hokum dan
aturan, tentunya di dalamnya terkandung hal-hal yang diatur secara sistematis, hal-hal yang
diwajbkan, dianjurkan, dan atau dilarang. Sama seperti hokum dan aturan lainnya, metodologi
diciptakan dengan tujuan untuk dijadikan pedoman yang dapat menuntun dan mempermudah
individu yang melaksnakannya.

Penelitian atau dalam bahasa Inggris disebut dengan research. Jika dilihat dari susunan katanya,
terdiri atas dua suku kata, yatitu re yang berarti melakukan kembali atau pengulangan dan
research yang berarti melihat, mengamati atau mencari, sehingga research dapat diartikan
sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan pemahaman baru yang lebih
kompleks, lebih mendetail, dan lebih komprehensif dari suatu hal yang diteliti.

Adapun pengertian penelitian kuliatatif dapat dilihat dari beberapa teori berikut ini:

a)   Creswell (dalam Herdiansyah, 2010: 8), menyebutkan:

“Qualitaive research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological


traditions of inquiry that explore a social or human problem. The researcher builds a complex,
holistic picture, analizes words, report detailed views of information, and conducts the study in a
natural setting”.

b)  Meleong, mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah, yang
bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks social secara alamiah dengan
mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena
yang diteliti (Herdiansyah, 2010: 9)

c)   Penelitian kualitaif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan,
menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh social yang tidak
dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitaif (Saryono, 2010: 1).

d)  Sugiyono (2011:15), menyimpulkan bahwa metode penelitian kulitatif adalah metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai
instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal,
teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitaif, dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Dari beberapa teori-teori di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa yang dimaksud dengan
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah. Dengan tujuan untuk memahami
suatu fenomena dalam konteks social secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi
komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti.

1. C.  Sistematika Penelitian Kualitatif


Dalam penelitian kualitaif belum terdapat format baku tahapan-tahapan atau sistematika yang
dpat dijadikan patokan dalam penelitian. Ini dikarenakan penelitian kualitaif terkait dengan
salah-satu karakteristik dari penelitian kualitais itu sendiri, yaitu fleksibel. Sehingga dengan ke-
fleksibelan-nya jalan penelitian berubah-ubah sesuai dengan kondisi yang ada. Akan tetapi,
meskipun demikian para ahli sependapat bahwa setidaknya terdapat lima tahapan sebagai
patokan dalam penelitian, yaitu tergambar sebagai berikut:

1. Mengangkat permasalahan.

Permasalahan yang biasanya diangkat dalam penelitian ini adalah bersifat unik, khas, memiliki
daya tarik tertentu, spesifik, dan terkadang sangat bersifat invidual (karena beberapa penelitian
kualitaif yang dilaksanakan memang hukan untuk kepentingan generalisasi).

1. Memunculkan pertanyaan penelitian.

Pertanyaan merupakan cirri khas dari penelitian kualitatif. Adalah sebagai spirit yang fungsinya
sama penting seperti hipotesis dalam penelitian kuantitaif.

1. Mengumpulkan data yang relevan.

Data dalam penelitian kualitaif pada umumnya berupa kumpulan kata, kalimat, pernyataan, atau
uraian yang mendalam.

1. Melakukan analisis data

Analisis data merupakan langkah berikutnya setelah data relevan diperoleh.

1. Menjawab pertayaan penelitian

Tahap ini adalah tahapan terakhir dalam penelitian kualitaif. Dalam menjawab pertanyaan,
peneliti dapat mengunakan gaya menulis yan lebih bebas, seperti narasi atau storytelling.
Sehingga dalam menjawab pertanyaan penelitian dapat lebih menarik untuk dibaca.

Kemudian, selain dari kelima tahapan di atas, beberapa para ahli penelitian kualitatif
mengemukakan beberapa format penulisan penelitian kualitatif berdasarkan sudut pandang
masing-masing.
Mengingat terdapat banyaknya format yang dikemukakan para ahli, maka di sini akan
memaparkan salah-satunya saja, yaitu format yang dikemukakan oleh Bungin (dalam
Herdiansyah, 2010:53-57) berikut ini:

Pendahuluan

1. Judul penelitian
2. Latar belakang masalah
3. Masalah penelitian
4. Tujuan penelitian
5. Tinjauan pustaka/teori dan kesimpulan teoritis yang digunakan
6. Hipotesis (bila diperlukan)

Metode Penelitian

1. Populasi (sasaran) penelitian


2. Sampel dan teknik sampling
3. Metode pengumpulan data
4. Metode analisis data

Analisis Data

1. Rancangan analisis data


2. Rencangan pembahasan (diskusi) hasil penelitian

Laporan Penelitian

Rancangan dalam laporan penelitian kualitatif secara khusus belum ada format yang baku dan
berlaku dalam merancang penelitian kualitatif, namun tetap ada poin-poin yang sama atau
hampir sama dengan beberapa format yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Di beberapa
perguruan tiinggi, baik swasta maupun negeri, format penelitian kulaitaif yang digunakan dalam
penelitian kualitaif yang digunakan dalam penyusunan skripsi relative sedikit berbeda, walaupun
pada intinya tetap sama dan ada benang merahnya satu sama lain. Di bawah ini. Akan disajikan
format penelitian kualitatif yang dapat digunakan sebagai panduan dalam penyusunan skripsi
bagi mahasiswa.

Bab 1 Pendahuluan

1. Konteks Penelitian
Tentang fenomena yang akan diangkat dalam penelitian, serta alasab mengapa penelitian tersebut
layak dilakukan.

1. Fokus Kajian Penelitian

Tentang focus dari fenomena yang akan diteliti (central phenomenon), disertai dengan
keteranagn yang lebih spesifik mengenai batasan-batasan central phenomenon tersebut.

1. Tujuan Penelitian

Tentang tujuan yang akan dicapai melalui penelitian yang dilakuakn.

1. Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan.

Bab 2 Perpsektif Teoritis

1. Kajian Pustaka

Berisi tentang definisi dan tinjauan secara teoritis terkait central phenomenon yang diteliti.

1. Pertanyaan Penelitian

Tentang [ertanyaaan penelitian yang diajukan dan akan dicari jawabannya melalui penelitian
yang dilakukan.

Bab 3 Metode Penelitian

1. Metode Pendekatan Masalah

Tentang metode kualitatif yang digunakan, dan alas an penggunaan metode yang dipilih.

 
1. Unit Analisis

1)     Subjek Penelitian

Yaitu tentang informasi mengenai subjek penelitian yag terlibat. Teknik yang digunakan dalam
menentukan subjek penelitian disertai alas an peneliti memilih subjek penelitian.

2)     Informasi Penelitian

Pada informan penelitian, hamper sama dengan subbab di atas, yaitu berisi tentang mengenai
informan penelitian, keterkaitan antar informan dengan subjek penelitian.

3)     Lokasi Penelitian

Lokasi-lokasi penelitian yang akan atau yang telah dilakukan pengambilan data, serta alasan
peneliti memilih lokasi tersebut.

1. Metode Pengumpulan Data

Tentang metode-metode yang digunakan dalam pengumpulan data disertai alas an peneliti dalam
memilih metode-metode tersebut.

1. Teknik Analisis Data

Berisi tentang teknik aalisis data yang digunakan berdasarkan data yang diperoleh dan
berdasarkan tujuan penelitian.

Bab 4 Hasil Penelitian dan Diskusi

1. Tahapan Penelitian

Tahapan-tahapan penelitian dari awal hingga akhir. Selain itu, juga dicantumkan kegiatan
pengambian data seperti jadwal wawancara atau observasi yang telah dilakukan ataupun yang
akan dilakukan.

1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang dikaitkan dengan temuan di lapangan dan pertanyaan penelitian yang
diajukan pada bab awal.

1. Pembahasan/Diskusi
Berisi tentang pembahasan atau diskusi mengenai hasil penelitian yang diperoleh. Bagaimana
keterkaitan penelitian dengan teori yang sudah ada serta bagaimana peneliti menjelaskan hasil
temuannya berdasarkan sudut pandang subjek penelitian yang disandingkan dengan susut
pandang teoritis.

Bab 5 Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Berisi tentang kesimpulan yang didapatkan berdasarkan hasil penelitian dan diskusi.

1. Saran

Berisi tentang saran yang dikemukakan oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian dan diskusi.

1. D.  Contoh-contoh Judul Karya Ilmiah Penelitian Kualitatif.

Di bawah ini adalah contoh-contoh judul penulisan karya ilmiah dalam penelitian kualitatif
mahasiswa/mahasiswi IAIN Raden Fatah Palembang (Luthfiyah, 2009: 16-17).

1. Penerapan Manajemen Pembiayaan Pendidikan Berbasis Madrasah Terhadap Mutu


Sekolah di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model Sekayu.(Fitwi Luthfiyah, Skripsi:
2009)
2. Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah di Sekolah Unggulan Sekolah Menengah Atas
(SMA) Negeri 4 Lahat Sumatera Selatan. (Litado Dewi Jusma, Tesis: 2008)
3. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Sekolah
(Analisis Terhadap Konsep Majemen Berbasis Sekolah).(Ade Rosad, Skripsi: 2004)

1. E.  Kesimpulan
Dari pemaparan-pemaparan di atas, di bawah ini akan dipaparkan kesimulan-kesimpulan sebagai
berikut:

1. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat


postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah. Dengan
tujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks social secara alamiah dengan
mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan
fenomena yang diteliti.
2. Setidaknya terdapat lima tahapan sebagai patokan dalam penelitian, yaitu tergambar
sebagai berikut:

a)   Mengangkat permasalahan.

b)   Memunculkan pertanyaan penelitian.

c)   Mengumpulkan data yang relevan.

d)   Melakukan analisis data

e)   Menjawab pertayaan penelitian

1. Format penelitian kualitatif yang dapat digunakan sebagai panduan dalam penyusunan
skripsi bagi mahasiswa.

Bab 1 Pendahuluan

1. Konteks Penelitian
2. Fokus Kajian Penelitian
3. Tujuan Penelitian
4. Manfaat Penelitian

Bab 2 Perpsektif Teoritis

1. Kajian Pustaka
2. Pertanyaan Penelitian

Bab 3 Metode Penelitian

1. Metode Pendekatan Masalah


2. Unit Analisis

1)  Subjek Penelitian

2)  Informasi Penelitian

3)  Lokasi Penelitian


1. Metode Pengumpulan Data
2. Teknik Analisis Data

Bab 4 Hasil Penelitian dan Diskusi

1. Tahapan Penelitian
2. Hasil Penelitian
3. Pembahasan/Diskusi

Bab 5 Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan
2. Saran

1. Contoh-contoh Judul Karya Ilmiah Penelitian Kualitatif.

1)   Penerapan Manajemen Pembiayaan Pendidikan Berbasis Madrasah Terhadap Mutu Sekolah
di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model Sekayu.(Fitwi Luthfiyah, Skripsi: 2009)

2)   Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah di Sekolah Unggulan Sekolah Menengah Atas
(SMA) Negeri 4 Lahat Sumatera Selatan. (Litado

3)   Konsep Manajemen Berbasis Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Sekolah
(Analisis Terhadap Konsep Majemen Berbasis Sekolah).

 
 

Daftar Pustaka

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta:
Salemba Humanika.

Luthfiyah, Fitwi. 2009. Penerapan Manajemen Pembiayaan Pendidikan Berbasis Madrasah


Terhadap Mutu Sekolah di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sekayu. (Skripsi: Fakultas Tarbiyah
IAIN Raden Fatah Palembang)

Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaf, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.

 
Pendekatan Penelitian Kuantitatif

1.      Hakikat Penelitian Kuantitatif

Pendekatan kuantitatif merupakan salah satu upaya pencarian ilmiah (scientific inquiry) yang
didasari oleh filsafat positivisme logikal (logical positivism) yang beroperasi dengan aturan-
aturan yang ketat mengenai logika, kebenaran, hukum-hukum, dan prediksi (Watson, dalam
Danim 2002). Fokus penelitian kuantitatif diidentifikasikan sebagai proses kerja yang
berlangsung secara ringkas, terbatas dan memilah-milah permasalahan menjadi bagian yang
dapat diukur  atau dinyatakan dalam angka-angka.

Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan


variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam bentuk operasionalisasi variable masing-
masing.  Reliabilitas dan validitas merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam
menggunakan pendekatan ini karena kedua elemen tersebut akan menentukan kualitas hasil
penelitian dan kemampuan replikasi serta generalisasi penggunaan model penelitian sejenis.
Selanjutnya, penelitian kuantitatif memerlukan adanya hipotesa dan pengujiannya yang
kemudian akan menentukan tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan teknik analisa dan
formula statistik yang akan digunakan. Juga, pendekatan ini lebih memberikan makna dalam
hubungannya dengan penafsiran angka statistik bukan makna secara kebahasaan dan kulturalnya.

2.      Prosedur Penelitian Kuantitatif

Langkah-langkah penelitian kuantitatif adalah operasionalisasi metode ilmiah dengan


memperhatikan unsur-unsur keilmuan. Penelitian kuantitatif sebagai kegiatan ilmiah berawal dari
masalah, merujuk teori, mengemukakan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan
membuat kesimpulan. Penelitian kuantitatif berawal dari adanya masalah yang dapat digali dari
sumber empiris dan teoretis, sebagai suatu aktivitas penelitian pendahuluan (prariset).  Agar
masalah ditemukan dengan baik memerlukan fakta-fakta empiris dan diiringi dengan penguasaan
teori yang diperoleh dari mengkaji berbagai literatur relevan. Penelitian dilakukan secara
sistematis, empiris, dan kritis mengenai fenomena-fenomena yang dipandu oleh teori serta
hipotesis.

Kegiatan penelitian dimulai dengan mengidentifikasikan permasalahan atau isu-isu yang penting,
aktual dan menarik. Dan yang paling penting adalah manfaat yang dihasilkan bila masalah itu
diteliti. Masalah dapat digali dari berbagai sumber empiris ataupun teoretis sebagai aktivitas
penelitian pendahuluan (pra-penelitian). Agar masalah ditemukan dengan baik diperlukan fakta-
fakta empiris diiringi penguasaan teori yang diperoleh melalui  pengkajian  berbagai literatur
relevan.  Pada tahap selanjutnya, penelitian melihat tujuan sebagai suatu permasalahan. Masalah
yang telah ditemukan diformulasikan dalam sebuah rumusan masalah. Pada umumnya rumusan
masalah penelitian  kuantitatif  disusun dalam bentuk pertanyaan. Rumusan masalah merupakan
penentuan faktor-faktor atau aspek-aspek yang terkait dengan lingkup kajian penelitian.

Dalam praktiknya faktor-faktor serta aspek-aspek yang berkaitan dengan kajian permasalahan
sangat banyak dan kompleks. Oleh karena itu diperlukan pembatasan pada faktor atau aspek
yang dominan saja. Penelitian membagi permasalahan menjadi sub-sub permasalahan yang dapat
dikelola dalam arti layak dan terjangkau untuk diteliti. Setiap sub permasalahan dicari
kemungkinan jawabannya secara spesifik dalam bentuk hipotesis yang sesuai. Dalam hal inilah
diperlukan studi kepustakaan yaitu kegiatan untuk mengkaji teori-teoriyang mendasari
penelitian. Dalam kegiatan ini juga dikaji hal-hal empiris yang bersumber dari penelitian-
penelitian terdahulu. Penelitian menahan sementara hipotesis atau pertanyaan sampai semua data
terkumpul dan diinterpretasikan.

Pada tahap selanjutnya, penelitian diarahkan untuk mencari data didasari oleh rumusan masalah
dan hipotesis yang dikemukakan sebelumnya. Dalam hal ini diperlukan desain penelitian yang
berisi tahapan penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data, sumber data  (populasi
dan sampel), serta  alasan mengapa menggunakan metode tersebut. Sebelum kegiatan
pengumpulan data dilakukan, terlebih dahulu harus ditetapkan teknik penyusunan dan pengujian
instrumen yang akan digunakan  untuk pengumpulan data. Data yang diperoleh kemudian di
analisis menggunakan teknik  statistik. Hasil analisis data merupakan temuan yang belum diberi
makna.

Pemaknaan hasil analisis data dilakukan melalui interpretasi yang mengarah pada upaya
mengatasi masalah atau menjawab pertanyaan penelitian. Dalam tahapan ini dikemukakan
tentang penerimaan atau penolakan hipotesis. Interpretasi dibuat dengan melihat hubungan
antara temuan yang satu dengan temuan lainnya. Kesimpulan merupakan generalisasi hasil
interpretasi. Terhadap kesimpulan yang diperoleh maka diciptakanlah implikasi dan rekomendasi
serta saran dalam pemanfaatan hasil penelitian.

B. Pendekatan Penelitian Kualitatif

1.      Hakikat Penelitian Kualitatif

Dasar penelitian kualitatif adalah konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu
berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang diinterpre-tasikan oleh
setiap individu (Sukmadinata, 2005). Peneliti kualitatif percaya bahwa kebenaran adalah dinamis
dan dapat ditemukan hanya melalui penelaahan terhadap orang-orang melalui interaksinya
dengan situasi sosial mereka (Danim, 2002). Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan
dengan strategi-strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan
untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Dengan demikian
penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah
dimana peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005).

Pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam
konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan  kehidupan sehari-
hari. Pendekatan kualitatif, lebih lanjut, mementingkan pada proses dibandingkan dengan hasil
akhir; oleh karena itu urut-urutan kegiatan dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi dan
banyaknya gejala-gejala yang ditemukan. Tujuan penelitian biasanya berkaitan dengan hal-hal
yang bersifat praktis.

Penelitian  kualitatif  menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data.  Peristiwa-


peristiwa yang terjadi dalam  suatu  situasi sosial merupakan kajian utama penelitian kualitatif.
Peneliti pergi ke lokasi tersebut, memahami dan mempelajari situasi. Studi dilakukan pada waktu
interaksi berlangsung di tempat kejadian.  Peneliti mengamati, mencatat, bertanya, menggali
sumber yang erat hubungannya dengan peristiwa yang terjadi saat itu. Hasil-hasil yang diperoleh
pada saat itu segera disusun saat itu pula. Apa yang diamati pada dasarnya tidak lepas dari
konteks lingkungan di mana tingkah laku berlangsung. Misalnya peneliti ingin mengetahui peran
kepala sekolah dalam pembinaan guru. Peneliti harus mendatangi suatu sekolah kemudian
mengali informasi yang terkait dengan peran kepala sekolah dalam pembinaan guru  baik itu dari
kepala sekolah, guru, maupun dokumen sekolah.
Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analitik. Data yang diperoleh seperti hasil pengamatan,
hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis dokumen, catatan lapangan, disusun peneliti di lokasi
penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk dan  angka-angka. Peneliti segera melakukan analisis
data dengan memperkaya informasi, mencari hubungan, membandingkan, menemukan pola atas
dasar data aslinya (tidak ditransformasi dalam bentuk angka). Hasil analisis data berupa
pemaparan mengenai situasi yang diteliti yang disajikan dalam bentuk uraian naratif. Hakikat
pemaparan data pada umumnya menjawab pertanyaan-pertanyaan mengapa dan bagaimana suatu
fenomena terjadi. Untuk itu peneliti dituntut memahami dan menguasai bidang ilmu yang
ditelitinya sehingga dapat memberikan justifikasi mengenai konsep dan makna yang terkandung
dalam data. Misalnya ketika peneliti ingin mengetahui peran kepala sekolah dalam pembinaan
guru, berdasarkan data/ informasi yang ada peneliti harus mampu menguraikan tujuan kepala
sekolah dalam pembinaan guru, langkah-langkah yang dilakukan kepala sekolah dalam
pembinaan guru, serta bagaimana respon guru terhadap pembinaan yang dilakukan oleh kepala
sekolah.

Tekanan penelitian kualitatif ada pada proses bukan pada hasil. Data dan informasi yang
diperlukan berkenaan dengan pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana untuk mengungkap
proses bukan hasil suatu kegiatan. Apa yang  dilakukan, mengapa dilakukan dan bagaimana cara
melakukannya memerlukan pemaparan suatu proses mengenai fenomena tidak  dapar dilakukan
dengan ukuran frekuensinya saja.  Pertanyaan di atas menuntut gambaran nyata tentang kegiatan,
prosedur, alasan-alasan, dan interaksi yang terjadi dalam konteks lingkungan di mana dan pada
saat mana proses itu berlangsung. Proses alamiah dibiarkan terjadi tanpa intervensi peneliti,
sebab proses yang terkontrol tidak akan menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Peneliti
tidak perlu mentaransformasi data menjadi angka untuk mengindari hilangnya informasi yang
telah diperoleh. Makna suatu proses dimunculkan konsep-konsepnya untuk membuat prinsip
bahkan teori sebagai suatu temuan atau hasil penelitian tersebut. Misalnya ketika meneliti peran
kepala sekolah dalam pembinaan guru, peneliti tidak mengukur frekuensi pembinaan yang
dilakukan akan tetapi mengamati untuk apa pembinaan dilakukan serta bagaimana cara
pembinaan dilaksanakan.

Penelitian kualitatif sifatnya induktif. Penelitian kualitatif tidak dimulai dari deduksi teori, tetapi
dimulai dari lapangan yakni fakta empiris. Peneliti terjun ke lapangan, mempelajari suatu proses
atau penemuan yang tenjadi secara alami, mencatat, menganalisis, menafsirkan dan melaporkan
serta menarik kesimpulan-kesimpulan dari proses tersebut. Kesimpulan atau generalisasi kepada
lebih luas tidak dilakukan, sebab proses yang sama dalam konteks lingkungan tertentu, tidak
mungkin sama dalam konteks lingkungan yang lain baik waktu maupun tempat.  Temuan
penelitian dalam bentuk konsep, prinsip, hukum, teori dibangun dan dikembangkan dari
lapangan bukan dari teori yang telah ada. Prosesnya induktif  yaitu dari data yang terpisah 
namun  saling berkaitan.  Misalnya ketika meneliti peran kepala sekolah dalam membina guru,
peneliti harus berusaha menemukan prinsip dan konsep-konsep  atas dasar  fakta. Peneliti tidak
berupaya menerapkan teori/ konsep yang terkait dengan  pembinaan, akan tetapi berusaha
menemukan konsep berdasarkan fakta dari lapangan.

Penelitian kualitatif mengutamakan makna.  Makna yang diungkap berkisar pada persepsi orang
mengenai suatu peristiwa. Misalnya penelitian tentang peran kepala sekolah dalam pembinaan
guru, peneliti memusatkan perhatian pada pendapat kepala sekolah tentang guru yang dibinanya.
Peneliti mencari informasi dari  kepala sekolah  dan pandangannya tentang keberhasilan dan
kegagalan  membina guru. Apa yang dialami  dalam membina guru, mengapa guru gagal dibina,
dan bagaimana hal itu terjadi. Sebagai bahan pembanding peneliti mencari informasi dari guru
agar dapat diperoleh titik-titik temu dan pandangan mengenai mutu pembinaan yang dilakukan
kepala sekolah. Ketepatan informasi dari partisipan (kepala sekolah dan guru)  diungkap oleh 
peneliti agar dapat menginterpretasikan  hasil penelitian secara sahih dan tepat.

Berdasarkan ciri di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif tidak dimulai dari  teori
yang dipersiapkan sebelumnya, tapi dimulai dari lapangan berdasarkan lingkungan alami. Data
dan informasi lapangan ditarik maknanya dan konsepnya, melalui pemaparan deskriptif analitik,
tanpa harus menggunakan  angka, sebab lebih mengutamakan proses terjadinya suatu peristiwa
dalam situasi yang alami. Generalisasi tak perlu dilakukan sebabdeskripsi dan interpretasi terjadi
dalam konteks dan situasi tertentu. Realitas yang kompleks dan selalu berubah menuntut peneliti
cukup lama berada dilapangan.

2.      Prosedur Penelitian Kualitatif

Prosedur penelitian kualitatif memiliki perbedaan dengan penelitian kuantitatif. Penelitian


kualitatif biasanya didesain secara longgar, tidak ketat, sehingga dalam pelaksanaan penelitian
berpeluang mengalami perubahan dari apa yang telah direncanakan. Hal itu dapat terjadi bila
perencanaan ternyata tidak sesuai dengan apa yang dijumpai di lapangan. Meski demikian, kerja
penelitian mestilah merancang langkah-langkah kegiatan penelitian. Paling tidak terdapat tiga
tahap utama dalam penelitian kualitatif yaitu (Sugiyono, 2007):

1.      Tahap deskripsi atau tahap orientasi. Pada tahap ini, peneliti mendeskripsikan apa yang
dilihat, didengar dan dirasakan. Peneliti baru mendata sepintas tentang informasi yang
diperolehnya.

2.      Tahap reduksi. Pada tahap ini, peneliti mereduksi segala informasi yang diperoleh pada
tahap pertama untuk memfokuskan pada masalah tertentu.

3.      Tahap seleksi. Pada tahap ini,  peneliti menguraikan fokus yang telah ditetapkan menjadi
lebih rinci kemudian melakukan analisis secara mendalam tentang fokus masalah. Hasilnya
adalah tema yang dikonstruksi berdasarkan data yang diperoleh menjadi suatu pengetahuan,
hipotesis, bahkan teori baru.

Secara spesifik, ketiga tahap di atas dapat djabarkan dalam tujuh langkah penelitian kualitatif
yaitu: identifikasi masalah, pembatasan masalah, penetapan fokus masalah, pelaksanaan
penelitian, pengolahan dan pemaknaan data, pemunculan teori, dan pelaporan hasil penelitian 
(Sudjana, 2001).

Langkah pertama: mengidentifikasi masalah. Suatu masalah merupakan suatu keadaan yang
menyebabkan seseorang bertanya-tanya, berpikir, dan berupaya menemukan kebenaran yang
ada. Fenomena masalah tersebut terjadi karena adanya sesuatu yang diharapkan, dipikirkan,
dirasakan tidak sama dengan kenyataan,  sehingga timbul “pertanyaan”  yang  menantang untuk
ditemukan “jawabannya”. Atas dasar prinsip masalah tersebut, dalam mengidentifikasi masalah
dapat muncul pertanyaan yang terkait dengan apakah, mengapa, dan bagaimana. Dari pertanyaan
yang muncul tergambar substansi masalah  yang  terkait dengan  pendekatan atau jenis 
penelitian tertentu. Dengan kata lain, jenis penelitian apa yang harus digunakan peneliti
bergantung pada masalah yang ada. Di dalam penelitian sebaiknya seorang peneliti melakukan
identifikasi masalah dengan mengungkapkan semua permasalahan yang terkait dengan bidang
yang akan ditelitinya.
Tahapan dan Langkah-langkah Penelitian Kualitatif

Langkah kedua: pembatasan masalah yang dalam penelitian kualitatif sering disebut fokus
penelitian. Sejumlah masalah yang diidentifikasi dikaji dan dipertimbangkan apakah perlu
direduksi atau tidak. Pertimbangannya antara lain atas  dasar  keluasan lingkup kajian.  Kajian 
yang terlalu luas memungkinkan adanya hambatan dan tantangan yang lebih banyak. Kajian
yang terlalu spesifik memerlukan kemampuan khusus untuk dapat melakukan kajian secara
mendalam. Pembatasan masalah merupakan langkah penting dalam menentukan kegiatan
penelitian. Meski demikian, pembatasan masalah penelitian kualitatif tidaklah bersifat
kaku/ketat. Pembatasan masalah dapat dilakukan dengan mengajukan sejumlah pertanyaan
antara lain:

1.      Dapatkah masalah tersebut dikembangkan untuk diteliti?

2.      Adakah data atau informasi yang dapat dikumpulkan untuk menemukan jawaban atas
masalah yang dipilih?

3.      Apakah masalah dan pemecahannya cukup bermanfaat?

4.      Apakah masalah tersebut baru dan aktual?

5.      Sudah adakah orang yang melakukan pemecahan masalah tersebut?

6.      Apakah masalah tersebut layak diteliti  dengan melihat  kemampuan peneliti, akses
memperoleh informasi, serta ketersediaan dana dan waktu?

Langkah ketiga: penetapan  fokus  penelitian.  Penetapan fokus berarti membatasi kajian.
Dengan menetapkan fokus masalah berarti peneliti telah melakukan pembatasan bidang kajian,
yang berarti pula membatasi bidang temuan.  Menetapkan fokus berarti  menetapkan  kriteria
data penelitian. Dengan pedoman fokus masalah seorang peneliti dapat menetapkan data yang
harus dicari. Data yang dikumpulkan hanyalah data yang relevan dengan fokus penelitian.
Peneliti dapat mereduksi data yang tidak relevan dengan fokus penelitian.  Sebagai catatan
bahwa dalam penelitian kualitatif dapat terjadi penetapan fokus penelitian baru dilakukan dan
dipastikan pada saat peneliti berada di lapangan. Hal itu dapat terjadi bila fokus masalah yang
telah dirumuskan secara baik, namun  setelah  di lapangan tidak mungkin dilakukan penelitian
sehingga diubah, diganti, disempurnakan atau dialihkan. Peneliti memiliki peluang untuk
menyempurnakan, mengubah, atau menambah fokus penelitian.

Langkah keempat: pengumpulan data. Pada tahap ini yang perlu dipenuhi antara lain rancangan
atau skenario penelitian, memilih dan menetapkan setting  (latar) penelitian, mengurus perijinan,
memilih dan menetapkan informan (sumber data), menetapkan strategi dan teknik pengumpulan
data, serta  menyiapkan sarana dan prasarana penelitian.  Pengumpulan data dilakukan dengan
menemui sumber data. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan pengumpulan  data 
adalah menciptakan hubungan yang baik antara peneliti dengan  sumber data. Hal  ini  terkait
dengan teknik pengumpulan data yang akan digunakan misalnya observasi, wawancara  atau
pengamatan.

Langkah kelima: pengolahan dan pemaknaan data. Pada penelitian yang lain pada umumnya
pengolahan data dan pemaknaan data dilakukan setelah data terkumpul atau kegiatan
pengumpulan di lapangan dinyatakan selesai. Analisis data  kualitatif yang  meliputi pengolahan
dan pemaknaan data dimulai sejak peneliti  memasuki  lapangan. Selanjutnya, hal yang sama
dilakukan secara kontinyu pada saat pengumpulan sampai akhir kegiatan pengumpulan data
secara berulang sampai data jenuh (tidak diperoleh lagi informasi baru).  Dalam  hal  ini, hasil
analisis dan pemaknaan data akan berkembang, berubah, dan bergeser sesuai perkembangan dan
perubahan data yang ditemukan di lapangan.

Langkah keenam: pemunculan teori.  Peran teori dalam penelitian kualitatif  berbeda dengan
penelitian kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif teori tidak dimanfaatkan untuk membangun
kerangka pikir dalam menyusun hipotesis. Penelitian kualitatif bekerja secara induktif dalam
rangka menemukan hipotesis. Teori  berfungsi  sebagai  alat dan berfungsi sebagai fungsi tujuan.
Teori sebagai alat dimaksudkan bahwa dengan teori yang ada peneliti dapat melengkapi dan
menyediakan keterangan terhadap fenomena yang ditemui.  Teori sebagai tujuan  mengandung
makna bahwa temuan penelitian dapat dijadikan suatu teori baru.

Langkah ketujuh: pelaporan hasil penelitian. Laporan hasil penelitian merupakan bentuk
pertanggungjawaban peneliti setelah melakukan kegiatan pengumpulan data penelitian
dinyatakan selesai. Dalam konteks yang seperti ini, pelaporan hasil penelitian secara tertulis
memiliki nilai guna setidaknya dalam empat hal, yaitu:

1.      Sebagai kelengkapan  proses penelitian yang harus dipenuhi oleh para peneliti dalam setiap
kegiatan penelitian

2.      Sebagai hasil nyata peneliti dalam merealisasi kajian ilmiah

3.      Sebagai dokumen autentik suatu kegiatan ilmiah yang dapat dikomuni-kasikan kepada
masyarakat ataupun sesama peneliti

4.      Sebagai hasil karya nyata yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan bergantung pada
kepentingan peneliti (Sukardi, 2003).

CIRI-CIRI PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF

Metode Kualitatif dan Kuantitatif pada hakekatnya adalah pilihan-pilihan yang disediakan dalam
sebuah penelitian sesuai dengan objek formal dan objek material yang dihadapi serta hasil yang
diharapkan. Sebagai gambaran singkat perbandingan ciri-ciri di antara keduanya dapat dilihat
dalam matriks di bawah ini :
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A.    Kesimpulan
1.      Pengertian
Kesimpulan penelitian adalah pernyataan singkat tentang hasil analisis deskripsi dan
pembahasan tentang hasil pengetesan hipotesis yang telah dilakukan di BAB sebelumnya.
Kesimpulan berisi jawaban atas pertanyaan yang diajukan pada bagian rumusan
masalah.Keseluruhan jawaban hanya terfokus pada ruang lingkup pertanyaan dan jumlah
jawaban disesuaikan dengan jumlah rumusan masalah yang diajukan.
Kesimpulan berasal dari fakta-fakta atau hubungan yang logis.Pada umumnya kesimpulan
terdiri atas kesimpulan utama dan kesimpulan tambahan.Kesimpulan utama adalah yang
berhubungan langsung dengan permasalahan. Dengan demikian, kesimpulanutama harus
bertalian dengan pokok permasalahan dan dilengkapi oleh bukti-bukti. Pada kesimpulan
tambahan, penulis tidak mengaitkan pada kesimpulan utama, tetapi tetap menunjukkan fakta-
fakta yang mendasarinya.Dengan sendirinya, penulis tidak dibenarkan menarik kesimpulan yang
merupakan hal-hal baru, lebih-lebih jika dilakukan pada kesimpulan utama.Jika penulis
bermaksud menyertakan data atau informasi baru maka hendaknya dikonsentrasikan pada bab-
bab uraian dan bukannya pada kesimpulan.Pendek kata, kesimpulan adalah berisi pembahasan
tentang kesimpulan semata.
Pada tulisan ilmiah dari hasil penelitian yang memerlukan hipotesis, maka pada kesimpulan
utamanya harus dijelaskan apakah hipotesis yang diajukan memperlihatkan kebenaran atau tidak.
Kesimpulan utama pada tulisan ilmiah dari hasil penelitian yang memerlukan hipotesis tidaklah
sedetil kesimpulan yang terdapat pada bab analisis. Sebaliknya, pada tulisan ilmiah dari hasil
penelitian yang tidak memerlukan hipotesis, maka kesimpulan merupakan uraian tentang
jawaban penulis atas pertanyaan yang diajukan pada bab pendahuluan.

2.      Tujuan
Tujuan penulisan kesimpulan adalah untuk memberikan kesempatan dan informasi kepada
para pembaca guna mengetahui secara cepat teatang apa hasil akhir yang diperoleh dari
penelitian yang telah dilakukan.

3.      Tipe kesimpulan


Dua Tipe Penyimpulan:
1.Penyimpulan Langsung
Penyimpulan langsung adalah penyimpulan yang di dalamnya kita secara langsung
bergerak dari suatu premis tunggal menuju suatu kesimpulan.
Penyimpulan langsung berakhir hanya dalam suatu proposisi baru dan bukan dalam suatu
kebenaran baru. Dari kebenaran atau kesalahan suatu proposisi yang ada, kita menarik kebenaran
atau kesalahan proposisi yang lain yang perlu mengikutinya. Misalnya, jika 1 adalah anggota
bilangan asli benar, maka 1 bukan bilangan asli adalah salah
2. Penyimpulan Tidak Langsung
Penyimpulan tidak langsung adalah penyimpulan yang di dalamnya kita memperoleh
suatu kesimpulan dari dua atau lebih premis.Disebut tidak langsung, karena penyimpulan ini
diperoleh dengan media yang disebut term antara atau term tengah (M).Dengan term antara (M),
kita dapat membandingkan premis mayor dan premis minor. Dengan demikian, kita mengetahui
alas an mengapa subjek sama dengan predikat atau mengapa subjek tidak sama dengan predikat.
Contoh :
bilangan prima adalah bilangan yang habis dibagi dengan satu dan bilangan itu sendiri
5 adalah bilangan yang habis dibagi satu dan bilangan itu sendiri, maka 5 adalah bilangan prima.
Hukum-hukum yang berlaku untuk penyimpulan tidak langsung adalah sebagai berikut:
a.       Jika premis-premis benar, maka kesimpulan juga benar.
b.      Jika premis-premis salah, maka kesimpulan dapat salah, tetapi dapat juga benar.
c.       Jika kesimpulan salah, maka premis-premis juga salah.
d.      Jika kesimpulan benar, maka premis-premis dapat benar tetapi dapat juga salah.

4.      Langkah-langkah penyusunan kesimpulan


a.       Sebagai langkah pertama, penulis menguraikan garis besar permasalahan dan kemudian
memberi ringkasan tentang segala sesuatu yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya.
b.      Penulis harus menghubungkan setiap kelompok data dengan permasalahan untuk sampai pada
kesimpulan tertentu.
c.       Langkah terakhir dalam menyusun kesimpulan adalah menjelaskan mengenai arti dan akibat-
akibat tertentu dari kesimpulan-kesimpulan itu secara teoritik maupun praktis.

5.      Cara membuat kesimpulan


a.       Apabila anda menulis tentang suatu persoalan, maka kesimpulannya ialah jawaban.
b.      Apabila anda menulis tentang suatu masalah,(misalnya pembicaraan), maka kesimpulan yang
harus anda mencapai ialah suatu rancangan tindakan.
c.       Apabila anda menulis tentang suatu pemerihalan, yakni perbincangan tentang suatu
pengwujudan, maka kesimpulannya ialah suatu generalisasi tehadap apa yang telah diperihalkan

B.     Implikasi
Implikasi berfungsi membandingkan antara hasil penelitian yang lalu dengan hasil
penelitian yang baru dilakukan.

Macam-macam implikasi:
1.      Implikasi Teoritis
Pada bagian ini peneliti menyajikan gambar lengkap mengenai implikasi teoretikal dari
penelitian ini.Bagian ini bertujuan untuk meyakinkan penguji pada mengenai kontribusi terhadap
ilmu pengetahuan dalam teori-teori yang digunakan untuk memecahkan masalah penelitian,
tetapi juga implikasinya bagi teori-teori yang relevan dengan bidang kajian utama yang disajikan
dalam model teoretis.
2.      Implikasi Manajerial
Pada bagian ini peneliti menyajian bergagai implikasi kebijakan yang dapat dihubungkan
dengan temuan-temuan yang dihasilkan dalam penelitian ini.Implikasi manajerial memberikan
kontribusi praksis bagi manajemen.
3.      Implikasi Metodologi
Bagian ini bersifat opsional dan menyajikan refleksi penulis mengenai metodologi yang
digunakan dalam penelitiannya.Misalnya pada bagian ini dapat disajikan penjelasan mengenai
bagian-bagian metode penelitian mana yang telah dilakukan dengan sangat baik dan bagian mana
yang relatif sulit serta prosedur mana yang telah dikembangkan untuk mengatasi berbagai
kesulitan itu yang sebetulnya tidak digambarkan sebelumnya dalam literatur mengenai metode
penelitian. Peneliti dapat menyajikan dalam bagian ini pendekatan-pendekatan yang dapat
digunakan dalam penelitian lanjutan atau penelitian lainnya untuk memudahkan atau untuk
meningkatkan mutu dari penelitian

C.    Saran
Saran adalah suatu yang diberikan kepada pembaca yang didasarkan atas hasil temuan
dalam studi yang telah dilakukan dan bukan berupa pendapat atau tinjauan idealis pribadi
peneliti.
Saran hanya berisi rekomendasi yang dirumuskan oleh peneliti namun bukan untuk menjawab
permasalahan dalam pokok penelitian, saran dirumuskan berdasarkan penelusuran yang menurut
penulis dapat bermanfaat secara praktis maupun bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan berdasarkan kedekatan objek.
Saran yang diajukan hendaknya saran yang konstruktif dengan mengacu terpenuhinya
beberapa persyaratan saran yang baik, antara lain yaitu:
1.      Diuraikan secara singkat dengan bahasa yang jelas
2.      Mempunyai sasaran objek yang jelas yang memiliki otoritas penerapan
3.      Disertai dengan tindakan operasional yang memungkinkan dapat dilakukan
4.      Disertai dengan criteria indicator keberhasilan
5.      Berupa imbauan untuk melakukan penelitian sejenis yang menekankan pada pendalaman

Contoh:
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, dan SARAN

A.    Kesimpulan
Setelah semua tahap penelitian dilakukan, mulai dari pembuatan proposal penelitian,
kemudian pengkajian teori, penyusunan instrument penelitian yang disertai dengan uji coba dan
penyempurnaan instrument penelitian, sampai dengan pengumpulan data, pengolahan dan
analisis data.
Pada akhirnya peneliti dapat menyimpulkan hasil penelitian tentang analisis kebutuhan
pendidikan multikultural yakni; Pertama, rumusan kompetensi akademik sosial siswa yang
terdiri dari kompetensi standar dan dasar dinyatakan relevan dengan kebutuhan akademik sosial
siswa yang berada dalam masyarakat multikultural; dari 14 rumusan kompetensi yang
dirumuskan peneliti oleh Ahli/Pakar dikelompokkan menjadi tiga, yakni rumusan kompetensi
akademik, rumusan kompetensi budaya dan rumusan kompetensi sosial; Kedua, rumusan materi
pendidikan multikultural yangterdiri dari lima tema besar yakni nilai-nilai multikultural,
demokrasi, mendahulukan kepentingan orang banyak, persamaan derajat dan persamaan
kewajiban, penting diberikan kepada siswa sebagai materi pendukung pencapaian kompetensi
standar dan kompetensi dasar pendidikan multikultural; Ketiga, materi pendidikan multikultural
dapat diintegrasikan pada semua mata pelajaran siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di
Mataram, baik itu melalui kegiatan sehari-hari ataupun melalui kegiatan yang terprogram dengan
baik, serta mendukung tebentuknya suasana dan lingkungan pendidikan multukultural.

B.     Implikasi
Penelitian ini telah menunjukkan bahwa pendidikan multicultural penting diberikan
dalam rangka memenuhi kebutuhan akademik social siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP) di Mataram.Dengandemikian rumusan kompetensi standar dan kompetensi dasar yang
relevandengan kebutuhan akademik sosial siswa, menjadi komponen utama untukmewujudkan
pendidikan multikultural.Berdasarkan rumusan kompetensistandar dan kompetensi dasar
dirumuskan materi pendidikan multicultural yang dapat mendukung tercapainya kompetensi-
kompetensi tersebut.Dalam mentransmisikan materi pendidikan multikultural pada siswa,
materipendidikan multikultural dapat dijadikan mata pelajaran tersendiri dandapat pula
diintegrasikan dalam mata pelajaran lain pada SekolahLanjutan Tingkat Pertama di Mataram.
Hasil penelitian ini memberikan beberapa implikasi, antara lain: (1) implikasi terhadap
perencanaan dan pengembangan kurikulum pendidikanmultikultural yang berbasis kompetensi
untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), (2) implikasi terhadap pengembangan dan
penyusunansilabus pendidikan multikultural, (3) implikasi terhadap cara pandang guruterhadap
siswa, (4) implikasi terhadap pendidikan tenaga kependidikan dan(5) implikasi terhadap usaha
sadar sebagai peran penting intitusipendidikan dalam turut merumuskan, mengembangkan serta
mewujudkanmasyarakat multikultur, melalui sekolah sebagai pilar utama.
1.      Pengembangan kurikulum pendidikan multikultural berbasiskompetensi di SLTP hendaknya
dirancang dengan cermat,disesuaikan dengan keberagaman kondisi dan kebutuhan siswa,
baikyang menyangkut kemampuan atau potensi siswa maupun yangmenyangkut potensi
lingkungan, sehingga sesuai dengan tujuanprogram pendidikan multikultural. Tujuan program
pendidikanmultikultural adalah untuk membantu siswa: (1) memahami latarbelakang diri dan
kelompok dalam masyarakat, (2) menghormati danmengapresiasi kebhinekaan budaya dan sosio-
historis etnik, (3)menyelesaikan sikap-sikap yang terlalu etnosentris dan penuhpurbasangka, (4)
memahami faktor-faktor sosial, ekonomis,psikologis, dan historis yang menyebabkan terjadinya
polarisasi etnikketimpangan dan keterasingan etnik, (5) meningkatkan kemampuanmenganalisis
secara kritis masalah-masalah rutin dan isu melaluiproses demokratis melalui sebuah visi tentang
masyarakat yang lebihbaik, adil dan bebas dan (6) mengembangkan jati diri yang bermaknabagi
semua orang.
Pada dasarnya siswa dapat diklasifikasikan ke dalam tigakelompok, yaitu kelompok
normal, sedang dan tinggi. Kurikulumpendidikan multikultural berbasis kompetensi
dikembangkan dandisesuaikan untuk masing-masing kelompok dengan tujuan sebagaiberikut;
(1) pada kelompok normal, diharapkan dapatmengembangkan pemahaman tentang prinsip dan
aplikasi,mengembangkan kemampuan praktikal akademik yang berhubungandengan interaksi
dalam masyarakat multikultural; (2) pada kelompoksedang, diharapkan dapat mengembangkan
kecakapan komunikasi,kecakapan menggali potensi dan aplikasi dalam
kesehariannya,mengembangkan kecakapan akademik dan kecakapan interaksi sosial;(3) pada
kelompok tinggi, diharapkan dapat mengembangkanpemahaman tentang prinsip, teori dan
aplikasi, mengembangkankemampuan akademik untuk memasuki pendidikan yang lebih
tinggi.Dengan adanya kelompok-kelompok siswa tersebut membawaimplikasi terhadap
penyusunan dan pengembangan silabuspendidikan multikultural baik yang dibuat oleh Dinas
Pendidikansetempat atau oleh sekolah sendiri.
2.      Penyusunan dan pengembangan silabus pendidikan multicultural mengacu pada kurikulum
berbasis kompetensi dan perangkatkomponen-komponennya yang di susun oleh Pusat
Kurikulum, BadanPenelitian dan pengembangan, Departemen Pendidikan Nasional.Sekolah
yang mempunyai kemampuan mandiri dapat menyusunsilabus yang sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan akademik social siswa setelah mendapatkan persetujuan dari Dinas
PendidikanSetempat (propinsi, kabupaten/kota). Penyusunan silabus pendidikanmultikultural
berbasis kompetensi dapat dilakukan dengan melibatkanpara ahli atau instansi yang relevan di
daerah setempat seperti tokohmasyarakat, budayawan, tokoh agama, akademisi, psikolog,
instansipemerintah, instansi swasta termasuk perusahaan dan industri.Dengan demikian daerah
atau sekolah memiliki cukup wewenanguntuk merancang dan menentukan hal-hal yang akan
diajarkan,pengelolaan pengalaman belajar, cara mengajar dan menilaikeberhasilan suatu proses
belajar dan mengajar.
3.      Implikasi terhadap cara pandang guru pada siswa. Guru harusmenyadari bahwa siswa memiliki
perbedaan satu sama lain. Siswaberbeda dalam minat, kemampuan, kesenangan, pengalaman,
carabelajar, status sosial ekonomi dan latar belakang budaya. Karena itukegiatan pembelajaran,
organisasi kelas, materi pembelajaran, waktubelajar, alat belajar dan cara penilaian perlu
beragam sesuai dengankarakteristik siswa.Guru harus menyadari tentang kondisi dan kebutuhan
akademiksosial siswa dengan berpedoman pada nilai-nilai pendidikanmultikultural yang
mengutamakan kesederajatan, kebersamaan,musyawarah mufakat, keadilan, saling menghargai,
toleransi,demokrasi, bahwa semua siswa memiliki hak yang sama untukmendapatkan bimbingan
pengajaran dan pendidikan, mengembangkankemampuan siswa dalam interaksi dan sosialisasi
diri denganmenghargai perbedaan pendapat, perbedaan sikap, perbedaankemampuan, perbedaan
prestasi dan melatih siswa untukmembudayakan musyawarah mufakat dan diskusi
dalammenyelesaikan permasalahan.
4.      Implikasi terhadap pendidikan tenaga kependidikan. Materi pendidikanmultikultural diupayakan
untuk diajarkan kepada mahasiswa dariLembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, yakni
dengan cara;materi pendidikan multikultural menjadi salah satu mata kuliah wajib yang harus
ditempuh/diambil mahasiswa dan bisa juga materipendidikan multikulktural diintegrasikan pada
mata kuliah lainnya.Dengan demikian mahasiswa (calon-calon guru) lebih awal sudahmemahami
nilai-nilai multikultural dan diaplikasikan dalamkehidupan sehari-hari, khususnya dalam praktik
pembelajaran disekolah.
5.      Implikasi terhadap usaha sadar dan sekaligus sebagai peran pentinginstitusi pendidikan dalam
turut merumuskan, mengembangkan sertamewujudkan masyarakat multikultur, melalui sekolah
sebagai pilarutama. Sekolah adalah bentuk lain dari miniatur masyarakat, yangelemennya terdiri
dari unsur yang berlatar belakang berebeda,sehingga sekolah juga dapat membentuk diri seabagi
krangkakehidupan berdemokrasi dalam setiap interaksi maupun sosalisasiditengah-tengah
aktivitas pendidikan. Oleh sebab itulah, makainstitusi pendidikan merupakan bentuk instutusi
epektif yang dapatdiharapkan dapat mengembangkan gagasan kehidupan multkultursecara
parktis, melalui jaringan pendidikan yang sistematis danterprogram.

C.     Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas dandalam upaya
mengembangkan kurikulum dan silabus pendidikanmultikultural berbasis kompetensi untuk
siswa Sekolah LanjutanTingkat Pertama (SLTP), dikemukakan beberapa saran sebagai berikut.
1.      Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, khususnya kepada paraguru sebagai orang yang
paling dekat dengan siswa disarankanuntuk mempelajari dan memahami unsur-unsur
pendidikanmultikultural, sehingga senantiasa dapat bersikap dan berprilakuyang mencerminkan
nilai-nilai multikulturalisme; profesional,mengakui perbedaan siswa, adil dalam perlakuan dan
penilaian,melatih siswa untuk peka dan kritis, memiliki wawasan yang luasserta mampu
memanfaatkan hasil tekhnologi dengan baik. Apabilanantinya materi pendidikan multikultural
diwujudkan menjadi suatumata pelajaran tersendiri atau diintegrasikan pada mata pelajaranyang
lain, oleh guru bukan merupakan hal yang aneh dan baru,karena sebelumnya telah dipelajari,
dipahami dan diaplikasikandalam aktifitas kesehariannya.
2.      Kepada para pemegang kebijakan dalam pendidikan disarankanbeberapa hal sebagai berikut:
a.       Dalam rangka usaha mentransmisikan nilai-nilaimultikulturalisme di sekolah, hendaknya
disediakan suatuperangkat pendukung berupa kurikulum pendidikanmultikultural yang berbasis
kompetensi dan juga diusahakanuntuk melakukan pengembangan silabus yang
mengakomodirkebutuhan akademik sosial siswa dalam masyarakat multikultur.
b.      Melakukan pemberdayaan tenaga-tenaga kependidikan yangpotensial dan memanfaatkan sumber
daya pendidikan lainnyayang ada di daerah untuk dilibatkan dalam penyusunan
silabuspendidikan multikultural, pelaksanaan dan penilaiannya.
c.       Meningkatkan komunikasi dan konsultasi dengan berbagai pihak;kepala sekolah, guru,
karyawan sekolah, orang tua, siswa,akademisi, budayawan, tokoh agama dan tokoh
masyarakat,untuk mensosialisasikan gagasan, konsep dan tujuan daripelaksanaan kurikulum
pendidikan multikultural berbasiskompetensi dan implikasinya terhadap siswa, sekolah
danmasyarakat.
d.      Mengusahakan tersedianya sumber dana, sumber informasi dansarana prasarana pendukung
ketercapaian program.
3.      Dengan adanya beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, kepadapeneliti lain diharapkan untuk
mengadakan penelitian sejenis lebihlanjut dengan mengambil wilayah penelitian yang lebih luas,
sampelyang lebih banyak dan menggunakan rancangan penelitian yanglebih kompleks seperti
eksperimen, etnografi dan lainnya,menggunakan mata pelajaran yang lebih banyak lagi,
jugamelakukan penelitian pada tingkat pendidikan yang lebih tinggiseperti pada siswa SMU atau
Universitas, sehingga dapat ditemukanhasil yang lebih optimal dan bisa digeneralisasikan pada
wilayahyang lebih luas.
Pengertian kesimpulan dan saran
Hasil yang didapatkan dalam suatu penelitian adalah kesimpulan. Berdasarkan kesimpulan itu,
didapatkan juga saran untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan
kesimpulan dan saran? Bagaimana merumuskan kesimpulan dan saran tersebut? Berikut ini
penjelasannya.

Kesimpulan adalah pernyataan singkat, jelas, dan sistematis dari keseluruhan hasil analisis, pembahasan,
dan pengujian hipotesis dalam sebuah penelitian. Saran adalah usul atau pendapat dari seorang peneliti
yang berkaitan dengan pemecahan masalah yang menjadi objek penelitian ataupun kemungkinan
penelitian lanjutan.

Pada bagian kesimpulan dan saran, peneliti berusaha memperlihatkan benang merah antara
keseluruhan bagian dalam penelitian, terutama antara masalah penelitian, hipotesis, dan analisis data.
Sebuah kesimpulan ilmiah harus didasarkan pada hasil penelitian, karena pada bagian ini peneliti
berusaha memberikan jawaban atas pertanyaan masalah penelitian. Oleh karena itu, sangat penting
bagi seorang peneliti untuk mengetahui cara atau teknik menarik kesimpulan atas data-data yang
diperolehnya.

Dalam menarik kesimpulan peneliti dapat menggunakan logika deduktif dan induktif.
1. Kesimpulan dengan logika deduktif. Logika deduktif atau umum-khusus merupakan proses berpikir
yang dimulai dari sesuatu hal yang umum ke hal-hal yang khusus. Proses pengambilan keputusan ini
dilakukan untuk penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Pengambilan kesimpulan dengan logika
deduktif, dimulai dengan teori yang digunakan, kemudian teori tersebut dikaitkan dengan data yang
diperoleh sehingga peneliti memperoleh kesimpulan.
Contoh:
Premis 1 : langit mendung maka hari akan hujan
Premis 2 : hari ini langit mendung
Kesimpulan : maka hari ini akan hujan

2. Kesimpulan dengan logika induktif. Logika berpikir ini dimulai dari sesuatu hal yang spesifik sehingga
dapat dilihat pola yang terjadi dan pola ini akan menjadi kesimpulan bagi sebuah penelitian proses
logika berpikir ini dapat digunakan untuk penelitian dengan pendekatan kualitatif.
Contoh:
bukti 1    : senin hujan
bukti 2    : selasa hujan
bukti 3    : rabu hujan
bukti 4    : kamis hujan
kesimpulan : maka kemungkinan hari jumat hujan.
alam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber dengan menggunakan teknik
pengumpulan data yang bermacam-macam, dan dilakukan secara terus-menerus sampai datanya
jenuh.

Dengan pengamatan yang terus-menerus tersebut mengakibatkan variasi data tinggi sekali dan
data yang diperoleh umumnya adalah data kualitatif, sehingga teknik pengolahan data yang
digunakan belum ada polanya yang jelas, baku, atau pasti. Oleh karena itu, sering mengalami
kesulitan dalam melakukan analisis data.

Hal itu sejalan dengan pendapat dari beberapa orang ahli berikut ini, terkait dengan
analisis data kualitatif.

a. Miles dan Huberman,


mengatakan bahwa yang paling serius dan sulit dalam analisis data kualitatif adalah karena
metode analisis belum dirumuskan dengan baik.
b. Susan Stainback,
menyatakan bahwa belum ada panduan dalam penelitian kualitatif untuk menentukan berapa
banyak data dan analisis yang diperlukan guna mendukung kesimpulan atau teori.
c. S. Nasution,
menyatakan bahwa melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit dan memerlukan kerja keras.
Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi.  Tidak ada cara
tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari
metode sendiri yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya.

Bahan yang sama bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda.

a. Pengertian Analisis Data Kualitatif

Berikut ini beberapa orang ahli yang merumuskan Pengertian analisis data dalam penelitian
kualitatif.
1) Bogdan
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat dipahami dengan
mudah, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan
mengorganisasikan data, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke
dalam pola, memilih mana yang penting untuk dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat
diceritakan kepada orang lain.
2) Susan Stainback
Analisis data adalah hal yang kritis dalam proses penelitian kualitatif. Hal ini berarti mengkaji
dan memahami hubungan-hubungan dan konsep dalam daya sehingga hipotesis dapat
dikembangkan dan dievaluasi.
3) Spradley
Analisis dalam penelitian jenis apapun merupakan cara berpikir. Hal itu berkaitan dengan
pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan antarbagian,
dan hubungannya dengan keseluruhan. Analisis adalah untuk mencari pola.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa analisis data adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana
yang penting dan akan dipelajari, serta membuat kesimpulan, sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri maupun orang lain.

Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data
yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang
dirumuskan dari data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga
dapat disimpulkan apakah hipotesis itu dapat diterima atau ditolak berdasarkan data yang
terkumpul.

b. Proses Analisis Data Kualitatif

Mulai kapankah proses analisis data dalam penelitian kualitatif dimulai atau dilaksanakan?
Sebenarnya jika kamu pahami, analisis data dalam penelitian ini sudah dimulai sejak sebelum
memasuki lapangan penelitian, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.

Menurut S. Nasution, analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah,
sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Namun
dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan
dengan pengumpulan data. Dalam kenyataannya analisis data kualitatif berlangsung selama
proses pengum-pulan data daripada setelah selesai pengumpulan data.

Bagaimanakah proses analisis data seperti yang dikatakan oleh S. Nasution di atas apabila
dijabarkan dalam sebuah penelitian kualitatif?

1) Analisis Sebelum di Lapangan


Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum kita melakukan penelitian sebenarnya
atau dengan kata lain sebelum kita terjun untuk mengumpulkan data di lapangan. Analisis
dilakukan terhadap data hasil dari studi pendahuluan atau data sekunder yang akan digunakan
untuk menentukan fokus penelitian.

Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah
peneliti masuk dan selama di lapangan. Sebagai contoh, jika seseorang ingin mencari pohon
mahoni di suatu hutan. Berdasarkan karakteristik tanah dan iklim, maka dapat diduga bahwa di
dalam hutan tersebut terdapat pohon mahoni. Oleh karena itu, peneliti kemudian mengajukan
usulan penelitian, di mana fokusnya adalah ingin menemukan pohon mahoni pada hutan tersebut
lengkap dengan karakteristiknya.
Begitu peneliti memasuki lapangan, dalam hal ini adalah hutan, ternyata tidak ada pohon
mahoninya. Jika penelitian kuantitatif, tentu akan membatalkan penelitiannya. Tetapi dalam
penelitian kualitatif tidak demikian, karena fokus penelitian bersifat sementara, dan akan
berkembang setelah di lapangan. Karena itu tepat sekali jika analisis data dalam penelitian
kualitatif berlangsung selama proses penelitian.

2) Analisis Selama dan Setelah di Lapangan


Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan
setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah
melakukan analisis terhadap jawaban dari informan. Apabila jawaban yang diwawancarai setelah
dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai
tahap tertentu sehingga diperoleh data yang kredibel.

Secara umum, penelitian kualitatif dalam melakukan analisis data banyak menggunakan model
analisis yang dicetuskan oleh Miles dan Huberman yang sering disebut dengan metode analisis
data interaktif. Mereka mengungkapkan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah
jenuh. Aktivitas dalam analisis data kualitatif ada tiga, yaitu tahap reduksi data, display data, dan
kesimpulan atau verifikasi.

1) Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, sehingga perlu dicatat secara teliti
dan rinci. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, semakin lama peneliti ke lapangan, maka
jumlah data yang diperoleh akan semakin banyak, kompleks, dan rumit. Untuk itu perlu segera
dilakukan analisis data melalui reduksi data.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, serta dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya apabila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu
dengan peralatan, seperti komputer, notebook, dan lain sebagainya.

Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama
dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu, apabila peneliti dalam melakukan
penelitian menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola,
justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data.

Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan, keleluasaan, dan
kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data
dapat mendiskusikan dengan teman atau orang lain yang dipandang cukup menguasai
permasalahan yang diteliti. Melalui diskusi itu, wawasan peneliti akan berkembang, sehingga
dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan.

2) Display Data (Penyajian Data)


Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam penelitian
kuantitatif, penyajian data dapat dilakukan dengan menggunakan tabel, grafik, pictogram, dan
sebagainya. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan dan tersusun dalam pola
hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.

Beda halnya dalam penelitian kualitatif, di mana penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antarkategori, dan sejenisnya. Menurut Miles dan Huberman, yang
paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks
yang bersifat naratif.

Dengan adanya penyajian data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, dan
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Selanjutnya oleh
Miles dan Huberman disarankan agar dalam melakukan display data, selain dengan teks yang
naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network (jaringan kerja), dan chart.

3) Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi


Langkah ketiga dalam analisis data dalam penelitian kualitatif menurut Miles dan Huberman
adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan mengalami perubahan apabila tidak ditemukan buktibukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang
valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan
yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan
masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak. Mengapa bisa demikian?
Karena seperti telah dikemukakan di atas bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian
kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah
ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-
remang atau bahkan gelap, sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Kesimpulan ini dapat berupa
hubungan kausal atau interaktif, maupun hipotesis atau teori.

Untuk lebih jelasnya, tahapan analisis data dalam penelitian kualitatif menurut Miles dan
Huberman ini akan diilustrasikan dalam bagan yang disajikan oleh Sugiyono seperti berikut ini.
alam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber dengan menggunakan teknik
pengumpulan data yang bermacam-macam, dan dilakukan secara terus-menerus sampai datanya
jenuh.

Dengan pengamatan yang terus-menerus tersebut mengakibatkan variasi data tinggi sekali dan
data yang diperoleh umumnya adalah data kualitatif, sehingga teknik pengolahan data yang
digunakan belum ada polanya yang jelas, baku, atau pasti. Oleh karena itu, sering mengalami
kesulitan dalam melakukan analisis data.

Hal itu sejalan dengan pendapat dari beberapa orang ahli berikut ini, terkait dengan
analisis data kualitatif.

a. Miles dan Huberman,


mengatakan bahwa yang paling serius dan sulit dalam analisis data kualitatif adalah karena
metode analisis belum dirumuskan dengan baik.
b. Susan Stainback,
menyatakan bahwa belum ada panduan dalam penelitian kualitatif untuk menentukan berapa
banyak data dan analisis yang diperlukan guna mendukung kesimpulan atau teori.
c. S. Nasution,
menyatakan bahwa melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit dan memerlukan kerja keras.
Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi.  Tidak ada cara
tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari
metode sendiri yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya.

Bahan yang sama bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda.

a. Pengertian Analisis Data Kualitatif

Berikut ini beberapa orang ahli yang merumuskan Pengertian analisis data dalam penelitian
kualitatif.
1) Bogdan
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat dipahami dengan
mudah, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan
mengorganisasikan data, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke
dalam pola, memilih mana yang penting untuk dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat
diceritakan kepada orang lain.
2) Susan Stainback
Analisis data adalah hal yang kritis dalam proses penelitian kualitatif. Hal ini berarti mengkaji
dan memahami hubungan-hubungan dan konsep dalam daya sehingga hipotesis dapat
dikembangkan dan dievaluasi.
3) Spradley
Analisis dalam penelitian jenis apapun merupakan cara berpikir. Hal itu berkaitan dengan
pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan antarbagian,
dan hubungannya dengan keseluruhan. Analisis adalah untuk mencari pola.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa analisis data adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana
yang penting dan akan dipelajari, serta membuat kesimpulan, sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri maupun orang lain.

Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data
yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang
dirumuskan dari data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga
dapat disimpulkan apakah hipotesis itu dapat diterima atau ditolak berdasarkan data yang
terkumpul.

b. Proses Analisis Data Kualitatif


Mulai kapankah proses analisis data dalam penelitian kualitatif dimulai atau dilaksanakan?
Sebenarnya jika kamu pahami, analisis data dalam penelitian ini sudah dimulai sejak sebelum
memasuki lapangan penelitian, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.

Menurut S. Nasution, analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah,
sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Namun
dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan
dengan pengumpulan data. Dalam kenyataannya analisis data kualitatif berlangsung selama
proses pengum-pulan data daripada setelah selesai pengumpulan data.

Bagaimanakah proses analisis data seperti yang dikatakan oleh S. Nasution di atas apabila
dijabarkan dalam sebuah penelitian kualitatif?

1) Analisis Sebelum di Lapangan


Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum kita melakukan penelitian sebenarnya
atau dengan kata lain sebelum kita terjun untuk mengumpulkan data di lapangan. Analisis
dilakukan terhadap data hasil dari studi pendahuluan atau data sekunder yang akan digunakan
untuk menentukan fokus penelitian.

Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah
peneliti masuk dan selama di lapangan. Sebagai contoh, jika seseorang ingin mencari pohon
mahoni di suatu hutan. Berdasarkan karakteristik tanah dan iklim, maka dapat diduga bahwa di
dalam hutan tersebut terdapat pohon mahoni. Oleh karena itu, peneliti kemudian mengajukan
usulan penelitian, di mana fokusnya adalah ingin menemukan pohon mahoni pada hutan tersebut
lengkap dengan karakteristiknya.
Begitu peneliti memasuki lapangan, dalam hal ini adalah hutan, ternyata tidak ada pohon
mahoninya. Jika penelitian kuantitatif, tentu akan membatalkan penelitiannya. Tetapi dalam
penelitian kualitatif tidak demikian, karena fokus penelitian bersifat sementara, dan akan
berkembang setelah di lapangan. Karena itu tepat sekali jika analisis data dalam penelitian
kualitatif berlangsung selama proses penelitian.

2) Analisis Selama dan Setelah di Lapangan


Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan
setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah
melakukan analisis terhadap jawaban dari informan. Apabila jawaban yang diwawancarai setelah
dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai
tahap tertentu sehingga diperoleh data yang kredibel.

Secara umum, penelitian kualitatif dalam melakukan analisis data banyak menggunakan model
analisis yang dicetuskan oleh Miles dan Huberman yang sering disebut dengan metode analisis
data interaktif. Mereka mengungkapkan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah
jenuh. Aktivitas dalam analisis data kualitatif ada tiga, yaitu tahap reduksi data, display data, dan
kesimpulan atau verifikasi.
1) Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, sehingga perlu dicatat secara teliti
dan rinci. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, semakin lama peneliti ke lapangan, maka
jumlah data yang diperoleh akan semakin banyak, kompleks, dan rumit. Untuk itu perlu segera
dilakukan analisis data melalui reduksi data.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, serta dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya apabila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu
dengan peralatan, seperti komputer, notebook, dan lain sebagainya.

Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama
dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu, apabila peneliti dalam melakukan
penelitian menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola,
justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data.

Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan, keleluasaan, dan
kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data
dapat mendiskusikan dengan teman atau orang lain yang dipandang cukup menguasai
permasalahan yang diteliti. Melalui diskusi itu, wawasan peneliti akan berkembang, sehingga
dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan.

2) Display Data (Penyajian Data)


Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam penelitian
kuantitatif, penyajian data dapat dilakukan dengan menggunakan tabel, grafik, pictogram, dan
sebagainya. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan dan tersusun dalam pola
hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.

Beda halnya dalam penelitian kualitatif, di mana penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antarkategori, dan sejenisnya. Menurut Miles dan Huberman, yang
paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks
yang bersifat naratif.

Dengan adanya penyajian data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, dan
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Selanjutnya oleh
Miles dan Huberman disarankan agar dalam melakukan display data, selain dengan teks yang
naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network (jaringan kerja), dan chart.

3) Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi


Langkah ketiga dalam analisis data dalam penelitian kualitatif menurut Miles dan Huberman
adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan mengalami perubahan apabila tidak ditemukan buktibukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang
valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan
yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan
masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak. Mengapa bisa demikian?
Karena seperti telah dikemukakan di atas bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian
kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah
ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-
remang atau bahkan gelap, sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Kesimpulan ini dapat berupa
hubungan kausal atau interaktif, maupun hipotesis atau teori.

Untuk lebih jelasnya, tahapan analisis data dalam penelitian kualitatif menurut Miles dan
Huberman ini akan diilustrasikan dalam bagan yang disajikan oleh Sugiyono seperti berikut ini.
Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multimetode yang dilakukan peneliti pada

saat mengumpulkan  dan menganalisis data. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti

dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari

berbagai sudut pandang. Memotret fenomena tunggal dari sudut pandang yang berbeda-beda

akan memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran yang handal.  Karena itu, triangulasi ialah

usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh peneliti dari berbagai sudut

pandang yang berbeda dengan cara mengurangi sebanyak mungkin perbedaan yang terjadi pada

saat pengumpulan dan analisis data.

Menurut  Norman K. Denkin  mendefinisikan triangulasi di gunakan sebagai gabungan atau

kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling terkait dari sudut

pandang dan perspektif yang berbeda. Sampai saat ini, konsep Denkin ini dipakai oleh para

peneliti kualitatif di berbagai bidang. Menurutnya, triangulasi meliputi empat hal, yaitu:

1.     Triangulasi metode

2.     Triangulasi antar-peneliti (jika penelitian dilakukan dengan kelompok)

3.     Triangulasi sumber data

4.     Triangulasi teori

Berikut penjelasannya dari berbagai jenis triangulasi dalam penelitian kualitatif:

1. Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data  dengan cara

yang berdeda. Sebagaimana dikenal, dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan metode

wawancara, obervasi, dan survei. Untuk memperoleh kebenaran informasi yang handal dan

gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode wawancara

bebas dan wawancara terstruktur. Atau, peneliti menggunakan wawancara dan obervasi atau
pengamatan untuk mengecek kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan

yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. Melalui berbagai perspektif atau

pandangan diharapkan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran. Karena itu, triangulasi tahap

ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian

diragukan kebenarannya. Dengan demikian, jika data itu sudah jelas, misalnya berupa teks atau

naskah/transkrip film, novel dan sejenisnya, triangulasi tidak perlu dilakukan. Namun demikian,

triangulasi aspek lainnya tetap dilakukan.

2. Triangulasi antar-peneliti dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari satu orang dalam

pengumpulan dan analisis data. Teknik ini diakui memperkaya khasanah pengetahuan mengenai

informasi yang digali dari subjek penelitian. Tetapi perlu diperhatikan bahwa orang yang diajak

menggali data itu harus yang telah memiliki pengalaman penelitian dan  bebas dari konflik

kepentingan agar tidak justru merugikan peneliti dan melahirkan bias baru dari triangulasi.

3. Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informai tertentu melalui berbagai metode

dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa

menggunakan observasi terlibat (participant obervation), dokumen tertulis, arsif, dokumen

sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan  pribadi dan gambar atau foto. Tentu masing-masing

cara  itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan

pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti. Berbagai pandangan

itu akan melahirkan keluasan pengetahuan untuk memperoleh kebenaran handal.

4. Terakhir adalah triangulasi teori. Hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah rumusan

informasi atau thesis statement.  Informasi tersebut selanjutnya dibandingkan dengan perspektif

teori yang televan untuk menghindari bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang

dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman pemahaman asalkan

peneliti mampu  menggali pengetahuan teoretik secara mendalam atas hasil analisis data yang
telah diperoleh. Diakui tahap ini paling sulit sebab peneliti dituntut memiliki expert

judgement ketika membandingkan temuannya dengan perspektif tertentu, lebih-lebih jika 

perbandingannya  menunjukkan hasil yang jauh berbeda.

Mengakhiri tulisan ini, saya ingin menyatakan bahwa triangulasi menjadi sangat penting dalam

penelitian kualitatif, kendati pasti menambah waktu dan beaya seta tenaga. Tetapi harus diakui

bahwa triangulasi dapat meningkatkan kedalaman pemahaman peneliti baik mengenai fenomena

yang diteliti maupun konteks di mana fenomena itu muncul. Bagaimana pun, pemahaman yang

mendalam (deep understanding) atas fenomena yang diteliti  merupakan nilai yang harus

diperjuangkan oleh setiap peneliti kualitatif. Sebab, penelitian kualitatif lahir untuk menangkap

arti (meaning) atau memahami gejala, peristiwa, fakta, kejadian, realitas atau masalah tertentu

mengenai peristiwa sosial dan kemanusiaan dengan kompleksitasnya secara mendalam, dan

bukan untuk  menjelaskan (to explain) hubungan antar-variabel atau membuktikan hubungan

sebab akibat atau korelasi dari suatu masalah tertentu. Kedalaman pemahaman akan diperoleh

hanya jika data cukup kaya, dan berbagai perspektif digunakan untuk memotret sesuatu fokus

masalah secara komprehensif. Karena itu, memahami dan menjelaskan jelas merupakan dua

wilayah yang jauh berbeda. 


METODE PENELITIAN TRIANGULASI
Dipublikasi pada Maret 8, 2010 oleh Eko Sanjaya Tamba

Tulisan ini didasarkan pada buku Burhan Bungin, yang berjudul Analisis Data Penelitian
Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis kearah Penguasaan Model Aplikasi,
diterbitkan PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta pada tahun 2003 dan buku DR. Lexy. J. Moleong
yang berjudul Metode Penelitian kualitatif. Dalam tulisan ini akan dijelaskan mengenai
triangulasi sebagai suatu tehnik penelitian perpaduan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif
dan sebagai salah satu tehnik atau cara dalam pemeriksaan keabsahan data. Tulisan ini juga akan
menjelaskan manfaat dan proses kerja dari tehnik triangulasi.

Triangulasi adalah istilah yang diperkenalkan oleh N.K.Denzin (1978) dengan meminjam
peristilahan dari dunia navigasi dan militer, yang merujuk pada penggabungan berbagai metode
dalam suatu kajian tentang satu gejala tertentu. Keandalan dan kesahihan data dijamin dengan
membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber atau metode tertentu dengan data yang di
dapat dari sumber atau metode lain. Konsep ini dilandasi asumsi bahwa setiap bias yang inheren
dalam sumber data, peneliti, atau metode tertentu, akan dinetralkan oleh sumber data, peneliti
atau metode lainnya. Istilah triangulasi yang dikemukakan oleh Denzin dikenal sebagai
penggabungan antara metode kualitatif dan metode kuantitatif yang digunakan secara bersama-
sama dalam suatu penelitian.

Metode penelitian dengan tehnik triangulasi digunakan dengan adanya dua asumsi yaitu yang
pertama, pada level pendekatan, tehnik triangulasi digunakan karena adanya keinginan
melakukan penelitian dengan menggunakan dua metode sekaligus yakni, metode penelitian
kualitatif dan metode penelitian kuantitatif. Hal ini didasarkan karena, masing-masing metode
memiliki kelemahan dan kelebihan tertentu, dan memiliki pendapat dan anggapan yang berbeda
dalam memandang dan menanggapi suatu permasalahan. Suatu masalah jika dilihat dengan
menggunakan suatu metode akan berbeda jika dilihat dengan menggunakan metode yang lain.
Oleh karena itu akan sangat bermanfaat apabila kedua sudut pandang yang berbeda tersebut
digunakan secara bersama-samaa dalam menanggapi suatu permasalahan sehingga diharapkan
dapat memperoleh hasil yang lebih lengkap dan sempurna. Pada level pendekatan penelitian,
penggabungan metode kuantitaif dan kualitatif dalam sebuah kegiatan penelitian ditujukan untuk
menemukan sesuatu yang lebih utuh dari objek penelitian. Asumsi kedua yang mendasari
penggunaan tehnik triangulasi yakni, pada level pengumpulan dan analisis data. Pengumpulan
dan analisis data membutuhkan sebuah prosedur untuk menguji hasil analisis data.

Dalam penelitian dengan mengunakan metode triangulasi, peneliti dapat menekankan pada
metode kualitaitif, metode kuantitaif atau dapat juga dengan menekankan pada kedua metode.
Apabila peneliti menekankan pada metode kualitatif, maka metode kuantitatif dapat digunakan
sebagai fasilitator dalam membantu melancarkan kegiatan peneliatian, dan sebaliknya jika
menekankan metode kuantitatif. Namun. apabila peneliti memberi tekanan yang sama terhadap
kedua metode penelitian ( kuantitatif-kualitaatif) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan
harus dilakukan yakni : yang pertama memahami masing-masing metode dan pentingnya metode
teersebut dalam suatu penelitian yang akan dilakukan; kedua, memahami permasalahan dan
tujuan penelitian yang akan dilakukan sehingga penggunaan metode kualitatif dan metode
kuantitatif ini disesuaikan dengan masalah dan tujuan dari penelitian yang ingin dicapai; ketiga,
kedua metode yang digunakan juga dapat dilakukan dengan mempertimbangkan prioritas
kepentingan, dimana kedua metode dapat digunakan dalam desain secara bersama-sama namun
pada laporan penelitian hanya diperhitungkan salah satunya saja; dan yang ketiga, kedua metode
juga digunakan berdasarkan pertimbangan keterampilan peneliti, yang terlibat dalam satu
kegiatan penelitian secaara simultan apabila ada hubungan dengan masalah dan tujuan penelitian.

Menggunakan metode triangulasi yakni penggabungan dua metode dalam satu penelitian
diharapkan mendapatkan hasil yang lebih baik apabila dibandingkan dengan menggunakan satu
metode saja dalam suatu penelitian. Sebelum melakukan penelitian dengan menggunakan
metode triangulasi, peneliti harus terlebih dahulu menghitung dan memperkirakan apakah hasil
yang akan diperoleh nantinya dalam peneltian tersebut lebih baik jika dibandingkan dengan
menggunakan satu metode saja. Selain itu juga diperhitungkan waktu, tenaga dan dana yang
dihabiskan dalam penelitian, apakah akan menghasilkan atau memperoleh hasil yang
memuaskan.

Metode triangulasi banyak menggunakan metode alam level mikro, yakni bagaimana
menggunakan beberapa metode pengumpulan data dan analisis data sekaligus dalam suatu
penelitian, termasuk menggunakan informan sebagai alat uji keabsahan dan analisis hasil
penelitian. Hal ini didasarkan karena informasi atau data yang diperoleh melalui pengamatan
akan lebih akurat apabila juga digunakan wawancara atau menggunakan bahan dokumentasi
untuk memeriksa keabsahan informasi yang telah diperoleh dengan menggunakan kedua metode
tersebut. Teknik triangulasi lebih mengutamakan efektivitas proses dan hasil yang diinginkan.
Triangulasi dapat dilakukan dengan menguji apakah proses dan hasil metode yang digunakan
sudah berjalan dengan baik.

Sebagai contoh proses kerja triangulasi yakni, dalam suatu penelitian dengan menggunakan
wawancara mendalam dan observasi partisipasi untuk pengumpulan data, perlu dipastikan
terhimpunnya catatan harian setiap harinya dari wawancara dan observasi tersebut. Kemudian
dilakukan uji silang terhadap materi catatan-catatan harian tersebut untuk memastikan tidak ada
informasi yang bertentangan antara catatan harian wawancara dan observasi. Setelah itu, hasil
yang telah diperoleh perlu diuji lagi dengan informan-informan sebelumnnya. Apabila terdapat
perbedaan, peneliti harus menelusuri perbedaan ytersebut sampai peneliti memperoleh sumber
perbedaan dan materi perbedaannya , kemudian dilakukan konfirmasi dengan informan dan
sumber-sumber lain. Proses ini dilakukan terus-menerus sepanjang proses mengumpulkan data
dan analisis data, sampai peneliti yakin bahwa tidak ada lagi perbedaan-perbedaan dan tidak ada
lagi yang perlu dikonfirmasikan kepada informan.

Triangulasi juga dapat dilakukan dengan menguji pemahaman peneliti dengan pemahaman
informan tentang hal-hal yang diinformasikan informan kepada peneliti. Hal ini dilakukan
karena, dalam suatu penelitian dapat terjadi pemahaman yang berbeda antara peneliti dengan
informan mengenai suatu objek yang diteliti. Oleh karena itu, untuk menghindarkan adanya
pemahaman yang berbeda tersebut, digunakan triangulasi yakni dengan cara peneliti langsung
melakukan uji pemahaman kepada informan. Cara ini dapat dilakukan setelah wawancara atau
observasi. Uji pemahaaman dapat dilakukan diakhir penelitian ketika semua informasi telah
dipresentasikan dalam draft laporan. Uji keabsahan melalui triangulasi dilakukan karena dalam
penelitian kualitatif, untuk menguji keabsahan informasi tidak dapat dilakukan dengan alat-alat
uji statistic.

Triangulasi sebagai tehnik pemeriksaan keabsahan data memanfatkan sesuatu yang lain diluar
data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Adapun
tehnik triangulasi yang banyak digunakan dalam pemeriksaan keabsahan data adalah
pemeriksaan melalui sumber lainnya. Dalam buku Lexy.J. Moleong, Metode Penelitian
Kualitatif, Denzin membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang
memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. Triangulasi dengan sumber
berrarti membnadingkan dan mengecek balik derajad kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Dalam triangulasi
dengan sumber yang terpenting adalah mengetahui adanya alasan-alasan terjadinya perbedaan-
perbedan tersebut.

Sedangkan triangulasi dengan metode terdapat dua strategi yakni, pengecekan derajad
kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan
derajaad kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Triangulasi dengan
memanfatkan penggunaan penyidik atau pengamat yang lainnya membantu mengurangi
penyimpangan dalam pengumpulan data. Sedangkan triangulasi dengan teori, menurut Lincoln
dan Guba dalam buku Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif adalah berdasarkan
anggapan bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajad kepercayaannya dengan satu atau
lebih teori. Dalam mengecek keabsahan atau validitas data menggunakan teknik triangulasi. data
atau informasi dari satu pihak harus dichek kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dari
sumber lain, misalnya dari pihak kedua, ketiga dan seterusnya dengan menggunakan metode
yang berbeda-beda. Tujuannya ialah membandingkan informasi tentang hal yang sama yang
diperoleh dari berbagai pihak, agar ada jaminan tentang tingkat kepercayaan data. Cara ini juga
mencegah bahaya-bahaya subyektif.

Penelitian dengan menggunakan metode triangulasi dilakukan dengan menggabungkan metode


kualitatif dan metode kuantitaatif dalaam suatu penelitian. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh data yang benar-benar lengkap dan komprehensif, walaupun dengan metode ini
akan lebih banyak menghabiskan waktu, tenaga dan dana dalam penelitian. Triangulasi sebagai
salah satu tehnik pemeriksaan data secara sederhana dapat disimpulkan sebagai upaya untuk
mengecek data dalam suatu penelitian, dimana peneliti tidak hanya menggunakan satu sumber
data, satu metode pengumpulan data atau hanya menggunakan pemahaman pribadi peneliti saja
tanpa melakukan pengecekan kembali dengan penelitian lain. Triangulasi ini merupakan teknik
yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif. Artinya untuk menarik
kesimpulan yang mantap, diperlukan tidak hanya satu cara pandang. Dari beberapa cara pandang
tersebut akan bisa dipertimbangkan beragam fenomena yang muncul, dan selanjutnya dapat
ditarik kesimpulan yang lebih mantap dan lebih bisa diterima kebenarannya. Hasil pengumpulan
data yang diperoleh seorang peneliti juga diperiksa oleh kelompok peneliti lain untuk
mendapatkan pengertian yang tepat atau menemukan kekurangan-kekurangan yang mungkin ada
untuk diperbaiki. Cara ini disebut dengan member check.

Referensi
Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis
keArah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2003.
Moleong, Lexy. J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1989.

Anda mungkin juga menyukai