Anda di halaman 1dari 25

BAB 2

TINJAUN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Perilaku

Perilaku adalah hasil pengalaman, dan perilaku digerakkan

atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan

dan mengurangi penderitaan”. Seorang ahli psikologi, merumuskan

Bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap

Stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi

melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian

organisme tersebut merespon (Skiner, 2013).

Perilaku pada hakekatnya merupakan tanggapan atau balasan

(Respons) terhadap rangsangan (Stimulus), karena itu rangsangan

mempengaruhi tingkah laku. Intervensi organisme terhadap Stimulus

respon dapat berupa kognisi sosial, persepsi, nilai, atau konsep.

Perilaku adalah satu hasil dari peristiwa atau proses belajar. Proses

tersebut adalah proses alami. Sebab perilaku harus dicari pada

lingkungan eksternal manusia bukan dalam diri manusia itu sendiri.

Determinan perilaku manusia atau faktor penentu sulit untuk

dibatasi karena perilaku merupakan resultan dari faktor internal

maupun eksternal. Secara garis besar perilaku manusia terbagi

menjadi 3 aspek yaitu aspek fisik, aspek psikis, dan sosial. Perilaku

manusia merupakan refleksi terperinci dari pengetahuan, keinginan,

persepsi, kehendak, minat, motivasi, dan sikap. Namun pada

10
kenyataannya sulit dibedakan atau di deteksi hal hal yang

menentukan perilaku seseorang.

2.1.1 Pengetahuan

Pengetahuan dalam Soekidjo Notoadmojo (2011) merupakan

proses mengingat kembali hal-hal yang spesifik dan universal,

mengingat kembali metode dan proses, atau mengingat kembali

pola, struktur. Mengingat kembali ini lebih dari sekedar membawa

materi yang tepat ke dalam pikiran. Meskipun mungkin perlu

pendidikan yang lebih mendalam agar seseorang lebih siap dalam

pemeliharaan sanitasi lingkungan, mengingat kembali relatif mudah

dilakukan. Tujuan pengetahuan menekankan sebagian besar proses

mengingat (Proses Psikologi). Proses menghubungkan juga terlibat

dalam tes pengetahuan yang mensyaratkan pengorganisasian ulang

suatu masalah, karena proses penghubungan akan memberikan

sinyal dan petunjuk tentang informasi dan pengetahuan yang dimiliki

seseorang. Berdasarkan pendapat tersebut dalam penelitian ini,

aspek pengetahuan menekankan pada pemahaman masyarakat

Kelurahan Sulaa di wilayah Topa dalam memelihara sanitasi

lingkungan. Pengetahuan dapat diperoleh dengan cara tradisional

dan juga cara modern, cara tradisional ada empat cara yaitu:

11
1. Cara coba-salah (Trial and Error)

2. Cara kekuasaan atau otoritas

3. Berdasarkan pengalaman pribadi

4. Melalui jalan pikiran.

Sedangkan pengetahuan yang diperoleh dengan cara modern

ada dua cara yaitu: metode berfikir induktif dan metode berfikir

deduktif.

2.1.2 Sikap

Newcomb dalam Soekidjo Notoadmojo (2011), salah seorang

psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau

kesediaan untuk bertindak, dan bukan pelaksanaan motif tertentu.

Dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan reaksi terbuka akan

tetapi merupakan reaksi tertutup. Sikap memiliki tiga komponen,

yakni : Komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif.

Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang berkaitan dengan

apa yang diketahui manusia. Komponen kognitif adalah olahan

pikiran manusia atau seseorang terhadap kondisi eksternal atau

stimulus, yang menghasilkan pengetahuan. Komponen afektif adalah

aspek emosional yang berkaitan dengan penilaian terhadap apa

yang diketahui manusia. Setelah seseorang mempunyai

pengetahuan terhadap stimulus maka selanjutnya akan

mengolahnya lagi dengan melibatkan emosionalnya. Komponen

konatif adalah aspek visional yang berhubungan dengan kemauan

12
untuk bertindak. Sikap dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa sikap

masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kecenderungan respon masyarakat yang berupa pemikiran (Kognitif),

perasaan (Afektif), dan kecenderungan untuk bertindak (Konatif)

2.1.3 Tindakan

Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata

diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan

atau fasilitas. Beberapa tingkat tindakan seseorang adalah:

1. Respon terpimpin yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai

dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh,

merupakan indikator tindakan tingkat pertama.

2. Mekanisme yaitu apabila seseorang telah dapat

melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, yang

merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai tindakan

tingkat kedua.

3. Adopsi merupakan suatu praktik atau tindakan yang

sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu

sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi tindakan

tersebut.

13
Tindakan terhadap lingkungan kesehatan (Environmental

Health Behaviour) adalah respon seseorang terhadap lingkungan

sebagai determinan kesehatan manusia mencakup:

1. Tindakan sehubungan dengan air bersih, termasuk

didalamnya komponen, manfaat dan penggunaan air

bersih untuk kepentingan kesehatan.

2. Tindakan sehubungan dengan pembuangan air kotor,

yang menyangkut segi-segi hygiene pemeliharaan teknik,

dan penggunaannya.

3. Tindakan sehubungan dengan limbah, baik limbah padat

maupun limbah cair. Termasuk didalamnya sistem

pembuangan sampah dan air limbah serta dampak

pembuangan limbah yang tidak baik.

4. Tindakan sehubungan dengan rumah yang sehat, yang

meliputi ventilasi, pencahayaan, lantai. Tindakan

sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk

(Notoadmodjo, 2011).

14
2.2 Tinjauan Umum Tentang Daerah Pesisir

2.2.1 Pengertian Kawasan Pesisir

Kawasan pesisir adalah kawasan peralihan antara laut dan

daratan, dimana batasan kawasan pesisir secara umum yaitu kearah

laut masih dipengaruhi dampak daratan dan kearah darat masih

dipengaruhi atau terkena dampak laut.Kawasan pesisir merupakan

salah satu kawasan di permukaan bumi yang paling produktif dan

memiliki keanekaragaman hayati (Biodiversity) yang tinggi

(Ramli, 2011).

Kawasan pesisir juga merupakan tempat bagi ekosistem

dengan produktivitas hayati yang tinggi, seperti hutan mangrove,

terumbu karang, padang lamun (Seagrass Beds), dan estuaria.

Sekitar 75% dari total penduduk dunia bermukim di kawasan pesisir

(Ramli, 2011).

Wilayah pesisir adalah wilayah interaksi antara laut dan daratan

yang merupakan 15 % daratan bumi. Wilayah ini sangat potensial

sebagai modal dasar pembangunan Indonesia sebagai tempat

perdagangan dan transportasi, perikanan, budidaya perairan,

pertambangan serta pariwisata. Wilayah pesisir Indonesia sangat

potensial pula untuk dikembangkan bagi tercapainya kesejahteraan

umum apabila pengelolaannya dilakukan secara terpadu dan

berkelanjutan, dengan memperhatikan faktor-faktor yang berdampak

terhadap lingkungan pesisir (Ramli, 2011).

15
Wilayah pesisir merupakan suatu ekosistem yang dinamis,

yang terdiri dari subsistem lahan dan perairan pesisir yang saling

berkaitan. Wilayah pesisir juga mempunyai potensi sumber daya

alam yang produktif, baik sumber daya alam hayati maupun non

hayati. Namun di sisi lain, wilayah pesisir juga mempunyai beberapa

permasalahan dalam pengelolaannya, baik dalam hal lingkungan

maupun sosial ekonomi. Sama seperti wilayah pesisir lainnya,

kawasan pantai Kenjeran, yang terletak di timur-laut Surabaya, juga

mengalami beragam permasalahan, antara lain permasalahan

kelembagaan yang tampak dari adanya konflik kepentingan,

kerusakan lingkungan serta ketimpangan sosial ekonomi dan

kemiskinan masyarakat pesisir (Mauludiyah, 2015),

Wilayah pesisir merupakan daerah peralihan laut dan daratan.

Kondisi tersebut menyebabkan wilayah pesisir mendapatkan tekanan

dari berbagai aktivitas dan fenomenadi darat maupun di laut.

Fenomena yang terjadi di daratan antara lain abrasi, banjir dan

aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat yaitu pembangunan

permukiman, pembabatan hutan untuk persawahan, pembangunan

tambak dan sebagai yang pada akhirnya memberi dampak pada

ekosistem pantai (Pinto, 2015).

16
2.2.2 Masalah Kesehatan Lingkungan di Kawasan Pesisir

Dengan meningkatnya pemanfaatan wilayah pesisir, hal ini

menyebabkan daya dukung wilayah pesisir akan berkurang jika

penggunaannya tidak dilakukan secara terpadu dan terkendali.

Untuk menjaga agar daya dukung wilayah pesisir tidak mengalami

penurunan yang besar maka perlu diperhatikan pula faktor-faktor

yang berdampak terhadap lingkungan pesisir. Dengan semakin

pesatnya pertumbuhan jumlah penduduk maka kegiatan-kegiatan

pembangunan di wilayah pesisir akan semakin meningkat pula.

Berbagai permasalahan pengembangan dan permasalahan

kesehatan lingkungan di daerah pesisir antara lain:

a. Pertumbuhan kegiatan di daerah pesisir yang cepat dan

cenderung melebihi daya dukung lingkungan berakibat pada

penurunan kualitas lingkungan wilayah pesisir.

b. Rendahnya pembanguan sanitasi yang berkelanjutan

(Sustainable) dan drainase akibat rendahnya pemahaman

mengenai pentingnya upaya sanitasi lingkungan.

c. Wilayah pesisir yang merupakan daerah resapan air

menyulitkan untuk pembuatan saluran pembuangan air limbah

bagi masing-masing rumah tangga.

d. Masalah penyehatan lingkungan khususnya pada

pembuangan tinja merupakan salah satu masalah kesehatan

di daerah pesisir.

17
e. Sampah yang berserakan di sekitar rumah penduduk

mendatangkan masalah yang besar dalam bidang kesehatan

karena dapat menjadi media bibit penyakit, seperti malaria,

diare, cacingan, demam berdarah, dan lain-lain. Selain itu

dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air

dan bau busuk.

2.3 Tinjauan Umum Tentang Sanitasi lingkungan

2.3.1 Pengertian Sanitasi Lingkungan

Sanitasi dalam bahasa Inggris berasal dari kata Sanitation yang

diartikan sebagai penjagaan kesehatan. Ehler dan Steel

mengemukakan bahwa sanitasi adalah usaha-usaha pengawasan

yang ditujukan terhadap faktor lingkungan yang dapat menjadi mata

rantai penularan penyakit. Sanitasi adalah usaha kesehatan

masyarakat yang menitik beratkan pada pengawasan teknik

terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi atau

mungkin mempengaruhi derajat kesehatan manusia (Andra, 2014).

Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup

bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung

dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan

harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan

manusia. Sanitasi sangat menentukan keberhasilan dari paradigma

pembangunan kesehatan lingkungan lima tahun kedepan yang lebih

18
menekankan pada aspek pencegahan yang baik, angka kejadian

penyakit terkait dengan kondisi lingkungan dapat dicegah. Selain itu

anggaran yang diperlukan untuk preventif juga relative lebih

terjangkau daripada melakukan upaya pengobatan (Mundiatun

dalam Ike, 2019).

Lingkungan dapat diartikan secara mudah sebagai segala

sesuatu yang berada di sekitar manusia. Secara lebih terperinci,

lingkungan disekitar manusia dapat dikategorikan dalam:

1. Lingkungan fisik, termasuk di dalamnya adalah tanah, air,

dan udara serta interaksi satu sama lain diantara faktor-

faktor tersebut.

2. Lingkungan biologi, termasuk dalam hal ini semua organisme

hidup baik binatang, tumbuh-tumbuhan maupun mikro

organisme, kecuali manusia sendiri.

3. Lingkungan sosial, termasuk semua interaksi antara

manusia dari makhluk sesamanya yaitu meliputi faktor-faktor

sosial, ekonomi kebudayan, dan psiko-sosial.

Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan

yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, dan penyediaan

air bersih. Sanitasi lingkungan ditunjukan untuk memenuhi

persyaratan lingkungan yang sehat dan nyaman (Sidhi, 2016)

19
Ruang lingkup sanitasi lingkungan terutama ditujukan kepada

pengendalian (kontrol) dari:

1. Cara pembuangan dari ekskreta, air buangan dan sampah-

sampah lainnya sehingga dapat menjamin bahwa cara-cara

tersebut memadai dan aman.

2. Penyediaan air, untuk menjamin bahwa air yang digunakan

oleh masyarakat cukup bersih dan sehat.

3. Perumahan, untuk menjamin bahwa rumah dapat

memberikan rasa nyaman dan bebas dari kemungkinan

penyebaran penyakit.

4. Makanan termasuk susu, untuk menjamin bahwa segala

sesuatunya bersih dan aman.

5. Individu dan masyarakat agar terbiasa hidup sehat dan

bersih.

6. Kondisi udara untuk menjamin bahwa udara luar bebas dari

elemen yang merugikan, dan udara di dalam ruangan dapat

mencukupi kebutuhan sesuai dengan aktifitas di dalamnya.

2.3.2 Pengaruh Sanitasi Lingkungan Terhadap Kesehatan

Kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi oleh lingkungan,

pelayanan kesehatan, perilaku, dan keturunan. Lingkungan yang

tidak sehat atau sanitasinya tidak terjaga dapat menimbulkan

masalah kesehatan. Begitupula dengan pelayanan kesehatan yang

minim atau sulit dijangkau dapat membuat penduduk yang sakit tidak

20
dapat diobati secara cepat dan dapat menularkan penyakitnya

kepada orang lain. Perilaku hidup yang tidak sehat seperti

membuang sampah sembarangan, tidak mencuci tangan sebelum

atau sesudah makan, buang air besar atau kecil di mana saja,

mencuci atau mandi dengan air yang kotor merupakan perilaku yang

dapat mengundang berjangkitnya berbagai jenis penyakit. Akhirnya,

kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh faktor keturunan

karena sebagian dari penyakit diturunkan oleh orang tua.

Jika diteliti pengaruh lingkungan terhadap kesehatan manusia,

maka akibat yang dimunculkannya, secara umum dapat dibedakan

atas 2 macam:

a. Akibat atau masalah yang ditimbulkan segera terjadi, artinya

begitu faktor lingkungan yang tidak menguntungkan tersebut

hadir atau tidak dalam kehidupan, maka akan timbullah

penyakit.

b. Akibat atau masalah yang ditimbulkannya secara lambat laun,

artinya terdapat tenggang waktu antara hadir atau tidak

hadirnya faktor lingkungan yang tidak menguntungkan dengan

munculnya penyakit.

Sesuai dengan definisi diatas maka tujuan dari sanitasi

lingkungan adalah terciptanya keadaan yang sempurna dari semua

faktor yang ada dilingkungan fisik manusia, sehingga perkembangan

21
fisik manusia dapat diuntungkan sehingga kesehatan dan

kelangsungan hidup manusia dapat terpelihara.

2.3.3 Penyedian Air bersih

Air merupakan komponen lingkungan hidup yang sangat

penting bagi kelangsungan hidup manusia. Air digunakan untuk

kebutuhan hidup sehari-hari seperti untuk minum, masak, mandi,

mencuci (Notoadmojo, 2011). Air bersih merupakan air yang

digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi

syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak

(Kementrian Kesehatan, 2010). Sedangkan air minum adalah air

yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung

diminum.

Sumber air bersih memiliki peran penting dalam penyebaran

beberapa penyakit menular salah satunya adalah diare yang

ditularkan melalui fecal oral. Diare disebabkan oleh bakteri E.coli

yang dapat masuk kedalam air dengan capa pasa saat hujan turun,

air membawa limbah dari kotoran hewan maupun manusia kemudian

meresap kedalam tanah melalui pori-pori tanah atau mengalir dalam

sumber air (Langit, 2016).

Air adalah standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk

media Air untuk keperluan Higiene Sanitasi meliputi parameter fisik,

22
biologi dan kimia yang dapat berupa parameter wajib dan parameter

tambahan (Permenkes NO 32 Tahun 2017).

Menurut peraturan Mentri Kesehatan No 39 tahun 2016 tentang

pedoman penyelenggaraan program indonesia sehat dengan

pendekatan keluarga, sarana air bersih yang memenuhi persyaratan

adalah sumber air bersih yang terlindungi yang mencakup PDAM,

sumu pompa, sumur gali, dan mata air terlindungi (Kemenkes RI,

2016).

Ditinjau dari ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan air bersih

harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air

bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit dimasyarakat.

Volume rata-rata kebutuhan air setiap individu perhari berkisar

antara 150-200 liter atau 35-40 galon. Kebutuhan air tesebut

bervariasi dan tergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan,

dan kebiasaan masyarakat (Chandra, 2012).

Penggunaan air bersih oleh masyarakat dapat dipakai sebagai

salah satu indikator usaha kesehatan karena:

1. Air merupakan kebutuhan primer yang berguna untuk

kelangsungan hidup dan keperluan sehari-hari

2. Air dapat menjadi sumber penularan penyakit

3. Penggunaan air bersih dapat memberikan gambaran

tentangmasyarakat akan arti sehat

23
Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal

dari sumber yang bersih dan aman (Chandra, 2012).

Batasan-batasan sumber air bersih dan aman tersebut, antara

lain:

a. Bebas dari kontaminasi kuman dan bibit penyakit

b. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun

c. Tidak berasa dan tidak berbau

d. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestic dan

rumah tangga

e. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO dan

Departemen Kesehatan RI.

Syarat-syarat air bersih Menurut peraturan menteri Kesehatan

RI No.416/Menkes/PER/IKA/90 tentang air bersih yang memenuhi

syarat kesehatan adalah:

1. Syarat-syarat kualitas

a. Fisik : jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau

b. Kimiawi : tidak mengandung zat-zat yang beracun dan tidak

mengandung mineral-mineral serta zat organik lebihtinggi

dari jumlah yang telah ditentukan

c. Mikrobiologi : air tidak boleh mengandung sesuatu bibit

penyakit, tidak mengandung saprofit atau E.colidari 100/ml

air.

2. Syarat-syarat kuantitas

24
Sebagai sumber air bersih sumur harus memenuhi syarat yaitu:

1. Syarat lokasi

a. Sumur diusahakan berada kurang dari 10 meter dari

jaraksumber pengotoran, seperti: lubang galian air

limbah, jambankeluarga, dan lain-lain.

b. Dibuat di tempat yang ada air tanahnya

c. Usahakan agar air kotor tidak masuk kedalam sumur

terutamapada waktu hujan

2. Syarat kontruksi

a. Dinding sumur 3 meter dari permukaan tanah dibuat

daribahan yang tidak tembus air

b. Kedalaman cukup mengandung air walau musim

kemarau

c. Diatas tanah dibuat dinding tembok setinggi 70 cm

d. Lantai sumur minimal 1,5 meter dari dinding sumur agak

miring dan tingginya 20 cm dari permukaan tanah

e. Dasar sumur diberi kerikil

f. Permukaan tanah disekitar banguna dibuat miring

g. Sumur harus mempunyai saluran pembuangan air

sepanjang minimal 20 meter yang kedap air.

2.3.4 Jamban

Jamban merupakan suatu bangunan yang digunakan untuk

tempat membuang dan mengumpulkan kotoran manusia yang

25
biasanya membuang dan mengumpulkan kotoran manusia yang

biasanya disebut dengan kakus atau wc dengan atau tanpa kloset

dan dilengkapi dengan sarana penampungan kotoran/tinja sehingga

tidak menjadipenyebab atau penyebar penyakit dan mengotori

lingkungan rumah (Kementerian Kesehatan RI, 2016).

Tinja merupakan sumber penyebar penyakit seperti diare,

disentri, kolera, kecacingan, Schistosomiasis dan penyakit

penceranaan lainnya. Upaya pencegahan kontaminasi tinja terhadap

lingkungan dapat dilakukan dengan pengelolaan pembuangan

kotoran manusia dengan baik yaitu dengan menggunakan jamban

sehat, persyaratan jamban sehat yaitu tidak mengotori permukaan

tanah disekeliling jamban, tidak mengotori air permukaan di

sekitarnya, tidak mengotori air tanah sekitarnya, tidak terjangkau

oleh serangga terutama lalat dan kecoa, tidak menimbulkan bau,

mudah digunakan dan dipelihara, desain sederhana, dapat diterima

oleh pemakainya, bangunan jamban tertutup untuk melindungi dari

panas dan hujan serta binatang, terlindungi dari pandangan orang

(Privacy), bangunan jamban mempunyai lantai yang kuat, tempat

berpijak kuat. Ketersediaan jamban sehat adalah kepemilikan

jamban berbentuk leher angsa oleh sebuah keluarga. Jika dalam

satu rumah terdiri dari beberapa keluarga dan menggunakan jamban

leher angsa yang sama, maka dikatakan seluruh keluarga tersebut

dinyatakan memiliki jamban keluarga. Jamban komunal (umum) tidak

26
termasuk dalam ketersediaan jamban keluarga karena biasanya

digunakan oleh beberapa keluarga yang tidak tinggal pada rumah

yang sama (Kementerian Kesehatan RI, 2016).

Berdasarkan bentuk dan cara mempergunakannya, jamban

terdiridari beberapa jenis, yaitu sebagai berikut (Kurniawati, 2015):

1. Jamban cemplung (Pit Latrine)

Jamban cemplung adalah jamban yang paling sederhana

yangbiasanya digunakan masyarakat.Jamban ini terdiri dari

galian yangatasnya diberi lantai sehingga tinja langsung masuk

ke tempat penampungan.Kekurangan dari jamban cemplung,

yaitu dapatmengotori tanah dan menghasilkan bau yang tidak

sedap.

2. Jamban Plengsengan

Jamban plengsengan adalah jamban yang memiliki saluran yang

berbentuk miring, penghubung antara tempat jongkok ke tempat

pembuangan tinja. Pada jamban ini, bau tidak sedap yang

dihasilkanoleh tinja dapat berkurang dan lebih aman bagi

penggunanya. Akan tetapi ada baiknya jika pada tempat jongkok

dapat dibuatkan tutup.

3. Jamban Bor

Jamban bor adalah jamban yang lubang pembuangan

tinjanyalebih dalam dibandingkan dengan jamban cemplung dan

plengsengan.Bau yang ditimbulkan pada jamban ini semakin

27
berkurang.Namun jamban ini tidak cocok untuk daerah dengan

kontur tanah berbatu dan tinjanya lebih mencemari tanah.

4. Angsatrine (Water Seal Latrine)

Jamban angsatrine adalah jamban yang bentuknya leher dengan

closet yang melengkung. Jamban ini dinilai lebih baik dari

jamban-jamban sebelumnya, sebab tinjanya tidak berbau

dikarenakan selalu ada air pada bagian yang melengkung.Hal

tersebut dapatmencegah lalat sehingga jamban jenis ini

dianjurkan untuk didirikan didalam rumah. Jamban ini ada 2 tipe,

yakni (Sarmani, 2013):

a. Tipe Jongkok

Bentuknya melengkung mirip leher angsa. Penampungnya

berupa septik kedap air berfungsi sebagai wadah proses

penguraiankotoran manusia.

b. Tipe duduk

Terdapat unit air perapat (Water Seal) yang dipasang

dibawah pelat jongkok sehingga mencegah dari gangguan

lalat dan serangga.

5. Jamban empang (Overhung Latrine)

Jamban empang adalah jamban yang dibangun di atas rawa,

sungai, empang. Kemudian tinja dari jamban ini akan langsung

jatuh ke air dan dimakan oleh ikan atau biasanya dikumpulkan

28
pada saluran khusus dari bambu atau kayu yang ditanam

mengelilingi jamban.

6. Jamban septic tank

Jamban septic tank adalah jamban yang tinjanya melewati

proses pembusukan sebelumnya oleh kuman pembusuk yang

bersifat anaerob. Jamban ini dapat menggunakan satu bak atau

lebih yang kemudian dipasang sekat atau tembok pemghalang

dengan melewati proses penghancuran, pembusukan, dan

pengendapan.

Berikut adalah kriteria jamban sehat yang perlu diperhatikan,

yaitu (Meiridhawati, 2012):

1. Tidak mencemari air

Ketika menggali tanah untuk lubang tinja, usahakan agar dasar

lubang tidak mencapai permukaan air tanah maksimum.Jika

dalam keadaan terpaksa atau terlanjur menggali, dinding dan

dasar lubang kotoran harus di padatkan dengan tanah liat.

2. Tidak mencemari tanah permukaan

Tidak buang air besar di sembarang tempat, seperti

kebun,pekarangan, sungai, mata air, atau pinggir jalan. Untuk

jamban yang sudah penuh sebaiknya segera disedot dan

dikuras.

3. Bebas dari serangga

29
Jika menggunakan bak atau penampungan air, sebaiknya

dikuras setiap minggu guna mencegah bersarangnya nyamuk.

Selain itu, ruangan dalam jamban harus terang karena bangunan

yang gelap dapat menjadi sarang nyamuk serta lantai jamban

sebaiknya di plaster rapat agar tidak terdapat celah-celah yang

dapat menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya.

4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan

Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus

ditutup setiap selesai digunakan.Jika menggunakan jamban

leher angsa,permukaan leher angsa harus tertutup rapat oleh air.

Lubang tinja sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi guna

membuang bau daridalam lubang tinja. Lantai jamban harus

kedap air dan permukaan bowl harus licin. Pembersihan harus

dilakukan secara periodik.

5. Aman digunakan oleh pemakainya

Untuk tanah yang mudah longsor, perlu adanya penguat pada

dinding lubang tinja dengan pasangan bata atau selongsong

anyaman bambu atau bahan penguat lainnya yang terdapat

di daerah setempat.

6. Mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan bagi

pemakainya.

Untuk lantai jamban rata dan miring kearah saluran lubang

kotoran. Dianjurkan untuk tidak membuang plastik, puntung

30
rokok, atau benda lain ke saluran tinja karena dapat menyumbat

saluran, tidak mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang tinja

karena jamban akan cepat penuh.

7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan

Jamban harus berdinding, berpintu dan beratap sehingga

pemakainya terhindar dari kehujanan dan kepanasan.

2.3.5 Pengertian Sampah

Sampah merupakan bahan padat buangan dari kegiatan rumah

tangga, pasar, perkantoran, rumah penginapan, hotel, rumah makan,

industry, puingan bahan bangunan dan besi-besi tua bekas

kendaraan bermotor. Sampah merupakan hasil sampingan dari

aktivitas manusia yang sudah terpakai (Sucipto, 2012).

Sedangkan menurut WHO, sampah adalah suatu yang tidak

digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang

yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan

sendirinya.

Dalam kehidupan sehari-hari sampah dapat berasal dari

(Chandra, 2012):

a. Pemukiman penduduk

Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil

kegiatan rumah tangga yang sudah dipakai dan dibuang,

seperti sisa-sisa makanan baik yang sudah dimasak atau

31
belum, bekas pembungkus baik kertas, plastik, daun, pakaian-

pakaian bekas, bahan-bahan bacaan, perabot rumah tangga,

daun-daunan dari kebun atau taman dan sebagainya.

b. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum

Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum seperti

pasar,tempat hiburan, terminal bus, stasiun kereta api dan

sebagainya. Sampah ini berupa kertas, plastik, botol dan

sebagainya.

c. Sampah yang berasal dari perkantoran

Sampah yang berasal dari perkantoran baik perkantoran

pendidikan, perdagangan, departemen, perusahaan dan

sebagainya.Umumnya sampah ini bersifat kering dan mudah

terbakar.

d. Sampah yang yang berasal dari jalan raya

Sampah ini berasal dari hasil pembersihan jalan yang

umumnya terdiri dari kertas-kertas, kardus, debu, batu-batuan,

pasir, sobekan ban, onderdil kendaraan yang terjatuh, plastic

dan sebagainya.

e. Sampah yang berasal dari industri

Sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah

yang berasal dari pembangunan industri dan segala sampah

yang berasal dari proses produksi.

f. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan

32
Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan/pertanian, misalnya

jerami, sisa-sisa sayur-mayur, batang padi, batang jagung,

ranting kayu yang patah dan sebagainya.

g. Sampah yang berasal dari pertambangan

Sampah ini berasal dari daerah pertambangan dan jenisnya

bergantung dari jenis usaha pertambangan itu sendiri,

misalnya: batu-batuan, tanah pasir, sisa-sisa pembakaran

(arang) dan sebagainya.

h. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan

Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini

berupa kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa makanan, bangkai

binatang dan sebagainya.

2.3.6 Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Saluran pembuangan air limbah atau yang sering disingkat

dengan SPAL adalah perlengkapan pengelolaan air limbah berupa

saluran perpipaan maupun yang lainnya yang dapat dipergunakan

untuk membuang air buangan dari sumbernya sampai ke tempat

pengelolaan atau tempat buangan air limbah (Irdianty, 2011).

Menurut Permenkes RI No. 3 Tahun 2014 tentang Strategi

Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat menjelaskan bahwa,

standar Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) :

1) Air limbah kamar mandi dan dapur tidak boleh tercampur

dengan air dari jamban.

33
2) Tidak boleh menjadi tempat perindukan vektor.

3) Tidak boleh menimbulkan bau.

4) Tidak boleh ada genangan yang menyebabkan lantai licin

dan rawan kecelakaan.

5) Terhubung dengan saluran limbah umum/got atau sumur

resapan.

34

Anda mungkin juga menyukai