Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
Hal ini berarti bahwa manusia mempunyai keistimewaan dibanding dengan
makhluk hidup yang lain. Salah satu keistimewaan yang menonjol adalah
perilakunya. Meskipun semua makhluk hidup mempunyai perilaku. Namun
perilaku makhluk hidup yang satu berbeda dengan yang lain (Notoatmodjo,
2010).
Proses perkembangan perilaku manusia sebagian ditentukan oleh
kehendaknya sendiri dan sebagian bergantung pada alam. Perilaku manusia
melibatkan tiga komponen utama yaitu kondisi lingkungan tempat terjadinya
perilaku tersebut, perilaku itu sendiri dan konsekuensi dari perilaku tersebut.
Berulang atau tidak berulangnya suatu perilaku dipengaruhi oleh keadaan tiga
komponen tersebut. Selain itu, perilaku individu tidak timbul dengan
sendirinya, tetapi akibat adanya rangsangan (stimulus), baik dari dalam
dirinya (internal) ataupun dari luar dirinya (eksternal). Pada hakikatnya
perilaku individu mencakup perilaku yang tampak (overt behavior) dan
perilaku yang tidak tampak (inertbehavior atau covertbehavior) (Sunaryo,
2004). Perilaku manusia itu didorong oleh motif tertentu sehingga manusia
berperilaku sesuai teori perilaku. Beberapa ahli pun telah merumuskan teori
perilaku yang menggambarkan bebrapa indikasi perilaku manusia.
Dalam makalah ini, penulis menganalisis studi kasus yang ada di
masyrakat dan dikaitkan dengan teori perilaku yang menggambarkan perilaku
dalam studi kasus tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi dan ruang lingkup perilaku?
1.2.2 Apa saja macam-macam teori perilaku?
1.2.3 Bagaimana analisis keterkaitan studi kasus Hubungan antara Kegiatan
Kampanye Anti Tembakau dengan Sikap Siswa SMP Al Syukro
Ciputat terhadap Bahaya Merokok dengan teori perilaku?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui definisi dan ruang lingkup perilaku
1.3.2 Untuk mengetahui macam-macam teori perilaku
1.3.3 Untuk mengetahui analisis keterkaitan studi kasus Hubungan antara
Kegiatan Kampanye Anti Tembakau dengan Sikap Siswa SMP Al
Syukro Ciputat terhadap Bahaya Merokok dengan teori perilaku

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Perilaku
2.1.1 Perilaku
a. Definisi
Dipandang dari aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau
aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bisa dilihat sedangkan
perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau

aktivitas dari

manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara
lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, membaca dan sebagainya,
sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia adalah semua
kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun
yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Skinner seorang ahli psikologi yang dikutip Notoatmojdo (2003)
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus (rangsang dari luar). Dalam teori Skinner ada 2 respon,
yaitu:
1. Responden respon atau

flexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus tertentu). Stimulus semacam ini disebut


eleciting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif
tetap.
2. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.
Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer karena
memperkuat respon.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut Lawrence Green (1980) dalam (Notoatmodjo 2007), faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku, antara lain;

a. Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam


pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
b. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan
fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau

sarana-

sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan


sebagainya.
c. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan
kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
2.1.2

Ruang Lingkup Perilaku


Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang
sangat luas. Bloom (1908 dalam Novia 2012) membagi perilaku manusia
dalam 3 domain. Ketika domain tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pengetahuan (Domain Kognitif)
Pengetahuan merupakan suatu hasil tahu dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui penca indera manusia, yakni penciuman,
penglihatan, pendengaran, rasa, dan raba. Sebagian besar pengalaman
manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan,
yaitu:
- Tahu, diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan masyrakat dalam
mengingat kembali suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
-

dipelajari atau rangsangan yang diterima.


Memahami, diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan
secara

benar

tentang

obyek

yang

diketahui

dan

dapat

mempraktikkan materi tersebut secara benar.


Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk emnggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya

Analisis, diartikan sebagai kemampuan menjabarkan materi atau


suatu obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam

satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Sintesis, menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru


Evaluasi, berkaitan dengan kemampuan melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau objek.


b. Sikap (Domain Afektif)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian antara reaksi terhadap
stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang
bersifat emosional terhadap derajat sosial. Sikap merupakan kesiapan
untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu
pengahayatan terhadap suatu obyek. Sikap terdiri dari berbagai
tindakan:
- Menerima, diartikan bahwa seseorang atau subyek mau dan
-

memperhatikan stimulus yang diberikam obyek.


Merespon, diartikan memberikan jawaban

bila

ditanya,

mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adakah


-

indikasi dari sikap.


Menghargai, diartikan mengajakan orang lain, untuk mengerjakan

atau mendiskusikan suatu masalah suatu indikasi sikap tingkat tiga


Bertanggung jawab atas segala sesutau yang telah dipilihnya
dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi

Pengukuran dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secra


langsung dapat ditanya bagaimana pendapat atau pertanyaan respon
terhadap suatu obyek. Secara langsung dapat dilakukan dengan
pertanyaan-pertanyaan hipotesisi, kemudian ditanyakan pendapat
responden.
c. Praktik ( Domain Psikomotorik)

Suatu sikap yang belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan,


untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nayat diperlukan
faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain
adalah fasilitas. Selain fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan dari
pihak lain. Praktik mempunyai tiga tingkatan (Notoatmodjo, 2033
dalam Novia 2012), yaitu:
- Persepsi, diartikan dapat mengenal dan memilih berbagai obyek
sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah praktik
-

tingkat I
Respon terpimpin, diartikan dapat melakukan suatu yang sesuai
dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh merupakan

indicator praktik tingkat II


Mekanisme, diartikan apabila sesorang telah dapat melaksanakan
sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah

menjadi kebiasaan, maka ia telah mencapai praktik tingkat III


Adopsi merupakan suatu praktik atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi

tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.


2.2 Teori perilaku
2.2.1 Teori Stimulus Organisme (SOR)
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya
perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang
nerkomunikasi

dengan

organisme. Artinya,

kualitas

dari

sumber

komunikasi (sources) misalnya kredibilitas kepemimpinan, dan gaya


berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku sesorang,
kelompok, atau masyarakat.
Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa perubahan perilaku pada
hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Pada perubahan perilaku
tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari:
a.

Stimulus (rangsang) yang diberikan kepada organisme dapat


diterima atau ditolak. Apabila stimulus itu tidak diterima atau pun
ditolak, berrati stimulus itu tidak efektif dalam mempengaruhi
perhatian individu, dan berhenti di sini. Tetapi, bila stimulus

diterima oleh organisme berrati ada perhatian dari individu dan


b.

stimulus tersebut efektif.


Apabila stimulus telah mendapatkan perhatian dari organisme
(diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada

c.

proses berikutnya
Setelah organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi
kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya

d.

(bersikap)
Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari
lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari
individu tersebut(perubahan perilaku).

2.2.2

Teori Festinger (Dissonance Theory)


Teori dissonance (Cognitive dissonance theory) diajukan oleh
Festinger (1957) telah banyak pengaruhnya dalam psikologi sosial. Teori
ini sebenarnya sama dengan konsep imbalance (tidak seimbang). Hal ini
berarti

bahwa

keadaan

cognitive

dissonance

merupakan

ketidak

seimbangan psikologis yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha


untuk mencapai keseimbangan kembali. Apabila terjadi keseimbangan
dalam diri individu, maka berarti sudah terjadi ketegangan diri lagi, dan
keadaan

ini

disebut

cossonance

(keseimbangan).

Dissonance

(ketidakseimbangan) terjadi karena dalam diri individu terdapat dua


elemen kognisi yang saling bertentangan. Yang dimaksud dengan elemen
kognisi adalah pengetahuan, pendapat, atau keyakinan. Apabila individu
menghadapi suatu stimulus atau objek, dan stimulus tersebut menimbulkan
pendapat atau keyakinan yang berbeda/bertentangan di dalam diri individu
itu sendiri, maka terjadilah dissonance . Sherwood dan Borrou
menjelaskan pada suatu rumus dimana rumus tersebut mengartikan bahwa
ketidakseimbangan dalam diri seseorang yang akan menyebabkan
perubahan perilaku dikarenakan adanya perbedaan jumlah elemen kognitif
yang seimbang dengan jumlah elemen kognitif yang tidak seimbang dan
sama-sama pentingnya. Hal ini menimbulkan konflik pada diri individu
tersebut.

2.2.3

Teori Fungsi
Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu
bergantung kepada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat
mengakibatkan perubahan perilaku seseorang adalah stimulus yang dapat
dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz (1960)
perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan.
Yang masing-masing

memiliki fungsi. Dimana masing-masing fungsi

berkeyakinan bahwa perilaku dapat menghadapi dunia luar individu, dan


senantiasa

menyesuaikan

diri

dengan

lingkungannya

menurut

kebutuhannya. Oleh sebab itu dalam kehidupan manusia perilaku itu


tampak terus menerus dan berubah secara relatif.
2.2.4

Teori Kurt Lewin


Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu
keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving
force) dan kekuatan-kekuatan penahan (restining forces). Perilaku itu dapat
berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut

2.2.5

di dalam diri seseorang.


Teori Kelman
Teori Kelman ada 3 cara perubahan perilaku, yaitu:
1. Karena terpaksa (compliance)
Pada compliance ini, individu merubah perilakunya karena mengharapkan
akan:
a.
b.
c.
d.

Memperoleh imbalan baik materi maupun non materi


Memperoleh pengakuan dari kelompoknya
Terhindar dari hukuman
Tetap terpeliharanya hubungan baik dengan menganjurkan

perubahan perilaku tersebut.


2. Karena ingin meniru atau ingin dipersamakan (identification)
2.2.6

Teori Matthews
Sehubungan dengan perubahan perilaku, Matthews mengemukakan
suatu hipotesis bahwa untuk terjadinya suatu perubahan perilaku ada 3

unsur yang berpengaruh. Dimana Matthews mengemukakan bahwa


kemungkinan seseorang akan berbuat sesuatu tergantung pada hasil
perpaduan dari kemungkinan bahwa kegiatan yang dilakukan akan bisa
mencapai tujuan yang diinginkan, pentingnya tujuan tersebut menurut
yang bersangkutan, dan sarana maupun usaha yang diperlukan untuk itu.

2.3

Analisis Keterkaitan Studi Kasus Hubungan antara Kegiatan


Kampanye Anti Tembakau dengan Sikap Siswa SMP Al Syukro Ciputat
terhadap Bahaya Merokok Dengan Beberapa Teori Perilaku
Rokok merupakan salah satu faktor risiko utama terjadinya penyakit
tidak menular seperti kardiovaskuler, stroke, kanker paru, kanker mulut dan
kelainan kehamilan. Penyakit tersebut merupakan penyebab utama di dunia,
termasuk di Indonesia. Indonesia menduduki peringkat ketiga setelah China
dan India, dalam kasusu kematian akibat menghisap rokok. Populasi perokok
yang semakin meningkat akan meningkatkan pula angka kejadian kanker di
seluruh dunia, terutama di negara berkembang. Eropa sukses menurunkan
angka kematian sampai 10%. Salah satu upaya yang dilakukan oleh peneliti
dari Universitas Padjajaran Bandung

ini adalah mengusulkan adanya

komunitas atau keluarga anti rokok. Dari komunitas tersebut diharapkan


menjadi gerakan sosial yangbergelombang. Tentu ini membutuhkan
kesadaran dan stimulus, baik dari Negara maupun dari individu.
Beranjak dari hal tersebut, kesadaran akan sangat berbahayanya efek
samping dari merokok semalin lama semakin disadari oleh sebagian besar
orang. Karena itulah setiap tahunnya apad bulan Mei diperingati sebagai Hari
anti Tembakau Sedunia. Selain itu pula banyak sekali muncul komunitaskomunitas yang menyatakan dirinya anti rokok dan ingin memajukan
kesehatan negara, termasuk Indonesia.
Langkah awal dalam menyadarkan sesorang terutama bahaya merokok
adalah dimulai dari usia muda atau sekolah. Oleh karena itu, kegiatan

kampanye yang akan diangakat pada penelitian tersebut adalah kegiatan


kampanye yang diadakan di salah satu sekolah di Jakarta oleh Fakultas
Kesehatan salah satu universitas di Jakarta bekerjasama dengan pemerintah
dan LSM yang bergerak di bidang kesehatan dan anti rokok. Kampanyae
kepada siswa sekolah terutama siswa SMP dianggap sebagai cara yang efektif
karena mereka masih memiliki keinginan untuk merubah cara hidupnya kea
rah yang lebih sehat.
Kampanye yang diadakan di SMP Al Syukro ini dinamakan Kampanye
Anti Tembakau dan diadakan pada bulan Maret 2011. Kampanye ini diadakan
selama dua hari dengan mendatangkan narasumber dari berbagai pihak seperti
pihak LSM, pihak Departemen Kesehatan, sampai dengan pembicara dari
pihak sekolah. Pada kampanye ini disampaikan berbagai macam hal tentang
tembakau dan rokok, mulai dari bahaya merokok, tingkat dan jenis racun
yang ada di dalam rokok, hingga bagaimana cara berhenti merokok bagi
mereka yang sudah terlanjur menyukai rokok. Sesudah adanya kampanye
yang melibatkan semua siswa dari SMP Al Syukro tersebut, untuk selanjutnya
di sekitar sekolah dipasang juga beberapa spanduk, poster dan berbagai media
yang bermaksud untuk tetap mengingatkan siswa mengenai larangan untuk
merokok.
Setelah dianalisis oleh peneliti, didapatkan hasil yaitu landasan dari
kampanye ini adalah persuasive yang bertujuan untuk mengubah sikap, oleh
karena peneliti merumuskan bahwa penelitian ini mengunnakan persuasi dari
Hovland, Janis dan Kelly.
Di dalam studi kasus disebutkan bahwa penelitian ini berpedoman pada
teori Intrumental Theory of Persuasion. Teori ini merupakan turunan dari
teori teori Stimulus-Organism-Respon (S-O-R). Menurut teori S-O-R ini, efek
yang ditimbulkan adalah reaksi terhadap stimulus, sehingga seorang dapat
mengharapkan dan mmperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi
komunikan.

10

Proses Instrumental Theory of Persuasion yang menerangkan mengenai


pembentukan sikap, juga stimuli, organism dan respon. Hovland, Janis dan
Kelly dalam Tan (1981:93) mendefinisikan Komunikasi persuasive sebagai
proses dimana komunikator mengirimkan stimuli (biasanya secara verbal)
untuk merubah sikap individu lain.
Komunikasi persuasive adalah suatu proses dimana seorang individu
(komunikator) menstransmisikan stimulus (biasanya verbal) untuk mengubah
perilaku orang lain (komunikan) (Tan, 1981:93). Proses dari perubahan sikap
adalah serupa dengan proses belajar, dalam mempelajari sikap yang baru, ada
tiga variabel penting yang menunjang proses belajar tersebut, yaitu :
a. Perhatian
b. Pengertian
c. Pemahaman

11

Asumsi dasar dari penelitian ini bahwa seorang komunikator memiliki


kemampuan untuk mempengaruhi komunikan melalui stimuli yang
memiliki tiga variabel yaitu faktor sumber, faktor pesan, faktor audies
menjadi perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai akibat komunikasi
persuasi ini bisa terlihat dari perubahan sikap.

Model persuasi Hovland, Janis dan Kelly (1959) ini memiliki tiga
komponen:
a. Karakteristik situasi komunikasi yang terdiri dari faktor sumber (source
factors), faktor pesaan (message factors), dan faktor audiens (audience
factors).
b. Proses semnetara (intervening process) meliputi perhatian (attention),
pemahaman (comperehension) dan penerimaan (acceptance).
c.
Respon, berupa efek-efek komunikasi yaitu perubahan sikap
(attitude change) yang terdiri dari perubahan opini (opinion change),
perubahan persepsi (perception change), perubahan afeksi (affect change)
dan perubahan tindakan (action change).
12

Jumlah populasi dalam penelitian ini sbanyak 338 orang dari kelas satu
sampai dengan kelas tiga dalam serangkaian kampanye ini. Berikut gambaran
penelitian yang dilakukan di SMP AL Syukro Ciputat.
Gambar 1

Gambar 2

13

Dari kedua gambar tersebut telah ditunjukkan hasil penelitian oleh


peneliti bahwa ada makna berarti antara kredibilitas komunikator dan pesan
yang disampaikan dalam perubahan perilaku meorokok. Kenyataanya,
penerimaan sesorang terhadap sebuah pesan tergantung kepada kredibilitas
sumber yang mengirimkan pesan tersebut yang dapat mempengaruhi
khalayak. Kampanye pada dasarnya juga merupakan penyampaian pesanpesan dari pengirirm khalayak. Pesan-pesan tersebut dapat disampaikan
dalam berbagai bentuk, mulai dari poster, iklan,spanduk, baliho, pidato,
diskusi, selebaran, dan kegiatan.

14

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penelitian pada studi kasus tersebut, dapat disimpulkan bahwa:
a. Kampanye yang diadakan menganut pada teori S-O-R, dimana stimulus
diberikan pada audiens dan menghasilkan suatu respon yang positif.
b. Stimulus yang dimaksud dalam penelitian adalah informasi bahaya
merokok yang didukung oleh kredibilitas komunikator dan pesan yang
menarik seperti melalui slogan, spanduk, baliho dan selebaran dalam
penyampaian kampanye bahaya merokok.
c. Organisme yang dimaksud dalam penelitian adalah siswa SMP AL Syukro
CIptuta dari kelas satu sampai dengan kelas 3, berjumlah 338 orang.
d. Respons yang dimaksud dalam penelitian adalah adanya makna yang
berarti bahwa dengan diberikannya stimulus yaitu informasi dan didukung
oleh kredibilitas komunikator serta cara penyampaian pesan tersebut dapat
dipahami oleh siswa SMP Al Syukro. Mereka lebih memahami bahaya
merokok tersebut. Respons yang ditunjukkan yaitu respon positif yaitu
mereka akan lebih paham tentang bahaya merokok dan tidak mudah
terpengaruhi pergaulan atas pengajakan untuk merokok.

15

DAFTAR PUSTAKA
Emathia, Dellisia. 2012. Hubungan antara Kegiatan Kampanye Anti Tembakau dengan
Sikap

siswa

SMP

Al

Syukro

CIputat

terhadap

Bahaya

Merokok.

jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/viewFile/.../pdf_12 [serial on line] Vol 1., No. 1


(2012)
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka
Cipta
Luthviatin, Novia dan dkk. 2012. Dasar-dasar Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jember: UPT Penerbitan UNEJ

16

Anda mungkin juga menyukai