Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok dan individu. Dengan
harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat, kelompok atau
individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik.
Pendidikan kesehatan juga sebagai suatu proses yang mempunyai masukan (input)
dan keluaran (output). Suatu proses pendidikan kesehatan yang menuju tercapainya
tujuan pendidikan, yakni perubahan perilaku, dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor
tersebut, disampingkan faktor masukannya sendiri juga faktor metode, faktor materi,
atau pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya dan alat-alat bantu/alat
peraga pendidikan yang dipakai (Notoatmodjo, 2010 di dalam Theo, 2021).
Batasan pendidikan kesehatan menurut beberapa ahli kesehatan menurut Theo
(2021) antara lain seperti dibawah ini :
1. Wood (1926), pendidikan kesehatan adalah pengalaman-pengalaman yang
bermanfaat yang dapat mempengaruhi kebiasaan, sikap, dan pengetahuan
seseorang atau masyarakat.
2. Nyswander (1947), pendidikan kesehatan adalah sebuah proses perubahan
perilaku yang bersifat dinamis, bukan suatu proses pemindahan materi (pesan) dari
seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur.
3. Stuart (1968), pendidikan kesehatan adalah komponen program kesehatan yang
berisi perencanaan perubahan perilaku individu, kelompok dan masyarakat
berhubungan dengan pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan Dari pengertian beberapa pendidikan kesehatan dapat diambil sebuah
kesimpulan bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu upaya yang bertujuan untuk
mempengaruhi orang lain untuk berperilaku hidup sehat.

8
9

1. Tujuan Pendidikan Kesehatan


Secara umum, tujuan dari pendidikan kesehatan ialah mengubah prilaku
individu/masyarakat di bidang kesehatan (Notoatmodjo (2010). Tujuan ini dapat
diperinci lebih lanjut menjadi :
a. Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai dimasyarakat
b. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
c. Mendorong perkembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan
kesehatan yang ada.

Secara operasional, tujuan kesehatan diperinci oleh Wong (1974) di dalam


Theo 2021, sebagai berikut :
a. Agar penderita memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada
kesehatannya, keselamatan lingkungan, dan masyarakat.
b. Agar melakukan langkah-langkah positip dalam mencegah terjadinya sakit,
mencegah berkembangnya sakit menjadi lebih parah dan mencegah keadaan
ketergantungan melalui rehabilitasi cacat yang disebabkan oleh penyakit.
c. Agar memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensinya dan
perubahan-perubahan sistem dan cara memanfaatkannya dengan efisien dan
efektif
d. Agar mempelajari apa yang dapat dilakukan sendiri dan bagaimana caranya,
tanpa selalu meminta pertolongan kepada sistem pelayanan kesehatan yang
formal.

2. Proses Pendidikan Kesehatan


Proses pendidikan kesehatan adalah proses belajar yang memiliki tiga
komponen utama yaitu masukan (input), proses, dan hasil. Input dari pendidikan
kesehatan ini adalah individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang sedang
belajar dengan berbagai masalahnya. Proses adalah makanisme dan interaksi
terjadinya perubahan kemampuan (prilaku) pada diri subjek belajar. Outputnya
adalah hasil dari belajar itu sendiri, yaitu berupa kemampuan atau perubahan
perilaku dari subjek belajar (Wawan, 2018).
10

Persoalan masukan menyangkut subjek atau sasaran atau belajar itu sendiri
dengan berbagai latar belakangnya. Persoalan proses adalah mekanisme atau
proses terjadinya perubahan kemampuan pada diri subjek belajar. Dalam proses
pendidikan terjadi timbal balik antara berbagai faktor, antara lain subjek belajar,
pengajar, atau fasilitator belajar, metode yang digunakan, alat bantu belajar, dan
materi atau bahan yang dipelajari. Sedangkan keluaran merupakan hasil belajar
itu sendiri, yang terdiri dari kemampuan baru atau perubahan baru pada diri
subjek belajar (Notoatmojo, 2010 dalam Theo 2021).

3. Tindakan Kesehatan
Tindakan (practice) merupakan salah satu domain operasional dari perilaku
kesehatan. Tindakan merupakan overt behavior atau suatu respon nyata seseorang
terhadap adanya stimulus. Tindakan dilakukan seseorang dilakukan setelah
seseorang mengetahui dan menilai suatu stimulus.
Kerangka Konsep Berdasarkan kualitasnya, tindakan dibedakan menjadi 3
tingkatan, yaitu :

1) Tindakan terpimpin (guided response)


Apabila seseorang telah melakukan sesuatu kegiatan tetapi masih tergantung
tuntunan maupun panduan orang lain.
2) Tindakan secara mekanisme (mechanism response)
Apabila seseorang telah melakukan sesuatu kegiatan secara otomatis.
Tindakan ini dilakukan tanpa perintah dari orang lain.
3) Adopsi (adoption)
Adopsi merupakan tindakan yang tidak sekedar rutinitas, sudah berkembang
dan dilakukan modifikasi, sehingga menjadi perilaku yang berkualitas.

Berikut ini merupakan bentuk tindakan kesehatan :


1. Tindakan sehubungan dengan penyakit (mencakup pencegahan maupun
penyembuhan penyakit).
2. Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
3. Tindakan kesehatan lingkungan.
11

Tindakan merupakan suatu respon terbuka yang mudah diamati atau dilihat
orang lain bila dibandingkan dengan sikap yang merupakan suatu respon yang
tertutup, sehingga sulit diamati secara jelas. Salah satu hal yang mempengaruhi
terbentuknya suatu praktik atau tindakan diperlukan adanya faktor dukungan
(support) dari pihak lain yang tinggal di sekitar, misalnya keluarga, kerabat, tokoh
masyarakat dan sebagainya. Menurut teori Lawrence Green yang dikutip oleh
Notoadmodjo di dalam Theo 2021, perilaku ditentukan oleh 3 faktor utama,
yaitu :
1. Faktor predisposisi (predisposing factor), merupakan faktor yang dapat
mempermudah terjadinya perilaku pada diri seseorang, misalnya
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2. Faktor pendukung (enabling factor), mencakup lingkungan fisik, tersedia atau
tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya
puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.
3. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam perilaku petugas
kesehatan atau seseorang yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat

B. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap
objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian
persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang (onvert behavior) (Donsu, 2016).
Menurut Benyamin Bloom, seorang ahli psikologi pendidikan membagi
perilaku manusia kedalam 3 (tiga) domain (ranah/kawasan) yakni, kognitif
(cognitife), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor). Dalam
perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil
12

pendidikan kesehatan, yaitu pengetahuan, sikap, dan praktik (Novita & Franciska,
2018).

2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan
penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup
didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali atau (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah
merupakan tingkat pengetahuan yang rendah. Kata kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari menyebutkan, menguraikan,
mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehention)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dimana dapat menginterpretasikan secara
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan
sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi ataupun kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum- hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen tetap masih didalam struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
13

e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis yang dimaksudkan menunjukkan pada suatu kemampuan untuk
melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada (Wawan, 2018).

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Menurut Mubarak (2012), terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang yaitu pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman,
kebudayaan lingkungan sekitar, dan informasi. (Didalam Wawan, 2018)
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain
terhadap sesuatu hal agar dapat memahami. Makin tinggi pendidikan seseorang
semakin mudah pula menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak
pula pengetahuan yang dimilikinya sebaliknya jika seseorang tingkat
pendidikan rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap
penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
b. Pekerjaan
lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman
dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
c. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik
dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada empat
kategori perubahan yaitu (1) perubahan ukuran, (2) perubahan proporsi, (3)
hilangnya ciri-ciri lama dan (4) timbulnya ciri-ciri baru hal ini terjadi akibat
14

kematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir
seseorang semakin matang dan dewasa.
d. Minat
Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu.
Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada
akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
e. Pengalaman
Adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi
dengan lingkungannya. Pengalaman yang kurang baik akan membuat
seseorang untuk melupakan tetapi pengalaman terhadap objek yang
menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat
mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya dan akhirnya dapat
membentuk sikap positif dalam kehidupannya.
f. Kebudayaan lingkungan sekitar
kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan sikap. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya
untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat
sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan
karena lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau
sikap seseorang.
g. Informasi
kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat
seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

4. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas (Notoatmodjo, 2010 di dalam
Wawan 2018).
Angket atau questionaire merupakan alat ukur berupa angket atau kuesioner
dengan beberapa pertanyaan. Alat ukur ini digunakan bila responden jumlahnya
15

besar dan dapat membaca dengan baik yang mengungkapkan hal-hal yang bersifat
rahasia (Hidayat, 2007 di dalam Shinta 2017). Selebaran atau leaflet adalah
Lembaran kertas berukuran kecil mengandung pesan tercetak untuk disebarkan
kepada umum sebagai informasi mengenai suatu hal atau peristiwa. Leaflet
digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentang suatu masalah, misalnya
deskripsi pencegahan demam berdarah. Isi harus bisa ditangkap dengan sekali
baca. Lefleat dapat diberikan atau disebarkan pada saat pertemuan-pertemuan
dilakukan seperti pertemuan posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain (Mubarak,
2012 di dalam Shinta 2017).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan seperangkat
alat tes/kuesioner tentang objek pengetahuan yang mau diukur. Selanjutnya
dilakukan penilaian dimana setiap jawaban benar dari masing-masing pertanyaan
diberi nilai 1 jika salah diberi nilai 0 (Notoatmodjo, 2010 di dalam Wawan, 2018).
Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban
dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dilakukan 100% dan hasilnya
berupa persentasi dengan rumus yang digunakan sebagai berikut :
P = F/n x 100%
Keterangan :
P = persentasi
f = frekuensi dari seluruh alternatif jawaban yang menjadi pilihan yang telah
dipilih responden atas pernyataan yang diajukan
n = jumlah frekuensi seluruh alternatif jawaban yang menjadi pilihan responden
selaku peneliti 100% = bilangan genap

Selanjutnya pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diiterpretasikan


dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:
1) Baik : hasil presentasi76%-100%
2) Cukup : hasil presentasi 56%-75%
3) Kurang : hasil presentasi <56% (A. Wawan, 2018)
16

C. Diare
1. Definisi
Diare adalah suatu keadaan peradangan pada mukosa lambung dan usus
halus yang mengakibatkan pengeluaran feses yang tidak normal dan tidak seperti
biasanya dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat juga berupa air saja
dengan frekuensi yang lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih) dalam satu
hari (DepKes RI, 2011 di dalam Shinta 2017).
Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu
penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang
lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih
dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan
muntah atau tinja yang berdarah. Penyakit ini paling sering dijumpai pada anak
balita, terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, dimana seorang anak bisa
mengalami 1-3 episode diare berat. (Theo, 2021)

2. Penyebab
Menurut Wawan (2018) kejadian diare dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, di antaranya adalah sebagai berikut :
a. Faktor infeksi yaitu suatu proses yang diawali dengan adanya mikroorganisme
(kuman) yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian
berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa intestinal yang dapat
menurunkan daerah permukaan intestinal sehingga terjadinya perubahan
kapasitas dari intestinal yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi
intestinal dalam absorbsi cairan dan elektrolit. Adanya toksin bakteri juga akan
menyebabkan sistem transpor menjadi aktif dalam usus, sehingga sel mukosa
mengalami iritasi dan akhirnya sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.
Bakteri yang menyebabkan diare yaitu enterophatogenic escherichia colli,
salmonella, shigella, yersenia enterocolitica, virus yang menyebabkan diare
yaitu enterovirus, adenovirus, human retrovirus seperti agent, rotavirus, jamur
yang menyebabkan diare adalah candida enteritis, parasit yang menyebabkan
diare yaitu giardia clamblia, crytosporidium dan diare juga dapat disebabkan
oleh protozoa.
17

b. Faktor malabsorbsi adalah suatu kegagalan dalam melakukan absorpsi yang


mengakibatkan tekanan osmotic meningkat kemudian akan terjadi pergeseran
air dan elektolit ke rongga usus sehingga terjadilah diare.
c. Faktor makanan, akan terjadi jika toksin yang ada tidak mampu diserap
dengan baik dan dapat terjadi peningkatan peristaltik usus yang akhirnya
menyebabkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan.
d. Faktor psikologis, dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus
yang dapat mempengaruhi penyerapan makanan.

3. Klasifikasi
Menurut Theo (2021), diare dapat diklasifikasikan beberapa pembagian
antara lain :
a. Berdasarkan lamanya diare :
1) Diare akut merupakan diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
2) Diare Kronik merupakan diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan
keilangan berat badan atay berat badan tidak bertambah (failure to thrive)
selama masa diare tersebut.
b. Berdasarkan mekanisme patofisiologi antara lain:
1) Diare sekresi (secretory diarrhea)
2) Diare osmotik (osmotic diarrhea)

4. Patofisiologi
Menurut Latief, 2007 dalam Shinta 2017 mekanisme dasar yang
menyebabkan diare adalah sebagai berikut :
a. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usu meningkat, sehingga
terjadinya pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
terjadilah diare.
18

b. Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu (toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya
diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan Motilitas Usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya
akan menimbulkan diare juga.
d. Diare Inflamasi
Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare pada beberapa
keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction tekanan
hidrostatik dalam pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit,
mukus, protein dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk
dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe
diare lain seperti diare osmotik dan diare sekretorik
e. Diare Infeksi
Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari sudut
kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non- invasif dan invasif (merusak
mukosa). Bakteri non-invasif menyebabkan diare karena toksin yang di
sekresikan oleh bakteri tersebut.

5. Tanda dan Gejala


Tanda-tanda awal terjadinya penyakit diare pada bayi dan anak yaitu gelisah
dan cengeng, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan menurun, tinja akan
menjadi cair dan mungkin disertai dengan lendir ataupun darah, anus dan daerah
sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja semakin lama semakin asam
sebagai akibat banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat
diabsorbsi oleh usus selama diare. gejala muntah dapat terjadi sebelum atau
sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit (Kliegman, 2006 dalam Theo
2021).
19

6. Dampak
Menurut Shinta (2017) dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit diare
yaitu sebagai berikut :
a. Kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air lebih banyak daripada
pemasukan, kejadian ini merupakan penyebab terjadinya kematian pada anak
yang menderita diare.
Menurut Departemen Kesehatan (2019) derajat dehidrasi diare antara
lain sebagai berikut :
1) Diare tanpa dehidrasi
Kehilangan cairan <5 % berat badan penderita diare. Tanda-tanda diare
tanpa dehidrasi ini antara lain : balita tetap aktif, memiliki keinginan untuk
minum seperti biasa, mata tidak cekung dan turgor kulit kembali segera.
2) Diare dehidrasi ringan / sedang
Kehilangan cairan 5-10% berat badan penderita diare. Tanda- tanda
dehidrasi ini antara lain : balita gelisah atau rewel, mata cekung, ingin
minum terus atau rasa haus meningkat dan turgor kembali lambat.
3) Diare dehidrasi berat
Kehilangan cairain mencapai > 10% berat badan penderita diare. Tanda-
tanda yang ditimbulkan anatra lain : balita terlihat lesu, lunglai dan tidak
sadar, mata cekung, malas minum dan turgor kembali sangat lambat ≥ 2
detik.
b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.
metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam
tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan.
produk metabolisme yang bersift asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria atau anuria) dan terjadinya
pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.
c. Hipoglikemia
20

Hipoglikemisa terjadi pada 2-3 % anak yang menderita diare, lebih sering pada
anak yang sebelumnya telah menderita kekurangan Kalori Protein. hal ini
terjadi karena adanya gangguan penyimpanan atau penyediaan glikogen dalam
hati dan adanya gangguan etabol glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul
jika kadar glukosa darah menurun hingga 40% pada bayi dan 50% pada anak-
anak.
d. Gangguan gizi
Pada saat anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi sehingga terjadi
penurunan berat badan. Hal ini disebabkan karena :
1) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau
muntahnya akan bertambah hebat, sehingga orang tua hanya sering
memberikan air teh saja.
2) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dalam
waktu yang terlalu lama.
3) Makanan diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan baik
karena adanya hiperperistaltik.
e. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan syok hipovolemik, akibatnya perfusi
jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat
mengakibatkan perdarahan otak,kesadaran menurun dan bila tidak tidak segera
di atasi klien akan meninggal

7. Pencegahan
Menurut Kementrian Kesehatan (2019) pencegahan yang dapat dilakukan
untuk menghindari penyakit diare antara lain sebagai berikut :
a. Perilaku Sehat
1) Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi, komponen zat makanan
tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap
secara optimal oleh bayi. ASI mempunyai khasiat preventif secara
imunologik dengan adanya antibody dan zat-zat lain yang dikandungnya,
ASI memberikan perlindungan terhadap diare.
21

2) Makanan Pendamping ASI


Pemberian makanan pendamping ASI adalah ketika bayi secara bertahap
mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian
makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan,
apa dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan. Ada beberapa
saran untuk meningkatkan pemberian makanan pendamping ASI antara
lain :
a) Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat
diteruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan setelah anak
berumur 9 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4 jkali
sehari). Setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang
dimasak dengan baik, 4-6 kali sehari, serta teruskan pemberian ASI bila
mungkin.
b) Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur dan biji-
bijian untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging,
kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam
makanannya.
c) Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak. Suapi
anak dengan sendok yang bersih.
d) Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang
dingin dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.
3) Menggunakan air bersih yang cukup
Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui Face-Oral
kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui
makanan, minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-
jari tangan, makanan yang wadah atau tempat makan minum yang dicuci
dengan aitr tercemar. Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap
serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi
air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di
rumah. Yang harus diperhatikan oleh keluarga antara lain :
a) Ambil air dari sumber air yang bersih
22

b) Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan
gayung khusus untuk mengambil air.
c) Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi
anak-anak
d) Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)
e) Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang
bersih dan cukup.
4) Mencuci tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting
dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan
dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja
anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan,
mempunyai dampak dalam kejadian diare.
5) Menggunakan jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan
jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap
penyakit diare. Yang harus di perhatikan oleh keluarga antara lain :
a) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat
dipakai oleh seluruh anggota keluarga.
b) Bersihkan jamban secara teratur
c) Gunakan alas kaki bila akan buang air besar
6) Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini
tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-
anak dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar. Yang harus
diperhatikan oleh keluarga antara lain :
a) Kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban
b) Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah
dijangkau olehnya.
c) Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti di
dalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun.
d) Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan
dengan sabun.
23

7) Pemberian imunisasi campak


Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk mencegah
agar bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering
disertai diare, sehingga pemberian

b. Penyehatan Lingkungan
1) Penyediaan air bersih
Penyedian air bersih baik secara kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan
dalam memenuhi kebutuhan air sehari-hari termasuk untuk menjaga
kebersihan diri dan lingkungan. Untuk mencegah terjadinya penyakit diare
tersebut, penyediaan air bersih yang cukup disetiap rumah tangga harus
tersedia. Disamping itu perilaku hidup bersih harus tetap dilaksanakan.
2) Pengelolaan sampah
Sampah adalah sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya vektor
penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa danlain-lain. Selain itu sampah
dapat mencemari tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan
estetika seperti bau yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak enak
dilihat. Oleh karena itu pengelolaan sampah sangat penting, untuk
mencegah penularan penyakit diare. Tempat sampah harus disediakan,
sampah harus dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat
penampungan sementara. Bila tidak terjangkau oleh pelayanan
pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir dapat dilakukan
pemusnahan sampah dengan cara ditimbun atau dibakar.

8. Penatalaksanaan
Menurut Kementrian Kesehatan (2019) penatalaksanaan diare dapat
dilaksanakan dengan tatalaksana yang standar di sarana kesehatan melalui lima
langkah tuntaskan diare (LINTAS Diare) antara lain sebagai berikut :
a. Berikan Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dai rumah
tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia
berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, dan air matang.
24

Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baruu dengan
osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah.
Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti
cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke
sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus.
Dosis oralit :
1) Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi antara lain sebagai
berikut:
Umur <1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
Umur 1-4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur di atas 5 tahun : 1-1 ½ gelas setiap kali anak mencret
2) Dosis diare dengan diare ringan/sedang yaitu oralit yang diberikan dalam
3 jam pertama 75 ml/kg BB dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian
oralit seperti diare tanpa dehidrasi.
3) Penderita diare dehidrasi berat yang tidak dapat minum harus segera
dirujuk ke puskesmas untuk di berikan infus.

b. Berikan Obat Zink


Zink merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zink
dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana
eksresi enzim ini selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus.
Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang megalami kerusakan
morfologi dan fungsi selama kejadian diare. Menurut Black 2003 di dalam
Shinta 2017, penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa zinc memiliki efek
yang protektif terhadap penanganan diare yaitu sebanyak 11 % dan menurut
hasil pilot study menunjukkan bahwa zinc mempunyai tingkat hasil guna
sebesar 67 %. Berdasarkan pernyataan diatas maka dari itu anak yang
menderita diare tersebut sebaiknya diberikan zinc segera saat anak mengalami
diare.
Dosis pemberian zinc pada balita :
Umur <6 bulan ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
Umur >6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari
25

Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti.. Cara
pemberian zinc : larutkan 1 tablet zinc dalam 1 sendok makan air matang atau
ASI, sesudah larut kemudian berikan pada anak diare.

c. Pemberian ASI/Makanan
Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberikan ASI, anak
yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia
6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus
diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit demi sedikit
namun lebih sering, pemberian makanan dan ASI ini bertujuan agar gizi anak
tetap terpenuhi sehingga tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Namun setelah diare berhenti, pemberian
makanan dilakukan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu
pemulihan berat badan.
d. Pemberian antibiotika hanya atas indikasi
Antibiotika hanya diberikan pada penderita diare dengan darah (sebagian
besar karena shigellosis), suspek kolera. Obat anti protozoa digunakan bila
terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia).
e. Pemberian nasehat
Ibu harus di beri nasehat mengenai bagaimana cara memberikan cairan
dan obat ketika di rumah dan kapan harus membawa kembali balita ke petugas
kesehatan apabila balita mengalai diare lebih sering, muntah berulang, sangat
haus, makan/minum sedikit, timbul demam, tinja berdarah dan tidak membaik
selama 3 hari.

Hasil penelitian Suma (2019), menunjukkan dari 104 sampel responden


yang termasuk tingkat pengetahuan ibu kurang yaitu sebanyak 29 responden
dengan kejadian diare pada dehidrasi berat sebanyak 28 responden (96,5%)
dan pada dehidrasi ringan sebanyak 1 responden (3,44%). Sedangkan
responden yang termasuk dalam tingkat pengetahuan ibu baik yaitu sebanyak
75 responden dengan kejadian diare pada dehidrasi berat sebanyak 19
responden (25,3%) dan pada dehidrasi ringan sebanyak 56 responden (74,6%).
26

Berdasarkan penelitian Fikri (2019) terdapat peningkatan pengetahuan


ibu sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan melalui media leflet
tentang pencegahan diare dengan p value = 0,000. Dengan demikian
Pendidikan Kesehatan dengan media leaflet dapat mempengaruhi pengetahuan
ibu tentang pencegahan diare pada anak.
Menurut penelitian Ismiati (2018) menunjukkan bahwa sesudah
diberikan pendidikan kesehatan terjadi peningkatan pengetahuan responden
yang sebelumnya pengetahuan baik sebanyak 36 responden menjadi 44
responden. Dan berdasarkan uji statistik non parametrik wilcoxon rank test
untuk menganalisis perbedaan pengetahuan ibu tentang diare sebelum dan
sesudah diberikan pendidikan kesehatan maka disimpulkan ada perbedaan
yang signifikan pengetahuan ibu tentang diare sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan.

D. Konsep Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diare


Dalam proses keperawatan, asuhan keperawatan dibagi menjadi 5 tahap yaitu:
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Pengkajian keperawatan merupakan dasar pemikiran dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien. Pengkajian yang lengkap,
dan sistematis sesuai dengan fakta atau kondisi yang ada pada klien sangat
penting untuk merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan respon individu ( Olfah & Ghofur, 2016 ).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan. Diagnosa keperawatan yang sering muncul
27

pada kasus diare menurut Nuraarif & Kusuma (2015) dan PPNI (2017) sebagai
berikut :
a. Gangguan pertukaran gas
b. Diare
c. Hipovolemi
d. Gangguan integritas kulit
e. Defisit nutrisi
f. Risiko syok
g. Ansietas

3. Intervensi Keperawatan
Menurut PPNI (2018) Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang
dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis
untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan PPNI (2019). Adapun
intervensi yang sesuai dengan penyakit diare adalah sebagai berikut :
a. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-kapiler.
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan
pertukaran gas pasien meningkat dengan kriteria hasil :
a) Pola nafas membaik
b) Warna kulit membaik
c) Sianosis membaik
d) Takikardia membaik
2) Intervensi
Obsevasi
a) Monitor frekuensi,irama,dan kedalaman upaya nafas
b) Monitor pola nafas
c) Monitor saturasi oksigen
d) Monitor nilai analisa gas darah
Terapeutik
a) Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
28

b) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu


Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat

b. Diare b.d fisiologis ( proses infeksi )


1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan eliminasi
fekal pasien membaik dengan kriteria hasil :
a) Konsistensi feses meningkat
b) Frekuensi defekasi/bab meningkat
c) Peristaltik usus meningkat
d) Kontrol pengeluaran feses meningkat
e) Nyeri abdomen menurun
2) Intervensi
Observasi
a) Identifiksi penyebab diare
b) Identifikasi riwayat pemberian makan
c) Identifikasi gejala invaginasi
d) Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja
e) Monitor jumlah pengeluaran diare
Terapeutik
a) Berikan asupan cairan oral (oralit)
b) Pasang jalur intravena
c) Berikan cairan intravena
d) Ambil sample darah untuk pemeriksaan darah lengkap
e) Ambil sample feses untuk kultur, jik perlu.
Edukasi
a) Anjurkan manghindari makanan pembentuk gas, pedas, dan
mengandung laktosa
b) Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat pengeras feses
b) Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
29

c. Hipovolemi b.d kehilangan cairan aktif


1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan status
cairan pasien membaik dengan kriteria hasil :
a) Turgor kulit membaik
b) Frekuensi nadi membaik
c) Tekanan darah membaik
d) Membrane mukosa membaik
e) Intake cairan membaik
f) Output urine meningkat
2) Intervensi
Obsevasi
a) Periksa tanda dan gejala hypovolemia ( missal frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering,
volume urin menurun,haus,lemah).
b) Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
a) Hitung kebutuhan cairan
b) Berikan asupan cairan oral
Edukasi
a) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
b) Anjurkan menghidari posisi mendadak
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian cairan isotonis (Nacl.RL)
b) Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 20 ml/kg bb untuk
anak.

d. Gangguan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering


1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan integritas
kulit dan jaringan meningkat dengan kriteria hasil :
a) Kerusakan lapisan kulit menurun
30

b) Nyeri menurun
c) Kemerahan menurun
d) Tekstur membaik
2) Intervensi
Observasi
a) Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Terapeutik
a) Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
b) Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
c) Gunakan petroleum berbahan petroleum atau minyak pada kulit
kering
Edukasi
a) Anjurkan menggunakan pelembab
b) Anjurkan minum air yang cukup
c) Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
d) Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat topical

e. Defisit nutrisi b.d penurunan intake makanan


1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan status
nutrisi pasien membaik dengan kriteria hasil :
a) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
b) Diare menurun
c) Frekuensi makan membaik
d) Nafsu makan membaik
e) Bising usus membaik
2) Intervensi
Observasi
a) Identifikasi status nutrisi
b) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
c) Identifikasi makanan yang disukai
31

d) Identifikasi keburuhan kalori dan nutrisi


e) Monitor asupan makanan
f) Monitor berat badan
g) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
a) Berikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
b) Berikan makanan tinggi kalori dan protein
Edukasi
a) Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
a) Kolaborasi dengn ahli gizi untuk menetukan jumlh kalori dan jenis
nutsisi yang dibutuhkan jika perlu.
b) Kolaborasi pemberian obat antimetik jika perlu

f. Risiko Syok
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan tingkat
syok pasien menurun dengan kriteria hasil :
a) Kekuatan nadi meningkat
b) Output urine meningkat
c) Frekuensi nafas membaik
d) Tingkat kesadaran meningkat
e) Tekanan darah sistolik,diastolic membaik
2) Intervensi
Observasi
a) Monitor status kardiopulmonal
b) Monitor frekuensi nafas
c) Monitor status oksigenasi
d) Monitor status cairan
e) Monitor tingkat kesdaran dan respon pupil
f) Monitor jumlah,warna,dan berat jenis urine
Terapeutik
a) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
32

b) Pasang jalur IV, jika perlu


Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b) Jelaskan penyebab/factor risiko syok
c) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian IV, jika perlu

g. Ansietas b.d perubahan status kesehatan


1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan tingkat
ansietas pasien menurun dengan kriteria hasil :
a) Perilaku gelisah menurun
b) Perilaku tegang menurun
c) Frekuensi pernapasan menurun
d) Pucat menurun
e) Kontak mata membaik
2) Intervensi
Obsevasi
a) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
b) Monitor tanda-tanda ansietas
Terapeutik
a) Ciptakan suasana terapeutik untuk mengurangi kecemasan
b) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
c) Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
d) Gunakan nada suara lemah lembut dengan irama lambat
Edukasi
a) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
b) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat antiansietas jika perlu
33

4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
telah di tetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksaan
tindakan, serta menilai data yang baru. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan keperawatan antara lain :
a. Kemampuan intelektual, teknikal, dan interpersonal.
b. Kemampuan menilai data baru.
c. Kreativitas dan inovasi dalam membuat modifikasi rencana tindakan.
d. Penyesuaian selama berinteraksi dengan klien.
e. Kemampuan mengambil keputusan dalam memodifikasi pelaksanaan.
f. Kemampuan untuk menjamin kenyamanan dan keamanan serta efektivitas
tindakan.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah
dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur
keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan
dalam memenuhi kebutuhan klien. Penilaian adalah tahap yang menentukan
apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan yaitu pada
komponen kognitif, afektif, psikomotor, perubahan fungsi dan tanda gejala yang
spesifik ( Olfah & Ghofur, 2016).
34

E. Kerangka Teori

Pendidikan

Pekerjaan PHBS

Pengetahuan
Orang Tua

Bakteri
Infeksi
Status Diare
Virus
Anak

Gizi

Imunitas
Autoimun

Obat
Alergi
Susu

Makanan
35

Skema 2.1 : Kerangka Teori


Notoatmodjo 2010 di dalam Theo 2021, Depkes 2019, Shinta 2017

Anda mungkin juga menyukai