Anda di halaman 1dari 14

Poltekkes Kemenkes

Semarang

Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Magelang


dan Profesi Bidan

(Kelas Fragaria)
Kelompok
1. A’as Riska Anjani
1
(P1337424521001)
2. Devita Permata Fanti (P1337424521002)
3. Syadza Haniy Rabbani (P1337424521003)
4. Widya Hastuti (P1337424521004)
Sosio
Antropologi
(Konsep Perilaku dan Penerapan
dalam Praktik Kebidanan)
01
Konsep Perilaku
Pengertian Perilaku
 
Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam berinteraksi dengan lingkungan,
mulai dari perilaku yang paling nampak sampai yang tidak tampak, dari yang dirasakan sampai
paling yang tidak dirasakan (Okviana, 2015).
 
Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan
lingkunganya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan
respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya
(Notoatmojo, 2010).Sedangkan menurut Wawan (2011)

Perilaku merupakan suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik,
durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak.Perilaku adalah kumpulan berbagai faktor yang
saling berinteraksi.Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2011) merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Pengertian ini
dikenal dengan teori „S-O‟R” atau “Stimulus-Organisme-Respon”. Respon dibedakan menjadi dua
yaitu:
Respon dibedakan menjadi dua yaitu:

1). Respon respondent atau reflektif


Adalah respon yang dihasilkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Biasanya respon
yang dihasilkan bersifat relatif tetap disebut juga eliciting stimuli. Perilaku emosional yang
menetap misalnya orang akan tertawa apabila mendengar kabar gembira atau lucu, sedih jika
mendengar musibah, kehilangan dan gagal serta minum jika terasa haus.

2). Operan Respon


Respon operant atau instrumental respon yang timbul dan berkembang diikuti oleh
stimulus atau rangsangan lain berupa penguatan. Perangsang perilakunya disebut reinforcing
stimuli yang berfungsi memperkuat respon. Misalnya, petugas kesehatan melakukan
tugasnya dengan baik dikarenakan gaji yang diterima cukup, kerjanya yang baik menjadi
stimulus untuk memperoleh promosi jabatan.
Jenis-Jenis Perilaku

 
a. Perilaku sadar, perilaku yang melalui kerja otak dan pusat susunan saraf,
b. Perilaku tak sadar, perilaku yang spontan atau instingtif,
c. Perilaku tampak dan tidak tampak,
d. Perilaku sederhana dan kompleks,
e. Perilaku kognitif, afektif, konatif, dan psikomotor.
Bentuk-Bentuk Perilaku
 
Menurut Notoatmodjo (2011), dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus, maka perilaku
dapat dibedakan menjadi dua.
 
1). Bentuk pasif /Perilaku tertutup (covert behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respons atau
reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau
kesadaran dan sikap yang terjadi pada seseorang yang menerima stimulus tersebut, dan belum
dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
 
2). Perilaku terbuka (overt behavior)
Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik, yang
dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain.
02
Domain Perilaku
Terdapat tiga domain atau ranah yang membagi perilaku kesehatan yaitu domain
kognitif yang berupa pemahaman, pengetahuan, pengaplikasian, penganalisian, dan
evaluasi yang dilakukan. Lalu afektif yang berupa penerimaan, daya tanggap, dan rasa
pertanggungjawaban. Selanjutnya psikomotor yang berupa pandangan terhadap suatu hal,
respon yang diberikan, serta mekanisme dan proses pertahanan untuk menyesuaikan atau
beradaptasi dengan hal baru.
03
Tiga Determinan Perilaku
Determinan perilaku kesehatan merupakan faktor yang menentukan atau membentuk
seseorang dalam melakukan perilaku kesehatan yang tepat dan sesuai dengan tempatnya. Di
sini akan membahas tiga teori tentang determinan perilaku kesehatan menurut para ahli
yaitu Lawrence Green, Snehandu B. Kar, dan WHO yang merupakan patokan dan acuan
dalam menentukan faktor perilaku kesehatan yang dipakai dalam standar umum kesehatan.
 
Menurut Lawrence Green tahun 1980, determinan perilaku kesehatan dibagi menjadi
tiga yaitu, faktor pendukung, faktor pemungkin, dan faktor pendorong. Faktor pendukung di
antaranya adalah kebiasaan, kebudayaan, tanggapan, pengetahuan, tradisi, nilai, dan sikap.
Faktor pemungkin di antaranya adalah terpenuhinya lingkungan dan fasilitas kesehatan
yang dibutuhkan, rujukan yang diperlukan, dan keahlian untuk melakukan sesuatu. Lalu
faktor pendorong di antaranya adalah dari tenaga kesehatan berupa perilaku atau sikap yang
dilakukannya untuk mempengaruhi atau memberikan contoh kepada masyarakat awam.
 
Menurut Snehandu B. Kar tahun 1983, determinan perilaku kesehatan dibagi menjadi lima
yaitu, niat atau keinginan dari individu dalam berperilaku yang tepat, dukungan dari sekitar yang
mempengaruhi perubahan atau pembentukan perilaku kesehatan, tersedianya fasilitas-fasilitas
yang mampu menunjang terjadinya pembentukan perilaku yang sesuai, diberikannya kebebasan
individu dalam melakukan perubahan perilaku, dan adanya situasi yang memungkinkan dalam
melakukan tindakan untuk upaya perubahan perilaku yang diinginkan.
 
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 1983, determinan perilaku ada empat hal
yaitu, pemikiran dan perasaan seseorang mengenai pandangannya terhadap sesuatu, adanya
seseorang yang dianut atau dianggap penting yang bisa membuat perubahan yang lebih
meyakinkan individu, terpenuhinya sumber atau fasilitas yang memadai, dan adanya kebudayaan
dalam berperilaku atau bersikap seseorang dalam sehari-hari. 
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai