Anda di halaman 1dari 16

PENELITIAN

HUBUNGAN PRILAKU AKTIVITAS MSYARAKAT TERHADAP


SUNGAI MUARA 3 DI DESA PENANDING KECAMATAN KARANG
TINGGI KABUPATEB BENGKULU TENGAH

OLEH:
ERIK FAHRURREZA
2026020034

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sungai merupakan salah satu wadah tempat berkumpulnya air dari suatu
kawasan. Air permukaan atau air limpasan mengalir secara grafitasi menuju
tempat yang lebih rendah.
Kualitas air sungai disuatu daerah sangat dipengaruhi oleh aktifitas manusia,
khususnya yang berada di sekitar sungai. Jika aktifitas tersebut diimbangi oleh
kesadaran masyarakat yang tinggi dalam melestarikan lingkungan sungai, maka
kualitas air sungai akan relative baik. Namun sebaliknya, tanpa adanya kesadaran
dan partisipasi aktif dari masyarakat maka kualitas air sungai akan menjadi buruk.
Buruknya kualitas air sungai akan berdampak pada menurunnya jumlah biota
sungai dan secara umum akan semakin menurunkan kualitas air sungai di bagian
hilir yang kemudian bermuara di laut.

Menurut PP No 38 Tahun 2011 sungai merupakan wadah air alami


maupun buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air didalamnya, mulai dari
hulu sampai ke muara dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan. Pada
dasarnya air sungai berasal dari air hujan maupun mata air. Kualitas air sungai
sangat dipengaruhi oleh aktifitas manusia, khususnya yang berada di sekitar
sungai (Ibisch dkk, 2009). Berbagai aktifitas disekitar sungai seperti, kegiatan
MCK masyarakat setempat, budidaya ikan memberikan pengaruh buruk terhadap
kualitas sungai. jika aktifitas tersebut diimbangi oleh kesadaran masyarakat yang
tinggi dalam melestarikan lingkungan sungai, maka kualitas sungai akan relatif
baik.

Sungai muara 3 desa penanding merupakan salah satu sungai yang


berlokasi di penanding, Kecamatan karang tinggi, Kabupaten Bengkulu tengah.
sungai muara 3 desa penanding yaitu pertemuan antara aliran sungai rindu hati,
aliran sungai muara penawai, aliran sungai muara kemumu. Masyarakat
memanfaatkan Sungai muara 3 untuk kegiatan MCK mencuci, mandi dan kakus,
sumber air untuk keperluan pertanian, peternakan, sarana mencari batu bara dan
penambangan pasir.
Penyebab utama menurunnya kualitas Sungai muara 3 penanding yaitu
aktifitas masyarakat membuang limbah domestik,dan penambangan pasir
disekitar sungai. Sedangkan menurut Dwityaningsih dkk (2018) kegiatan
penambangan pasir yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar Daerah Aliran
Sungai (DAS) memberikan dampak menurunnya biota sungai, terbentuknya
lubang-lubang besar penyebab erosi, dan meningkatkan kekeruhan serta
mengurangi kualitas fisik sungai.

Berdasarkan Kondisi dan permasalahan yang ada tentu akan


menimbulkan dampak lingkungan hidup seperti di lingkungan Sungai muara 3.
Dampak lingkungan hidup merupakan pengaruh perubahan pada lingkungan
hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan. Berdasarkan
kondisi lingkungan Sungai muara 3 maka penelitian ini berjudul
“Pengaruh aktivitas masyarakat terhadap sungai muara 3 di desa penanding,
kecamatan Karang Tinggi, kabupaten Bengkulu Tengah
Rumusan masalah
Berdasar latar belakang masalah di atas,terdapat permasalahan yang perlu
mendapatkan pengkajian terkait aliran sungai muara 3. Pertama, Bagaimana
dampak pencemaran air terhadap kesehatan lingkungan? Kedua, Bagaimana peran
serta warga yang tinggal di daerah Sungai muara 3 dalam menangani dampak
pencemaran air terhadap kesehatan lingkungan?

Tujuan penelitian
1. Mengetahui kualitas air Sungai muara 3
2. Mengetahui pengaruh aktifitas dan kesadaran masyarakat dalam menjaga
kelestarian lingkungan sungai terhadap kualitas air sungainya.

Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
1. Dapat menambah wacana pengetahuan bagi kita semua.
2. Melatih kemampuan penulis dalam meneliti masalah hubungan prilaku
aktivitas msyarakat terhadap sungai muara 3 di desa penanding kecamatan karang
tinggi kabupaten bengkulu tengah
3. Sebagai bahan referensi untuk penelitian lanjutan tentang hubungan prilaku
aktivitas msyarakat terhadap sungai muara 3 di desa penanding kecamatan karang
tinggi kabupaten bengkulu tengah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme
(makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis
semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan
manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing.
Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah
tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang
sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah,
menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian ini dapat di simpulkan bahwa
yang dimaksud dengan perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas
manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati
oleh pihak luar (Notoatmodjo 2007).

2.1.1 Pengetahuan
2.1.1.1 Pengertian pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Karena itu dari pengalaman dan penelitian
ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi
perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan, yaitu (Notoatmodjo, 2007) :
1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2. Interest (meras tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap
sunjek sudah mulai terbentuk.
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus.
5. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
2.1.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut (Lukman, 2009), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pengetahuan yaitu :
1. Umur
Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan
pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau
menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu
pengetahuan akan berkurang.
2. Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagi suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir
abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. perbedaan
intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat
pengetahuan.
3. Lingkungan
Dalam lingkungn seseorang akan memperolreh pengalaman yang akan
berpengaruh pada cara berfikir seseorang.
4. Sosial budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang.
Hubungan seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu
pengetahuan.
5. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya.
6. Informasi
jika seseorang mendapatkan informasi yang baik dari berbagi media
misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan
pengetahuan seseorang.
7. Pengalaman
pengalaman merupakan guru yang terbaik, pepatah tersebut dapat diartikan
bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

2.1.1.3 Tingkat pengetahuan


Menurut (Notoatmodjo, 2007) pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu:
1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau ransangan yang telah diterima.
2. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
3. Apliksasi (aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
(sebenarnya).
4. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam satu bentuk
keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
2.1.2 Sikap
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Newcomb, salah seorang ahli psikologis
sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap merupakan
kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu
penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Azwar (2009), sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat
negatif, yaitu :
1. Sikap positif dalam menghadapi perubahan fisik ditunjukkan dengan menjadi
bangga atau toleran dengan tubuhnya sendiri, mempergunakan dan
melindungi tubuh sendiri secara efektif disertai dengan rasa kepuasan
personal, percaya diri.
2. Sikap negatif dalam menghadapi perubahan fisik ditunjukkan dengan tidak
percaya diri, ragu-ragu dalam mengambil tindakan, takut dan cemas.
2.1.3 Tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung
atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Sikap ibu
yang positif terhadap imunisasi harus mendapat konfirmasi dari suaminya dan ada
fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu tersebut mengimunisasikan
anaknya. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support)
dari pihak lain. Misalnya dari suami atau istri, orang tua atau mertua dan lain-lain
(Notoatmodjo, 2007).

2.2 Air
2.2.1 Pengertian Air
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan
makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh
senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah
sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam
tubuh manusia itu sendiri. Kehilangan air untuk 15% dari berat badan dapat
mengakibatkan kematian yang diakibatkan oleh dehidrasi. Karenanya orang
dewasa perlu meminum minimal sebanyak 1,5-2 liter air sehari untuk
keseimbangan dalam tubuh dan membantu proses metabolisme (Slamet, 2007).
2.2.2 Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi merupakan suatu fenomena alam. Hidrologi sendiri
merupakan suatu ilmu yang mempelajari siklus air pada semua tahapan yang
dilaluinya. Dalam buku Teknologi Penyediaan Air Bersih, jumlah air di alam ini
tetap ada dan mengikuti suatu aliran yang dinamakan siklus hidrologi. Dalam
siklus ini dengan adanya penyinaran matahari, maka semua air yang ada di
permukaan bumi akan menguap. Penguapan terjadi pada air permukaan, air yang
berada pada lapisan tanah bagian atas, air yang ada di dalam tumbuhan , hewan,
dan manusia. Karena adanya angin, maka uap air ini akan bersatu dan berada di
tempat yang tinggi yang sering dikenal dengan nama awan (Sutrisno, 2004).

2.2.3 Sumber Air di Alam


Sumber air di alam terdiri atas air laut, air atmosfir (air metereologik), air
permukaan, dan air tanah (Sutrisno, 2004).
1. Air Laut Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl.
Kadar garam NaCl dalam air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum.
2. Air Atmosfir, Air Meteriologik Dalam kehidupan sehari-hari air ini dikenal
sebagai air hujan. Dapat terjadi pengotoran dengan adanya pengotoran udara
yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri/debu dan lain sebagainya
tatapi dalam keadaan murni sangat bersih. Sehingga untuk menjadikan air
hujan sebagai sumber air minum hendaknya tidak menampung air hujan pada
saat hujan baru turun, karena masih mengandung banyak kotoran. Selain itu
air hujan memiliki sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun
bak-bak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi
(karatan). Disamping itu air hujan ini mempunyai sifat lunak sehingga akan
boros terhadap pemakaian sabun.
3. Air Permukaan Menurut Chandra (2006) dalam buku Pengantar Kesehatan
Lingkungan, air permukaan merupakan salah satu sumber penting bahan baku
air bersih. Faktor- faktor yang harus diperhatikan, antara lain :
a. Mutu atau kualitas baku
b. Jumlah atau kuantitasnya
c. Kontinuitasnya Air permukaan seringkali merupakan sumber air yang paling
tercemar, baik karena kegiatan manusia, fauna, flora, dan zat-zat lainnya. Air
permukaan meliputi :
a. Air Sungai Air sungai memiliki derajat pengotoran yang tinggi sekali.
Hal ini karena selama pengalirannnya mendapat pengotoran, misalnya
oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan
sebagainya. Oleh karena itu dalam penggunaannya sebagai air minum
haruslah mengalami suatu pengolahan yang sempurna.
b. Air Tanah Menurut Chandra (2006) dalam buku Pengantar Kesehatan
lingkungan , air tanah merupakan sebagian air hujan yang mencapai
permukaan bumi dan menyerap ke dalam lapisan tanah dan menjadi air
tanah. Sebelum mencapai lapisan tempat air tanah, air hujan akan
menembus beberapa lapisan tanah dan menyebabkan terjadinya
kesadahan pada air. Kesadahan pada air ini akan menyebabkan air
mengandung zat-zat mineral dalam konsentrasi.
2.2.4 Pencemaran Air
Menurut Kusuma (2014) sungai merupakan perairan terbuka yang
mengalir yang mendapat masukan dari semua buangan berbagai kegiatan manusia
di daerah pemukiman, pertanian, dan industri di daerah sekitarnya. Masukan
buangan ke dalam sungai akan mengakibatkan terjadinya perubahan faktor fisika,
kimia, dan biologi di dalam perairan. Perubahan ini dapat menghabiskan bahan-
bahan yang essensial dalam perairan sehingga dapat mengganggu lingkungan
perairan.
Odum (1993) menjelaskan bahwa komponen biotik dapat memberikan
gambaran mengenai kondisi fisika, kimia, dan biologi dari suatu perairan.
Sumber-sumber pencemaran air Sungai muara 3 antara lain berasal dari limbah
domestik, limbah industri, dan limbah pertanian. Pada sungai muara 3 sumber
pencemaran yang utama berasal dari limbah domestik rumah tangga dan limbah
pertanian. Masuknya bahan organik ke dalam perairan mempunyai akibat yang
sangat kompleks. Penambahan bahan organik maupun anorganik berupa limbah
ke dalam perairan selain akan mengubah susunan kimia air, juga akan
memengaruhi sifat-sifat biologi dari perairan tersebut.

2.3 Sungai
2.3.1 Pengertian Sungai
Sungai dapat didefinisikan sebagai saluran di permukaan bumi yang
terbentuk secara alamiah yang melalui saluran itu air dari darat menglir ke laut. Di
dalam Bahasa Indonesia, kita hanya mengenal satu kata “sungai”. Sedang di
dalam Bahasa Inggris dikenal kata “stream” dan “river”. Kata “stream”
dipergunakan untuk menyebutkan sungai kecil, sedang “river” untuk
menyebutkan sungai besar. Sungai adalah aliran air yang besar dan memanjang
yang mengalir secara terus menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara) dan
biasanya dibuat oleh alam (Ilham, 2010).
2.2.2 Kegunaan Sungai
Berikut ini adalah kegunaan / manfaat perairan darat bagi manusia yang
ada di sekitarnya (Sarwono, 2003) :
1. Sumber energi pembangkit listrik
2. Sebagai sarana transportasi
3. Tempat rekreasi atau hobi
4. Tempat budidaya ikan, udang, kepiting, dll
5. Sumber air minum makhluk hidup
6. Bahan baku industri
7. Sumber air pertanian, peternakan dan perikanan
8. Sebagai tempat olahraga
9. Untuk mandi, cuci dan kakus
10. Tempat pembuangan limbah ramah lingkungan
11. Tempat riset penelitian dan eksplorasi
12. Bahan balajar siswa sekolah dan mahasiswa
2.2.3 Pencemaran sungai
Pencemaran sungai adalah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh
limbah industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara
yang terdapat dalam air serta gangguan kimia dan fisika yang dapat mengganggu
kesehatan manusia (Mubarak, 2009).

2.2.4 Penyebab pencemaran sungai


Sumber polusi air sungai antara lain limbah industri, pertanian dan rumah
tangga. Ada beberapa tipe polutan yang dapat masuk perairan yaitu : bahan-bahan
yang mengandung bibit penyakit, bahan-bahan yang banyak membutuhkan
oksigen untuk pengurainya, bahan-bahan kimia organic dari industri atau limbah
pupuk pertanian, bahan-bahan yang tidak sedimen (endapan), dan bahan-bahan
yang mengandung radioaktif dan panas (Mubarak, 2009). Pembuangan sampah
organik maupun yang anorganic yang dibuang kesungai terus-menerus, selain
mencemari air, terutama dimusim hujan ini akan menimbulkan banjir. Belakangan
ini musibah karena polusi air datang seakan tidak terbendung lagi disetip musim
hujan. Sebenarnya air hujan adalah rahmat. Akan tetapi rahmat dapat menjadi
ujian apabila kita tidak mengelolanyadengan benar.
2.2.5 Sumber Pencemaran
Air Sungai Menurut Soedomo (2011) sumber pencemaran sungai
dikelompokkan dalam 3 kelompok, yaitu :
1. Sumber pencemaran sungai menetap (point source) seperti limbah domestik,
limbah industri, limbah pertanian, dan lain sebagainya pada satu titik
pencemaran.
2. Sumber pencemar sungai yang tidak menetap (diffuse source) seperti limbah
domstik, limbah industri, pertanian dan lain sebagainya pada beberapa titik
pencemaran atau secara menyebar dan jaraknya tidak konstan.
3. Sumber pencemar sungai campuran (compound area source) yang berasal dari
titik tetap dan tidak tetap.
2.2.6 Jenis-Jenis Pencemar Air Sungai
Lesmana (2001) menjelaskan secara umum, pencemaran air dapat
disebabkan oleh berbagai jenis polutan yang dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Infection Agent (Agen Infeksius)
Infection agent (agen infeksius) merupakan bahan pencemar yang
dapat menyebabkan gangguan kesehatan manusia (penyakit). Bahan
pencemar ini berupa mikroorganisme patogen yang berasal dari excreta
manusia dan hewan yang tidak dikelola dengan baik. Untuk mendeteksi
keberadaan mikroorganisme patogen di dalam air, dapat digunakan bakteri
Coliform sebagai bakteri penunjuk indicator organism. Jika dalam sampel
air tersebut ditemui indicator organism, air tersebut sudah tercemar oleh
tinja (mikroorganisme patogen). Akan tetapi, jika di dalam air tidak
ditemukan indicator organism, air tersebut tidak tercemar oleh tinja
(mikroorganisme patogen).
2. Zat – Zat Pengikat Oksigen
Dissolved oxygen atau jumlah oksigen terlarut adalah indikator yang
baik untuk menentukan kualitas air. Kandungan oksigen dalam air di atas 6
ppm dapat mendukung kehidupan tumbuhan, ikan, dan makhluk hidup
dalam air. Kandungan oksigen kurang dari 2 ppm hanya dapat mendukung
kehidupan cacing, bakteri, jamur, dan mikroorganisme pengurai. Oksigen
yang terlarut dalam air berasal dari difusi oksigen dan proses fotosintesis
fitoplankton. Oksigen digunakan untuk proses respirasi makhluk hidup air
dan proses kimia dalam air. Apabila dalam suatu perairan banyak
kemasukan sisa makanan, jumlah mikroorganisme dalam perairan tersebut
akan meningkat. Hal ini akan berakibat pada peningkatan jumlah oksigen
dalam air yang digunakan untuk pernapasan mikroorganisme sehingga
menurunkan jumlah oksigen terlarut. Jika bahan organik telah habis,
jumlah mikroorganisme akan berkurang pula sehingga secara alamiah
kandungan oksigen di dalam akan naik dan kembali stabil. Hal ini dapat
membahayakan kehidupan makhluk hidup di dalam air jika pembuangan
sisa makanan ke dalam perairan tersebut terjadi secara terus – menerus.

3. Sedimen
Sedimen terdiri atas tanah dan pasir yang masuk ke air dari erosi atau
banjir dan dapat menimbulkan pendangkalan aliran sungai. Selain itu,
sedimentasi dapat menimbulkan kekeruhan air yang menghalangi penetrasi
cahaya matahari sehingga mengganggu proses fotosintesis fitoplankton
yang berarti pula berkurangnya pasokan oksigen dalam air.
4. Nutrisi atau Unsur Hara (Nitrat dan Fosfat)
Nutrisi atau unsur hara dapat mengakibatkan peningkatan
produktivitas primer yang ditimbulkan oleh adanya penyaringan air
dengan unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan (eutrofikasi). Keadaan
ini dapat meningkatkan populasi ganggang dan bakteri dalam perairan
tersebut. Akibatnya, air menjadi keruh dan bau. Selain itu, juga
menghambat proses 10 masuknya oksigen ke perairan yang secara tidak
langsung dapat menurunkan kadar oksigen di dalam air.
5. Pencemar Anorganik
Bahan pencemar anorganik adalah logam, garam, asam, dan basa.
Merkuri, kadmium, timbel, dan nikel adalah logam dengan kadar yang
relatif kecil sudah dapat mengakibatkan pencemaran. Asam dapat masuk
ke dalam air dari produk samping proses industri dan pelapisan logam.
Asam dan basa ini dapat menyebabkan perubahan pH air yang dapat
mengganggu kehidupan di dalam air. Contoh lain, kasus keracunan kobalt
yang terjadi di Nebraska merupakan penyakit tidak menular yang
disebabkan oleh kontaminasi kobalt di dalam air. Akibat keracunan ini
timbul penyakit jantung, kerusakan kelenjar gondok, darah tinggi, dan kaki
bengkak.
6. Zat Kimia Organik
Banyak zat kimia organik yang mempunyai toksisitas yang tinggi.
Kontaminasi antara zat kimia organik dengan air dapat mengancam
kesehatan makhluk hidup di dalamnya. Zat kimia organik digunakan
dalam industri kimia, misalnya, untuk pembuatan pestisida, plastik, produk
farmasi, pigmen, dan produk lainnya.

7. Energi Panas
Kualitas air akan turun jika terjadi perubahan temperatur.
Pembuangan air limbah yang mengandung panas mengakibatkan kenaikan
temperatur yang menyebabkan turunnya kadar oksigen dalam air. Air yang
panas pada permukaan air dapat menghambat masuknya oksigen ke dalam
air di level bawah.
8. Zat Radioaktif
Zat radioaktif yang teraplikasi dalam teknologi nuklir yang digunakan
pada berbagai bidang dapat menimbulkan sisa pembuangan. Dapat saja
sisa 11 zat radioaktif tersebut terbawa ke dalam lingkungan air. Pengaruh
radioaktif ini dapat mengakibatkan gangguan pada proses pembelahan sel,
rusaknya kromosom, dan lebih jauh dalam waktu yang lama dapat terjadi
kerusakan sistem reproduksi dan sel tubuh.

2.2.5 Dampak dari pencemaran air sungai


Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air
minum, meracuni makanan hewan, menjadi penyebab ketidak seimbangan
ekosistem sungai dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam (Sarwono,
2003). Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam yaitu : a.
air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen b. air sebagai sarang insekta
penyebar penyakit c. jumlah air yang tersedia tak cukup, sehingga manusia
bersangkutan tak dapat membersihkan diri d. air sebagai media untuk hidup vector
penyakit Mubarak (2009) menyatakan bahwa cara mengatasi serta upaya
pelestarian daerah aliran sungai yaitu
1. Melestarikan hutan di hulu sungai
2. Tidak buang air di sungai
3. Tidak membuang sampah di sungai
4. Tidak membuang limbah rumah tangga dan industri

2.4 Kerangka Teori


Penelitian prilaku aktivitas msyarakat terhadap sungai muara 3 di desa
penanding kecamatan karang tinggi kabupaten bengkulu tengah dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain faktor kebutuhan hidup yang diwujudkan dalam
Kebutuhan untuk mandi, cuci dan kakus, Kondisi lingkungan masyarakat,
Perilaku masyarakat dalam memanfaatkan upaya untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, pendidikan atau pengetahuan dan kondisi lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai