PENDAHULUAN
Lingkungan juga dapat diartikan ke dalam segala sesuatu yang ada disekitar
semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan
manusia serta makhluk hidup lain. Manusia sebagai makhluk berakal dan
memiliki kemampuan tinggi yang terus berkembang dari pola hidup sederhana
dan melakukan hal yang dapat merusak lingkungan. Kerusakan lingkungan telah
Penyebab kerusakan lingkungan adalah seperti penebangan hutan secara liar dan
Sampah adalah materil sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu
proses. Sampah merupakan konsep buatan dan konsekuensi dari adanya aktifitas
1
manusia. sampah selalu saja menjadi masalah pelik yang sangat riskan bagi
kehidupan manusia dan lingkungannya. Keberadaan sampah hingga saat ini masih
merugikan, sehingga bau tak sedap selalu saja muncul darinya. Keadaan inilah
diperlukan upaya pengendalian operasional agar sampah lebih berdaya guna dan
berhasil guna untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Selain itu,
2
penggunaan kembali, dan pendauran ulang, sedangkan kegiatan penanganan
mencapai tujuan.
sampah sembarangan adalah hal yang praktis dan itu menjadi hal yang biasa bagi
mereka. Bahkan mereka sama sekali tidak menyediakan tempat sampah disekitar
rumah. Tumpukan sampah-sampah tidak diatur secara baik dan mereka hanya
Hal ini juga terjadi di Lingkungan III Kelurahan Rega, Kecamatan Boawae,
3
Menurut informasi yang saya peroleh dan dijelaskan oleh salah satu tokoh
masyarakat bahwa dari pihak pemerintah telah membuat program Gong Jumad
Bersih di masing-masing dusun dan dari tim kesehatan desa sudah melakukan
salah satu cara adalah menyediakan tempat sampah dimasing-masing rumah. Agar
sampah-sampah rumah tangga dapat dikelolah dengan baik dan dapat didaur ulang
semua program dari pemerintah setempat dan dari tim kesehatan desa tidak
nyamuk dan lalat diberbagai tempat. Terlebih ketika musim hujan tiba, sampah-
sampah dari daerah yang dataran lebih tinggi akan menumpuk di daerah yang
datarannya lebih rendah karena terbawa arus air. Hal ini, tidak direspon dengan
4
1.2. Rumusan masalah
Nagekeo.
Agar tidak membias dalam penelitian ini, maka ruang lingkup penelitian
5
BAB II
KERANGKA TEORI
Landasan teori merupakan sarana, cara dan alat penting yang digunakan
peneliti untuk menganalisis dan mengupas fenomena yang terjadi yaitu terkait
digunakan untuk memecahkan masalah yang berkitan dengan judul yang diangkat
dari berbagai sudut pandang tertentu. Jadi, suatu permasalahan dapat dipahami
bila dikaji dari berbagai perspektif ilmiah yang telah diuji nilai kebenarannya.
6
mengemukakan bahwa: Tindakan sosial dimulai dari tindakan individu atau
tindakan perilaku individu dengan orang lain yang di orientasikan pada hasil
tertentu. Jadi tindakan sosial pada diri orang baru terjadi apabila tindakan
tersebut dihubungkan dengan orang lain. Maka ada lima ciri pokok tindakan: a)
berpengaruh positif dari suatu situasi maka tindakan itu akan diulang, d)
lain:
mencapai tujuan.
7
4. Tindakan Afektif, tindakan ini sebagian besar dikuasai oleh perasaan
emosi tanpa perencanaan matang dan tanpa kesadaran penuh. Jadi dapat
Akan tetapi, agar analisis permasalahan ini menjadi jelas dan terfokus
membuat perencanaan terlebih dahulu mengenai tujuan dan cara yang akan
8
Dalam hubungan dengan teori yang di angkat dan penjelasan teori di atas
maka dalam kaitan dengan persoalan yang terjadi, peneliti hanya menggunakan
dahulu.
2.2.1. Kesadaran
Istilah kesadaran berasal dari bahasa Latin yaitu “concentia” yang artinya
kesadaran. Kesadaran ini berasal dari “sadar” yang berarti “insaf, merasa, tahu,
dan mengerti”. Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 975)
hal yang dirasakan atau dialami seseorang (Yuniarto, 2013: 11-12). Kesadaran
2.2.2. Masyarakat
9
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau saling
berinteraksi secara tepat dan memiliki kepentingan yang sama. Pengertian lain
adalah sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, yang hidup bersama-
sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan
yang sama dan melakukan sebagian besar kegiatan dalam kelompok itu.
karena manusia memiliki dua keinginan pokok, yaitu keinginan untuk menjadi
satu dengan manusia lainnya, dan keinginan untuk menyatu dengan dengan
pengetahuan secara umum yang diakui oleh segala lapisan masyarakat, yang
saling berpartisipasi, saling bergaul, dan saling berinteraksi satu sama lain .
berdiri. Di dalam masyarakat terdapat dua gender (jenis kelamin) Pria dan
Wanita begitu juga pada aspek usia yang akhirnya mempengaruhi tingkat
perilaku yang ada. Namun bukan hanya itu tetapi dalam masyarakat tanpa
10
sebuah status maupun pekerjaan akan membuat permasalahan yang akhirnya
tidak dapat terpecahkan atau terselesaikan karena berbagai konflik yang terjadi.
bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama.
manusia yang hidup dan bekerja sama dalam waktu yang relatif lama
dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi terhadap realitas itu. Kesadaran
yang dimiliki manusia adalah kesadaran terhadap dirinya, sesama, masa silam
itu sendiri yang lahir dari kebiasaaan dalam masyarakat, dipengaruhi oleh
yang amat penting dewasa ini di mana pencemaran dan perusak lingkungan
11
merupakan hal yang sulit dihindari. Kesadaran masyarakat yang terwujud
hal yang sangat diperlukan untuk mendukung apa yang dilakukan pemerintah
tenggang rasa adalah bagian dari konsekuensi logis dari kita hidup bersama
Robbins (2003) mengajukan gagasan, yakni : “The first step in addressing our
yang sadar akan lingkungan, dan pendidikan merupakan kunci untuk mencapai
2.2.4. Sampah
bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia
material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Dalam
proses-proses alam tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang
tak bergerak. Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau
12
gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama
gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan
polusi. Dalam kehidupan manusia sampah dalam jumlah besar datang dari
akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-
daun-daun, plastik, kain bekas, karet tanah dan lain-lain. Bila dibuang
dengan cara ditumpuk saja akan menimbulkan bau dan mengeluarkan gas-
bahan sintesis seperti karet, dan benda sintesis lainnya yang jenisnya telah
13
penanganan lebih lanjut di tempat khusus, misalnya plastik, kaleng
3. Sampah bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah limbah dari bahan-
1. Berdasarkan Sifat-sifatnya
a. Sampah Organik
Sampah jenis ini berasal dari bahan baku non biologis dan sulit
2. Berdasarkan Bentuknya
a. Sampah Padat
14
Segala bahan buangan selain kotoran manusia, urin dan sampah
b. Sampah Cair
3. Berdasarkan Sumbernya
a. Sampah Alam
lingkungan pemukiman.
b. Sampah Manusia
15
perkembangan teori penyaluran pipa (plumbing). Sampah manusia
tanpa air.
plastik.
d. Sampah Konsumsi
industri.
e. Sampah Nuklir
f. Sampah Industri
16
sembarangan. Jadi harus dibuang secara khusus dengan tempat
g. Sampah Perkantoran
(https://ayodarling.wordpress.com/2013/04/07/jenis-jenis-sampah/).
lingkungan hidup.
Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga
17
terdiri atas: (a) pengurangan sampah; dan (b) penanganan sampah. Di mana
(https://id.m.wikipedia.org/wiki/pengelolaan_sampah)
18
2.2.6. Kesadaran Masyarakat Terhadap Pengelolaan Sampah
lain:
1. Faktor Internal
batin manusia tanpa dibatasi oleh usia. Proses pertumbuhan adalah proses
19
pembuangan dan pengelolaan sampah rumah tangga, dibandingkan dengan
ide baru dan memahami ide tersebut. Pengetahuan dan sikap seseorang
(https://teks.co.id/pengertian-pengetahuan-secara-umum-menurut-para-
ahli-serta-jenis-manfaat/ )
20
b. Kebiasaan
terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang individu dan yang
dan berlangsung tanpa proses berfikir lagi (Siagian, 2012). Menurut Asih
berulang-ulang dalam hal yang sama, sehingga menjadi adat kebiasaan dan
2. Faktor Eksternal
a. Menetapkan kebijakan
21
menggunakan serta juga mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan,
b. Sosialisasi/penyuluhan
nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah
Dimana budaya tersebut mengikat para warganya; dan 3) setiap orang dapat
mampu berperan aktif dan positif dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Paul
22
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan jenis penelitian, unit analisis, narasumber, teknik
pengumpulan data, skema data, teknik analisis data, lokasi penelitian dan waktu
penelitian.
gambaran secara objektif tentang keadaan yang sebenarnya dari objek yang diteliti
Unit analisis adalah unit terkecil dalam suatu penelitian yang mengandung
mengungkapkan suatu objek kejadian yang menjadi refrensi dari studi. Yang
menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah kesadaran masyarakat terhadap
Nagekeo.
23
3.3. Narasumber
Kabupaten Nagekeo.
24
melihat dan mengetahui bagaimanakah kesadaran masyarakat terhadap sampah
berkaitan dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Data yang
Teknik
No Topik Data Set Sumber Pengumpulan
Data Data
1. Profil 1. Luas dan letak geografis Kantor Dokumentasi
Lingkungan 2. Keadaan penduduk menurut: Kelurahan
III, Kelurahan a. Jenis kelamin Rega
Rega b. Usia
c. Pendidikan
d. Agama
e. Pekerjaan
3. Keadaan sosial budaya
2. Kesadaran 1. Internal Narasumber Wawancara dan
Masyarakat Pendidikan observasi
Terhadap dan
Pengelolaan Pengetahuan
Sampah Kebiasaan
2. Eksternal
Menetapkan
kebijakan
Sosialisasi
25
3.6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah olahan data
kualitatif. Dalam hal ini data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan
langsung yang dilakukan oleh peneliti dari objek penelitian atau informan yang
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 3 bulan terhitung dari bulan Mei
26
BAB IV
dan juga salah satu dari 7 (tujuh) Kecamatan di Kabupaten Nagekeo. Kecamatan
Boawae, dengan luas wilayah adalah 5,62 Km2 /562 Ha dan terbagi 5 (lima)
jumlah penduduk sebanyak 2693 (dua ribu enam ratus sembilan puluh tiga) jiwa.
Pemukiman penduduk : 52 Ha
Tegalan / Ladang : 50 Ha
27
Lingkungan III Kelurahan Rega merupakan salah satu obyek peneliti,
mengadakan penelitian. Dengan luas wilayah 1,5 Km². Lingkungan III Kelurahan
Rega terdiri dari 1 (satu) RW yang menaungi 4 (empat) Rukun Tetangga (RT),
15 dengan jumlah 106 Kepala Keluarga (KK). Jumlah keseluruhan 566 jiwa
Lingkungan III Kelurahan Rega berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat pada
Tabel 02
Data Jumlah Penduduk Menurut
Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah %
1. Laki-laki 249 43,99
2. Perempuan 319 56,36
Total 566 100
Sumber data: Kantor Lurah Rega Juli 2020
28
Dari tabel 02 menunjukan bahwa secara langsung jumlah perampuan
lebih banyak yaitu 319 jiwa atau 43,99 % dibandingkan dengan jumlah laki-
laki yang hanya 247 jiwa atau 56,36% .
4.2.2. Keadaan Penduduk Menurut Usia
Data penduduk menurut usia dapat dilihat pada tabel 03 berikut ini:
Tabel 03
Data Jumlah Penduduk Usia
No Kelompok Umur Jumlah Jiwa %
Berdasarkan data pada tabel 03, dapat diketahui jumlah usia belum
produktif (0-15 tahun), usia produktif (15-64 tahun), dan usia tidak produktif
(diatas 64 tahun). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa usia produktif lebih
banyak yaitu sebanyak 239 jiwa atau 42,22 % dari pada usia yang tidak produktif
ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya pendidikan bagi dirinya dan untuk
Rega menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 04 di bawah ini:
29
Tabel 04
Data Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) %
1 Kober 31 5,47
2 SD 178 31,44
5 Diploma/Sarjana 17 3,03
Total 566 100
penduduk dengan tingkat pendidikan tertinggi oleh SLTP yakni 193 jiwa atau
Data penduduk kelurahan Rega menurut jenis mata pencaharian dapat dilihat
Tabel 05
Data Penduduk menurut jenis pekerjaan
No Mata Pencarian Jumlah (Jiwa) %
2 PNS 3 0,53
6 Pengerajin 2 0,35
30
Berdasarkan data pada tabel 05 di atas, terlihat bahwa mata pencaharian
sebagai petani yakni 352 jiwa atau 62,19 % dan sedangkan yang paling
Katolik.
berkaitan dengan adat istiadat atau kebiasaan, serta nilai yang selalu dipraktek
Lingkungan III sangat tentram dan harmonis. Hal ini ditandai dengan adanya
bentuk interaksi dan rasa solidaritas antara penduduk setempat. Sebut saja, arisan
Koperasi Simpan Pinjam untuk para ibu. Dengan adanya berbagai hubungan
sosial dalam masyarakat setempat, di mana mereka hidup saling membantu satu
31
BAB V
Pada bab ini peneliti akan memaparkan hasil temuan dilapangan, dan
penelitian ini. Dalam kaitannya dengan analisis, peneliti akan menguraikan lebih
faktor internal dan faktor eksternal. Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan
pengelolaan sampah. Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur yang paling
32
pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih
tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dalam hal ini pengetahuan
dapat mengubah sikap dan pola pikir seseorang dalam bertindak, Bapak
Hal yang serupa diungkapkan oleh Bapak Kamilus Meo (36) selaku ketua
RT. 15 mengungkapkan:
Hal yang senada diungkapkan oleh Bapak Felix Siga (32) selaku ketua RT.
14 mengungkapkan:
33
Hal yang sama diungkapkan oleh Bapak Marselinus Keze (39) selaku ketua
RT. 13 mengungkapkan:
pengelolaan sampah masih sangat minim dan masyarakat tidak terlalu peduli
sampah di samping rumah dan di belakang rumah pada lahan yang kosong lalu
membakarnya.
b) Kebiasaan
ulang untuk yang hal sama dan berlangsung tanpa proses berfikir lagi (Siagian,
Lorensius Ame (65) selaku masyarakat yang berada di RT. 13, beliau
mengatakan:
34
“Kebiasaan kami disini membuang sampah disamping dan
dibelakang rumah pada tanah kosong dan kalau untuk proses
akhirnya kami bakar. Menurut kami, itu hal yang biasa dan sudah
menjadi kebiasaan. Sehingga kami merasa tidak terlalu sulit
dibandingkan dengan kami harus buang-buang waktu dan tenaga
untuk memilah dan mengolah sampah serta harus menyediakan
tempat sampah”.
Hal yang sama dengan narasumber sebelumnya juga diungkapkan oleh Ibu
Hal senada diungkapkan oleh Bapak Mundus Weke (52) selaku ketua RT.
12 mengungkapkan:
Hal yang serupa diungkapkan oleh Bapak Alexander Bawo (47) selaku
35
karena sudah berulang kali dilakukan dan sudah membudaya.
Kebiasaan masyarakat kami juga kalau ada kegiatan-kegiatan
membersihkan lingkungan hanya sebagian kecil saja yang ikut
terlibat. Awalnya banyak masyarakat yang terlibat, tapi lama
kelamaan mulai menghilang dan tinggal sebagian kecil saja yang
terlibat dan sekarang sudah tidak dijalankan lagi, baik kerja bakti
maupun menyediakan tempat sampah di masing-masing rumah.
Masyarakat mau menjalankan kalau ada pemerintah yang selalu
mengontrolnya. Dan pada umumnya, kebiasaan individu masyarakat
di Lingkungan III ini cepat terpengaruh dengan kebiasaan orang atau
tetangga yang lain”.
faktor internal, juga dipengaruhi oleh faktor eksternal. Pada bagian ini, peneliti
a) Menetapkan Kebijakan
arah tindakan yang diusulkan oleh kelompok, seseorang, atau juga pemerintah
bisa menggunakan serta juga mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan,
36
Berkaitan dengan penetapan kebijakan pemerintah, Bapak Alexander Bawo
Hal senada diungkapkan oleh Bapak Felix Siga (32) selaku ketua RT. 14
mengungkapkan:
37
tersedianya tempat sampah, serta selalu bergantung pada pemerintah.
Pemerintah sudah melakukan upaya yang baik, namun masyarakat
sendiri yang tidak punya kemauan untuk menjalankannya”.
kegiatan kerja bakti bersama yang dilakukan sebulan sekali yaitu pada minggu
b) Sosialisasi
sampah.
Sosialisasi adalah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan
aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau
masing individu mampu berperan aktif dan positif dalam kehidupan sehari-
38
hari. Berkaitan dengan sosialisas/penyuluhan Bapak Felix Siga (32) selaku
Hal yang sama diungkapkan oleh Ibu Albina Woga (45) selaku masyarakat
Hal yang serupa diungkapkan oleh Bapak Primus Ebu (39) selaku
Hal senada diungkapkan oleh Bapak Alexander Bawo (47) selaku ketua
39
“Kegiatan sosialisasi sudah dilakukan oleh pihak kesehatan dan
pemerintah kelurahan sudah membentuk sebuah program serta
menghimbau masyarakat untuk menyediakan tempat sampah di
masing-masing rumah. Namun, masih kurangnya pemahaman dan
kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah. Kurangnya
kesadaran masyarakat juga dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan
masyarakat yang masih mempertahankan pola lama yang sering
membuang sampah tidak pada tempatnya”.
Salah satu praktek pengolahan sampah yaitu pembuatan pupuk kompos akan
sosialisasi hanya terjadi satu kali saja dan sampai saat ini kegiatan tersebut
tidak diadakan lagi. Hal ini juga dipengaruhi oleh minimnya kesadaran serta
Pada bagian ini, peneliti menganalisis dan menafsirkan data yang diperoleh
alat bantu untuk menganalisis masalah yang menjadi fokus penelitian. dengan
berdasarkan pada teori dan tinjauan pustaka serta temuan hasil penelitian, maka
1) Faktor Internal
batin manusia tanpa dibatasi oleh usia. Proses pertumbuhan adalah proses
40
seseorang melalui pendidikan (John Dewey, 1997: 33). Pendidikan dapat
luas dalam hal ini pengetahuan tentang pengelolaan dan pembuangan sampah
bertindak yang didasarkan kepada ilmu pengetahuan lebih bertahan lama dan
pendapat para ahli di atas. Pendidikan dan pengetahuan yang baik adalah
41
pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang pengolahan sampah masih
minim. Hal ini terbukti dengan perilaku masyarakat yang tidak terlalu peduli
sudah menjadi kebiasaan yang turun temurun dari tahun ke tahun. Hal ini
yang masih sangat minim dan masyarakat tidak terlalu peduli soal kebersihan
perencanaan.
42
menggunakan pola tradisional yaitu sampah dibiarkan berserakan di samping
b) Kebiasaan
Kebiasaan adalah sesuatu yang bisa dikerjakan dan sebagainya, pola untuk
individu dan yang dilakukan secara berulang untuk hal yang sama. Menurut
berulang-ulang untuk hal yang sama dan berlangsung tanpa proses berpikir
lagi. Menurut Asih (2010: 38) kebiasaan adalah perbuatan sehari-hari yang
dilakukan secara berulang-ulang dalam hal yang sama, sehingga menjadi adat
43
III, Kelurahan Rega yang tidak melakukan pengelolaan sampah dan
Hal tersebut dapat membawa dampak buruk terhadap lingkungan dan sampah
2) Faktor Eksternal
a) Menetapkan Kebijakan
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan
bertindak. Kebijakan atau kajian kebijakan dapat pula merujuk pada proses
suatu arah tindakan yang diusulkan oleh kelompok, seseorang, atau juga
mencapai suatu tujuan, atau juga merealisasikan suatu sasaran atau juga
maksud tertentu.
44
Dalam konteks masyarakat di Lingkungan III, Kelurahan Rega
Jumat Bersih, yang merupakan kegiatan kerja bakti bersama yang dilakukan
sebulan sekali yaitu pada minggu ke-2 dalam bulan. Namun kesadaran
program dan kebijakan dari pemerintah sudah tidak dijalankan lagi sampai
sekarang.
tujuan dan cara yang akan digunakan. Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
45
Berdasarkan ulasan di atas peneliti memahami bahwa masyarakat tidak
b) Sosialisasi
dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok
46
diterapkan secara baik. Oleh karena itu, masyarakat masih membuang
tujuan dan cara yang akan digunakan. Sementara masyarakat Lingkungan III,
tujuan. Sehingga hasil yang diharapkan tidak maksimal. Hal ini diakibatkan
lingkungan.
47
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
bahwa:
temurun dari tahun ke tahun. Hal ini terbukti dengan perilaku masyarakat
mencemarkan lingkungan.
untuk hal yang sama dan berlangsung tanpa proses berpikir lagi.
adanya Program Gong Jumat Bersih, yang merupakan kegiatan kerja bakti
48
bersama yang dilakukan sebulan sekali yaitu pada minggu ke-2 dalam
pencemaran lingkungan.
6.2. Saran
1. Bagi Pemerintah
masyarakat
49
2. Bagi Masyarakat
diberbagai tempat.
50