a. Definisi Perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya (Notoatmojo, 2010). Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon. Perilaku adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi, Heri Purwanto. Menurut Louis Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgod, perilaku adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Ini dapat diartikan bahwa sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Mandi Cuci Kakus (MCK) di sungai adalah perilaku terbuka suatu organisme akibat objek yang dilihatnya, hal tersebut menimbulkan reaksi yang dibuat oleh diri sendiri. Sebuah rangsangan dari luar yang terdapat stimulus mempengaruhi sebuah organisme. Favorable seseorang terhadap objek karena terlihat menyenangkan. Perilaku masyarakat Kalimantan MCK di sungai merupakan perilaku turun-temurun di sana yang muncul akibat mencontoh perilaku nenek moyang. Bentuk evaluasi atau reaksi pertama, jika kita mencontohkan kegiatan MCK di kamar mandi akan menimbulkan pro dan kontra karena perasaan yang didapatkan berbeda dan belum terbiasa. Oleh karena itu, diperlukan sebuah terobosan agar perilaku turun temurun bisa diubah. Seorang promotor kesehatan masyarakat perlu melakukan promosi kesehatan mengenai MCK di kamar mandi, agar masyarakat Kalimantan bisa menerimanya dengan baik dan melaksanakannya dalam kehidupan. Dengan mengubah perilaku dari MCK di sungai menjadi MCK di kamar mandi, masyarakat akan lebih terjamin kebersihannya dan kesehatannya. Sehingga angka kesehatan di daerah-daerah seluruh Indonesia terkhusus masyarakat Kalimantan menjadi lebih tinggi. b. Proses Perilaku Masyarakat Kalimantan memilih MCK di Sungai Apabila dilihat dari Persepsi masyarakat, mereka dapat merasakan suatu kebahagiaan saat melakukan perilaku MCK di sungai. Hal tersebut membuat masyarakat lain yang melihat perilaku tersebut akan merespon kemudian mengikutinya. MCK di sungai juga dianggap sebagai tempat untuk berkenalan dengan orang baru. Apabila dilihat dari Motivasi, dorongan untuk melakukan perilaku MCK di sungai berasal dari ajakan teman atau saudara untuk mempraktikkan hal tersebut. Masyarakat beranggapan bahwa mandi di sungai yang berair deras dan agak dalam memiliki banyak manfaat yang dapat dihasilkan bagi tubuh maupun psikologi individu. Apabila dilihat dari Emosi, jasmani individu yang terbiasa mandi di sungai sudah terlatih dari turun temurun untuk kebal dengan segala penyakit yang ditimbulkan dari kegiatan MCK di sungai yang berair deras dan agak dalam. Apabila dilihat dari Belajar, karena praktek perilaku ini dilakukan secara terus-menerus, masyarakat menjadikan perilaku MCK di sungai sebagai sebuah kebiasaan. c. Proses Pembentukan Perilaku 1. Awareness → Mulai sadar terhadap promosi penyuluhan yang dibuat. MCK di sungai yang mengalir di daratan lebih rendah, biasanya menyebabkan air tercemar dan terlihat kotor. Hal tersebut akan membuat masyarakat di suatu daerah sadar dengan kesehatannya. Mereka akan sadar Jika air sungai tercemar limbah, hal tersebut bisa menyebabkkan berbagai macam penyakit, contohnya iritasi kulit dan sebagainya. Air kumuh juga menjadi tempat bersarangnya bakteri dan virus yang menyebabkan tubuh mudah terserang penyakit. 2. Interest → Mulai tertarik untuk memulai mencoba MCK di kamar mandi. Beberapa individu mulai tertarik dengan penyuluhan yang dipromosikan, karena kamar mandi terlihat bersih dan lebih nyaman digunakan untuk MCK. Pembangunan jamban yang layak dan benar dapat menghilangkan wujud dan bau tinja dari hadapan mereka, sehingga masyarakat mulai memikirkan perbedaan membuang hajat di sungai dengan di toilet. Melihat orang kota yang datang dengan wajah bersih nan cerah membuat masyarakat tertarik dengan perilaku yang dilakukan orang kota tersebut. 3. Evaluation → Mulai memikirkan baik buruknya mandi di sungai dengan mandi di kamar mandi. Beberapa individu yang sebelumya sudah tertarik dengan penyuluhan yang dipromosikan, akan mengerti dan paham tentang hal-hal yang bersangkutan dengan MCK. Mereka mempertimbangkan efek baik buruknya perilaku MCK di sungai yang sudah dilakukan sejak dulu dan membandingkannya dengan efek dari MCK di kamar mandi yang telah di bangun oleh tenaga kesehatan yang bertugas. 4. Trial → Mulai mempraktikkan perilaku MCK di kamar mandi. Individu yang mulai sadar akan kesehatannya, mulai mempraktekan hal-hal yang sudah dibimbing oleh tenaga kesehatan yang bertugas. Mulai dari mencoba MCK di kamar mandi sampai mengajak keluarga serta saudaranya untuk ikut mempraktekan hal yang sama. 5. Adoption → Mengambil sebuah perilaku sehingga menjadikan nya sebagai kebiasaan dalam kehidupan bermasyarakat. Sudah banyak yang melakukan perilaku MCK di kamar mandi, sehingga masyarakat lainnya yang masih melakukan MCK di sungai akan beralih menggunakan kamar mandi. Akhirnya semua masyarakat desa menjadikan MCK di kamar mandi sebagai kebiasaan baru mereka. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (Notoatmodjo: 2003).
B. S-O-R dalam Proses Perubahan Perilaku
Asumsi dasar dari teori S-O-R bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku bergantung pada kualitas rangsangan (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Oleh karena itu, teori ini dapat diterapkan sebagai strategi untuk melakukan penyuluhan atau penyadaran masyarakat mengenai suatu hal. Dalam hal ini, kasus yang terjadi ialah mengenai proses perubahan perilaku MCK di sungai menjadi MCK di kamar mandi. Elemen dari teori S-O-R : 1. Stimulus Stimulus dari kasus ini adalah suatu gagasan untuk menyadarkan masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai agar tidak melakukan perilaku MCK di sungai. Hal tersebut dilakukan dengan memberi informasi atau pengetahuan berupa penyuluhan mengenai pentingnya kebersihan aliran sungai dan kelayakan tempat untuk MCK serta penyediaan sarana sanitasi yang memadai berupa ketersediaannya MCK yang telah memenuhi standarisasi kesehatan oleh Dinas Kesehatan. 2. Organisme Masyarakat yang melakukan perilaku MCK di sungai. 3. Respon Masyarakat diharapkan dapat mengubah kebiasaan perilaku MCK di sungai menjadi di tempat yang lebih layak dan bersih serta diharapkan juga masyarakat mengetahui pentingnya kebersihan bagi lingkungan sekitar dan diri sendiri.
C. Teori Perubahan Perilaku dan Penerapannya
Salah satu sungai yang berada di Kalimantan dekat dengan permukiman yaitu, Sungai Mentaya. Sungai tersebut dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas seperti mandi cuci kakus (MCK), membuang sampah, dan transportasi. Aktivitas lainnya adalah menggunakan sungai sebagai sumber kehidupan yang juga digunakan sebagai sumber pendapatan sehingga terjadi penurunan fungsi ekologi sungai. Fungsi ekologi terganggu karena terjadi pencemaran, hal ini ditunjukan dengan banyak masyarakat di daerah tersebut yang terjangkit diare. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kotawaringin Timur tahun 2019, diare masih menjadi kasus tertinggi yang ditangani Rumah Sakit di Kota Sampit. Teori yang sesuai dengan perilaku tersebut menurut kami adalah teori fungsi yang dikemukakan oleh Katz. Teori tersebut menjelaskan perubahan perilaku yang terjadi karena adanya kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus dapat mengakibatkan perubahan perilaku seseorang apabila stimulus tersebut dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Apabila tenaga kesehatan ingin merubah perilaku masyarakat dalam menggunakan MCK, yang awalnya di sungai menjadi di kamar mandi, maka perlu pendekatan kepada masyarakat dengan menjelaskan fungsi awal dari sungai yang sebenarnya. Hal tersebut bertujuan agar sungai tetap terjaga keseimbangannya. Setelah itu, harus dibangun fasilitas kamar mandi di daerah tersebut untuk dijadikan sebagai contoh MCK yang tepat dan bersih. Dengan demikian, diharapkan perilaku masyarakat dapat berubah menjadi lebih baik karena adanya fasilitas yang diberikan untuk memenuhi kebutuhannya. Serta diharapkan perubahan yang terjadi adalah perubahan jangka panjang dengan melatih kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungannya.
D. Program Promosi Kesehatan
Teori Fungsi yang dikemukakan oleh Katz menyatakan bahwa perubahan perilaku individu itu tergantung kepada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku seseorang adalah stimulus yang dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz (1960) perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan, Katz berasumsi bahwa: 1. Perilaku itu memiliki fungsi instrumental, artinya perilaku dapat berfungsi dan memberikan pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak atau berperilaku positif terhadap objek demi pemenuhan kebutuhannya. Sebaliknya, bila objek tidak dapat memenuhi kebutuhannya, maka ia akan menunjukan perilaku negatif. Dalam kasus ini, orang mau membuat jamban apabila jamban tersebut benar- benar sudah menjadi kebutuhannya. 2. Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti. Dalam perannya dengan tindakannya itu seseorang senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan tindakan sehari-hari tersebut seseorang telah melakukan keputusan-keputusan sehubungan dengan objek atau stimulus yang dihadapi. Pengambilan keputusan yang mengakibatkan tindakan-tindakan tersebut dilakukan secara spontan dan dalam waktu yang singkat. Misalnya, bila seseorang merasa sakit kepala, maka secara cepat, tanpa berpikir lama ia akan bertindak untuk mengatasi rasa sakit tersebut dengan membeli obat di warung dan meminumnya, atau dengan tindakan-tindakan lain. 3. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab suatu situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri seseorang dan merupakan pencerminan dari hati. Misalnya, orang yang sedang marah, senang, gusar, dan perasaan lainnya dapat dilihat dari perilaku atau tindakannya. Teori ini berkeyakinan bahwa perilaku mempunyai fungsi untuk menghadapi dunia luar dan senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungan menurut kebutuhannya. Oleh sebab itu, di dalam kehidupan manusia, suatu perilaku dilakukan secara terus-menerus dan berubah secara relatif. Menurut kelompok kami, program promosi kesehatan yang tepat untuk kasus ini berdasarkan teori Katz adalah dengan melakukan penyuluhan secara rutin agar stimulus dapat dimengerti dan masyarakat akan paham bahwa mereka membutuhkan perubahan MCK mereka yang semulanya di sungai menjadi di kamar mandi. Penyuluhan akan kami mulai dari desa-desa kecil di Kalimantan terlebih dahulu. Penyuluhan kesehatan meliputi edukasi tentang syarat-syarat MCK yang layak, cara pemeliharan MCK, penyediaan air bersih, pencemaran sungai akibat MCK, dampak buruk tercemarnya sungai bagi masyarakat, dan pengolahan limbah (septict tank). Selain penyuluhan, kami juga akan menggelar diskusi publik dengan masyarakat agar masyarakat dapat lebih terlibat dan paham tentang MCK yang layak. Selain itu, kami juga bekerjasama dengan dinas kesehatan setempat terkait penyediaan MCK yang layak, sehingga sesuai dengan standarisasi kesehatan sebagai contoh agar masyarakat dapat mencoba menyesuaikan diri dengan sistem MCK yang baru. Jika penyuluhan seperti itu rutin dilakukan, maka besar kemungkinannya untuk mensyarakat mengubah perilaku atau kebiasaan mereka yang awalnya MCK di sungai menjadi MCK di kamar mandi.