Anda di halaman 1dari 6

PEMERINTAH KABUPATEN TOJO UNA UNA

DINAS KESEHATAN PENGENDALIAN PENDUDUK


DAN KELUARGA BERENCANA
PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT MAROWO
Jl. Kesehatan No. 06 Marowo Kec. Ulubongka Kode PKM : 7209030101

KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE (TOR)


SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT ( STBM )
TAHUN ANGGARAN 2020

A. PENDAHULUAN
Kondisi sanitasi yang buruk dan ketersedian air minum yang tidak memenuhi
syarat kesehatan akan berkontribusi terhadap berbagai kasus penyakit berbasis
lingkungan,seperi diare,kecacingan.hal ini terlihat dari angka kejadian penyakit
diare pada tahun 2006 sebesar 423 per 1.000 penduduk pada semua umur,pada
tahun yang sama terjadi wabah /KLB diare di 16 provinsi dengan case fatality rate
sebesar 2,52.

Salah satu cara untuk meningkatkan akses masyarat terhadap layanan sanitasi
serta upaya mengendalikan penyakit diare, penyakit kecacingan dan penyakit berbasis
lingkungan lainya adalah kegiatan terpadu melalui pendekatan sanitasi total berbasis
masyarakat,dan hal perlu dilakukan meningkatkan berbagai upaya peningkatan cakupan
jamban melalui berbagai proyek dan pendekatan top-down yang selama ini dilakukan
tidak memberikan hasil yang memuaskan.

B. LATAR BELAKANG

Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) merupakan suatu pendekatan yang


dianut dalam program Pamsimas, dalam rangka meningkatkan PHBS, khususnya
untuk meningkatkan cakupan jamban keluarga, sehingga terwujud target yang ingin
dicapai dalam Pamsimas, yaitu persentase penduduk yang akses terhadap jamban
keluarga, serta kondisi cuci tangan pakai sabun (CTPS) dimasyarakat secara
keseluruhan.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), merupakan suatu hal yang sangat
penting dan menjadi tantangan tersendiri dalam mewujudkan kesehatan masyarakat
, khususnya masyarakat di pedesan. Hal tersebut disebabkan karena sarana untuk
PHBS dimasyarakat masih sangat terbatas, disamping kesadaran mereka akan hidup
sehat yang masih kurang dan perlu ditingkatkan.untuk mencapai sasaran tersebut perlu
dirumuskan STATEGY yang tepat,yang dapat merupakan ujung tombak terdepan
dalam pelaksanaanSTBM

C. TUJUAN.

1. Tujuan Umum
Tidak berperilaku membuang air besar sembarang, serta perilaku lain sesuai dengan
kaidah kesehatan lingkungan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui perilaku hidup bersih dan sehat
b. Untuk mengetahui jumlah KK yang memiliki jamban
c. Untuk mengetahu jumlah rumah yang memiliki SPAL sesuai standar kesehatan.
d. Untuk mengetahui jumlah rumah yang memiliki jamban dan tidak memiliki
jamban.
D. KEGIATAN POKOK

1. Bina suasana

Perkenalkan diri dari seorang fasilitator adalah merupakan upaya pembukan


pintu masuk untuk berkomunikasi dengan masyarakat . fase perkenalan merupakan
fase sensitif ,karena pada fase ini masyarakat sudah tertarik, sudah percaya akan
kedatangan seorang fasilitator, maka mereka akan terhipnotis untuk selalu berperan
aktif dalam setiap tahap proses pemicuan .untuk menghidupkan suasana awal,maaka
perlu dikembangkan adanya proses ‘’ice breaking’’ lebih dalam,yaitu melalui
permainan (geme) atau bentuk –bentuk roll playing lainya.
2. Pemetaan perilaku PHBS
Pemicuan melaui analisis partisipasi dimulai dengan menggambarkan peta
wilayah RT/RW didukung masyarakat sendiri.kemudian pesert minta menggambar
sungai,mesjid,sekolah,dll yang merupakan sarana umum tersebut.
Selanjutnya peseta diminta menggambarkan peta lokasi rumah masing-masing,
sekaligus tanyakan kepada mereka kemana saat ini mereka buang air besar.beri kode
simbol atau gambar rumah dengan warna kuning yang BAB sembarang ,dan warna
hijau untuuk rumah yang BAB di jamban.

3. Transek walk

Pemicuan nyata lapangan dilakukan dengan cara menelusuri wilayah dalam


suatu RT/RW untuk mengetahui lokasi-lokasi dimana warga setempat buang air
besar sembarang. semua peserta yang hadir dalam proses pemicuan diajak untuk jalan
bersama melihat kondisi tersebut.bila peserta transek melewati suatu lokasi BABS
kepada mereka dilarang untuk menutup hidung,sehingga peserta merasakan betapa
bau yang timbul akibat tinja berada diruangan terbuka sembarangan. ingat,dilarang
menutup hidung saat transek walk dan tetap berhenti ditempat sekejap untuk
diskusi. ajak peserta mendiskusikan keadan tersebut, baik dari aspek keindahan dan
kebersihan liingkungan,dari aspek penyebaran penyakit, dari aspek
keselamatan,dll.tanyakan pada warga yang BABS, bagaimana perasaan sekarang
setelah orang lain menderita akibat bau menyengat. Pemicuan dengan melalui transect
walk ini menyentuh ego seseorang, dengan timbulnya rasa jijik seseorang apalagi
melihat tinja yang berserakan ditanah terbuka.
4. Pemicuan melalui analisa kuantitatif tinja

Untuk lebih memberi gambaran tentang tingkat ‘besaran’ tinja yang tersebar luas
secara sembarang ,masyarakat diminta untuk menghitung sendiri berapa kg/kwt/ton
jumlah tinja yang berhamburan.Tanyakan kepada mereka berapa jumlah anggota
keluarga,kemudian kalikan dengan jumlah tinja yang dibuang manuasia per orang
per hari (yaitu sekitar 400/gram/orang/hari) maka dapat dihitung berapa besar tinja
yang bertaburan suatu wilayah, dalam kurun waktu sehari,seminggu, sebulan,
setahun dan seterusnya.Teruskan pertanyaan, kemana selama ini tinja tersebut
pergi??? Tinja dikebun dimakan ayam, dan dimakan ayam.Tinja dilahan kosong,
mengering, menjadi debu,dihirup manuasia.Tinja diselokan/empang, dimakan ikan
dan akhirnya dimakan masuk ke manusia.Tinja masuk ke sungai mencemari air
dan akhirnya masuk ke manuasia juga.

5. Pemicuan melalui sentuhan aspek

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang erat kaitanya dengan air dan
sanitasi.untuk itu masyarakat diajak melihat bagai mana tinja kotoran manusia dapat
dimakan masuk ke mulut manusia itu sendiri dan bahkan masyarakat untuk
membuat alur kontaminasi ORAL FECAL ,kemudian kembangkan pertanyaan
yang bersifat memicu perasaan takut atau rasa lainnya,seperti;
a. Apakah ada anggota keluarga yang pernah sakit diare atau sakit lainya yang
berkaitan kesehatan lingkungan.
b. Apakah yang sakit punya jamban atau tidak.
c. Penderita dari warga miskin atau kaya
d. Bagaimana perasaan ibu/bapak ketika melihat anaknya sakit di RS.
e. Adakah anak atau anggota keluarga yang mati akibat penyakit.
f. Bagaimana perasaan mereka saat tahu anak atau anggota keluarga mati.
g. Bagamana kondisi keuagan saat itu?

E. PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Penciptaan lingkungan yang kondusif dimaksudkan agar setiap stake holder atau
pemangku kepentingan yang terkait,baik ditingkat kabupaten,kecamatan dan
khususnya ditingkat desa memberi support yang optimal dalam kegiatan STBM di
level masyarakat , sehingga terwujud lingkungan dan perilaku hidup bersih dan
sehat. Untuk itu seorang fasilitator harus secara proaktif melalukan koordinasi,
advokasi, sosialisasi baik pada instansi pemerintah, organisasi kemasyarakatan,
lembaga swadaya masyarakat dan swasta yang ada diwilayah kerjanya.
2. Gerakan masyarakat, kapanpun dan dimanapun, akan meninbulkan atau
menciptakan suatu timbulan energy yang besaranya tak terhingga. Untuk itu dalam
program pamsimas, khusus pemberdayaan untuk perubahan perilaku dan

peningkatan layanan akses sarana sanitasi /jamban gerakan masyarakat perlu


diungkit dan dirangsang untuk timbul. Kegiatan seperti kerja bakti ,gotong royong
dan saling membantu dalam pembuatan jamban keluarga misalnya akan lebih
efektif demi tercapainya ODF pada suatu komunitas . gerakan masyarakat pada
hakekatnya adalah gerakan untuk ‘’mau saling memberi’’dari setiap individu
dalam masyarakat entah itu dalam bentuk materi atu tenaga.
3. Pemicuan terfokus adalah kegiatan sifatnya diharapkan akan menimbulkan effek
yang besar dan berakumulatif. untuk itu pemicuan harus terfokus dan didasari
oleh sesuatu yang memang akan mampu untuk menjadi besar dan meluas,dengan
demikian diutamakan bahwa dalam pemicuan dipilih daerah yang ada potensinya
untuk berkembang. Karena akhirnya daerah tersebut akan dijadikan
‘’acuan’’bagai daerah lain untuk mengaplikasi.pada suatu wilayah yang
besarannya tidak terlalu luas (misalnya suatu wilayah dusun atau RW)sehingga
relative mudah discover dan dimonitor.daerah tersebut jelas masalahnya dan
dianalisis kemungkinan dan sumber dayanya. pemicuan tidak harus dilakukan pada
seluruh dusun atau rw dalam suatu wilayah desa. pemicuan yang difokuskan
dalam satu atau dua dusun/RW ,dan berhasil,kelak akan menjadi bahan replikasi
dan dijadikan acuan, contoh bagi dusun/RW dalam desa yang bersangkutan
,dan bahkan desa lainnya.
4. Fasilitator merupakan ujung tombak dilapangan, yang berhadapan langsung
dengan masyarakat yang sangat variatif tingkat sosialnya,dari yang tinggi sampai
yang rendah sekalipun. disini seorang fasilitator diharapkan sebagai ‘’change
agent’’ dari yang tadinya hal-hal yang tidak mungkin menjadi segalanya bisa
mungkin. Disamping itu fasilitator juga kadang-kadang ‘’power full dan
auntouchable’’ agar mampu berkoordinasi dan berkomunikasi tersebut dengan
kepercayaan diri yang optimal,maka kepada fasilitator perlu dibekali berbagai
ilmu dan keterampilan baik yang bersifat materi subtansi teknis,maupun
yang bersifat non-teknis,seperti pengembangan diri.
5. Reward system adalah suatu bentuk penghargaan kepada pihak lainya, baik itu
dalam bentuk materi maupun non-materi,dan hal ini sangat perlu diterapkan dalam
proses pemicuan STBM.memberi applaus tepuk tangan kepada orang yang
baru selesai memberikan pendapat adalah suatu bentuk reward. Memberi tepuk
tangan kepada orang yang menyatakan sikap telah siap akan bentuk membagun
jamban dalam suatu kurun waktu tertentu adalah suatu bentuk reward. Kehadiran
seorang dokter puskesmas, seorang camat atau ibu camat ,apa bila seorang kepala
puskesmas atau bahkan bupati ke suatu desa adalah sebentuk reward bagi desa
tersebut yang tinggi nilainya.
6. Pemicuan merupakan suatu upaya untuk menimbulkan suatu ‘’energi lebih’’ dalam
diri sesorang atau kelompok sehingga terjadi suatu mata rantai gerakan yang
exponensial (menggelora, menggelegar bagai ombak samudra).

Pemicuan kepada masyarakat untuk stop buang air besar sembarangan (STOP
BABS) pada prinsipnya dapat dikelompokkan dalam 3 tahap, yaitu tahap pra
pemicuan, tahap pelaksanaan pemicuan dan tahap pasca pemicuan. Pentahapan
tersebut tidak berarti ada pembagian atau pembatasan waktu yang rigid, tetap
merupakan suatu proses yang mengalir dengan teratur dan
berkesinambungan,sebagai suatu kesatuan proses yang mengalir dengan teratur dan
berkesinambungan, sebagai kesatuan proses yang utuh dan dinamis.
7. Sebelum melaksanakan pemicuan, fasilitator harus sudah melakukan kontak
dengan lain yang terkait, terutama puskesmas setempat, agar unik tersebut dapat
berdampingan dengan fasilitator dalam pelaksanaan pemicuan. Untuk itu seorang
fasilitator harus sudah memberi informasi kepada puskesmas kapan dan dimana
proses pemicuan akan dilakukan. Selain unsur dari puskesmas unit lain yang
seyogyanya ikut bergabung dalam masyarakat setempat (missal took
agama,pemuda,dll). Dengan bergabungnya petugas puskesmas diharapkan proses
pemicuan akan lebih terarah dan tepat sasaran, karena petugas puskesmas akan
mampuh memberikan bantuan informasi/penyuluhan tentang maslah-maslah
kesehatan yang dihadapi masyarkat khususnya terkait penyakit berbasis air dan
sanitasi.adanya petugas puskesmas juga diharapkan untuk pendampingan saat pasca
pemicuan dapat berjalan dengan lebih baik. Dengan diajaknya petugas
puskesmas dari awal, maka mereka akan lebih mempunyai rasa untuk
mensuskseskan pemicuan STOP BABS dalam mewujudkan lingkungan yang
sehat tersebut lebih komit.
8. Peran masyarakat sekolah dapat jadikan objek vital sekaligus subjek dalam
penerapan STBM dalam lingkup sekolah, rantai pemicuan akan berlangsung
secara berjenjang dan berkesinambungan, yaitu dari guru ke murid dan
kemudian murid dapat berperan ganda dalam proses pemicuan lanjutan, sebagai
suatu group pressure.effek pemicuan dapat diharapkan lebih dahsyat, meningat
anak anak usia sekolah pada umumnya lebih antusias dalam mengadopsi
ide-ide baru.guru dapat melakukan absensi jamban dan CTPS setiap minggu atau
setiap bulan, dengan cara menanyakan kemana pagi ini BAB. Tanyakan secara
terus menerus terkait kebiasan PHBS, sehingga hal itu akan memicu murid
untuk melakukan hal-hal yang benar sesuai dengan kaidah kesehatan.

F. SASARAN
1. Masyarakat
2. Anak Sekolah

G. NARASUMBER DAN FASILITATOR


1.Faskab
2. Pengelola Kesling
3. Pj.Promkes
4.Pj.UKS

H. JADWAL PELAKSANAAN
Bulan
No Nama Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Pemicuan STBM x

2 Survailans kualitas air x

3 Kampanye HS di sekolah x

4 Kampanye CTPS di Sekolah x

5 Monitoring Pasca Pemicuan x

6 Pembuatan Peta sanitasi desa x

7 Verivikasi SBS x

I. EVALUASI PELAKSANAAN DAN PELAPORAN


Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dilaksanakan setiap Tiga bulan Sekali
J. PENCATATAN,PELAPORAN,DAN EVALUASI KEGIATAN
Pencatatan dan Pelaporan dilkasanakan oleh Penanggung jawab Program dan dilaporkan
Kepada Kepala Puskesmas dan Dinas kesehatan.
K. KEBUTUIHAN ANGGARAN
Anggaran yang dibutuhkan untuk kegiatan STBM sebesar Rp 7.500.000

L. PENUTUP

Demikian kerangka acuan ini Kami buat untuk diperlukan sebagaimana mestinya.

Marowo, Oktober 2019


Kepala Puskesmas Marowo

Nasruddin,SKM
Nip: 19841027 200902 1 001

Anda mungkin juga menyukai