Anda di halaman 1dari 48






INDEKS TRANSPARANSI ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

PUSAT KAJIAN STRATEGIS


BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL
2019

i
Indeks Transparansi Organisasi Pengelola Zakat
Pusat Kajian Strategis – Badan Amil Zakat Nasional
ISBN : 978-602-5708-51-0

Kata Pengantar Ketua BAZNAS


Penyusun:
Pusat Kajian Strategis – Badan Amil Zakat Nasional

Penyunting:
Anggota BAZNAS
Direktur Utama BAZNAS
Sekretaris BAZNAS
Direktur Penghimpunan BAZNAS
Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan BAZNAS
Direktur Operasi BAZNAS
Direktur Kepatuhan dan Audit Internal BAZNAS

Penerbit:
Pusat Kajian Strategis – Badan Amil Zakat Nasional (PUSKAS BAZNAS)
Jl. Kebon Sirih Raya No. 57, 10340, Jakarta Pusat
Phone Fax +6221 3913777 Mobile +62812-8229-4237
Email: puskas@baznas.go.id ; www.baznas.go.id; www.puskasbaznas.com

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dengan bentuk dan cara apapun tanpa izin
tertulis dari penerbit

ii
Tim Penyusun Kajian
Penasehat : Prof. Dr. H. Bambang Sudibyo, MBA, CA
Dr. Zainulbahar Noor, SE, MEc
Prof. Dr. H. Mundzir Suparta, MA
KH. Drs. Masdar Farid Mas’udi
Prof. Dr. KH. Ahmad Satori Ismail
drh. Emmy Hamidiyah, M.Si
Drs. Irsyadul Halim
Ir. Nana Mintarti, MP
Prof. Dr. H. Muhammadiyah Amin, M.Ag
Drs. Nuryanto. MPA
Drs. Astera Primanto Bhakti, M.Tax
Drs. H. Jaja Jaelani, MM
M. Arifin Purwakananta
Irfan Syauqi Beik, Ph.D.
Wahyu Tantular Tunggul Kuncahyo
Drs. Mochammad Ichwan, Ak, MM, CA
Dr. Ahmad Juwaini
Ketua : Muhammad Hasbi Zaenal, Ph.D.
BAZNAS : Muhammad Choirin, Ph.D
Abdul Aziz Yahya Saoqi, M.Sc
Patria Yunita, S.Pd. M.Si
Fahmi Ali Hudaefi, MSh. Fin
Ulfah Lathifah, B.Sc
Hidayaneu Farchatunnisa, SE
KNKS : Urip Budiarto, S.T
Muhammad Faris Afif, Lc.
Amrial, S.E

iii
SAMBUTAN KETUA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh,


Bismillahirahmanirahim
Transparansi laporan keuangan telah secara ketat diimplementasi baik oleh
organisasi internasional seperti IMF maupun World Bank. Begitu pula oleh organisasi
internasional Islam seperti IFSB dan AAOIFI. Transparansi yang tinggi menurunkan
risiko kegagalan pengelolaan lembaga keuangan. Transparansi yang baik meningkatkan
kepercayaan publik atas tata kelola dana yang diamanahkan.
Kajian ini bertujuan untuk membangun indeks transparansi lembaga zakat yang
diharapkan dapat mengukur tingkat transparansi pengelolaan dana zakat di Indonesia.
Transparansi merupakan bagian dari etika publik dalam membangun tata kelola lembaga
keuangan zakat yang sehat.
Oleh sebab itu, Pusat Kajian Strategis Badan Amil Zakat Nasional (Puskas
BAZNAS) mempersembahkan buku ini dengan harapan dapat dijadikan rekomendasi
dalam kegiatan perzakatan khususnya terkait transparansi laporan keuangan. Sebagai
bentuk pertanggungjawaban, kami secara terbuka menerima kritik dan saran untuk
menyempurnakan kajian.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Prof. Dr. H. Bambang Sudibyo, MBA., CA


Ketua BAZNAS

iv
SAMBUTAN DIREKTUR PENDISTRIBUSIAN DAN
PENDAYAGUNAAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh,


Bismillahirahmanirahim
Undang-undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
menuntut transparansi atas pengelolaan dana publik yang dikelola. Dalam rangka
menjaga kepercayaan atas pengelolaan dana zakat, sebuah Organisasi Pengelola Zakat
sebagai organisasi non-profit wajib merujuk pada undang-undang ini. Sejalan dengan
Undang-Undang tentang Keterbukaan Informasi Publik, Zakat Core Principle (ZCP)
mewajibkan pengungkapan dan transparansi manajemen dan transparansi keuangan pada
organisasi pengelola zakat.

Indeks Transparansi Organisasi Pengelola Zakat ini merupakan sebuah


pendekatan ilmiah baru yang diharapkan dapat menjadi standar minimum transparansi
pengelolaan zakat di Indonesia.

Kami mengapresiasi penelitian yang dilakukan oleh Pusat Kajian Strategis Badan
Amil Zakat Nasional dalam upayanya mendorong sistem tata kelola perzakatan nasional
yang sehat dan berintegritas.

Irfan Syauqi Beik, Ph.D

Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan


Badan Amil Zakat Nasional

v
SAMBUTAN DIREKTUR KEUANGAN INKLUSIF, DANA SOSIAL
KEAGAMAAN DAN KEUANGAN MIKRO SYARIAH KOMITE
NASIONAL KEUANGAN SYARIAH

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh,


Bismillahirahmanirahim
Perkembangan industri zakat di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang signifikan
dari tahun ke tahun sejak dioperasikan. Telah banyak penelitian-penelitian akademisi
yang menyimpulkan peran zakat dalam pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan,
melalui peningkatan daya beli masyarakat.

Pertumbuhan industri zakat yang signifikan perlu didukung oleh tata kelola zakat
yang sehat dan kredibel. Indeks Transparansi Organisasi Pengelola Zakat ini merupakan
sebuah kajian ilmiah yang diharapkan mampu mengukur kredibilitas pengelolaan dana
zakat di Indonesia.

Namun demikian, transparansi organisasi pengelola zakat tidak dapat terukur


secara maksimal tanpa dukungan dan peran aktif seluruh organisasi pengelola zakat yang
beroperasi saat ini. Salah satu koordinasi yang sangat baik dalam mewujudkan
transparansi pengelolaan zakat adalah dengan menggunakan secara maksimal sistem
Aplikasi SIMBA yang terintegrasi secara nasional.

Dalam rangka mewujudkan Industri Perzakatan Indonesia yang kredibel dan


terintegrasi, Komite Nasional Keuangan Syariah menghimbau agar koordinasi yang baik
dapat dilakukan oleh seluruh Organisasi Pengelola Zakat melalui penerapan Indeks
Transparansi Organisasi Pengelola Zakat.

Dr. Ahmad Juwaini


Direktur Keuangan Inklusif, Dana Sosial Keagamaan dan Keuangan Mikro
Syariah Komite Nasional Keuangan Syariah

vi
SAMBUTAN DIREKTUR PUSAT KAJIAN STRATEGIS BADAN
AMIL ZAKAT NASIONAL

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh,


Bismillahirahmanirahim
Pentingnya akuntabilitas dan transparansi lembaga keuangan mendorong organisasi
lembaga zakat internasional seperti IMF dan world bank melakukan fungsi
pendampingan pada lembaga-lembaga keuangan. Di tahun 2018, AAOIFI mengeluarkan
exposure draft standar Good Governance pada lembaga keuangan Islam yang mengukur
transparansi pada pelaporan lembaga keuangan Islam.

Dalam rangka meningkatkan kepercayaan atas tata kelola dana zakat di Indonesia,
Pusat Kajian Strategis BAZNAS melakukan kajian Indeks Transparansi Organisasi
Pengelola Zakat yang diharapkan menjadi standar ukur transparansi pengelolaan dana
zakat di Indonesia.

Indeks Transparansi ini mengukur transparansi organisasi pengelola zakat pada 3


dimensi, antara lain: Transparansi Keuangan, Transparansi Manajemen dan Transparansi
Program. Indeks ini berbeda dengan indeks transparansi lainnya, karena disesuaikan
dengan kaidah syariah yang berlaku pada tata kelola zakat dan amil zakat.

Kajian ini dapat digunakan secara berkala oleh otoritas terkait, dalam mengukur
kinerja dan transparansi organisasi pengelola zakat. Selain itu, indeks transparansi ini
dapat menjadi feedback bagi organisasi pengelola zakat untuk meningkatkan kinerja
manajemen dan keuangannya sehingga tercapai tata kelola zakat yang sehat dan kredibel.

Muhammad Hasbi Zaenal, Ph.D


Direktur Pusat Kajian Strategis BAZNAS

vii
RINGKASAN EKSEKUTIF

Sebagai lembaga yang mengelola dana publik, isu transparansi menjadi hal yang sangat
krusial bagi organisasi pengelola zakat (OPZ), karena hal ini akan berdampak langsung
kepada baik atau buruknya reputasi OPZ secara sistemik. Ascarya dan Yumanita (2018)
dalam penelitiannya menemukan bahwa tingkat transparansi yang rendah menjadi
penyebab rendahnya pengumpulan zakat di OPZ. Maka, diperlukan kebijakan-kebijakan
strategis yang harus dilakukan oleh otoritas zakat, dalam hal ini BAZNAS, untuk
memperbaiki tingkat transparansi dalam pengelolaan zakat di OPZ. Salah upaya tersebut
adalah dengan dikeluarkannya dokumen Zakat Core Principle (ZCP) pada tahun 2017
oleh BAZNAS dan Bank Indonesia. ZCP adalah salah satu bentuk upaya BAZNAS untuk
menyelaraskan tata kelola OPZ di Indonesia. ZCP nomor 17 menyinggung tentang
standar umum terkait disclosure & transparency yang harus dimiliki dan
diimplementasikan oleh OPZ.

Dalam memantau praktik transparansi di OPZ, tentunya sangat penting bagi


BAZNAS untuk mengukur sejauh mana prinsip-prinsip transparansi telah
diimplementasikan oleh OPZ. Sebagai lembaga riset zakat terdepan di bawah BAZNAS,
Pusat Kajian Strategis BAZNAS telah menginisiasi sebuah metode yang dapat mengukur
tingkat transparansi di OPZ secara akurat yaitu dengan menggunakan Indeks
Transparansi OPZ. Dalam Indeks Transparansi OPZ, ada tiga dimensi utama yang akan
diukur yaitu dimensi transparansi laporan keuangan OPZ, transparansi manajemen OPZ,
dan transparansi program OPZ.

Transparansi
2 Variabel
Keungan

Indeks
Transparansi
Transparansi 4 variabel
Manajemen
OPZ

Transparansi
3 variabel
Program

Gambar 0.1. Komponen Dimensi dan Variabel Indeks Transparansi OPZ

1
Untuk dimensi transparansi laporan keuangan terbagi menjadi dua variabel yaitu
variabel publikasi laporan keuangan dan kualitas laporan keuangan. Lebih lanjut, untuk
dimensi kedua dibagi ke dalam empat variabel yaitu variabel Standar Operasional
Prosedur (SOP), Company Profile, Pusat Informasi Data (PID), dan Sistem Saluran
Pengaduan. Kemudian, untuk dimensi ketiga terbagi ke dalam variabel Aktifitas Realtime
Penghimpunan dan Penyaluran, Database Muzaki dan Mustahik, serta Database
Penghimpunan dan Penyaluran Zakat. Dengan menggunakan pendekatan Simple Additive
Weightage (SAW), Puskas BAZNAS melakukan pengukuran tingkat transparansi OPZ
berdasarkan ketiga dimensi utama dalam Indeks Transparansi OPZ yang dapat
dirumuskan sebagaimana berikut:
𝑛

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐼𝑇𝑂𝑃𝑍 = ∑ 𝑊𝑑𝑖 𝑥 𝐷𝑖


𝑖=1

Dimana:

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐼𝑇𝑂𝑃𝑍 : Nilai Indeks Transparansi Organisasi Pengelola Zakat


𝑊𝑑𝑖 : Nilai Pembobotan yang dibubuhkan pada dimensi i
𝐷𝑖 : Nilai indeks yang diperoleh pada dimensi i

Setelah melakukan pengukuran atas ketiga dimensi tersebut, Puskas BAZNAS


akan mengkategorikan hasil dari penghitungan Indeks dengan rentang nilai 0.00 – 1.00
yang berarti jika nilai indeks semakin mendekati 1.00, maka semakin baik tingkat
transparansi di suatu OPZ. Adapun klasifikasi penilaian indeks dapat dilihat sebagaimana
berikut:

Tabel 0.1. Rentang Nilai serta Kategori Penilaian pada Indeks Transparansi OPZ

No. Skor Kriteria


1 0.00 – 0.25 Tidak Transparan
2 0.26 – 0.50 Kurang Transparan
3 0.51 – 0.75 Cukup Transparan
4 0.76 – 1.00 Transparan

Jika rentang nilai yang didapatkan berada di antara 0.00 - 0.25 maka masuk dalam
kategori tidak transparan. Jika nilai indeks berada di antara angka 0.26 - 0.50 maka
termasuk dalam kategori kurang transparan. Kemudian, jika hasil pengukuran indeks

2
berada di rentang nilai 0.51 – 0.75, maka dikategorikan cukup transparan dan jika nilai
indeks berada di rentang nilai 0.76 – 1.00, maka praktik transparansi di OPZ dinilai sudah
transparan.

3
DAFTAR ISI

Tim Penyusun Kajian ...................................................................................................... iii


SAMBUTAN KETUA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL ...................................... iv
SAMBUTAN DIREKTUR PENDISTRIBUSIAN DAN PENDAYAGUNAAN
BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL ............................................................................. v
SAMBUTAN DIREKTUR KEUANGAN INKLUSIF, DANA SOSIAL
KEAGAMAAN DAN KEUANGAN MIKRO SYARIAH KOMITE NASIONAL
KEUANGAN SYARIAH ................................................................................................ vi
SAMBUTAN DIREKTUR PUSAT KAJIAN STRATEGIS BADAN AMIL ZAKAT
NASIONAL .................................................................................................................... vii
RINGKASAN EKSEKUTIF ............................................................................................ 1
DAFTAR ISI .................................................................................................................... 4
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ 6
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ 7
DAFTAR RUMUS ........................................................................................................... 8
1. PENDAHULUAN ....................................................................................................... 9
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 9
2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 12
2.1. Landasan Teori ................................................................................................... 12
2.1.1. Teori Akuntabilitas...................................................................................... 12
2.1.1.1. Akuntabilitas Pelaporan Berbasis Website ............................................. 12
2.1.2 Teori Transparansi ....................................................................................... 13
2.1.3 Teori Akuntabilitas dan Transparansi Dalam Perspektif Islam ................ 14
2.2 Penelitian Sebelumnya ......................................................................................... 19
2.3 Kerangka Penelitian ......................................................................................... 20
3. DATA DAN METODOLOGI ................................................................................... 22
3.1 Jenis dan Sumber Data ......................................................................................... 22
3.2 Metodologi Penelitian .......................................................................................... 22
3.3 Tahapan Penelitian ............................................................................................... 22
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................. 24
4.1. Indikator Penyusun Indeks Transparansi OPZ ................................................... 24
4.2. Legitimasi Ilmiah Dimensi dan Variabel Indeks Transparansi OPZ .................. 25
4.2.1 Dimensi Transparansi Keuangan ................................................................. 26

4
4.2.2 Dimensi Transparansi Manajemen............................................................... 27
4.2.3 Dimensi Transparansi Program .................................................................... 28
4.3. Nilai Pembobotan Dimensi dan Variabel Indeks Transparansi OPZ.................. 28
4.4. Model dan Tahapan Penghitungan Indeks Transparansi OPZ ............................ 30
4.5. Rentang Nilai dan Kategori Penilaian ................................................................ 32
5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .................................................................. 33
6. REFERENSI .............................................................................................................. 34

5
DAFTAR GAMBAR

Gambar 0.1. Komponen Dimensi dan Variabel Indeks Transparansi OPZ ...................... 1
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian Indeks Transparansi OPZ .......................................... 21
Gambar 3.1 Tahapan Penelitian Indeks Transparansi OPZ ............................................ 23

6
DAFTAR TABEL

Tabel 0.1. Rentang Nilai serta Kategori Penilaian pada Indeks Transparansi OPZ ......... 2
Tabel 2.1 Shariah Compliance and Fiduciary rating - AAOIFI ..................................... 20
Tabel 4.1 Dimensi, Variabel dan Indikator Indeks Transparansi OPZ .......................... 24
Tabel 4.2 Legitimasi Ilmiah pada Komponen Penyusun Indeks Transparansi OPZ ...... 26
Tabel 4.3 Nilai Pembobotan pada Dimensi dan Variabel Indeks Transparansi OPZ ..... 28
Tabel 4.4 Kategori Penilaian pada Indeks Transparansi OPZ ........................................ 32

7
DAFTAR RUMUS

Rumus 1 Indeks Transparansi Keuangan (I-TK01) ........................................................ 30


Rumus 2 Indeks Transparansi Manajemen (I-TM02) .................................................... 30
Rumus 3 Indeks Transparansi Program (I-TP03) .......................................................... 31

8
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Tema Akuntabilitas dan Transparansi menjadi “icon” dari isu good governance (Healy &
Palepu, 2001); (Bovens, 2005); (Islamiyah, 2017). Minimnya akuntabilitas dan
transparansi diduga menjadi penyebab utama krisis keuangan di negara-negara Asia
Tenggara termasuk di Indonesia (World Bank, 2000); (Velayutham, 2004). Begitu juga
minimnya akuntabilitas dan transparansi mempertinggi risiko kegagalan yang bersifat
sistemik (Flannery & Thakor, 2006). Penelitian mengenai transparansi dan stabilitas
menyimpulkan bahwa transparansi pelaporan berpengaruh terhadap stabilitas dan
kesinambungan sebuah lembaga (Srairi, 2019).
Pentingnya akuntabilitas dan transparansi, mendorong organisasi-organisasi
internasional seperti IMF dan World Bank melakukan fungsi pendampingan dalam upaya
meningkatkan akuntabilitas dan transparansi lembaga keuangan. Kebijakan implementasi
IFRS sejak tahun 2005 juga ditujukan bagi peningkatan akuntabilitas dan transparansi
pelaporan keuangan. IFRS principles based framework menetapkan pentingnya
mekanisme kualitas pelaporan suatu lembaga profit dan non profit.
International Financial Services Board (IFSB) pada Desember 2007 menerbitkan
Disclosure to Promote Transparency (Sekreter, 2018). Di tahun 2018 lalu, AAOIFI
mengeluarkan eksposure draft Governance Standard No. 10 mengenai Shariah
Compliance and Fiduciary rating dalam rangka meningkatkan level transparansi pada
standar pelaporan lembaga keuangan Islam.
Literatur konvensional maupun Islam menjelaskan akuntabilitas pada lembaga
profit dan nonprofit mencakup akuntabilitas keuangan dan akuntabilitas manajerial (G.D
Saxton and Guo, 2011). Akuntabilitas pada lembaga non-profit tidak hanya berbicara
tentang bagaimana mengelola dana publik, namun juga bagaimana mengelola dana
tersebut secara efektif dan efisien.
Transparansi pelaporan keuangan berarti pengungkapan kinerja keuangan kepada
para pemangku kepentingan secara tuntas dan jelas, mudah dipahami dan mudah diakses.
Transparansi keuangan diartikan bahwa pelaporan keuangan benar dan reliabel dengan
merujuk pada standar akuntansi keuangan yang berlaku secara umum (Turegun, 2018).
Akuntabilitas manajerial dan transparansi keuangan merupakan dimensi penting

9
dalam mengukur kredibilitas pertanggungjawaban pengelolaan keuangan sebuah
lembaga. Bagi sebuah lembaga zakat, kepercayaan para muzaki dalam membayarkan
kewajiban zakatnya terbentuk dari persepsi mereka terkait manajemen pengelolaan dana
zakat. Tingkat kepercayaan para muzaki terkait pada: reputasi lembaga zakat, reputasi
amil zakat, akuntabilitas pengungkapan informasi, efektivitas manajemen zakat serta
kepuasaan muzakki atas pelayanan pembayaran zakat (Sasongko & Nurfadhilah, 2018).
Akuntabilitas dan transparansi atas informasi keuangan dan non keuangan adalah kunci
utama kepercayaan setiap pemangku kepentingan.
Tingkat transparansi pengelolaan zakat yang tinggi, tidak hanya dibuktikan dengan
jumlah publikasi atas informasi, namun juga bagaimana data yang disajikan memberikan
informasi yang valid dengan menggambarkan prediksi atas kondisi dan performa riil
sebuah lembaga zakat.
Studi empiris menemukan bahwa tingginya tingkat transparansi dan pengungkapan
keuangan memberikan kepercayaan lebih dari para pemangku kepentingan (Komaruddin,
2017). Terdapat hubungan positif antara pengungkapan pelaporan yang valid terhadap
penerimaan dana zakat di masa depan.
Di Indonesia saat ini, belum ada alat ukur yang relevan untuk mengukur tingkat
transparansi sebuah lembaga zakat. Sedangkan, industri perzakatan telah mengalami
perkembangan yang signifikan dari tahun ke tahun sejak didirikan.
Hal ini menginisiasi Pusat Kajian Strategis BAZNAS untuk melakukan penelitian
lebih lanjut dalam rangka mengukur tingkat transparansi pengelolaan dana zakat. Bagi
pengembangan perzakatan Indonesia di masa depan, diperlukan suatu indeks pengukur
transparansi yang mampu menginterpretasikan kondisi dan performa riil sebuah lembaga
zakat. Dengan adanya indeks pengukur transparansi lembaga zakat diharapkan dapat
meningkatkan kepercayaan para muzaki terhadap tata kelola dana zakat di Indonesia.

1.2 Tujuan Penelitian


Kajian ini bertujuan untuk membangun sebuah indikator yang mampu mengukur tingkat
transparansi lembaga zakat. Tema akuntabilitas digunakan sebagai konsep pendukung
perhitungan indeks.
Dalam rangka mengukur transparansi lembaga zakat, penelitian ini bertujuan
untuk:

10
a. Menggali hal-hal teoritis mengenai transparansi organisasi pengelola zakat
b. Merumuskan indikator-indikator pembentuk tingkat transparansi organisasi
pengelola zakat
c. Menyusun konsep perhitungan indeks transparansi organisasi pengelola zakat.

11
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori


2.1.1. Teori Akuntabilitas
Akuntabilitas sebuah lembaga non-profit menjadi kunci utama manajerial (Hutagalung,
2016). Mengungkapkan bahwa sistem pelaporan keuangan berkontribusi kuat terhadap
akuntabilitas dan transparansi lembaga keuangan non-profit. Reliabilitas sebuah sistem
pelaporan keuangan diuji dalam proses internal audit control (Setiyawati, 2013).
Bukenya (2014) mengungkapkan 5 aspek kualitas informasi keuangan antara
lain: relevan (relevant), reliable (reliability), mudah dipahami (understandability), akurat
(accuracy) dan tepat waktu (timeliness). Kualitas dari informasi keuangan akan
menentukan kualitas laporan keuangan. Akuntabilitas dan transparansi merupakan isu
penting kredibilitas dan keberhasilan manajemen lembaga non-profit.

2.1.1.1. Akuntabilitas Pelaporan Berbasis Website


Berdasarkan data The Association of Internet Network Providers Indonesia (APJII)
tahun 2014 terdapat 88 juta pengguna internet dengan peningkatan yang signifikan
dari tahun ke tahun. Laporan digitalisasi Mckinsey di tahun 2019 mengungkapkan
bahwa penetrasi digital mencapai 1.6 kali dibandingkan tahun 2014.
Peningkatan digitalisasi yang signifikan ini, menunjukkan penggunaan
jaringan internet yang sangat tinggi di lembaga keuangan. Teknologi internet
diharapkan meningkatkan efisiensi manajemen lembaga keuangan profit dan non
profit dalam menjalankan sistem operasionalnya.
Akuntabilitas pelaporan berbasis website pada organisasi non profit terkait
pada praktik pelaporan, ketersediaan umpan balik, dan mekanisme keterlibatan para
pemangku kepentingan secara online. Kemampuan menyajikan data dan informasi
secara online meningkatkan akuntabilitas performa sebuah lembaga keuangan.
G.D Saxton and Guo (2011) mengungkapkan terdapat dua dimensi dalam
akuntabilitas pelaporan website, antara lain: pengungkapan dan komunikasi. Dimensi
pengungkapan memiliki 2 indikator yaitu pengungkapan kinerja dan pengungkapan
keuangan. Sedangkan dimensi komunikasi memiliki 2 indikator antara lain: masukan
dari para pemangku kepentingan dan interaksi antara organisasi dengan para
pemangku kepentingan.

12
Dumont (2013) mengukur Akuntabilitas pelaporan berbasis website dengan
menggunakan Non-Profit Virtual Accountability Index (NPVAI). Dalam indeks ini,
terdapat 5 komponen kunci antara lain: aksesibilitas, keterlibatan pemangku
kepentingan, kinerja, kepemimpinan manajemen, dan visi misi lembaga.

2.1.2 Teori Transparansi


Transparansi adalah memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada
masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk
mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pengelolaan
sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Akuntabilitas dan Transparansi Laporan
Keuangan merupakan suatu kewajiban sebuah organisasi yang pelaksanaannya mengacu
pada Standar Akuntansi Keuangan.
Transparansi informasi keuangan didefinisikan sebagai transparansi laporan
keuangan yang menunjukan tingkat yang memungkinkan laporan keuangan untuk
menampilkan aspek ekonomi dimana pengguna informasi laporan keuangan dapat
memahami informasi yang disajikan. Sedangkan transparansi informasi non keuangan
yaitu keseimbangan, komparabilitas, akurasi, tepat waktu, kejelasan dan keandalan.
Dalam konteks transparansi, menyediakan informasi yang tidak memadai dapat dianggap
sebagai sebuah kesalahan.
Definisi transparansi menekankan pentingnya visibilitas. Pengungkapan sebuah
informasi dapat menentukan transparansi dan keandalan sebuah laporan keuangan.
William (2005) mendefinisikan transparansi dengan menggunakan 3 pendekatan:
relevan, tepat waktu dan keandalan. Sementara Dubbink et.all (2008) mendefinisikan
transparansi memiliki karakteristik: efektivitas (berhubungan positif dengan kualitas),
kebebasan dan kebajikan (terkait dengan komunikasi publik, etika) dan kepercayaan
terhadap organisasi. Dalam penelitiannya, transparansi sering digambarkan sebagai
komunikasi yang teliti, ketidakberpihakan, dan jauh dari manipulasi. Tujuan utama dari
transparansi adalah komunikasi dan keterbukaan (Barth, 2013).
Demikian pula, transparansi sering digambarkan sebagai komunikasi yang teliti,
bertentangan dengan keberpihakan dan manipulasi. Transparansi secara umum diakui
sebagai aksesibilitas informasi keuangan dan non-keuangan untuk pengguna eksternal
(Bushman et al., 2004). Oleh karena itu, kegiatan subyek transparansi tergantung pada

13
informasi, antara lain: informasi finansial dan nonfinansial, pengungkapan tanggung
jawab keuangan dan sosial, laporan tahunan, situs internet, saluran komunikasi,
penyebaran informasi, dan lain-lain. Transparansi menentukan mekanisme akuntabilitas.
Sistem transparansi membantu meningkatkan kualitas pelaporan keuangan dan
mekanisme akuntabilitas.

2.1.3 Teori Akuntabilitas dan Transparansi Dalam Perspektif Islam


Salah satu tema menarik dalam diskursus ilmu pemerintahan dan kebijakan publik adalah
mengenai pemerintahan yang baik dan bersih (Good and Clean Governance). Dilihat dari
dimensi yuridis, sosiologis dan filosofis, pemerintahan yang bersih merupakan tema yang
sangat urgent. Tidak hanya pada tataran diskusi dan konseptual, namun dipandang perlu
untuk diimplementasikan dan diwujudkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Meskipun demikian, diskursus mengenai kriteria penilaian dan standar keberhasilan
pemerintahan yang baik dan bersih menjadi perkara yang tidak mudah. Kondisi sosio-
ekonomi serta momentum politik yang berbeda seringkali menjadi hambatan dalam
menentukan dan menyepakati subtema ini. Salah satu tema sentral Good and Clean
Governance adalah transparansi dan akuntabilitas.

Secara lebih mudah, transparansi berarti keterbukaan dalam proses perencanaan,


penyusunan dan pelaksanaan anggaran. Adapun Edah Jubaedah menyatakan bahwa
transparansi atau keterbukaan adalah prinsip untuk membuka diri terhadap hak
masyarakat untuk memperoleh akses informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif
tentang penyelenggaraan organisasi dengan memperhatikan perlindungan hak atas
pribadi, golongan dan rahasia negara. (Edah Jubaedah, 2008: 20) Hal ini berarti bahwa
transparansi sangat menuntut nilai-nilai kejujuran atas setiap informasi dalam sebuah
lembaga perusahaan. Nilai inilah yang kemudian dikenal dengan istilah transparansi.

Meskipun tidak dijelaskan secara eksplisit tentang implementasi


transparansi pada pemerintahan, namun Al-Qur’an menjelaskan bagaimana pemerintahan
seharusnya dijalankan dalam menciptakan transparansi. Sebenarnya, konsep ini tidak
hanya diaplikasikan pada pemerintahan saja, melainkan seharusnya pada setiap
organisasi. Diantara nilai-nilai yang berkaitan dengan hal ini antara lain
konsep transparency, accountability, justice dan equity. Diantara ayat-ayat tersebut
adalah QS. al-Baqarah/2: 282, al-Isra’/17: 35, al-Muthaffifin/83: 1-5. Secara khusus,

14
surah al-Baqarah/2: 282 adalah ayat terpanjang di dalam al-Qur’an yang menjelaskan
mengenai keterbukaan dan akuntabilitas. Memperhatikan transparansi sangat ditekankan
oleh Allah SWT.

ۡۡ‫اسۡ َيستَوفُونَ ۡۡ۝ ۡۡ َو ِّإذَاۡ َكالُوهُم‬


ِّ َّ‫علَىۡٱلن‬ َ ْۡ‫۝ۡۡۡٱلَّذِّينَ ۡ ِّإذَاۡٱكتَالُوا‬ َ ‫ل ِّۡلل ُم‬ٞ ۡ‫َوي‬
١ َۡۡ‫ط ِّف ِّفين‬
َٰٓ
‫۝‬ َ ۡ‫ظ ُّنۡأ ُ ْولَئِّكَ ۡأَنَّ ُهمۡ َّمبعُوثُونَ ۡۡ۝ۡۡۡ ِّليَو ٍم‬
٥ ۡ‫ع ِّظ ٖيم‬ ُ َ‫۝ۡۡأَ ََلۡي‬
٣ َۡۡ‫وۡوزَ ۡنُوهُمۡيُخس ُِّرون‬ َّ َ‫أ‬
Artinya: “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (yaitu)
orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka
minta dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk
orang lain, mereka mengurangi. Tidaklah orang-orang itu menyangka,
bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan. Pada suatu hari yang
besar.”

Nilai utama transparansi adalah kejujuran atas setiap aktivitas yang dilaksanakan
di dalam organisasi. Berkaitan dengan ini, Allah menyebut dalam surat Al-Is’ra/17: 35:

َ ‫ۡوأَح‬
٣٥ ۡۡ‫س ُنۡتَأ ِّو ايٗل‬
‫۝‬ َ ‫ر‬ٞ ‫اسۡٱل ُمسۡتَ ِّق ِِّۚيمۡذَلِّكَ ۡخَي‬
ِّ ‫ط‬ َ ‫َوأَوفُواْۡٱل َكيلَۡإِّذَاۡ ِّكلتُم‬
َ ‫ۡو ِّزۡنُواْۡبِّۡٱل ِّقس‬

Artinya: “Sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan


timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu)
dan lebih baik akibatnya.”

Bagaimana gambaran Islam mengenai transparansi, terlihat dari pola dan


karakteristik kepribadian Rasulullah SAW, yaitu: Sidiq (Honest), Tabligh (Reportable),
Amanah (Trust) dan Fathanah (Insight). Secara lebih lanjut, Syafii Antonio menjelaskan
mengenai hal ini: (Antonio, 2002: 196)

a. Benar (Sidiq), nilai dasarnya adalah integritas. Nilai-nilai dalam bisnis terlihat
dari kejujuran, ikhlas, terjamin, keseimbangan emosional.
b. Tabligh, nilai dasarnya adalah komunikatif. Dalam dunia bisnis terlihat dari sikap
supel, penjual yang gigih, deskripsi tugas, delegasi wewenang, kerja tim,
koordinasi, ada kendali dan supervisi.
c. Amanah, nilai dasarnya terpercaya. Dalam bisnis terungkap dari adanya
kepercayaan, tanggung jawab, transparan dan tepat waktu.

15
d. Cerdas (Fathanah), nilai dasarnya adalah memiliki ilmu pengetahuan yang luas,
nilai nilai dalam bisnisnya ialah memiliki visi, pemimpin yang cerdas.

Dalam lintasan sejarah, Abu Bakar r.a. telah memberikan contoh terbaik terkait
dengan hal, sebagaimana yang dirawikan oleh Sayyidah ‘Aisyah r.a. berikut ini:

َ ْۡ‫ِّيق ۡۡلَقَد‬
ۡ‫ع ِّل َم ۡقَ ْو ِّمي‬ ُ ‫ۡالصد‬ ِّ ‫ف ۡأَبُوۡ َب ْك ٍر‬ َ ‫ت ۡلَ َّماۡا ْست ُ ْخ ِّل‬
ْ َ‫ع ْن َهاۡقَال‬ ُ َّ ‫ي‬
َ ۡ ‫َّۡللا‬ َ ‫ض‬ ِّ ‫ۡر‬َ َ‫شة‬
َ ‫عا ِّئ‬َ ۡ ‫أَ َّن‬
ۡ ‫سيَأْ ُكلُۡآل‬
ۡ‫ُۡأَ ِّبي‬ َ َ‫سِّۡل ِّۡمينَ ۡف‬ ْ ‫ش ِّغ ْلتُ ۡ ِّبأ َ ْم ِّر‬
ْۡ ‫ۡال ُم‬ ُ ‫يۡو‬ َ ‫ع ْنۡ َمئُونَ ِّةۡأَ ْهِّۡل‬ ِّ ‫أَ َّن‬
َ ۡ‫ۡح ْرفَتِّيۡلَ ْمۡتَ ُك ْنۡتَ ْع ِّج ُز‬
.ۡ‫فۡ ِّل ْل ُم ْس ِّل ِّمينَ ۡ ِّفي ِّه‬
ُ ‫ۡو َيحْ ت َِّر‬ ْ َ‫ۡم ْنۡ َهذ‬
َ ‫اۡال َما ِّل‬ ِّ ‫َب ْك ٍر‬
Artinya: Bahwa 'Aisyah r.a berkata: Ketika Abu Bakar Sh-Shiddiq
diangkat menjadi khalifah ia berkata: "Kaumku telah mengetahui bahwa
keluargaku tidak akan kekurangan dari hasil pekerjaanku mencari nafkah.
Sementara saat ini aku disibukkan dengan urusan kaum muslimin (yang
membuatku tidak dapat bekerja untuk mereka). Oleh itu keluargaku akan
mengambil bagian dari harta (baitul mal) sedangkan dia juga bersungguh
bekerja untuk urusan Kaum Muslimin.” (H.R. al-Bukhari, no. hadist
1928).

Transparansi merupakan kondisi keterbukaan bagi semua tindakan dan kebijakan


yang diambil oleh pemegang otoritas. Dalam konteks pengelolaan zakat, otoritas yang
dimaksud adalah lembaga yang diberikan kewenangan oleh negara untuk melakukan
pengelolaan dana zakat, mulai penghimpunan, pengelolaan dan pendistribusian. Sesuai
dengan UU No. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, yang dimaksud dengan
Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) adalah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan
Lembaga Amil Zakat (LAZ).

Transparansi di bidang manajemen zakat berarti adanya keterbukaan dalam


mengelola dana zakat yang dihimpun dari para muzakki yang menyangkut
penghimpunan, pengelolaan dan pendistribusian. Dalam bidang keuangan zakat,
transparansi dapat dipahami sebagai keterbukaan sumber keuangan, jumlah, rincian
penggunaan, dan pertanggungjawabannya. Semua hal ini dilakukan agar semua aktifitas
dapat diketahui dan dipertanggungjawabkan di hadapan pemangku kepentingan
(stakeholders) yang meliputi muzakki, otoritas dan publik secara umum. Prinsip
transparansi menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah dan masyarakat

16
melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi
yang akurat dan memadai.

Akuntabilitas adalah istilah yang dikenal dalam Administrasi Negara Republik


Indonesia. Bahkan istilah ini menjadi landasan historis dan filosofis pembentukan
Undang-undang No. 28 tahun tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas
dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Sejalan dengan semangat ini, Kamus Besar Bahasa
Indonesia menyebutkan bahwa akuntabilitas terkait dengan hal-hal yang bertanggung
jawab atau keadaan yang bisa dimintai pertanggungjawabannya. (KBBI, hal. 33)

Akuntabilitas menggambarkan satu kondisi di mana pemegang amanah dapat


mempertanggungjawabkan segala amanah kepada pemberi amanah. Menurut nilai Islam,
pada hakikatnya pemberi amanah adalah Allah SWT. Bagi seorang pemimpin, sebelum
ia mempertanggung jawab-kan kepemimpinannya di hadapan manusia, sesungguhnya ia
bertanggung jawab kepada Allah SWT. Hal ini karena Allah SWT adalah yang memberi
amanah, Ia juga yang melantik manusia menjadi khalifah di atas muka bumi. Dengan
demikian akuntabilitas dalam Islam bukan sekedar terkait hubungan sesama anak
manusia (between employee and employer), melainkan bentuk pertanggungjawaban
vertikal dengan Sang Pencipta.

Dari segi akuntansi, akuntabilitas adalah upaya untuk menghasilkan


pengungkapan yang benar melalui proses akuntansi. Pada hakikatnya
pertanggungjawaban tersebut ditujukan kepada Allah SWT sebagai pemberi amanah
agung dan kepada sesama manusia sebagai pemangku kepentingan (stakeholder).
Pengungkapan kepada manusia dapat dilakukan melalui laporan pertanggungjawaban
baik berupa laporan keuangan maupun laporan pelaksanaan kegiatan. Berikut ini nilai
mulia yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dalam konteks kerja organisasi:

ۡ‫ۡ َم ِّن ۡا ْستَ ْع َم ْلنَاۡهُ ۡ ِّمْۡن ُك ْۡم‬:ُ‫هللا ۡيَقُ ْول‬


ِّ ۡ ‫س ْو َل‬ ُ ‫ۡر‬ َ ُ‫س ِّم ْعت‬ ْ ‫ع ِّمي َْرة‬
َ ۡ:َ‫َۡال ِّك ْندِّي ِّۡقَال‬ َ ۡ ‫ع ْن ۡ َعدِّي ِّۡب ِّْن‬
َ
َ َ‫ۡفَق‬:َ‫غ َٗل ًماۡ َيأْ ِّت ْيۡ ِّب ِّهۡ َي ْو َمۡ ْال ِّق َيا َم ِّةۡقَال‬
ۡ‫امۡ ِّإلَ ْي ِّه‬ ُ ۡ َ‫طاۡفَ َماۡفَ ْوقَهُۡ َكان‬ً ‫َاۡمحْ َي‬
ِّ ‫ع َم ٍلۡفَ َكتَ ْمن‬ َ ۡ‫علَى‬ َ
ۡ َ‫ع َملَك‬ َ ۡ ‫ۡا ْقبَ ْل‬،‫هللا‬
َ ۡ ‫عنِّ ْي‬ ِّ ۡ ‫س ْو َل‬ ُ ‫ار ۡ َكأَنِّ ْي ۡأَ ْن‬
َ َ‫ۡي‬:َ‫ظ ُرۡ ِّإلَ ْي ِّه ۡفَقَال‬
ُ ‫اۡر‬ َ ‫ۡاْل َ ْن‬
ِّ ‫ص‬ ِّ ‫َر ُجلٌۡأَس َْود‬
ْ َ‫ٌۡمن‬
ُۡ‫ُۡاْلنَ ۡ َم ِّن ۡا ْسۡتَ ْع َم ْلنَاه‬
ْ ‫ۡو ۡأَنَاۡأَقُ ْولُه‬ َ َ‫س ِّم ْعتُكَ ۡتَقُ ْو ُل ۡ َكذ‬
َ ‫اۡو ۡ َكذَاۡقَا َل‬ َ ۡ:َ‫ۡو َما ۡلَكَۡ؟ۡقَال‬:َ‫قَال‬

17
ۡ.‫ع ْنهُۡا ْنتَ َهى‬ َ َ‫ۡم ْنهُۡأَ َخذ‬ ُ َ ‫ع َم ٍل ۡفَ ْل َي ِّج ْئ ۡ ِّبقَ ِّل ْي ِّل ِّه‬
َ ۡ‫علَى‬
َ ۡ ‫ِّم ْن ُك ْم‬
َ ‫ۡو ۡ َماۡنُ ِّه‬
َ ۡ‫ي‬ َ ِّ‫ۡو ۡ َكثِّي ِّْرهِّۡفَ َماۡأ ْوت‬
ِّ ‫ي‬
.ۡ)‫(رواهۡمسلم‬
Artinya: “Dari ‘Adi bin ‘Amirah al-Kindi berkata, aku mendengar
Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Barang siapa yang aku pekerjakan di antara
kamu atas suatu pekerjaan, kemudian menyembunyikan jarum jahit
bahkan yang lebih kecil dari itu, maka hal itu termasuk korupsi dan
(balasannya) akan datang di hari kiamat.” Ia berkata: “Ada orang
Anshar yang berkulit hitam berdiri, seakan-akan saya memandangnya,
dan ia berkata: “Wahai Rasulullah, terimalah saya bekerja.” Rasul
menjawab: “Aku mendengar engkau mengatakan begini dan begini”
Maka Rasul berkata: “Sekarang aku ingin berkata: barang siapa yang aku
perintahkan mengerjakan suatu pekerjaan, hendaklah ia menyerahkannya
semuanya; sedikit dan banyaknya. Aapa yang diberikan ambil, dan yang
dilarang tinggalkan.” (H.R. Muslim, no. hadits 3415).

Akuntabilitas diperlukan dalam berbagai jenis aktivitas, termasuk organisasi


pengelola zakat. Dengan demikian akuntabilitas merupakan bentuk pertanggungjawaban
dari pemegang amanah lembaga zakat kepada pemberi amanah yaitu para muzakki,
otoritas dan publik secara umum. Akuntabilitas akan menutup kecurigaan dan
menghadirkan rasa nyaman pada seluruh lini organisasi. Akuntabilitas akan mengurangi
rasa tidak percaya masyarakat yang berada diluar manajemen dalam hal ini adalah
muzakki. Sehingga dengan adanya akuntabilitas mampu memberikan dampak yang baik
dari para muzakki terhadap objek (lembaga), maka akan berpengaruh pula pada minat
para muzakki untuk berzakat (menentukan pilihan) pada lembaga zakat.
Akuntabilitas diinterpretasikan sebagai kebutuhan atas keandalan dan kesahihan
pelaporan, baik pelaporan keuangan maupun non keuangan. Akuntabilitas sebuah
lembaga zakat sebagai lembaga non-profit merupakan suatu keharusan yang diatur dalam
syariah. Transparansi pelaporan keuangan berarti pengungkapan kinerja keuangan
kepada para pemangku kepentingan secara tuntas dan jelas, mudah dipahami dan mudah
diakses. Transparansi keuangan berarti bahwa pelaporan keuangan benar dan reliabel
(Turegun, 2018) dengan merujuk pada standar akuntansi keuangan yang berlaku dan
diterapkan secara umum.

18
Konsep transparansi mempengaruhi tata cara pelaporan akuntansi keuangan
Islam. Terdapat dua kriteria utama dalam pengungkapan pelaporan akuntansi Islam antara
lain persepsi akuntabilitas sosial dan aturan mengenai pengungkapan. Akuntabilitas
dalam Islam terbagi dalam dua arah, yakni akuntabilitas dihadapan Allah (habluminallah)
dan akuntabilitas di hadapan manusia (hablumminannas).
Akuntabilitas dan transparansi bagi organisasi pengelola zakat mengacu pada
Zakat Core Principles. Zakat Core Principles No.17 tentang Disclosure and
Transparency mewajibkan dilakukannya publikasi atas informasi pelaporan yang mudah
diakses serta menggambarkan kondisi dan performa pengelolaan zakat secara riil.
Regulasi mewajibkan publikasi atas pelaporan konsolidasi secara periodik baik informasi
kuantitatif maupun kualitatif terkait performa keuangan, aktivitas penyaluran, kebijakan
akuntansi, manajemen dan pengelolaan amil, termasuk kepatuhan terhadap standar yang
berlaku.

2.2 Penelitian Sebelumnya


Penelitian mengenai Web based Accountability pada organisasi non profit dilakukan oleh
Saxton & Guo (2017) dengan menggunakan 2 dimensi yaitu pengungkapan (disclosure)
dan komunikasi (dialogue). Dimensi pengungkapan (disclosure) memiliki 2 indikator
antara lain pengungkapan kinerja (disclosure of performance) dan pengungkapan
keuangan (disclosure of finances). Untuk dimensi dialogue, Saxton & Guo membaginya
dalam 2 indikator antara lain masukan para pemangku kepentingan dan komunikasi
interaktif dua arah antara pemangku kepentingan dengan organisasi.
Sejalan dengan itu (Dumont, 2013) mengukur Web based Accountability
organisasi non profit dengan menggunakan NPVAI (Non Profit Virtual Accountability
Index). Dalam indeks ini, terdapat 5 komponen kunci dalam mengukur web based
accountability lembaga non profit. Antara lain: accessibility, engagement, performance,
governance, dan mission. (Tremblay-Boire, 2015) mengukur indeks akuntabilitas
lembaga non profit dengan menggunakan CSR dan reporting standards dari The Global
Reporting Index (GRI).
Penelitian mengenai transparansi dilakukan oleh Bushman et al. (2004) dengan
menggunakan tiga elemen antara lain: pelaporan perusahaan, informasi pribadi dan
komunikasi, dan penyebaran informasi. Barth dan Schipper (2008) menetapkan bahwa

19
ada beberapa pendekatan untuk mengukur transparansi, antara lain analisis pasar, persepsi
dan analisis akuntansi. Bandsuch et al. (2008) mempresentasikan model tata kelola
perusahaan yang dirancang untuk membantu meningkatkan level kepercayaan.
Sedangkan, Behn et al. (2010) melakukan penelitian eksplorasi yang menyelidiki
faktor penentu transparansi dalam organisasi nirlaba dengan mengembangkan model
untuk mengukur faktor-faktor teridentifikasi mana yang terkait dengan transparansi yang
lebih besar di sektor nirlaba. Faktor-faktor yang termasuk dalam model penelitiannya
antara lain: Rasio total liabilitas akhir tahun terhadap aset akhir tahun, rasio kontribusi
terhadap total pendapatan, rasio total kompensasi pejabat dan direktur terhadap total
pendapatan, Atribut jika suatu organisasi diklasifikasikan sebagai perguruan tinggi, log
total aset pada akhir tahun.
Di tahun 2018 lalu, AAOIFI mengeluarkan eksposure draft Governance Standard
No. 10 mengenai Shariah Compliance and Fiduciary rating dalam rangka meningkatkan
level transparansi pada standar pelaporan lembaga keuangan Islam. Parameter yang
digunakan dalam standar ini antara lain: kepatuhan prinsip-prinsip dan peraturan syariah,
kerangka manajemen, praktek good governance, transparansi dan pengungkapan, etika
dan nilai, tanggungjawab dan kinerja sosial. Skor yang diberikan dalam Shariah
Compliance and Fiduciary rating yang diterbitkan oleh AAOIFI adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Shariah Compliance and Fiduciary rating - AAOIFI

Ratings Skor Statement


iAAA > 90 Excellent
iAA 80-89 Very Good
iA 70-79 Good
iBB 60-69 Highly satisfaction
iB 50-59 Reasonable
iC <50 Unsatisfactory
Sumber: Governance Standar Islamic Financial Institution NO. 10. AAOIFI

2.3 Kerangka Penelitian


Berdasarkan hasil kajian studi pustaka, maka pada tahap awal dibangunlah kerangka
penelitian yang digunakan dalam kajian Indeks Transparansi OPZ. Referensi utama yang
dijadikan rujukan dalam penyusunan indikator-indikator yang relevan dalam Indeks
Transparansi OPZ bersumber dari dua rujukan utama yaitu Zakat Core Principles (ZCP)

20
dan jua beberapa kajian terkait transparansi di lembaga keuangan syariah khususnya di
lembaga non-profit.

Dalam kerangka penelitian Indeks Transparansi OPZ, terdapat tiga dimensi usulan
untuk mengukur tingkat transparansi di OPZ yaitu dimensi transparansi keuangan,
transparansi manajemen dan juga transparansi program pengumpulan dan penyaluran
dana zakat di OPZ. Kemudian, dari dimensi-dimensi tersebut akan diturunkan menjadi
beberapa variabel dan juga indikator yang akan didiskusikan lebih lanjut bersama para
pakar zakat. Adapun kerangka penelitian Indeks Transparansi OPZ dapat dilihat pada
gambar 2.1 berikut:

Transparansi
Keuangan
Zakat Core
Principles

Kajian Indeks Indikator


Transparansi
Transparansi yang
Manajemen
OPZ relevan
Kajian
Transparansi di
Lembaga Non-
Profit Transparansi
Program

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian Indeks Transparansi OPZ

21
3. DATA DAN METODOLOGI

3.1 Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data primer: data primer yang digunakan ada dua macam. Yang pertama adalah
data primer yang berasal dari pendapat para pakar atas Forum Diskusi Terfokus
ketika membangun dimensi penyusun indeks transparansi. Data primer kedua
adalah hasil wawancara terstruktur pada lembaga zakat yang diteliti ketika
indeks transparansi keuangan di implementasikan.
b. Data sekunder: data sekunder yang digunakan adalah laporan keuangan lembaga
zakat yang diteliti. Sumber data diperoleh dari website maupun hasil audit
internal lembaga zakat.

3.2 Metodologi Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk membangun indeks transparansi lembaga zakat. Dalam
membangun indeks transparansi ini ditentukan Dimensi, Indikator dan variabel
berdasarkan kajian literatur review yang telah dilakukan oleh Tim Pusat Kajian Strategis
BAZNAS. Kemudian hasil kajian tersebut dimatangkan dalam Forum Diskusi Terfokus
bersama para pakar.

Kajian indeks transparansi lembaga zakat ini merupakan kajian berbasis mixed
method, dengan menggabungkan metode kualitatif dan kuantitatif. Untuk membangun
expert judgement dalam menyusun variabel-variabel indeks transparansi dilakukan
Forum Diskusi Terfokus bersama para ahli bidang zakat. Sedangkan, Metode Simple
Additive Weighting (SAW) digunakan sebagai metode perhitungan indeks transparansi
lembaga zakat. Metode Simple Additive Weighting (SAW) adalah metode pengambilan
atribut ganda, dimana bobot pada setiap dimensi yang telah ditentukan dikalikan pada
setiap bobot variabel, kemudian dijumlahkan.

3.3 Tahapan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk membangun sebuah indeks transparansi yang dapat
dijadikan sebagai alat ukur tingkat transparansi sebuah lembaga zakat. Alat ukur tersebut
dituangkan dalam dimensi, indikator dan variabel penyusun indeks.

22
Tahap penelitian dimulai dengan literature review atau desk study dari beberapa
penelitian terdahulu yang sejenis untuk menciptakan dimensi-dimensi penyusun indeks.
Dimensi ini merupakan komponen penyusun yang bersifat paling luas, dimensi
selanjutnya dijabarkan dalam variabel dan indikator.

Tahap berikutnya adalah memberikan bobot pada masing-masing dimensi


penyusun indeks. Setelah itu dilakukan Forum Diskusi Terfokus dengan beberapa para
pakar. Setelah didapatkan seluruh komponen pembentuk indeks selanjutnya menentukan
metode kuantitatif untuk menghitung indeks.

FGD
- FGD I : menggali
Literatur Review informasi dari praktisi Perhitungan Index
- menganalisis zakat - menghitung index
penelitian terdahulu - FGD II : menajamkan transparansi dengan
-merancang dimensi dan variabel Metode Simple
komponen indeks penyusun index Weighted Index
-FGD III : expert
judgement

Gambar 3.1 Tahapan Penelitian Indeks Transparansi OPZ

23
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bagian ini akan membahas tentang hasil kajian Indeks Transparansi OPZ yang terdiri dari
pembahasan tentang komponen indikator yang menyusun Indeks Transparansi OPZ, hasil
pembobotan yang telah ditentukan oleh para pakar yang menjadi responden dalam
penelitian ini dan yang terakhir pembahasan mengenai rentang nilai serta kategori
penilaian pada hasil pengukuran Indeks Transparansi OPZ.

4.1. Indikator Penyusun Indeks Transparansi OPZ


Setelah melalui beberapa proses penelitian baik itu melalui studi pustaka dan diskusi
terarah dengan para pakar zakat, maka hasil kajian ini menghasilkan dimensi, variabel
serta indikator yang menjadi komponen penyusun Indeks Transparansi OPZ sebagaimana
berikut:
Tabel 4.1 Dimensi, Variabel dan Indikator Indeks Transparansi OPZ

No. Dimensi Variabel Indikator


Publikasi Laporan Laporan Website
Keuangan (X1.1) Publikasi Media Massa
1 Transparansi Penggunaan Sistem Informasi dan
Keuangan Laporan Keuangan Manajemen BAZNAS (SIMBA)
(X1) (X1.2) Ketepatan Waktu Pelaporan
Opini Auditor Independen
Terdapat Standar Operasional
Prosedur (SOP) dan Standar ISO
Tata Kelola (X2.1)
Rencana Strategis
Rencana Kerja Anggaran Tahunan
Transparansi Struktur Organisasi Struktur Organisasi: Profil
Manajemen (X2.2) manajemen, profil member, sistem
2 (X2) kepegawaian.
Portal Informasi dan Ketersediaan Portal Informasi dan
Dokumentasi (PID) Dokumentasi Publik (PID)
(X2.3)
Saluran Pengaduan Terdapat Sistem Saluran Pengaduan
(X2.4)
Aktivitas Real-time Aktivitas Penghimpunan (Real-time)
(X3.1) Aktivitas Penyaluran (Real-time)
Database Muzaki & Database Muzaki Individu
3 Transparansi Mustahik (X3.2) Database Muzaki Badan
Program (X3) Database Mustahik
Data Program Data Penghimpunan
Penghimpunan dan Data Penyaluran
Penyaluran (X3.3)

Sumber: Dokumen Penulis

24
Secara umum, dalam Indeks Transparansi OPZ terdapat 3 dimensi utama, 9
variabel dan 18 indikator yang menjadi komponen pengukuran dalam Indeks. Tiga
indikator yang menjadi komponen penyusun indeks adalah dimensi transparansi
keuangan, dimensi transparansi manajemen dan dimensi transparansi program.
Dalam dimensi transparansi keuangan terdapat dua variabel utama yaitu publikasi
laporan keuangan dan kualitas dari laporan keuangan itu sendiri. Dari kedua variabel
tersebut terbagi ke lima indikator yaitu indikator laporan keuangan berbasiskan website
dan frekuensi publikasi laporan keuangan melalui media massa. Kemudian indikator yang
lain adalah penggunaaan sistem informasi dan manajemen BAZNAS (SIMBA), ketepatan
waktu pelaporan dan juga opini yang diberikan oleh auditor independen mengenai
kualitas laporan keuangan OPZ.
Selanjutnya, untuk dimensi transparansi manajemen terbagi kepada empat
variabel yaitu variabel tata kelola OPZ, struktur organisasi OPZ, Portal Informasi dan
Dokumentasi (PID) OPZ dan juga saluran pengaduan. Kemudian untuk variabel pertama
dibagi ke beberapa indikator yaitu ketersediaan standar operasional prosedur (SOP) dan
standar ISO, ketersediaan rencana strategis (Renstra), dan ketersediaan rencana kerja
anggaran tahunan (RKAT). Untuk variabel kedua, ketiga dan keempat masing-masing
terbagi ke dalam satu indikator yaitu ketersediaan struktur organisasi (profil komisioner,
profil manajemen dan sistem kepegawaian), ketersediaan sistem PID dan kepemilikan
sistem saluran pengaduan.
Kemudian untuk dimensi ketiga yaitu dimensi transparansi program terbagi ke
dalam tiga variabel yaitu variabel aktivitas real-time dalam OPZ, database muzaki dan
mustahik serta variabel data program penghimpunan dan penyaluran di OPZ. Terdapat
dua indikator yang merepresentasikan variabel pertama yaitu aktivitas penghimpunan dan
penyaluran secara real-time. Untuk variabel kedua direpresentasikan oleh tiga indikator
yaitu indikator kepemilikan database muzaki individu, muzaki badan dan mustahik. Lebih
lanjut, variabel ketiga direpresentasikan oleh dua indikator yaitu indikator data
penghimpunan dan data penyaluran dana zakat.

4.2. Legitimasi Ilmiah Dimensi dan Variabel Indeks Transparansi OPZ


Hasil temuan kajian berupa dimensi, variabel dan indikator-indikator dalam Indeks
Transparansi OPZ juga selaras dengan dokumen standar internasional dan penelitian-

25
penelitian yang relevan dengan permasalahan transparansi sebagaimana berikut:

Tabel 4.2 Legitimasi Ilmiah pada Komponen Penyusun Indeks Transparansi OPZ

No. Dimensi Variabel Legitimasi Ilmiah


Publikasi Laporan • Zakat Core Principle No.
Keuangan (X1.1) 17 Disclosure and
1 Transparansi Transparency
Keuangan (X1) Laporan Keuangan (X1.2)
• Fernando, N. (2018)
Tata Kelola (X2.1)
Zakat Core Principles No.8
Struktur Organisasi
Good Amil Governance
(X2.2)
Portal Informasi dan UU No. 14 Tahun 2008
Transparansi Dokumentasi (PID) tentang Keterbukaan Informasi
Manajemen (X2.3) Publik
2 (X2) Saluran Pengaduan (X2.4) Zakat Core Principles No. 5
Supervisory Technique and
tools
Aktivitas Real-time (X3.1) Zakat Core Principles No. 5
Database Muzaki & Supervisory Technique and
Mustahik (X3.2) tools
Transparansi Data Program Zakat Core Principles No. 9
3 Program (X3) Penghimpunan dan Collection Management
Penyaluran (X3.3) Zakat Core Principles No. 10
Disbursement Management
Sumber: Dokumen Penulis

4.2.1 Dimensi Transparansi Keuangan


Laporan keuangan memiliki peran penting dalam menentukan tingkat transparansi
(Fernando, 2018). Pengungkapan keuangan terkait aspek transparansi ditentukan oleh
pengakuan dan pengukuran transaksi keuangan berdasarkan standar akuntansi yang
berlaku, ketepatan waktu pelaporan dan kualitas sistem audit terkait pengungkapan dan
pelaporan keuangan.
IFRS digunakan oleh lembaga zakat sebagai referensi standar pelaporan
keuangan di Indonesia. Standar akuntansi IFRS telah diadopsi oleh beberapa negara dan
telah diadopsi Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(Pamuncak, Possumah, & Halim, 2018).

26
4.2.2 Dimensi Transparansi Manajemen
Variabel-variabel dalam transparansi manajemen mencakup Standard operating
procedure penggunaan sertifikasi ISO. Sedikitnya terdapat 4 sertifikasi ISO yang
diharapkan diberlakukan oleh lembaga zakat dalam menjaga tata kelola operasional yang
terstandar. Indikator lainnya adalah struktur organisasi manajemen, portal informasi dan
dokumentasi serta penerapan sistem saluran pengaduan dalam menjaga hubungan dan
keterbukaan dengan para pemangku kepentingan.

Indeks transparansi manajemen terkait dengan penerapan Zakat core principle No.
5, 8 dan 17 mengenai Good Amil Governance dan Disclosure Transparency. Selain
penerapan Zakat Core Principle, indeks transparansi manajemen juga merujuk pada UU
No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Dimana dalam Undang-
undang ini dijelaskan bahwa informasi publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh
setiap pengguna informasi. Menurut Undang-undang ini, adalah kewajiban sebuah badan
publik untuk menyediakan informasi publik yang akurat, benar dan tidak menyesatkan.

Sebagai bentuk implementasi Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang


Keterbukaan Informasi Publik, sekaligus mengkoordinasi pelaporan zakat nasional,
Divisi Teknologi Informasi dan pelaporan Badan Amil Zakat Nasional membangun
sebuah Portal Informasi dan Dokumentasi yang diberi nama “SIMBA” atau Sistem
Informasi BAZNAS. Aplikasi ini mengkoordinasi pelaporan zakat nasional yang dapat
diakses oleh lebih dari 500 BAZNAS Provinsi dan Kabupaten/Kota serta 40 LAZ di
seluruh Indonesia. Aplikasi Simba ditujukan bagi pengelolaan operasional zakat di
seluruh tanah air dengan sistem pelaporan yang terintegrasi.

Sistem aplikasi SIMBA mengkoordinasi penyusunan Rencana Kerja Anggaran


Tahunan (RKAT) sekaligus menganalisis realisasi pencapaian anggaran lembaga zakat di
seluruh Indonesia. Aplikasi ini secara nasional, mengkoordinasi sistem pelaporan zakat,
realisasi penghimpunan dan penyaluran zakat, serta kinerja operasional lembaga zakat.
Sistem pelaporan yang terkoordinasi secara detail pada aplikasi SIMBA bisa menjadi
salah satu indikator transparansi manajemen lembaga zakat jika aplikasi ini digunakan
secara tertib oleh lembaga zakat di Indonesia.

27
4.2.3 Dimensi Transparansi Program
Zakat Core Principles No. 5, 9 dan 10 mewajibkan pelaporan atas aktivitas penghimpunan
dan penyaluran realtime lembaga zakat. Berbeda dengan pengukuran transparansi
lembaga profit dan non profit lainnya, dalam indeks pengukuran lembaga zakat
memperhitungkan transparansi program untuk mengukur efektivitas pelaksanaan
program penghimpunan dan penyaluran secara realtime yang dilakukan oleh sebuah
lembaga zakat.

Lembaga zakat wajib memiliki database muzaki dan mustahik yang dikelola
secara baik. Database yang dimaksud mencakup muzaki individual atau muzaki badan,
maupun detail para mustahik dalam program penyaluran. Aktivitas realtime wajib
dilaporkan sekurang-kurangnya setiap bulan yang mencakup aktivitas penghimpunan dan
aktivitas penyaluran.

Transparansi Program merupakan bagian penting dari indeks transparansi


lembaga zakat karena menggambarkan kinerja penghimpunan dan penyaluran riil sebuah
lembaga zakat. Aplikasi SIMBA telah mengakomodir pelaporan operasional ini, sehingga
penggunaan aplikasi ini akan banyak membantu dalam mengukur indeks transparansi
lembaga zakat.

4.3. Nilai Pembobotan Dimensi dan Variabel Indeks Transparansi OPZ


Pembobotan nilai pada setiap komponen Indeks Transparansi OPZ baik itu pada dimensi
dan variabel menjadi sangat penting. Pembubuhan nilai bobot pada setiap dimensi dan
variabel diberikan oleh para pakar zakat. Total nilai pembobotan pada indeks
transparansi OPZ berada di angka minimum 0.00 dan angka maksimum 1.00. Nilai
pembobotan dengan angka mendekati nilai 1.00 menunjukan bahwa dimensi atau
variabel tersebut sangat diprioritaskan oleh para pakar. Adapun hasil nilai pembobotan
pada dimensi dan variabel Indeks Transparansi OPZ dapat dilihat sebagaimana berikut:

Tabel 4.3 Nilai Pembobotan pada Dimensi dan Variabel Indeks Transparansi OPZ

No. Dimensi Bobot Variabel Bobot Indikator


Publikasi Laporan Laporan Website
0.40
Keuangan (X1.1) Publikasi Media Massa
Transparansi
1 0.40 Penggunaan Sistem
Keuangan (X1) Laporan
0.60 Informasi dan Manajemen
Keuangan (X1.2)
BAZNAS (SIMBA)

28
No. Dimensi Bobot Variabel Bobot Indikator
Ketepatan Waktu Pelaporan
Opini Auditor Independen
TOTAL 1.00
Terdapat Standar
Operasional Prosedur (SOP)
dan Standar ISO
Tata Kelola (X2.1) 0.40
Rencana Strategis
Rencana Kerja Anggaran
Tahunan
Transparansi Struktur Struktur Organisasi: Profil
2 Manajemen 0.30 Organisasi 0.30 manajemen, profil member,
(X2) (X2.2) sistem kepegawaian.
Portal Informasi
Ketersediaan Portal
dan Dokumentasi
0.20 Informasi dan Dokumentasi
(PID)
Publik (PID)
(X2.3)
Saluran Terdapat Sistem Saluran
0.10
Pengaduan (X2.4) Pengaduan
Aktivitas Penghimpunan
Aktivitas Real- (Real-time)
0.30
time (X3.1) Aktivitas Penyaluran (Real-
time)
Database Muzaki Database Muzaki Individu
Transparansi
0.30 & Mustahik 0.30 Database Muzaki Badan
Program (X3)
(X3.2) Database Mustahik
3 Data Program Data Penghimpunan
Penghimpunan
0.40
dan Penyaluran Data Penyaluran
(X3.3)
Sumber: Dokumen Penulis

Tabel 4.3 mendeskripsikan nilai bobot yang diperoleh pada setiap dimensi dan
juga variabel indeks transparansi OPZ. Dimensi transparansi keuangan mendapatkan nilai
pembobotan sebesar 0.40. Dimensi transparansi manajemen mendapatkan nilai
pembobotan sebesar 0.30. Adapun dimensi transparansi program OPZ mendapatkan nilai
pembobotan sebesar 0.30.
Untuk variabel pada dimensi pertama yaitu variabel publikasi laporan keuangan
dan variabel laporan keuangan masing-masing mendapatkan nilai bobot sebesar 0.40 dan
0.60. Kemudian, untuk variabel pada dimensi kedua yaitu variabel hasil dari pemberian
nilai bobot pada setiap dimensi dan variabel tatakelola, struktur organisasi, PID dan
saluran pengaduan masing-masing mendapatkan nilai bobot sebesar 0.40, 0.30, 0.20 dan
0.10 dari nilai total 1. Selanjutnya, untuk variabel pada dimensi transparansi program
yaitu variabel aktivitas real-time, database muzaki dan mustahik serta data program

29
penghimpunan dan penyaluran masing-masing mendapatkan nilai bobot sebesar 0.30,
0.30 dan 0.40 dari nilai total 1.

4.4. Model dan Tahapan Penghitungan Indeks Transparansi OPZ


Model perhitungan indeks transparansi lembaga zakat dalam kajian adalah sebagai
berikut:
1. Membuat skoring skala likert dengan rentang 1-5, dimana 1 menggambarkan
kondisi paling buruk dan 5 adalah kondisi paling baik. Skoring ini dibuat untuk
keseluruhan variabel penyusun indeks transparansi. Detail skoring untuk setiap
variabel terdapat dalam lampiran.
2. Menghitung indeks setiap variabel, formula perhitungan indeks pada setiap
variabel adalah sebagai berikut :

Rumus 1 Indeks Transparansi Keuangan (I-TK01)

(01) = 𝐷11 𝑥𝑉11 𝑥𝑆 + 𝐷11 𝑥𝑉12 𝑥𝑆 atau, (01) = 𝐷11 (𝑉11𝑥𝑆 + 𝑉12 𝑥𝑆)

Dimana:
(01) Adalah dimensi Transparansi Keuangan
D11 adalah bobot 0.39 yang dibutuhkan ke dimensi 01
V11 adalah bobot 0.55 yang dibutuhkan ke variable 1 dimensi 01
V12 adalah bobot 0.45 yang dibutuhkan ke variable 2 dimensi 01
S adalah nilai skala likert diantara 1-5

𝐼𝑇𝐾1+𝐼𝑇𝐾2
Lebih lanjut I-TRANZ01 = 5
…….…….(1.1)

Dimana,
ITK1 = 𝐷11 𝑥𝑉11 𝑥𝑆 ………………………. …..(1.2)
ITK2 = 𝐷11 𝑥𝑉12 𝑥𝑆 ………………………. …..(1.3)

Rumus 2 Indeks Transparansi Manajemen (I-TM02)

(02) = 𝐷22 𝑥𝑉23 𝑥 𝑆 + 𝐷22 𝑥𝑉24 𝑥 𝑆 + 𝐷22 𝑥𝑉25 𝑥 𝑆 + 𝐷22 𝑥𝑉26 𝑥 𝑆 atau,

(02) = 𝐷22 (𝑉23 𝑥 𝑆 + 𝑉24 𝑥 𝑆 + 𝑉25 𝑥 𝑆 + 𝑉26 𝑥 𝑆 )

30
Dimana :
(02) Adalah dimensi Transparansi Manajemen
D22 adalah bobot 0.29 yang dibutuhkan ke dimensi 02
V23 adalah bobot 0.32 yang dibutuhkan ke variable 3 dimensi 02
V24 adalah bobot 0.23 yang dibutuhkan ke variable 4 dimensi 02
V25 adalah bobot 0.21 yang dibutuhkan ke variable 5 dimensi 02
V26 adalah bobot 0.24 yang dibutuhkan ke variable 6 dimensi 02
S adalah nilai skala likert diantara 1-5

𝐼𝑇𝑀3+𝐼𝑇𝑀4+𝐼𝑇𝑀5+𝐼𝑇𝑀6
Lebih lanjut I-TM02 = 5
…….(2.1)

Dimana,
ITM3 = 𝐷22 𝑥𝑉23 𝑥𝑆 ………………………. ……….(2.2)
ITM4 = 𝐷22 𝑥𝑉24 𝑥𝑆 ………………………. ……….(2.3)
ITM5 = 𝐷22 𝑥𝑉25 𝑥𝑆 …………………………….…..(2.4)
ITM6 = 𝐷22 𝑥𝑉26 𝑥𝑆 ………………………. ……….(2.5)

Rumus 3 Indeks Transparansi Program (I-TP03)

(03) = 𝐷33 𝑥𝑉37 𝑥 𝑆 + 𝐷33 𝑥𝑉38 𝑥 𝑆 + 𝐷33 𝑥𝑉39 𝑥 𝑆 atau,

(03) = 𝐷33 (𝑉37 𝑥 𝑆 + 𝑉38 𝑥 𝑆 + 𝑉39 𝑥 𝑆 )

Dimana :

(03) Adalah dimensi Transparansi Program


D33 adalah bobot 0.32 yang dibutuhkan ke dimensi 03

V37 adalah bobot 0.52 yang dibutuhkan ke variable 7 dimensi 03


V38 adalah bobot 0.23 yang dibutuhkan ke variable 8 dimensi 03
V39 adalah bobot 0.25 yang dibutuhkan ke variable 9 dimensi 03
S adalah nilai skala likert diantara 1-5

31
𝐼𝑇𝑃7+𝐼𝑇𝑃8+𝐼𝑇𝑃9
Lebih lanjut I-TP03 = ……............(3.1)
5

Dimana,
ITP7 = 𝐷33 𝑥𝑉37 𝑥𝑆 ………………………. ……….(3.2)
ITP8 = 𝐷33 𝑥𝑉38 𝑥𝑆 ………………………. ……….(3.3)
ITP9 = 𝐷33 𝑥𝑉39 𝑥𝑆 …………………………….…..(3.4)

Itranz = (I-TK01) + (I-TM02) + ( I-TP03)

4.5. Rentang Nilai dan Kategori Penilaian


Bagian ini akan membahas tentang kategori penilaian yang akan digunakan dalam
menentukan tingkat transparansi di OPZ menggunakan indeks transparansi OPZ. Adapun
kategori tersebut dapat dilihat sebagaimana berikut:

Tabel 4.4 Kategori Penilaian pada Indeks Transparansi OPZ

No. Skor Kriteria


a. 0.00 - 0.25 Tidak Transparan
b. 0.26 - 0.50 Kurang Transparan
c. 0.51 - 0.75 Cukup Transparan
d. 0.76 - 1.00 Transparan
Sumber: Dokumen Penulis

Secara umum, rentang nilai yang digunakan dalam kajian indeks transparansi
OPZ berada di antara 0.00 – 1.00 dimana semakin mendekati 1.00 maka semakin baik
praktik transparansi di sebuah OPZ. Kemudian, terdapat empat kategori penilaian yang
digunakan dalam menentukan tingkat transparansi pada indeks transparansi OPZ.

Jika rentang nilai yang didapatkan berada di antara 0.00 - 0.25 maka masuk dalam
kategori tidak transparan. Jika nilai indeks berada di antara angka 0.26 - 0.50 maka
termasuk dalam kategori kurang transparan. Kemudian, jika hasil pengukuran indeks
berada di rentang nilai 0.51 – 0.75, maka dikategorikan cukup transparan dan jika nilai
indeks berada di rentang nilai 0.76 – 1.00, maka praktik transparansi di OPZ dinilai sudah
transparan.

32
5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Sebagai lembaga yang mengelola dana publik, transparansi menjadi hal yang sangat
penting bagi organisasi pengelola zakat (OPZ). Namun, sampai saat ini stakeholder zakat
terutama otoritas zakat masih kesulitan dalam menilai tingkat transparansi secara
komprehensif. Puskas BAZNAS sebagai salah satu lembaga riset zakat terdepan telah
merancang sebuah metodologi untuk mengukur praktik tingkat transparansi secara akurat
dan komprehensif melalui Indeks Transparansi OPZ.

Indeks Transparansi OPZ adalah sebuah indikator yang dapat mengukur tingkat
transparansi secara menyeluruh dengan melihat tiga aspek penting yaitu transparansi di
pengelolaan keuangan, tata kelola dan manajemen serta transparansi dalam aspek
program pengumpulan dan penyaluran. Ketiga dimensi tersebut diturunkan ke dalam 9
variabel dan 18 indikator yang sangat relevan dalam menilai praktik transparansi di OPZ.
Hasil dari pengukuran menggunakan Indeks Transparansi OPZ dapat menjadi sebuah
feedback bagi stakeholder terkait.

Otoritas Zakat dapat menggunakan hasil pengukuran Indeks Transparansi OPZ


untuk mengevaluasi sejauh mana prinsip-prinsip transparansi telah diimplementasikan di
OPZ untuk kemudian otoritas zakat dapat mengeluarkan kebijakan yang tepat dalam
rangka mendukung pengelolaan zakat yang lebih transparan dan akuntabel. Kemudian,
bagi OPZ, hasil pengukuran menggunakan Indeks Transparansi OPZ dapat menjadi acuan
bagi OPZ terkait terkait sejauh mana praktik transparansi telah diterapkan untuk
kemudian dapat dilakukan evaluasi yang menyeluruh yang pada akhirnya dapat semakin
meningkatkan kepercayaan publik secara signifikan.

33
6. REFERENSI

Bank, W. (2000). Governance: The World Bank EXperience. www.worldbank.org.


Barth, e. a. (2013). Cost of capital and Earnings Transparency. Journal of Accounting and
Economics, 206-224.
Bovens, M. (2005). Public Accountability. The Oxford Handbook of Public Management,
Oxford: Oxford University Press.
Bukenya. (2014). Quality of Accounting Information and Financial Performance of
Uganda's Public Sector. American Journal of Research Communication, Vol. 24
(4).
Dumont, E. (2013). Nirlaba Virtual Accountability: An Index and Its Application. Nirlaba
and Voluntary Sector Quarterly, Vol. 42 (5), 1049-1067.
Fernando, N. (2018). Importance of Financial Reporting for Transparency. Daily FT.
Flannery & Thakor, A. (2006). Accounting, Transparency and bank stability. Journal of
Financial Intermediation Vol. 15, 281-284.
G.D Saxton and Guo, C. (2011). Accountability online: Understanding the Web-Based
Accountability practices in Nirlaba Organizations. Nirlaba and Voluntary Sector
Quarterly, Vo. 40(2), 270-295.
Healy & Palepu, K. (2001). Information Asymmetry, Corporate Disclosure, and Capital
Markets: A Review of The empirical Disclosure Literatur. Journal of Accounting
and Economics, 405-440.
Hutagalung, E. M. (2016). The Role of Fiscal Decentralization State Finance in order to
strengthen Regional Fiscal Capacity in Indonesia. International Journal of Social
Science, Vol. 44 (1).
Islamiyah, e. (2017). Public Sector's Managerial and Financial Accountability: A Study
of New Institutional Theory Perspective. The International Journal of Accounting
and Business Society.
Komaruddin, R. &. (2017). Disclosure of Web Based Accountability: Evidence From
Zakat INstitutions in Malaysia. 5th South East Asia International Islamic
Philanthropy Conference.
Pamuncak, M., Possumah, B., & Halim, Z. (2018). IFRS Based Zakat Reporting:
Adoption Rational Western Method Into Institutional Accountability. Ekonomika:
Journal of Islamic Economics and Business, 17-34.
Sasongko & Nurfadhilah, I. (2018). Web-Based Accountability in an Islamic Non-Profit
Organization: A Case Study of Badan Amil Zakat National in Indonesia.
Advances in Economics, Business and Management Research, Vo. 89 1st Asia
Pacific Business and Economics Conference (APBEC).

34
Sekreter, A. (2018). Importance of Transparency in Islamic Finance. Journal of Business
ISSN 2233-369X.
Setiyawati, H. (2013). The Effect of Internal Accountant's Competence, Manager's
Commitment to Organization and the Implementation of the Internal Control
System on the Quality of Financial Reporting. International Journal of Business
and Management Invention, Vol.2 (11) pp.19-27.
Srairi, S. (2019). Transparency and bank risk taking in GCC Islamic Banking. Borsa
Istanbul Review, S64-S74.
Tremblay-Boire, J. a. (2015). Accountability organization: Online Disclosure by U.S
Nonprofits. INternational Journal Voluntary Nonprofit Organizations, Vol 26 (2)
pp, 693-719.
Turegun, N. (2018). Ethical Awareness, Ethical Decision Making, and Transparency: A
Study on Turkish CPAs in Istanbul. http://dx.doi.org/10.5772/intechopen.76867,
Ozyegin University, Istanbul, Turkey.
Velayutham, S. &. (2004). the Influence of Emotions and Culture on Accountability and
Governance, Corporate Governance. International Journal of Business in Society,
Vo. 4, No.1 pp.52-64.
World Bank. (2000). Governance: The World Bank Experience. www.worldbank.org

35
Lampiran: Skala Likert Indeks Transparansi Lembaga Zakat

Skala Likert Pengukuran


No. Dimensi Variabel Indikator (1=sangat lemah, 2 = lemah, 3=cukup, 4 = kuat, 5 = sangat kuat)
1 2 3 4 5
1 Transparansi Publikasi Laporan melalui Tidak Melakukan Melakukan Melakukan Melakukan
keuangan Laporan Website melakukan Publikasi publikasi publikasi publikasi
(X1) Keuangan (X1.1) Publikasi laporan laporan laporan laporan
laporan keuangan keuangan keuangan keuangan
keuangan melalui website melalui website melalui website melalui website
melalui website sekurang- sekurang- sekurang- sekurang-
kurangnya 1 kurangnya kurangnya kurangnya
tahun sekali setiap 6 bulan setiap 3 bulan setiap bulan
sekali sekali
Publikasi Media Tidak Melakukan Melakukan Melakukan Melakukan
Massa melakukan publikasi publikasi publikasi publikasi
publikasi laporan laporan laporan laporan
laporan keuangan keuangan keuangan keuangan
keuangan baik melalui media melalui Media melalui media melalui media
melalui media massa sosial sosial dan massa, media
massa, maupun elektronik sosial dan
media elektronik.
elektronik
lainnya
Laporan Menggunakan Tidak - - - Menggunakan
Keuangan SIMBA Menggunakan SIMBA/Terkon
(X1.2) SIMBA eksi dengan
SIMBA

36
Ketepatan waktu Lembaga zakat Lembaga zakat Lembaga zakat Lembaga zakat Lembaga zakat
pelaporan tidak melakukan melakukan melakukan melakukan
melaporkan pelaporan tidak pelaporan tidak pelaporan tidak pelaporan tepat
tepat waktu, tepat waktu, tepat waktu, waktu.
terlambat dalam terlambat dalam terlambat dalam
kurun waktu 1 kurun waktu 6 kurun waktu 3
tahun bulan tahun
Opini Auditor Tidak Disclaimer Tidak Wajar Wajar Dengan Wajar
Independen dilakukan audit Pengecualian
eksternal
2 Transparansi Tata Kelola SOP dan ISO Tidak ada SOP Memiliki SOP Memiliki SOP Memiliki SOP Memiliki SOP
Manajemen (X2.1) yang di yang di yang di
(X2) standardisasikan standardisasikan standardisasikan
melalui 1 ISO melalui 2 ISO melalui 3 ISO
Rencana Strategis Tidak memiliki - Memiliki - Memiliki
Tahunan Rencana rencana strategis rencana strategis
Strategis dan tidak dan dilaporkan
dilaporkan ke ke BAZNAS
BAZNAS Pusat Pusat
Rencana Kerja Tidak memiliki Memiliki Memiliki Memiliki Memiliki
Anggaran Rencana Kerja Rencana Kerja Rencana Kerja Rencana Kerja Rencana Kerja
Tahunan Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Tahunan Tahunan yang Tahunan yang Tahunan yang Tahunan yang
tidak diturunkan diturunkan dari tidak diturunkan diturunkan dari
dari RENSTRA RENSTRA dan dari RENSTRA RENSTRA dan
dan tidak tidak dilaporkan dan dilaporkan dilaporkan ke
dilaporkan ke ke BAZNAS ke BAZNAS BAZNAS Pusat
BAZNAS Pusat Pusat Pusat

37
Struktur Struktur Tidak memiliki memiliki Visi Memiliki Visi Memiliki Visi Memiliki Visi
Organisasi Organisasi: Profil Visi dan Misi misi dan misi, struktur misi, struktur misi, struktur
(X2.2) manajemen, struktur organisasi dan organisasi dan organisasi dan
profil member, organisasi profile anggota profile anggota profile anggota
sistem namun tidak yang yang serta sistem
kepegawaian. terdokumentasi terdokumentasi terdokumentasi kepegawaian
yang
terdokumentasi
Portal Informasi Portal Informasi Tidak memiliki Tidak memiliki memiliki pejabat memiliki pejabat memiliki pejabat
dan Dokumentasi dan Dokumentasi pejabat PID pejabat PID, PID, namun PID, Portal PID, Portal
Publik Publik dan tidak namun memiliki tidak memiliki Informasi dan Informasi dan
(X2.3) memiliki portal portal informasi portal informasi Dokumentasi Dokumentasi
informasi dan dan dan Publik, namun Publik, dan
Dokumentasi Dokumentasi Dokumentasi tidak memiliki memberikan
Publik Publik Publik Informasi Publik Informasi Publik
yang update yang benar,
akurat, mudah
diakses dan up-
to date
Saluran Saluran Tidak ada - Terdapat saluran - Terdapat saluran
Pengaduan Pengaduan saluran pengaduan, pengaduan yang
(X2.4) pengaduan tetapi tidak diumumkan ke
diumumkan ke publik
publik
3 Transparansi Aktivitas Aktivitas Tidak Memutakhirkan Memutakhirkan Memutakhirkan Memutakhirkan
Program (X3) Realtime (X3.1) Penghimpunan memutakhirkan data data data data
(Real-time) data penghimpunan penghimpunan penghimpunan penghimpunan-
penghimpunan setiap tahun setiap 6 bulan setiap bulan realtime
Aktivitas Tidak Memutakhirkan Memutakhirkan Memutakhirkan Memutakhirkan
Penyaluran (Real- memutakhirkan data penyaluran data penyaluran data penyaluran data penyaluran-
time) data penyaluran setiap tahun setiap 6 bulan setiap bulan realtime

38
Database Muzaki Individu Tidak memiliki - Memiliki - Memiliki
Muzaki & database database muzaki database muzaki
Mustahik muzaki individu tetapi individu dan di
individu tidak mutakhirkan
dimutakhirkan
Muzaki Badan Tidak memiliki - Memiliki - Memiliki
database database muzaki database muzaki
muzaki badan badan tetapi badan dan di
tidak mutakhirkan
dimutakhirkan
Mustahik Tidak memiliki - Memiliki - Memiliki
database database database
mustahik mustahik tetapi mustahik dan di
tidak mutakhirkan
dimutakhirkan
Data Data Tidak terdapat - Terdapat data - Terdapat dara
Penghimpunan Penghimpunan data penghimpunan penghimpunan
dan Penyaluran penghimpunan yang dirinci yang dirinci
yang dirinci menurut jenis menurut jenis
menurut jenis dana namun dana dan di
dana tidak update update
Data Penyaluran Tidak terdapat - Terdapat data - Terdapat dara
data penyaluran penyaluran yang penyaluran yang
yang dirinci dirinci menurut dirinci menurut
menurut jenis jenis dana jenis dana dan di
dana namun tidak update
update

39
Pusat Kajian Strategis BAZNAS
Jl. Kebon Sirih Raya No. 57, Jakarta Pusat - 10340 Indonesia

Anda mungkin juga menyukai