Anda di halaman 1dari 48

Mei - Juni 2013 M

Rajab 1434 H
MENGOPTIMALKAN
POTENSI ZAKAT
DENGAN SISTEM
ZAKAT
MEMBAWA BERKAH
SIMBA BUKAN
SEKADAR APLIKASI
TAPI MEDIA KOMUNIKASI
foto: miroslav arofich
Anak anak di lereng Gunung Seribu, Desa Srimartani, Piyungan,
Bantul sedang memanfaatkan fasilitas Motor Pintar (Minggu, 24
Maret 2013).
Motor Pintar adalah salah satu sarana dari Unit Layanan Keliling
Rumah Pintar untuk menjangkau daerah yang sulit mendapat
akses perpustakaan yang merupakan salah satu kegiatan
program Zakat Community Development (ZCD) BAZNAS.
bingkai
2 | Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H 1434 H
Salam,
Assalamualaikum wr.wb.
Baru-baru ini, BAZNAS mengangkat Dirjen Penyelenggaraan Haji
dan Umrah Anggito Abimanyu sebagai Duta Zakat BAZNAS karena
kepeduliannya yang besar terhadap zakat. Pengangkatan ini dilakukan
karena disadari, potensi dana zakat nasional itu besar, sementara yang
dapat dihimpun BAZNAS dan lembaga amil zakat (LAZ) kecil. Jadi,
perlu terus dilakukan upaya penyadaran tentang pentingnya zakat
agar potensi yang besar itu bisa dioptimalkan.
Karena itu, pada edisi kali ini, majalah Zakat mengambil tema
Mengoptimalkan Potensi Zakat dengan menurunkan dua tulisan dalam
Zakat Utama. Yaitu, Potensi Zakat Nasional dan Mengoptimalkan
Potensi Zakat dengan Sistem. Tema ini juga didukung dengan tulisan
dalam Inspirasi. Yaitu, Zakat Membawa Berkah. Bila perusahaan-
perusahaan mengikuti jejak PT Ufia Tirta Mulia dalam kisah ini, insya
Allah, potensi zakat yang besar itu benar-benar akan bisa dioptimalkan.
Sistem Manajemen Informasi BAZNAS (Simba) sebagai salah
upaya dalam mengoptimalkan zakat kembali dihadirkan pada Zakat
edisi ini. Pembaca bisa menyimaknya pada tulisan Simba Lahirkan
Standar Laporan Zakat Nasional dan Terintegrasi dan Simba bukan
Sekadar Aplikasi, tapi Media Komunikasi.
Selain itu, kami sajikan juga tulisan-tulisan lain, seperti Utsman bin
Affan Sahabat yang Dermawan. Mudah-mudahan ini semua memberi
pengetahuan dan inspirasi buat pembaca untuk berzakat, berinfak, dan
bersedekah atau beramal saleh lainnya.
Majalah ini diterbitkan oleh Badan
Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
bekerja sama
DEWAN REDAKSI
Prof Dr. Didin Hafidhuddin, Teten
Kustiawan, M. Fuad Nasar, M.Sc,
Hermin R. Rachim, Ndari Rumi
Widyawati
KONSULTAN MEDIA
rubudesign.co
REDAKSI
Karsono Tadjudin, Sunan Hasan,
FOTOGRAFER
Donang Wahyu, Miroslav arofich
Dika Kurniawan
DESAIN GRAFIS
Gunadi, Miroslav arofich
REDAKSI DAN IKLAN
Jl. Kebon Sirih Raya No. 57 Jakarta
Pusat. Telp. (021)3904555, Fax.
(021) 3913777
www.baznas.or.id
04
44
11 15
SULUH
CATATAN
ZAKAT
ZAKAT
UTAMA
PROGAM
ZAKAT
01 BINGKAI

03 KHASANAH
26 INSPIRASI
zakat membawa berkah
30 DUNIA ZAKAT
jawazh koordinir
pengelolaan zakat di
malaysia
34 TOKOH
muhammad natsir
36 KIPRAH
rumah pintar piyungan
40 SIRAH
utsman bin affan
42 SAHABAT ZAKAT
anggito abimanyu & indah
dewi pertiwi
salam
996.264 Masjid 999 Masjid 2.630 Masjid
Di Bawah Supervisi
Dewan Masjid Indonesia
(DMI)
Di Bawah Supervisi
Yayasan Amalbhakti
Muslim Pancasila (YAMP)
Di Bawah Supervisi
Lembaga Dakwah Islam
(LDI)
FAKTA
Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H | 3
LPPOM MUI PROMOSIKAN
MAKANAN HALAL DI JEPANG
L
embaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan
Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM
MUI) melakukan penandatanganan kerja sama
(MoU) dengan NPO Japan Halal for International
Organization (Jahai) untuk semakin mempromosikan
makanan halal di Jepang, disaksikan Wakil Duta Besar
Indonesia, Jumat (10/5/2013).
Kami ingin, makanan halal ini semakin populer di
Jepang yang sekaligus berarti dapat mempopulerkan
Indonesia pula di negeri Sakura ini, papar Lukmanul
Hakim, Direktur LPPOM MUI.
Pihak Jepang akan menerjemahkan berbagai
informasi dan peraturan mengenai halal yang ada di
Indonesia ke dalam bahasa Jepang sehingga semakin
banyak orang Jepang mengerti arti halal. Informasi
pengurusan sertifikat halal di Indonesia pun akan
mudah diketahui para pengusaha Jepang.
kha
zanah
(Sumber: DMI dan Kementerian Agama RI)
AKHIRNYA AZAN
BOLEH BERKUMANDANG
DI STOCKHOLM
D
ewan Kotapraja Botkyrka di Stockholm, Swedia,
yang sebagian besar penduduknya imigran,
akhirnya menyetujui permohonan pusat budaya Islam
mengumandangkan azan melalui pengeras suara di
Masjid Fittja. Demikian Kantor Berita Turki Cihan, akhir
April lalu.
Setelah persiapan teknis dirampungkan, azan
pertama disiarkan Jumat. Sejumlah besar warga Muslim
berduyun-duyun ke masjid itu untuk menyaksikan
peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Ketua Masjid Fittja Ismail Okur mengatakan,
jamaah masjid berterima kasih kepada kotapraja atas
dikabulkannya permohonan itu. Banyak jamaah sudah
lama tak mendengar suara azan melalui pengeras
suara seperti di negara-negara asal mereka, kata
Okur.
Penyiaran azan pertama ini dimaksudkan untuk
percobaan. Kepala Direktorat Urusan Agama, Meehmet
Gormez, datang ke masjid itu seminggu kemudian
merayakan pekan kelahiran Nabi Saw. (Suara Islam.
com)
Banyak perusahaan Jepang ingin masuk ke
Indonesia dan ingin berdagang makanan minuman
dengan Indonesia. Mereka perlu mempelajari arti halal
karena 85 persen masyarakat Indonesia adalah kaum
muslim. Dengan tersertifikasi halal dan label halal pada
produknya kami yakin akan semakin banyak diterima
oleh sebagian besar warga Indonesia karena mereka
yakin produk yang bersangkutan layak dan terjamin
baik serta sehat bagi tubuhnya (tribunnews.com).
ilustrasi: shutterstock.com
4 | Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H 1434 H
SIMBA
suluh
INTEGRASI
PENGELOLAAN
ZAKAT DAN
SIMBA
Salah satu misi besar Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat adalah
mewujudkan integrasi zakat nasional. BAZNAS
merupakan badan resmi dan satu-satunya yang
dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2001
yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun
dan menyalurkan zakat, infak, dan sedekah (ZIS)
pada tingkat nasional. Lahirnya Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2011 semakin mengukuhkan
peran BAZNAS sebagai lembaga yang berwenang
melakukan pengelolaan zakat secara nasional.
Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H | 5
suluh
Sesuai ketentuan dalam Undang-Undang, empat
pilar integrasi pengelolaan zakat yang diamanahkan
kepada BAZNAS meliputi fungsi perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian, pelaporan dan
pertanggungjawaban pengumpulan, pendistribusian,
dan pendayagunaan zakat secara nasional.
Integrasi pengelolaan zakat yang menjadi isu utama
pembaharuan regulasi zakat di Indonesia perlu dilihat
dan dipahami dari beberapa perspektif yang saling
berkaitan, yaitu:
Pertama, untuk mengefektifkan fungsi koordinasi
dan sinergi BAZNAS dan LAZ. Koordinasi dan
sinergi antarlembaga zakat sangat diperlukan dalam
rangka akselerasi pengumpulan, pendistribusian dan
pendayagunaan zakat dalam skala nasional.
Kedua, untuk memberikan legalitas kepada
BAZNAS dalam upaya membangun sistem dan
jaringan informasi pengelolaan zakat. Jika selama
ini tidak ada kewajiban bagi BAZDA dan LAZ untuk
menyampaikan laporan pengelolaan zakat sebagai data
nasional, maka ke depan hal itu menjadi kewajiban dan
bahkan dapat dikenakan sanksi administratif apabila
terjadi penyimpangan.
Ketiga, untuk mendorong pemerataan pembentukan
UPZ BAZNAS. Pada prinsipnya hanya BAZNAS
yang memiliki kewenangan untuk menghimpun zakat
dari lingkungan Kementerian/Lembaga, BUMN,
Perwakilan RI di luar negeri, Satuan Kerja Perangkat
Daerah, BUMD, lingkungan masjid, kecamatan, desa,
dan lain-lain melalui pembentukan Unit Pengumpulan
Zakat (UPZ).
Keempat, untuk penajaman fokus pengumpulan
serta sasaran pendistribusian dan pendayagunaan
zakat dalam rangka penanggulangan kemiskinan di
Tanah Air.
Penguatan kelembagaan BAZNAS dengan
kewenangan yang diatur dalam perundang-undangan,
tidak akan mematikan aktivitas pengumpulan zakat di
Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin, M.Sc
Ketua Umum BAZNAS
masjid-masjid, pesantren-pesantren, majelis-majelis
taklim dan tempat lainnya. Sebaliknya, pelayanan zakat
di mana pun akan terkoordinasi dengan BAZNAS,
misalnya menjadi (UPZ), sehingga akan lebih efektif,
transparan dan akuntabel.
Dalam kaitan ini, integrasi pengelolaan zakat
nasional dan penerapan aplikasi Sistem Manajemen
Informasi BAZNAS (Simba) merupakan dua spektrum
yang tak dapat dipisahkan. Simba merupakan sebuah
sistem yang dibangun dan dikembangkan untuk
keperluan penyimpanan data dan informasi yang
dimiliki oleh BAZNAS secara nasional.
Secara teknis sistem tersebut dilengkapi dengan
fitur pencetakan Bukti Setor Zakat (BSZ), fitur
pelaporan, penerbitan NPWZ (Nomor Pokok Wajib
Zakat), manajemen anggaran, dan sebagainya.
Dengan sistem yang berbasis internet dan terhubung
secara online, Sistem Manajemen Informasi BAZNAS
dirancang untuk dapat digunakan oleh seluruh badan
atau lembaga zakat di seluruh Indonesia tanpa harus
melewati proses instalasi yang rumit
Integrasi pengelolaan zakat dan penerapan
aplikasi Simba akan semakin memperkuat sistem
zakat nasional yang memberi manfaat terhadap
kesejahteraan masyarakat. Untuk itu BAZNAS daerah
dan LAZ perlu mendukung dan menyiapkan perangkat
infrastruktur fisik dan kapasitas sumber daya manusia
agar sistem yang dibangun ini berjalan dengan baik
sesuai harapan kita semua.
Wallahu alam bisshawab.
Simba merupakan sebuah sistem yang
dibangun dan dikembangkan untuk
keperluan penyimpanan data dan informasi
yang dimiliki oleh BAZNAS secara nasional.
6 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H
POTENSI
ZAKAT NASIONAL
zakat
utama
Berbagai riset telah dilakukan untuk
mencoba menghitung potensi zakat
nasional. Riset terbaru adalah yang
dilakukan oleh BAZNAS dan Fakultas
Ekonomi dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor (FEM IPB) pada 2011.
Dari riset ini terungkap, potensi zakat
nasional mencapai angka 3,40% dari PDB,
atau tidak kurang dari Rp217 triliun.
foto: miroslav arofich
Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H | 7
zakat
utama
Besarnya potensi zakat nasional telah
banyak diungkap oleh berbagai penelitian.
Misalnya, dari risetnya pada 2005, Pusat
Bahasa dan Budaya Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta,
menyimpulkan, potensi zakat mencapai
angka Rp19,3 triliun. Lalu, riset Monzer Kahf
(1989), menyatakan, potensi zakat nasional
bisa mencapai dua persen dari total PDB,
sehingga potensi zakat tidak kurang dari
Rp100 triliun.
Setelah kedua penelitian ini, BAZNAS bekerja
sama dengan Fakultas Ekonomi dan Manajemen
(FEM) Institut Pertanian Bogor (IPB) pada awal
2011 melakukan penelitian potensi zakat dengan
menggunakan data yang diolah dari Survei Sosial
Ekonomi Nasional (SUSENAS) Badan Pusat Statistik
(BPS) dan institusi lain yang relevan seperti Bank
Indonesia (BI).
Dalam risetnya, BAZNAS dan FEM IPB
mengklasifikasi potensi zakat secara nasional dalam
tiga kelompok. Yaitu, potensi zakat rumah tangga,
potensi zakat industri menengah dan besar serta
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan potensi zakat
tabungan.
Khusus dalam hal zakat rumah tangga, standar
nishab yang dipakai adalah nishab zakat pertanian
sebesar 524 kg dan kadar zakatnya 2,5%. Sedangkan
potensi zakat in dustri dan BUMN dihitung ber dasar kan
keuntungan atau laba dari perusahaan yang bis nis
intinya sejalan dengan aturan syariah.
Dari penelitian ini diketahui, potensi zakat rumah
tangga secara nasional mencapai Rp82,7 triliun.
Angka ini equivalen dengan 1,3 persen dari total PDB.
Sedangkan potensi zakat industri mencapai angka
Rp114,89 triliun, yang Rp22 triliunnya berasal dari
indutri pengolahan. Dan zakat BUMN mencapai Rp 2,4
triliun.
Sementara itu, potensi zakat tabungan mencapai
angka Rp17 triliun. Angka ini diperoleh dari
penjumlahan potensi berbagai aspek, antara lain
potensi tabungan di bank syariah, tabungan BUMN
atau bank pemerintah campuran, badan usaha bukan
keuangan milik Negara, bank persero, dan bank
pemerintah daerah. Tabungan yang dihitung adalah
yang nilainya berada di atas nishab 85 gram emas.
Angka ini akan terus meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah PDB, seperti yang dikatakan
pengurus Forum Zakat Indonesia, Sri Adi Bramasetia.
Menurut dia, jika dikelola serius, potensi zakat itu
dengan jumlah muslim terbesar di dunia, potensinya
bisa mencapai Rp300 triliun. Bahkan, kata Menko
Hatta Rajasa, bila infak, sedekah dan wakaf juga
tergarap dengan baik potensinya akan mencapai
empat kali lipat atau Rp868 triliun.
Dari riset ini juga diketahui potensi zakat rumah
tangga provinsi. Jawa Barat tercatat sebagai
provinsi dengan potensi zakat terbesar, yaitu sebesar
Rp17,67 triliun, disusul Jawa Tengah dan Jawa timur
yang memiliki potensi zakat masing-masing sebesar
Rp15,49 triliun dan Rp13,28 triliun. Adapun provinsi
yang memiliki potensi zakat rumah tangga terendah
adalah Bali, Papua dan Papua Barat, yang masing-
masing mencapai angka Rp126,25 miliar, Rp117,44
miliar, dan Rp111,68 miliar.
Selain meneliti potensi zakat, BAZNAS dan IPB
juga meneliti faktor yang memengaruhi pembayaran
zakat dengan mewawan carai 345 orang res ponden
(muzakki dan munfik) di Palembang, Brebes, Kota
Bogor dan Kabupaten Bogor. Hasilnya, kesanggupan
seseorang mem bayar zakat ditentukan oleh tingginya
tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat
pendapatan. Makin tinggi pendidikan dan pendapatan,
makin tinggi pula kesadaran membayar zakat.
Sebagian besar responden berzakat per tahun, kecuali
petani yang disesuaikan dengan waktu panen.
Dalam hal tempat pembayaran zakat, sebagian
besar (72,8%) membayar di lembaga amil zakat
informal (lembaga yang tidak berbadan hukum, tapi
fungsinya sama seperti lembaga amil formal). Sisanya
(27,2%) membayar ke lembaga amil formal berbadan
hukum (BAZ dan LAZ). Alasan utama seseorang
membayar zakat di lembaga amil informal ada lah
kemudahan, lingkungan, dan kepuasan. Sedangkan
alasan seseorang membayar zakat di lem baga formal
adalah trans paran si, akses, kemudahan, lingkungan
dan kepuasan.
Mengapa sebagian besar lebih memilih lembaga
amil zakat informal? Karena, yang formal terbatas
jumlahnya dan jaraknya jauh, bahkan lokasinya
tidak diketahui muzakki serta kurang memberikan
sosialisasi. Maka, yang formal perlu membuka cabang
di daerah yang potensinya besar bekerja sama dengan
DKM setempat. Selain itu, perlu disediakan layanan
jemput zakat atau faslitas pembayaran on line.
Dalam hal berinfak, menurut riset ini, faktor yang
memengaruhinya adalah pendidikan, jenis pekerjaan,
pendapatan dan pengeluaran.
foto: miroslav arofich
Potensi zakat nasional sangat besar,
yaitu Rp217 triliun. Tapi, dana zakat yang
dapat dihimpun oleh BAZNAS dan lembaga
amil zakat (LAZ) masih sangat rendah.
Yaitu baru 1%-nya atau sekitar Rp2,6
triliun. Hal ini terjadi, mungkin karena
banyak muzakki yang membayar zakatnya
langsung ke mustahik, tidak melalui amil
zakat.
BERZAKAT
LEWAT AMIL
ZAKAT LEBIH
EFEKTIF
Langkah muzakki seperti ini tidak salah, Cuma
alangkah lebih baik bila ia menyalurkan zakatnya
melalui lembaga pengelola zakat agar diperoleh
berbagai manfaat, antara lain, pertama, menjamin
kepastian dan disiplin muzakki dalam membayar
zakat. Kedua, untuk menjaga perasaan rendah diri
para mustahik. Ketiga, memperlihatkan syiar Islam.
Keempat, mencapai efisiensi dan efektivitas serta
sasaran yang tepat dalam penggunaan dana zakat
menurut skala prioritas. Kelima, dapat digunakan
untuk kemaslahatan umat Islam secara umum yang
memerlukan dana yang besar.
8 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H
zakat
utama
Menurut Ketua Umum BAZNAS Prof. Dr. K.H. Didin
Hafidhuddin, M.Sc., kelima hal tersebut di atas akan
terabaikan jika zakat diserahkan secara langsung dari
muzakki kepada mustahik, meskipun secara hukum
syariah memang sah. Selain itu, juga akan sulit
diwujudkannya hikmah dan fungsi zakat, terutama
yang berkaitan dengan kesejahteraan umat secara
umum, tegas Didin dalam bukunya Zakat dalam
Perekonomian Modern.
Dengan demikian, membayar zakat ke amil zakat
jauh lebih utama daripada membayar langsung
ke mustahik, meskipun itu sah-sah saja. Selain
keutamaan-keutamaan di atas, zakat memang harus
dibayarkan lewat amil zakat. Sebab, hal itu biasa
dilakukan dan dicontohkan oleh Rasulullah Saw dan
para sahabat sesudahnya. Di samping itu, dalam
QS At-Taubah:60 Allah Swt juga memasukkan amil
atau petugas zakat sebagai salah satu mustahik
zakat. Ini berarti, memang zakat itu harus ada yang
mengurusnya.
Ketua Pengawas BAZNAS Drs. Achmad Subianto,
MBA membenarkan adanya sejumlah muzakki yang
membayar zakatnya langsung ke mustahik . Ini
karena zakat tidak dipahami dengan baik dan benar.
Dari lima rukun Islam, yaitu syahadat, shalat, zakat,
dan haji, yang terlambat dipahami oleh pemimpin
dan umat Islam dengan baik dan benar adalah zakat.
Tapi, ini bukan berarti rukun Islam yang lainnya sudah
dipahami dan dilaksanakan dengan baik dan benar,
kata mantan Ketua Umum BAZNAS itu.
Menurut Achmad Subianto, selama ini kata shadaqah
sering diterjemahkan dengan kata sedekah, sehingga
rancu dengan istilah lain, misalnya, sedekah bumi
atau sedekah laut. Itu kurang tepat. Shadaqah itu ada
yang tangible (material) dan intangible (non-material).
Shadaqah yang material itu terdiri dari dua. Pertama,
yang wajib, terdiri dari yang fardhu ain/diri, seperti
zakat jiwa (fitrah), zakat penghasilan (kasab), dan
zakat harta (mal) dan yang fardhu kipayah, yaitu infak.
Kedua, yang sunnah, yaitu sedekah, yang merupakan
bagian dari infak. Sedangkan shadaqah yang non-
material, antara lain, membaca tasbih, tahmid, tahlil,
dan takbir, ujarnya.
Mengutip QS At-Taubah ayat 60, ia menegaskan
bahwa baik zakat, infak, maupun sedekah semuanya
harus diserahkan kepada amil, sehingga bahasanya
dalam ayat itu shadaqatan bukan zakatan. Hanya
infak dan shadaqah yang sunnah (sedekah) yang
dapat dibayarkan langsung kepada mustahik oleh
muzakki dengan mendasarkan kepada QS Al-Baqarah
ayat 177.Yaitu, untuk kerabat, yatim, fakir yang
meminta-minta, miskin, memerdekakan budak, dan
orang dalam perjalanan atau ibnu sabil, kata mantan
Dirut PT Taspen itu.
Karena itu, katanya, bila ada seorang muslim kaya
suka berzakat langsung ke kerabat dekatnya, muslim
itu tidak paham tentang zakat. Zakat itu harus ke
amil zakat. Kalau dia mau memberi ke saudaranya
atau kerabatnya, ya dia harus mengeluarkan infak
atau sedekah. Zakat itu hanya menyatakan bahwa
kita Islam. Kalau kita ingin dikatakan sebagai orang
beriman, kita harus infak. Beriman itu tantangannya
lebih tinggi dari ber-Islam, kata mantan Direktur
Keuangan dan Administrasi PT Garuda Indonesia itu.
Selain banyak muzakki yang berzakat langsung,
tak sedikit juga muzakki yang tidak berzakat.
Penyebabnya mungkin karena kurangnya pemahaman
tentang zakat atau memang ada keengganan untuk
membayar zakat. Menurut Subianto, mereka yang
tidak membayar zakat berarti mereka melakukan
penggelapan atau penahanan hak-hak fakir miskin
atau mustahik. Ya, bila ada ribuan muslim yang
tak berzakat, berarti ada ribuan mustahik yang akan
kehilangan haknya.
Mengutip QS At-Taubah ayat 60, ia
menegaskan bahwa baik zakat, infak,
maupun sedekah semuanya harus
diserahkan kepada amil, sehingga
bahasanya dalam ayat itu shadaqatan
bukan zakatan. Hanya infak dan
shadaqah yang sunnah (sedekah)
yang dapat dibayarkan langsung
kepada mustahik oleh muzakki dengan
mendasarkan kepada QS Al-Baqarah
ayat 177.
Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H | 9
zakat
utama
zakat
utama
MENGOPTIMALKAN
POTENSI ZAKAT DENGAN SISTEM
Dengan banyaknya muslim yang tak berzakat, maka banyak fakir miskin atau
mustahik yang kehilangan haknya. Agar mustahik tidak kehilangan haknya, maka
tidak ada jalan lain, kecuali seluruh umat Islam yang sudah tergolong muzakki
wajib berzakat. Dengan kata lain, potensi zakat yang besar itu memang harus
dioptimalkan.
Untuk mengetahui cara mengoptimalkan zakat, redaksi Zakat mewawancarai Ketua
Pengawas BAZNAS Drs. Achmad Subianto, MBA di kantornya di Gedung Arthaloka,
Jakarta, awal April lalu.
Langkah apa yang harus dilakukan untuk
mengoptimalkan potensi zakat?
Banyak hal yang harus dilakukan untuk
mengoptimalkan potensi zakat. Antara lain, pertama,
harus dilakukan sosialisasi dan edukasi tentang
zakat, sehingga zakat dipahami dengan baik dan
benar oleh pemimpin dan umat Islam. Mereka
didorong terus agar membayar zakat lewat lembaga
amil zakat, jangan langsung ke mustahik.
Yang disosialisasikan tentu tidak hanya zakatnya
itu sendiri, tapi juga program dan layanan yang ada
pada lembaga pengelola zakat itu. Tujuannya agar
masyarakat mengetahuinya, sehingga mereka bisa
memanfaatkan program dan layanan tersebut. Bila
banyak mustahik yang bisa dilayani oleh lembaga
amil zakat itu, maka akan banyak muzakki yang mau
membayarkan zakatnya ke lembaga amil zakat itu.
Kedua, harus dibangun sistem perzakatan nasional.
Misal, sekarang sudah ada Nomor Pokok Wajib
Zakat (NPWZ) atau nomor rekening untuk zakat dan
infak secara khusus sehingga memudahkan muzakki
membayar zakat dan infak.
Soal zakat dan sistemnya ini harus disosilisasikan
lewat masjid. Maka, langkah ketiga, masjid harus ditata
dan dibangun juga sistemnya. Misalnya, nanti ada
Kartu Pokok Masjid, Kartu Jamaah Masjid, dan Kartu
Dhuafa. Ini bagian dari gerakan memakmurkan masjid
yang sedang saya dan teman-teman saya lakukan.
Dengan penataan masjid, masjid tidak hanya
berfungsi sebagai tempat shalat berjamaah, tapi
juga sebagai tempat pemberdayaan zakat. Nanti,
10 | Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H 1434 H
zakat individu, misalnya dari warga sekitar masjid
dibayarkan di masjid. Itu tersambung dengan
BAZNAS. Sedangkan, zakat perusahaan ke BAZNAS.
Sebab, tidak mungkin BAZNAS bisa menjangkau
semua warga. Masjid menjadi unit pelayanan zakat
(UPZ), bukan unit pengumpul zakat saja. Sebab,
mereka melayani, yaitu menjelaskan, mengumpulkan
dan menyalurkan zakat.
Apakah Undang-Undang No.23/2011 tentang
Pengelolaan Zakat, juga bisa mengoptimalkan
potensi zakat?
Saya kira bisa, dengan catatan sistem perzakatan
yang ada di bawahnya harus dibangun. Ya, Information
Technology (IT)- nya harus canggih, amilnya harus
trengginas, amanah dan profesional.
Maksudnya, agar lembaga pengelola zakat menjadi
lembaga yang amanah, profesional dan transparan,
sehingga mendapat kepercayaan dari masyarakat.
Dengan cara inilah sebuah lembaga amil zakat
akan survive dan dapat mendanai keberlangsungan
program-program yang dimilikinya. Bila lembaga amil
zakatnya sudah dipercaya dan muzakkinya sudah
paham tentang zakat, mungkin tidak akan ada lagi
muzakki yang membayar zakatnya langsung ke
mustahiknya, tapi lewat amil zakat tersebut.
Nah, agar lembaga amil zakat yang seperti ini
diketahui muzakki, maka sosialiasasi dan edukasi
tak cukup hanya tentang zakat dan programnya,
tapi juga tentang lembaga amil zakatnya. Dengan
dikenalnya lembaga pengelola zakat tersebut, maka
jumlah muzakki yang membayar zakat ke lembaga
itu makin banyak. Sebab, biasanya para muzakki itu
akan membayar zakatnya ke lembaga amil zakat yang
mereka kenal
Apakah
zakat harus
punya kementerian
tersendiri?
Untuk mengoptimalkan zakat,
zakat tidak harus punya kementerian
tersendiri, seperti di Arab Saudi yang berada
di bawah kementerian keuangan. Itu kan negara
Islam. Sedangkan kita kan Negara Pancasila.
Menurut saya, badan ini, seperti BAZNAS sudah
benar. Beri BAZNAS gedung 10 lantai. Insya Allah
akan jalan dengan baik.
Dengan potensi zakat yang besar, berapa lama
kita bisa secara tuntas mengatasi kemiskinan?
Zakat memang bisa mengatasi kemiskinan, tetapi
bukan satu-satunya. Tentang hal ini saya jadi ingat
pengalaman saya ketika bertemu seorang teman di
Malaysia. Waktu itu, dia mengatakan, Pak Subianto,
jangan harap kemiskinan bisa diselesaikan hanya oleh
zakat. Sebab, kemiskinan itu bukan hanya masalah
ekonomi, tapi masalah yang lainnya. Kemiskinan itu
harus ditangani secara menyeluruh oleh pemerintah
dan zakat. Jadi, tidak serta merta kemiskinan itu akan
hilang 100% karena zakat. Ya, dengan zakat bisa
dikurangi. Mungkin nanti kemiskinan itu tinggal 10 %.
Ini supaya kita tidak menyesal.
Yang penting, kita terus mendorong umat agar taat
membayar zakat. Waktu di Malaysia (sekitar tahun
2000) saya bertemu dengan seorang ibu pada
waktu sore. Dia menanyakan kepada saya tempat
penimbangan emas. Cari tempat penimbangan emas
buat apa, Bu,? kata saya. Saya mau membayar zakat
emas, kata ibu itu. Luar biasa ibu itu. Di kita, waktu
sesore itu, mungkin ibu-ibu kita sedang
ngobrol.
Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H | 11
zakat
utama
Sosialiasi program BAZNAS di Lembaga Sandi Negara
ZAKAT DAN
FINANCIAL LITERACY
Sebagaimana diberitakan majalah Zakat edisi kali ini,
bahwa BAZNAS telah menetapkan sejumlah tokoh
nasional sebagai duta zakat, yaitu Anggito Abimanyu dan
Ary Ginanjar Agustian.
Kedua tokoh tersebut dianggap memiliki latar belakang
dan kapasitas yang mumpuni untuk menggerakkan dunia
perzakatan nasional, sehingga upaya mengoptimalkan
potensi zakat dapat ditingkatkan.
12 | Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H 1434 H
kaidah
zakat
Penetapan duta zakat ini bukanlah dalam rangka
gagah-gagahan, dan bukan pula mengikuti gaya
pemilihan duta-duta lainnya. Akan tetapi, pemilihan
duta zakat ini dilakukan dalam rangka meningkatkan
sinergi antar stakeholder perzakatan, sekaligus
sebagai upaya untuk menggerakkan kesadaran
berzakat secara masif. Kesadaran untuk menunaikan
zakat melalui institusi amil resmi, dan juga menjadikan
zakat sebagai bagian dari lifestyle atau gaya hidup
masyarakat.
Untuk merealisasikan hal tersebut, diantara tugas
penting para duta zakat ini adalah bagaimana
melakukan edukasi publik secara terus menerus
mengenai pentingnya berzakat, infak dan shadaqah.
Publik harus disadarkan bahwa menunaikan zakat,
infak dan shadaqah (ZIS) ini akan memberikan
manfaat, baik manfaat secara spiritual (ruhiyah), sosial
maupun ekonomi.
Juga diharapkan pengeluaran ZIS ini menjadi bagian
integral dari perencanaan pengelolaan keuangan
masyarakat. Masih rendahnya angka penghimpunan
zakat secara nasional dibandingkan dengan
potensinya (Rp 2,2 trilyun dibandingkan Rp 217
trilyun), menunjukkan bahwa penunaian zakat melalui
institusi amil resmi, belum menjadi prioritas kebutuhan
masyarakat. Oleh karena itu, mengintegrasikan zakat
dalam edukasi finansial publik, menjadi kebutuhan
yang sangat urgen dan mendesak.
Edukasi Finansial
Edukasi finansial merupakan bentuk pendidikan
kepada masyarakat terkait dengan pengelolaan
keuangan, sehingga masyarakat bisa semakin
cerdas dalam mengelola sumberdaya keuangan
yang dimilikinya (financial literacy). Selama ini yang
diajarkan dalam perencanaan keuangan adalah
bagaimana seorang individu membagi financial
resources yang ia miliki untuk pos kebutuhan hidup
Irfan Syauqi Beik
Staf Ahli BAZNAS
sehari-hari, termasuk pelunasan utang, dan untuk pos
investasi, yang bertujuan agar dana yang dimiliki bisa
dikembangkan.
Cara berpikir yang diajarkan dan dikembangkan
selama ini adalah, jika kita menerima uang, maka
segera anggarkan berapa rupiah utang yang harus
dilunasi, seperti cicilan rumah dan kendaraan, berapa
rupiah yang harus dibelanjakan, dan berapa rupiah
yang harus diinvestasikan. Pilihan investasinya pun
beragam, mulai dari investasi di produk perbankan,
seperti tabungan dan deposito, hingga investasi di
pasar modal. Bahkan yang sedang populer saat ini
adalah investasi emas, dimana return dari investasi ini
sangat menggiurkan karena dianggap bisa meng-
cover inflasi.
Demikian pula dengan cara berpikir pengusaha, di
mana mereka diajarkan untuk meminimalisir biaya,
memaksimalkan penjualan dan keuntungan dengan
beragam strategi bisnis, serta menginvestasikan
dana yang dimiliki di berbagai instrumen investasi.
Dont put all eggs in one basket merupakan prinsip
investasi yang telah mendarah daging di setiap benak
investor.
Jika melihat kondisi di atas, maka menunaikan
kewajiban zakat, baik zakat penghasilan individu
maupun zakat perusahaan, sama sekali tidak
mendapat prioritas. Apalagi infak shadaqah yang
bersifat sunnah. Paradigma inilah yang harus diubah.
Mengeluarkan ZIS harus dijadikan sebagai prioritas
pertama dari perencanaan keuangan individu maupun
perusahaan. Sehingga, ketika mendapat pendapatan,
maka yang terbersit pertama kali adalah keluarkan
dulu zakatnya via institusi amil, baru sisanya adalah
untuk memenuhi kebutuhan yang lain, termasuk
kebutuhan hidup dan kebutuhan investasi. Wallahu
alam.
Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H | 13
kaidah
zakat
14 | Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H 1434 H
program
baznas
surat
kebun
sirih
Amanah UU Zakat No. 23/2011 bahwa Badan
Zakat Nasional (BAZNAS) menjadi Koordinator
Pengelolaan Zakat Nasional, kami respon dengan
berbagai persiapan, salah satunya terkait dengan
kesiapan sumber daya manusia (SDM).
Untuk mendapatkan calon-calon tenaga amil zakat
terbaik, kami merekrut sarjana (S1) lulusan baru
(fresh graduate) dari berbagai perguruan tinggi
ternama di Indonesia, seperti Universitas Gajah
Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), Institut
Petanian Bogor (IPB), dan Universitas Padjadjaran
(UNPAD). Akhirnya, terseleksilah di antaranya
13 orang. Sebelum ditempatkan di bagian Zakat
Community Development (ZCD), mereka menjalani
program pelatihan, yaitu Amil Baznas Development
Program (ABDP).
ABDP ini dilaksanakan di lantai 3 Gedung B
BAZNAS, Jl. Kebon Sirih, Jakarta, sejak 15 April
2013. Dan akan berakhir 15 Juni 2013. Pelatihan
dimulai pukul 8 pagi hingga pukul 5 sore,
kecuali Jumat sampai pukul 4 sore. Materinya
tidak hanya soal Penghimpunan Dana Zakat
dan Pendistribusiannya, tetapi juga tentang
materi lain yang sangat diperlukan amil zakat,
seperti Pelayanan Prima, Aspek Legal dan Akad,
Monitoring dan Evaluasi Pelaporan, Budaya
Perusahaan, Kepemimpinan, dan Etika Berusaha
dalam Islam.
Instrukturnya berasal dari internal BAZNAS
seperti Ustadz KH. Didin Hafidhuddin, Pak Teten
BAZNAS SELENGGARAKAN
AMIL BAZNAS DEVELOPMENT PROGRAM
Kustiawan dan semua kepala divisi. Kami juga
mengundang para profesional dari luar.
Selain belajar di kelas, mereka juga menjalani
on the job training atau praktik lapang di
Srimartani, Bantul, Yogyakarta, tempat di mana
BAZNAS melakukan program Zakat Community
Development (ZCD).
ABDP ini merupakan angkatan pertama.
Angkatan keduanya akan dilakukan usai
Ramadhan 1434 H. Rencananya ABDP ini akan
dilakukan 2 kali dalam setahun. Tentu dengan
jumlah peserta yang lebih banyak lagi. Karena itu,
BAZNAS akan melakukan perekrutan kembali ke
berbagai perguruan tinggi ternama.
Sebagai Koordinator Pengeloaan Zakat Nasional,
BAZNAS ke depan membutuhkan sumber daya
manusia/amil yang berkualitas. Untuk menuju ke
sana, idealnya dibutuhkan jumlah amil zakat di
BAZNAS sekitar 200 orang.
Kami berencana, program ini akan berjalan secara
berkelanjutan. Harapan kami, dari program ini
akan muncul tenaga - tenaga amil yang andal
yang akan memenuhi kebutuhan badan amil zakat
(BAZ) atau lembaga amil zakat (LAZ) seluruh
Indonesia. Katakanlah, ke depan, BAZNAS
tidak hanya menjadi koordinator akan tetapi
juga menjadi pemasok amil zakat untuk seluruh
Indonesia.
Hermin Hermawanti
Corporate Secretary BAZNAS
Masalah kesenjangan ekonomi
tidak lagi bersifat lokal, tapi
selalu berdimensi luas. Maka,
pemecahannya juga tidak lagi
sendirian, tapi harus antar-negara
dan antar-lembaga internasional
Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H | 15
program
baznas
K
ita ingin melakukan koordinasi secara global
bahwa persoalan yang dihadapi itu sama. Yaitu,
bagaimana kita menyejahterakan dan meningkatkan
kemampuan kaum dhuafa supaya mereka berdaya
dalam melakukan ber bagai kegiatan, terutama
ekonomi, kata Ketua Umum BAZNAS Prof. Dr. K.H.
Didin Hafidhuddin, M.Sc usai pembukaan Lokakarya
Internasional Zakat, Wakaf dan Keuangan Mikro
Syariah, Menguat kan Sektor Keuangan Sosial Syariah,
di Bogor, 29 April 2013.
Menurut Didin, kegiatan ekonomi yang didesain
untuk dhuafa (mustahik) itu bukan semata-mata
kegiatan ekonomi biasa, tapi kegiatan ekonomi yang
terkait dengan bidang lain, seperti ekonomi, kesehatan,
pendidikan, dan agama. Sehingga pendekatannya
bukan lagi sebagian-sebagian tapi terpadu pada
keempat aspek itu.
Hal-hal itu didiskusikan oleh para ahli dan praktisi
keuangan syariah dari berbagai negara, antara lain,
Brunei, Malaysia, Bangladesh, India, dan Singapura,
hingga 30 April 2013. Lokakarya ini merupakan
hasil kerja sama BAZNAS dengan The Indonesian
Association of Islamic Economics (IAEI), Fakultas
Ekonomi dan Manajemen IPB, dan The Islamic Research
and Training Institute (IRTI) of
The Islamic Development Bank
(IDB). Kita harapkan zakat,
wakaf dan keuangan mikro
syariah menjadi solusi terhadap
persoalan ekonomi yang ada,
kata Didin.
Sementara itu, Dirjen Pe-
nye lenggaraan Haji dan
Umrah Anggito Abimanyu ber-
harap, lokakarya ini dapat
menghasilkan rekomendasi
kerangka regulasi zakat dan
wakaf untuk diterapkan secara
inter na sional. Keberadaan sis-
tem zakat dan wakaf dapat
dijadikan suatu komponen pen-
dukung utama da lam program
keuangan mikro, katanya.
Menurut dia, jika zakat dan wakaf dikelola dengan
efisien dan amanah, maka akan memberikan peluang
kepada pemerintah untuk mempercepat program
peng entas an masyarakat miskin dan pemerataan
kesempatan usaha. Dengan didukung regulasi yang
dikeluarkan pemerintah, potensi zakat yang besar
dapat dikelola dengan baik.
ZAKAT DAN WAKAF
JADI SOLUSI
ATASI KEMISKINAN
Lokakarya itu melahirkan sejumlah keputusan,
antara lain, pertama, perlunya Zakat, Infak, Sedekah
dan Wakaf (ZISWAF) dikelola dengan baik, amanah,
transfaran, dan profesional. Kedua, perlunya har-
monisasi antar-regulasi dan antar-institusi yang
menjadi kunci di dalam pengembangan sektor
ZISWAF dan keuangan mikro syariah. Ketiga, perlunya
penguatan hubungan timbal balik untuk bertukar
pengalaman antar-negara. Keempat, perlunya
penguatan sumber daya manusia (SDM), sehingga
lahir SDM yang kompeten, profesional, dan mampu
mengatasi berbagai tantangan pengelolaan zakat.
Kelima, perlunya platform kerja sama lintas negara
yang lebih baik.
16 | Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H 1434 H
program
baznas
Untuk menumbuhkan
kesadaran masyarakat
dalam berzakat,
BAZNAS terus
melakukan berbagai
upaya, antara lain,
sosialisasi dan edukasi
zakat dan programnya
di berbagai perkantoran,
misalnya, di Lembaga
Sandi Negara, Jakarta.
K
egiatan ini disambut baik oleh
pimpinan Lembaga Sandi
Negara. Saya sangat menyambut
baik dan mengucapkan terima
kasih kepada Tim dari BAZNAS
BAZNAS LAKUKAN
SOSIALISASIKAN
DI LEMBAGA
SANDI NEGARA
yang telah menawarkan diri untuk
melakukan presentasi mengenai
program-program BAZNAS, kata
Kepala Lembaga Sandi Negara
Mayjen (TNI) Dr. Djoko Setiadi, MSi
pada pembukaan acara Sosialisasi
Program BAZNAS, Kamis, 2 Mei
2013.
Dia berharap, kegiatan ini
dapat membangun kesadaran dan
ketaatan para karyawan untuk
membayar zakat penghasilan.
Sebab, membayar zakat
merupakan kewajiban yang harus
dipenuhi oleh seorang muslim
yang mampu. Selain itu, dengan
semakin aktifnya partisipasi kita
dalam membayar zakat, maka
diharapkan hal ini dapat membantu
upaya meningkatkan keadilan
dan kesejahteraan masyarakat,
tegasnya.
Kegiatan yang terselenggara
berkat kerja sama BAZNAS dan
Humas Lembaga Sandi Negara
ini juga disambut antusias oleh
para peserta. Ini terlihat dari
munculnya sejumlah pertanyaan
peserta pada sesi tanya jawab.
Seorang peserta bertanya tentang
sah tidaknya berzakat langsung ke
mustahik, tidak melalui lembaga
amil zakat. Sebab, selama ini dia
selalu berzakat seperti itu. Ada
juga yang bertanya tentang zakat
penghasilan.
Menjawab pernyaan ini, Ketua
Umum BAZNAS Prof. Dr. K.H. Didin
Hafidhuddin, MSc. menyatakan,
zakat yang sudah dikeluarkan
tetap sah. Cuma, kalau ingin lebih
sempurna, lebih baik lewat amil.
Kalau berzakat langsung, mustahik
akan tetap jadi mustahik seumur
hidupnya. Tapi ,kalau lewat amil,
insya Allah musahik akan menjadi
muzakki, katanya.
Dalam hal zakat penghasilan,
Didin menjelaskan, setiap kita
mendapat penghasilan, langsung
diambil zakatnya 2,5%, jangan
menunggu digunakan dulu untuk
kebutuhan hidup. Kalau zakatnya
dari sisa kebutuhan hidup, maka
kita tak akan pernah bisa berzakat.
Sebab, kebutuhan hidup itu akan
terus ada dan selalu ingin kita
penuhi,tegasnya.
Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H | 17
program
baznas
Pendistribusian zakat
yang tepat membawa
dampak pada
masyarakat. BAZNAS
telah membuktikannya
di Srimartani.
P
agi itu, Balai Desa Srimartani,
Piyungan, Bantul, Jogjakarta
tampak beda. Beberapa perangkat
desa yang dipimpin langsung H.
Mulyana, Kepala Desa Srimartani
berbenah merapikan ruangan yang
akan digunakan acara syukuran 2
tahun Srimartani, Zakat Community
Development.
Program yang digagas Badan
Amil Zakat Nasional yang bekerja
sama dengan Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada tersebut
berupa pemberdayaan masyarakat
di wilayah sekitar Piyungan. Mereka
dibina dalam pengembangan
wilayah agropolitan untuk
mendukung program ketahanan
pangan nasional. Beberapa
program yang dijalankan antara lain
program tanam padi SRI (System
of Rice Intensification), pertanian
terpadu atau SITTI (Sistem Integrasi
Tanaman Ternak dan Ikan) dan
pengembangan peternakan rakyat.
Pola tanam yang selama ini
sudah dijalankan masyarakat
dengan hasil yang kurang
maksimal, diganti dengan SRI pola
tanam yang lebih baik dengan
penggunaan pupuk yang minimal.
Sekarang baru sekitar 3-4 hektar
sawah yang ditanami padi sistem
SRI, melihat hasilnya yang bagus,
bisa sampai 9 ton per hektar,
masyarakat di sini sedikit demi
sedikit mulai beralih ke sistem
tersebut, ujar H. Mulyana, Kepala
Desa Srimartani. Kami sangat
berterima kasih kepada BAZNAS
dan UGM, yang telah membimbing
kami selama ini. tambahnya.
Sementara itu dari Kementerian
Pertanian melihat hasilnya yang
bagus, berkomitmen akan terus
mendukung program Srimartani
Zakat Community Development
ini. Kami akan pelajari dan dukung
program masyarakat di sini dalam
pengembangan ketahanan pangan
melalui SRI dan SITTI ujar Ir.
Ali Bosar Harahap, Kepala Sub
Direktorat Pembiayaan Syariah dan
Kerjasama Kementerian Pertanian.
Pada acara syukuran dua
tahun Srimartani Zakat Community
Development tersebut juga
dilakukan peletakan batu pertama
pembangunan gudang dan bengkel
alat pertanian yang ada di belakang
Balai Desa Srimartani. Dengan
dibangunnya gudang dan bengkel
alat pertanian ini diharapkan akan
memudahkan para petani dalam
menyimpan hasil pertanian dan
perawatan alat pertanian yang
mereka gunakan. Pembangunan
ini akan menambah efektivitas
kerja para petani di Srimartani,
jelas Teten Kustiawan, Direktur
Pelaksana BAZNAS.
DUA TAHUN SRIMARTANI
ZAKAT COMMUNITY
DEVELOPMENT (ZCD)
18 | Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H 1434 H
program
baznas
PT Aplikasi Lintasarta (Lintasarta), perusahaan
penyedia komunikasi data, internet, dan layanan nilai
tambah untuk berbagai sektor industri, memberi
bantuan berupa 1 unit mobil ambulance kepada
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Ini merupakan
perwuduan dari Program Corporate Social
Responsibility (CSR), khususnya di bidang kesehatan.
Mobil ambulance itu dilengkapi dengan berbagai
fasilitas untuk pertolongan pertama, antara lain,
tabung oksigen, regulator, tabung pemadam
kebakaran, alat-alat tulis, tandu medis, dan flow meter.
Dan diserahkan langsung oleh Presiden Direktur
Lintasarta Samsriyono Nugroho kepada Ketua
Umum BAZNAS Prof. Dr. Didin Hafidhuddin, MSc , di
halaman Sekolah Dasar Negeri (SDN) 04, Serpong,
Tangerang, 15 Mei 2013.
Samsriyono Nugroho menyatakan bahwa Lintasarta
senang dapat ikut berperan dalam membantu
masyarakat di bidang kesehatan bekeja sama dengan
BAZNAS. Kami berharap mobil ambulance ini dapat
memberikan manfaat bagi masyarakat, khususnya
golongan yang tidak mampu atau kaum dhuafa,
katanya pada acara menyambut Hari Jadi Lintasarta
yang ke 25 itu.
Sementara itu, Didin Hafidhuddin juga merasa senang
dengan adanya bantuan ini. Kami mengucapkan
LINTASARTA HIBAHKAN MOBIL
AMBULANCE KE BAZNAS
terima kasih kepada Lintasarta yang memiliki
kepedulian pada masyarakat miskin. Bantuan mobil
ambulance dari Lintasarta ini akan segera kami
gunakan dalam program Rumah Sehat BAZNAS
(RSB) sebagai Mobil Kesehatan Keliling, katanya.
Bersamaan dengan penyerahan bantuan ini, juga
diberikan layanan kesehatan gratis oleh Lintasarta
dan Tim Layanan Luar Gedung Rumah Sehat
BAZNAS (4 tim dokter, tim perawat dan medis,
serta kader kesehatan) berupa pemeriksaan umum,
pemeriksaan gigi para siwa serta pemberian paket
gizi kepada 500 orang siswa di Serpong, Tangerang.
Layanan kesehatan gratis ini disambut dengan
senang hati oleh masyarakat sekitar. Salah seorang
pasien, Cecep (55) menyatakan bahwa kegiatan ini
membantu dirinya yang sedang sakit rematik. Ini
kan gratis. Saya senang saja. Kalau ke dokter kan
biasanya tak cukup uang Rp100 ribu, katanya. Dia
mengetahui acara itu dari cucunya yang sekolah di
SDN 04 itu.
Karena mahalnya biaya pengobatan, Cecep
biasanya membeli obat di toko atau di warung
yang menyediakan obat. Obatnya murah
Pak, cuma Rp 2000. Setelah minum
obat, penyakit saya agak baikan, tetapi
setelah itu kambuh lagi, katanya.
Dia berharap pengobatan gratis ini
diadakan lagi.

Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H | 19
program
baznas
BAZNAS DAN KEMENSOS
BEKERJA SAMA TANGANI FAKIR MISKIN
S
ebagai koordinator penge-
lolaan zakat nasional seper-
ti diamanahkan UU Zakat
No.23/2011, BAZNAS mulai
ta hun 2013 ini akan mela-
kukan pemberdayaan masya-
rakat le wat program Zakat
Community Development
(ZCD) di 100 desa termiskin
di seluruh nusantara. Hingga
sekarang sudah didapat-
kan 48 desa termiskin. Untuk
optimalisasi data fakir miskin
dan programnya, BAZNAS beker ja sama, antara lain,
dengan Kementerian Sosial (Kemensos).
Sebagai bukti kerja sama itu telah ditandatangani
Nota Kese pahaman (MoU) antara BAZ NAS dan
Kemensos tentang Penangan an Fakir Miskin yang
meliputi optimalisasi data fakir miskin dan kerja sama
pelaksanaan bentuk penanganan fakir miskin. MoU itu
ditandatangani oleh Ketua Umum BAZNAS Prof. Dr.
K.H. Didin Hafidhuddin, M.Sc dan Mensos Dr. Salim
Segaf Al Jufri, MA pada pembukaan acara Rakernas
Penye lenggaraan Kesejahteraan Sosial 2013, di
Jakarta, 1 Mei 2013.
Menurut Didin, Kemensos memiliki peran strategis
dalam pe ngem bangan kelem-
bagaan dan penguatan
program-program BAZNAS
untuk penanganan fakir miskin.
Kerja sama program, baik
yang sudah maupun yang akan
dilakukan bertujuan untuk
mempercepat koordinasi dan
mem bangun kesatuan pemikir-
an (unity of mind) yang sangat
diperlukan dalam rangka pe-
ngu at an dunia perzakatan dan
peningkatan peran BAZNAS di
tingkat pusat,ujarnya.
BAZNAS juga akan ber kontribusi dalam proyek per-
con tohan lima kota/kabupaten sejahtera di Indonesia
yang diresmikan bersamaan dengan penandatanganan
MoU itu. Kriteria kota/kabupaten sejahtera adalah
kota/kabupaten yang bebas dari kemiskinan,
konflik, persoalan anak jalanan, dan persoalan yang
berkaitan dengan pelanggaran kesusilaan dan lainnya.
Kelima kota/kabupaten itu adalah kota Payakumbuh
(Sumatera Barat), kota Sukabumi (Jawa Barat),
kabupaten Sragen (Jawa Tengah), kabupaten Berau
(Kalaimantan Timur), dan kabupaten Bantaeng
(Sulawesi Selatan).
Dengan adanya program
ZCD ini diharapkan ada
perubahan yang signifikan,
yaitu meningkatnya partisipasi
komunitas atau masya rakat
dengan segala fasilitas dan
teknologi yang diinovasikan
pada satu program.
20 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H
program
baznas
Dengan zakat, kata Didin,
seorang muslim akan
punya izzah atau harga diri
dan juga akan menjadi
orang yang jujur. Menurut
dia, zakat itu bukan
membersihkan harta yang
kotor, tapi membersihkan
harta yang halal agar
jangan sampai pada harta
itu ada hak orang lain,
yaitu minimal 2,5 persen.
Kesadaran membayar zakat para wajib zakat
(muzakki) relatif masih rendah bila dibadingkan
dengan potensi zakatnya. Ini terlihat dari jumlah
dana yang dihimpun oleh pengelola zakat
yang hanya mencapai Rp2,63 triliun, padahal
potensinya, menurut hasil penelitian BAZNAS
dan IPB pada 2011, mencapai Rp217 trilun per
tahun.
U
ntuk menumbuhkan kesa daran itu, maka diperlukan
upaya-upaya penyadaran tentang pentingnya
kewajiban zakat itu lewat berbagai kampanye. Untuk
mengkampanyekan zakat, antara lain diperlukan sejumlah
figur yang dapat dipercaya masyarakat.
Atas dasar itu, maka BAZNAS mengangkat Dirjen
Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama
Anggito Abimanyu, M.Sc., Ph.D dan Presiden Direktur
ESQ Leadership Center Ary Ginanjar Agustian sebagai
Duta Zakat BAZNAS. Pengangkatan ini ditandai dengan
penyematan pin Duta BAZNAS dan penyerahan Nomor
Pokok Wajib Zakat (NPWZ) dari Ketua Umum BAZNAS
K.H. Didin Hafidhuddin, di kantor BAZNAS, Jl. Kebon Sirih,
Jakarta, Selasa (2/4/2013).
Pada acara yang juga dihadiri Dirjen Pajak Fuad
Rahmani itu, Didin berharap para duta BAZNAS itu bisa
mensyiarkan zakat dalam berbagai kesempatan, sehingga
zakat menjadi gaya hidup. Sebab, zakat itu bukan sekadar
mengumpulkan sebagian harta muzakki untuk disalurkan
ke mustahik, tetapi juga merupakan upaya kita membangun
karakter umat.
Dengan zakat, kata Didin, seorang muslim akan punya
izzah atau harga diri dan juga akan menjadi orang yang
jujur. Menurut dia, zakat itu bukan membersihkan harta
yang kotor, tapi membersihkan harta yang halal agar jangan
sampai pada harta itu ada hak orang lain, yaitu minimal 2,5
persen.
Bicara masalah zakat, kata Didin lebih lanjut, berarti
bicara masalah kelembagaan karena satu-satunya institusi
ibadah yang diungkapkan secara eksplisit di dalam Al-Quran
adalah ibadah zakat. Karena itu, dia berharap kehadiran
Fuad Rahmani, dan Anggito, bisa mendekatkan antara
pajak dan zakat karena tujuannya sama, yaitu menciptakan
kesejahteraan masyarakat. Demi kian pula Ary Ginanjar.
Melalui trainingnya-trainingnya dia bisa ikut mensyiarkan
zakat yang berguna bagi pembangunan umat.
Dengan demikian, yang men syiarkan zakat tidak hanya
ANGGITO ABIMANYU
JADI DUTA ZAKAT BAZNAS
P
agi itu, pukul 8.00, langit di Nagrog, Desa Sarimukti,
yang berada di kaki gunung Papandayan, Garut, sangat
cerah. Begitu pula wajah para warganya yang hadir pada
acara peresmian Masjid Jami Pondok Pesantren Sururon.
Keceriaan itu terus mereka jaga hingga akhir acara, hingga
Bupati Garut Agus Hamdani menggunting pita tanda
diresmikannya penggunaan masjid kebanggaan masyarakat
Nagrog itu, menjelang waktu zuhur.
Mereka bahagia karena kerja keras mereka selama ini,
terutama para buruh tani, yang bekerja tanpa upah di tanah
perkebunan milik tuan tanah, berbuah manis. Yaitu, sebuah
bangunan masjid ukuran 12x12 m
2
yang megah bagi warga
Nagrog yang sebagian besar adalah buruh tani. Dengan
pendapatan warga yang rendah, rasanya tidak mungkin
kami bisa membangun masjid jami seperti ini, kata Ketua
Panitia Pembangunan Masjid Jami Sururon, Aang Nuh,SPdI
dalam sambutan Peresmian Masjid Jami Sururon, Minggu,
4 Mei 2013.
Masjid ini, katanya, hampir 75% adalah hasil swadaya
masyarakat. Setiap Sabtu, 150-200 orang buruh tani
bekerja mencangkul tanah milik tuan tanah tanpa upah mulai
pukul 7.00 hingga pk. 12.00. Upahnya ada, tapi semuanya
disedekahkan untuk pembangunan masjid. Sedekah yang
terkumpul setiap minggunya sekitar Rp2 juta, kata Aang.
Buburuh (bekerja sebagai buruh), kata Aang, dimulai
sejak 2009 hingga akhir 2012. Hampir 4 tahun kami
buburuh. Dan sudah lelah. Kalau kegiatan itu yang
diandalkan, mungkin masjid ini 2-3 tahun lagi baru selesai
katanya.
Dia mengaku bersyukur ada bantuan dana dari BAZNAS
sebesar Rp200 juta sehingga masjid ini bisa diselesaikan
lebih cepat. Setelah masjid ini diresmikan, BAZNAS juga
memberi bantuan perlengkapan lainnya, seperti karpet,
mukena, dan mushaf Al-Quran.
Menurut Direktur Pelaksana BAZNAS Teten Kustiawan,
bantuan itu datangnya bukan dari BAZNAS tapi dari
para pembayar zakat, infak dan sedekah (ZIS). BAZNAS
bertugas menyalurkan dana ZIS itu. Dan untuk mesjid ini
diambil dari dana infak, bukan dari zakat. Dan ini
bukti betapa bermanfaatnya kalau kita membayar
ZIS lewat amil zakat, kata Teten dalam acara
yang dihibur grup musik Marawis santri pondok
pesantren Sururon itu.
Bagi Teten, apa yang telah dilakukan oleh
warga desa Sarimukti ini adalah amal yang luar
biasa sehingga bisa mengundang bantuan dari berbagai
lembaga. Ini seperti magnet karena ada amalnya, katanya.
Dia minta kepada para pejabat yang hadir untuk membantu
mensosialisasikan zakat. Zakat itu bukan hanya zakat
fitrah setahun sekali setiap R amadhan. Setiap hari kami
ini mengurus zakat karena setiap hari ada muzakki yang
membayar zakat. Tentu sesuai dengan haulnya, katanya.
Pada kesempatan itu, Bupati Garut berjanji akan memberi
bantuan pembangunan
MCK untuk masjid. Se-
telah masjidnya bagus,
maka harus diisi dengan
berbagai ibadah, katanya.
MASJID JAMI SURURON
DIRESMIKAN
Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 21
BAZNAS atau para ustaz, tetapi juga semua pihak yang
punya kepedulian terhadap pentingnya pembangunan umat.
Jadi, bagi kami, semakin banyak yang menyuarakan atau
mensyiarkan zakat, akan semakin baik,katanya.
Anggito dan Ary Ginanjar me rasa senang mendapat
keper cayaan sebagai duta zakat BAZ NAS dan mereka
berjanji akan mensyiarkankan zakat untuk membangun
karakter bangsa. Terima kasih saya diberi amanah untuk
jadi duta zakat. Pada setiap punya kesempatan berkunjung
atau bicara, insya Allah saya akan selalu menyampaikan
pentingnya zakat dan pajak, kata Anggito.
Menurut Anggito, sebelum menjadi duta zakat, lima tahun
lalu dia sudah menjadi duta pajak. Berapa pun penghasilan
saya, saya tidak malu untuk selalu mempublikasikannya
agar masyarakat pun membiasakan diri melaporkannya.
Dan mereka tahu, di dalam penghasilan itu ada hak negara
berupa pajak dan hak penerima zakat berupa zakat,
tegasnya.
program
baznas
22 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H
simba
SIMBA
LAHIRKAN STANDAR
LAPORAN ZAKAT NASIONAL
DAN TERINTEGRASI
Undang-Undang No.23/2011 ten tang
Pengelolaan Zakat memberi amanah kepada
BAZ NAS untuk menjadi koor di na tor pengelolaan
zakat na sio nal. Tugasnya, antara lain meng -
koordinasikan pelaporan pengelolaan zakat
secara nasional.
Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 23
K
arena adanya amanah itu, BAZNAS membuat sebuah
sistem manajemen infor masi yang dapat membantu
operasional BAZNAS (pusat, provinsi, kabupaten/
kota) dan LAZ dalam sistem manajemen informasi yang
bisa menghasilkan laporan yang berjenjang.Yaitu, dari
kabupaten/kota ke provinsi, dari provinsi ke pusat, dan dari
pusat ke Presiden/DPR.
Bertitik tolak dari tugas ini, kemudian BAZNAS
mengembang kan sebuah sistem manajemen informasi
atau Simba. Langkah ini diawali dengan membangun
master plan IT (November 2011-Januari 2012). Di situ
terlihat rancangan sistem yang akan dibangun baik dari
teknologinya, ruang lingkupnya maupun output-nya. Setelah
itu, dibuatlah standard operating pro cedure (SOP)-nya. Ini
selesai pada Maret 2012. Kemudian, dilakukan pembuatan
sistemnya (Maret 2012- September 2012).
Awal Oktober 2012, BAZNAS menyelenggarakan
pelatihan per dana tentang Simba untuk BAZ NAS provinsi
di Jakarta. Ketika itu, hadir perwakilan 30 BAZ NAS
Provinsi dan 10 BAZNAS kabupaten. Lalu, diuji cobakan
dan dilatihkan di provinsi dengan peserta dari BAZNAS
kabupaten/kota. Yaitu, di Sumatera Barat, Jawa Barat,
Banten, dan Kalimantan (No vember 2012-Desember 2012).
Lalu, diimplementasikan dan sudah bisa menghasilkan lapo-
ran-laporan dari daerah (mulai 1 Januari 2013).
Menurut Direktur Pelaksana BAZNAS Teten Kustiawan,
se ca ra garis besar dalam Simba ada dua sistem. Yaitu Sistem
Informasi Operasional (SIO) dan Sistem Informasi Pelaporan
(SIP). Masing-masing BAZNAS dan LAZ menggunakan
SIO untuk operasi sehari-hari dengan pendekatan kas
masuk dan kas keluar. Dalam kas masuk, antara lain, dapat
di-input data based muzakki, transaksi penghimpunan dana
zakat, infak dan sedekah (ZIS). Sedangkan dalam kas keluar,
bisa di-input data based mustahik dan penyaluran ZIS.
Terhadap berbagai data itu dilakukan pengkodean
dengan nomor khusus, seperti untuk jenis program
pendayagunaan, jenis dana (ZIS), dan jenis asnaf. Untuk
pembuatan kode ini ada yang sifatnya top down, seperti 8
asnaf dan 5 jenis program (ekonomi, pendidikan, kesehatan,
sosial, dan agama). Ada juga yang sifatnya kreasi,
seperti nama khas setiap program penyaluran
zakat.
Data-data itu, termasuk yang sifatnya
keuangan dan transaksi keuangan akan di-input
dan akan menghasilkan laporan-laporan, seperti
profil muzakki, jum lah penghimpunan dana ZIS,
profil asnaf, dan jenis program penyaluran. Ada
juga laporan keuangan standar yang mengacu kepada
Pernyataan Standar Akun tansi Keuangan (PSAK) 109. Bisa
diterbitkan juga kartu nomor pokok wajib zakat (NPWZ)
dan bukti setor zakat. Jadi, kita melayani muzakki sebaik
mungkin mulai dari registrasi sampai ke pembayaran, dan
pelaporan, kata Teten.
Dengan data based yang di-input, misalnya oleh
BAZNAS kabupaten/kota, maka BAZNAS provinsi akan
bisa membaca laporan dari seluruh kabuten/kota yang
ada dalam wilayahnya. Begitu juga BAZNAS. Dia bisa
tahu tentang laporan BAZNAS provinsi dan kabupaten/
kota. Inilah sistem informasi pelaporan (SIP) dan ini sudah
terintegrasi. Berbeda dengan SIO yang berada di masing-
masing BAZNAS atau tidak terintegrasi, jelasnya.
Dengan demikian akan lahir standar laporan zakat
nasional yang transparan, akuntabel dan mudah diakses
melalui web masing-masing BAZNAS (pusat, provinsi, kota/
kabupaten) dan LAZ.
Menurut Teten, dari adanya laporan nasional yang
terintegrasi ini akan diperoleh berbagai manfaat, antara
lain, pertama, bisa diambil kebijakan atau keputusan
baik di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten/kota.
Misalnya, perlu dilakukan sosialisasi dan edukasi di daerah
A karena jumlah muzakkinya masih rendah. Kedua, bisa
dijadikan alat monitoring atau evaluasi. Misalnya, sejauh
mana kemampuan pengelola zakat di daerah dalam
mendayagunakan dana zakat. Ketiga, bisa dijadikan alat
akuntabilitas buat masyarakat (muzakki). Mengetahui
akun ta bi litas yang paling murah ya lewat internet, katanya.
simba
24 | Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H 1434 H
simba
SIMBA BUKAN SEKADAR APLIKASI,
TAPI MEDIA KOMUNIKASI
Achmad Setio Adinugroho,S.Si, M.IT,
Manager Information Technology
System(ITS) BAZNAS
Aplikasi simba ini
user friendly banget.
Jadi, nanti si user cuma
tinggal melakukan
pencatatan data saja,
gak perlu pusing-
pusing bikin jurnal dan
pelaporan-pelaporan
secara manual. Tinggal
pilih menu laporan, klik
jenis laporan apa yang
mau dibuat. Trus pilih
periodenya, langsung
muncul.
D
emikian komentar seorang pengguna sistem
manajemen inforamsi BAZNAS (Simba) dari
BAZNAS Bukittingi dalam bazbukittinggi.blogspot.com.
Menurut Manager Information Technology System
(ITS) BAZNAS Achmad Setio Adinugroho,S.Si, M.IT,
kemudahan itu dirasakan user karena Simba dibangun
dengan web tanpa harus melewati proses instalasi
yang rumit.
Ini, katanya, berbeda dengan Simzaki (Sistem
Zakat Indonesia) yang sering dikeluhkan ribet. Simba
ini mudah. Sejauh ini problemnya hanya satu. Yaitu,
pengguna lupa akan password atau dia salah mengetik
password sehingga tak bisa login. Maka, password
dibuat sesederhana dan semudah mungkin seperti
membuka email.
Kemudahan itu juga karena Simba ini menggunakan
fasilitas Google yang berbayar. Sebenarnya, kata Tio,
panggilan akrab pakar IT itu, pembuatan password
bisa dikembangkan sendiri tanpa harus memanfaakan
Google. Tapi itu memerlukan usaha pengamanan
sendiri yang tidak mudah. Berbeda kalau dengan
Google. Saya yakin, Google pasti menjaga password
itu. Selama ini saya belum menemukan kasus, ada
orang masuk akun Google lewat jalur-jalur selain orang
itu tahu internet dan password.
Manfaat lainnya dari Google berbayar adalah
nama domain lembaga dapat digunakan pada gmail.
Misalnya, @baznas.or.id. Meski ada nama Baznas,
sistemnya milik gmail. Gmail ini bayar satu akun 5
dollar AS. Kalau tak berbayar, nama lembaga tidak
akan bisa digunakan, jelasnya.
Layanan Google tak cuma email, tapi juga Google
Drive dengan fiturnya yang lengkap, antara lain video.
Dengan fitur ini, pada 15 Oktober 2012 BAZNAS
bisa mengadakan soft launching Simba dengan
menggunakan video conference. Ketika itu yang
Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H | 25
simba
diundang 19 pimpinan BAZNAS Provinsi. Lima di
antaranya bisa terkoneksi dan bisa berdialog dengan
Ketua Umum BAZNAS Didin Hafidhuddin dan Direktur
Pelaksana Teten Kustiawan.
Dalam Simba memang ada unsur aplikasi
pengelolaan zakat, seperti registrasi muzakki, transaksi
kas masuk dan kas keluar, tapi agar menjadi media
komunikasi antar-BAZNAS, maka dalam Simba ini
ditambahkan fitur radio streaming dari BAZNAS
Palembang. Jadi, sambil bekerja mereka bisa
menikmati radio streaming, katanya.
Dalam Simba ini, dia juga akan menambahkan fitur
yang saat in cukup menarik dan menyenangkan. Yaitu,
Geographic Information System (GIS). Dengan GIS
bisa ditampilkan peta Indonesia. Kalau teman-teman
di Banten membuka peta Banten, akan tampil seluruh
kabupaten di Banten,urainya.
Fitur lain yang akan ditampilkan adalah semacam
data statistik dalam bentuk grafik. Dengan fitur ini,
kita bisa tahu secara interaktif. Misalnya, kalau ada
penambahan jumlah dana zakat, grafik itu otomatis
akan naik atau bertambah. Ini bisa dibaca secara real
time,katanya.
Di dalam Google Drive ini juga ditampilkan banner.
Untuk sementara yang ditampilkan adalah kegiatan
pelatihan Simba yang sudah dilakukan.
Menurut dia, siapa pun dan di mana
pun amil zakat berada, dia bisa melihat
kegiatan pelatihan ini.
Karena Simba masih dalam proses
pelatihan server yang ada di BAZNAS
belum begitu besar. Dengan 23 GB,
katanya, sudah cukup. Selain itu,
dalam hal server, Google selama
ini belum ada problem, seperti
server down. Selama ini server
maintenance ada pada kami.
Kalau soal koneksi internet
bukan wilayah kami. Selama ini
up, Google Drive bisa diakses.
Pokoknya, kami cukup puas
dengan Google,tegasnya.
Dia tidak terlalu meng-
khawatirkan masalah hi-
langnya data dan informasi
dalam Simba bila Google
bermasalah. Sebab, se-
mua data dan informasi
simba tidak disimpan di
Google, tapi di server tersendiri milik BAZNAS. Fitur-
fitur lain masuk dalam server kami. Google hanya
tambahan-tambahan, seperti Google Drive, urainya.
Dia menilai Google termasuk jor-joran dalam
mengeluarkan fitur. Google Drive bisa 5 GB, email bisa
10 GB, belum fasilitas lainnya. Kelebihan lain, katanya,
dengan Google bisa dilakukan editing online, bahkan
pembuatan power point.
Dia belum berani, kalau dinilai bahwa Simba ini
sistem pertama di dunia. Sebab, dia sendiri belum
melakukan studi banding ke negara lain, termasuk
ke Malaysia. Kalau di Indonesia dalam pengelolaan
zakat, Simba mungkin yang pertama. Sebab, selama
ini yang dipakai sifatnya desentraliasasi, bukan
sentralisasi,katanya.
Menurut Tio, sistem ini awalnya adalah aplikasi
penghimpunan zakat dan keuangan BRI Syariah pada
masa transisi antara Undang-Undang (UU) Zakat
lama dan UU Zakat baru. Begitu ada UU Zakat baru,
aplikasi ini kami kembangkan sesuai dengan SOP dari
bagian perencanaan dan pengembangan (renbang)
BAZNAS. Ya, banyak modifikasilah,katanya.
Ketika mendapat amanah membuat Simba, yang
terbayang pada dirinya adalah Simba akan menjadi
aplikasi yang luar biasa karena mencakup seluruh
nusantara. Semua akan menggunakan ini. Kita
mendapat real data. Ini suatu yang luar
biasa.
26 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H
inspirasi
foto: miroslav arofich
ZAKAT
MEMBAWA
BERKAH
Hidup berkah itu bukanlah hidup
dengan limpahan harta semata,
tapi hidup penuh dengan limpahan
rahmat dan karunia-NYa. Sehingga
yang hadir adalah hidup penuh
ketenangan dan ketenteraman.
Itulah yang dirasakan H.
Ardju Fahadaina setelah taat
mengeluarkan zakat, infak dan
sedekah.
Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 27
K
etika seorang lelaki berada di sebuah padang
sahara yang sunyi, tiba-tiba ia mendengar suara dari
angkasa:Curahkanlah air pada kebun si Fulan. Awan itu
pun bergerak ke sebidang tanah berbatu hitam. Lalu, hujan
lebat pun turun hingga semua saluran dan parit-paritnya
penuh. Lelaki itu menelusuri aliran air itu. Bertemulah ia
dengan si Fulan pemilik kebun. Mereka saling berkenalan.
Akhirnya, lelaki itu bertanya, Apa yang Anda perbuat
dengan kebun ini? Si Fulan menjawab, Aku selalu
memperhatikan hasil kebun ini. Lalu, aku menyedekahkan
sepertiganya. Sepertiga berikutnya aku makan bersama
dengan keluarga, dan sepertiganya lagi aku kembalikan
(untuk modal bercocok tanam).
Kisah yang diringkas dari sebuah Hadis Riwayat Muslim
ini menggambarkan tentang seorang petani yang saleh,
yang rajin bersedekah dengan jumlah sedekah yang banyak.
Lalu, ia mendapatkan limpahan rahmat dan kasih sayang-
Nya. Tak heran kalau kemudian, hasil panennya melimpah
ruah. Hidupnya pun berkah.
Sebagai pengusaha, H. Ardju Fahadaina (61) ingin
seperti petani itu. Maka, di PT Ufia Tirta Mulia (UTM),
perusahaan air mineral dalam kemasan yang dipimpinnya
itu, ia mengambil kebijakan bahwa selain zakat 2,5%, ia
akan mengeluarkan infak dan sedekah sebesar 32,5%
atau 1/3 dari keuntungannnya setiap tahun. Dengan kata
lain, dia akan mengeluarkan zakat, infak dan sedekah (ZIS)
sebesar 35% setiap tahun dari keuntungan perusahaannya.
Jadi, kalau Ufia yang pada 24 April 2013 berusia 3 tahun
itu punya keuntungan Rp4 miliar, Ufia akan mengeluarkan
zakatnya sebesar Rp100 juta (2,5 persen), infak dan
sedekah sebesar Rp1,3 miliar (32,5 persen).
Sedangkan sisanya, Rp2,6 miliar akan digunakan
untuk pengembangan usaha sebesar Rp1,3 miliar
( 32,5 persen) dan untuk kesejahteraan keluarga
sebesar Rp1,3 miliar (32,5 persen).
Melihat begitu besarnya ZIS yang dikeluarkan,
orang mungkin akan sulit mempercayai bahwa
usaha itu akan untung secara materi. Namun,
H.Ardju yakin dengan janji Allah Swt yang akan
melipatgandakan pahala sedekah sampai 700
kali lipat, seperti yang difirmankan-Nya dalam QS
Al-Baqarah: 261. Kalau uang kita diinvestasikan
di bank, bunganya itu paling tinggi hanya 20% per
tahun. Nah, Allah menjanjikan sampai 700 kali
lipat. Kenapa kita tidak mengejar itu?, tegasnya.
Tekadnya ini tak hanya dipendam di dalam hati,
tapi sudah diungkapkan ke publik. Yaitu, pada
tabilgh akbar memperingati milad Ufia yang kedua
di Masjid Jami Bintaro Jaya, Jakarta, tahun 2012
lalu. Ketua Majlis Ulama Indonesia (MUI) K.H.
Amidan yang hadir pada acara itu menyatakan
bahwa rencana Ufia akan mengeluarkan ZIS
sebesar 35% merupakan sebuah terobosan.
Kalau orang lain baru niat dalam hati. Tapi ini
sudah diumumkan di publik. Artinya, Ufia ini pasti
mau bertanggung jawab, katanya.
H. Ardju tentu akan memegang janjinya,
seperti makna yang terkandung dalam nama
Ufia. Ufia awalnya diambil dari inisial nama
keluarga. Yaitu U=Ulfa(nama istri), F=Fili (nama
inspirasi
28 | Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H 1434 H
anak perempuan), I=Ivan (nama anak laki-laki), dan
A=Ardju. Tapi ternyata dalam gramatika bahasa Arab
(dalam satu hadis), Ufia itu artinya, aku ingin memenuhi
janji secara sempurna. Ini suatu amanah. Dan ini tidak
main-main,katanya
H. Ardju memang tidak main-main. Dia mengaku
telah menjalankan ZIS yang 35% ini dalam manajemen
rumah tangganya sebelum dia mendirikan Ufia. Setelah
lulus dari Akademi Teknik Kulit, Yogyakarta, Jurusan
Penyamakan Kulit, dia bekerja di perusahaan sepatu
Bata di Kalibata, Jakarta (1974-1986) Ketika mau ke
Jakarta, ayah sudah wanti-wanti agar saya jangan lupa
membayar ZIS. Dan itu saya laksanakan,kenang H.
Ardju yang berasal dari Yogyakarta itu.
Dengan berzakat, katanya, alhamdulillah hidupnya
tenang dan dari segi ekonomi cukup. Sukses itu
relatif. Yang jelas, saya lebih baik dibanding dulu
ketika datang pertama kali ke Jakarta. Dulu, di rumah
kontrakan, makan satu bungkus berdua dengan teman.
Sekarang, saya punya rumah, punya perusahaan dan
kendaraan. Istilahnya, dulu kalau mau pergi naik apa ya,
tapi, sekarang, pakai mobil yang mana, katanya sambil
tersenyum.
Kalau itu dikatakan sebuah kesuksesan, ia tak
ingin kesuksesannya itu hanya dinikmati dirinya
sendiri. Ia ingin kesuksesan karena berzakat itu bisa
mendjadi suatu model. Maka, ia mendirikan Ufia yang
berlandaskan Quran dan Hadis dengan menerapkan
ZIS sebesar 35%. Selain itu, ia juga mengajak
konsumennya berinfak. Setiap liter air minum merk Ufia
yang terjual diinfakkan sebesar 15%. Untuk penyaluran
infak itu, Ufia bekerja sama dengan BAZNAS.
Usianya baru tiga tahun. Tapi Ufia cukup
berkembang. Bila tahun pertama hanya mampu
menjual 1,8 juta liter, tahun kedua sudah mampu
menjual hingga 8 juta liter. Maka, pada tahun pertama
infaknya Rp 27 juta dan pada tahun kedua Rp120 juta.
Pada acara milad yang ketiga yang bertempat di
aula masjid Al Ikhlas Jatipadang Jakarta Selatan, 23
April 2013, Ufia menyerahkan infaq konsumennya
sebesar Rp. 117.500.000,-. Semua infak ini telah
diserahkan ke BAZNAS yang dipimpin Prof. Dr. K.H.
Didin Hafidhuddin, M.Sc.
Berkembangnya usaha ini menunjukkan bahwa air
minum merk Ufia sudah diterima oleh masyarakat. Ini
terjadi karena Ufia menawarkan kualitas dunia dan
akhirat. Dari sisi kualitas dunia, air minum Ufia diambil
dari mata air Gunung Pangrango di Desa Cinaraga,
Caringin, Bogor dengan kapasitas 30 liter/detik,
diproses secara hygenis dan modern dengan teknologi
mutakhir water treatment dan dilengkapi dengan
sinar ultraviolet dan ozonisasi untuk membunuh dan
membersihkan kuman secara maksimal. Selain itu,
proses produksinya juga selalu diiringi dengan bacaan
ayat-ayat suci Al-Quran.
Sedangkan dari sudut kualitas akhirat, Ufia
mengajak para konsumennya untuk berinfak, yang
insya Allah pahalanya bisa dinikmati di akhirat kelak.
Maka wajar kalau kemudian, Ketua Umum BAZNAS
Didin Hafidhuddin mendoakan, Insya Allah dengan
minum air Ufia, Anda akan mendapatkan kenikmatan
kesegaran, kesehatan dan keberkahan hidup serta
mendapatkan kanikmatan akhirat berupa pahala.
Ufia, perusahaan syariah ini merupakan upaya pria
berkulit putih itu hijrah dari bisnis sebelumnya yang
konvensional. Selepas bekerja di perusahaan sepatu
Naiki, ia membeli Stasiun Pengangkutan Pengisian
Bulk Elpigi (SPPBE). Usaha ini sebenarnya memberi
keuntungan yang besar. Tapi, teman usahanya tak mau
menerapkan ZIS itu. Maka, ia keluar.
Ia terdorong berbisnis karena ingat pesan ibunya,
seorang penjahit, Kamu itu jangan mau menerima
gaji, tapi harus bisa memberi gaji. Pesan ini, katanya,
cocok dengan hadis Rasulullah Saw yang menyatakan,
sembilam dari sepuluh pintu rezeki itu adalah berniaga.
inspirasi
Penyerahan infaq konsumen UFIA kepada BAZNAS yang diterima
KH Didin Hafidhuddin
Ketika mau ke Jakarta,
ayah sudah wanti-wanti
agar saya jangan lupa
membayar ZIS. Dan itu
saya laksanakan,kenang
H. Ardju yang berasal dari
Yogyakarta itu.
Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H | 29
agenda
AGENDA RAMADHAN
BAZNAS 1434 H
1
Juni 2013
Zakat Goes
To Campus
9 JULI -
8 AGUSTUS 2013
Java Overland, Donasi
di Berbagai Titik Pulau
Jawa. Tayang di MetroTV
1-30 Ramadhan 2013
19
Juli 2013
Buka Bersama 13 Ribu Anak
Yatim, Serentak di 13 Kota
18
Juli 2013)*
Muzaki Gathering bersama
Duta BAZNAS, Anggito
Abimanyu
30
Juni 2013
Tarhib Ramadhan :
Berari untuk anak Yatim
Orphanship
Pesantren Kilat di Atas
Kapal Perang
18-20
Juli 2013
25
Juni 2013
Indonesia Berzakat
Bersama Presiden RI
M
alaysia, sebagai negara yang digolongkan sukses
dalam mengelola zakat, dulu-dulunya, sebelum 1980-
an, pernah mengalami kondisi seperti di atas. Katakanlah,
pengelolaan zakatnya terbengkalai juga. Ketika itu, di
Malaysia belum ada sistem dan sosialisasi zakat, sehingga
penghimpunan dana zakatnya relatif masih sangat rendah.
Melihat kondisi itu, Majlis Agama Islam (MAI) yang punya
otoritas besar dalam pengelolaan zakat membuat terobosan.
Yaitu, membentuk Pusat Pungutan Zakat (PPZ). Untuk
pengelolaan haji, MAI, yang berada dalam kementerian
non-departemen ini membangun Tabung Haji (TH). Kedua
lembaga ini sekarang menjadi rujukan beberapa negara di
luar Malaysia.
Gagasan pembentukan PPZ ini sudah ada sejak Mei
1989. Tapi, baru berjalan pada 1 Januari 1991. Waktu
yang dua tahun ini digunakan MAI untuk melakukan kajian-
kajian tentang peningkatan penghimpunan zakat, seperti
struktur dan sistem organisasi, model kampanye, dan kiat-
kiat marketing. Dalam hal ini MAI bekerja sama dengan
konsultan asing, Coopers & Lybrand.
30 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H
JAWAZH KOORDINIR
PENGELOLAAN ZAKAT
DI MALAYSIA
dunia
zakat
Zakat adalah perintah Allah yang wajib ditunaikan. Tapi, nyatanya tak semua muslim yang
tergolong wajib bayar zakat (muzakki) mau melaksanakan kewajiban itu. Mereka perlu
didorong lewat aturan atau sosialisasi. Di sini perlu peran pemerintah dan pengelola zakat yang
profesional. Tanpa itu, jumlah zakat yang dihimpun menjadi kecil. Akhirnya, zakat tidak mampu
didayagunakan lebih besar untuk hal-hal yang besar, misalnya kemiskinan dan pengangguran.
menteri dan menjalankan fungsi koordinasi seluruh
lembaga zakat di Malaysia.
Dengan adanya koordinasi ini, pengelolaan zakat
Malaysia tergolong berhasil, terutama dalam hal
penghimpunan zakat. Misalnya, pada 2010 total
zakat yang bisa dihimpun lembaga zakat se-Malaysia
mencapai 1.360, 82 juta RM, atau sekitar Rp3,64
triliun. Ini tentu lebih besar bila dibandingkan dengan
total dana zakat yang berhasil dihimpun oleh lembaga
amil zakat Indonesia.
Yang menarik, semua jenis zakat yang dibayarkan
oleh muzakki kepada lembaga pengelola zakat di
Malaysia mendapat insentif sebagai pengurang
pajak. Dari hasil penelitian yang dilakukan Dr. Irfan
Syauqi Beik, M.Sc. ternyata ada korelasi positif
antara penghimpunan zakat dengan pendapatan
zakat. Dengan kata lain, pemberian insentif berupa
zakat sebagai pengurang pajak tidak menyebabkan
perolehan pajak mengalami penurunan.
Selain kebijakan ini, menurut CEO PPZ H. Mohd
Rais, ada sejumlah faktor lain yang melahirkan
kesuksesan zakat di Malaysia. Antara lain, budaya
kerjanya berorientasi layanan muzakki, profesional,
karyawan diposisikan sebagai aset, bekerja secara tim,
dan adanya pelatihan-pelatihan.
Selain itu, dari segi ekonomi Malaysia itu bagus.
Kelas Menengahnya banyak bermunculan, katanya
dalam Lokakarya Internasional tentang Zakat, Wakaf
dan Keuangan Mikro Syariah di Bogor akhir April lalu.
Menurut Rais, dalam operasional BM, pemerintah
membuat anggaran tersendiri. Dengan adanya dana
tambahan dari pemerintah itu, maka makin banyak
dana yang bisa digunakan untuk membantu kaum
dhuafa, baik berupa dana pendidikan maupun berbagai
latihan keterampilan, seperti menjahit, bengkel, dan
catering lewat Institut Kemandirian yang didirikan BM.
BM juga membangun Institut Profesional dan Institut
Pengajian Tinggi. Dengan membangun ini itu dana BM
masih berlebih. Maka, dana berlebih ini diinvestasikan
ke berbagai bisnis, seperti trading dan real estate.
Dari hasil kajian ini, kemudian PPZ menjadi
perusahaan murni yang hanya bertugas menghimpun
zakat. Ia berada di bawah koordinasi Majlis Agama
Islam Wilayah Persekutuan (MAIWP) yang juga punya
lembaga lain yang bertugas khusus sebagai agihan
(penyalur) dana zakat. Yaitu, Baitul Maal (BM).
PPZ ini kedudukannya sejajar dengan BM. CEO
(Pejabat Eksekutif Tertinggi) pertama yang memimpin
PPZ adalah Moh. Dahlan bin Abdul Latief, seorang
profesional muda. Di bawah kepemimpinannya, PPZ
menjadi lembaga zakat profesional yang diresmikan
oleh pemerintah atau Perdana Menteri Dr. Mahathir
Mohammad pada Maret 1991. Seperti BAZNAS,
kalau di Indonesia.
Sejak berdirinya PPZ, pengelolaan zakat di Malay-
sia mengalami perubahan cukup signifikan. Sebagai
akibatnya, model pengelolaan zakat ala PPZ ini
dicontoh secara luas di negara-negara bagian Malaysia.
Kini selain Wilayah Persekutuan di Kualalumpur, lima
negeri bagian lain seperti Malaka, Pahang, Selanggor,
Pulau Pinang, dan Negeri Sembilan juga punya PPZ
yang independen (berdiri sendiri). Delapan negeri
lainnya, tidak punya PPZ tersendiri, tapi punya BM
yang selain bertugas menyalurkan juga menghimpun
zakat. Ini menandakan, pengelolaan zakat di Malaysia
itu tidak secara nasional. Ke-14 negeri bagian itu
diberi hak mengelola zakatnya masing-masing.
Dalam Kultwit Irfan Beik tentang Sejarah Zakat di
Malaysia, dijelaskan bahwa bila dibagi-bagi lebih detail
lagi, sebenarnya secara umum model kelembagaan
zakat di Malaysia terbagai jadi tiga kelompok setelah
dibentuknya PPZ ini. Yaitu, korporasi, semi korporasi,
dan negara secara penuh.
Yang modelnya korporasi, berarti penghimpunan
dan penyaluran zakat dilakukan oleh perusahaan
(PPZ). Ini ada di Selangor, Serawak, dan Pulau Pinang.
Yang semi korporasi (penghimpunan zakat oleh
PPZ, tapi penyalurannya oleh MAI (Baitul Mal). Ini
ada di Kuala Lumpur, Negeri Sembilan, dan Pahang.
Sedangkan model Negara, yang penghimpunan dan
penyaluran zakatnya oleh MAI (pemerintah) atau Baitul
Maal ada di tujuh Negara bagian sisanya.
Karena pengelolaan zakat ada di masing-masing
negara bagian, regulasinya juga berbeda-beda. Ini
memungkin terjadinya perbedaan penafsiran. Misalnya,
penafsiran nishab, harta wajib zakat, sanksi untuk
muzakki yang tidak membayar zakat, dan definisi
delapan asnaf yang disebutkan dalam Al-Quran.
Karena lembaga zakatnya independen di masing
negara bagian, maka pada Maret 2004 Perdana
Menteri Badawi mendirikan Jabatan Wakaf, Zakat dan
Haji (Jawazh). Jawazh ini ada di bawah kantor perdana
Dari hasil penelitian yang dilakukan Dr.
Irfan Syauqi Beik, M.Sc. ternyata ada
korelasi positif antara penghimpunan zakat
dengan pendapatan zakat. Dengan kata lain,
pemberian insentif berupa zakat sebagai
pengurang pajak tidak menyebabkan
perolehan pajak mengalami penurunan.
Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H | 31
dunia
zakat
32 | Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H 1434 H
opini
Pada akhir April 2013 lalu Prof.
Dr. H. Imam Suprayogo resmi
mengakhiri masa bakti sebagai
Rektor Universitas Islam Negeri
(UIN) Maulana Malik Ibrahim
Malang yang telah dijabatnya
selama 16 tahun sejak STAIN
sampai menjadi UIN.
QUDWAH ZAKAT DARI
UIN MALANG
Imam Suprayogo, nahkoda yang telah
memberikan pengabdian, reputasi dan peran
besar dalam merintis, membangun dan
mengembangkan UIN Maulana Malik Ibrahim
sehingga mencapai kemajuan seperti sekarang
ini. Sebelum memimpin STAIN dan UIN, Imam
Suprayogo adalah Wakil Rektor Universitas
Muhammadiyah Malang (UMM). Prestasi dan
reputasinya dalam mengembangkan UMM
bersama Prof. Drs. H. A. Malik Fadjar selaku
rektor pada waktu itu menjadi track-record yang
mengantar Imam Suprayogo memimpin STAIN
dan UIN Malang.
Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H | 33
opini
Oleh M. Fuad Nasar, M.Sc
Wakil Sekretaris BAZNAS
Sebagai cendekiawan muslim Imam Suprayogo
seorang pengamat sosial, pendidikan, keagamaan
dan politik yang rajin menuangkan pemikiran dan
gagasannya di berbagai tulisan.Seorang penulis dan
kolomnis yang produktif menghasilkan tulisan setiap
hari sehabis shalat shubuh.
Dalam tugasnya memimpin UIN, Imam Suprayogo
berupaya menghilangkan dikotomi antara ilmu agama
(Islam) dan ilmu umum dengan metode pohon ilmu
yang dia populerkan di lingkungan perguruan tinggi
Islam. Sampai saat ini telah ada beberapa tesis dan
disertasi tentang pemikiran tokoh ini.
Salah satu terobosan penting Imam
Suprayogo selama memimpin UIN Malang adalah
mendirikan lembaga ZIS (Zakat, Infa dan Sedekah)
Kampus. Pada waktu serah terima kepemimpinan
UIN dari Prof. Dr. H. Imam Suprayogo kepada Prof.
Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si sebagai rektor yang baru,
Imam Suprayogo menyampaikan kesan dan pesan,
Kampus ini besar, karena kita bersatu. Bukan karena
saya, bukan karena Anda, tapi karena kita semua.
Ibarat jamaah yang selalu bersama-sama, maka
pertahankanlah jamaah itu agar kita selalu bersama.
Imam Suprayogo berharap kepada rektor
penggantinya agar tetap mempertahankan tradisi baik
yang sudah berjalan. Karena tradisi-lah yang membuat
UIN Maliki berbeda dengan kampus manapun. Salah
satu tradisi yang dimaksud adalah gerakan Zakat, Infak
dan Sedekah yang dikembangkan sejak tujuh tahun
yang lalu. ungkap beliau.
Dalam buku Imam Suprayogo, Refleksi Pemikiran
Menuju Indonesia Baru (UIN-Maliki Press, 2011) dapat
kita baca seputar keberadaan lembaga ZIS Kampus
di UIN Malang sebagai berikut, Melalui lembaga ini
diharapkan agar bisa membantu para mahasiswa
yang mengalami kesulitan keuangan, misalnya untuk
membayar SPP. Sejak itu, saya mencoba menyisihkan
sebagian gaji yang saya terima sebesar sekitar 20 %
setiap bulannya, selanjutnya saya setorkan ke lembaga
ZIS Kampus ini. Alhamdulillah, apa yang saya lakukan,
sekalipun tidak sebesar itu, para dosen, karyawan
dan bahkan para wali mahasiswa memberi dukungan
bersama-sama menghidupkan ZIS Kampus ini.
Hasilnya, cukup menggembirakan, lembaga ini dalam
batas-batas tertentu dapat meringankan beban orang-
orang yang memerlukan bantuan.
Imam Suprayogo bahkan menyumbangkan seluruh
tunjangannya sebagai rektor untuk ZIS Kampus. Uang
itu semuanya langsung saya bayarkan ke ZIS Kampus.
Alhamdulillah, ZIS ini menjadi berkembang, hingga
bisa menggerakkan orang berzakat dan bahkan bisa
memberi modal usaha di pedesaan.
Seandainya setiap perguruan tinggi di Tanah
Air memiliki kepedulian dan tindakan nyata dalam
mengorganisir potensi ZIS yang berasal dari pimpinan
perguruan tinggi, staf pengajar, karyawan dan pihak
lainnya, insya Allah masalah keuangan yang dialami
mahasiswa kurang mampu akan dapat terselesaikan,
di samping adanya program beasiswa bagi mahasiswa
berprestasi.
Memajukan dunia perzakatan tidak cukup hanya
dengan sosialisasi dan edukasi melalui pidato dan
tulisan yang bagus-bagus, tetapi juga memerlukan
kepeloporan, keteladanan, keberanian untuk memulai
sesuatu yang baik, dan kepemimpinan yang satu kata
dan perbuatan. UIN Malang telah memberi Qudwah itu.
Qudwah zakat dari UIN Malang mengingatkan
saya pada pepatah dalam bahasa Arab, Dilalatul afal
anfau min dilalatil aqwali. (petunjuk yang disampaikan
melalui perbuatan lebih bermanfaat daripada yang
disampaikan melalui ucapan). Dengan kata lain,
mengajak dan menggerakkan orang dengan bahasa
perbuatan akan lebih berkesan dan efektif dibanding
sekadar bahasa lisan atau bahasa tulisan, sekalipun
itu tetap perlu. Sebagaimana firman Allah SWT dalam
Al Quran, Hai orang-orang yang beriman! Mengapa
kamu mengucapkan apa yang tiada kamu perbuat?
Sangat benci Tuhan, bahwa kamu ucapkan apa yang
tiada kamu perbuat. (QS Ash-Shaff [61]: 2 - 3)
Wallahu alam.
Memajukan dunia perzakatan tidak cukup hanya dengan
sosialisasi dan edukasi melalui pidato dan tulisan yang bagus-
bagus, tetapi juga memerlukan kepeloporan, keteladanan,
keberanian untuk memulai sesuatu yang baik, dan
kepemimpinan yang satu kata dan perbuatan. UIN Malang telah
memberi Qudwah itu.
34 | Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H 1434 H
MOHAMMAD NATSIR
POLITISI YANG
SEDERHANA
DAN SANTUN
K
arakter negatif seperti itu tak dimiliki Mohammad
Natsir, seorang ulama dan politisi Islam yang
lahir di Minangkabau, Sumatera Barat, 17 Juli 1908.
Ia pernah menjadi menteri penerangan tiga kali dan
menjabat perdana menteri satu kali. Tapi ternyata
hidupnya sederhana. Ia tidak silau terhadap kekayaan
dan fasilitas mewah yang sebenarnya ada pada
jabatannya itu..
Kesederhanaan Natsir yang dibesarkan di keluarga
agamis ini disaksikan sendiri oleh George McTurnan
Kahin, seorang Indonesianis yang kenal dengan Natsir.
Penulis buku Nationalism and Revolution itu merasa
heran karena sebagai Menteri Penerangan Natsir
berpakaian jas yang penuh tambalan. Pakaiannya
sungguh tidak menunjukkan ia seorang menteri
dalam pemerintahan, tulis Kahin dalam buku berjudul
Natsir, 70 Tahun Kenang-kenangan Kehidupan dan
Perjuangan, yang terbit pada 1978.
Apa yang dikatakan Kahin, bisa jadi sesuai
dengan pengalaman Yusril Ihza Mahendra pada masa
yang berbeda. Menurut Yusril yang pernah menjadi
anggota staf Natsir itu, atasannya acapkali ke kantor
mengenakan kemeja itu-itu saja. Kalau tidak baju
putih yang di bagian kantongnya ada noda bekas tinta,
kemeja lainnya adalah batik berwarna biru, kata Yusril,
mantan Menteri Hukum dan HAM, itu.
Ketika diangkat menjadi perdana menteri, pe-
mimpin Masyumi itu tetap sederhana. Ia tinggal di
sebuah gang hingga seseorang menghadiahkan
sebuah rumah di Jalan Jawa (sekarang Jalan HOS
Cokroaminoto), Jakarta. Natsir juga menolak hadiah
mobil Chevrolet Impala dari seorang cukong.
Tentang penolakan hadiah ini, seorang putri
Natsir, Muchliesah berkisah. Suatu ketika, katanya,
dari balik lemari yang menjadi sekat ruang tamu, ia
bersama empat adik dan sepupunya mencuri dengar
pembicaraan sang ayah dengan seorang tamu dari
Medan. Mereka mendengar sang ayah akan diberi
sumbangan mobil sedan besar buatan Amerika yang
tergolong mewah pada 1956.
Jabatan dengan segala
fasilitasnya yang mewah,
seringkali menyilaukan
pemegang jabatan itu. Maka,
tak heran kalau kemudian dia
menjadi seorang pejabat yang
arogan dan hidup bermewah-
mewahan, melupakan
penderitaan rakyatnya.
tokoh
Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H | 35
masa yang akan datang terjadi perubahan besar dalam
partai Indonesia, Natsir tetap berharap, partai-partai
Islam itu agar membentuk fraksi Islam dalam dewan.
Biar partai Islam berbeda, jaga terus dalam fraksi Islam.
Itu kekuatan terakhir.
Selain dikenal sebagai sosok yang
sederhana dan santun, Natsir juga seorang
yang tegas sehingga ia disegani sekaligus
ditakuti musuh-musuh politiknya. Tak jarang
ia keluar masuk penjara karena bersuara
lantang membela kebenaran. Ya, ketika itu,
Natsir tidak mendapat penghargaan dari
pemerintah Indonesia.
Namun, negara-negara lain sangat menghormati
dan menghargainya, sehingga ia banyak menerima
penghargaan, seperti bintang Nichan Istikhar
(Grand Gordon) dari Raja Tunisia (1957), Faisal
Award dari Raja Fahd Arab Saudi (1980), dan gelar
kehormatan dalam bidang sastra dari Universitas
Kebangsaan Malaysia dan dalam bidang pemikiran
Islam dari Universitas Sains Malasia (1991).
Pemerintah Indonesia baru menghormatinya
setelah 15 tahun kematiannya. Yaitu,
pada 10 November 2008, Natsir
d i n y a t a k a n s e b a g a i
P a h l a w a n N a s i o n a l
Indonesia.
Lies, panggilan akrab Muchliesah, menyangka
mobil Chevrolet Impala yang sudah terparkir di depan
rumahnya itu akan menjadi milik keluarganya. Tapi,
ternyata tidak karena ayahnya menolak pemberian itu.
Padahal ketika itu, Natsir sebagai anggota parlemen
dan pemimpin fraksi Masyumi, hanya punya mobil
pribadi bermerk DeSoto yang sudah kusam.
Pemegang gelar Doktor Honoris Causa Universitas
Islam Indonesia (dulu Sekolah Tinggi Islam),
Yogyakarta, itu, menolak pemberian hadiah itu dengan
cara halus agar si pemberi tidak tersinggung atau
kehilangan muka. Dengan santun pula ia menasihati
putrinya Pandai-pandailah mensyukuri nikmat yang
ada. Mobil itu bukan hak kita. Lagi pula mobil yang ada
masih cukup.
Nasihat Natsir itu benar-benar dipatuhi anak dan
istrinya. Buktinya, mereka tidak manja dan lupa diri
meski sebenarnya mereka bisa memanfaatkan semua
fasilitas ayahnya sebagai pejabat tinggi. Lies yang saat
itu kelas II SMP tetap naik sepeda ke sekolah. Adik-
adiknya diantar jemput dengan mobil DeSoto yang dibeli
dari uang sendiri. Sedangkan sang ibu, masih kerap
berbelanja ke pasar dan memasak sendiri. Keluarga
kami sama sekali tidak pernah memanfaatkan fasilitas
pemerintah, misalnya perjalanan dinas, kata Lies.
Karena kesederhanaannya ini, Natsir sangat
hati-hati dalam menerima dana. Ketika mundur dari
jabatannya sebagai perdana menteri pada 1951,
ia disodori catatan sisa dana taktis yang jumlahnya
lumayan banyak oleh sekretarisnya, Maria Ulfa. Natsir
tidak mau menerima dana itu sepeser pun, meskipun,
kata Maria Ulfa, dana itu menjadi haknya. Dana itu
akhirnya dilimpahkan ke koperasi karyawan. Selain
menolak dana itu, di ujung jabatannya itu, Natsir juga
meninggalkan mobil dinasnya di Istana Presiden. Lalu,
ia pulang berboncengan sepeda dengan mantan
sopirnya.
Kesantunan Natsir juga ada dalam kegiatan
politiknya. Hal ini dialami Akbar Muzakki, wartawan yang
tinggal di Surabaya ketika menemuinya di Pesantren
Persis Bangil Pasuruan pada 1989 dalam acara
silaturahmi Keluarga Besar Bulan Bintang
yang dihadiri sejumlah ormas, antara lain
Muhammadiyah, Dewan Dakwah Islam
Indonesia (DDII), dan Persis. Ketika itu
tengah terjadi masalah ideologi partai
politik rusak akibat penerapan asas
tunggal.
Menurut Akbar, dalam tausiahnya,
Natsir menyarankan agar umat
Islam bersatu di Partai Persatuan
Pembangunan (PPP). Dan jika di
tokoh
36 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H
kiprah
SEJENGKAL
TANAH
SEJUTA
HARAPAN
foto: miroslav arofich
Sabtu, 27 Mei 2006, pk. 05.53 WIB, Yogyakarta diguncang
gempa bumi berkekuatan 6,3 skala Richter. Gempa itu
meluluhlantakkan sejumlah wilayah di Yogyakarta, termasuk
di antaranya Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul. Warga
Piyungan, khususnya yang tinggal di Desa Srimartani, ketika
itu benar-benar trauma, bingung, dan galau. Hidup mereka
seakan tanpa harapan dan tanpa masa depan.
RUMAH PINTAR
PIJOENGAN-BAZNAS
Di tengah kegalauan dan keterpurukan itu, hadirlah Rumah Pintar
(Rumpin) Pijoengan - BAZNAS yang menghibur, membangkitkan,
dan memberi secercah harapan. Bahkan, sejuta harapan. Sebab,
bersama para pengelola Rumpin Pijoengan BAZNAS, masyarakat
Piyungan akhirnya mampu mengubah sejengkal tanah menjadi
sejuta harapan.
Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 37
Rumpin yang diresmikan pada 12 Maret 2008 oleh
Ketua Umum BAZNAS Prof. Dr. Didin Hafidhudin dan
Ketua Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB) Ibu
Widodo AS itu, awalnya menempati rumah kontrakan, satu-
satunya rumah saat itu yang tak roboh oleh gempa bumi.
Kegiatannya pun terbatas hanya untuk menghibur dan
meningkatkankan minat baca anak-anak korban gempa.
Dengan demikian, Rumpin Pijoengan, ketika itu, hanya
merupakan sentra baca dan permainan.
Menurut pengelola Rumpin Pijoe ng an Teguh Waluyo,
kegiatan itu dilakukan karena memang itu yang menjadi
kebutuhan anak-anak waktu itu. Anak-anak kan trauma
hingga perlu dihibur dengan permainan-permainan dan
bacaan-bacaan. Selain minat bacanya rendah, mereka juga
tak mampu membeli buku. Maka, kami sediakan buku-buku
bacaan, kata penggagas pendirian Rumpin Pijoengan itu
kepada reporter majalah Zakat akhir Maret lalu di Piyungan,
Bantul.
Namun, setelah Rumpin Pijoengan menempati tempat
sendiri seluas 3000 meter persegi di Kecamatan Piyungan,
sekitar 7 km dari Candi Prambanan pada Januari 2010,
kegiatannya mulai berkembang. Rumpin Pijoengan tidak
hanya jadi sentra baca untuk anak-anak, tetapi juga jadi
sentra keterampilan jahit dan bordir buat ibu-ibu. Atau, jadi
sentra pertanian untuk para petani.
Hingga saat ini, paling tidak, ada lima sentra Rumpin
Pijoengan yang bisa dimanfaatkan masyarakat Piyungan.
Pertama, sentra baca dan buku. Lewat sentra ini anak-anak
atau siapa saja yang mau, bisa membaca buku di ruangan
baca atau meminjamnya tanpa biaya sewa. Anak-anak
sekolah dasar (SD) yang belum lancar membaca, lewat
sentra ini, bisa belajar membaca. Dalam waktu dua minggu
mereka jadi lancar membaca.
Kedua, sentra kesehatan. Lewat sentra ini ibu-ibu bisa
memeriksakan kesehatan balitanya. Ini semacam pos
pelayanan terpadu (posyandu). Ketiga, sentra komputer
dan audiovisual. Di sini anak-anak bisa belajar internet dan
bermain game. Keempat, sentra keterampilan menjahit dan
membordir. Lewat sentra ini ibu-ibu bisa meningkatkan
keterampilan dalam menjahit dan membordir.
Kelima, sentra pertanian. Salah satu kegiatannya adalah
penyewaan pompa air dan traktor. Petani yang menyewa
traktor di Rumpin Pijoengan akan mendapat pengembalian
berupa voucer, misalnya senilai Rp20 ribu yang bisa
ditukarkan dengan kebutuhan petani untuk bertaninya,
seperti bibit, pestisida, dan pupuk. Ini tersedia di Rumpin
Pijoengan dengan harga distributor yang lebih murah
dibanding di toko pertanian.
BAZNAS memberikan bantuan dua traktor. Yang satu
lagi dimanfaatkan oleh kelompok tani. Tapi kelompok tani
tidak menggunakan teknik penyewaan seperti Rumpin
Pijoengan. Menurut Teguh, dana zakat yang diberikan dalam
bentuk traktor, jauh lebih bermanfaat daripada
diberikan cash langsung. Sampai sekarang, sudah
lima tahun traktor itu digunakan.Insya Allah,
selama traktor itu masih dipakai, pahala amal itu
masih mengalir buat muzakki, katanya.
Kegiatan lain dari sentra pertanian adalah
melatih ibu-ibu menanam sayuran secara
organik di pekarangan. Dengan tanah sejengkal
diupayakan bisa menjadi sejuta harapan. Dengan
cara ini diharapkan, para ibu tidak perlu lagi
membeli sayuran ke pasar, tapi cukup memetik
di pekarangannya. Bahkan, kami dorong agar
mereka juga bisa menjualnya, kata Teguh.
Selain itu, di sentra ini ada juga farming school
atau sekolah tani. Di sini masyarakat bisa belajar
tentang pertanian secara komprehensif, misalnya
menanam cabe dengan menggunakan pupuk
kompos. Petani juga bisa belajar menanam
padi menggunakan teknologi SRI (System Rice
Instensification). Untuk pengembangan padi
SRI, Rumpin Pijoengan melalui program Zakat
Community Development BAZNAS bekerja sama
dengan Fakultas Teknologi Pertanian UGM telah
membuat percontohan (demonstrasi plot) di
dusun Mutihan dan Daraman, Srimartani.
Program pemberdayaan masyarakat, idealnya
mendorong local person untuk berperan aktif
seperti Teguh yang mengelola Rumpin Pijoengan
. Tugas kami mengintroduksi program yang
bisa diterapkan, sehingga masyarakat bisa
mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya,
ujar Dr. Ir. Lilik Soetiarso, M.Eng. Dekan FTP UGM,
penanggung jawab ZCD Srimartani.
Selain di Rumpin sendiri, terdapat juga unit
layanan keliling berupa layanan kesehataan,
Motor Pintar, dan pemberdayaan masyarakat.
Atas adanya berbagai program ini, khususnya
sentra pertanian dan keterampilan produktif,
dengan mengusung ikon Sejengkal Lahan
Seluas Harapan, Rumpin Pijoengan mendapat
penghargaan sebagai Rumpin terbaik di
Indonesia dalam kategori pengembangan
sentra. Piala penghargaannya diserahkan oleh
Ibu Ani Yudhoyono pada peresmian Padepokan
Mutumanikam Nusantara Indonesia di Desa
Cibatutiga, Jonggol, Bogor, 22 Juli 2010.
kiprah
Dengan cara ini diharapkan,
para ibu tidak perlu lagi membeli
sayuran ke pasar, tapi cukup
memetik di pekarangannya.
38 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H
ANDA BERTANYA
KAMI MENJAWAB
Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, M.Sc
Ketua umum BAZNAS
tanya
jawab
ZAKAT PENGHASILAN
Manakah yang paling tepat menurut syariat, mengeluarkan zakat penghasilan sebelum dipotong
dulu oleh pajak (yang biasanya 15%) atau sesudah dipotong pajak?
Setiap calon jamaah haji yang ingin melunasi ongkos naik haji (ONH) diharuskan menyetorkan atau
mengelurkan zakat ONH kepada petugas haji. Apakah zakat tersebut ada landasan syariatnya?
Sutisna, Bogor
Ada pendapat yang menyatakan bahwa pajak itu termasuk ke dalam rumpun utang yang harus
dipenuhi terlebih dahulu. Karena itu, zakat dikeluakan setelah dipotong pajak. Akan tetapi, ada
juga yang menyatakan bahwa zakatlah yang harus didahulukan. Artinya, zakat dikeluarkan
sebelum dipotong pajak. Sebab, zakat adalah utang kepada Allah Swt yang harus didahulukan dan
diutamakan. Yang penting, dalam kondisi kita sekarang ini, keduanya dikeluarkan.
Pada prinsipnya, zakat itu dikeluarkan pada waktu kita mendapatkan suatu penghasilan atau
harta lainnya yang memenuhi persyaratan tertentu, bukan pada waktu kita mengeluarkan atau
membayar sesuatu, termasuk membayar ONH, misalnya.
Sebagai ilustrasi, jika Pak A memiliki penghasilan Rp100 juta, lalu mengeluarkan zakatnya
sebesar 2,5% dan setelah mengeluarkan zakatnya itu Pak A membayar ONH, maka
tentu saja uang ONH itu tidak perlu dizakati lagi. Jika Pak A belum pernah
mengeluarkan zakat dari hartanya tersebut, maka sebelum menyetor ONH ia
harus mengeluarkan zakatnya terlebih dahulu dan berikan kepada
yang berhak menerimanya (mustahik),
seperti yang digambarkan dalam QS At-
Taubah:60.
Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 39
tanya
jawab
Saya bekerja sebagai akuntan publik dan bekerja sama
dalam sebuah firma (usaha bersama). Apakah untuk
profesi saya ini juga diwajibkan untuk berzakat? Adakah
dasar hukum yang mengatur hal seperti ini? Bagaimana
menghitung zakat saya, apakah melalui saya pribadi atau
firma saya itu?
Syafei Ridwan Jakarta
Setiap pekerjaan halal (termasuk akuntan publik) yang
mendatangkan penghasilan, setelah dihitung selama
satu tahun hasilnya mencapai nisab (senilai 85 gram
emas), maka wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5%.
Ini berdasarkan firman Allah dalam QS Al-Baqarah:267:
Wahai sekalian orang yang beriman, infakkanlah/
keluarkanlah zakat dari sebaik-baik hasil usahamu
Juga dalam QS At-Taubah: 103: ambillah olehmu
sedekah/zakat dari harta mereka Juga berdasarkan
sebuah hadis sahih riwayat Imam Tirmidzi bahwa
Rasulullah Saw bersabda, Keluarkanlah olehmu sekalian
zakat dari harta kamu sekalian.
Jika Anda dalam melaksanakan pekerjaan ini bekerja
sama dengan orang lain dalam sebuah firma, maka untuk
memudahkan perhitungannya, Anda mengeluarkan
zakatnya secara pribadi saja.
ZAKAT PROFESI ZAKAT MAL 2,5%
Zakat mal adalah 2,5% dari penghasilan. Apakah
penghitungan 2,5% itu bedasarkan jumlah penghasilan
(gaji) yang tertera dalam slip gaji atau dihitung dari gaji yang
telah dipotong (take home pay) dari berbagai kewajiban,
seperti cicilan rumah, pinjaman koperasi, dan iuran Korpri
(untuk pegawai negeri)?
Hadi, Jakarta Timur
Zakat mal adalah zakat yang diwajibkan atas harta (mal)
yang dimiliki oleh seseorang dengan ketentuan tertentu.
Yang termasuk ke dalam harta (mal) yang wajib dizakati
adalah hasil pertanian, peternakan, perniagaan, harta
simpanan (emas dan perak), dan harta temuan.
Setiap jenis harta itu memiliki ketentuan zakat yang
berbeda. Misalnya, zakat hasil pertanian adalah 10% atau
5%, zakat perniagaan 2,5%, zakat temuan (rikaz) 20%,
dan lain-lain.
Zakat penghasilan (profesi ) termasuk ke dalam kategori
zakat harta simpanan (emas dan perak). Tentu saja
apabila penghasilannya masih memiliki kelebihan (dapat
disimpan) setelah dikurangi kebutuhan-kebutuhan pokok
yang harus ditunaikan. Besarnya 2,5%. Yang termasuk
dalam kebutuhan pokok adalah pangan dan sandang.
40 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H
sirah
UTSMAN BIN AFFAN
SAHABAT YANG
DERMAWAN
Berbahagialah seorang
hamba yang dikaruniai harta
melimpah, lalu ia belanjakan
harta itu di jalan Allah dan
demi kepentingan umat. Sebab,
dengan kedermawanannya itu,
ia akan mendapatkan Surganya
Allah di akhirat kelak.
Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 41
sirah
H
al itulah yang dilakukan Ustman bin Affan r.a.
Beliau adalah sahabat Rasulullah Saw yang
sangat setia. Kesetiaannya ini ia buktikan dengan
kedermawanan. Tak terhitung hartanya yang
beliau sumbangkan untuk kepentingan umat dan
dalam berbagai peperangan yang dilakukan oleh
Rasulullah Saw.
Suatu ketika, rombongan kaum Muhajirin tiba di
Madinah. Mereka sangat membutuhkan air. Tapi, pada
saat itu Madinah sedang dilanda kekeringan dan
hanya ada satu sumber mata air, yaitu sumur Rumah,
milik seorang lelaki dari Bani Ghifar. Ia biasa menjual
satu qirbah (kantung dari kulit) airnya diganti dengan
satu mud makanan.
Melihat situasi seperti ini, Rasulullah Saw bertanya
ke pemilik sumur Rumah itu: Sudikah kamu menjual
mata air itu dengan ganti satu mata air di Surga?
Lelaki itu menjawab:Wahai Rasulullah, aku tidak punya
apa-apa lagi selain sumber air ini. Dan aku tidak bisa
menjualnya seperti permintaan engkau.
Pembicaraan itu didengar oleh Utsman bin Affan.
Dia menemui Nabi Saw, lalu bertanya, Akankah aku
mendapatkan mata air di Surga seperti yang engkau
janjikan kepada laki-laki dari Bani Ghifar tadi?
Nabi menjawab: Tentu saja. Utsman pun berkata;
Kalau begitu, biarlah aku yang membelinya, dan aku
mewakafkannya untuk kaum Muslimin. Sumur Rumah
itu dibeli Utsman bin Affan dengan harga 35.000
dirham.
Pada waktu yang lain, kota Madinah tertimpa musim
paceklik. Harga bahan pangan pun jadi mahal karena
ketersediaannya langka. Di tengah situasi seperti itu,
datanglah iring-iringan kafilah dagang Utsman bin
Affan dari Syam. Mereka membawa1000 ekor unta
yang penuh dengan muatan gandum, minyak, dan
anggur.
Kehadiran kafilah dagang Utsman disambut
gembira oleh para pedagang di Madinah. Sebagian dari
mereka mau membeli bahan pangan itu dengan harga
lima kali lipat dari harga belinya. Tapi, Utsman ingin
harganya sepuluh kali lipat dari harga belinya. Sebab,
kata Utsman, sesungguhnya Allah Swt menjanjikan
kepadanya untuk memberikan keuntungan sebanyak
sepuluh kali lipat dari setiap dirham, seperti dalam
firman-Nya:
Barang siapa membawa amal yang baik, maka
baginya pahala sepuluh kali lipat amalnya. Dan barang
siapa yang membawa perbuatan jahat, maka ia tidak
diberi pembalasan melainkan seimbang dengan
kejahatannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya
(dirugikan) QS Al-Anam:160).
Lalu, Utsman bertanya, Adakah di antara kalian
yang mampu membelinya? Mereka menjawab: Tidak!
Bagi mereka, harga sebesar itu sungguh harga yang
sangat mencekik. Maka, Utsman berkata,Saksikanlah
oleh kalian bahwa barang dagangan ini semuanya aku
sedekahkan bagi fakir miskin di Madinah!
Ketika terjadi perang Tabuk, Utsman pun meng-
ge lontorkan banyak dinarnya. Dari Abdurrahman bin
Samurah r.a, ia bercerita: Suatu ketika Utsman bin
Affan menemui Nabi Saw dengan membawa seribu
dinar di bajunya. Saat itu, beliau tengah mempersiapkan
pasukan untuk menghadapi Perang Tabuk. Utsman
meletakkan uang dinar itu di pangkuan Rasulullah
Saw. Beliau lantas membolak-balikkan dinar-dinar
itu dengan tangannya, seraya bersabda: Setelah
hari ini, apa pun yang dilakukan Utsman tidak akan
membahayakan dirinya (di akhirat).
Menurut Abdurahman bin Auf r.a, Utsman bin
Affan mempersiapkan dana sebesar 700 uqiyah emas
bagi pasukan kaum Muslimin yang akan menghadapi
Perang Tabuk. Sedangkan menurut Khalid bin Sufwan,
Utsman bin Affan menyiapkan 750 ekor unta dan 50
ekor kuda guna menghadapi Perang Tabuk.
Selain dikenal sebagai seorang dermawan, menantu
Rasulullah Saw itu juga seorang yang sangat tekun
dalam beribadah. Setiap malamnya ia lewati dengan
berdiri shalat. Beliau hanya tidur sejenak pada awal
malam, sedangkan siangnya beliau lewati dengan
puasa sunnah. Beliau juga sangat banyak membaca
Al-Quran. Bahkan, selalu mengkhatamkannya setiap
tiga hari sekali.
Mati syahid Utsman sudah dilisankan langsung oleh
Rasulullah Saw. Dari Anas bin Malik, ia berkata: Suatu
hari Nabi Saw mendaki gunung Uhud bersama Abu
Bakar, Umar dan Utsman. Tiba-tiba gunung tersebut
berguncang. Maka, beliau bersabda,Tenanglah wahai
Uhud, sesungguhnya yang ada di atasmu ini adalah
seorang Nabi, seorang shiddiq dan dua orang syahid.
(HR Bukhari).
Syahidnya Utsman diawali dengan adanya fitnah
besar yang dikobarkan Abdullah bin Saba, seorang
Yahudi asal Yaman yang berpura-pura masuk Islam.
Ia menaburkan keraguan di tengah kelompok tentang
akidah mereka serta mengecam Utsman bin Affan.
Dalam hadis riwayat At-Tirmizi dijelaskan, Rasulullah
Saw pernah menyebutkan tentang suatu fitnah,
lalu beliau bersabda tentang Utsman, Pada masa
terjadinya fitnah tersebut, orang (Utsman) ini akan
terbunuh dalam keadaan mazhlum (dizhalimi).
Dalam hadis lain yang diriwayatkan Bukhari
dijelaskan bahwa Utsman bin Affan akan masuk surga
dan bahwa ia akan ditimpa suatu ujian atau cobaan
dalam hidupnya.
BAGI INDAH DEWI PERTIWI, BERBAGI ITU INDAH
42 | Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H 1434 H
BAGI ANGGITO ABIMANYU,
MEMBAYAR ZAKAT ITU
MUDAH
BAZNAS tak salah memilih Anggito
Abimanyu, Dirjen Penyelenggaraan
Haji dan Umrah sebagai Duta Zakat
BAZNAS. Sebab, dia adalah
seorang tokoh panutan yang
memang suka berzakat.Saya
ini pembayar zakat. Sudah lima
tahun ini saya selalu mengisi
SPT dengan pengurang pajak,
yaitu zakat, katanya.
Ia mengaku senang
diberi amanah sebagai Duta
Zakat BAZNAS. Saya senang
di manf aat kan
u n t u k
Sosialisai dan edukasi tentang zakat lewat
berbagai media perlu terus dilakukan. Dengan
cara itu, diharapkan para wajib zakat (muzakki)
terdorong untuk membayar zakat, seperti yang
dialami Indah Dewi Pertiwi atau yang akrab
disapa IDP.
Penyanyi kelahiran Bogor 30 Januari
1991 itu, mulai membayar zakat lewat
BAZNAS setelah lebaran tahun lalu. Dia
banyak tahu tentang BAZNAS, sejak release
album religinya featuring dengan Bimbo yang
didistribusikan oleh BAZNAS. Dalam album ini
IDP menyanyikan tiga buah lagu Bimbo yang
berjudul Tuhan, Taqaballahu Minna Waminkum,
dan La Haula Wala Kuwwata.Insya Allah aku
akan terus membayar zakat, katanya.
IDP mau membayar zakat karena zakat itu
suatu kewajiban yang harus dia tunaikan. Selain
itu, baginya berbagi itu adalah hal yang paling
menyenangkan. Setelah membayar zakat,
perasaanku pasti lebih bahagia. Sebab, aku
sudah menjalankan kewajibanku sebagai
muslim. Dan aku juga bisa menikmati
keindahan berbagi, kata pelantun lagu
Aku tak Berdaya itu.Dia berharap,
zakat yang telah dia keluarkan itu
bisa didistribusikan dengan baik dan
tepat oleh BAZNAS.
Sebagai entertainer saat ini ia
terus melakukan latihan-latihan
untuk memberikan penampilan
terbaiknya, melebihi kesuksesan
penampilan pada peluncuran
album keduanya yang berjudul
Teman Terindah, 24 Februari
2012, yang disiarkan secara live
oleh SCTV. Tanggal itu begitu
bersejarah dalam hidupku,
katanya.
kepentingan zakat. Insya Allah, saya akan men-syiarkan
zakat bersama pajak karena saya juga duta pajak, kata
mantan Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian
Keuangan, itu.
Doktor lulusan University of Pennsylvania
Philadelphia, Amerika Serikat, itu, tentu banyak tahu
tentang pajak. Tapi soal zakat, ia mengaku belum tahu
banyak. Ia baru belajar tentang zakat. Namun, bukan
berarti zakat itu suatu yang sulit. Baginya, kalau mau
berzakat tidak perlu susah-susah dihitung dengan
rumus pendapatan dan pengeluaran atau grass
income. Kalau berzakat itu, paling gampang adalah
pendapatan kita dipotong 2,5% karena yang 2,5% itu
bukan uang kita,katanya.
Dia juga senang saat diberi Nomor Pokok Wajib
Zakat (NPWZ) oleh BAZNAS. Lalu, dia menyandingkan
NPWZ itu dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
yang selalu ia bawa. NPWZ dan NPWP ini akan
selalu saya sandingkan. Ini adalah contoh, bahwa
sebagai warga negara dan umat Islam kita harus taat
mengeluarkan pajak dan zakat, kata akademisi yang
juga piawi memainkan saxophone itu.
sahabat
zakat
Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H | 43
Bulan Mei termasuk bulan yang di
dalamnya banyak peristiwa penting yang
diperingati oleh bangsa Indonesia. Hari
Pendidikan Nasional yang jatuh pada
tanggal 2 Mei dan Hari Kebangkitan
Nasional yang diperingati pada tanggal
20 Mei. Dan tentu saja 1 Mei sebagai
Hari Buruh (May day) yang diperingati
bukan hanya di Indonesia tapi juga di
seluruh dunia.
Sejak era reformasi, peringatan hari buruh selalu
diwarnai unjuk rasa oleh para buruh di Jakarta
dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Setiap
unjuk rasa, buruh menyampaikan tuntutan
perbaikan kesejahteraan, baik dari aspek
regulasinya maupun penerapan dan pengawasan
penerapan regulasi tersebut. Unjuk rasa ini
sering berakhir dengan damai seperti pada 1 Mei
2013 ini, namun tidak jarang berakhir dengan
rusuh, baik dengan aparat maupun dengan
masyarakat lainnya.
Unjuk rasa para buruh dapat menunjukkan
bahwa ada ketidakadilan atau kebutuhan
(bukan keinginan) yang belum terpenuhi yang
dirasakan oleh mereka. Dalam konteks ini, kita
dapat menghubungkannya dengan zakat. Sebab,
salah satu definisi orang miskin yang masyhur
di kalangan umat adalah mereka yang memiliki
penghasilan namun tidak memenuhi 100%
kebutuhannya (sekali lagi bukan keinginan).
Kita sama-sama pahami bahwa orang miskin
merupakan salah satu asnaf mustahik zakat.
Bertitik tolak dari benang merah tersebut,
menjadi keharusan bagi para pengelola zakat
memastikan, merumuskan, dan merealisasikan
peran zakat dalam meningkatkan kesejahteraan
KEGALAUAN BURUH
DAN PERAN ZAKAT.
para buruh. Para pengelola zakat harus
memiliki keyakinan yang cukup ketika
menyatakan bahwa sebagian para buruh
adalah benar pihak yang berhak (mustahik)
atas zakat sesuai dengan ketentuan syariah
Islam sebagaimana amanah UU Zakat No.
23 Tahun 2011 dan mengetahui sebab-
sebab mengapa para buruh masuk sebagai
mustahik zakat. Hal ini penting agar (1)
terwujud keadilan dalam penyaluran zakat
di tengah banyaknya mustahik zakat dan
terbatasnya dana zakat yang terhimpun, dan
(2) efektif dalam penyaluran zakat untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
menanggulangi kemiskinan.
Memahami apa yang harus dilakukan amil
zakat untuk satu segmen saja dari satu asnaf
mustahik zakat seperti yang ungkapkan di
atas, kita akan merasakan sungguh luar biasa
tanggung jawab dari para pengelola zakat.
Terkait hal ini, Wakil Menteri Agama RI Prof.
Dr. H. Nasaruddin Umar, dalam halal bi halal
di BAZNAS, menyampaikan tausiah bahwa
tugas amil zakat bukan hanya menghimpun
dan menyalurkan zakat, namun juga harus
menjadi sahabat spiritual bagi para mustahik.
Ya Allah yang Maha Perkasa, berilah
kekuatan kepada kami untuk dapat
menunaikan amanah ini dengan baik dan
benar sehingga kami mendapat ridha-Mu. La
haula wala quwwata illa billah.
Teten Kustiawan
Direktur Eksekutif BAZNAS
44 | Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H 1434 H
catatan
zakat
Pengumpulan karya:
1 Juni 31 Juli 2013
Nantikan seri workshop
fotografi dan menulis blog di
kampus-kampus perguruan
tinggi yang lain.
Informasi lebih lengkap kunjungi:
www.baznas.or.id/kompetisicreatifbaznas
Share pendapat kamu
tentang manfaat zakat
untuk masyarakat sekitar
dan ikuti lomba Menulis
Blog/Notes Facebook
kamu
Masing-masing pemenang akan
memperoleh hadiah sebesar:
Juara 1 Rp 2.000.000,-
Juara 2 Rp 1.500.000,-
Juara 3 Rp 1.000.000,-
Kirimkan link blog/notes facebook
karya kamu ke
kompetisi@baznas.or.id
46 | Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H 1434 H

Anda mungkin juga menyukai