Penyusun:
Divisi Riset dan Kajian
Pusat Kajian Strategis BAZNAS
Penyunting:
Anggota BAZNAS RI
Direktur Amil Zakat Nasional BAZNAS
Direktur Koordinator Zakat Nasional BAZNAS
Direktur Umum BAZNAS
Penerbit:
Pusat Kajian Strategis
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
Jl. Kebon Sirih Raya No. 57, 10340, Jakarta Pusat
Telp. (021) 3904555 Faks. (021) 3913777 Mobile. +62857 8071 6819
Email: sekretariat@puskasbaznas.com
www.baznas.go.id
www.puskasbaznas.com
ISBN: 978-602-60689-1-0
Daftar Isi
1
Daftar Tabel
Tabel 1
Komponen Indeks Zakat Nasional ..................................................................................................... 22
Tabel 2
Dimensi Makro .................................................................................................................................. 26
Tabel 3
Dimensi Mikro ................................................................................................................................... 30
Tabel 4
Skoring Dimensi Makro dan Mikro ................................................................................................... 39
2
Daftar Gambar
Gambar 1
Metode Penyusunan IZN .................................................................................................................. 18
3
Daftar Bagan
Bagan 1
Komponen Pembentuk IZN ..................................................................................................................10
4
KATA PENGANTAR DIREKTUR PUSAT KAJIAN STRATEGIS BAZNAS
Bismillaahirrahmaanirraahim
Salah satu mandat yang menjadi tanggung jawab keberadaan Pusat Kajian Strategis (Puskas)
BAZNAS adalah menyusun alat ukur pengelolaan zakat nasional, yang dapat dijadikan
referensi oleh Anggota BAZNAS dalam mengevaluasi kondisi terkini pengelolaan zakat
nasional, sekaligus menjadi acuan dalam menyusun kebijakan yang diambil. Untuk itu,
Puskas BAZNAS telah mengembangkan kajian terkait dengan alat ukur tersebut, yang diberi
nama Indeks Zakat Nasional.
Dalam laporan singkat edisi kajian Indeks Zakat Nasional, akan dipaparkan bagaimana proses
formulasi Indeks Zakat Nasional (IZN) ini. IZN ini disusun dengan prinsip SMART, yaitu
Spesific, Measurable, Applicable, Reliable, dan Timely.Secara umum, indeks ini bertujuan
untuk meningkatkan kualitas pengelolaan zakat sehingga tujuan pengelolaan zakat nasional
sebagaimana yang tercantum dalam UU No 23/2011 tentang Pengelolaan Zakat dapat
tercapai.
Dengan pendekatan indeks yang bersifat kuantitatif ini, maka diharapkan keberadaan IZN ini
dapat menjadi acuan dalam menilai kinerja BAZNAS sebagai penanggung jawab pengelolaan
zakat nasional. Insya Allah, melalui persetujuan Anggota BAZNAS, IZN ini dapat dieksekusi
perhitungannya pada kuarter pertama 2017, dan dapat dihitung secara berkala satu kali atau
dua kali dalam satu tahun.
Semoga keberadaan Indeks Zakat Nasional ini dapat membawa manfaat bagi keberhasilan
pembangunan zakat di tanah air.Puskas BAZNAS sangat terbuka terhadap berbagai saran dan
masukan dalam penyempurnaan konsep indeks ini.Semoga Allah SWT senantiasa
memberkahi.Amin yaa Rabbal „Aalamiin.
5
KATA PENGANTAR KETUA BAZNAS
Indeks Zakat Nasional (IZN)menjadi penting karena hingga hari ini Indonesia sebagai negara
Muslim terbesar di dunia belum memiliki alat ukur standar pengelolaan zakat nasional yang
dapat mengukur kinerja dan perkembangan zakat Nasional. Sehingga dengan adanya IZN ini
juga dapat merefleksikan kerja nyata yang BAZNAS perjuangkan demi kebangkitan zakat
Indonesia. Indeks Zakat Nasional juga diharapkan dapat menjadi parameter yang bersifat
obyektif dalam menilai keberhasilan pencapaian tujuan pengelolaan zakat berdasarkan UU
No 23/2011 tentang Pengelolaan Zakat.
Harapan ke depan, Indeks Zakat Nasional dapat diaplikasikan oleh BAZNAS dan Lembaga
zakat di tingkat nasional, maupun di tingkat daerah sehingga setiap institusi zakat mempunyai
standar mutu yang berkualitas. Terakhir, sebagai bentuk pertanggungjawaban bersama, kami
secara terbuka menerima kritik dan saran konstruktif untuk menghasilkan Indeks Zakat
Nasional yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan umat dan bangsa.
6
TIM PENYUSUN INDEKS ZAKAT NASIONAL
7
EXECUTIVE SUMMARY
Indeks Zakat Nasional (IZN), yang disusun oleh Tim Peneliti Pusat
Kajian Strategis (Puskas) BAZNAS, merupakan sebuah indeks
komposit yang dibangun dengan tujuan untuk mengukur
perkembangan kondisi perzakatan nasional. IZN diharapkan dapat
menjadi indikator yang dapat memberikan gambaran sejauh mana
zakat telah berperan terhadap kesejahteraan mustahik, dan juga dapat
menunjukkan pada tahap apa institusi zakat telah dibangun, baik
secara internal kelembagaan, partisipasi masyarakat, maupun dari sisi
dukungan yang diberikan pemerintah.
8
metodologi penelitian yang mengintegrasikan metode kuantitatif, dan
penelitian kualitatif . Dalam kajian ini metode kualitatif digunakan
dalam menyusun komponen pembentuk IZN, sedangkan metode
kuantitatif digunakan dalam membentuk model estimasi
penghitungannya. Dalam menentukan komponen-komponen yang
membentuk IZN, tim peneliti puskas juga menetapkan sebuah
pedoman yang menjadi konsep dasar dalam keseluruhan proses
penyusunan index yang dibuat. Pedoman tersebut disingkat dengan
istilah SMART, yaitu komponen indeks yang memenuhi kriteria
Spesific; Measurable; Applicable; Reliable; dan Timely.
9
Bagan 1 Komponen Pembentuk IZN
Regulasi
Jumlah lembaga
Dukungan zakat resmi, muzakki,
anggaran dan mustahik
Makro pemerintah
untuk zakat Rasio jumlah
muzakki individu
Database lembaga terhadap jumlah
rumah tangga
zakat resmi, nasional
muzakki, dan
mustahik
Rasio jumlah
muzakki bdan
terhadap jumlah
badan usaha nasional
IZN Penghimpunan
Pengelolaan
Kelembagaan
Penyaluran
Pelaporan
Mikro
Indeks kesejateraan
CIBEST
Modifikasi Indeks
Dampak zakat Pembangunan
Manusia
Kemandirian
10
Adapun teknik estimasi penghitungan yang dilakukan dalam
memperoleh nilai IZN menggunakan metode yang dinamakan Multi-
Stage Weighted Index. Metode ini menggabungkan beberapa proses
tahapan pembobotan yang telah diberikan pada setiap komponen
penyusun index, sehingga pembobotan yang diberikan pada setiap
komponen tersebut harus dilakukan bertahap dan bersifat prosedural.
Proses pembobotan dilakukan setelah didapatkan indeks yang hitung
pada setiap variabel, dengan mengikuti rumusan berikut :
( )
( )
Dimana,
= Indeks pada variabel i
= nilai skor aktual pada pengukuran variabel i
= Skor maksimal
= Skor minimal
Nilai indeks yang dihasilkan akan berada pada rentang 0.00 – 1.00.
Ini berarti semakin rendah nilai indeks yang didapatkan maka
semakin buruk kinerja perzakatan nasional, dan semakin besar nilai
indeks yang diperoleh berarti semakin baik kondisi perzakatan. Nilai
0.00 berarti indeks zakat nasional yang diperoleh adalah paling
rendah yaitu “nol”. Sedangkan nilai 1.00 berarti nilai indeks paling
tinggi, yaitu “sempurna”.
12
1. PENDAHULUAN
13
kedalaman kemiskinan, indeks keparahan kemiskinan, dan
sebagainya. Kajian ini kemudian disempurnakan dengan memasukkan
aspek spritual dengan nama metode CIBEST (Beik dan Arsiyanti,
2015). Hal yang sama juga dilakukan oleh Nurzaman (2011,2015),
yang memodifikasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai alat
ukur kesejahteraan bagi rumah tangga mustahik.
14
dapat menunjukkan pada tahap apa institusi zakat telah dibangun,
baik secara internal kelembagaan, partisipasi masyarakat, maupun
dari sisi dukungan yang diberikan pemerintah. IZN pada akhirnya
diharapkan menjadi sebuah ukuran standar yang dapat dipakai oleh
regulator, lembaga zakat, dan juga masyarakat dalam mengevaluasi
perkembangan zakat secara nasional.
2. TUJUAN
3. METODOLOGI
15
menghitung indeks, sementara tahapan penyusunan menjelaskan
proses dan tahapan yang dilakukan untuk menyusun indeks dan
keseluruhan komponen pembentuknya.
16
mencari landasan syariah yang menjadi dasar penyusunan setiap
komponen dalam IZN1.
1
Kompilasi hasil kajian literatur disajikan di bagian lampiran
17
FGD dan Expert
• Mengumpulkan • Setelah proses
Judgement
dan menganalisis FGD dan expert
literatur dan studi judgement, Tim
terdahulu • FGD I: mendiskusikan mereview untuk
• Menyusun konsep dan draft menajamkan
rancangan formula IZN. komponen IZN
komponen indeks • FGD II: menajamkan • Penyusunan
berdasarkan dimensi, indikator konsep final dan
dimensi - hingga variabel formulasi
indikator- variabel pengukuran penghitungan IZN
• Expert Judgement:
Memberikan
Desk Study pembobotan pada Model Penghitungan
variabel terpilih
18
konsep dasar dalam keseluruhan proses penyusunan yang dilakukan.
Pedoman tersebut kami singkat dengan istilah SMART, yaitu:
Konsep dasar ini menjadi acuan yang sangat penting dalam proses
penyusunan IZN. Satu saja pedoman ini tidak dapat dilakukan, maka
akan sangat sulit membentuk sebuah ukuran indeks yang dapat
berfungsi dengan baik. Pedoman yang dibuat ini juga dimaksudkan
agar IZN menjadi standar yang dapat diimplementasikan tidak hanya
ditingkat nasional, tetapi juga di tingkat daerah sehingga ruang
lingkup menjadi lebih luas dan dalam.
19
tersebut. Setelah didapatkan dimensi dan indikator yang menyusun
IZN, kemudian dipaparkan lebih detail dalam bentuk variabel terpilih.
4. HASIL KAJIAN
Dari seluruh proses tahapan yang dibuat dan metode yang dilakukan
dalam kajian ini, telah diperoleh hasil penyusunan komponen IZN,
bobot setiap komponen pembentuk IZN,dan metode estimasi
penghitungannya. Komponen serta bobotnya masing-masing,
diperoleh dari metode desk study, FGD, dan expert judgement.
20
Sedangkan model penghitungan diperoleh dari kajian yang dilakukan
tim peneliti setelah komponen difinalisasi.
22
4.2 Model Estimasi Penghitungan
( )
( )
Dimana,
= Indeks pada variabel i
= nilai skor aktual pada pengukuran variabel i
= Skor maksimal
= Skor minimal
Adapun nilai indeks yang dihasilkan akan berada pada rentang 0.00 –
1.00. Ini berarti semakin rendah nilai indeks yang didapatkan semakin
buruk kinerja perzakatan nasional, dan semakin besar nilai indeks
yang diperoleh berarti semakin baik kondisi perzakatan. Nilai 0.00
berarti indeks zakat nasional yang diperoleh adalah paling rendah
23
yaitu “nol”. Sedangkan nilai 1.00 berarti nilai indeks paling tinggi,
yaitu “sempurna”
24
X214 : Indeks Variabel Pelaporan
X2 = 0.40X21 + 0.60X22
dimana,
X2 : Indeks Dimensi Mikro
X21 : Indeks Indikator Kelembagaan
X22 : Indeks Indikator Dampak zakat
25
Tahap terakhir adalah mengalikan indeks yang diperoleh pada setiap
dimensi dengan bobot masing-masing untuk memperoleh Indeks
Zakat Nasional, yaitu :
Bagian ini secara terpisah memberikan hasil desk study yang tim
peneliti lakukan. Kajian desk study yang dilakukan, seperti
disebutkan di atas, tidak hanya mencari penelitian atau kajian terkait
yang dilakukan sebelumnya. Kajian literatur juga dilakukan untuk
mencari argumentasi landasan syariah terhadap komponen yang
membentuk Indeks Zakat Nasional. Adapun hasil kajian desk study
yang dilakukan dipaparkan secara singkat pada tabel dibawah ini
1. Dimensi Makro
26
menunjukkan bahwa ulama dari madzhab
pengelolaan zakat sangat Hanafi, menyatakan
penting dilindungi oleh penguasa memiliki
negara karena dengan kewajiban yang mutlak
disahkannya ke dalam dalam pelaksanaan
undang-undang maka ada hukum zakat. Demikian
hukum yang mengikat pula Nabi dan dua
untuk ditaati oleh badan khalifah; Abu Bakar
lembaga pengelola zakat, dan Umar. Karena
dan menertibkan lembaga terjadi perubahan
zakat yang belum resmi kondisi masyarakat,
atau akan dikenakan maka pada
sanksi. pemerintahan Uthman
Keberadaan Undang- urusan diserahkan
undang ini juga harus kepada gubernur
didukung dengan sebagai wakil
Peraturan Daerah. kepanjangan tangan
Dengan adanya pasal 1 khalifah. Para sahabat
ayat 5 UU No.32 Tahun mendukung kebijakan
2004 dapat memungkinan tersebut. Dan jika suatu
pemerintah daerah untuk penduduk negeri
membentuk Peraturan enggan melakukan
Daerah (Perda) sesuai zakat, maka zakat akan
dengan keperluan di diambil secara paksa
daerahnya dan juga dapat oleh wakil-wakil
27
mengeluarkan perda tersebut.
tentang zakat. (Saf, 2015)
Beberapa kajian , seperti Zakat adalah ibadah
yang dilakukan Saf personal yang memiliki
(2015), membuktikan dampak sosial jangka
kontribusi positif peran panjang. Karena itu,
peraturan pemerintah zakat merupakan pilar
anggaran pemerintah terpenting dalam sistem
nasional dan daerah keuangan Negara yang
terhadap zakat. Dari diyakini mampu
studi di daerah mewujudkan
Mojokerto, diperoleh kesejahteraan
Anggaran
hasil peningkatan jumlah masyarakat (al-Falah
pemerintah
2. muzaki dan biaya wa al-Sa‟adah). Salah
untuk
operasional BAZ satu fungsi zakat dalam
zakat
Mojokerto yang sistem keuangan negara
ditanggung oleh APBD adalah pengentasan
Kota Mojokerto, kemiskinan dan
sehingga dana zakat peningkatan kualitas
dapat difokuskan untuk pendidikan. ( Al-
penyaluran kepada Tayyib, al-Wafi, al-
mustahik zakat. Zakah wa Dawruha al-
Fa‟il fi al-Takhfif…,
11, Lih. Basyir „Abd al-
Karim (2004), al-
28
„Ab‟ad al-Nadzariyah
wa al-Maidaniyyah li
al-Zakah, Multaqa al-
Dawli Hawla
Muassasah al-Zakah.
Jamiah al-Balidah, 10-
11)
Efektifitas pengumpulan Menurut Qatadah, yang
dana zakat dan dimaksud hak (Haqq)
pendayagunaannya dalam QS Al-
sangat tergantung pada Dzariyat:19 adalah
kelengkapan apa database kewajiban zakat. Dalam
yang dimiliki khususnya ayat tersebut Allah
terkait dengan jumlah SWT memuji orang
muzaki dan mustahik. yang bertakwa lantaran
Database
Beberapa kajian menyisihkan bagian
3 lembaga
menunjukkan bahwa dari harta mereka untuk
zakat
ketiadaan database zakat orang-orang miskin.
menjadi salah satu faktor Dengan cara ini, harta
dibelakang orang kaya akan
ketidakmampuan institusi menjadi bersih dan hati
zakat untuk melakukan orang miskin terjauh
fungsinya dengan baik dari sifat iri dan dengki.
(Nurzaman (2011), Aedy Persepahaman antara
( 2013). orang kaya dan orang
29
miskin inilah yang
kemudian akan
bermetamorfosis
menjadi kehidupan
yang harmonis dari
tengah masyarakat.
2. Dimensi Mikro
Tabel 3 Dimensi Mikro
No. Indikator Literature Review Legitimasi Syariah
1.1 Tata kelola yang 1.1 Sebagai lembaga
baik menjadi keharusan yang bertanggung
karena berhubungan jawab dalam
dengan kepercayaan melaksanakan hukum
dari stakeholders. Allah SWT dalam
Bahkan tata kelola ini aspek ibadah harta
ikut diatur dalam ZCP benda (Ibadah
1 Kelembagaan
bab 8 mengenai good Maliyah), maka
amil governance untuk lembaga zakat
menjamin pengelolaan memiliki beban moral
yang baik melalu kode yang amat berat. Jika
etik, dan peraturan transparansi,
lainnya, serta adanya akuntabilitas dan
dewan pengawas zakat profesionalitas adalah
30
di institusi tersebut. tuntutan agama, etika
1.2 Laporan keuangan dan budaya dalam
badan/lembaga zakat dunia kerja, maka
harus diaudit oleh transparansi,
Kantor Akuntan Publik akuntabilitas dan
resmi dengan merujuk profesionalitas menjadi
pada standar penilaian lebih prioritas dalam
Badan Pemeriksa pengelolaan ibadah
Keuangan (BPK) RI. zakat. Lembaga zakat
1.3 Pada buku Antonio tidak hanya dituntut
(2001) tercantum poin garang dan tegas
karakteristik audit kepada wajib zakat,
syariah yaitu; tetapi juga cermat,
a) Pengungkapan cerdas dan bijaksana
kewajaran penyajian dalam penyalurannya.
laporan keuangan dan Salah satu aspek
unsur kepatuhan transparansi dan
syariah. akuntabilitas yang
b) Memeriksa akunting dicontohkan oleh Nabi
dalam aspek produk, Muhammad adalah
baik sumber dana fungsi controlling.
ataupun pembiayaan. Dalam waktu berkala,
c) Pemeriksaan atas Nabi SAW selalu
sumber dan penggunaan melakukan check and
zakat. balance terhadap para
31
d) Ada tidaknya petugas zakat untuk
transaksi yang mengevaluasi
mengandung unsur- pekerjaan mereka, baik
unsur yang tidak sesuai aspek pengumpulan
dengan syariah. ataupun penyaluran.
Semua itu dilakukan
untuk memastikan agar
pelaksanaannya sesuai
dengan hukum syariat
(Al-Bukhari, Sahih al-
Bukhari. Kitab al-
Ahkam, Bab Hadaya
al-Amal, hadits no.
6753)
2.1 Dalam dimensi 2.1 Selain ibadah
mustahik, Indeks Zakat individual, zakat
Nasional (IZN) merupakan ibadah
mengukur dampak zakat yang memiliki dampak
terhadap mustahik yang sosial kemasyarakat.
Dampak
2 dapat dinilai dari materi, Zakat diyakini mampu
Zakat
ruhani, tingkat harapan berkontribusi dalam
hidup, literasi, dan membentuk spirit
akses pendidikan. Pada kebersamaan antara
tahap ini, IZN golongan kaya dan
menggunakan beberapa miskin. Sebuah
32
metode penghitungan masyarakat beradab
yang dibuat oleh yang golongan kaya
institusi lokal maupun tidak sombong karena
internasional. Seperti kekayaannya, dan
dalam mengukur golongan miskin tidak
dampak zakat secara merasa hina karena
materi dan ruhani, IZN kefakirannya. Model
menggunakan metode masyarakat ideal yang
CIBEST IPB yang pernah digambarkan
dikembangkan oleh oleh Rasulullah SAW:
Beik dan Arsyianti “Perumpamaan orang-
(2015). orang Islam dalam hal
2.2 Pengukuran dampak kasih sayang seperti
selanjutnya adalah satu tubuh, bila satu
dengan melihat dari anggota tubuh sakit
peningkatan standar maka seluruh anggota
kelayakan hidup lain lain ikut merasakan
yang tercermin dari sakit sehingga
tingkat kesehatan, semuanya tidak bisa
tingkat literasi, dan tidur dan merasa
akses pendidikan yang demam karenanya.”
merupakan bagian dari (HR. Bukhari dan
Indeks Pembangunan Muslim)
Manusia (Nurzaman,
2011).
33
5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
34
pemerintah dan masyarakat, kinerja lembaga zakat, dan juga
pengaruh zakat terhadap peningkatan kesejahteraan mustahik.
3. Dapat diaplikasikan di tingkat nasional dan daerah.
35
sesuai konteks dan kebutuhan zaman) yang berfungsi untuk
mengukur, menilai dan mengevaluasi perzakatan nasional. Dari studi
formulasi ini juga menghasilkan beberapa rekomendasi agar Indeks
Zakat Nasional ini dapat bermanfaat secara maksimal. Beberapa
rekomendasi tersebut diantaranya:
1. IZN dapat digunakan dan diterapkan di organisasi-organisasi
pengelola zakat baik di tingkat pusat hingga tingkat daerah. Hal
ini bertujuan agar semua pihak dalam perzakatan dapat
mengukur diri sekaligus meningkatkan diri terkait kinerja zakat,
serta peningkatan pemahaman publik terhadap kontribusi zakat
bagi Indonesia.
2. IZN yang saat ini telah tersusun dapat dievaluasi setiap 3-5
tahun. Dengan demikian IZN akan selalu dapat memenuhi
kebutuhan, penyesuaian konteks baik dalam aspek sosial,
ekonomi, dan politik nasional, serta memiliki akurasi yang lebih
presisi.
3. IZN dapat dibakukan menjadi standard measurement atau
pengukuran standar kinerja Zakat Nasional yang dapat diukur
setiap tahun.
36
Daftar Pustaka
Armas Pailis, Umar Burhan, Multifiah, and Khusnul Ashar. "The Influence of Maqashid
Syariah toward Mustahik‟s Empowerment and Welfare (Study of Productive Zakat
Recipients on Baznas Riau)." American Journal of Economics 2016 2nd ser. 6 (2016):
96-106. Scientific & Academic Publishing. 2016. Web. Nov. 2016.
Beik, I. S., & Arsyianti, L. D. (2016). Measuring Zakat Impact On Poverty And Welfare Using
Cibest Model. Journal of Islamic Monetary Economics and Finance,1(2).
Beik, I. S. (2009). Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan: Studi Kasus Dompet
Dhuafa Republika. Jurnal Pemikiran Dan Gagasan, 2.
Core Principles for Effective Zakat Supervision, June 2015
Firdaus, M., Beik, I. S., Irawan, T. & Juanda, B. (2012). Economic estimation and
determinations of zakat potential in Indonesia (IRTI Working Paper Series WP 1433-07,
August). Retrieved from http://www.irti.org/English/Research/Documents/334.pdf
Hendian, Annisa Putri, N. Eva Fauziah, and Nurdin. Prosiding Keuangan & Perbankan
Syariah. Proc. of Analisis Implementasi Good Corporate Governance Pada Manajemen
Zakat Di Baznas Kabupaten Bandung. N.p., Feb. 2016. Web. Nov. 2016.
Human Development Reports 2015. Rep. United Nations Development Programme. N.p.,
2015. Web. Aug. 2016.
Indonesia. Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional. Batasan Dan Pengertian
MDK. N.p., n.d. Web. Nov. 2016.
Indonesia. Badan Pusat Statistik. Garis Kemiskinan Menurut Provinsi, 2013-2016. N.p., Oct.
2016. Web. Nov. 2016.
Laporan Keuangan BAZNAS 2015. Rep. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). N.p.: n.p.,
2015. Print.
Laporan Sistem Informasi Manajemen BAZNAS. Rep. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).
N.p.: n.p., n.d. Print.
Minarni. "Konsep Pengawasan, Kerangka Audit Syariah, Dan Tata Kelola Lembaga Keuangan
Syariah." LA_RIBA Jurnal Ekonomi Islam 1st ser. 7 (2013): 29-40.
Nurzaman, M. S. (2016, March). Evaluating the Impact of Productive Based Zakat in The
Perspective of Human Development Index: A Comparative Analysis. Kyoto Bulletin of
Islamic Area Studies, 44-62.
Pancawati Hardiningsih. "Pengaruh Independensi, Corporate Governance, Dan Kualitas Audit
Terhadap Integritas Laporan Keuangan." Kajian Akuntansi 1st ser. 2 (2010): 61-76.
Web.
37
Qonita Mardiyah, and Sepky Mardian. "Praktik Audit Syariah Di Lembaga Keuangan Syariah
Indonesia." AKUNTABILITAS 1st ser. 8 (2015): 1-17.
Tashakkori, A. & Teddlie, C. (2003). Handbook of Mixed Methods in Social &. Behavioral
Research. Thousand Oaks: Sage. Creswell, J.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011, § Pengelolaan Zakat (2011). Print.
Vindry Florentin. "Baznas: Potensi Zakat Di Indonesia Mencapai Rp 217 Triliun." Tempo.co.
N.p., 7 June 2016. Web. Nov. 2016.
38
Lampiran
Tabel 4.
Skoring Dimensi Makro dan Mikro
1. Dimensi Makro
Kriteria
N (1= sangat lemah, 2= lemah, 3= cukup, 4= kuat, 5= sangat kuat)
Variabel
o 1 2 3 4 5
Memiliki Memiliki UU Memiliki UU Memiliki UU Memiliki UU
UU zakat zakat beserta zakat beserta zakat beserta zakat beserta
beserta perangkat perangkat perangkat perangkat
perangkat peraturan peraturan peraturan peraturan
peraturan pendukung di pendukung di pendukung di pendukung di
pendukung tingkat tingkat tingkat tingkat
Regulasi
1 di tingkat nasional serta nasional serta nasional serta nasional serta
Nasional
nasional memiliki memiliki memiliki memiliki
serta Perda zakat Perda zakat Perda zakat Perda zakat
memiliki sekurang- sekurang- sekurang- di seluruh
Perda zakat kurangnya di kurangnya di kurangnya di provinsi
di <25% 25% provinsi 50% provinsi 75% provinsi
provinsi
Memiliki Memiliki Memiliki Memiliki Memiliki
Perda zakat Perda zakat Perda zakat Perda zakat Perda zakat
di tingkat di tingkat di tingkat di tingkat di tingkat
Regulasi
provinsi dan provinsi dan provinsi dan provinsi dan provinsi dan
Daerah
Perda zakat Perda zakat Perda zakat Perda zakat Perda zakat
(untuk
2 di <25% sekurang- sekurang- sekurang- di seluruh
penghitungan
kab/kota di kurangnya di kurangnya di kurangnya di kab/kota di
level
provinsi 25% kab/kota 50% 75% provinsi
provinsi)*
tersebut di provinsi kab/kota di kab/kota di tersebut
tersebut provinsi provinsi
tersebut tersebut
Rasio APBN Rasio APBN Rasio APBN Rasio APBN Rasio APBN
terhadap terhadap terhadap terhadap terhadap
biaya biaya biaya biaya biaya
APBN untuk operasional operasional operasional operasional operasional
3 BAZNAS BAZNAS BAZNAS BAZNAS BAZNAS
BAZNAS
<20% sekurang- sekurang- sekurang- sekurang-
kurangnya kurangnya kurangnya kurangnya
20% 30% 50% 75%
39
Rasio APBD Rasio APBD Rasio APBD Rasio APBD Rasio APBD
APBD untuk
terhadap terhadap terhadap terhadap terhadap
BAZNAS
biaya biaya biaya biaya biaya
daerah
operasional operasional operasional operasional operasional
4 (Untuk
BAZNAS BAZNAS BAZNAS BAZNAS BAZNAS
Penghitungan
daerah <20% daerah daerah daerah daerah
level
sekurang- sekurang- sekurang- sekurang-
provinsi)
kurangnya kurangnya kurangnya kurangnya
20% 30% 50% 75%
Rasio jumlah Rasio jumlah Rasio jumlah Rasio jumlah Rasio jumlah
Rasio Jumlah
muzaki muzaki muzaki muzaki muzaki
Muzaki
terdaftar terdaftar terdaftar terdaftar terdaftar
Individu
(memiliki (memiliki (memiliki (memiliki (memiliki
terhadap
6 NPWZ) NPWZ) NPWZ) NPWZ) NPWZ)
Jumlah
terhadap terhadap terhadap terhadap terhadap
Rumah
rumah rumah tangga rumah tangga rumah tangga rumah tangga
Tangga
tangga nasional nasional nasional nasional
Nasional
nasional 1-3.9% 4-6.9% 7-10% >10%
<1%
Rasio jumlah Rasio jumlah Rasio jumlah Rasio jumlah Rasio jumlah
muzaki muzaki muzaki muzaki muzaki badan
Rasio Jumlah
badan badan badan badan terdaftar
Muzaki
terdaftar terdaftar terdaftar terdaftar (memiliki
Badan
(memiliki (memiliki (memiliki (memiliki NPWZ)
7 terhadap
NPWZ) NPWZ) NPWZ) NPWZ) terhadap
Jumlah
terhadap terhadap terhadap terhadap jumlah badan
Badan Usaha
jumlah jumlah badan jumlah badan jumlah badan usaha ≥4%
Nasional
badan usaha usaha usaha 2-2.9% usaha 3-3.9%
<1% 1- 1.9%
Keterangan:
Khusus tingkat kabupaten/kota, keberadaan perda pengelolaan zakat akan membuat nilai indeks
regulasi sama dengan 1 (satu), dan ketiadaan perda pengelolaan zakat akan membuat nilai indeks
regulasi sama dengan 0 (nol).
40
2. Dimensi Mikro
Kriteria
(1= sangat lemah, 2= lemah, 3= cukup, 4= kuat, 5= sangat kuat)
No Variabel
1 2 3 4 5
Pertumbuhan Pertumbuhan
Penghimpu Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan
1 (YoY) 10- (YoY) 15-
nan (YoY) <5% (YoY) 5-9% (YoY) >20%
14% 19%
Tidak Memiliki Memiliki Memiliki Memiliki
memiliki sekurang- sekurang- sekurang- SOP
SOP kurangnya 1 kurangnya 2 kurangnya 3 pengelolaan
pengelolaan dari SOP dari SOP dari SOP zakat,
zakat, pengelolaan pengelolaan pengelolaan rencana
rencana zakat, zakat, zakat, strategis,
2 Pengelolaan strategis, rencana rencana rencana sertifikasi
sertifikasi strategis, strategis, strategis, ISO/manajem
ISO/manaje sertifikasi sertifikasi sertifikasi en mutu, dan
men mutu, ISO/manaje ISO/manaje ISO/manaje program
dan program men mutu, men mutu, men mutu, kerja tahunan
kerja dan program dan program dan program
tahunan kerja tahunan kerja tahunan kerja tahunan
ACR <20% ACR 20-49% ACR 50-69% ACR 70-89% ACR ≥90%
PS >12 PS 9-12 PS 6-<9 PS 3-<6
PS <3 bulan
bulan bulan bulan bulan
PE >15 PE 12-15 PE 9-<12 PE 6-<9
3 Penyaluran* bulan PE <6 bulan
bulan bulan bulan
PD minimal PD minimal PD minimal PD minimal
Tidak ada
dialokasikan dialokasikan dialokasikan dialokasikan
anggaran
0.1 - <2.5 % 2.5-<7.5 % 7.5-< 10% ≥ 10%
untuk PD
anggaran anggaran anggaran anggaran
Memiliki
laporan
keuangan
Memiliki teraudit
Memiliki Memiliki laporan WTP,
Tidak
laporan laporan keuangan memiliki
4 Pelaporan memiliki
keuangan keuangan teraudit WTP laporan audit
laporan
yang tidak teraudit tidak dan publikasi syariah dan
keuangan
teraudit WTP pelaporan publikasi
berkala pelaporan
secara
berkala
Indeks
Nilai Indeks Nilai Indeks Nilai Indeks Nilai Indeks Nilai Indeks
Kesejahtera
5 0 – 0.20 0.21 – 0.40 0.41 – 0.60 0.61 – 0.80 > 0.80
an CIBEST
(W)
41
Modifikasi Nilai Indeks Nilai Indeks Nilai Indeks Nilai Indeks Nilai Indeks
IPM (Indeks 0 – 0.20 0.21 – 0.40 0.41 – 0.60 0.61 – 0.80 > 0.80
6
Pembangun
an Manusia)
Definisi:
Program Sosial
Program penyaluran zakat yang didesain untuk memenuhi kebutuhan mustahik yang bersifat
mendesak dan jangka pendek (al-hajah al-massah) serta bersifat karitatif, termasuk layanan
kesehatan dan pendidikan.
Program Ekonomi
Program penyaluran zakat yang bersifat pemberdayaan dan bertujuan untuk membekali
mustahik dengan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya pada jangka panjang.
Program Dakwah
Program penyaluran zakat yang menitikberatkan pada penguatan dakwah dan mental spiritual
mustahik, termasuk program advokasi dalam kerangka pembelaan terhadap kepentingan
mustahik, serta upaya penyadaran masyarakat secara keseluruhan yang disertai dukungan
aktif dalam pembangunan zakat nasional.
42