Anda di halaman 1dari 150

Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)


Pusat Kajian Strategis – Badan Amil Zakat Nasional
ISBN : 978-602-5708-39-8

Kata Pengantar Ketua BAZNAS:


Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA, CA
Kata Pengantar Direktur Pendistribusian dan
Pendayagunaan BAZNAS:
Dr. Irfan Syauqi Beik
Kata Pengantar Direktur PUSKAS BAZNAS:
Dr. Muhammad Hasbi Zaenal
Kata Pengantar Penulis

Penyusun:
Pusat Kajian Strategis – Badan Amil Zakat Nasional
STEI Al-Ishlah Cirebon

Penerbit:
Pusat Kajian Strategis – Badan Amil Zakat Nasional (PUSKAS BAZNAS)
Jl. Kebon Sirih Raya No. 57, 10340, Jakarta Pusat
Phone Fax +6221 3913777 Mobile +62812-8229-4237
Email: puskas@baznas.go.id ; www.baznas.go.id; www.puskasbaznas.com

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dengan bentuk dan cara
apapun tanpa izin tertulis dari penerbit
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

TIM PENYUSUN

Penasihat : Prof. Dr. H. Bambang Sudibyo, MBA, CA


Dr. Zainulbahar Noor, SE, MEc
Prof. Dr. H. Mundzir Suparta, MA
Drs. Masdar Farid Mas’udi
Prof. Dr. KH. Ahmad Satori Ismail
drh. Emmy Hamidiyah, M.Si
Drs. Irsyadul Halim
Ir. Nana Mintarti, MP
Prof. Dr. H. Muhammadiyah Amin, M.Ag
Drs. Nuryanto. MPA
Drs. Astera Primanto Bhakti, M.Tax
M. Arifin Purwakananta
Drs. H. Jaja Jaelani, MM
Dr. Irfan Syauqi Beik
Wahyu Tantular Tunggul Kuncahyo
Drs. Mochammad Ichwan, Ak, MM, CA

Ketua : Dr. Muhammad Hasbi Zaenal

Anggota :
BAZNAS : Dr. Muhammad Choirin, Lc., MA
Abdul Aziz Yahya Saoqi, M.Sc
Fahmi Ali Hudaefi, MSh.Fin
Hidayaneu Farchatunnisa, S.E
Ulfah Lathifah, B.Sc
STEI Al-Ishlah : Dr. Achmad Kholiq, MA
Gustani, SEI., M.Ak.,SAS
Nono Hartono, S.Pi., M.Si
Supriyadi, S.E

iv
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT


karena atas rahmat, karunia dan hidayah-Nya, Pusat
Kajian Strategis Badan Amil Zakat Nasional (PUSKAS
BAZNAS) dapat mempersembahkan buku “Indikator
Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)”. Secara umum buku ini
mencoba menyajikan alat ukur potensi zakat di Indonesia
serta perhitungannya di seluruh provinsi di Indonesia.
Kehadiran buku ini diharapkan menjadi acuan dan
sumber informasi tentang bagaimana mengukur potensi
zakat suatu wilayah. Kami berharap bahwa buku ini dapat
menjadi amal ibadah dan sumbangsih nyata bagi
perkembangan kontribusi dunia perzakatan Indonesia.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan taufik,
hidayah, rahmat dan maghfirah-Nya kepada kita semua.
Amin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Tim Penulis

v
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

KATA PENGANTAR KETUA BAZNAS

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Bismillahirrahmanirrahiim

Indonesia sebagai negara berpenduduk mayoritas muslim


terbesar di dunia memiliki potensi zakat yang besar.
Pemetaan potensi zakat merupakan salah satu bagian dari
pilar arsitektur zakat Indonesia yaitu pilar III tentang
kelembagaan zakat nasional yang meliputi sistem
penghimpunan, pendistribusian dan pendayagunaan.
Oleh sebab itu, Pusat Kajian Strategis BAZNAS
mempersembahkan buku Indikator Pemetaan Potensi
Zakat (IPPZ) dengan harapan dapat menjadi alat ukur
perhitungan potensi zakat suatu wilayah yang mencakup
seluruh potensi objek zakat. Sebagai bentuk
pertanggungjawaban bersama, kami secara terbuka
menerima kritik dan saran konstruktif untuk
menyempurnakan kajian ini sesuai dengan kebutuhan
umat.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Prof. Dr. H. Bambang Sudibyo, MBA., CA

Ketua BAZNAS

vi
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

KATA PENGANTAR DIREKTUR PENDISTRIBUSIAN


DAN PENDAYAGUNAAN BAZNAS

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bismillahirrahmanirrahiim

Pengelolaan zakat tentunya perlu didukung dengan


adanya data dan riset yang komperhensif. Indikator
Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ) merupakan alat ukur
yang digunakan untuk mengetahui perhitungan potensi
zakat suatu wilayah yang mencakup seluruh potensi
objek zakat. Adanya penelitian ini diharapkan menjadi
acuan bagi setiap daerah untuk memaksimalkan
penghimpunan serta pengelolaan zakat secara umum.
Semoga keberadaan kajian ini dapat membawa manfaat
bagi keberhasilan pengembangan zakat di tanah air.
Kami terbuka terhadap berbagai saran dan masukan
dalam penyempurnaan konsep ini. Semoga Allah SWT
senantiasa memberkahi. Aamiin

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Dr. Irfan Syauqi Beik

Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan


BAZNAS

v
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

KATA PENGANTAR DIREKTUR PUSKAS BAZNAS

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bismillahirrahmanirrahiim

Puji serta syukur kami panjatkan kepada Allah SWT


karena rahmatnya pada pertengahan tahun ini Pusat
Kajian Strategis BAZNAS bekerjasama dengan Lembaga
Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM)
STEI Al-Ishlah Cirebon mempublikasikan sebuah kajian
dengan judul “Indikator Pemetaan Potensi Zakat
(IPPZ)”

IPPZ merupakan alat ukur perhitungan potensi


zakat suatu wilayah yang mencakup seluruh potensi
objek zakat. IPPZ terdiri dari tujuh komponen utama, yaitu
potensi zakat pertanian, zakat peternakan, zakat uang,
zakat penghasilan, dan zakat perusahaan. Tentunya
dalam penelitian ini masih ditemukan beberapa
keterbatasan, untuk itu kami mengharapkan masukan
dan saran untuk penyempurnaan kajian.

Dr. Muhammad Hasbi Zaenal

Direktur PUSKAS BAZNAS

vi
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ) merupakan alat


ukur perhitungan potensi zakat suatu wilayah yang
mencakup seluruh objek zakat. IPPZ terdiri dari lima
komponen utama, yaitu potensi zakat pertanian, zakat
peternakan, zakat uang, zakat penghasilan, dan zakat
perusahaan.
Kajian IPPZ bertujuan untuk membentuk
komponen-komponen utama perhitungan potensi zakat
agar memudahkan lembaga amil zakat dalam
memetakan potensi zakat suatu wilayah. Pemetaan
potensi zakat yang lebih terarah, diharapkan berdampak
pada optimalnya realisasi penghimpunan zakat.
Metodologi yang digunakan dalam kajian ini adalah
pendekatan kuantitatif, karena hasil akhir yang
diproyeksikan berupa angka numerik (nominal). IPPZ
dihitung dengan menggunakan data sekunder yang
diambil dari berbagai sumber resmi, seperti Badan Pusat
Statistik (baik pusat maupun provinsi) dan acuan dari
lembaga/instansi lainnya yang relevan. Rentang data
yang digunakan adalah 3 (tiga) tahun terakhir yaitu tahun
2016, 2017 dan 2018.

vii
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Berdasarkan hasil perhitungan komponen IPPZ,


jumlah potensi zakat adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Potensi Zakat di Indonesia

Potensi zakat
No Objek Zakat
(Triliun Rupiah)
1 Zakat Pertanian 19,79
2 Zakat Peternakan 9,51
3 Zakat Uang 58,76
4 Zakat Perusahaan 6,71
5 Zakat Penghasilan 139,07
Total potensi zakat 233,8

Berdasarkan tabel diatas, potensi zakat pertanian


sebesar Rp.19,79 triliun, yang mencakup potensi zakat
makanan pokok sebesar Rp.13,95 triliun dan perkebunan
Rp.5,84 triliun. Potensi zakat peternakan sebesar Rp.9,51
triliun yang mencakup potensi zakat hewan ternak
sebesar Rp.5,49 triliun dan hewan lain sebesar Rp.4,02
triliun.
Potensi zakat uang sebesar Rp.58,76 triliun.
Potensi zakat perusahaan sebesar Rp.6,71 triliun yang
mencakup potensi zakat BUMN sebesar Rp.6,27 triliun
dan zakat BUMD Rp.445,1 milyar zakat. Selanjutnya,
Potensi zakat penghasilan sebesar Rp.139,07 triliun yang

viii
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

mencakup potensi zakat ASN sebesar Rp.3,91 triliun dan


non ASN sebesar Rp.135,16 triliun.
Secara keseluruhan potensi zakat Indonesia
mencapai Rp.233,8 triliun. Nilai tersebut sama dengan
1,72 persen dari PDB tahun 2017 yang senilai
Rp.13.588,8 triliun.
Tabel 2 Potensi Zakat berdasarkan Provinsi

Potensi Zakat
No Provinsi
(Miliar rupiah)
Provinsi dengan potensi zakat tertinggi
1 DKI Jakarta 58,339,2
2 Jawa Timur 35,806,7
3 Jawa Barat 26,845,7
Provinsi dengan potensi zakat terendah
1 Papua Barat 369,7
2 NTT 374,2
3 Maluku Utara 407

Dilihat berdasarkan potensi zakat per provinsi di


Indonesia, DKI Jakarta memiliki potensi tertinggi yaitu
Rp.58,339,2 miliar, selanjutnya ialah Jawa Timur dengan
potensi Rp.35,806,7 miliar dan Jawa Barat dengan
potensi Rp.26,845,7 miliar.
Provinsi dengan potensi zakat terendah ialah
Papua Barat dengan nilai Rp.369,7 miliar, Provinsi NTT
ix
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

dengan nilai Rp.374,2 miliar dan Provinsi Maluku Utara


dengan nilai Rp.407 miliar.
Keterbatasan penelitian ini mencakup aspek
ketersediaan data, metode dan cara perhitungan. Data
yang digunakan dalam kajian ini adalah pada rentang
tahun 2016-2018. Sedangkan data yang tersedia tidak
dipublish secara lengkap sehingga dibutuhkan kombinasi
sumber data beberapa tahun untuk menyusun dan
menghitung potensi zakat. Keterbatasan dalam metode
dan cara perhitungan terletak pada bahwa metode dan
cara perhitungan yang disajikan dalam kajian ini relatif
masih baru, perlu proses penyempurnaan dan pengujian.

x
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

DAFTAR ISI

TIM PENYUSUN .......................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................... ii
KATA PENGANTAR KETUA BAZNAS ..................... iv
KATA PENGANTAR DPP……………………………...v
KATA PENGANTAR DIREKTUR PUSKAS............... vi
RINGKASAN EKSEKUTIF ......................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................. x
DAFTAR TABEL ........................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN .............................................. 1
BAB II LANDASAN LITERATUR ............................... 7
2.1 Pengertian Zakat ................................................... 7
2.2 Landasan Hukum .................................................. 9
2.3 Kriteria Wajib Zakat .............................................. 11
2.4 Hikmah Kewajiban Zakat...................................... 12
2.5 Harta Wajib Zakat Klasik ...................................... 16
2.5.1 Zakat Fitrah ........................................... 16
2.5.2 Zakat Maal ............................................. 18
2.6 Harta Wajib Zakat Kontemporer........................... 42
2.7 Regulasi Zakat di Indonesia ................................. 49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................... 52
3.1 Metodologi ............................................................ 52
3.2 Metodologi Penyusunan Komponen IPPZ ........... 55
x
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

3.2.1 Dimensi Zakat Pertanian ....................... 59


3.2.2 Dimensi Zakat Peternakan .................... 64
3.2.3 Dimensi Zakat Uang .............................. 72
3.2.4 Dimensi Zakat Penghasilan .................. 73
3.2.5 Dimensi Zakat Perusahaan ................... 80
3.3 Formula Perhitungan Indikator Pemetaan Potensi
Zakat .................................................................... 82
BAB IV HASIL PERHITUNGAN IPPZ ........................ 83
4.1 Potensi Zakat Pertanian ...................................... 83
4.1.1 Zakat Makanan Pokok ............................... 83
4.1.2 Zakat Perkebunan ...................................... 87
5.2 Potensi Zakat Peternakan dan Hewan Lain ....... 91
5.5.1 Zakat Hewan Ternak .................................. 92
5.5.2 Zakat Hewan lain........................................ 96
5.3 Potensi Zakat Perusahaan ................................. 104
5.3.1 Zakat BUMN .............................................. 104
5.3.2 Zakat BUMD .............................................. 108
5.5 Potensi Zakat Penghasilan ................................ 110
5.5.1 Zakat ASN ................................................. 111
5.5.2 Zakat Non-ASN ......................................... 113
5.7 Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ) Indonesia
............................................................................ 117
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ......... 123
5.2 Kesimpulan .......................................................... 123
xi
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

5.2 Saran ................................................................... 124


5.3 Batasan Penyusunan Konsep dan Penghitungan
IPPZ .................................................................... 125
DAFTAR PUSTAKA ................................................. 127

xii
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Potensi Zakat di Indonesia ............................... viii


Tabel 2 Potensi Zakat berdasarkan Provinsi .................. ix

Tabel 2. 1 Rangkuman Unsur-Unsur Akuntansi Pada


Zakat Perdagangan: ...................................................... 24
Tabel 2. 1 Takaran Zakat Unta ..................................... 29
Tabel 2. 2 Takaran Zakat Sapi/Kerbau ......................... 30
Tabel 2. 3 Zakat Domba/Kamping ................................ 30
Tabel 2. 4 Rangkuman Unsur-Unsur Akuntansi pada
Zakat Hasil Hewan ........................................................ 33
Tabel 2. 6 Rangkuman Unsur-Unsur Akuntansi Pada
Zakat Pertanian ............................................................. 38
Tabel 2. 7 Rangkuman Unsur-Unsur Akuntansi Pada
Zakat Uang: ................................................................... 44
Tabel 2. 8 Rangkuman Unsur-Unsur Akuntansi Pada
Zakat Penghasilan : ....................................................... 47

Tabel 3. 1 Persentase penduduk muslim menurut Provinsi


di Indonesia ................................................................... 53
Tabel 3. 2 Perbedaan Metode Perhitungan Potensi Zakat
....................................................................................... 55
Tabel 3. 3 Komponen Indikator Pemetaan Potensi Zakat
(IPPZ)............................................................................. 57
xiii
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Tabel 3. 4 Harga Gabah Kering Giling (GKG) tiap Provinsi


tahun 2018 ..................................................................... 60
Tabel 3. 5 Acuan Harga Komoditas Perkebunan ......... 63
Tabel 3. 7 Jenis dan harga komoditas hewan ternak
unggas ........................................................................... 70
Tabel 3. 10 Jumlah dan Persentase Aparatur Sipil Negeri
(ASN) di Indonesia menurut Golongan Tahun 2017 .... 74
Tabel 3. 11 Jumlah ASN berdsarkan Pusat,Provinsi dan
Kota/Kabupaten ............................................................. 74
Tabel 3. 12 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun yang
Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Tahun 2018 ...... 76
Tabel 3. 13 Data pendapatan perkapita per Provinsi ... 78

Tabel 4. 1 Produksi Padi (ton), nilai (Rp) dan Potensi


Zakat .............................................................................. 84
Tabel 4. 2 Data luas lahan pertanian menurut Provinsi.
....................................................................................... 85
Tabel 4. 3 Luas Lahan Perkebunan menurut Provinsi di
Indonesia ....................................................................... 88
Tabel 4. 6 IPPZ Dimensi Zakat Pertanian Berdasarkan
Provinsi (miliaran Rp.) ................................................... 90
Tabel 4. 7 Jumlah Hewan Ternak (ekor) dan Potensi
Zakat (milyar Rp.) .......................................................... 93

xiv
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Tabel 4. 8 Jumlah Hewan lain dan Potensi Zakat Sektor


Perikanan ....................................................................... 97
Tabel 4. 10 IPPZ Dimensi Zakat Peternakan Berdasarkan
Provinsi (miliar Rp.) ..................................................... 100
Tabel 4. 15 Potensi Zakat Uang (milyar Rp.) .............. 102
Tabel 4. 16 Potensi Zakat BUMN berdasarkan Lapangan
Usaha (milyar Rp.) ....................................................... 105
Tabel 4. 17 Potensi Zakat BUMN berdasarkan
Perusahaan (milyar Rp.) ............................................. 106
Tabel 4. 18 Potensi Zakat BUMD (milyar Rp.) ............ 109
Tabel 4. 21 Jumlah ASN dan Potensi Zakat (milyar Rp.)
..................................................................................... 111
Tabel 4. 22 Potensi Zakat Non ASN (miliar Rupiah) .. 113
Tabel 4. 23 IPPZ Dimensi Zakat Penghasilan (milyar Rp.)
..................................................................................... 115
Tabel 4. 24 Nilai IPPZ di Indonesia (milyar Rp.) ......... 119

xv
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

BAB I
PENDAHULUAN

Dalam ajaran Islam, Zakat adalah kewajiban


agama. Zakat merupakan rukun Islam ke-empat dimana
Alquran telah secara terperinci mengatur orang yang
wajib membayar zakat dan pihak yang berhak menerima
dana tersebut. Secara empiris, Zakat telah terbukti
memberikan dampak positif bagi kehidupan sosial dan
ekonomi. Zakat merupakan alat yang sempurna untuk
mengatasi isu kemiskinan.
Pengelolaan zakat di Indonesia diatur dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat dan Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Pengelolaan Zakat. Kedua peraturan tersebut
disusun sebagai dasar penerimaan dan pengelolaan
zakat sehingga terorganisir dengan baik dan mampu
memberi manfaat bagi pembinaan umat.
Sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim
terbesar di dunia, yakni mencapai 207,2 juta jiwa atau
87,18% dari total penduduk1, Indonesia memiliki potensi
zakat yang sangat besar. Potensi zakat Indonesia besar

1 Badan Pusat Statistik (BPS) : Sensus Penduduk 2010


1
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

dipengaruhi oleh transisi demografi yang semakin


didominasi generasi produktif usia muda serta
perkembangan kelas menengah di era ekonomi digital.
Saat ini jumlah masyarakat kelas menengah sekitar 52
juta jiwa2.
Jumlah tersebut akan semakin meningkat didukung
oleh hasil survei yang dilakukan McKinsey Global Institute
(2012) yang menyebutkan bahwa Indonesia berpotensi
menjadi negara maju (nomor 7) pada tahun 20303, dan
jumlah kelas menengah diperkiran mencapai 135 juta
jiwa4. Peningkatan jumlah masyarakat kelas menengah
akan mendorong meningkatnya nilai potensi zakat di
Indonesia.
Pemetaan potensi zakat merupakan salah satu
bagian dari pilar arsitektur zakat Indonesia yaitu pilar III
tentang kelembagaan zakat nasional yang meliputi sistem
penghimpunan, pendistribusian dan pendayagunaan.
Poin bagian dari pilar tersebut adalah bagaimana upaya

2 Siaran Pres World Bank : http://www.worldbank.org/in/news/press-


release/2017/12/04/indonesia-middle-class-vital-for-the-country-future
3 Berita Setkab : http://setkab.go.id/mckinsey-2030-indonesia-akan-

jadi-negara-nomor-7-di-dunia/
4https://www.liputan6.com/bisnis/read/531532/indonesia-akan-punya-

135-juta-kelas-menengah-di-2030
2
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

BAZNAS untuk memaksimalkan objek-subjek zakat


sesuai yang diamanatkan UU 23/2011 Pasal 4 5.
Beberapa hasil studi yang mendukung besarnya
potensi zakat di Indonesia, diantaranya kajian yang
dilakukan UIN Syarif Hidayatullah (2005) memperkirakan
potensi zakat nasional mencapai Rp 19,3 triliun (0,8% dari
PDB 2004). Sedangkan studi yang dilakukan oleh Firdaus
et al. (2012), mengestimasi potensi zakat nasional jauh
lebih besar yakni mencapai Rp 217 triliun (3,4% dari PDB
2010). Studi Wibisono (2015) mengestimasi potensi zakat
nasional Rp 106,6 triliun (1,7% dari PDB 2010).
Ketua Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Prof.
Bambang Sudibyo, menyebutkan bahwa potensi zakat
Indonesia dengan regulasi yang ada sekarang dapat
mencapai 213,3 triliun atau (1,57% dari PDB). Jumlah
tersebut akan semakin meningkat seiring akan adanya
peraturan baru yaitu zakat sebagai pengurang pajak,
maka potensi zakat Indonesia dapat mencapai Rp.462
triliun atau 3,46% dari PDB6.

5 Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). 2017. Arsitektur Zakat


Indonesai. Pusat Kajian Strategis BAZNAS. Jakarta
6 Makalah Ketua Baznas Pusat yang disampaikan pada acara

Indonesia Sharia Economic Festival, 14 Desember 2018 di Surabaya.


3
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Menurut Wibisono (2015), mengetahui potensi


zakat diperlukan untuk kepentingan perencanaan ke
depan serta strategi pengelolaan bagi lembaga zakat.
Selain itu, dengan mengetahui potensi zakat dapat
dijadikan sebagai landasan pengukuran kinerja zakat dan
meletakan secara proporsional peran zakat di ranah
publik. Kesulitan dalam menghitung potensi zakat baik di
level nasional maupun daerah disebabkan belum ada
kesepakatan terkait pemetaan objek zakat, terutama
zakat kontemporer.
Studi potensi zakat yang dipaparkan diatas belum
menggambarkan semua objek zakat. Perhitungan potensi
zakat hanya didasarkan pada zakat pendapatan yang
bersumber dari rumah tangga (RT), industri menengah
dan besar, serta simpanan masyarakat dalam bentuk
tabungan. Komponen dan sumber objek zakat lainnya
seperti zakat uang, pertanian, peternakan,
pertambangan, dan perdagangan belum menjadi
indikator dalam perhitungan potensi zakat.
Pemetaan potensi zakat dengan model pengukuran
yang mempertimbangkan variabel-variabel khas suatu
daerah sangat diperlukan untuk melihat secara aktual
berapa sebenarnya angka potensi zakat yang dapat
dihimpun disuatu wilayah tertentu. Hal ini mengingat
4
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

setiap wilayah mempunyai potensi dan sumber daya yang


berbeda-beda. Dengan merinci dan memetakan potensi
zakat berdasarkan wilayah diharapkan dapat membantu
lembaga zakat dalam menghimpun dana zakat yang
efektif dan efisien.
Besarnya potensi zakat pada kenyataannya belum
dapat terealisasi secara optimal. Hal tersebut merujuk
pada data yang dirilis BAZNAS, dimana pada tahun 2017
jumlah zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) yang terhimpun
sebesar 6,2 triliun atau meningkat 24% dibandingkan
dengan tahun 2016 yaitu senilai 5 triliun 7. Berikut disajikan
realisasi penghimpunan dan pertumbuhan ZIS dari tahun
2013-2017.

Gambar 1 1 Grafik Penghimpunan dan Pertumbuhan ZIS

Sumber : Outlook Zakat Indonesia

7
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). 2019. Outlook Zakat
Indonesia 2019. Pusat Kajian Strategis-Badan Amil Zakat. Jakarta
5
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Kajian ini bertujuan untuk mengembangkan model


pengukuran dan memetakan potensi zakat yang dapat
dijadikan sebagai rujukan dalam penghitungan potensi
zakat di suatu wilayah di Indonesia. Hasil kajian ini
diharapkan dapat :
1. Membentuk komponen–komponen pemetaan
potensi zakat.
2. Menghitung potensi zakat

Kajian ini berbeda dibandingkan dengan penelitian


potensi zakat yang telah dipublikasikan sebelumnya.
Karena dalam kajian ini yang pertama kali memasukan
indikator-indikator zakat kontemporer dalam perhitungan
potensi zakat.

6
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

BAB II
LANDASAN LITERATUR

2.1 Pengertian Zakat


Secara bahasa, zakat berasal dari kata dasar
(masdar) zaka yang bermakna berkah, tumbuh, bersih,
dan baik. Sesuatu itu disebut zakat, apabila sesuatu
tersebut tumbuh dan berkembang.8 Sedang secara istilah
zakat merupakan kewajiban yang harus dikeluarkan oleh
seorang muslim dari harta yang dimiliki dan telah
memenuhi kriteria wajib zakat9.

Beberapa cendekiawan Muslim klasik dan


kontemporer telah mendefiniskannya sebagai berikut:

1. Menurut Syaikh Al-Mawardi zakat adalah pemberian


sesuatu yang wajib diberikan dari sekumpulan harta
tertentu, menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu
kepada golongan tertentu yang berhak
menerimanya10.
2. Ibnu Rusdi mengatakan bahwa zakat adalah jumlah
yang dikeluarkan dari kekayaan, karena yang

8
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, hal. 34
9
Ibid
10
TM Hasbi Ash Shadieqy (2006) Pedoman Zakat menurut Al-Qur’an Dan As
Sunnah, hlm. 5
7
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

dikeluarkan itu menambah banyak, membuat lebih


berarti dan melindungi kekayaan itu dari kebinasaan11
3. Menurut Sayyid Sabiq zakat adalah nama atau
sebutan dari sesuatu hak Allah tiada yang dikeluarkan
seseorang pada fakir miskin dinamakan zakat karena
didalamnya terkandung harapan untuk memperoleh
berkat membersihkan jiwa dan memupuknya dengan
berbagai kebajikan12.
4. Menurut Yusuf Qardhawi Zakat adalah ibadah yang
diperuntukan memenuhi kebutuhan orang-orang yang
membutuhkan (miskin)13.
5. Ibrahim ‘Usman asy-Sya’lan mengartikan zakat lebih
khusus yaitu memberikan hak milik harta kepada
orang yang fakir yang muslim, bukan keturunan
Hasyim dan bukan budak yang telah dimerdekakan
oleh keturunan Hasyim, dengan syarat terlepasnya
manfaat harta yang telah diberikan itu dari pihak
semula, dari semua aspek karena Allah14
6. Menurut Ash Shiddiqy (1999) zakat adalah
pengambilan tertentu dari harta yang tertentu, menurut

11
Ibnu Rusyd (2007), Bidayatul Mujtahid, Jilid 1, terjemahan. Imam Ghazali ,
Jakarta: Pustaka Amani, Cet. ke-3, h. 549.
12
Sayid Sabiq, Fikih Sunnah
13
Qardawi, Yusuf (2011), Hukum Zakat,Jakarta: Litera Antarnusa.
14
Ibrahim Usman Asy-Syar’lan (1981) Nizhamu Misa fi al-Zakah wa Tauzi’u al-
Ghana’im . Riyad: Tp.
8
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

sifat-sifat yang tertentu untuk diberikan kepada


golongan yang tertentu15.

2.2 Landasan Hukum


Mengeluarkan zakat hukumnya adalah fardu ’ain,
seperti kewajiban rukun Islam yang lainnya atas tiap-tiap
orang yang telah cukup memenuhi rukun dan syarat
dalam membayar zakat.

Dalil kewajiban zakat diantaranya sebagai berikut :

1. Dalil Al-Quran
َّ َ َ
ۡ‫ۡعلي ِهمۖۡ ۡإِن‬ َ ‫ۡوتُ َزك ِيهم ۡب َها‬
‫ۡو َص ِل‬
ُ َٗ َ َ
َ ‫ۡت َطه ُر ُهم‬ ‫ة‬ ‫ق‬ ‫د‬ ‫ۡص‬ ‫م‬ ‫ه‬ ِ ‫ل‬َٰ َ ‫ُخذۡ ۡمِن ۡأَم‬
‫و‬
ِ ِ ِ ِ
َ ‫يع‬ َّ َ ُ َّ ٞ َ َ َ َ َٰ َ َ
ٌ ‫ٱّللۡ َس ِم‬
ۡ١٠٣ۡ‫ۡعل ٌِيم‬ ُۡ ‫ۡو‬ ۡ ۡۗ‫صلوتكۡسكنۡلهم‬
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan
mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha
mendengar lagi Maha mengetahui” (QS At Taubah : 103)
َ َ ٓ َّ َ ‫ٓأِلد َم ۡفَ َس‬ َ َٰٓ َ َ َ ُ
َۡ َ ‫ۡوٱس َتك‬
ۡ‫ب‬ َٰ َ ‫ِيس ۡأ‬
َۡ ‫َب‬ ‫ج ُد ٓوا ۡإَِّل ۡإِبل‬
َ
ۡ ۡ‫لئِكةِۡٱسۡ ُج ُدوا‬ ‫ِإَوذۡ ۡقلناۡل ِلم‬
َ َ َ
َۡ ‫َوَكنۡم َِنۡٱلكَٰفِ ِر‬
ۡ٣٤ۡ‫ين‬
“dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat:
"Sujudlah[36] kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka

15
Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy (1999), Pedoman Zakat, Pustaka
Rizki Putra: Semarang
9
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk


golongan orang-orang yang kafir.” (QS Al-Baqarah:34)

ُ َ َٓ َ ُ َ َ َ َ َ ُ َ ُ َ َ َ َّ َ ُّ َ َٰٓ َ
ۡ‫ۡوم َِّماۡأخ َرج َناۡلكم‬ ‫تۡماۡكسبتم‬ ِ َٰ‫امن ٓواۡأنفِقواۡمِنۡطيِب‬ ‫ِينۡء‬
ۡ ‫يأيهاۡٱَّل‬
َ ٓ َّ ََ َ ُ ُ ُ َ َ َ َ َ
ِ ‫ۡولس ُتم ۡأَ‍ِب‬
ۡ‫خذِيهِۡإَِّل ۡۡأن‬ ‫يث ۡمِنه ۡتنفِقون‬ ۡ ِ ‫ٱۡلب‬ ۡ ‫ۡرض ۡ َوَّل ۡت َي َّم ُموا‬
ۡ ِ ‫م َِن ۡٱۡل‬
ٌ ‫نۡ ََح‬ َ َ َّ َّ َ ٓ ُ َ َ ُ ُ
ۡ٢٦٧ۡ‫ِيد‬ ۡ‫ٱّللۡغ ِ ي‬
ۡ ۡ‫ۡوٱعلمواۡۡأن‬ ۡ ِ‫تغ ِمضواۡفِي ِۚه‬
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari
apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah
kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan
daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan
ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (QS Al
Baqarah:267)
ٓ َّ َ َ
ِۡ ‫لۡ َۡوٱل َمح ُر‬
ۡ٢٥ۡ‫وم‬ ِۡ ِ ‫ِلسائ‬ ‫ۡل‬٥٢ۡ‫سبِحۡۡب ِٱس ِۡمۡ َربِكۡٱل َع ِظي ِۡم‬
َۡ ‫ۡف‬
“dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian
tertentu. bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang
tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)” (QS Al
Ma’arij : 24-25)

2. Dalil As-Sunnah

Dari Rasulullah SAW:

“Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Umar bin Al-Khattab r.a


dia berkata, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Islam
dibangun diatas lima perkara: bersaksi bahwa tiada illah yang
berhak disembah melainkan Allah dan bahwa Nabi Muhammad
SAW adalah utusan Allah SWT, mendirikan sholat, menunaikan
zakat, naik haji, dan puasa ramadhan”. (HR. Bukhori dan
Muslim).

10
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

2.3 Kriteria Wajib Zakat


Wajib zakat memiliki kriteria yang harus terpenuhi
agar dapat dikategorikan sebagai harta wajib zakat.
Syekh Wahbah az-Zuhaili menyebutkan kriterita wajib
zakat sebagai berikut16 :

b. Muslim, baik laki-laki maupun wanita


c. Merdeka, bukan hamba sahaya
d. Para pengikut Imam Hanafi memberikan kriteria harus
baligh dan adil karena zakat sama seperti kewajiban
yang lainnya (shalat, puasa, dan lain-lain)

Dr. Yusuf al-Qardhawi menyebutkan kriteria


17
kekayaan yang wajib zakat :

a. Milik penuh
b. Berkembang
c. Cukup nisab
d. Lebih dari kebutuhan biasa (surplus kebutuhan
pokok)
e. Bebas dari utang
f. Berlalu setahun (haul)

16
Wahbah az-Zuhaili, Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, juz 3, hal.1800, maktabah
syamilah.
17
Yusuf al-Qardhawi, Hukum Zakat, hal. 125
11
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

2.4 Hikmah Kewajiban Zakat


Setiap syariat yang diperintahkan Allah SWT pasti
mengandung hikmah, termasuk kewajiban zakat. Berikut
ini beberapa hikmah dibalik kewajiban zakat :

1) Mengurangi/menghilangkan sifat-sifat kikir dari jiwa


seseorang muzaki, serta melatihnya agar berjiwa
dermawan sebagaimana dalam QS. At taubah:103:

ُ َ َ ُ َ ُ َ ُ َ َٰ َ َ ُ َ َ َ ُ َ ۢ ِ ُ َ َ َ َّ َ
ۡ‫ۡم َعكم ۡفأو َٰٓلئِك ۡمِنك ۚۡم‬ ‫ِين ۡءامنوا ۡمن ۡبعد ۡوهاجروا ۡوجهدوا‬ ۡ ‫وٱَّل‬
َ ُ َ َّ َّ َّ َ َ
َ ‫ض ُهمۡأو َ ََٰلۡب‬
ُ َ ِ َ َ ُ َُ
ۡ‫ۡشء‬ ۡ ‫ٱّللۡبِك ِل‬ۡ ۡ‫ٱّللِۡإِن‬
ۡۡۚ ۡ‫ب‬
ِ َٰ ‫ِت‬ ‫ك‬ۡ‫ِۡف‬‫ض‬ ‫ع‬
ِ ٖ ِ ‫ب‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ۡۡ
‫ام‬‫ح‬‫ر‬ ‫ٱۡل‬ ۡ‫وا‬ ‫وأول‬
ۡ٧٥ۡۢ‫ِيم‬ ُ ‫َعل‬

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan


zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan
mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha
mendengar lagi Maha mengetahui”.

2) Menciptakan ketenangan dan ketentraman baik


pada mustahik dan muzakinya itu sendiri, sebab
kesenjangan sosial akan mengakibatkan gejolak
sosial dan hal itu akan menjadi masalah di
masyarakat seperti terjadinya kejahatan dan
sebagainya. Hal ini sesuai dengan QS. Muhammad:
37-38:

12
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

َّ َ َ َّ َ َ َ َ ۡ ‫ٱلر ُس‬ ُ ََ َ َ َ
ُّ ۡ‫بۡأولُواۡٱل َعز ِۡمۡم َِن‬ َ
ۡ‫جلۡل ُه ۚۡمۡكأن ُهمۡيَو َم‬
ِ ‫لۡوَّلۡتستع‬
ِ ‫بۡكماۡص‬
ۡ ِ ‫فٱص‬
َّ ُ َ َ ٞ َ َّ ٗ َ َ َّ ٓ ُ َ َ َ َ ُ َ ُ َ َ َ َ
ۡ‫اعة ۡمِنۡن َهارۚ ِۢۚۡۡبَل َٰ ۚۡغ ۡف َهل ُۡيهلك ۡإَِّل‬ ‫يرون ۡماۡيوعدون ۡلم ۡيلبثوا ۡإَِّل ۡس‬

َّ َ ‫ه ُؤ ََّلٓءِۡتُد َعو َن ِۡلِ ُن ِف ُقوا ِۡف‬ َ ُ َ َٰٓ َ َ ُ َ َ


ِۡ‫ٱّلل‬
ۡ ۡ ‫يل‬
ِ ِ ‫ب‬ ‫ۡس‬ ِ َٰٓ ۡ ‫ٱلقوۡ ُۡم ۡٱلفَٰسِق‬
ۡ ۡ‫ هأنتم‬٣٥ۡ ‫ون‬

َ ُ َّ َ َّ َ ُ َ َ َ َّ َ َ َ َ َ ُ َ َ َّ ُ َ
ُّۡ ِ ‫ٱّللۡٱلۡغ‬
ۡ‫ن‬ ۡ ‫ۡعنۡنفسِ ۡهِۚۡ ۡۦۡ ۡو‬ ‫ف ِمنكمۡمنۡيبخلۖۡۡومنۡيبخلۡفإِنماۡيبخل‬

ُ ُ َ َ َّ ُ ُ َ َ ً َ َ َّ َ ٓ َُ ُ َ‫َوأ‬
ۡ ‫نت ُم ۡٱلفق َرا ُۡء ۚۡ ِۡإَون ۡت َت َولوا ۡيَستبدِل ۡقوما ۡغۡيكم ۡثم َّۡل ۡي‬
ۡۡ‫كون ٓۡوا‬

ُ َ َ َ
ۡ٣٨ۡ‫أمثَٰلكم‬

Artinya : “jika Dia meminta harta kepadamu lalu


mendesak kamu (supaya memberikan semuanya) niscaya
kamu akan kikir dan Dia akan Menampakkan kedengkianmu.
Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan
(hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada yang kikir,
dan siapa yang kikir Sesungguhnya Dia hanyalah kikir terhadap
dirinya sendiri. dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan
kamulah orang-orang yang berkehendak (kepada-Nya); dan
jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu)
dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu
ini”.

3) Zakat bila disampaikan dengan ikhlas, di samping


memberikan keuntungan di akhirat juga akan
memberikan hikmah yang besar. Hal ini sesuai
dengan QS: Al Baqarah: 276.

13
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

َ َّ َ َّ ُ ُ َ ُ َّ َ َٰ َ َ َّ َّ ُ َ َ
ۡ٢٧٦ۡ‫ٱّللَّۡلُۡي ُِّبُۡكۡكفارۡأثِيم‬ ِۡ ‫ٱلربَ َٰواۡۡ َو ُير ِِبۡٱلصدق‬
ۡ ‫تۡ ۡو‬ ُۡ ۡ‫ق‬
ِ ۡ‫ٱّلل‬ ۡ ‫يم ح‬

Artinya : “Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan


sedekah. dan Allah tidak menyukai Setiap orang yang tetap
dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa”.

4) Zakat merupakan ucapan syukur, atas nikmat yang


diberikan oleh Allah kepada muzaki, karena sudah
diberi keluasan harta dibandingkan dengan yang
lainnya

5) Zakat dapat dijadikan media untuk menjaga


kecemburuan sosial terutama dari mustahik kepada
muzaki, apalagi dengan hidup serba kekurangan di
satu sisi dan disisi lain menyaksikan orang-orang
kaya dengan tidak memperhatikan orang miskin.Hal
ini sesuai dengan. QS: Ali Imran: 180.
َّ ٗ َ َ ُ َ َّ َ َ ٓ َ َ ُ َ َ َ َّ َّ َ َ َ َ َ
ۡ‫ۡي اۡل ُهم‬ ُۡ ۡ‫ۡءاتى َٰ ُه ُم‬
ۡ ‫ٱّللۡمِنۡفضل ِ ۡهِۦۡهوۡخ‬ ‫ِينۡيبخلونۡبِما‬
ۡ ‫َّلُۡيسَبۡٱَّل‬
ۡ‫و‬

ُ َ َّ ُ َ َ َ ُ َّ َ ُ َ ُ َّ ٞ َ َ ُ َ
‫ۡما َۡبِلوا ۡب ِ ۡهِۦ ۡيَو َم ۡٱل ِق َيَٰ َمةِۡ ۡ َو ِّللِ ۡم‬
ۡ‫ِيرَٰث‬ ‫بل ۡهو ۡش ۡلهمۖۡ ۡسيطوقون‬

َ َ ُ َ َ َ ُ َّ َ ِ َ َ َٰ َ َٰ َ َّ
ۡ١٨٠ۡٞ‫ونۡخبِۡي‬
ۡ ‫ٱّللۡبِماۡتعمل‬
ۡ ‫ۡرضۡ ۡو‬
ۡ ‫تۡ ۡوٱۡل‬
ِۡ ‫ٱلسمو‬

Artinya : “sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil


dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari

14
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi


mereka. sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi
mereka. harta yang mereka bakhilkan itu akan
dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. dan
kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit
dan di bumi. dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan”.
6) Zakat dapat berguna untuk mendekatkan dan
menciptakan rasa kasih sayang antara yang miskin
dengan yang kaya, dan sekaligus orang miskin
akan mendo’akan orang yang kaya.
7) Zakat akan mengantarkan muzaki memiliki sifat
solidaritas yang tinggi terhadap orang yang miskin
dan akan menjadikan seorang mu’min yang jauh
dari sifat boros (mubazir) dan ketamakan.
8) Zakat dapat mendorong manusia agar mampu
meningkatkan etos kerja yang tinggi supaya
mendapatkan harta yang banyak agar bisa menjadi
muzzaki.
9) Hikmah yang paling penting adalah terlaksananya
perintah Allah yang masuk katagori salah satu dari
rukun Islam yang banyak disebut dan disandingkan
dengan perintah shalat.

15
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

2.5 Harta Wajib Zakat Klasik


Harta wajib zakat dalam literatur klasik dibatasi
pada umumnya kepada zakat fitrah dan zakat mal untuk
lima katagori, yakni zakat fitra dan zakat maal.

2.5.1 Zakat Fitrah


Zakat fitrah yaitu zakat yang wajib disebabkan
berbuka dari puasa ramadhan hukumnya wajib atas
setiap muslim yang merdeka yang memiliki kelebihan
makanan selama satu hari satu malam sebanyak satu
sha’ dari makanannya bersama keluarganya.

Kewajiban zakat itu buat diri dan keluarga yang


menjadi tanggungannya seperti istri, anak-anak dan
pembantu, serta tanggungan yang lainnya.Jumlahnya 3,1
liter dari makanan yang mengenyangkan (makanan
pokok menurut tiap-tiap tempat (negeri). Hal ini sesuai
dengan hadits Nabi:

“Dari Abi Sa’id ia bersabda kami mengeluarkan zakat


fitrah satu sha dari makanan, gandum, gandum, kurma,
susu kering, atau anggur kering”. (HR. Bukhari dan
Muslim)

Syarat-syarat menunaikan zakat fitrah adalah;


Islam, lahir sebelum terbenam matahari pada hari
penghabisan bulan ramadhan dan dia mempunyai
16
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

kelebihan harta dari keperluan makanan untuk diri dan


tanggungan kewajibannya, baik manusia atau binatang
pada malam hari raya dan siang harinya. Hal ini sesuai
dengan hadits Rasululah :

“Tatkala Rasulullah SAW mengutus Muadz ke


Yaman beliau memerintahkan kepada Muadz
beritahukanlah kepada mereka (penduduk Yaman),
sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepada mereka
shadaqah (zakat) yang diambil dari orang-orang kaya dan
diberikan kepada orang-orang fakir dikalangan mereka
(penduduk Yaman)”. (HR. Bukhari Nomor 1308)

Waktu menunaikan zakat fitrah; Waktu mubah yaitu


dari mulai ramadhan sampai akhir ramadhan. Waktu
wajib, yaitu mulai terbenam matahari penghabisan
ramadhan. Waktu yang lebih baik (sunat), yaitu dibayar
sesudah shalat subuh sebelum pergi shalat pada hari
raya. Waktu makruh, membayar sesudah shalat hari raya
tapi sebelum terbenam matahari pada hari raya. Waktu
haram, yaitu dibayar setelah terbenam matahari pada hari
raya, hal ini sesuai dengan hadits rasul yang artinya ” Dari
Ibnu Abas ia berkata:

“Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fitrah


sebagai pembersih bagi orang berpuasa dan memberi
makan bagi orang miskin. Barang siapa yang
menunaikannya sebelum shalat hari raya, maka zakat itu
diterima; dan barang siapa membayarnya sesudah
17
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

shalat, maka zakat itu sebagai shadaqah biasa.” (HR. Abu


Daud dan Ibnu Majah).

2.5.2 Zakat Maal


Dalam banyak dalil baik Al-Quran maupun sunnah
telah ditentukan beberapa jenis harta wajib zakat, seperti
zakat emas dan perak, zakat hewan ternak, zakat
perdagangan, zakat hasil pertanian, dan zakat hasil
tambang. Hal ini menyesuaikan dengan karakteristik
usaha pada zaman itu yang banyak bergerak dibidang
pertanian, peternakan, dan perdagangan.

1. Zakat Emas dan Perak


Dalil diperintahkannya zakat atas emas dan perak
terdapat dalam Al-Quran surat At-Taubah : 34.

َ َ َ ُ ُ َ َ ُّ َ َ َ َ ٗ َ َّ ٓ ُ َ َ َ َّ َ ُّ َ َ
ۡ‫انۡ ََلأكلونۡأم َوَٰل‬
ِۡ ‫ارۡ ۡوٱلرهب‬
ِۡ ‫ِينۡءامنواۡإِنۡكثِۡي اۡمِنۡٱۡلحب‬ َٰٓ
ۡ ‫۞يأيهاۡٱَّل‬

َ َّ َ ُ َّ َّ َ َ َ ُّ ُ َ َ ۡ ‫اس ۡ ۡبٱل َبَٰ ِط‬


ۡ‫ب‬ ِ ‫ِين ۡيَك‬
ۡ َ ‫ِنون ۡٱَّله‬ َۡ ‫ٱّللِۗۡۡ َۡوٱَّل‬
ۡ ۡ ‫يل‬
ِ ِ ‫ل ۡويصدون ۡعنۡسب‬ ِ
َّ
ِ ۡ ِ ‫ٱنل‬
َ َ ُ َ َّ َ ُ ُ َ َ َ َّ َ
ۡ ۡ٣٤ۡ‫ٱّللِۡف ۡبَ ِّشهمۡب ِ َعذابۡأَلِۡ ٖم‬
ۡ ۡ‫يل‬ِ ِ ‫ب‬ َ ‫ون َهاِۡف‬
‫ۡس‬ ِ ‫ۡوٱلفِض ۡةۡوَّلۡينفِق‬

Artinya: “…dan orang-orang yang menyimpan emas


dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah,

18
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka


akan mendapat) siksa yang pedih”.

Syariat Islam memandang emas dan perak sebagai


harta yang potensial. Selain berfungsi sebagai perhiasan
yang indah, emas juga berfungsi sebagai alat tukar dari
masa ke masa. Dalam fikih, emas merupakan nilai (ats-
tsaman). Nilai harta diukur standar emas dan perak
karena sifat emas sebagai harta sangat jelas, bahkan
disebut an-naqdain dan ats-tsamanain mata uang yang
merupakan alat ukur dan standar nilai18

Berdasarkan ‘illat tersebut, ketentuan hukum zakat


emas dan perak berlaku untuk dua barang berikut :

1) Setiap uang yang menjadi alat tukar, termasuk


uang kertas.
2) Emas dan perak karena kedua barnag tersebut
bias dijadikan modal investasi.

Emas 20 dinar jika digramkan sekarang ikhltilaf


ulama ada yang mengatakan 94 gram, 90 gram dan 85
gram dan ada yang menyebut 91-92 gram, dan
zakatnyaadalah 1/40 dari harga emas tersebut 2,5%,
kemudian nishab perak 200 dirham (634 gram) dan

18
Oni Sahroni, dkk, Fikih Zakat Kontemporer, hlm. 83
19
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

zakatnya 1/40 (2,5%=5 dirham yaitu setara dengan 15,6


gram, penjelasannya : 1 dirham = 3,12 gram.

Adapun mengenai barang tambang yang lainnya


seperti: timah, nikel, perunggu besi batu bara dan yang
lainnya, semua ini dianalogikan pada jenis tijaroh (harta
dagangan), artinya tetap dikeluarkan zakatnya dan
presentasinya 2,5% setelah dikonversi/qiyas pada emas
dan perak, artinya jika nilai dari hasil tambang yang lain
dalam satu tahun sama dengan nilai emas wajib zakat
maka itu pun termasuk nishab dan wajib di keluarkan
zakatnya. Mengenai pakaian (perhiasan) ulama ikhtilaf
(berbeda pendapat) menjadi beberapa pendapat :19

a) Pendapat Imam Syafi’i tidak wajib zakat karena


perhiasan itu sama dengan sapi yang dipakai bekerja
atau kuda dan sebagainya.
b) Pendapat yang kedua wajib dizakati bahkan
walaupun belum haull dan tidak sampai satu nishab
zakatnya dibayar hanya satu kali saja.

Pada masa Rasul, emas dan perak menjadi alat


tukar dan wajib dizakati. Sekarang alat tukar apapun wajib

19
Syahatah, husein (2004) hal 49
20
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

dikeluarkan zakatnya, nishab-nya disamakan pada emas


20 dinar (2,5%).

2. Zakat Perdagangan
Zakat perdagangan adalah zakat yang dikeluarkan
dari aset dagang yang diperjual-belikan untuk tujuan
mendapatkan keuntungan. Landasan syar’i
diwajibkannya zakat perdagangan terdapat dalam surat
Al-Baqarah (2): 267.

ُ َ َٓ َ ُ َ َ َ َ َ ُ َ ُ َ َ َ َّ َ ُّ َ َٰٓ َ
ۡ‫ۡوم َِّماۡأخ َرج َناۡلكم‬ ِ َٰ‫امن ٓواۡأنفِقواۡمِنۡطيِب‬
‫تۡماۡكسبتم‬ ‫ِينۡء‬
ۡ ‫يأيهاۡٱَّل‬
َ ٓ َّ ََ َ ُ ُ ُ َ َ َ َ َ
ِ ‫ۡولس ُتم ۡأَ‍ِب‬
ۡ‫خذِيهِۡإَِّل ۡۡأن‬ ‫يث ۡمِنه ۡتنفِقون‬
ۡ ِ ‫ٱۡلب‬ ۡ ‫ۡرض ۡ َوَّل ۡت َي َّم ُموا‬
ۡ ِ ‫م َِن ۡٱۡل‬

ٌ ‫نۡ ََح‬ َ َ َّ َّ َ ٓ ُ َ َ ُ ُ
ۡ٢٦٧ۡ‫ِيد‬ ۡ‫ٱّللۡغ ِ ي‬
ۡ ۡ‫ۡوٱعلمواۡۡأن‬ ۡ ِ‫تغ ِمضواۡفِي ِۚه‬

“…nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagian dari hasil usahamu


yang baik-baik…”

Mayoritas ulama berpendapat bahwa makna


“kasabtum” dalam ayat ini adalah usaha perdagangan,
industri, emas dan perak20.

20
Oni Sahroni, dkk, Fikih Zakat Kontemporer, hal. 103
21
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Dalam sebuah riwayat dari Samrah bin Jundab ia


berkata, “amma ba’du, sesungguhnya Rasulullah SAW.
memerintahkan kepada kami untuk mengeluarkan zakat
dari yang kami persiapkan untuk berjual-beli
(berdagang)”. (HR. Abu Dawud).

Zakat perdagangan mencakup seluruh aktivitas


pemanfaatan dan investasi harta secara ekonomis,
dengan tujuan untuk memperoleh pemasukan atau laba,
apapun jenis aktivitas tersebut dan bagaimanapun cara
memperolehnya21. Termasuk aktivitas perdagangan,
aktivitas jasa, dan aktivitas industri.

Ijma’ ulama nishab zakat perdagangan


dipersamakan dengan zakat emas yakni 20 dinar atau
setara 85 gram emas. Nilai atau tarif zakat yang
dikenakan pada zakat perdagangan adalah 2,5% untuk
tahun hijriyah atau 2,5775 % jika menggunakan tahun
masehi. Penetapan waktu mengeluarkan zakat
perdagangan adalah setelah berlalunya haul atau saat
terjadinya penjualan dengan mempertimbangkan
tercapainya nishab diakhir haul.

21
Puskas BAZNAS, Panduan Praktis Menghitung Aset Zakat, hal.87
22
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Perhitungan zakat perdagangan diukur dari aset


dagang atau aset lancar (curent asset) dikurangi hutang
yang berkaitan dengan aktivitas perdagangan. Aset
lancar terdiri dari kas dan setara kas, piutang usaha, dan
persediaan.

Bagi aktivitas perdagangan yang dijalankan oleh


perusahaan, maka kewajiban zakat melekat pada
perusahaan tersebut bukan pada pemilik / pemegang
saham. Namun jika, perusahaan tidak mengatur hal
tersebut, maka pemilik dapat mengeluarkan zakat secara
peribadi sejumlah nilai saham ditambah deviden yang
diterima.

23
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Tabel 2. 1 Rangkuman Unsur-Unsur Pada Zakat Perdagangan:

Penetapan
Cakupan Nisab waktu Pihak yang wajib
Takaran Zakat Nilai Zakat
Zakat Zakat mengeluarkan zakat
zakat
Setiap harta Senilai 85 Harta yang 2,5% dari Untuk aktivitas Pada proyek-
yang Gram emas dimiliki untuk nilai takaran yang dijalankan proyek pribadi,
dikhususkan dengan dijual dan zakat pada oleh lembaga, pihak yang wajib
untuk harga memperoleh tahun maka waktunya zakat adalah
diinvestasikan pasar yang laba. Ini yang hijriyah atau adalah pemilik proyek.
di dalam sedang di dalam 2,5775 dari berlalunya satu Sedangkan pada
sejumlah berlaku bahasa nilai takaran haul. Sedangkan perusahaan-
aktivitas akuntansi pada tahun aktivitas yang perusahaan yang
perekonomian disebut masehi. dijalankan secara bersifat rekanan
yang aset/aktiva tidak beraturan (partnership) maka

24
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Penetapan
Cakupan Nisab waktu Pihak yang wajib
Takaran Zakat Nilai Zakat
Zakat Zakat mengeluarkan zakat
zakat
berbeda, baik lancar, dan di dan oleh individu zakatnya dikaitkan
itu dalam bahasa maka waktu dengan
perdagangan, fikih disebut penetapannya perusahaan. Dan
industri, barang-barang adalah saat pada perusahaan-
maupun jasa, perdagangan. terjadinya perusahaan yang
dan apapun Dan ia diukur penjualan. bersifat joint stock
bentuknya dengan company, jika
yang
nilainya jika aturan negara atau
dengannya
terjadi proses dilakukan oleh aturan perusahaan
investasi.
individu, atau pada dasarnya
dengan cara mengharuskannya

25
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Penetapan
Cakupan Nisab waktu Pihak yang wajib
Takaran Zakat Nilai Zakat
Zakat Zakat mengeluarkan zakat
zakat
melihat nilai untuk
bersih dari mengeluarkan
aktiva lancar zakat, maka
atau dengan perusahaanlah
melihat nilai pihak yang wajib
bersih dari zakat. Namun jika
harta yang tidak demikian,
diinvestasikan, maka setiap
dimana pemegang saham
penilaiannya mengeluarkan
sesuai dengan zakat sesuai nilai

26
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Penetapan
Cakupan Nisab waktu Pihak yang wajib
Takaran Zakat Nilai Zakat
Zakat Zakat mengeluarkan zakat
zakat
harga pasar sahamnya dan bagi
yang sedang hasil yang
berlaku. didapatnya dengan
persentase 2,5%
dari nilai tersebut.
Sumber : Panduan praktis menghitung asset zakat Puskas Baznas tahun 2017

27
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

3. Zakat Peternakan
Zakat peternakan adalah zakat pada hewan ternak
dan seluruh pemanfaatannya yang meliputi hewan
ternak, hewan lain, dan produk hewan ternak.

a. Zakat hewan ternak

Para ulama sepakat akan kewajiban zakat untuk


jenis hewan ternak yaitu unta, sapi, kerbau, domba dan
kambing, sedangkan pada hewan ternak yang lain masih
berbeda pendapat22. Namun dapat disimpulkan bahwa
cakupan hewan ternak yang wajib dizakati adalah semua
jenis hewan ternak yang dipelihara sebagai kekayaan dan
ia mengambil manfaat dari hasilnya dan dari apa-apa
yang keluar darinya untuk menambah kekayaan23.

Ketentuan nishab zakat hewan ternak yang sudah


terdapat dalam nash adalah unta 5 ekor, sapi atau kerbau
30 ekor, dan domba atau kambing 40 ekor. Adapun
hewan ternak selain tiga jenis tersebut dihitung dengan
nishab zakat emas yaitu 85 gram emas dengan tarif

22
Al-Sarakhsi, al-Mabsuth, 2/188, Ibnu Rusyd, Bidayah alMujtahid wa Nihayah
al-Muqtashid, 1/209, al-Syarbini, Mughni al-Muhtaj, 1/369, Ibnu Qudamah, al-
Mughni, 2/620.
23
Pusat Kajian Strategi BAZNAS, Panduan Praktis Menghitung Aset Zakat
(2017), 27-28
28
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

2,5%24. Waktu mengeluarkan zakat ternak adalah jika


telah mencapai haul dari kepemilikan hewan ternak
tersebut.

Takaran zakat hewan ternak unta, sapi dan kerbau,


serta domba dan kambing dapat dilihat pada tabel berikut
ini :

Tabel 2. 2 Takaran Zakat Unta

Jumlah Nilai Zakat


Satu ekor kambing untuk setiap lima
5 – 24
unta, mulai dari satu sampai empat.
1 Bintu Makhadh (Unta betina yang
25 – 35
usianya memasuki tahun kedua)
1 Bintu Labun (Unta betina yang usianya
36 – 45
memasuki tahun ketiga)
1 Haqqah (Unta betina yang usianya
46 – 60
memasuki tahun keempat)
1 Jadza’ah (Unta betina yang usianya
61 – 75
memasuki tahun kelima)

76 – 90 2 Bintu Labun

91 – 120 2 Haqqah
Sumber : Panduan Praktis Menghitung Aset Zakat Puskas Baznas

24
Al-Sarkashi, al-Mabsuth, 2/188
29
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Tabel 2. 3 Takaran Zakat Sapi/Kerbau

Jumlah Nilai Zakat

30 – 39 1 Tabi’, yaitu yang berusia 1 tahun

40 – 59 1 Musinnah, yaitu yang berusia dua tahun

60 – 69 2 Tabi’

70 – 79 1 Musinnah + 1 Tabi’

80 – 89 2 Musinnah

90 – 99 3 Tabi’

100 – 109 1 Musinnah + 2 Tabi’

110 – 119 2 Musinnah + 1 Tabi’

>120 3 Musinnah + 4 Tabi’


Sumber : Panduan Praktis Menghitung Aset Zakat Puskas Baznas

Tabel 2. 4 Zakat Domba/Kamping


Jumlah Nilai Zakat
40 – 120 Satu ekor kambing
121 – 200 Dua ekor kambing
201 – 299 Tiga ekor kambing
Setiap
Satu ekor kambing
bertambah 100
Sumber : Panduan Praktis Menghitung Aset Zakat Puskas Baznas

30
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

b. Zakat Hewan lain

Yang dimaksud hewan lain adalah hewan ternak


yang dipelihara atau dibeli untuk diperdagangkan dengan
tujuan mendapatkan keuntungan. Sehingga cakupan
hewan lain mencakup seluruh hewan ternak tanpa
terkecuali, seperti kuda, ayam, burung, dll. baik yang
diperdagangkan langsung atau dibeli saat masih kecil
untuk dijadikan gemuk lalu dijual25.

Para fuqaha sepakat bahwa zakat hewan lain


mengikuti ketentuan zakat perdagangan 26. Nishabnya
yaitu 20 dinar atau senilai 85 gram emas dengan tarif
2,5%. Penetapan waktu untuk mengeluarkan zakat
setelah berlalunya satu haul dari kepemilikan hewan lain,
baik di awal atau di akhir haul sebagimana pendapat
Hanafiyah, atau di akhir haul saja sebagaimana pendapat
Syafi’iyah.

c. Zakat Produk pangan asal hewan

Zakat produk pangan asal hewan ternak adalah


seluruh produk dari hewan ternak yang diperjualbelikan

25
Puskas BAZNAS, Panduan Praktis Menghitung Aset Zakat, hal. 31
26
Al-Sarakhsi, al-Mabsuth, 2/166, Asy-Syarbini, Mughni alMuhtaj, 1/400, Ibnu
Qudamah, al-Mughni, 3/34
31
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

seperti susu dan derivasinya, bulu, telur, madu lebah dan


sutra27. Adapun jika hanya dimanfaatkan untuk pribadi
maka tidak ada zakat.

Para fuqaha berbeda pendapat terkait zakat produk


pangan asal hewan ternak termasuk kedalam zakat
perdagangan atau zakat pertanian. Namun pendapat
yang kuat adalah bahwa zakat produk hewan ternak
termasuk zakat perdagangan28. Nishabnya yaitu 20 dinar
atau senilai 85 gram emas dengan tarif 2,5%.

Jika yang memproduksi produk hewan ternak


adalah lembaga berbentuk badan hukum, maka waktu
mengeluarkan zakatnya adalah diakhir haul, namun jika
yang memproduksi adalah perseorangan, zakatnya dapat
dikeluarkan setiap kali transaksi jual-beli dengan
mempertimbangkan total penjualan diakhir haul
mencapai nishab.

27
Ibnu Qudamah, al-Mughni, 2/713, al-Maliki al-Qurthubi, al-Kafi fi Fiqhi Ahli al-
Madinah, 1/392, Ibnu Miftah, Sharh Hawashi alAzhar, 1/450
28
Puskas BAZNAS, Panduan Praktis Menghitung Aset Zakat, 33
32
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Tabel 2. 5 Rangkuman Unsur-Unsur pada Zakat Hasil Hewan

Penetapan
Cara Jenis Cakupan Nisab Ukuran/Takaran Waktu Untuk
Nilai Zakat
Pemanfaatan Zakat Zakat Zakat Zakat Mengeluarkan
Zakat
Hewan ternak Zakat Semua jenis Unta : 5 Untuk unta, sapi, dan Untuk unta, Di akhir setiap
yang binatang hewan Kambing : 40 kambing, sejumlah sapi dan tahun yang
dipelihara ternak ternak yang Sapi: 30 kepalanya ditambah kambing belaku dari
merupakan Jenis hewan dengan yang lahir sesuai kepemilikan
kekayaan lain: senilai 85 selama satu tahun dengan terhadap
dan gram emas tanpa dikurangi tabel hewan ternak
pekerjaan dengan harga dengan pengeluaran sebelumny yang
bagi yang berlaku apapun dan hutang. a, mencapai
pemiliknya Adapun untuk jenis sedangkan nisab di akhir
lain maka dilihat untuk tahun.
nilainya di akhir hewan
tahun dengan harga lainnya
yang berlaku tanpa maka 2,5%
adanya potongan- dari
potongan nilainya

33
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Penetapan
Cara Jenis Cakupan Nisab Ukuran/Takaran Waktu Untuk
Nilai Zakat
Pemanfaatan Zakat Zakat Zakat Zakat Mengeluarkan
Zakat
Hewan yang Zakat Semua jenis Nisab zakat Nilai hewan yang 2,5% dari Di akhir setiap
diperdagangk perdagan hewan, baik harta, yaitu 85 disiapkan untuk takaran tahun yang
an gan hewan gram emas diperdagangkan di zakat berlalu dari
ternak, dengan harga akhir masa dengan kepemilikan
burung, dan yang sedang harga yang berlaku, terhadap hewan
semua yang berlaku. ditambah dengan yang mencapai
diperoleh nilai dari hewan yang nisab di akhir
untuk dijual dijual selama satu tahun.
dan tahun, dan
memperoleh mencocokannya
keuntungan, dengan hutang dan
baik secara piutang yang terkait
langsung dengannya.
maupun
dibeli saat
masik kecil
lalu
digemukan
untuk dijual.

34
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Penetapan
Cara Jenis Cakupan Nisab Ukuran/Takaran Waktu Untuk
Nilai Zakat
Pemanfaatan Zakat Zakat Zakat Zakat Mengeluarkan
Zakat
Hasil hewan Zakat Semua jenis Senilai harga Harga penjulan 2,5% dari Saat menerima
perdagan hasil hewan 85 gram emas dikurangi takaran pemasukan dari
gan dan burung dengan harga pengeluaran yang zakat hasil itu melalui
yang dijual yang berlaku harus dikeluarkan jual beli tanpa
dengan untuk mendapatkan harus
syarat bahwa hasil-hasil itu, lalu menunggu
hewan menjualnya dengan berlaunya satu
asalnya tidak kemungkinan untuk haul, kecuali jika
dizakati menggabungakan dilakukan dalam
nilai dari hasil-hasil bentuk lembaga,
hewan itu dan maka itu
kemudian mungikin.
mengeluarkan
zakatnya sekaligus
setelah
menyelesaikan
hutang-hutang yang
terkait dengannya.
Sumber : Sumber : Panduan praktis menghitung asset zakat Puskas Baznas tahun 2017

35
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

4. Zakat Pertanian
Zakat pertanian adalah zakat terhadap hasil bumi
berupa buah-buahan dan hasil pertanian. Para fuqaha
berbeda pendapat terkait jenis hasil pertanian yang wajib
dizakati.

Jumhur ulama sepakat akan kewajiban zakat


terhadap empat jenis hasil pertanian yaitu gandum, sya’ir,
kurma, dan kismis. Sedangkan jenis makanan lain yang
memiliki illat yang sama yaitu makanan pokok, yang
disimpan, dan ditimbang, seperti beras maka zakatnya di
qiyas kan dengan zakat empat jenis hasil pertanian
tersebut. Sementara mazhab Hanafiyah berpendapat
bahwa semua jenis hasil pertanian wajib untuk di zakati.
Dr. Yusuf Qardhawi lebih cenderung pada pendapat
Imam Abu Hanifah yang menyatakan bahwa objek zakat
pertanian adalah seluruh hasil pertanian, tidak terbatas
pada komoditas pertanian tertentu29.

Nishab zakat pertanian adalah 5 ausuq,


sebagaimana hadist dari Jabir r.a, Rasulullah SAW
bersabda :

29
Yusuf Qardhawi, Fiqh Zakat
36
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

“Tidak wajib dibayar zakar pada kurma yang kurang


dari 5 ausuq” (HR. Muslim)

Satu wasaq30 sama dengan 60 sha’, sedangkan 1


sha’ sama dengan 2,176 kg, maka 6 ausuq adalah 5 x 60
x 652,8 kg atau diuangkan setara dengan 653 kg beras.
Zakat hasil bumi lainnya, seperti hasil perkebunan dan
buah-buahan zakatnya senilai dengan 653 kg beras.

Para fuqaha sepakat bahwa tarif zakat pertanian


adalah 5% untuk hasil pertanian yang menggunakan
irigasi dan 10% untuk hasil pertanian yang tadah hujan31.
Sedangkan haul zakat pertanian adalah setiap kali
panen32.

30
Ausuq bentuk jama’ dari wasaq
31
Rasulullah SAW bersabda : “yang diairi dengan air hujan, mata air, dan tanah
zakatnya sepersepuluh sedangkan yang disirami zakatnya seperduapuluh”
(HR. Bukhori dan Muslim)
32
QS Al An’am (6) : 34
37
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Tabel 2. 6 Rangkuman Unsur-Unsur Pada Zakat Pertanian


Pihak wajib zakat Penetapan
Yang Yang waktu
Cakupan Pengukuran Nilai Tanah dengan
ditakar tidak di Milik Catatan untuk
zakat takaran zakat zakat Tanah sewa system
takar sendiri mengeluar
muzara’ah
kan zakat
Semua 50 Senilai Hasil 5% dari Yang Yang wajib Masing- Zakat Waktu
jenis hasil kailah 50 Kailah keseluruhan keseluru wajib zakat adalah masing dari dikeluarkan panen
pertanian atau gandum tanpa han hasil, zakat penyewa, pemilik dan saat panen
1440 atau memotong atau 10% adalah sementara penyewa atau saat
Pon beras biaya yang dari hasil pemilik pemilik mengeluarkan memetik.
atau atau keluar, bersih menzakatkan zakat dari Boleh
653 kg bahan namun perlu setelah upahnya bagiannya mengeluarkan
pokok diperhatikan dipotong dalam bentuk yang diperoleh zakat dalam
yang untuk dengan zakat mal dari hasil bentuk
umum di memotong biaya- pertanian barangnya
negeri itu bagian yang biaya atau seharga
digunakan yang nilainya
oleh petani keluar dengan
untuk menggabungk
dikonsumsi an semua
atau hasil yang
dihadiahkan, berasal dari
dan juga satu jenis
bagian yang yang sama,
38
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Pihak wajib zakat Penetapan


Yang Yang waktu
Cakupan Pengukuran Nilai Tanah dengan
ditakar tidak di Milik Catatan untuk
zakat takaran zakat zakat Tanah sewa system
takar sendiri mengeluar
muzara’ah
kan zakat
rusak karena jika dipetik
faktor alam beberapa kali.
atau saat
produksi
Sumber : Panduan praktis menghitung asset zakat Puskas Baznas tahun 2017

39
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

5. Zakat Rikaz
Rikaz berasal dari kata rakaza-yarkazu yaitu
tersembunyi. Rikaz adalah emas atau perak yang
ditanam oleh bangsa jahiliah (sebelum Islam) apabila kita
menemukan emas atau perak yang ditanam jahiliyah atau
mungkin jika kita menemukan barang berharga selain
emas atau perak dari tengah laut misalnya, maka itu
harus dikeluarkan zakatnya tidak menunggu haull (saat
itu juga) sebanyak 1/5 (20% nya) hal ini sesuai dengan
hadits yang artinya:

“Dari Abi Hurairah r.a. Sesungguhnya Nabi SAW


bersabda dan pada harta terpendam zakatnya seperlima.
(HR. Al-Jama’ah)

Rikaz tidak disyaratkan haul, adapun nishabnya


para ulama ikhtilaf sebagian ulama mensyaratkan harus
sampai satu nishab (Syafi’i). Menurut pendapat yang lain
(Maliki, Abu Hanifah, serta Imam Ahmad dan pengikutnya
nishab tidak menjadi syarat. Menurut Imam Hanafi rikaz
adalah harta yang disembunyikan oleh Tuhan, atau oleh
makhluk. Pendapatlain mendefinisikan rikaz adalah harta
yang disembunyikan oleh orang-orang yang berasal dari
zaman jahiliyah.

40
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

6. Zakat Pertambangan
Zakat pertambangan adalah zakat atas hasil
tambang yang berharga yang diambil dari perut bumi.
Hasil tambang wajib dizakati berdasarkan firman Allah
SWT dalam surat Al-Baqarah (2) : 267 :

ُ َ َٓ َ ُ َ َ َ َ َ ُ َ ُ َ َ َ َّ َ ُّ َ َٰٓ َ
ۡ‫ۡوم َِّماۡأخ َرج َناۡلكم‬ ِ َٰ‫امن ٓواۡأنفِقواۡمِنۡطيِب‬
‫تۡماۡكسبتم‬ ‫ِينۡء‬
ۡ ‫يأيهاۡٱَّل‬
َ ٓ َّ ََ َ ُ ُ ُ َ َ َ َ َ
ِ ‫ۡولسۡ ُتم ۡأَ‍ِب‬
ۡ‫خذِيهِۡإَِّل ۡۡأن‬ ‫يث ۡمِنه ۡتنفِقون‬
ۡ ِ ‫ٱۡلب‬ ۡ ‫ۡرض ۡ َوَّل ۡت َي َّم ُموا‬
ۡ ِ ‫م َِن ۡٱۡل‬

ٌ ‫نۡ ََح‬ َ َ َّ َّ َ ٓ ُ َ َ ُ ُ
ۡ٢٦٧ۡ‫ِيد‬ ۡ‫ٱّللۡغ ِ ي‬
ۡ ۡ‫ۡوٱعلمواۡۡأن‬ ۡ ِ‫تغ ِمضواۡفِي ِۚه‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah


(di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan
sebagian dari apa yang kamu keluarkan dari bumi untuk
kamu…”

Para ulama berbeda pendapat terkait jenis hasil


tambang yang wajib dizakati. Mazhab Syafi’i membatasi
hanya pada hasil tambang emas dan perak, mazhab Abu
Hanifah menjelaskan pada hasil tambang yang dapat
dibentuk melalui proses pabrik, sedang mazhab
Hanabilah menjelaskan bahwa seluruh hasil tambang
tanpa terkecuali wajib dizakati. Menurut Yusuf Qardhawi,
pendapat mazhab Hanabilah lebih rajih.

41
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Para ulama juga berbeda pendapat terkait kadar


wajib zakat dan nishab zakat pertambangan. Namun
pendapat yang paling rajih adalah zakat pertambangan
mengikuti kadar dan nishab zakat emas yakni 2,5 % dan
85 gram emas.

2.6 Harta Wajib Zakat Kontemporer


Seiring perkembangan perekonomian masyarakat
saat ini, jenis usaha juga sangat beragam. Sehingga
fuqaha berbeda pendapat apakah usaha baru yang tidak
pernah ada pada zaman Rasulullah SAW juga termasuk
yang diwajibkan untuk dizakati. Diantara ulama yang
mempopulerkan zakat kontemporer terutama zakat
profesi atau penghasilan adalah Dr. Yusuf Qardhawi
dalam bukunya Fiqh Zakat. Di Indonesia terkait zakat
kontemporer telah disepakati oleh ulama melalui fatwa
MUI nomor 3 tahun 2003 tentang zakat penghasilan, yang
menetapkan hukum kewajiban zakat penghasilan yang
telah mencapai nishab. Beberapa objek kontemporer
dinilai wajar dikenakan zakat mengingat nilai
ekonomisnya jauh lebih tinggi dari objek zakat klasik.

42
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

1. Zakat Uang
Zakat uang mencakup uang kas dan simpanan
yang dimiliki pada bank baik yang berbentuk giro,
tabungan, dan deposito. Kewajiban zakat uang mengaju
pada zakat emas dan perak, dimana zaman dahulu emas
dan perak sebagai mata uang.

Kewajiban zakat atas uang simpanan sebagaimana


hadist Rasulullah SAW

“Tiadalah bagi pemilik simpanan (termasuk


emas/tabungan) yang tidak menunaikan zakatnya,
kecuali dibakar diatasnya di neraka jahanam” (HR.
Bukhari)

Ada dua cara menghitung dan mengeluarkan zakat


tabungan, yaitu sebagai berikut.

Ketentuan terkait nishab, tariff, dan haul mengikuti


zakat emas dan perak yakni Nishab zakat uang adalah 20
dinar atau 85 gram emas. Tarifnya sebesar 2,5%.
Penetapan waktu mengeluarkan zakat uang adalah
setelah mencapai haul atas uang dimiliki.

43
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Tabel 2. 7 Rangkuman Unsur-Unsur Pada Zakat Uang:

Nilai Penetapan Waktu untuk


Cakupan Zakat Nisab Ukuran Takaran Zakat
Zakat Mengeluarkan Zakat
a. Uang lokal Senilai 85 Uang yang dimiliki 2,5% dari Penetapan waktu untuk
b. Mata uang Gram emas dihitung, lalu ditambahkan takaran mengeluarkan zakat. Berlalunya
asing dengan dengan mata uang asing zakat satu haul dari kepemilikan
c. Deposito di harga yang dengan harga tukar pada muzakki terhadap harta yang
bank berlaku saat hari zakat dikeluarkan. mencapai nisab. Seperti
d. Piutang zakat Ditambahkan pula dengan pendapat Abu Hanifah yeng
muzakki di dikeluarkan nilai depositi yang ada di menganggap nisab pada awal
tangan orang bank dan piutang yang dan akhir tahun
lain ada di tangan orang lain. Yang dimaksud zakat disini
e. Perhiasan Dan dikurangi dengan adalah uang yang dimiliki oleh
emas dan perak hutang muzakki kepada muzakki, bukan uang yang
yang tidak orang lain termasuk modal usaha. Sebab
dipakai oleh jika modal usaha maka masuk
wanita zakat perniagaan.
Sumber : Panduan praktis menghitung asset zakat Puskas Baznas tahun 2017

44
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

2. Zakat Penghasilan
Zakat penghasilan atau dikenal dengan zakat
profesi adalah zakat yang dikeluarkan dari pendapatan
seseorang pekerja atau profesi tertentu, seperti
karyawan, dokter, konsultan, dll. Kewajiban zakat
penghasilan mengacu pada keumuman dalil
diwajibkannya zakat33, seperti dalam surat Al-Baqarah (2)
: 267.

ُ َ َٓ َ ُ َ َ َ َ َ ُ َ ُ َ َ َ َّ َ ُّ َ َٰٓ َ
ۡ‫ۡوم َِّماۡأخ َرج َناۡلكم‬ ‫تۡماۡكسبتم‬ ِ َٰ‫امن ٓواۡأنفِقواۡمِنۡطيِب‬ ‫ِينۡء‬
ۡ ‫يأيهاۡٱَّل‬
َ ٓ َّ ُ ََ َ ُ ُ ُ َ َ ُ َّ َ َ ََ َ َ
ۡ‫خذِيهِۡإَِّل ۡۡأن‬
ِ ‫أَ‍ِب‬ۡ ‫م‬ ‫ت‬ ‫س‬‫ل‬‫ۡو‬ ‫ون‬ ‫ق‬ ۡ
‫ف‬
ِ ‫ن‬ ‫ۡت‬ ‫ه‬‫ِن‬‫م‬ ۡ ۡ
‫يث‬ ِ ‫ب‬ ‫ٱۡل‬ ۡ ‫وا‬ ‫م‬ ‫م‬ ‫ي‬ ‫ۡت‬ ‫َّل‬ ‫و‬ ۡ ۡ ِ
‫ۡرض‬ ‫مِن ۡٱۡل‬
ٌ ‫نۡ ََح‬ َ
َ َ َّ َّ ٓ ُ َ َ ُ ُ
ۡ٢٦٧ۡ‫ِيد‬ ۡ‫ٱّللۡغ ِ ي‬
ۡ ۡ‫ۡوٱعلمواۡۡأن‬ ۡ ِ‫تغ ِمضواۡفِي ِۚه‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah
(dijalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik…”

Majelis Ulama Indonesia, telah mengeluarkan fatwa


terkait zakat penghasilan yakni Fatwa MUI No.3 Tahun
2008. Dimana diatur Cakupan penghasilan adalah setiap
pendapatan seperti gaji, honorarium, upah, jasa, dan lain
lain yang diperoleh dengan cara halal, baik rutin seperti
pejabat negara, pegawai atau karyawan, maupub tidak
rutin seperti dokter, pengacara, konsultan, dan

33
Oni Sahroni, dkk, Fikih Zakat Kontemporer, hal. 127
45
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

sejenisnya, serta pendapatan yang diperoleh dari


pekerjaan bebas lainnya.

Nishab zakat penghasilan mengacu pada zakat


emas, yaitu 20 dinar atau 85 gram emas dengan kadar
zakat 2,5%. Waktu mengeluarkan zakat penghasilan
adalah pada saat menerima penghasilan jika sudah
mencapai nishab atau dikumpulkan sampai mencapai
haul kemudian baru dikeluarkan jika sudah mencapai
nishab34.

34
Majelis Ulama Indonesia, Fatwa MUI No.3 tentang Zakat Penghasilan
46
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Tabel 2. 8 Rangkuman Unsur-Unsur Pada Zakat Penghasilan :

Penetapan waktu
Jenis Takaran
Cakupan Zakat Nisab Nilai Zakat untuk mengeluarkan
Zakat Zakat
zakat
Harta Gaji dan yang Senilai 85 2,5% dari Gaji bersih Saat diterima, atau
yang sama dengannya Gram emas nilai takaran. (seperti gaji saat memperoleh
diperoleh Pemasukan dari untuk zakat yang diterima penghasilan. Dan
profesi bebas. penghasilan oleh pekerja) zakatnya bisa ditunda
Pemasukan yang Khusus untuk Pemasukan sampai bulan yang
diperoleh oleh zakat profesi, bersih dari telah diketahui di akhir
para pengrajin. Indonesia profesi bebas. tahun.
menerapkan Pemasukan
nisab kepada bersih dari
zakat usaha
pertanian kerajinan.
sebesar 653
Kg gabah atau
Rp 5.240.000
Sumber : Panduan praktis menghitung asset zakat Puskas Baznas tahun 2017

47
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

3. Zakat Perusahaan
Zakat perusahaan merupakan zakat yang
dikeluarkan oleh suatu badan usaha bukan pribadi.
Perusahaan merupakan kumpulan dari beberapa pihak
yang bekerjasama dalam suatu usaha tertentu dengan
tujuan memperoleh keuntungan. Dalam Islam,
perusahaan memiliki kesamaan dengan konsep syirkah.
Perusahaan dalam pandangan syariat dianggap pribadi
(syakhsiyah I’tibariyyah) yang memiliki kewajiban zakat35.

Kewajiban zakat perusahaan mengacu pada dalil


umum zakat. Sebagaimana firman Allah SWT :

َ َ َ َ َّ ََ َ َ َ ُ َ ُ ُ َُ َٗ َ َ َ ُ
ۡ‫ۡصل َٰوتك‬‫ۡعلي ِهمۖۡۡإِن‬‫ۡوت َزك ِي ِهمۡبِهاۡوص ِل‬‫خذۡۡمِنۡأم َوَٰل ِ ِهمۡص ۡدقةۡتط ِهرهم‬
َ ‫يع‬ َّ َ ُ َّ ٞ َ َ
ٌ ‫ٱّللۡ َس ِم‬
ٌ ‫ۡعل‬
ۡ١٠٣ۡ‫ِيم‬ ُۡ ‫ۡو‬ۡ ۡۗ‫سكنۡلهم‬
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan
mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Taubah/9: 103)

Nishab zakat perusahaan mengacu pada zakat


perdagangan, yaitu 85 gram emas dengan kadar zakat

35
Puskas BAZNAS, Fiqih Zakat Perusahaan
48
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

2,5%. Waktu mengeluarkan zakat saat sudah mencapai


haul.

Metode perhitungan zakat perusahaan dapat


menggunakan metode income dan kepemilikan modal.
Metode income dihitung dari profit perusahaan, sedang
metode kepemilikan modal perhitunganya sama dengan
zakat perdagangan yaitu dihitung dari aset lancar
dikurangi hutang usaha36.

2.7 Regulasi Zakat di Indonesia


Dalam menjalankan perannya sebagai penghimpun
dan penyalur dana zakat, infaq dan shadaqah, lembaga
zakat diwajibkan mengacu pada regulasi yang telah
ditetapkan, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Al-qur’an dan As-Sunnah


b. Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)
1. Fatwa MUI No. 8 tahun 2011 tentang amil zakat
2. Fatwa MUI No. 13 tahun 2011 tentang hukum
zakat atas harta haram.

36
Sumber : Panduan Praktis Menghitung Aset Zakat Puskas Baznas
49
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

3. Fatwa MUI No. 14 tahun 2011 tentang


penyaluran harta zakat dalam bentuk aset
kelolaan.
4. Fatwa MUI No. 15 tahun 2011tentang
penarikan, pemeliharaan, dan penyaluran harta
zakat.
5. Fatwa MUI No. 14 tahun 1982 tentang
intensifikasi pelaksanaan zakat.
6. Fatwa MUI No. 15 tahun 1982 tentang
mentasharufkan dana zakat untuk kegiatan
produktif dan kemaslahatan umum.
7. Fatwa MUI No. 19 tahun 1996 tentang
pemberian zakat untuk beasiswa.
8. Fatwa MUI No. 03 tahun 2003 tentang zakat
penghasilan. 9. Fatwa MUI No. 04 tahun 2003
tentang penggunaan dana zakat untuk istitsmar
(inventasi).
c. Undang-Undang No. 23 tahun 2011 Pengelolaan
dana zakat infaq dan shadaqah sudah diatur
dalam Undang-undang No.23 tahun 2011.
Undang-undang ini merupakan revisi undang-
undang sebelumnya No. 38 tahun 1999. Dalam
UU no. 23 tahun 2011, dana zakat, infaq dan

50
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

shadaqah diatur lebih detail dari pada UU


sebelumnya.

Dari penjelasan Bab II ini dapat disimpulkan bahwa


zakat merupakan kewajiban yang harus dikeluarkan oleh
seorang muslim dari harta yang dimiliki dan telah
memenuhi kriteria wajib zakat. Dalam fikih klasik, zakat
terbagi atas zakat fitrah dan zakat maal. Harta wajib zakat
maal diantaranya zakat emas dan perak, zakat
perdagangan, zakat peternakan, zakat pertanian, zakat
rikaz, dan zakat pertamngan. Beberapa ulama
kontemporer juga mengkalsifikasi beberapa harta wajib
zakat kontemporer berdasarkan keumuman dalil tentang
kewajiban zakat, diantaranya zakat uang, zakat
penghasilan, dan zakat perusahaan.

51
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi
Metodologi yang digunakan dalam menyusun
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ) adalah dengan
pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan
untuk menguji data melalui serangkaian cara
perhitungan. IPPZ dihitung dengan memanfaatkan data
sekunder yang diambil dari berbagai sumber resmi,
seperti Badan Pusat Statistik (baik pusat maupun
provinsi) dan acuan dari lembaga/instansi lainnya.
Rentang data sekunder yang digunakan adalah 3 (tiga)
tahun terakhir yaitu tahun 2016, 2017 dan 2018.
Penggunaan rentang data tersebut disebabkan batasan
ketersediaan data yang ada dan untuk mencerminkan
hasil kajian yang lebih mutakhir.

Dalam menghitung potensi zakat juga digunakan


asumsi efektivitas potensi zakat yang ditunjukkan dengan
persentase penduduk muslim (%) yang diambil dari hasil
sensus penduduk tahun 2010.

52
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Tabel 3. 1 Persentase penduduk muslim menurut


Provinsi di Indonesia

Penduduk
No. Provinsi
Muslim (%)
(1) (2) (3)
1 Aceh 98,19
2 Sumatera Utara 66,09
3 Sumatera Barat 97,42
4 Riau 87,98
5 Jambi 95,41
6 Sumatera Selatan 96,89
7 Bengkulu 97,29
8 Lampung 95,48
9 Kep. Bangka Belitung 89
10 Kep. Riau 79,34
11 DKI Jakarta 85,36
12 Jawa Barat 97
13 Jawa Tengah 96,74
14 D.I Yogyakarta 91,95
15 Jawa Timur 96,36
16 Banten 94,67
17 Bali 13,37
18 Nusa Tenggara Barat 96,47
19 Nusa Tenggara Timur 9,05
20 Kalimantan Barat 59,22
21 Kalimantan Tengah 74,31
22 Kalimantan Selatan 96,67
23 Kalimantan Timur 85,38
24 Kalimantan Utara 59,54

53
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Penduduk
No. Provinsi
Muslim (%)
25 Sulawesi Utara 30,9
26 Sulawesi Tengah 77,72
27 Sulawesi Selatan 89,62
28 Sulawesi Tenggara 95,23
29 Gorontalo 97,81
30 Sulawesi Barat 82,66
31 Maluku 50,61
32 Maluku Utara 74,28
33 Papua Barat 38,4
34 Papua 15,89
Sumber : Susenas 2010

Terdapat 2 (dua) langkah dalam menyusun dan


menghitung IPPZ, yaitu (1) menyusun komponen IPPZ
dan (2) menghitung potensi setiap komponen sesuai
dengan Panduan Praktis Menghitung Aset Zakat yang
dirilis oleh Puskas BAZNAS tahun 2017. Dalam buku ini,
dihitung potensi zakat setiap komponen berdasarkan peta
potensi provinsi. Hasil akhir dari perhitungan IPPZ
tersebut adalah potensi zakat dari 34 provinsi di
Indonesia. Metode perhitungan IPPZ yang digunakan
dalam kajian ini berbeda dengan perhitungan potensi
zakat pada penelitian sebelumnya seperti yang disajikan
pada tabel di bawah ini.

54
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Tabel 3. 2 Perbedaan Metode Perhitungan Potensi Zakat

Potensi
Zakat
No. Peneliti Tahun Metode
(triliun
rupiah)
1. Firdaus et 2012 217 Perhitungan potensi
al. zakat hanya
didasarkan pada
zakat pendapatan
yang bersumber
dari rumah tangga
(RT), industri
menengah dan
besar, serta
simpanan
masyarakat dalam
bentuk tabungan
2. Canggih, 2017 82,6 Penghitungan
Fikriyah potensi zakat versi
dan Qardawi yakni
Yasin 37 hanya menghitung
2.5% dari zakat
pendapatan

3.2 Metodologi Penyusunan Komponen IPPZ


Komponen IPPZ dibentuk dari gabungan objek
zakat klasik dan zakat kontemporer. Zakat klasik

37
Canggih, Fikriyah dan Yasin. (2017). Potensi dan Realisasi Dana
Zakat Indonesia. al-Uqud: Journal of Islamic Economics Volume 1
Nomor 1, Januari 2017.
55
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

menggambarkan potensi zakat dari objek-objek wajib


zakat yang telah diatur secara eksplisit pada nash al-
Quran dan Sunnah. Sedang zakat kontemporer
menggambarkan potensi zakat dari objek-objek zakat
yang tidak secara eksplisit dijelaskan oleh nash, namun
oleh beberapa ulama kontemporer memasukanya
sebagai objek zakat.

IPPZ terdiri dari 5 (lima) dimensi dan 8 (delapan)


indikator. Berikut ini adalah rincian dari komponen IPPZ
yang digunakan dalam penelitian ini:

56
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Tabel 3. 3 Komponen Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

NO DIMENSI INDIKATOR CAKUPAN NISHAB ASUMSI TARIF

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


1. Zakat makanan Produksi padi selama 1
653 Kg beras 5%
pokok - X11 tahun
Zakat Pertanian Produksi semua hasil
1
(X1) 2. Zakat perkebunan perkebunan selama 1
653 Kg beras 5%
- X12 tahun (karet, kopi, lada,
kelapa, sawit, kakao)
(1) 7 ekor anak
Unta 5 ekor,
Semua jenis hewan sapi per 120
Sapi/Kerbau 30
ternak yang merupakan ekor sapi, (2) 1
ekor,
3. Zakat hewan kekeyaan dan pekerjaan ekor kambing
Kambing/Domba
Zakat Peternakan ternak - X21 bagi pemiliknya (Unta, per 100 ekor
2 40 ekor, dan
(X2) sapi, kerbau, kambing, kambing, (3)
setara 85 gram
domba, dan kuda) zakat kuda 2,5%
emas untuk Kuda
dari nilai kuda
4. Zakat hewan lain - Semua jenis Hewan
85 gram emas 2,5%
X22 ternak yang diperjual
57
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

NO DIMENSI INDIKATOR CAKUPAN NISHAB ASUMSI TARIF

belikan untuk
memperoleh
keuntungan
Nilai tabungan
5. Zakat Deposito - masyarakat di bank
3 Zakat Uang (X3) 85 gram emas 2,5%
X31 (giro, tabungan, dan
deposito)
Zakat 6. Zakat BUMD dan Laba sebelum pajak
4 85 gram emas 2,5%
Perusahaan (X4) BUMN – X41 BUMD dan BUMN
Gaji ASN berdasarkan
7. Zakat ASN – X51 85 gram emas 2,5%
Zakat golongan
5
Penghasilan (X5) 8. Zakat NON ASN –
Pendapatan perkapita 85 gram emas 2,5%
X52

58
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Berikut ini akan dibahas metodologi setiap


komponen penyusun IPPZ yang terdiri dari sumber data
dan asumsi yang digunakan.

3.2.1 Dimensi Zakat Pertanian


Jenis data yang digunakan dalam menghitung zakat
pertanian adalah data sekunder yang diperoleh dari data
statistik pertanian yang dikeluarkan oleh BPS (pusat) dan
statistik Kementerian Pertanian. Data statistik yang
diperoleh dari BPS adalah data produksi pertanian dalam
bentuk ton, sedangkan data dari Kementerian Pertanian
adalah data pendukung berupa harga komoditas
pertanian. Zakat pertanian dihitung dari akumulasi 2 (dua)
indikator yaitu zakat makanan pokok dan zakat
38
perkebunan .

Formula perhitungannya potensi zakat pertanian


sebagai berikut:

Potensi Zakat zakat makanan pokok (X1.1) + zakat


=
Pertanian (X1) perkebunan (X1.2) ………(Formula 1)

38
Panduan Praktis Menghitung Asset Zakat Puskas Baznas
59
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

1. Zakat Makanan Pokok


Hasil produksi makanan pokok yang dijadikan
acuan adalah hasil produksi padi (dalam bentuk gabah
kering giling/GKG) selama satu tahun. Padi yang
dijadikan acuan karena secara umum makanan pokok
masyarakat di Indonesia adalah beras. Data yang
digunakan untuk menghitung zakat hasil produksi
makanan pokok adalah produksi padi setiap provinsi pada
tahun terakhir yang dihimpun dari website BPS tahun
201839. Sehingga dalam formula perhitungan zakat hasil
produksi makanan pokok, digunakan pula harga padi
disetiap provinsi pada tahun yang sama dengan produksi
padi.

Tabel 3. 4 Harga Gabah Kering Giling (GKG) tiap Provinsi


tahun 2018
No. Provinsi Harga GKG (Rp/kg)
(1) (2) (3)
1 Aceh 5.000
2 Sumatera Utara 5.693
3 Sumatera Barat 6.054
4 Riau 4.056
5 Jambi 5.866
6 Sumatera Selatan 6.500
7 Bengkulu 6.500

39
Badan Pusat Statistik [BPS]. 2018. Ringkasan Eksekutif Luas Panen dan
Produksi Beras Tahun 2018. BPS Press. Jakarta
60
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

No. Provinsi Harga GKG (Rp/kg)


8 Lampung 6.500
9 Kep. Bangka Belitung 6.167
10 Kep. Riau 6.000
11 DKI Jakarta 5.481
12 Jawa Barat 5.481
13 Jawa Tengah 5.061
14 D.I Yogyakarta 5.061
15 Jawa Timur 5.241
16 Banten 5.417
17 Bali 5.241
18 Nusa Tenggara Barat 5.100
19 Nusa Tenggara Timur 5.125
20 Kalimantan Barat 5.220
21 Kalimantan Tengah 5.220
22 Kalimantan Selatan 5.904
23 Kalimantan Timur 5.488
24 Kalimantan Utara 5.220
25 Sulawesi Utara 5.500
26 Sulawesi Tengah 5.500
27 Sulawesi Selatan 5.500
28 Sulawesi Tenggara 5.500
29 Gorontalo 5.500
30 Sulawesi Barat 5.500
31 Maluku 4.975
32 Maluku Utara 4.975
33 Papua Barat 4.975
34 Papua 4.975
Sumber : BPS. (2018). Rata-rata Harga Gabah Bulanan Menurut Kualitas dan
Provinsi di Tingkat Petani, 2018

61
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Nilai produksi padi terlebih dahulu di konversi


kedalam bentuk rupiah dengan mengalikan produksi padi
dengan harga. Tarif zakat makanan pokok diasumsikan
5% dari nilai produksi padi.
Perhitungan potensi zakat makanan pokok dapat
dirumuskan sebagai berikut:

Potensi
Nilai produksi padi (ton) x Harga x Tarif
zakat
= zakat (5%) x Efektivitas potensi zakat
makanan
(%)
pokok

2. Zakat Perkebunan

Komoditi hasil produksi perkebunan yang menjadi


acuan didasarkan pada luasnya areal tanam dan
pertumbuhan produksi dari komoditas tersebut. Mengacu
pada sumber Direktorat Jenderal Perkebunan setidaknya
terdapat 5 (lima) komoditas yang menjadi primadona hasil
perkebunan di Indonesia, yaitu kelapa sawit, kelapa,
karet, kopi dan kakao. Data hasil produksi perkebunan
dihimpun dari website BPS pada tahun 201840.

40
Badan Pusat Statistik [BPS]. 2018. Statistik Komoditas Pertanian Tahun
2018.
62
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Sedangkan data harga dari setiap komoditas hasil


perkebunan (kelapa, karet dan kopi) diperoleh dari data
harga di tingkat produsen41, kecuali kakao42 dan kelapa
sawit43. Berikut disajikan tabel acuan harga komoditas
perkebunan.

Tabel 3. 5 Acuan Harga Komoditas Perkebunan

No. Komoditi perkebunan Harga (kg)


(1) (2) (3)
1 Karet 7.355
2 Kelapa 2.835
3 Kopi 24.802
4 Kakao 24.871
5 Kelapa Sawit 1.573
Sumber : dihimpun dari berbagai sumber

Sama seperti zakat hasil produksi buah-buah,


perhitungan zakat hasil produksi perkebunan
dianalogikan dengan nishab zakat zakat pertanian hasil
produksi makanan pokok yaitu senilai dengan 653 kg
beras. Tarif zakat hasil produksi perkebunan adalah

41
Badan Pusat Statistik [BPS]. 2018. Statistik Komoditas Pertanian Tahun
2018. BPS Press. Jakarta
42
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian [PUSDATIN] Kementerian
Pertanian. 2018. Outlook Kakao 2017. Sekjen Kementerian Pertanian Jakarta
43
Website Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat. 2018
63
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

sebesar 5%. Perhitungan zakat hasil produksi


perkebunan adalah sebagai berikut:

Tahap 1. Nilai Produksi Perkebunan

Nilai produksi
Komoditi perkebunan (kg) x Harga
perkebunan =
komoditi (Rp/kg)
(Rp)

Tahap 2. Zakat Hasil Produksi Perkebunan

Zakat hasil nilai produksi perkebunan (kg) x


produksi tarif zakat (5%) x efektivitas potensi
=
Perkebunan zakat (%)
(Rp)

3.2.2 Dimensi Zakat Peternakan


Jenis data yang digunakan dalam menghitung zakat
peternakan adalah data sekunder yang diperoleh dari
data statistik peternakan yang dikeluarkan oleh BPS
tahun 2018. Data statistik yang diperoleh dari BPS adalah
data populasi untuk hewan ternak dan hewan lain dengan
satuan ekor. Data pendukung berupa harga komoditas
peternakan diperoleh dari statistik harga komoditas

64
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

pertanian44. Potensi zakat pertanian dihitung dari


akumulasi 2 (dua) indikator yaitu zakat hewan ternak dan
zakat hewan lain.

Formula perhitungannya sebagai berikut:

Potensi Zakat
Zakat hewan ternak (X2.1) + Zakat
peternakan =
hewan lain (X2.2) ……(Formula 2)
(X2)

1. Zakat Hewan Ternak

Hewan ternak yang dijadikan objek zakat antara lain


sapi, sapi perah, kuda, kerbau, kambing dan domba. Data
hewan ternak dihimpun dari BPS tahun 2018. Data harga
untuk perhitungan zakat hewan ternak selain kambing,
dan domba45, diperoleh dari situs jual beli hewan ternak.

Perhitungan zakat hewan ternak untuk setiap


hewan diuraikan dibawah ini.

44
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian [PUSDATIN] Kementerian
Pertanian. 2018. Statistik Harga Komoditas Pertanian. Sekjen Kementerian
Pertanian Jakarta.
45
ibid
65
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

a. Sapi dan Kerbau

Potensi zakat sapi dan kerbau dihitung berdasarkan


asumsi-asumsi berikut ini :

Nishab : 120 ekor


Tarif : 3 ekor anak sapi betina/kerbau
dan 4 ekor anak sapi/kerbau
jantan per 120 ekor sapi/kerbau
Harga anak : Rp 5.000.000 per ekor
sapi (Rp)

Zakat hewan ternak berupa sapi dan kerbau


dihitung berdasarkan jumlah maksimal dari nishab (per
120 ekor). Dimana pada setiap 120 ekor sapi/kerbau
wajib dikeluarkan sebanyak 3 ekor anak sapi/kerbau
betina dan 4 ekor anak sapi/kerbau jantan. Untuk
memudahkan dalam perhitungan, maka zakat dalam
bentuk anak sapi/kerbau tersebut dikonversi dalam
bentuk rupiah dengan harga per ekor senilai Rp.
5.000.000. Sehingga zakat untuk 120 ekor sapi/kerbau
ekivalen senilai Rp. 35.000.000.

66
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Formula perhitungan zakat hewan ternak berupa


sapi dan kerbau adalah :

Tahap 1. Zakat Hewan ternak dalam ekor

Zakat
Populasi hewan ternak (ekor)
Sapi/Kerbau =
Nishab maksimal (ekor)
(ekor)

Tahap 2. Zakat Sapi/Kerbau dalam nilai (Rp)


Jumlah hewan zakat (ekor) x Nilai
Potensi Zakat
= ekivalen (Rp) x Efektivitas potensi
Sapi/Kerbau
zakat (%)

b. Kambing dan Domba

Potensi zakat kambing dan domba dihitung


berdasarkan asumsi berikut ini :

Nishab : 100 ekor


Tarif : 1 ekor kambing/domba per 100
ekor
Harga :
kambing/domba Rp 1.626.96046 per ekor
(Rp)

46
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian [PUSDATIN] Kementerian
Pertanian. 2018. Statistik Harga Komoditas Pertanian. Sekjen Kementerian
Pertanian Jakarta.
67
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Formula perhitungan zakat hewan ternak berupa


kambing dan domba adalah:

Tahap 1. Zakat Kambing/Domba dalam ekor

Zakat
Populasi Kambing/Domba (ekor)
Kambing/Domba =
Nishab per 100 ekor
zakat (ekor)

Tahap 2. Zakat Kambing/Domba dalam nilai (Rp)

Potensi
Jumlah hewan zakat (ekor) x harga
Zakat
= kambing/domba (Rp/ekor) x Efektivitas
Kambing/
potensi zakat (%)
Domba

68
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

c. Kuda

Potensi zakat kuda dihitung berdasarkan asumsi


berikut ini :

Nishab : 85 gram emas


Tarif : 2,5%
Harga anak : Rp 45.000.00047 per ekor
sapi

Formula perhitungan zakat hewan ternak kuda


adalah :

Potensi Populasi hewan ternak (ekor) x Harga kuda


Zakat = (Rp) x Tarif zakat (2,5%) x Efektivitas
kuda potensi zakat (%)

2. Zakat Hewan lain


Zakat hewan lain yang menjadi acuan adalah
hewan ternak yang dipelihara atau dibeli untuk
diperdagangkan dengan tujuan mendapatkan
keuntungan. Dalam hal ini hewan lain yang dimaksud
adalah hewan ternak dalam bentuk unggas dan hewan

47
Situs jual beli hewan ternak
69
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

ternak komoditas perikanan. Zakat hewan lain dihitung


dengan formula :

Zakat hewan lain (Rp) = Zakat Komoditas Unggas (Rp)


+ Zakat hewan ternak sektor perikanan (Rp)

a. Zakat Hewan Ternak Komoditas Unggas


Hewan ternak komoditas unggas antara lain ayam
buras, ayam ras pedaging, ayam ras petelor dan itik/itik
manila. Data produksi dan harga hewan lain diperoleh
dari BPS tahun 2018.

Tabel 3. 6 Jenis dan harga komoditas hewan ternak


unggas

No. Jenis Unggas Harga (ekor)


(1) (2) (3)
1 Ayam Buras 37.158
2 Ayam Petelur 33.488
3 Ayam Pedaging 33.488
4 Itik/Itik Manila 62.132
Sumber : Pusat Data dan Informasi Pertanian (PUSDATIN) 2018

Potensi zakat hewan ternak komoditas unggas


dihitung dengan mengalikan jumlah produksi ternak
komoditas unggas dengan harga dan tarif zakat sebesar
2,5%.
70
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Berikut formula perhitungannya adalah:


Tahap 1. Nilai ternak komoditi unggas
Nilai ternak
Jenis komoditas unggas (ekor) x
komoditi =
Harga (Rp/ekor)
unggas (Rp)

Tahap 2. Zakat ternak komoditi unggas


Zakat ternak Nilai komoditas unggas (Rp) x Tarif
komoditas = zakat (2,5%) x Efektivitas potensi
unggas (Rp) zakat (%)

b. Zakat Hewan Ternak Komoditas Perikanan


Pada zakat hewan lain juga dihitung kontribusi
zakat dari sektor perikanan. Produksi sektor perikanan
dimasukkan kedalam zakat komoditas hewan ternak
dengan acuan bahwa perikanan tangkap dan budidaya
diperdagangkan. Data komoditas perikanan diperoleh
dari BPS provinsi dalam bentuk nilai produksi perikanan
(dalam rupiah) dalam rentang data 2017 dan 2018,
kecuali beberapa provinsi yang ketersedian hanya ada
pada tahun 2013. Untuk zakat komoditas komoditas
perikanan dihitung dengan mengalikan nilai produksi
perikanan dengan tarif zakat (2,5%).

71
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Zakat hewan Nilai produksi perikanan x


ternak komoditas = Tarif zakat (2,5%) x
perikanan (Rp) Efektivitas potensi zakat (%)

3.2.3 Dimensi Zakat Uang


Zakat uang yang dijadikan acuan adalah seluruh
simpanan masyarakat di bank baik bank umum maupun
BPR dalam bentuk deposito. Asumsi deposito yang dipilih
dalam menghitung zakat uang adalah dana yang
mengendap dalam simpanan deposito relatif memenuhi
haul (1 tahun), sedangkan giro dan tabungan periode
transaksi sangat cepat (cair). Nilai deposito pada bank
diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan tahun 201848.
Asumsi deposito yang tercatat di OJK disimpan telah
memenuhi haul.

Zakat uang dihitung dengan mengikuti kadar dan


nishab zakat emas yakni 2,5 % dan 85 gram emas. Zakat
uang dihitung dengan mengalikan dana yang tersimpan
dalam deposito di bank dengan tarif zakat sebesar 2,5%.

48
Otoritas Jasa Keuangan [OJK]. 2018. Statistik Perbankan Indonesia.
72
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Formula dari perhitungan tersebut adalah :

Nilai dana deposito (Rp) x Tarif zakat


Potensi
= (2,5%) x Efektivitas potensi zakat
Zakat uang
(%)……………(Formula 3)

3.2.4 Dimensi Zakat Penghasilan


Dimensi zakat penghasilan yang dikaji adalah
penghasilan dari penduduk yang bekerja selama 1 (satu)
tahun. Dimensi zakat penghasilan terdiri dari 2 (dua)
indikator yaitu zakat penghasilan dari pegawai Aparatur
Sipil Negara (ASN) baik daerah (Provinsi) maupun
Kementerian/Lembaga Pusat dan zakat penghasilan non-
ASN.

Formula perhitungan zakat penghasilan adalah:

Zakat penghasilan ASN (Rp) +


Zakat
= Zakat penghasilan non-ASN (Rp)
penghasilan
………..(Formula 4)

1. Zakat Penghasilan ASN


Data untuk menghitung zakat penghasilan ASN
dalam kajian ini adalah ASN yang bekerja di tingkat

73
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

pemerintahan daerah (provinsi dan kabupaten/kota) dan


ASN Kementerian/Lembaga Pusat yang diambil dari BPS
tahun 201849. Jumlah ASN di Indonesia disajikan pada
tabel berikut ini.

Tabel 3. 7 Jumlah dan Persentase Aparatur Sipil Negeri


(ASN) di Indonesia menurut Golongan Tahun 2017
No. Jenis Golongan Jumlah Persentase
(1) (2) (3) (4)
1 Golongan I 55.942 1,31
2 Golongan II 861.695 20,11
3 Golongan III 2.298.801 53,66
4 Golongan IV 1.067.412 24,92
Jumlah 4.283.850 100
Sumber : BPS Satistik Indonesia 2018

Tabel 3. 8 Jumlah ASN berdsarkan Pusat,Provinsi dan


Kota/Kabupaten

No. Jenis Kepegawaian Jumlah


1 Pegawai Negeri Sipil Pusat 933.631
2 Pegawai Negeri Sipil Provinsi 569.101
Pegawai Negeri Sipil
3 2.781.118
Kabupaten/Kota
Jumlah 4.283.850
Sumber : BPS Satistik Indonesia 2018

Pendapatan yang digunakan untuk menghitung


zakat penghasilan ASN adalah gaji pokok yang berlaku

49
Badan Pusat Statistik [BPS]. 2018. Statistik Indonesia 2018. BPS Press.
Jakarta.
74
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

nasional yang ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah


(PP) Nomor 30 Tahun 2015, dengan tidak memasukan
elemen masa kerja dan tunjangan kinerja dalam
perhitungan zakat penghasilan. Hal tersebut disebabkan
oleh keterbatasan data ASN berdasarkan golongan
kepangkatan dan masa kerja yang dirilis oleh BPS,
khususnya untuk ASN Kementerian/Lembaga Pusat.
Zakat penghasilan ASN dihitung dengan
mengalikan jumlah ASN dengan gaji pokok perbulan
dikali 12 bulan (haul 1 tahun). Gaji pokok yang digunakan
dalam menghitung zakat penghasilan ASN tidak merinci
berdasarkan golongan, kepangkatan dan masa kerja,
namun menggunakan asumsi rata-rata gaji pokok
golongan III sebesar Rp. 3.693.366 per bulan atau Rp
44.320.392 per tahun50. Penggunaan acuan tersebut
karena sebagian besar ASN berada pada golongan III.

50
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 30 Tahun 2015
75
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Formula perhitungan zakat penghasilan ASN


adalah
Potensi Zakat Jumlah ASN x Gaji per tahun x
Penghasilan = 2,5% x Efektivitas potensi zakat
ASN (%)

2. Zakat Penghasilan Non-ASN

Zakat penghasilan non-ASN dalam kajian ini adalah


penduduk yang berusia 15 tahun keatas yang bekerja
(tidak sebagai ASN) selama satu minggu yang lalu yang
diperoleh dari BPS tahun 2018.

Tabel 3. 9 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun yang


Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Tahun 2018

Angkatan Kerja
No. Provinsi
(Bekerja)
(1) (2) (3)
1 Aceh 2.203.717
2 Sumatera Utara 6.728.431
3 Sumatera Barat 2.410.450
4 Riau 2.915.597
5 Jambi 1.721.362
6 Sumatera Selatan 3.963.870
7 Bengkulu 963.463
8 Lampung 4.060.377
9 Kep. Bangka Belitung 701.366
10 Kep. Riau 901.019
76
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Angkatan Kerja
No. Provinsi
(Bekerja)
11 DKI Jakarta 4.726.779
12 Jawa Barat 20.779.888
13 Jawa Tengah 17.245.548
14 D.I Yogyakarta 2.118.392
15 Jawa Timur 20.449.949
16 Banten 5.332.496
17 Bali 2.490.870
18 Nusa Tenggara Barat 2.154.124
19 Nusa Tenggara Timur 2.411.533
20 Kalimantan Barat 2.346.881
21 Kalimantan Tengah 1.301.002
22 Kalimantan Selatan 2.021.666
23 Kalimantan Timur 1.618.285
24 Kalimantan Utara 323.400
25 Sulawesi Utara 1.095.145
26 Sulawesi Tengah 1.451.491
27 Sulawesi Selatan 3.774.924
28 Sulawesi Tenggara 1.207.488
29 Gorontalo 555.533
30 Sulawesi Barat 619.395
31 Maluku 700.143
32 Maluku Utara 515.615
33 Papua Barat 417.544
34 Papua 1.777.207
Jumlah 124.004.950
Sumber : BPS : Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut
Provinsi dan Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu, 2008 - 2018

77
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Asumsi pendapatan non-ASN yang digunakan


berasal dari Pendapatan Domestik Regional Bruto
(PDRB) per kapita per provinsi bersumber dari BPS tahun
2017. Berikut disajikan tabel PDRB per kapita.

Tabel 3. 10 Data pendapatan perkapita per Provinsi

PDRB per-kapita
No. Provinsi
(Rp)
(1) (2) (3)
1 Aceh 28.227.060
2 Sumatera Utara 47.963.990
3 Sumatera Barat 40.324.280
4 Riau 105.990.990
5 Jambi 54.366.370
6 Sumatera Selatan 46.420.640
7 Bengkulu 31.368.790
8 Lampung 37.209.500
9 Kep. Bangka Belitung 48.902.750
10 Kep. Riau 110.310.550
11 DKI Jakarta 232.342.280
12 Jawa Barat 37.180.960
13 Jawa Tengah 34.650.400
14 D.I Yogyakarta 31.676.670
15 Jawa Timur 51.388.320
16 Banten 45.342.380
17 Bali 50.714.590
18 Nusa Tenggara Barat 25.007.560
19 Nusa Tenggara Timur 17.241.260
20 Kalimantan Barat 35.979.450

78
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

PDRB per-kapita
No. Provinsi
(Rp)
21 Kalimantan Tengah 48.431.020
22 Kalimantan Selatan 38.738.310
23 Kalimantan Timur 165.714.160
24 Kalimantan Utara 112.011.530
25 Sulawesi Utara 44.763.600
26 Sulawesi Tengah 45.255.800
27 Sulawesi Selatan 48.206.840
28 Sulawesi Tenggara 41.294.830
29 Gorontalo 29.573.580
30 Sulawesi Barat 29.766.440
31 Maluku 22.857.700
32 Maluku Utara 26.686.060
33 Papua Barat 78.426.500
34 Papua 58.684.090
Sumber : (BPS) PDRB Provinsi 2017

Untuk menghitung zakat penghasilan non-ASN


terlebih dulu dihitung jumlah pekerja non-ASN. Jumlah
pekerja non-ASN dihitung dari jumlah penduduk yang
berusia 15 tahun keatas yang bekerja selama satu
minggu yang lalu dikurangi jumlah ASN.

Formula perhitungan zakat penghasilan non-ASN


adalah :

79
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Tahap 1. Jumlah Pekerja Non-ASN


Jumlah Jumlah penduduk usia 15
pekerja non- = keatas yang bekerja (orang) –
ASN (orang) Jumlah ASN (orang)

Tahap 2. Nilai Penghasilan Non ASN


Nilai Jumlah pekerja non-ASN
Penghasilan = (orang) x PDRB per kapita
Non-ASN (Rp) (Rp)

Tahap 3. Zakat Penghasilan Non ASN


Nilai penghasilan pekerja
Potensi Zakat
non-ASN (Rp) x Tarif zakat
Penghasilan =
(2.5%) x Efektivitas potensi
Non-ASN
zakat (%)

3.2.5 Dimensi Zakat Perusahaan


Zakat perusahaan yang dimaksud adalah zakat
yang dikeluarkan oleh badan usaha dari laba atau
keuntungan yang diperoleh selama satu tahun. Badan
usaha yang dimaksud dalam kajian ini terdiri atas badan
hukum yang dimiliki oleh pemerintah provinsi (Badan

80
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Usaha Milik Daerah/BUMD) dan perusahaan milik negara


(Badan Usaha Milik Negara/BUMN).

Formula perhitungan zakat perusahaan adalah:

Potensi
Zakat perusahaan BUMD & BUMN
Zakat =
(Rp)……….....(Formula 5)
perusahaan

1. Zakat Perusahaan BUMD dan BUMN

Data yang digunakan dalam menghitung zakat


BUMD dan BUMN diperoleh dari BPS tahun 201751. Nilai
yang akan digunakan untuk menghitung zakat BUMD
dan BUMN adalah nilai laba sebelum pajak.

Zakat BUMD dan BUMN dihitung dari nilai laba


sebelum pajak nilai dikalikan tarif zakat perusahaan
(2.5%).

51
Badan Pusat Statistik. 2017. Statistik Keuangan Badan Usaha MIlik Negara
dan Badan Usaha Milik Daerah.
81
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Formula perhitungannya sebagai berikut:

Potensi Zakat
Perusahaan Laba sebelum pajak (Rp) x
=
BUMD dan tarif zakat (2.5%)
BUMN

3.3 Formula Perhitungan Indikator Pemetaan


Potensi Zakat
Berdasarkan uraian perhitungan potensi zakat
berdasarkan komponen IPPZ, maka formula perhitungan
IPPZ dapat dirumuskan sebagai berikut:

IPPZ (Rp) = Formula 1 + Formula 2 + Formula 3 +


Formula 4 + Formula 5
= zakat pertanian (Rp) + zakat peternakan
(Rp) + zakat uang (Rp) + zakat
penghasilan (Rp) + zakat perusahaan
(Rp)

82
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

BAB IV
HASIL PERHITUNGAN IPPZ

Pada BAB ini dibahas hasil perhitungan potensi


zakat berdasarkan formula IPPZ menurut 34 provinsi di
seluruh Indonesia.

4.1 Potensi Zakat Pertanian


IPPZ Dimensi zakat pertanian terdiri dari tiga
indikator utama yaitu makanan pokok (X1.1), buah-
buahan (X1.2), dan perkebunanan (X1.3). Zakat
pertanian dihitung dari hasil produksi pertanian selama 1
tahun dikali tarif zakat 5% dikali presentase efektivitas
masing-masing provinsi.

4.1.1 Zakat Makanan Pokok


Berdasarkan perhitungan IPPZ, Potensi zakat
makanan pokok komoditas Padi mencapai Rp.13,9 triliun.
Jawa Timur merupakan yang terbesar dengan potensi
zakat makanan pokok mencapai Rp,2,6 triliun, sedang
yang terendah Kep. Riau sebesar Rp.0,2 miliar. Produksi

83
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Padi Jawa Timur adalah yang terbesar di Indonesia yakni


mencapai 10,5 juta ton selama tahun 2018 52.

Tabel 4. 1 Produksi Padi (ton), nilai (Rp) dan Potensi


Zakat

Nilai Potensi
Produksi
No. Provinsi Produksi Zakat
Padi (Ton)
(Rp) (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Aceh 1.697.756 8.488,8 416,8
2 Sumatera Utara 1.907.725 10.860,7 358,9
3 Sumatera Barat 1.511.538 9.150,9 445,7
4 Riau 365.293 1.481,6 65,2
5 Jambi 500.021 2.933,1 139,9
6 Sumatera Selatan 2.646.566 17.202,7 833,4
7 Bengkulu 254.218 1.652,4 80,4
8 Lampung 1.901.041 12.356,8 589,9
9 Kep. Bangka Belitung 18.951 116,9 5,2
10 Kep. Riau 833 5,0 0,2
11 DKI Jakarta 3.990 21,9 0,9
12 Jawa Barat 9.539.330 52.285,1 2.535,8
13 Jawa Tengah 9.512.434 48.142,4 2.328,6
14 D.I Yogyakarta 497.599 2.518,3 115,8
15 Jawa Timur 10.537.922 55.229,2 2.660,9
16 Banten 1.603.550 8.686,4 411,2
17 Bali 650.245 3.407,9 22,8
18 Nusa Tenggara Barat 1.399.495 7.137,4 344,3
19 Nusa Tenggara Timur 800.980 4.105,0 18,6

52
BPS Pusat, Luas Panen dan Produksi Beras 2018 (Produksi Padi Menurut Provinsi
di Indonesia, Januari–Desember*) 2018 (Ton-GKG)
84
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Nilai Potensi
Produksi
No. Provinsi Produksi Zakat
Padi (Ton)
(Rp) (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5)
20 Kalimantan Barat 622.041 3.247,1 96,1
21 Kalimantan Tengah 742.758 3.877,2 144,1
22 Kalimantan Selatan 1.136.511 6.710,0 324,3
23 Kalimantan Timur 241.398 1.324,8 56,6
24 Kalimantan Utara 45.323 236,6 7,0
25 Sulawesi Utara 366.722 2.017,0 31,2
26 Sulawesi Tengah 954.794 5.251,4 204,1
27 Sulawesi Selatan 5.740.730 31.574,0 1.414,8
28 Sulawesi Tenggara 499.007 2.744,5 130,7
29 Gorontalo 241.948 1.330,7 65,1
30 Sulawesi Barat 326.169 1.793,9 74,1
31 Maluku 90.892 452,2 11,4
32 Maluku Utara 35.360 175,9 6,5
33 Papua Barat 13.916 69,2 1,3
34 Papua 130.718 650,3 5,2
Jumlah 56.537.774 307.237,3 13.947,1
Sumber : Data di olah 2019

Potensi ini sebanding dengan luas lahan pertanian


(sawah) Jawa Timur yang merupakan terluas di Indonesia
yaitu mencapai 1.087.017,7 hektar, sedang luas lahan
pertanian Kep. Riau hanya seluas 286,3 hektar53.

Tabel 4. 2 Data luas lahan pertanian menurut Provinsi.

53
Statistik Lahan Pertanian tahun 2012-2016 Pusdatin Sekjen Kementerian Pertanian
2017
85
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Luas Lahan Sawah


No. Provinsi
(Ha)
(1) (2) (3)
1 Aceh 293.067,30

2 Sumatera Utara 423.029,30

3 Sumatera Barat 222.481,60

4 Riau 72.151,20

5 Jambi 96.588,10

6 Sumatera Selatan 615.183,80

7 Bengkulu 83.448,80

8 Lampung 389.617,00

9 Kep. Bangka Belitung 13.819,80

10 Kep. Riau 286,30

11 DKI Jakarta 581,00

12 Jawa Barat 913.975,70

13 Jawa Tengah 963.665,20

14 D.I Yogyakarta 53.984,60

15 Jawa Timur 1.087.017,70

16 Banten 203.122,70

17 Bali 76.096,40

18 Nusa Tenggara Barat 276.230,30

19 Nusa Tenggara Timur 180.977,20

20 Kalimantan Barat 356.741,00

21 Kalimantan Tengah 194.782,30

22 Kalimantan Selatan 454.121,00

23 Kalimantan Timur 56.505,00

86
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Luas Lahan Sawah


No. Provinsi
(Ha)
(1) (2) (3)
24 Kalimantan Utara 20.519,80

25 Sulawesi Utara 60.561,80

26 Sulawesi Tengah 132.489,40

27 Sulawesi Selatan 649.189,70

28 Sulawesi Tenggara 109.853,60

29 Gorontalo 32.749,00

30 Sulawesi Barat 63.671,00

31 Maluku 14.354,25

32 Maluku Utara 13.047,70

33 Papua Barat 10.680,00

34 Papua 51.880,10

Jumlah 8.186.469,65
Sumber : Statistik Lahan Pertanian tahun 2012-2016 Pusdatin Sekjen
Kementerian Pertanian 2017.

4.1.2 Zakat Perkebunan

Berdasarkan perhitungan IPPZ, Potensi zakat


perkebunan secara keseluruhan berdasarkan provinsi
mencapai Rp.5,8 triliun. Sumatera Utara adalah provinsi
dengan potensi zakat perkebunan terbesar, yakni
mencapai Rp.980 miliar dengan komoditas unggulan
kelapa sawit, karet, dan kopi. Potensi zakat perkebunan
terendah Papua sebesar Rp.4,2 miliar.
87
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Hasil ini sebanding dengan luas wilayah


perkebunan Sumatera Utara yang sangat luas dibanding
wilayah lainnya.

Tabel 4. 3 Luas Lahan Perkebunan menurut Provinsi di


Indonesia

Luas Lahan
No. Provinsi
Tegal/Kebun (Ha)
(1) (2) (3)
1 Aceh 399.137
2 Sumatera Utara 598.239
3 Sumatera Barat 343.276
4 Riau 490.249
5 Jambi 376.368
6 Sumatera Selatan 364.583
7 Bengkulu 173.172
8 Lampung 747.062
9 Kep. Bangka Belitung 117.371
10 Kep. Riau 34.317
11 DKI Jakarta 497
12 Jawa Barat 589.170
13 Jawa Tengah 699.044
14 D.I Yogyakarta 103.697
15 Jawa Timur 1.103.984
16 Banten 149.925
17 Bali 124.981
18 Nusa Tenggara Barat 240.016
19 Nusa Tenggara Timur 538.389
20 Kalimantan Barat 411.188

88
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Luas Lahan
No. Provinsi
Tegal/Kebun (Ha)
(1) (2) (3)
21 Kalimantan Tengah 597.440
22 Kalimantan Selatan 233.149
23 Kalimantan Timur 200.558
24 Kalimantan Utara 36.453
25 Sulawesi Utara 246.470
26 Sulawesi Tengah 468.234
27 Sulawesi Selatan 501.918
28 Sulawesi Tenggara 214.175
29 Gorontalo 191.939
30 Sulawesi Barat 133.687
31 Maluku 433.852
32 Maluku Utara 278.110
33 Papua Barat 6.353
34 Papua 399.655
Jumlah 11.546.656
Sumber : Statistik Lahan Pertanian tahun 2012-2016 Pusdatin Sekjen
Kementerian Pertanian 2017

Jumlah keseluruhan potensi zakat pertanian


berdasarkan provinsi mencapai Rp.19,78 triliun. Jawa
Timur menjadi provinsi dengan potensi zakat pertanian
terbesar di Indonesia yaitu sebesar Rp.2,8 triliun, sedang
yang terendah adalah DKI Jakarta sebesar Rp.900 juta.

89
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Tabel 4. 4 IPPZ Dimensi Zakat Pertanian Berdasarkan


Provinsi (miliaran Rp.)

Zakat Pertanian
(X1) Potensi
No. Provinsi
zakat
X1.1 X1.2
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Aceh 416,8 256,1 672,90
2 Sumatera Utara 358,9 980 1.338,90
3 Sumatera Barat 445,7 249,4 695,10
4 Riau 65,2 802,3 867,50
5 Jambi 139,9 301,1 441,00
6 Sumatera Selatan 833,4 789,7 1.623,10
7 Bengkulu 80,4 196,3 276,70
8 Lampung 589,9 286,4 876,30
9 Kep. Bangka Belitung 5,2 69,9 75,10
10 Kep. Riau 0,2 11,5 11,70
11 DKI Jakarta 0,9 0 0,90
12 Jawa Barat 2.535,80 58,2 2.594,00
13 Jawa Tengah 2.328,60 60,7 2.389,30
14 D.I Yogyakarta 115,8 8,9 124,70
15 Jawa Timur 2.660,90 156,6 2.817,50
16 Banten 411,2 18,1 429,30
17 Bali 22,8 5 27,80
18 Nusa Tenggara Barat 344,3 13,7 358,00
19 Nusa Tenggara Timur 18,6 5 23,60
20 Kalimantan Barat 96,1 205 301,10
21 Kalimantan Tengah 144,1 302,7 446,80
22 Kalimantan Selatan 324,3 177 501,30
23 Kalimantan Timur 56,6 190,9 247,50
90
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Zakat Pertanian
(X1) Potensi
No. Provinsi
zakat
X1.1 X1.2
(1) (2) (3) (4) (5)
24 Kalimantan Utara 7 26,1 33,10
25 Sulawesi Utara 31,2 13,2 44,40
26 Sulawesi Tengah 204,1 167,4 371,50
27 Sulawesi Selatan 1.414,80 181,5 1.596,30
28 Sulawesi Tenggara 130,7 137,3 268,00
29 Gorontalo 65,1 13,2 78,30
30 Sulawesi Barat 74,1 100,7 174,80
31 Maluku 11,4 13,6 25,00
32 Maluku Utara 6,5 33,4 39,90
33 Papua Barat 1,3 5,7 7,00
34 Papua 5,2 4,2 9,40
Jumlah 13.947,10 5.840,90 19.787,80
Sumber : Data di olah 2019

4.2 Potensi Zakat Peternakan dan Hewan Lain54


IPPZ dimensi zakat perternakan dan komoditas
hewan ternak mencakup 2 (dua) indikator utama yaitu
zakat hewan ternak (X2.1) dan hewan lain (X2.2). Zakat
hewan ternak dihitung dari jumlah jenis hewan ternak

54
Potensi zakat yang dimaksud meliputi: (i) zakat peternakan, yang
mencakup zakat atas hewan-hewan ternak yang disebutkan didalam
nash; dan (ii) zakat hewan lain yang mencakup zakat atas kelompok
unggas dan perikanan. Perhitungan zakat hewan lain dan zakat atas
produk pangan asal hewan dilakukan dengan merujuk kepada zakat
perdagangan.
91
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

yang telah ditentukan dalam nash yang wajib dizakati


(unta, sapi, dan kambing) jika telah mencapai jumlah
tertentu dikali presentase efektivitas potensi zakat.
Sedangkan zakat hewan lain dihitung dari potensi zakat
komoditas hewan unggas dan zakat komoditas sektor
perikanan.

4.2.1 Zakat Hewan Ternak


Zakat hewan ternak mencakup zakat ternak sapi,
kuda, domba, dan kambing selama satu tahun.
Berdasarkan perhitungan IPPZ, potensi zakat hewan
ternak secara keseluruhan berdasarkan provinsi
mencapai Rp 5,4 triliun. Jawa Timur merupakan wilayah
dengan potensi zakat hewan ternak terbesar di Indonesia
mencapai Rp 1,4 triliun. Sedangkan yang terendah DKI
Jakarta sebesar Rp 1,4 miliar.

92
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Tabel 4. 5 Jumlah Hewan Ternak (ekor) dan Potensi Zakat (milyar Rp.)

Potensi
Sapi
No. Provinsi Sapi Kuda Kerbau Kambing Domba Zakat
Perah
(Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Aceh 671.639 54 2.971 183.179 658.613 97.996 260,2
2 Sumatera Utara 748.133 2.102 1.558 113.774 908.880 705.559 185,1
3 Sumatera Barat 400.574 884 1.727 111.330 258.625 5.915 151,8
4 Riau 250.208 96 62 36.288 210.987 14.834 76,8
5 Jambi 161.667 33 204 44.479 576.340 73.167 67,7
6 Sumatera Selatan 302.070 112 88 32.820 377.976 29.125 101,2
7 Bengkulu 133.771 324 38 23.565 299.501 8.958 49,7
8 Lampung 679.795 444 285 24.417 1.386.009 73.083 219,2
9 Kep. Bangka Belitung 13.276 223 32 374 5.608 92 3,7
10 Kep. Riau 19.907 8 20 5 31.720 5 5,0
11 DKI Jakarta 1.816 1.991 328 61 4.764 2.248 1,4
12 Jawa Barat 406.241 119.349 13.147 103.734 1.274.548 11.608.559 395,7
13 Jawa Tengah 1.721.018 134.721 11.385 62.796 4.108.188 2.395.355 656,1
14 D.I Yogyakarta 314.954 4.125 1.714 650 401.112 195.220 96,4
93
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Potensi
Sapi
No. Provinsi Sapi Kuda Kerbau Kambing Domba Zakat
Perah
(Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
15 Jawa Timur 4.657.567 283.311 10.760 26.633 3.426.967 1.378.409 1.483,1
16 Banten 65.698 54 193 103.195 848.349 689.594 70,5
17 Bali 560.546 226 1.614 49.778 22,1
18 Nusa Tenggara Barat 1.193.249 49.559 119.265 678.769 25.754 434,1
19 Nusa Tenggara Timur 1.027.256 45 114.514 165.551 693.577 68.388 44,3
20 Kalimantan Barat 173.566 72 30 2.449 161.514 175 32,0
21 Kalimantan Tengah 84.661 16 12.341 45.317 370 21,6
22 Kalimantan Selatan 166.825 224 99 24.949 68.938 1.855 55,4
23 Kalimantan Timur 123.292 117 92 7.124 62.757 282 33,5
24 Kalimantan Utara 24.452 2 12 4.152 14.463 79 5,1
25 Sulawesi Utara 135.292 47 3.596 55.959 13,7
26 Sulawesi Tengah 388.832 10 1.495 3.940 482.306 8.253 96,5
27 Sulawesi Selatan 1.508.401 1.731 198.712 117.869 830.718 897 638,0
28 Sulawesi Tenggara 395.684 39 763 3.120 176.777 114,3
29 Gorontalo 229.352 6 2.001 20 97.236 69,2

94
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Potensi
Sapi
No. Provinsi Sapi Kuda Kerbau Kambing Domba Zakat
Perah
(Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
30 Sulawesi Barat 94.955 2.456 8.042 192.615 29,7
31 Maluku 105.186 903 16.650 110.253 13.434 19,5
32 Maluku Utara 94.724 57 1.215 139.301 22,5
33 Papua Barat 69.738 20.485 45 7,9
34 Papua 125.661 17 2.061 789 61.756 45 6,4
Jumlah 7.050.006 550.141 421.104 1.356.390 18.720.706 17.397.696 5.489,5
Sumber : Data di olah 2019

95
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

4.2.2 Zakat Hewan lain


Zakat hewan lain mencakup zakat komoditas
hewan unggas dan perikanan selama satu tahun.
Berdasarkan perhitungan IPPZ, secara keseluruhan
berdasarkan provinsi mencapai Rp 4,0 triliun. Jawa Barat
merupakan wilayah dengan potensi zakat hewan lain
terbesar yaitu mencapai Rp 613,6 miliar. Sedangkan yang
terendah adalah Papua mencapai Rp 1,7 miliar. Potensi
zakat hewan lain wilayah Papua rendah dikarenakan
minimnya hasil hewan lain wilayah tersebut dan
rendahnya presentase penduduk muslim yakni 15,9%.

96
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Tabel 4. 6 Jumlah Hewan lain dan Potensi Zakat Sektor Perikanan

Nilai Potensi
Ayam Ayam Ras Ayam Ras Itik/Itik
No. Provinsi Perikanan Zakat
Buras Pedaging Petelor Manila
(Rp) (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Aceh 5.990.918 5.961.633 472.344 3.542.975 1.199,5 46,1
2 Sumatera Utara 16.526.092 58.153.185 16.580.440 3.545.945 894,0 77,5
3 Sumatera Barat 4.156.985 26.221.529 9.304.292 1.149.498 3.159,9 113,5
4 Riau 6.422.060 48.859.930 164.725 292.474 4.453,4 153,1
5 Jambi 16.978.338 15.229.989 735.626 1.280.039 748,9 48,4
6 Sumatera Selatan 8.895.503 26.391.748 6.722.723 1.855.448 2.000,0 87,7
7 Bengkulu 4.504.282 6.271.940 322.062 255.744 1.500,0 47,3
8 Lampung 12.215.316 35.311.949 5.537.185 875.598 194,5 49,6
Kep. Bangka 6.904,9
9 1.709.586 8.468.711 162.646 101.253 180,6
Belitung
10 Kep. Riau 1.404.314 20.470.850 623.600 52.848 10.176,2 269,5
11 DKI Jakarta N/A N/A N/A 131 3.377,9 84,4

97
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Nilai Potensi
Ayam Ayam Ras Ayam Ras Itik/Itik
No. Provinsi Perikanan Zakat
Buras Pedaging Petelor Manila
(Rp) (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
12 Jawa Barat 26.712.982 660.766.857 15.717.734 12.062.171 906,2 614,3
13 Jawa Tengah 42.446.187 180.935.555 22.754.001 6.681.229 1.857,2 259,6
14 D.I Yogyakarta 4.550.344 6.651.747 3.416.830 524.869 229,4 18,1
15 Jawa Timur 36.694.278 228.187.819 47.463.380 7.197.836 13.442,3 602,1
16 Banten 11.705.089 215.832.194 16.150.254 1.952.467 421,0 207,6
17 Bali 3.283.875 7.940.422 5.310.807 590.761 2.449,0 63,2
Nusa Tenggara 14.805,5
18 8.385.236 9.934.684 798.063 995.515 387,8
Barat
Nusa Tenggara 5.300,0
19 10.430.260 6.300.121 200.554 353.910 133,9
Timur
20 Kalimantan Barat 6.139.850 56.570.468 2.376.995 605.571 2.078,1 85,1
21 Kalimantan Tengah 2.762.194 10.120.797 198.270 334.988 99,9 11,2
22 Kalimantan Selatan 9.922.470 87.694.390 7.722.587 4.249.122 5.571,5 231,8
23 Kalimantan Timur 5.580.629 68.256.247 838.984 260.185 53,8 55,5

98
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Nilai Potensi
Ayam Ayam Ras Ayam Ras Itik/Itik
No. Provinsi Perikanan Zakat
Buras Pedaging Petelor Manila
(Rp) (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
24 Kalimantan Utara 1.275.217 4.516.702 43.574 51.960 927,0 26,2
25 Sulawesi Utara 2.448.771 7.869.036 1.524.921 198.072 7.078,7 180,2
26 Sulawesi Tengah 5.660.161 11.958.750 2.250.618 921.047 5.074,7 141,3
27 Sulawesi Selatan 31.970.051 56.227.345 12.426.412 8.296.791 11,1 90,0
28 Sulawesi Tenggara 9.660.312 4.640.089 456.412 535.967 2.910,2 86,2
29 Gorontalo 1.519.679 4.343.307 380.975 77.373 211,7 10,7
30 Sulawesi Barat 4.532.408 1.955.491 167.341 391.655 405,0 15,6
31 Maluku 2.134.331 77.533 30.189 421.724 6.248,0 157,6
32 Maluku Utara 688.975 432.125 57.900 96.723 2.369,4 60,1
33 Papua Barat 1.347.392 1.525.102 106.591 97.444 2.087,2 53,2
34 Papua 2.305.866 7.356.367 733.421 162.207 53,9 2,8
Jumlah 310.959.951 1.891.434.612 181.752.456 60.011.540 109.199,8 4.651,8
Sumber : Data di olah 2019

99
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Secara keseluruhan potensi zakat peternakan di


seluruh provinsi di Indonsia berdasarkan IPPZ mencapai
Rp 9,5 triliun dengan zakat hewan ternak menjadi yang
tertinggi potensinya yakni Rp 5,5 triliun, dan zakat hewan
lain sebesar Rp 4,02 trilun. Potensi zakat perternakan
terbesar ada di Jawa Timur mencapai Rp 2,7 triliun dan
yang terendah terdapat di Provinsi Papua dengan nilai
potensi zakat sebesa di Rp 8,1 miliar.

Tabel 4. 7 IPPZ Dimensi Zakat Peternakan Berdasarkan


Provinsi (miliar Rp.)

Potensi Zakat Peternakan (X2)


No. Provinsi
X2.1 X2.2 Jumlah
(1) (2) (3) (4) (6)
1 Aceh 260,2 45,6 305,8
2 Sumatera Utara 185,1 69,9 255,0
3 Sumatera Barat 151,8 111,4 263,2
4 Riau 76,8 139,7 216,5
5 Jambi 67,7 47,6 115,2
6 Sumatera Selatan 101,2 86,1 187,3
7 Bengkulu 49,7 46,3 96,0
8 Lampung 219,2 49,4 268,6
9 Kep. Bangka Belitung 3,7 161,6 165,3
10 Kep. Riau 5,0 217,0 222,0
11 DKI Jakarta 1,4 72,1 73,5
12 Jawa Barat 395,7 613,6 1.009,3
13 Jawa Tengah 656,1 258,1 914,2
14 D.I Yogyakarta 96,4 17,7 114,1

100
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Potensi Zakat Peternakan (X2)


No. Provinsi
X2.1 X2.2 Jumlah
15 Jawa Timur 1.483,1 589,8 2.072,9
16 Banten 70,5 207,0 277,5
17 Bali 22,1 10,2 32,3
18 Nusa Tenggara Barat 434,1 374,7 808,9
19 Nusa Tenggara Timur 44,3 13,4 57,7
20 Kalimantan Barat 32,0 63,9 95,9
21 Kalimantan Tengah 21,6 10,6 32,2
22 Kalimantan Selatan 55,4 227,2 282,5
23 Kalimantan Timur 33,5 55,3 88,8
24 Kalimantan Utara 5,1 16,8 21,9
25 Sulawesi Utara 13,7 57,9 71,6
26 Sulawesi Tengah 96,5 113,0 209,6
27 Sulawesi Selatan 638,0 89,9 727,9
28 Sulawesi Tenggara 114,3 82,7 197,0
29 Gorontalo 69,2 10,5 79,7
30 Sulawesi Barat 29,7 13,8 43,5
31 Maluku 19,5 80,4 100,0
32 Maluku Utara 22,5 44,9 67,4
33 Papua Barat 7,9 21,1 29,0
34 Papua 6,4 1,7 8,1
Jumlah 5.489,5 4.021,0 9.510,5
Sumber : Data di olah 2019

4.3 Zakat Uang

IPPZ dimensi zakat uang merupakan zakat atas


simpanan dalam bentuk deposito pada bank. Deposito
yang dijadikan acuan simpanan masyarakat karena pada

101
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

umumya mengendap kurang lebih setahun, sehingga


diasumsikan sudah mencapai haul.
Menurut data OJK, nilai deposito yang terdapat
pada BPR/S maupun bank per Desember 2017 mencapai
Rp 2.525 triliun, sehingga potensi zakat uang dari nilai
deposito mencapai Rp 58 triliun. Lebih dari 50% potensi
tersebut terkonsentrasi di ibu kota DKI Jakarta yakni
mencapai Rp 35.8 triliun. Hal ini dikarenakan DKI Jakarta
menjadi tempat berlokasinya kantor pusat perbankan.
Selain itu nilai ini juga menunjukan konsentrasi
perekonomian masih terfokus di Ibu Kota. Sedang potensi
terendah terdapat di provinsi Sulawesi Barat dengan nilai
Rp 4.3 miliar.

Tabel 4. 8 Potensi Zakat Uang (milyar Rp.)

Nilai Potensi
No. Provinsi
Deposito Zakat
(1) (2) (3) (4)
1 Aceh 10.850,8 241,4
2 Sumatera Utara 100.327,4 1.990,0
3 Sumatera Barat 14.496,8 309,4
4 Riau 27.213,6 659,9
5 Jambi 11.294,1 269,6
6 Sumatera Selatan 7.213,3 165,8
7 Bengkulu 3.655,5 88,9
8 Lampung 14.692,8 347,7

102
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Nilai Potensi
No. Provinsi
Deposito Zakat
(1) (2) (3) (4)
9 Kep. Bangka Belitung 13.181,2 317,5
10 Kep. Riau 35.847,5 867,0
11 DKI Jakarta 1.471.419,6 35.836,4
12 Jawa Barat 177.091,4 4.347,2
13 Jawa Tengah 109.831,6 2.619,8
14 D.I Yogyakarta 21.346,7 469,5
15 Jawa Timur 231.916,7 5.617,6
16 Banten 71.284,3 1.177,8
17 Bali 39.607,0 942,9
18 Nusa Tenggara Barat 8.173,2 183,1
19 Nusa Tenggara Timur 7.545,2 184,5
20 Kalimantan Barat 17.930,8 432,4
21 Kalimantan Tengah 7.776,6 115,1
22 Kalimantan Selatan 14.365,4 48,0
23 Kalimantan Timur 32.887,6 74,4
24 Kalimantan Utara 3.070,2 12,2
25 Sulawesi Utara 9.238,4 197,2
26 Sulawesi Tengah 5.956,1 110,6
27 Sulawesi Selatan 30.103,7 727,5
28 Sulawesi Tenggara 1.421,1 21,2
29 Gorontalo 5.280,0 102,6
30 Sulawesi Barat 557,5 4,3
31 Maluku 4.571,3 94,5
32 Maluku Utara 1.554,4 28,9
33 Papua Barat 3.422,5 32,9
34 Papua 9.979,4 126,3
Jumlah 2.525.103,6 58.764,2
Sumber : Data diolah 2019

103
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

4.3 Potensi Zakat Perusahaan


IPPZ dimensi zakat perusahaan mencakup zakat
atas perusahaan milik daerah (BUMD) dan perusahaan
milik negara (BUMN).

4.3.1 Zakat BUMN


Zakat BUMN dihitung dari laba sebelum pajak dikali
dengan tarif zakat perusahaan. Berdasarkan perhitungan
IPPZ, nilai potensi zakat BUMN pada tahun 2017
mencapai Rp.6,27 trilun yang diperoleh dari laba sebelum
pajak sebesar Rp.250 triliun. Dari jumlah potensi tersebut
sektor keuangan dan asuransi menyumbang potensi
zakat tertinggi yaitu sebesar Rp.2,42 triliun. Sedangkan
sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan
sepeda motor adalah yang terendah yaitu sebesar
Rp.7,81 milyar. Untuk sektor penyediaan akomodasi dan
makan minum tidak memiliki potensi zakat karena BUMN
di sektor ini mengalami kerugian. Berikut ini disajikan
potensi zakat BUMN berdasarkan sektor usaha.

104
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Tabel 4. 9 Potensi Zakat BUMN berdasarkan Lapangan


Usaha (milyar Rp.)

Potensi
No. Lapangan Usaha Laba
Zakat
(1) (2) (3) (4)
Pertanian, Kehutanan
1 2.843,23 71,08
dan Perikanan
Pertambangan dan
2 57.728,40 1.443,21
Penggalian
3 Industri Pengolahan 9.011,77 225,29
Pengadaan Listrik dan
4 12.277,22 306,93
Gas
Pengadaan Air;
5 Pengelolaan Sampah, 391,42 9,79
Limbah, dan Daur Ulang
6 Konstruksi 10.714,91 267,87
Perdagangan Besar dan
7 Eceran; Reparasi Mobil 312,54 7,81
dan Sepeda Motor
Transportasi dan
8 17.142,28 428,56
Pergudangan
Penyediaan Akomodasi
9 -3,00 -
dan Makan Minum
Informasi dan
10 42.664,16 1.066,60
Komunikasi
Aktivitas Keuangan dan
11 96.629,94 2.415,75
Asuransi
12 Real Estat 369,82 09,25
Aktivitas Pofesional,
13 656,27 16,41
Ilmiah dan Teknis
Jumlah 250.738,99 6.268,47
Sumber : Statistik Keuangan Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik
Daerah 2017

Berdasarkan perusahaan, PT Pertamina Tbk


merupakan BUMN dengan potensi zakat terbesar yaitu
105
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

mencapai Rp. 1,2 triliun, selanjutnya PT Telkom sebesar


Rp. 1,06 triliun. Sedangkan urutan berikutnya di isi oleh
bank BUMN, yaitu PT. Bank BRI, PT Bank Mandiri dan
PT Bank BNI. Berikut ini disajikan 53 perusahaan BUMN
dengan potensi zakat terbesar.

Tabel 4. 10 Potensi Zakat BUMN berdasarkan


Perusahaan (milyar Rp.)55

Potensi
No Nama Laba
Zakat
(1) (2) (3) (5)
1 PT Pertamina 48.442,4 1.211,1
2 PT Telkom Indonesia 42.659,0 1.066,5
3 PT Bank Rakyat Indonesia Tbk 37.022,2 925,6
4 PT Bank Mandiri Tbk 27.156,9 678,9
PT Bank Negara Indonesia
5 17.165,4 429,1
Tbk
6 PT Bukit Asam 6.101,6 152,5
7 PT Pupuk Indonesia 4.558,9 114,0
PT Bank Tabungan Negara
8 96,5
Tbk 3.861,6
PT Perusahaan Gas Negara
9 3.733,2 93,3
Tbk
10 PT Pegadaian 3.417,5 85,4
11 PT Jasa Marga 3.250,5 81,3
12 PT Angkasa Pura II 2.832,2 70,8
13 PT Semen Indonesia 2.746,5 68,7
14 PT Jasa Raharja 2.642,2 66,1

55
Data laporan keuangan tahun 2017 masing-masing
perusahaan
106
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Potensi
No Nama Laba
Zakat
(1) (2) (3) (5)
PT Perusahaan Listrik Negara
15 2.599,9 65,0
(PLN)
16 PT Inka Persero 2.580,0 64,5
17 PT Kereta Api Indonesia (KAI) 2.111,0 52,8
PT Indonesia Asahan
18 1.893,1 47,3
Alumunium (Inalum)
PT Pembangunan Perumahan
19 1.792,3 44,8
Tbk
20 PT Angkasa Pura I 1.789,5 44,7
21 PT Adhi Karya (Persero) Tbk 1.519,5 38,0
22 PT Wijaya Karya Tbk 1.462,4 36,6
23 PT Waskita 1.447,0 36,2
24 PT Hutama Karya 1.190,0 29,8
PT Pelabuhan Indonesia I
25 1.067,4 26,7
(Pelindo I)
26 PT Taspen 1.053,5 26,3
Perum Jaminan Kredit
27 1.023,2 25,6
Indonesia (JAMKRINDO)
28 PT Asuransi Kredit Indonesia 996,9 24,9
29 PT Timah Tbk 716,2 17,9
PT Pelabuhan Indonesia IV
30 587,9 14,7
(Pelindo IV)
31 PT ASABRI 565,8 14,1
32 PT Peruri 552,4 13,8
33 PT Perhutani 502,7 12,6
34 PT Jasindo 458,4 11,5
35 PT Kimia Farma Tbk 449,7 11,2
36 PT Jiwasraya 427,6 10,7
PT Rajawali Nusantara
37 374,2 9,4
Indonesia
38 PT Pos Indonesia 355,0 8,9
107
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Potensi
No Nama Laba
Zakat
(1) (2) (3) (5)
39 PT Aneka Tambang Tbk 314,6 7,9
40 PT Pelni (Persero) 276,9 6,9
PT Pelabuhan Indonesia III
41 247,3 6,2
(Pelindo III)
42 Perum Jasa Tirta II 233,6 5,8
PT Semen Baturaja (Persero)
43 208,9 5,2
Tbk
44 PT Reasuransi 163,9 4,1
45 PT Len Industri (Presero) 154,9 3,9
46 PT Dahana Persero 154,5 3,9
47 PT Pindad 108,8 2,7
48 PT Barata 69,5 1,7
PT Kawasan Industri
49 50,0 1,3
wijayakusuma
50 PT Yodya Karya Persero 31,5 0,8
PT Industri Telekomunikasi
51 23,9 0,6
Indonesia (INTI)
52 PT Boma Bisma Indra 4,6 0,1
53 Perum LKBN Antara 4,2 0,1
54 Lainnya 15.586,4 389,7
Jumlah 250.739,0 6.268,5
Sumber : Data diolah 2019

4.3.2 Zakat BUMD


Zakat BUMD dihitung dari laba sebelum pajak dikali
dengan tarif zakat perusahaan. Berdasarkan perhitungan
IPPZ, nilai potensi zakat BUMD pada tahun 2017
mencapai Rp 445,1 milyar yang diperoleh dari laba
sebelum pajak sebesar Rp. 17.803,8 triliun.
108
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Tabel 4. 11 Potensi Zakat BUMD (milyar Rp.)

Potensi
No. Provinsi Laba BUMD
Zakat
(1) (2) (3) (4)
1 Aceh 558,7 14,0
2 Sumatera Utara 1.081,1 27,0
3 Sumatera Barat 259,9 6,5
4 Riau 610,9 15,3
5 Jambi 311,7 7,8
6 Sumatera Selatan 548,1 13,7
7 Bengkulu 144,0 3,6
8 Lampung 205,8 5,1
9 Kep. Bangka Belitung 0,0 0,0
10 Kep. Riau 10,4 0,3
11 DKI Jakarta 2.112,9 52,8
12 Jawa Barat 3.479,6 87,0
13 Jawa Tengah 2.269,6 56,7
14 D.I Yogyakarta 81,0 2,0
15 Jawa Timur 2.415,0 60,4
16 Banten 162,1 4,1
17 Bali 139,8 3,5
18 Nusa Tenggara Barat 334,1 8,4
19 Nusa Tenggara Timur 268,1 6,7
20 Kalimantan Barat 549,0 13,7
21 Kalimantan Tengah 0,3 0,0
22 Kalimantan Selatan 140,8 3,5
23 Kalimantan Timur 352,7 8,8
24 Kalimantan Utara 37,5 0,9
25 Sulawesi Utara 160,4 4,0
26 Sulawesi Tengah 85,4 2,1

109
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Potensi
No. Provinsi Laba BUMD
Zakat
(1) (2) (3) (4)
27 Sulawesi Selatan 744,6 18,6
28 Sulawesi Tenggara 183,7 4,6
29 Gorontalo 0,0 0,0
30 Sulawesi Barat 0,0 0,0
31 Maluku 175,9 4,4
32 Maluku Utara 0,0 0,0
33 Papua Barat 14,1 0,4
34 Papua 366,6 9,2
Jumlah 17.803,8 445,1
Sumber : Data diolah 2019

Jawa Barat menjadi provinsi dengan potensi zakat


BUMD terbesar yaitu Rp. 87 miliar dari laba BUMD senilai
Rp. 3,4 triliun. Kalimantan Tengah menjadi provinsi
dengan potensi zakat BUMD terendah yaitu sebesar Rp.
6,3 juta.

4.4 Potensi Zakat Penghasilan


IPPZ dimensi zakat penghasilan merupakan zakat
atas penghasilan yang diperoleh oleh wajib zakat pribadi
muslim. Dimensi ini dibagi kedalam dua kategori yaitu
zakat penghasilan muslim yang bekerja sebagai Aparatur
Sipil Negara (ASN) dan Non-ASN. Zakat penghasilan
dihitung dari total penghasilan selama satu tahun dikali
jumlah pekerja dikali tarif zakat dan efektivitas zakat.

110
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

4.4.1 Zakat ASN


Zakat ASN dihitung dari nilai gaji ASN selama satu
tahun dikali jumlah keseluruhan ASN dikali tarif zakat
penghasilan. Nilai gaji ASN diperoleh dari rata-rata gaji
ASN gologan III yakni Rp 3,7 juta.

Tabel 4. 12 Jumlah ASN dan Potensi Zakat (milyar Rp.)

Jumlah Potensi
No. Provinsi
ASN Zakat
(1) (2) (3) (4)
1 Aceh 166.790 181,5
2 Sumatera Utara 238.789 174,9
3 Sumatera Barat 131.976 142,5
4 Riau 104.232 101,6
5 Jambi 78.777 83,3
6 Sumatera Selatan 136.328 146,4
7 Bengkulu 60.271 65,0
8 Lampung 122.332 129,4
9 Kep. Bangka Belitung 31.739 31,3
10 Kep. Riau 37.972 33,4
11 DKI Jakarta 264.357 250,0
12 Jawa Barat 417.232 448,4
13 Jawa Tengah 418.587 448,7
14 D.I Yogyakarta 78.391 79,9
15 Jawa Timur 456.194 487,1
16 Banten 96.236 100,9
17 Bali 90.035 13,3
18 Nusa Tenggara Barat 90.823 97,1
19 Nusa Tenggara Timur 124.583 12,5
111
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Jumlah Potensi
No. Provinsi
ASN Zakat
(1) (2) (3) (4)
20 Kalimantan Barat 91.409 60,0
21 Kalimantan Tengah 75.107 61,8
22 Kalimantan Selatan 91.917 98,5
23 Kalimantan Timur 80.877 76,5
24 Kalimantan Utara 21.234 14,0
25 Sulawesi Utara 74.496 25,5
26 Sulawesi Tengah 89.381 77,0
27 Sulawesi Selatan 200.416 199,0
28 Sulawesi Tenggara 83.716 88,3
29 Gorontalo 34.985 37,9
30 Sulawesi Barat 36.749 33,7
31 Maluku 67.428 37,8
32 Maluku Utara 46.584 38,3
33 Papua Barat 42.748 18,2
34 Papua 101.159 17,8
Jumlah 4.283.850 3.911,4
Sumber : Data diolah (2019)

Berdasarkan perhitungan IPPZ diperoleh potensi


zakat penghasilan ASN mencapai Rp. 3,91 triliun dari
total ASN sebanyak 4.283.850 orang. Provinsi dengan
potensi zakat tertinggi berada di provinsi Jawa Timur yaitu
sebesar 487 miliar dari 456.194 orang ASN. Provinsi NTT
menjadi provinsi dengan potensi zakat ASN terendah
dengan nilai sebesar Rp 12,5 miliar dari total ASN
124.583 orang.
112
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Dari potensi zakat penghasilan ASN tersebut


20,32% merupakan potensi zakat penghasilan ASN
Kementerian/Lembaga Pusat yaitu sebesar Rp. 794,8
miliar dari jumlah ASN sebanyak 933.631 orang.

4.4.2 Zakat Non-ASN


Zakat Non-ASN dihitung dari pendapatan perkapita
masing-masing provinsi. Berdasarkan perhitungan IPPZ,
diperoleh nilai potensi zakat penghasilan non-ASN
mencapai Rp 135,2 triliun.

Tabel 4. 13 Potensi Zakat Non ASN (miliar Rupiah)

Potensi
No. Provinsi Non-ASN
Zakat
(1) (2) (3) (4)
1 Aceh 2.036.927 1.411,4
2 Sumatera Utara 6.489.642 5.142,9
3 Sumatera Barat 2.278.474 2.237,7
4 Riau 2.811.365 6.554,1
5 Jambi 1.642.585 2.130,1
6 Sumatera Selatan 3.827.542 4.303,8
7 Bengkulu 903.192 689,1
8 Lampung 3.938.045 3.497,7
9 Kep. Bangka Belitung 669.627 728,6
10 Kep. Riau 863.047 1.888,4
11 DKI Jakarta 4.462.422 22.125,5
12 Jawa Barat 20.362.656 18.359,8
13 Jawa Tengah 16.826.961 14.101,3
14 D.I Yogyakarta 2.040.001 1.485,5

113
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Potensi
No. Provinsi Non-ASN
Zakat
(1) (2) (3) (4)
15 Jawa Timur 19.993.755 24.751,2
16 Banten 5.236.260 5.619,2
17 Bali 2.400.835 407,0
18 Nusa Tenggara Barat 2.063.301 1.244,4
19 Nusa Tenggara Timur 2.286.950 89,2
20 Kalimantan Barat 2.255.472 1.201,4
21 Kalimantan Tengah 1.225.895 1.103,0
22 Kalimantan Selatan 1.929.749 1.806,6
23 Kalimantan Timur 1.537.408 5.438,1
24 Kalimantan Utara 302.166 503,8
25 Sulawesi Utara 1.020.649 352,9
26 Sulawesi Tengah 1.362.110 1.197,7
27 Sulawesi Selatan 3.574.508 3.860,7
28 Sulawesi Tenggara 1.123.772 1.104,8
29 Gorontalo 520.548 376,4
30 Sulawesi Barat 582.646 358,4
31 Maluku 632.715 183,0
32 Maluku Utara 469.031 232,4
33 Papua Barat 374.796 282,2
34 Papua 1.676.048 390,7
Jumlah 119.721.100 135.159,1
Sumber : Data di olah 2019

Jawa Timur menjadi provinsi dengan potensi zakat


penghasilan non-ASN terbesar yaitu Rp 24,7 triliun dari
jumlah angkatan kerja yang mencapai 20 juta orang dan
pendapatan perkapita Rp 51,4 juta per tahun. sedang
yang terendah adalah NTT sebesar Rp 89,2 miliar dengan

114
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

jumlah angkatan kerja sebanyak 2,2 juta orang dan


pendapatan perkapita sebesar Rp 17,2 juta pertahun.

Dari potensi zakat penghasilan non ASN tersebut


0,08% merupakan potensi zakat penghasilan non ASN
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesai (BI)
yaitu sebesar Rp. 109,84 miliar dari jumlah pegawai
sebanyak 9.184 orang.

Secara keseluruhan potensi zakat penghasilan


mencapai Rp 139,07 triliun.

Tabel 4. 14 IPPZ Dimensi Zakat Penghasilan (milyar Rp.)

Zakat Penghasilan (X7)


No. Provinsi
X7.1 X7.2 Jumlah
(1) (2) (3) (4) (1)
1 Aceh 181,5 1.411,4 1.592,9
2 Sumatera Utara 174,9 5.142,9 5.317,8
3 Sumatera Barat 142,5 2.237,7 2.380,1
4 Riau 101,6 6.554,1 6.655,7
5 Jambi 83,3 2.130,1 2.213,3
6 Sumatera Selatan 146,4 4.303,8 4.450,1
7 Bengkulu 65,0 689,1 754,1
8 Lampung 129,4 3.497,7 3.627,2
9 Kep. Bangka Belitung 31,3 728,6 759,9
10 Kep. Riau 33,4 1.888,4 1.921,7
11 DKI Jakarta 250,0 22.125,5 22.375,5
12 Jawa Barat 448,4 18.359,8 18.808,2
13 Jawa Tengah 448,7 14.101,3 14.550,0
115
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Zakat Penghasilan (X7)


No. Provinsi
X7.1 X7.2 Jumlah
(1) (2) (3) (4) (1)
14 D.I Yogyakarta 79,9 1.485,5 1.565,3
15 Jawa Timur 487,1 24.751,2 25.238,2
16 Banten 100,9 5.619,2 5.720,2
17 Bali 13,3 407,0 420,3
18 Nusa Tenggara Barat 97,1 1.244,4 1.341,5
19 Nusa Tenggara Timur 12,5 89,2 101,7
20 Kalimantan Barat 60,0 1.201,4 1.261,4
21 Kalimantan Tengah 61,8 1.103,0 1.164,8
22 Kalimantan Selatan 98,5 1.806,6 1.905,1
23 Kalimantan Timur 76,5 5.438,1 5.514,6
24 Kalimantan Utara 14,0 503,8 517,8
25 Sulawesi Utara 25,5 352,9 378,4
26 Sulawesi Tengah 77,0 1.197,7 1.274,7
27 Sulawesi Selatan 199,0 3.860,7 4.059,7
28 Sulawesi Tenggara 88,3 1.104,8 1.193,1
29 Gorontalo 37,9 376,4 414,3
30 Sulawesi Barat 33,7 358,4 392,1
31 Maluku 37,8 183,0 220,8
32 Maluku Utara 38,3 232,4 270,8
33 Papua Barat 18,2 282,2 300,4
34 Papua 17,8 390,7 408,5
Jumlah 3.911,4 135.159,1 139.070,4
Sumber : Data di olah 2019

116
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

4.5 Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)


Indonesia
Berdasarkan hasil perhitungan nilai IPPZ, potensi
zakat di Indonesia mencapai Rp.233,8 triliun rupiah atau
1,72 persen dari PDB tahun 2017.

Gambar 4. 1 Potensi Zakat Berdasarkan Dimensi IPPZ


(triliun Rp.)

Sumber : Data di olah 2019

Dilihat dari grafik 4.1 terlihat bahwa potensi zakat


terbesar terdapat pada dimensi zakat penghasilan yang
mencapai Rp. 139,07 triliun atau 59,5 persen dari total
potensi zakat nasional. Potensi zakat terbesar
selanjutnya adalah dimensi zakat uang sebesar Rp. 58,76
triliun (25,1 persen), dimensi zakat pertanian sebesar Rp.

117
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

19,79 triliun (8,5 persen), dimensi zakat peternakan Rp.


9.51 triliun (4,1 persen) dan dimensi zakat perusahaan
sebesar Rp. 6,71 (2,9 persen).

Sedangkan berdasarkan provinsi, DKI Jakarta dan


Jawa Timur merupakan dua provinsi di Indonesia yang
memiliki potensi zakat tertinggi di Indonesia yaitu masing-
masing sebesar Rp 58,3 triliun (3,57 persen dari PDRB)
dan Rp 35,1 triliun (2,42 persen dari PDRB). Dan Jawa
Barat diperingkat ketiga dengan nilai IPPZ sebesar Rp
26.8 triliun (2,0 persen dari PDRB). Faktor yang
menyebabkan tingginya potensi zakat karena ketiga
provinsi tersebut merupakan wilayah dengan tingkat
perekonomian yang cukup baik dan jumlah penduduk
terbesar yang mayoritas memeluk agama Islam.

Sedangkan provinsi dengan nilai IPPZ terendah


adalah Nusa Tenggara Timur sebesar Rp 374,2 miliar
(0,6 persen dari PDRB), disusul Papua Barat, Maluku
Utara dan Maluku dikisaran Rp 370 miliar – Rp 445 miliar.
Hal ini disebabkan oleh tingkat perekonomian wilayah
tersebut yang masih rendah serta jumlah penduduk
muslim yang minoritas.

118
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Berikut ini adalah rekapitulasi hasil perhitungan nilai


IPPZ menurut di Indonesia.

Tabel 4. 15 Nilai IPPZ di Indonesia (milyar Rp.)


Persentase
Potensi
No. Provinsi terhadap
Zakat
PDRB 2017
(1) (2) (3) (4)
1 Aceh 2.826,9 2,33
2 Sumatera Utara 8.928,7 1,83
3 Sumatera Barat 3.654,3 2,34
4 Riau 8.414,9 1,79
5 Jambi 3.047,0 2,23
6 Sumatera Selatan 6.440,0 2,29
7 Bengkulu 1.219,2 2,90
8 Lampung 5.124,9 2,32
9 Kep. Bangka Belitung 1.317,9 2,64
10 Kep. Riau 3.022,6 1,82
11 DKI Jakarta 58.339,2 3,57
12 Jawa Barat 26.845,7 2,00
13 Jawa Tengah 20.530,0 2,30
14 D.I Yogyakarta 2.275,6 2,47
15 Jawa Timur 35.806,7 2,42
16 Banten 7.608,8 1,86
17 Bali 1.426,8 0,98
18 Nusa Tenggara Barat 2.699,8 2,85
19 Nusa Tenggara Timur 374,2 0,60
20 Kalimantan Barat 2.104,7 1,69
21 Kalimantan Tengah 1.758,9 1,96
22 Kalimantan Selatan 2.740,5 2,25
23 Kalimantan Timur 5.934,1 1,31
119
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Persentase
Potensi
No. Provinsi terhadap
Zakat
PDRB 2017
(1) (2) (3) (4)
24 Kalimantan Utara 586,0 1,07
25 Sulawesi Utara 695,7 0,88
26 Sulawesi Tengah 1.968,5 2,02
27 Sulawesi Selatan 7.130,2 2,47
28 Sulawesi Tenggara 1.683,9 2,03
29 Gorontalo 674,9 2,69
30 Sulawesi Barat 614,7 2,09
31 Maluku 444,7 1,60
32 Maluku Utara 407,0 1,75
33 Papua Barat 369,7 0,65
34 Papua 561,4 0,38
35 BUMN 6.268,5 -
Jumlah 233.846,6 1,72
Sumber: Data diolah (2019)
6.268,5

Berikut disajikan potensi zakat berdasarkan wilayah


kepulauan. Pulau jawa memiliki potensi zakat sebesar
Rp. 151,41 triliun atau 64,75 persen dari total potensi
zakat Indonesia. Sedangkan untuk wilayah kepulauan
yaitu Sumatera sebesar Rp. 44 triliun (18,81 persen),
Kalimantan sebesar Rp. 13,12 (5,61 persen), Sulawesi
sebesar Rp. 12,77 triliun (5,46 persen), Indonesia Timur
sebesar Rp. 6,28 triliun (2,69 persen) dan pemerintah
pusat sebesar Rp. 6,27 triliun (2,68 persen).
120
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Gambar 4. 2 IPPZ Berdasarkan Wilayah Kepulauan di


Indonesia.

Sumber: Data diolah (2019)

Besarnya potensi zakat di Pulau Jawa


dibandingkan dengan pulau – pulau yang lainnya juga
menunjukan masih terkonsentrasinya lembaga zakat di
pulau Jawa. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, diantaranya jumlah penduduk yang masih
terkonsentrasi di pulau Jawa, sehingga potensi zakatnya
pun semakin banyak, selain itu tingkat perekonomian
masih terkonsentrasi di pulau Jawa, seperti perusahaan
– perusahaan berpusat di Pulau Jawa.

121
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Berdasarkan perhitungan IPPZ dapat disimpulkan


bahwa jumlah potensi zakat di Indonesia mencapai Rp
233,8 triliun dari 5 komponen objek zakat. Objek zakat
yang memiliki potensi zakat terbesar adalah zakat
penghasilan yang mencapai Rp.139 triliun sedang
provinsi dengan potensi zakat terbesar adalah Rp.58,3
triliun. Angka IPPZ tersebut merupakan potensi zakat
berdasarkan data dalam periode 2016 – 2018 yang
bersumber dari data statistik BPS. Jumlah ini menunjukan
besarnya potensi zakat di Indonesia yang dapat
dimaksimalkan untuk dimasukan pada program
penghimpuanan oleh lembaga zakat.

122
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan
Komponen pemetaan potensi zakat terdiri dari 5
(lima) dimensi yaitu zakat pertanian, zakat peternakan,
zakat uang, zakat perusahaan dan zakat penghasilan.
Dari 5 (lima) dimensi tersebut dibagi menjadi 8 (delapan)
indikator komponen zakat antara lain zakat makanan
pokok, zakat perkebunan, zakat hewan ternak, zakat
hewan lain, zakat tabungan masyarakat (deposito), zakat
BUMD dan BUMN, zakat ASN dan zakat non ASN.

Jumlah potensi zakat berdasarkan komponen IPPZ


adalah potensi zakat pertanian sebesar Rp.19,79 triliun,
zakat peternakan sebesar Rp.9,51 triliun, zakat uang
sebesar Rp.58,76 triliun, zakat perusahaan sebesar
Rp.6,71 triliun dan zakat penghasilan sebesar Rp. 139,07
triliun. Total potensi zakat Indonesia berdasarkan
komponen zakat berjumlah Rp.233,8 triliun. Nilai tersebut
sama dengan 1,72 persen dari PDB tahun 2017 yang
senilai Rp.13.588,8 triliun.

Berdasarkan hasil tersebut, kami berharap kajian ini


dapat memberikan pengetahuan baru serta melengkapi

123
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

kajian-kajian sebelumnya tentang jumlah potensi zakat


nasional berdasarkan asumsi yang kami gunakan.

5.2 Rekomendasi
Temuan angka sebesar Rp.233,8 triliun dari kajian
ini bukan menyampaikan kesimpulan positivisme
mengenai angka yang pasti untuk potensi zakat di
Indonesia. Kajian telah terbatas pada penggunaan data
yang ada di regulator. Beberpa rekomendasi sangat
akurat untuk disampaikan kepada;

1. Rekomendasi untuk Lembaga Zakat


Lembaga zakat sebagai pihak yang berwenang
untuk mengelola zakat diharapkan mampu untuk
memaksimalkan penghimpunan dana zakat dari
berbagai potensi yang ada. Selain itu lembaga
zakat juga dapat memetakan potensi zakat pada
suatu wilayah agar program penghimpunannya
lebih bisa maksimal.
2. Rekomendasi untuk akademisi
Hasil kajian ini dapat dijadikan sebagai penambah
khazanah keilmuan terutama di bidang zakat.
Oleh karena itu diharapkan para akademisi dapat
terus mengembangkan model perhitungan

124
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

potensi zakat sehingga hasilnya lebih


menggambarkan secara riil potensi di lapangan.
3. Rekomendasi untuk regulator
Pengelolaan zakat di Indonesia harus dikelola
sesuai regulasi yang ada. Oleh karena itu
diharapkan regulator yang berwenang untuk
dapat membuat kebijakan terkait ketentuan zakat
pada beberapa objek yang memiliki potensi
penerimaan zakat.

5.3 Batasan Penyusunan Konsep dan Penghitungan


IPPZ
Dalam menentukan Indikator Pemetaan Potensi
Zakat (IPPZ), kajian ini memiliki sejumlah batasan dalam
hal penyusunan dan perhitungan indikator yang menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari keterbatasan
penelitian ini. Diantaranya sebagai berikut :
1. Data yang digunakan dalam kajian ini hanya data
sekunder dari data yang dirilis oleh BPS dan data
pendukung lainnya yang relevan, sehingga jika
data yang dibutuhkan tidak tersedia maka peneliti
menggunakan asumsi.
2. Formula IPPZ mengacu pada perhitungan zakat
pada objek masing-masing dengan beberapa
125
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

penyesuaian berdasarkan ketersediaan data,


terutama dalam penentuan nishab. Pada formula
IPPZ objek zakat penghasilan menentukan
nishab dibawah nishab yang seharusnya, sebab
peneliti tidak ada data terkait jumlah pekerja
dengan pendapatan dibawah dan diatas nishab,
sehingga penulis berasumsi pendapatan pekerja
menggunakan angka pendapatan perkapita untuk
non-ASN dan rata-rata gaji ASN semuan
golongan.
3. Objek zakat yang dihitung pada kajian ini hanya
mencakup 5 objek saja. Padahal mungkin objek
yang berpotensi bisa lebih dari itu.
4. Untuk menentukan apakah objek zakat
merupakan milik muslim atau bukan, kajian ini
menggunakan persentase penduduk muslim hasil
sensus penduduk tahun 2010. Hal ini mengingat
kerterbatasan data terkait kepemilikan objek
usaha berdasarkan agama.

126
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

DAFTAR PUSTAKA

Berita Setkan. (2012, 11 13). Retrieved 2 15, 2019, from


www.setkab.go.id: Berita Setkab :
http://setkab.go.id/mckinsey-2030-indonesia-
akan-jadi-negara-nomor-7-di-dunia/

www.liputan6.com. (2013, 3 9). Retrieved 2 20, 2019,


from www.liputan6.com:
https://www.liputan6.com/bisnis/read/531532/ind
onesia-akan-punya-135-juta-kelas-menengah-di-
2030

(2015). Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 30 Tahun


2015.

www.wolrdbank.org. (2017, 12 04). Retrieved 2 15, 2019,


from www.wolrdbank.org:
http://www.worldbank.org/in/news/press-
release/2017/12/04/indonesia-middle-class-vital-
for-the-country-future

Bank Indonesia . (2018, 12 31). Retrieved from


https://www.bi.go.id:

127
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

https://www.bi.go.id/id/moneter/informasi-
kurs/referensi-jisdor/Default.aspx

Website Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat.


2018. (2018). Retrieved from Website Dinas
Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat. 2018:
http://disbun.kalbarprov.go.id/

Al-Sarakhsi. (1331 H). Al-Mabshut. Mesir: As-Sa'adah.

Al-Syarbini. (1994). MUGHNI AL-MUHTAJ. Beirut: Dar al-


Kitab al-Alamiyah.

az-Zuhaili, W. (n.d.). Fiqh al-Islam wa Adillatuhu.


Maktabah Syamilah.

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). (2017). Arsitektur


Zakat Indonesai. Jakarta: Pusat Kajian Strategis
BAZNAS.

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). (2019). Outlook


Zakat Indonesia 2019. . Jakarta: PUSKAS
BAZNAS.

Badan Pusat Statistik (BPS). (2010). Sensus Penduduk


2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik (BPS).

128
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Badan Pusat Statistik (BPS). (2017). Statistik Keuangan


Badan Usaha MIlik Negara dan Badan Usaha
Milik Daerah. Jakarta: BPS Press.

Badan Pusat Statistik [BPS]. (2017). Statistik Tanaman


Buah-Buahan dan Sayur-Sayuran Tahunan
Indonesia. . Jakarta: BPS Press.

Badan Pusat Statistik [BPS]. (2018). Ringkasan Eksekutif


Luas Panen dan Produksi Beras Tahun 2018. .
Jakarta: BPS Press.

Badan Pusat Statistik [BPS]. (2018). Statistik Indonesia


2018. Jakarta: BPS Press.

Badan Pusat Statistik [BPS]. (2018). Statistik Komoditas


Pertanian Tahun 2018. Jakarta: BPS Press.

Badan Pusat Statistik [BPS]. (2018). Statistik Komoditas


Pertanian Tahun 2018. . Jakarta: BPS Press.

Badan Pusat Statistik [BPS] Kabupaten Tulungagung.


(2014). Produksi Buah-Buahan Menurut Jenis dan
Harganya 2009-2014. . Tulungagung: BPS
Tulungagung.

129
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Majelis Ulama Indonesia. (2003). Fatwa MUI No. 3


tentang Zakat Penghasilan. Jakarta: Majelis
Ulama Indonesia.

Otoritas Jasa Keuangan [OJK]. (2018). Statistik


Perbankan Indonesia. Jakara: Otoritas Jasa
Keuangan (OJK).

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian [PUSDATIN].


(2018). Outlook Kakao 2017. Jakarta: Sekjen
Kementerian Pertanian Jakarta.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian [PUSDATIN]


Kementerian Pertanian. (2017). Outlook Kakao
2017. Jakarta: Sekjen Kementerian Pertanian
Jakarta.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian [PUSDATIN]


Kementerian Pertanian. (2018). Statistik Harga
Komoditas Pertanian. Jakarta: Sekjen
Kementerian Pertanian.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian [PUSDATIN]


Kementerian Pertanian. (2018). Statistik Harga
Komoditas Pertanian Tahun 2018. Jakarta:
Sekjen Kementerian Pertanian.
130
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Pusdatin Sekjen Kementerian Pertanian. (2017). Statistik


Lahan Pertanian tahun 2012-2016 . Jakarta:
Pusdatin Sekjen Kementerian Pertanian.

PUSKAS BAZNAS. (2017). Panduan Praktis Menghitung


Aset Zakat. Jakarta: PUSKAS BAZNAS.

Puskas BAZNAS. (2018). Fiqh Zakat Perusahaan.


Jakarta: Puskas Baznas.

Qardhawi, Y. (1991). Hukum Zakat. Jakarta: Lentera.

Qudamah, I. (2008). Al-Mughni (Terjemahan). Jakarta:


Pustaka Azzam.

Rusyd, I. (n.d.). Bidayatul Mujtahid. Bandung: Pustaka Al-


Kautsar.

Sabiq, S. (1990). Fiqh Sunah Jilid 3. Kairo: Dar al-Fath li


al-I’lam al-Arabiy.

Sahroni, O., Setiawan, A., Suharsono, M., & Setiawan, A.


(2018). Fikih Zakat Kontemporer. Jakarta: Raja
Gravindo.

Shadieqy, T. H. (2006). Pedoman Zakat menurut Al-


Qur’an Dan As Sunnah. Bulan Bintang.

131
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ)

Shiddieqy, T. M. (1999). Pedoman Zakat. Semarang:


Pustaka Rizki Putra.

Sudibyo, B. (2018). Prospek dan Tantangan


Pembangunan Zakat 2019. ISEF 2018. Surabaya.

132
Pusat Kajian Strategis BAZNAS
Jl. Kebon Sirih Raya No. 57, Jakarta Pusat - 10340 Indonesia

Anda mungkin juga menyukai