Anda di halaman 1dari 12

Petunjuk Teknis Taf’il Halaqah

BAB I
PENDAHULUAN
Pasal 1: Latar Belakang
1. Perlunya peningkatan kualitas halaqah sebagai sarana
tarbiyah yang utama.
2. Perlunya peningkatan kualitas murabbi sebagai unsur
terpenting perjalanan halaqah.
3. Perlunya standar atau acuan pelaksanaan halaqah yang
dapat memenuhi tuntutan manhaj tarbiyah sehingga
mampu mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan.
Pasal 2: Landasan
1. Al-Quran
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan
kepadanya Al-Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata
kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-
penyembahku bukan penyembah Allah." Akan tetapi (dia
berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani,
karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan
kamu tetap mempelajarinya. (Ali Imran [3]: 79).

2. As-Sunnah
‫م‬
‫ك ُممحن ُأعحن ُيعركوُعن ُلع ع‬
(‫ك ُرححرر ُالننععمم ُ)رواه ُالبخاري ُومسلم‬ ‫ي ُاللنره ُبم ع‬
‫ك ُعررجلل ُعخحيَنرر ُلع ع‬ ‫م‬
‫فعنعوُاللنه ُعلعحن ُيعنحهد ع‬
Demi Allah, sesungguhnya jika Allah swt menunjuki
seseorang karena engkau, maka hal itu lebih baik bagimu
dari unta merah. (HR Bukhari Muslim).
(‫ب ُملنعنحفمسمه ُ)رواه ُالبخاري ُومسلم‬
‫ب ُملعمخيَمه ُعما ُ رمي ب‬
‫عل ُينرحؤممرن ُأععحردركحم ُعحنت ُ رمي ن‬
Tidak sempurna iman salah seorang diantara kamu sampai
ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk
dirinya sendiri. (HR. Bukhari & Muslim).
3. Manhaj Tarbiyah 1427 H

1
Pasal 3: Definisi
Dalam juknis ini, yang dimaksud dengan:
1. Halaqah adalah proses kegiatan tarbiyah dalam dinamika
kelompok.
2. Murabbi adalah seseorang yang melakukan proses tarbiyah
bagi peserta halaqah.
3. Baramij halaqah adalah acara yang mesti diikuti dalam
melaksanakan halaqah dengan tertib, sehingga terealisasi
tujuan dan sasaran halaqah halaqah.
4. Marhalah adalah jenjang tarbiyah sebuah halaqah. Halaqah
terdiri dari dua marhalah: tamhidi dan muayyid.

BAB II
TUJUAN DAN SASARAN HALAQAH
Pasal 4: Tujuan Umum Halaqah
Tujuan halaqah secara umum adalah membentuk syakhshiyyah
islamiyyah da’iyah.
Pasal 5: Sasaran halaqah
Tujuan umum halaqah pada pasal I dijabarkan dalam tiga
sasaran halaqah yaitu:
1. Tercapainya 10 muwashafat/kifayah tarbawiyyah
(kompetensi tarbawi):
a. Salimul ‘aqidah (beraqidah lurus)
b. Shahihul ‘ibadah (beribadah dengan benar)
c. Matinul khuluq (berakhlaq kokoh)
d. Qadirun ‘alal kasbi (Mampu berpenghasilan)
e. Mutsaqqaful fikri (Memiliki pikiran yang
berwawasan)
f. Qawiyyul jismi (Bertubuh sehat dan kuat)
g. Mujahidun Linafsihi ( Mampu memerangi hawa
nafsu)
h. Munazhamun Fi syu’unihi (Mampu mengatur rapi
segala urusan)
i. Harishun ‘ala waqtihi (Mampu mengatur waktu)
j. Nafi’un Lighairihi (Bermanfaat untuk orang lain).

2
Masing-masing muwashafat di atas kemudian dirinci
sesuai marhalah halaqah.
2. Tersampaikannya ilmu-ilmu marhalah (bidang studi)
dengan baik dan tercapainya tujuan setiap bidang studi
tersebut pada diri peserta halaqah.
3. Tercapainya tujuan, karakter dan definisi marhalah pada
diri peserta halaqah.

BAB III
DEFINISI, KARAKTER, TUJUAN
Pasal 6: Definisi
Adalah seseorang yang memiliki sifat-sifat terpuji, perangai
Islam asasi, tidak terkotori oleh syirik dan tidak memiliki
hubungan dengan pihak/instansi yang memusuhi Islam.
Pasal 7: Karakter
Membangkitkan rasa kebutuhannya kepada Islam, sampai
kepada pelaksanaan adab-adab dan hukum-hukumnya dan
kecintaan untuk hidup di bawah naungannya.
Pasal 8: Tujuan
Memperkenalkan kepada peserta prinsip-prinsip umum Islam,
baik aqidah, syari'ah maupun akhlaq.
Memunculkan lingkungan yang sesuai untuk komitmen dengan
prinsip-prinsip Islam.
Memperkokoh kecenderungan pada peserta menuju komitmen
dengan prinsip-prinsip Islam.
Mengembangkan sifat-sifat terpuji dan perangai Islam asasi
yang ada pada peserta melalui kajian terhadap ilmu-ilmu
marhalah.
Membentuk berbagai kecenderungan dan orientasi-orientasi
positif menuju penyebarluasan fikrah Islam dan memberikan
perhatian kepada berbagai problematika dunia Islam.
Meneliti tingkat kredibilitas berbagai kecenderungan dan
orientasi-orientasi positif yang dimiliki oleh peserta tersebut.

3
BAB IV
TUGAS DAN HAK MURABBI
Pasal 14: Tugas Murabbi
Tugas seorang murabbi adalah:
1. Memimpin pertemuan.
2. Mengambil keputusan dalam syura halaqah.
3. Menghidupkan suasana ruhiyyah-ta’abbudiyyah,
fikriyyah-tsaqafiyyah, dan harakiyyah-da’awiyyah dalam
halaqah.
4. Membangun kinerja halaqah yang solid, sehat, dinamis,
produktif dan penuh ukhuwwah.
5. Memahami dan menguasai kondisi peserta halaqah serta
meningkatkan potensi mereka.
6. Menasehati dan mengupayakan pemecahan masalah
peserta halaqah.
7. Mempertimbangkan berbagai usulan dan kritik peserta
halaqah.
8. Meneruskan dan mensosialisasi informasi dan kebijakan
jamaah.
9. Mengupayakan terealisasinya berbagai program halaqah
dan program jamaah dalam lingkup halaqah.
10. Mengawasi dan mengkordinasikan penghimpunan
dan penyaluran infaq.
Pasal 15: Hak Murabbi
Terhadap peserta halaqah, murabbi berhak:
1. Didengar dan ditaati
2. Dimintai pendapat atau istisyarah
3. Dihargai dan dihormati
4. Mengajukan permintaan bantuan untuk melaksanakan
tugas
5. Memutuskan kebijakan
6. Membentuk kepengurusan halaqah

4
BAB V
ADAB MURABBI
Pasal 16: Adab untuk Diri Sendiri
Merasakan muraqabatullah.
Ikhlas.
Komitmen dengan ibadah-ibadah sya’airiyyah
(ibadah-ibadah ritual).
Bersemangat untuk selalu meningkatkan kualitas dan
kuantitas ilmunya.
Tidak sungkan belajar dari siapa saja, termasuk dari
yang lebih rendah derajatnya.
Senatiasa berlatih untuk memberi yang terbaik.
Pasal 17: Adab di dalam Halaqah
Berusaha dalam keadaan suci.
Bersuara sesuai dengan kebutuhan.
Menjaga forum halaqah dari canda ria yang
berlebihan, gaduh dan keributan.
Pasal 18: Adab terhadap Peserta Halaqah

Memacu peserta halaqah untuk meningkatkan


kualitas dirinya.
Mencintai peserta halaqah sebagaimana mencintai
dirinya sendiri.
Mengupayakan cara yang paling baik dan paling
mudah dalam mengajar.
Bersikap adil dan obyektif kepada semua peserta
halaqah.
Mencermati segala perkembangan peserta halaqah
dan berusaha meluruskan mereka jika terjadi
penyimpangan.

5
Bersifat iffah
Memerankan secara bijak peran guru dalam hal-hal
ilmiyah, komandan dalam keprajuritan, syekh dalam
tarbiyah ruhiyyah dan ayah/ibu dalam hubungan hati
(emosional).

BAB VI
WAKTU, TEMPAT DAN BARAMIJ HALAQAH
Pasal 19: Waktu dan Tempat Halaqah
1. Menjaga dan memperhatikan amniyah setempat.
2. Memperhatikan kelayakan tempat liqa.
3. Cakap dalam menyesuaikan antara waktu dan baramij.
4. Lama pertemuan 2 hingga 5 jam.
5. Liqa yang dilaksanakan malam hari tidak lebih dari jam
23.00.
6. Liqa akhwat dilaksanakan siang hari.
7. Dalam kondisi ZAS (zhuruf amniyah sha’bah/ darurat)
waktu dapat berubah.
8. Sangat dianjurkan untuk menggunakan rumah murabbi
dan peserta halaqah secara bergilir jika memungkinkan.
Pasal 20: Baramij Halaqah
Tertib acara di dalam halaqah adalah sebagai berikut:
Iftitah
Tilawah dan tadabbur.
Kalimat Murabbi
Talaqqi madah.
Ta’limat
Mutaba’ah
Ikhtitam.
Baramij dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan.

6
BAB VII
PERSIAPAN HALAQAH
Pasal 21: Persiapan Umum
Persiapan yang harus dilakukan murabbi sebelum mengisi
halaqah adalah:
1. Mengikhlaskan niat hanya untuk Allah swt.
2. Meningkatkan tsiqah kepada Allah swt bahwa Dia selalu
memberikan bantuan kepada siapapun yang berdakwah
dengan benar.
3. Menjaga kebugaran fisik dengan memperhatikan faktor-
faktor pendukungnya seperti olah raga dan makan teratur
serta istirahat yang cukup.
4. Menjaga kebersihan, aroma tubuh dan penampilan dengan
memperhatikan tuntunan syariat dan kepantasan.
5. Mencatat hal-hal penting yang akan dilakukan seperti:
a. Apa saja yang akan dievaluasi
b. Apa saja informasi & instruksi yang akan
dibicarakan
c. Siapa saja peserta halaqah yang akan diajak bicara
tentang suatu hal.
Pasal 22: Persiapan Materi
Dalam menyiapkan materi, murabbi hendaklah memperhatikan
hal-hal berikut:
1. Memilih materi sesuai kurikulum tarbiyah yang berlaku.
2. Menyediakan waktu yang cukup untuk menyiapkan
penyampaian materi.
3. Memahami tujuan materi yang ditetapkan baik kognitif,
afektif maupun psikomotorik.
4. Memahami alur materi dengan baik melalui pemahaman
terhadap rasmul bayan jika ada.
5. Memahami dalil naqli maupun ‘aqli untuk setiap point
pembahasan melalui penguasaan terhadap syahid
(ayat/hadits atau potongan ayat/hadits yang menjadi fokus
argumentasi) dan wajhul istidlal-nya (alasan ia dijadikan
argumentasi/korelasi dalil dengan point pembahasan).

7
6. Menyiapkan illustrasi dan perumpamaan yang diperlukan
untuk menambah pemahaman peserta halaqah terhadap
materi.
7. Menyiapkan contoh-contoh kasus yang aktual sehingga
terdapat korelasi materi dengan kenyataan yang sedang
dihadapi.
8. Menyiapkan bahasa non verbal yang diperlukan.
9. Jika memerlukan humor, murabbi dapat memberikannya
dengan memperhatikan adab islami di dalamnya.
10. Menyiapkan metode dan media belajar yang cocok
dan diperlukan dengan memperhatikan ketersediaan
bahan-bahannya.
11. Memperhatikan kegiatan-kegiatan penyerta maupun
penunjang yang disebutkan oleh kurikulum dan
melaksanakannya untuk lebih mempercepat pencapaian
tujuan materi.
12. Menyiapkan materi cadangan untuk mengantisipasi
kondisi halaqah yang tidak sesuai untuk materi utama yang
telah disiapkan.

BAB VIII
DI DALAM HALAQAH
Pasal 23: Saat Bertemu
Saat bertemu peserta halaqah yang dibinanya, murabbi harus
memperhatikan adab-adab pertemuan yang mencerminkan
kehangatan ukhuwwah islamiyyah, kehangatan dan kasih
sayang, seperti: memberi atau menjawab salam, tersenyum, dan
berjabat tangan atau ta’anuq (saling berpelukan).
Pasal 24: Iftitah
1. Murabbi tidak terlambat hadir dan dan selalu berupaya
untuk memulai halaqah tepat pada waktunya.
2. Melaksanakan aturan disiplin tepat waktu sesuai
kesepakatan halaqah sehingga terbangun perasaan bersalah
bagi yang terlambat sekaligus termotivasi untuk selalu
tepat waktu.

8
3. Semua peserta halaqah diharapkan telah dalam keadaan
suci dari hadats, kecuali yang sedang udzur syar’i, dan
murabbi hendaknya mengingatkan hal ini kepada peserta
halaqah.
4. Halaqah dapat dibuka tanpa menunggu semua peserta
hadir
5. Petugas pembuka sekaligus mas'ul jalsah (pembawa acara)
sebaiknya ditentukan sebelumnya secara bergilir.
6. Saat halaqah dibuka semua peserta berkonsentrasi dengan
agenda halaqah dan tidak diperkenankan sibuk dengan
agenda pribadinya.
7. Semua arahan dalam pasal ini harus memperhatikan
pemahaman dan kesiapan peserta halaqah.
Pasal 25: Tilawah dan Tadabbur
1. Dilakukan dengan khusyu’, setiap orang 1 halaman.
2. Saat tilawah berlangsung tidak diperkenankan berbicara
dan melakukan hal-hal lain yang bertentangan dengan
kekhusyu’an tilawah.
3. Bila ada agenda hafalan, dapat dilakukan setelah tilawah,
namun jika waktu tidak memungkinkan, tilawah dapat
diganti dengan setor hafalan.
4. Bila ada kesalahan dalam membaca Al-Quran dari salah
seorang peserta, maka hanya seorang saja yang bertugas
membetulkannya yaitu murabbi atau peserta yang terbaik
bacaan Al-Qurannya.
5. Tadabbur atau penyampaian kilasan makna sebagian ayat
yang dibaca dapat dilakukan setelah tilawah. Sebaiknya
dilakukan secara bergiliran dengan jadwal yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Pasal 26: Kalimat Murabbi
Yang dimaksud dengan kalimat murabbi adalah arahan singkat
murabbi kepada peserta halaqah. Tujuannya adalah:
1. Membangun dan menghidupkan suasana kondusif bagi
berlangsungnya halaqah saat itu.

9
2. Memberi penekanan solusi terhadap permasalahan
sederhana tertentu di halaqah secara dini.
3. Membangkitkan semangat menuntut ilmu,
mengembangkan potensi diri, ukhuwwah dan nilai-nilai
tarbawi lainnya.
4. Mengungkapkan perhatian dan penghargaan terhadap
kebaikan atau keberhasilan halaqah atau salah seorang
peserta halaqah.
Kalimat murabbi tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
Pasal 27: Talaqqi Madah (Materi)
Yang perlu diperhatikan oleh murabbi pada saat penyampaian
materi adalah:
1. Menyesuaikan metode penyampaian dengan jenis materi,
misalnya:
a. Ceramah untuk nilai-nilai aqidah, ibadah dan
tazkiyah.
b. Memperbanyak tanya jawab untuk fiqih.
c. Diskusi dan dialog untuk pendalaman fiqih da’wah
dan sirah.
d. Praktek langsung untuk keterampilan atau skill.
2. Menggunakan bahasa dan kecepatan berbicara yang dapat
dimengerti oleh peserta halaqah.
3. Memberi perhatian merata kepada semua peserta halaqah
yang hadir dengan bahasa tubuh seperti menatap wajah
mereka secara bergiliran, menyebut nama mereka di sela-
sela penyampaian materi, dst.
4. Melibatkan peserta halaqah dalam penyampaian materi
seperti bertanya kepada mereka dengan pertanyaan yang
memerlukan jawaban singkat (satu-dua kata, satu kalimat
pendek).
5. Mengulang secukupnya dan memberi penekanan kepada
hal-hal penting yang merupakan bingkai fikrah dari materi
yang disampaikan.
6. Memperhatikan penurunan konsentrasi peserta halaqah
dalam menerima materi dan melakukan variasi
penyampaian agar konsentrasi kembali pulih.

10
7. Menjaga agar penyampaian materi tidak terganggu oleh
interupsi atau hal-hal lain yang bertentangan dengan tujuan
materi atau merusak suasana penyampaian materi.
8. Menyudahi materi pada saat antusiasme peserta masih
tinggi untuk menerima materi.
9. Memberikan waktu yang cukup untuk tanya jawab dan
diskusi.
10. Meminta kepada salah seorang atau beberapa peserta
halaqah untuk menyampaikan kembali intisari materi
sebagai latihan bagi mereka sekaligus menguji
pemahaman mereka terhadap materi.
11. Menggunakan media yang diperlukan dengan
memperhatikan ketersediaan bahan-bahannya.
Pasal 28: Ta’limat
1. Murabbi berupaya membaca dan memahami isi ta’limat
sebelum disampaikan kepada peserta halaqah terutama
yang terkait dengan kebijakan-kebijakan asasi
jamaah/partai.
2. Jangan mengomentari isi ta’limat dengan komentar negatif
apalagi di depan peserta halaqah, namun melakukan
tabayyun kepada struktur yang mengeluarkannya.
Pasal 29: Mutabaah
Hal-hal yang dapat dimutabaahi adalah:
1. Realisasi rencana program yang telah ditetapkan.
2. Tanggungjawab dan kerja setiap personal terhadap
tugasnya masing-masing.
3. Target kualitatif maupun kuantitatif program.
4. Program struktur yang harus ditindaklanjuti oleh halaqah.
5. Perjalanan dan agenda halaqah hari itu dan masukkan
untuk perbaikan di halaqah mendatang.
6. Kondisi peserta halaqah
7. Rencana liqa selanjutnya yang berisi:
a. Tazkirah atau penyampaian tugas-tugas yang harus
ditindaklanjuti oleh halaqah atau peserta halaqah.
b. Penentuan jadual dan tempat liqa.

11
Pasal 30: Ikhtitam
Halaqah ditutup dengan doa dengan memperhatikan adab-
adabnya.

12

Anda mungkin juga menyukai