Anda di halaman 1dari 41

PERJALANAN HIDUP RASULULLAH SAW

Sirah Nabawiyah merupakan seri perjalanan hidup seorang manusia pilihan yang menjadi
parameter hakiki dalam membangun potensi umat. Sehingga, mempelajarinya bukan sekadar
untuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa itu. Melainkan, mengkajinya untuk
menarik pelajaran dan menemukan rumusan kesuksesan generasi masa lalu untuk diulang di
kehidupan kiwari.

Melalui pemahaman sirah nabawiyah yang tepat, setiap muslim akan mendapatkan gambaran
yang utuh dan paripurna tentang hakikat Islam dan terbangun semangatnya untuk
merealisasikan nilai-nilai yang didapat dalam kehidupannya saat ini. Apalagi sasaran utama
dari kajian sirah adalah mengembalikan semangat juang untuk merebut kembali kejayaan
yang pernah dimiliki umat Islam. Secara umum kepentingan kita mengkaji sirah nabawiyah,
adalah:
1.Memahami pribadi Rasulullah saw. sebagai utusan Allah (fahmu syakhshiyah ar-rasul)
2.Mengetahui contoh teladan terbaik dalam menjalani kehidupan ini (ma’rifatush shurati lil
mutsulil a’la)
3.Dapat memahami turunnya ayat-ayat Allah swt. (al-fahmu ‘an-nuzuli aayatillah)
4.Memahami metodologi dakwah dan tarbiyah (fahmu uslubid da’wah wat-tarbiyah)
5.Mengetahui peradaban umat Islam masa lalu (ma’rifatul hadharatil islamiyatil madliyah)
6.Menambah keimanan dan komitmen pada ajaran Islam (tazwidul iman wal intima’i lil
islam)
7.Tiga Model Kepemimpinan :
Kepemimpinan spiritual (zi’amah diiniyah)
Kepemimpinan politik (zi’amah siyasiyah)
Kepemimpinan intelektual (zi’amah ilmiyah)

Nilai tambah buku ini:


1.Analisis sejarah yang tajam dengan argumentasi yang kuat
2.Konversi semua kejadian dalam tahun Hijriah ke dalam tahun Masehi
3.Diedit secara ketat oleh tim muraja'ah dan editor
4.Penguasaan penulis di bidang hadits, membuat beliau sangat jeli di dalam memilah dan
memilih hadits serta mengkritisinya
5.Menjaga dengan sangat amanah ilmiah di dalam penerjemahan
6.dan lain sebagainya(bisa diliat di cover belakang :))

Sirah Nabi ( Sirah Nabawiah oleh Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfury,buku ini


pemenang juara dari pertandingan kajian sirah nabawiyah yang diselenggarakan di Pakistan
tahun 1396H.
Nama-nama pemenang lomba tersebut berurutan sebagai berikut:
1.Syaikh Shafiyyur Rahman al-Mubarakfury dari Jami'ah (Universitas) Salafiyyah di India
2.Pemenang kedua, DR. Majid 'Aly Khan dari Universitas Islam Melia, New Delhi, India.
3.Pemenang ketiga, DR. Nashir Ahmad Nashir, rektor Islamic University di Pakistan.
4.dan lain-lain(temen-temen bisa liat detailnya di buku ini di bagian Sambutan ).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai sosok teladan yang baik merupakan pribadi
yang harus kita ketahui perjalanan hidupnya sejak beliau lahir sampai wafat. Mengetahui
siroh (sejarah) beliau shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan satu kewajiban yang
dibebankan kepada umat ini karena beliau adalah perantara dan penafsir Alquran secara
perkataan dan perbuatan, sehingga tidaklah mungkin kita dapat memahami ajaran agama kita
tanpa mengetahui siroh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Oleh karena itu, kaum muslimin sejak masa-masa pertama perkembangan Islam telah sibuk
mempelajari siroh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan merekam kejadian-
kejadian yang terjadi pada beliau dan pada masa-masa beliau hidup serta bersungguh-sungguh
menukil hal-hal tersebut dengan penukilan yang teliti dan akurat baik dalam buku-buku hadits
dan siroh, atau buku-buku sejarah umum.

Sudah tidak diragukan lagi bahwa siroh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan
bidang yang sangat penting yang digeluti kaum muslimin dahulu dan sekarang, dan dengan
izin Allah ta’ala senantiasa menjadi tempat perhatian kaum muslimin karena siroh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan aplikasi kongkrit dari syariat Ilahi dan penjelas
hukum-hukumnya. Dan dari sini muncullah perhatian yang sangat besar dari kalangan ulama
Islam untuk mempelajari, meneliti, dan menulis buku-buku dan referensi sejarah beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam dengan macam ragam metode penulisan dan penelitian yang
mereka pakai sehingga memberikan gambaran yang jelas tentang siroh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam.

A. Pengertian Siroh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

Untuk meluruskan persepsi tentang siroh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam diperlukan satu
pengertian yang benar terhadap siroh tersebut. Siroh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang
dimaksud di sini adalah kumpulan berita-berita yang diriwayatkan atau dikisahkan berisi peri
kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ? yang meliputi nasab, kandungan beliau
di perut ibunya, kelahirannya dan keadaan kehidupan yang menyertainya, pemeliharaannya,
masa kecilnya, masa remaja dan kedewasaan beliau, pengangkatan beliau sebagai Nabi,
turunnya wahyu kepada beliau dan permulaan dakwahnya, masa-masa dakwah di Makkah
dan setelah hijrohnya ke Madinah, pembentukan negara di Madinah dan pembelaan beliau
terhadap negara tersebut, jihad beliau melawan musuh-musuh agama di dalam negara dan di
luarnya, pengiriman duta, utusan-utusan dan angkatan perang, kepemimpinan beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam, perang-perang penting, pengembangan dakwah Islam di Jaziroh
Arab dan di luarnya, sakit dan kematian beliau dan pengaruhnya terhadap para shahabat
radhiyallahu ‘anhu sampai perawatan jenazah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. (Lihat: As-
Siroh An-Nabawiyah oleh Muhammd Abdul Qadir Abu Faaris, cetakan pertama, Dar Al
furqaan, Ammaan, Yordania hlm. 49).

B. Target dan Faedah Mempelajari Siroh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

Di antara target dan faedah mempelajari siroh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah:

1. Mendapatkan dan menemukan aplikasi kongkrit (pengejawantahan) dari hukum-hukum


Islam yang terkandung dalam ayat-ayat Alquran dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam dalam ragam bidang kehidupan.

2. Mencontoh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menuntut seorang untuk mengetahui


sifat-sifat dan keadaan kehidupan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dalam segala bidang
kehidupan karena beliau adalah suri teladan yang baik yang harus dicontoh, sebagaimana
firman Allah ta’ala:
َ‫َّللاَ لَقَ ْد َكان‬ َ ‫َّللاِ أُس َْوة ٌ َح‬
‫سنَةٌ ِل َم ْن َكانَ يَ ْر ُجو ه‬ ُ ‫ِيرا لَ ُك ْم فِي َر‬
‫سو ِل ه‬ ‫َو ْاليَ ْو َم اآلخِ َر َوذَك ََر ه‬
ً ‫َّللاَ َكث‬

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah. (Q.S. 33:21)

3. Mencontoh dan mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan tanda


kecintaan seseorang terhadap Allah ta’ala dan yang melakukannya akan mendapatkan
kecintaan Allah dan ampunan-Nya, sebagaimana firman Allah ta’ala:

‫َّللاُ َويَ ْغف ِْر قُ ْل إِ ْن‬


‫َّللاَ فَاتهبِعُونِي يُحْ بِ ْب ُك ُم ه‬
‫ور َرحِ ي ٌم ُك ْنت ُ ْم تُحِ بُّونَ ه‬
ٌ ُ‫غف‬ ‫لَ ُك ْم ذُنُوبَ ُك ْم َو ه‬
َ ُ‫َّللا‬

Katakanlah, ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi
dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al
Imron 3:31)

4. Mendapatkan dan menemui dalil-dalil mukjizat yang dapat menguatkan dan menambah
iman.

5. Menguatkan azzam kaum mukminin yang mengikuti jalannya Rasulullah shallallahu


‘alaihi wasallam dan memantapkan mereka dalam membela agama dan kebenaran serta
memberikan ketenangan dalam hati mereka dengan mengenal apa yang terdapat dan
terkandung dari siroh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berupa sikap-sikap keimanan
dan kekuatan aqidah beliau dalam menghadapi cobaan dan musuh-musuhnya.

6. Dalam siroh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terdapat pelajaran dan nasehat serta
hikmah-hikmah yang bisa diambil oleh semua muslim baik penguasa atau rakyat untuk
membentuk manusia yang baik.

7. Siroh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan gambaran contoh yang tinggi
yang dimiliki seorang manusia yang sempurna dari segala sisi.

8. Siroh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berisikan pelajaran-pelajaran yang banyak


bagi segala lapisan masyarakat manusia dan meringankan mereka dalam menghadapi segala
cobaan dan ujian hidup yang mereka hadapi terlebih lagi para dai.

9. Membantu memahami Alquran dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

10. Mendapatkan banyak pengetahuan yang benar tentang bermacam-macam ilmu-ilmu


keislaman berupa aqidah, syariat, akhlaq, tafsir, hadits, politik, pendidikan dan sosial
kemasyarakatan dan yang lain-lainnya.

11. Mengenal perkembangan dan pertumbuhan dakwah Islam dan apa yang terjadi pada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan sahabat-sahabatnya radhiyallahu ‘anhum dalam
menegakkan kalimat Allah serta apa yang dihadapi para sahabat dari kesulitan-kesulitan dan
bagaimana mereka bersikap serta solusi pemecahannya.

12. Mengenal sebab turunnya ayat-ayat Alquran dan korelasi ucapan-ucapan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dan sahabat-sahabatnya radhiyallahu ‘anhum.

13. Mengenal naskh dan mansukh dalam Alquran dan hadits


14. Mengenal dengan baik mukjizat-mukjizat yang Allah karuniakan kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam

15. Menanamkan kecintaan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

C. Keistimewaan Siroh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

Siroh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan siroh (sejarah) yang memiliki
banyak keistimewaan sehingga terasa nikmat untuk dipelajari dan ditelaah dibandingkan
dengan siroh-siroh yang lainnya, sebagaimana juga ia merupakan suatu hal yang harus
dimiliki oleh seorang ulama syariat dan dai Islam dan orang yang merasa bertanggung jawab
terhadap perbaikan umat manusia karena dengan mencontoh gaya dan cara dakwah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam akan menjadikan dakwah mereka benar dan berhasil.
Di antara keistimewaan siroh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sebagai berikut:

1. Siroh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan siroh yang paling absah dan
otentik yang menceritakan sejarah para nabi dan rasul, atau tokoh-tokoh pembaharuan umat
manusia, karena siroh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sampai kepada kita melalu
jalan penyampaian yang paling benar dan paling kuat sehingga membuat kemudahan-
kemudahan dalam mengenal kejadian-kejadian bersejarah yang ada di dunia ini.
Dan keistimewaan ini tidak terdapat pada siroh selain beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.
Kita lihat siroh Nabi Musa ‘alaihis salam telah tercampur antara kejadian-kejadian yang
benar-benar terjadi pada beliau dengan hal-hal yang dimasukkan oleh orang Yahudi dari
penyimpangan dan kesesatan, sehingga kita tidak bisa menjadikan Taurot sebagai sumber
pengambilan siroh beliau shallallahu ‘alaihi wasallam yang akurat dan benar. Demikian juga
siroh Nabi Isa ‘alaihis salam karena beredarnya injil-injil yang banyak yang tidak sama isi
kitab yang satu dengan yang lainnya, sehingga kita tidak bisa mengambil siroh beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam dengan terjamin keotentikannya.

2. Kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah kehidupan yang sangat jelas
dalam setiap marhalah-nya (tingkatan), sejak menikah orang tua beliau sampai wafatnya
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga dapat diketahui kelahirannya, masa kecil dan
remajanya, kehidupannya sebelum kenabian dan setelah kenabian sampai wafatnya beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga berkata seorang pengkritik barat (orientalis)
:”sesungguhnya Muhammad adalah satu-satunya orang yang dilahirkan (jelas seperti)
terangnya sinar matahari”.

3. Sesungguhnya siroh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan siroh seorang


manusia yang dimuliakan Allah sebagai Rasul dengan tidak mengeluarkannya dari sifat
kemanusiaannya dan tidak ada padanya dongeng-dongeng yang tidak benar.

4. Siroh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyeluruh kepada seluruh sisi-sisi


kehidupan beliau, karena dia mengisahkan kepada kita sejarah kehidupan beliau shallallahu
‘alaihi wasallam dimasa muda sebelum menjadi Nabi dan juga menceritakan kepada kita
tentang beliau sebagai seorang pembawa bendera dakwah yang memiliki gaya dan cara yang
efektif dan akurat dalam menyampaikan isi dakwahnya, sebagaimana juga mengisahkan
beliau sebagai seorang pemimpin negara dan sebagai pemimpin rumah tangga dan pendidik
serta politikus sejati.

Ringkasnya siroh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meliputi seluruh sisi kehidupan
sosial kemanusiaan dalam suatu tatanan kemasyarakatan yang menjadikan beliau sebagai
tauladan yang baik bagi da’i, panglima, bapak, suami, teman, pendidik, politikus, pemimpin
negara dan yang lain-lainnya.
5. Siroh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan kepada kita tanda kebenaran
risalahnya dan kenabiannya. (Disarikan dari As-Siroh An-Nabawiyah: Durus wa ‘Ibar oleh
Musthofa As-Siba’i hlm. 15-20).

D. Sumber Pengambilan Siroh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Sesungguhnya siroh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam - secara hakikatnya- adalah


ibarat dari risalah yang beliau bawa kepada masyarakat manusia, oleh karena itu sudah
selayaknya untuk ditayangkan dalam bentuk yang benar, akurat dan terperinci, sehingga bisa
bermanfaat bagi kaum muslimin seluruhnya, maka untuk mencapai hal itu perlu kita
menengok kembali kepada sumber-sumber pengambilan siroh tersebut.

Adapun sumber-sumber pengambilan siroh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang


menjadi sumber rujukan para ulama dalam menjelaskan siroh tersebut dapat diglobalkan
menjadi delapan sumber, yaitu:

1. Alquran

Sesungguhnya dalam Alquran terkandung banyak kejadian dari siroh Nabi, shallallahu ‘alaihi
wasallam baik ketika pada masa Makkah atau Madinah. Demikianlah Alquran telah
mengisahkan kepada kita keadaan beliau di masa kecilnya ketika dalam keadaan yatim dan
faqir sebagaimana yang ada di dalam firman Allah ta’ala:

‫عائِال فَأ َ ْغنَى أَلَ ْم‬


َ َ‫ضاال فَ َهدَى َو َو َجدَك‬
َ َ‫يَ ِج ْدكَ يَتِي ًما فَ َآوى َو َو َجدَك‬

Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim lalu Dia melindungimu? Dan Dia
mendapatimu sebagai seorang yang bingung lalu Dia memberikan petunjuk? Dan Dia
mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan lalu Dia memberikan kecukupan? (QS. Al
Dhuha 93:6-8)

Dan menceritakan pula kisah turunnya wahyu di Gua Hiro’ dalam firman-Nya:

ْ‫ق ا ْق َرأْ َو َربُّكَ ا ْق َرأ‬


ٍ َ‫عل‬ َ ‫سانَ َما لَ ْم ِباس ِْم َر ِبِّكَ الهذِي َخلَقَ َخلَقَ اإل ْن‬
َ ‫سانَ مِ ْن‬ َ ‫عله َم ِب ْالقَلَ ِم‬
َ ‫عله َم اإل ْن‬ َ ‫يَ ْعلَ ْم األ ْك َر ُم الهذِي‬

Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan. Bacalah, dan Rabbmulah
Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al ‘Alaaq 96: 1-5)

Dan tentang mukjizat isra’ dan mi’roj dalan firman-Nya:

ُ ‫ار ْكنَا َح ْولَهُ ِلنُ ِريَهُ مِ ْن آيَاتِنَا إِنهه ه َُو الهذِي أَس َْرى بِعَ ْب ِد ِه لَيْال مِ نَ ْال َمس ِْج ِد ْال َح َر ِام إِلَى ْال َمس ِْج ِد‬
َ‫س ْب َحان‬ َ َ‫صى الهذِي ب‬
َ ‫السهمِ ي ُع األ ْق‬
‫ير‬
ُ ‫ص‬ ِ َ‫ْالب‬

Mahasuci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjid
Al-Haram ke Al-Masjid Al-Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami
perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah
Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. Al Isra: 17:1)

Dan tentang hijroh beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersama Abu Bakar radhiyallahu
‘anhu dalam firman-Nya:

َ ‫َّللاُ ِإ ْذ أ َ ْخ َر َجه ُ الهذِينَ َكف َُروا ثَان‬


‫ِي ِإال‬ ‫ص َرهُ ه‬ َ َ‫ص ُروهُ فَقَ ْد ن‬ ُ ‫صاحِ ِب ِه ال تَحْ زَ ْن ِإ هن ت َ ْن‬ ِ ‫َّللاُ اثْ َني ِْن ِإ ْذ ُه َما فِي ْالغ‬
َ ‫َار ِإ ْذ َيقُو ُل ِل‬ ‫َّللاَ َم َعنَا فَأ َ ْنزَ َل ه‬
‫ه‬
ُ َ
‫عل ْي ِه َوأيهدَهُ بِ ُجنو ٍد‬َ ُ َ
َ ‫سكِينَته‬ ُ َ
َ ‫سفلى َوك ِل َمة‬ َ ْ َ ‫ه‬ َ َ َ ٌ
ُّ ‫ع ِزيز َح ِكي ٌم ل ْم ت ََر ْوهَا َو َجعَ َل ك ِل َمة الذِينَ كف َُروا ال‬ ‫ه‬ ْ ْ
َ ُ‫ِي العُليَا َوَّللا‬ ‫ه‬
َ ‫َّللاِ ه‬
Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya
(yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang
dia salah seseorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, pada waktu dia
berkata kepada temannya, ‘Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah bersama kita.’ Maka
Allah menurunkan ketenangan kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang
kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah.
Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (QS. At
Taubah 9:40)

Serta Allah ta’ala menceritakan pula kisah perang Ahzab dalam firman-Nya:

‫علَ ْي ُك ْم ِإ ْذ َجا َءتْ ُك ْم ُجنُودٌ َيا أ َ ُّي َها‬ َ ِ‫َّللا‬ ‫َّللاُ ِب َما ا هلذِينَ آ َمنُوا ا ْذ ُك ُروا ِن ْع َمةَ ه‬ ‫ع َل ْي ِه ْم ِري ًحا َو ُجنُودًا َل ْم ت ََر ْوهَا َو َكانَ ه‬ َ ‫س ْلنَا‬ َ ‫يرا َفأ َ ْر‬ ً ‫ص‬ ِ ‫ت َ ْع َملُونَ َب‬
ُ‫ظنُّونَ إِ ْذ َجا ُءو ُك ْم مِ ْن فَ ْوقِ ُك ْم َومِ ْن أ َ ْسفَ َل مِ ْنك ْم‬ ُ َ ‫َاج َر َوت‬ ِ ‫ت القلوبُ ال َحن‬ ْ ُ ُ ْ ِ َ‫ار َوبَلغ‬ َ ُ ‫ص‬ َ ‫ت األ ْب‬ ِ ‫غ‬ َ ‫ِي َوإِذ زَ ا‬ ْ ُ
َ ‫الظنُونَا هنَالِكَ ا ْبتل‬ ُ ُّ ِ‫اَّلل‬ ‫بِ ه‬
ْ ُ ْ
‫ض َما ال ُمؤْ مِ نُونَ َو ُزل ِزلوا ِزلزَ اال‬ ْ ُ ُ
ٌ ‫شدِيدًا َوإِذ يَقو ُل ال ُمنَافِقونَ َوالذِينَ فِي قلوبِ ِه ْم َم َر‬ ‫ه‬ ُ ْ ُ ْ َ ْ‫ورا َوإِذ قَالت‬ َ ْ ً ‫غ ُر‬ ُ ‫سولهُ إِال‬ ُ ُ ‫َّللاُ َو َر‬ ‫عدَنَا ه‬ َ ‫َو‬
‫طائِفَةٌ مِ ْن ُه ْم‬ َ ‫يق‬ ٌ ‫ار ِجعُوا َويَ ْست َأ ْ ِذنُ فَ ِر‬ ْ َ‫ام لَ ُك ْم ف‬ َ َ‫ب ال ُمق‬ َ ‫ِي بِعَ ْو َرةٍ يَا أ َ ْه َل يَثْ ِر‬ َ ‫ع ْو َرة ٌ َو َما ه‬ َ ‫ي يَقُولُونَ إِ هن بُيُوتَنَا‬ ‫إِ ْن ي ُِريدُونَ مِ ْن ُه ُم النهبِ ه‬
‫ارهَا ث ُ هم‬ ِ ‫ط‬َ ْ
‫ق‬ َ ‫أ‬ ‫ن‬ْ ِ‫م‬ ‫م‬
ْ ‫ه‬
ِ ‫ي‬
ْ َ ‫ل‬‫ع‬َ ْ‫ت‬ َ ‫ل‬ ِ‫خ‬ ُ ‫د‬ ‫و‬ ْ َ ‫ل‬ ‫و‬
َ ‫ا‬ ‫ار‬
ً ‫ِر‬
َ ِ َ‫ف‬ ‫ال‬ ‫إ‬ ْ
‫د‬ َ ‫ق‬ َ ‫ل‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ِير‬
ً ‫س‬ ‫ي‬
َ ‫ال‬ ‫إ‬
ِ َِ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ب‬ ‫وا‬ ُ ‫ث‬ ‫ب‬
‫ه‬ َ ‫ل‬َ ‫ت‬ ‫ا‬‫م‬ َ َ ‫و‬ ‫َا‬
‫ه‬ ‫َو‬ ْ ‫ت‬ ‫آل‬ َ ‫ة‬ ‫ن‬
َ ْ ‫ت‬ ‫ف‬
ِ ْ
‫ال‬ ‫وا‬ ُ ‫ل‬ ‫ئ‬
ِ ‫س‬
ُ ‫ال‬ ُ
‫ل‬ ‫ب‬
ْ َ‫َّللاَ مِ ْن ق‬ ‫عا َهدُوا ه‬ َ ‫كَانُوا‬
ُ‫ع ْهد‬ َ َ‫ان‬ َ
‫ك‬ ‫و‬ َ َ َ ‫ار‬ ‫ب‬ ْ
‫د‬ ‫األ‬ َ‫ون‬ ُّ ‫ل‬ ‫ُو‬َ ‫ي‬ َ‫ن‬ ِ‫م‬ ‫م‬ ُ ‫ت‬ ‫ر‬
ْ
ْ َ ِ ُ َ ُ َ َ ‫ر‬ َ ‫ف‬ ْ
‫ن‬ ‫إ‬ ‫ار‬ ‫ِر‬ ‫ف‬ ْ
‫ال‬ ‫م‬ ُ
‫ك‬ ‫ع‬ َ ‫ف‬ ْ
‫ن‬ ‫ي‬ ‫ن‬ْ َ ‫ل‬ ْ
‫ل‬ ُ ‫ق‬ ‫وال‬ ُ ‫ئ‬ ‫س‬
ْ ‫م‬
َ ِ ‫َّللا‬‫ه‬ ‫ا‬َ ‫ذ‬ ْ
‫ن‬ ‫م‬ َ ‫ل‬ ْ ُ ‫ق‬ ‫ِيال‬ ‫ل‬ َ ‫ق‬ ‫ال‬ ‫إ‬
ِ ُ َ َ‫ون‬ ‫ع‬ ‫ه‬ ‫ت‬‫م‬ ُ ‫ت‬ ‫ال‬ ‫ا‬ ً ‫ذ‬ ‫إ‬ ‫و‬
َِ ِ ‫ل‬ ْ ‫ت‬َ ‫ق‬ ْ
‫ال‬ ‫و‬
ِ ‫ت‬ َ ‫أ‬ ِ ‫ْال َم ْو‬
‫سو ًءا أ َ ْو أ َ َرادَ ِب ُك ْم‬ ‫م‬ ُ
‫ك‬
ُ ْ ِ َ َ ِ ِ‫ب‬ ‫د‬ ‫ا‬ ‫ر‬ َ ‫أ‬ ‫ن‬ْ ‫إ‬ ‫ه‬
‫َّللا‬ َ‫ن‬ ‫م‬ ُ
‫ك‬
ِ‫َ ْ ِ ُ ْ م‬ ‫م‬ ‫ص‬ ‫ع‬ ‫ي‬ ‫ِي‬ ‫ذ‬ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ْ
‫د‬ َ ‫ق‬ ‫ا‬‫ير‬ً ِ ‫َص‬ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ًّا‬
َ َِ ِ ِ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫و‬ ‫ه‬
‫َّللا‬ ‫ُون‬ ‫د‬ ‫ن‬ ْ ِ‫ُ ْ م‬ ‫م‬ ‫ه‬ َ ‫ل‬ َ‫ُون‬ ‫د‬ ‫ج‬ ‫ي‬
ِ َ َ َ ْ‫َ ح‬ ‫ال‬ ‫و‬ ً ‫ة‬ ‫م‬ ‫ر‬ َ‫ِين‬ ‫ق‬ ‫و‬ ‫ع‬ ‫م‬ ْ
ِ ِّ َ ُ ُ ‫َي ْعلَ ُم‬
‫ال‬ ‫ه‬
‫َّللا‬
ُ‫إلخ َوانِ ِه ْم َهل هم‬ ْ َ‫علَ ْي ُك ْم فَإِذَا مِ ْن ُك ْم َو ْالقَائِلِين‬ ً َ
َ ‫س إِال قلِيال أ ِش هحة‬ َ ْ ْ ُ ْ
َ ‫ُور أ ْعيُن ُه ْم إِل ْينَا َوال يَأتونَ البَأ‬ َ ُ َ ُ ‫ف َرأ ْيت َ ُه ْم يَنظ ُرونَ إِليْكَ تَد‬ َ ُ ْ َ ُ ‫َجا َء ْالخ َْو‬
‫ه‬
‫سلقوك ْم كَالذِي‬ ُ ُ َ َ ‫ف‬ ُ ‫َب الخ َْو‬ ْ َ
َ ‫ت فَإِذا ذه‬ َ ْ
ِ ‫عل ْي ِه مِ نَ ال َم ْو‬ َ َ ‫على ال َخي ِْر أولئِكَ ل ْم يُؤْ مِ نُوا يُ ْغشَى‬ َ َ ُ ْ َ َ ‫َّللاُ أ َ ْع َمال ُه ْم بِأل ِسنَ ٍة حِ دَا ٍد أ ِش هحة‬
ً َ ْ َ َ ‫ط ه‬ َ َ‫فَأَحْ ب‬
‫ِيرا‬
ً ‫َّللاِ يَس‬ ‫علَى ه‬ َ َ‫ت األحْ زَ ابُ يَ َودُّوا لَ ْو َو َكانَ ذَلِك‬ ْ
ِ ‫اب لَ ْم يَذ َهبُوا َوإِ ْن يَأ‬ ْ َ َ‫سبُونَ األحْ ز‬ َ ْ‫ع ْن يَح‬ َ َ‫ب يَ ْسألون‬ ُ َ ِ ‫أَنه ُه ْم بَادُونَ فِي األع َْرا‬
‫َّللاِ أ َ ْنبَائِ ُك ْم َولَ ْو كَانُوا‬ ‫سو ِل ه‬ ُ ‫َّللاَ َو ْاليَ ْو َم اآلخِ َر َوذَك ََر فِي ُك ْم َما قَاتَلُوا ِإال قَلِيال لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِي َر‬ ‫سنَةٌ ِل َم ْن َكانَ يَ ْر ُجو ه‬ َ ‫َّللاَ أُس َْوة ٌ َح‬ ‫ه‬
‫اب قَالُوا َهذَا َما‬ َ َ‫ز‬ ْ‫األح‬ َ‫ون‬ ُ ‫ن‬ ِ‫م‬ ْ‫ؤ‬ ‫م‬ ُ ْ
‫ال‬ ‫ى‬ َ ‫أ‬‫ر‬ َ ‫ا‬ ‫م‬
‫ه‬ َ ‫ل‬ ‫و‬
َ ‫ا‬‫ِير‬ ً ‫ث‬ َ
‫ك‬ ‫ال‬ ‫إ‬
ِ ْ ‫م‬ ُ
‫ه‬ َ ‫د‬ ‫ا‬ َ‫ز‬ ‫ا‬ ‫م‬ َ َ ‫و‬ ُ ‫ه‬ ُ ‫ل‬ ‫و‬ ‫س‬
ُ ‫ر‬َ َ ‫و‬ ُ ‫َّللا‬‫ه‬ َ‫ق‬ َ ‫د‬ ‫ص‬َ َ ‫و‬ ُ ‫ه‬ ُ ‫ل‬‫و‬ ‫س‬
ُ ‫ر‬
َ َ ‫و‬ ُ ‫ه‬
‫َّللا‬ ‫َا‬ ‫ن‬ َ ‫د‬ ‫ع‬
َ َ ً ‫و‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ِي‬‫ل‬‫س‬ْ َ ‫ت‬ ‫و‬َ َ ‫ِإي‬
‫ا‬ً ‫ن‬‫ا‬ ‫م‬

Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikurniakan)
kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin
topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya.Dan adalah Allah Maha Melihat akan
apa yang kamu kerjakan. (Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari
bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan (mu) dan hatimu naik menyesak sampai
ketenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam
purbasangka. Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan
goncangan yang sangat.Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang
berpenyakit dalam hatinya berkata, ‘Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami
melainkan tipu daya.’ Dan (ingatlah) ketika segolongan di antara mereka berkata, ‘Hai
penduduk Yatsrib (Madinah), tidak ada tempat bagimu, maka kembalilah kamu.’ Dan
sebahagian dari mereka minta izin kepada Nabi (untuk kembali pulang) dengan berkata,
‘Sesungguhnya rumah-rumah kami terbuka (tidak ada penjaga).’ Dan rumah-rumah itu
sekali-kali tidak terbuka, mereka tidak lain hanyalah hendak lari. Kalau (Yatsrib) diserang
dari segala penjuru, kemudian diminta kepada mereka supaya murtad, niscaya mereka
mengerjakannya; dan mereka tiada akan menunda untuk murtad itu melainkan dalam waktu
yang singkat. Dan sesungguhnya mereka sebelum itu telah berjanji kepada Allah, ‘Mereka
tidak akan berbalik ke belakang (mundur).’ Dan adalah perjanjian dengan Allah akan
diminta pertanggungan jawabnya. Katakanlah, ‘Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu,
jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari
kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja.’ Katakanlah,
‘Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah jika Dia menghendaki bencana
atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu.’ Dan orang-orang munafik itu tidak
memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong selain Allah. Sesungguhnya Allah
mengetahui orang-orang yang menghalang-halangi di antara kamu dan orang-orang yang
berkata kepada saudara-saudaranya:”Marilah kepada kami”.Dan mereka tidak mendatangi
peperangan melainkan sebentar. Mereka bakhil terhadapmu, apabila datang ketakutan
(bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik
seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka
mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat
kebaikan.Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya.Dan yang
demikian itu adalah mudah bagi Allah. Mereka mengira (bahwa) golongan-golongan yang
bersekutu itu belum pergi; dan jika golongan-golongan yang bersekutu itu datang kembali,
niscaya mereka ingin berada di dusun-dusun bersama-sama orang Arab Badwi, sambil
menanya-nanyakan tentang berita-beritamu.dan sekiranya mereka berada bersama kamu,
mereka tidak akan berperang, melainkan sebentar saja. Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. Dan tatkala orang-
orang mu’min melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata:”Inilah yang
dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita”.Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya.Dan yang
demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan. (QS. Al
Ahzaab 33:9-22)

Dan firman Allah ta’ala :

‫ف فِي َوأ َ ْنزَ َل‬


َ َ‫اصي ِه ْم َوقَذ‬ ِ ‫ظا َه ُرو ُه ْم مِ ْن أ َ ْه ِل ْال ِكت َا‬
َ ‫ب مِ ْن‬
ِ َ‫صي‬ َ َ‫ْب فَ ِري ًقا ت َ ْقتُلُونَ َوت َأْس ُِرونَ َف ِري ًقا َوأ َ ْو َرث َ ُك ْم ا هلذِين‬َ ‫الرع‬ ُّ ‫قُلُو ِب ِه ُم‬
َ‫طئُوهَا َو َكان‬ َ َ ‫ار ُه ْم َوأ َ ْم َوالَ ُه ْم َوأ َ ْرضًا لَ ْم ت‬ ‫ي‬‫د‬ِ ‫و‬ ‫م‬
َ َ َ ُْ َ‫ه‬ ‫ض‬ ‫ر‬ْ َ ‫أ‬ ‫ا‬‫ِير‬
ً ‫د‬ َ ‫ق‬ ٍ‫ء‬ ْ ِ ‫علَى‬
‫ي‬ ‫ش‬
َ ِّ
‫ل‬ ُ
‫ك‬ ‫ه‬
َ ُ‫َّللا‬

Dan Dia menurunkan orang-orang Ahli Kitab (Bani Quraizhah) yang membantu golongan-
golongan yang bersekutu dari benteng-benteng mereka, dan Dia memasukkan rasa takut ke
dalam hati mereka.Sebahagian mereka kamu bunuh dan sebahagian yang lain kamu tawan.
Dan Dia mewariskan kepada kamu tanah-tanah, rumah-rumah dan harta benda mereka, dan
(begitu pula) tanah yang belum kamu injak.Dan adalah Allah Maha Kuasa terhadap segala
sesuatu. (QS. Al Ahzaab 33:26-27)

Dan kisah-kisah lainnya yang cukup banyak, akan tetapi untuk dapat mengambil faidah yang
sempurna dari Alquran harus melihat kembali kepada buku-buku tafsir yang terpercaya
seperti Tafsir bil ma’tsur yaitu Tafsir yang membawakan hadits-hadits yang bersanad
periwayatan dalam menafsirkan ayat-ayat Alquran seperti Tafsir ath Thobary dan Tafsir Ibnu
Katsir dan buku-buku yang menjelaskan Naasikh dan Mansukh serta buku-buku yang
menjelaskan sebab-sebab turunnya ayat-ayat Alquran dengan selalu melihat bahwa hadits-
hadits tersebut tidak diterima begitu saja akan tetapi harus dilihat ke absahannya.
(Disarikan dari kitab As-Siroh An-Nabawiyah As-Shahihah oleh Akrom Dhiya’ Al-Umary,
cetakan ketiga, Maktabah Al ‘Ubaikaan Riyadh, KSA hlm. 47-50 dan kitab As-Siroh An-
Nabawiyah Fi Dhau’i Al-Mashodir Al-Ashliyah oleh Mahdi Rizqullah Ahmad, cetakan
pertama, Pecetakan Markaz Al Malik Faishol Lil Buhuts Wa Al Dirasat Al Islamiyah,
Riyaadh, KSA hlm 15-46 serta As-Siroh An-Nabawiyah oleh Muhammd Abdul Qadir Abu
Faaris op.cit hlm. 51-56)

Bersambung Insya Allah …

Penulis: Kholid Syamhudi, Lc.

2. Buku-buku Hadits (hadits -hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam)


Adapun arti pentingnya buku-buku hadits dalam pengambilan siroh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam kembali kepada apa yang terkandung dalam buku-buku tersebut dari
kumpulan ucapan, perbuatan, persetujuan dan sifat-sifat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
baik fisik ataupun akhlaq, karena hadits-hadits tersebut menceritakan kehidupan beliau sehari-
hari sehingga memiliki hubungan yang erat sekali dalam pengambilan siroh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan tidak diragukan lagi bahwa madah (isi materi) siroh dalam
buku-buku hadits adalah akurat dan wajib di jadikan sandaran dalam pengambilan siroh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan di dahulukan dari riwayat-riwayat yang ada
dibuku-buku sejarah dan yang lainnya.
Diantara buku-buku hadits yang penting dan banyak menceritakan kejadian-kejadian sejarah
siroh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Shohih Bukhory, Shohih Muslim, Jami’
At Tirmidzy, Sunan Abi Daud, Musnad Ahmad bin Hambal, Sunan An Nasa’i, Sunan Ibnu
Majah dan Mushanaf Ibnu Ab Syaibah serta yang lain-lainnya.

Misalnya Imam Bukhori rahimahullah telah memberikan perhatian yang besar dalam hal ini
sehingga membuat beberapa kitab dan bab yang khusus menjelaskan sejarah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam sebelum dan sesudah diutusnya beliau sebagai Nabi dan Rasul,
peperangan dan navigasi militernya, delegasi dan surat-menyurat beliau , keutamaan shohabat
dan istri-istri beliau. Demikian juga Imam Muslim dalam Shohih Muslim seperti kitab al
jihad was siar, Fadhooil Nabi, Fadhoil shohabat, Imaroh dan banyak tersebar riwayat-
riwayat siroh yang beliau sampaikan dalam kitab tersebut.

3. Buku-buku Syamaail

Buku-buku Syamaail adalah buku-buku yang dikarang untuk menjelaskan sifat-sifat


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Buku-buku ini sangat penting dalam melengkapi
siroh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sehingga sebagian ulama menulis buku-buku ini
terpisah dari buku-buku hadits. Padahal kalau dilihat kembali, sebenarnya sebagian besar
hadits-hadits yang berhubungan dengan hal itu ada dalam buku-buku hadits. Diantara ulama-
ulama tersebut adalah Imam At Tirmidzy dalam kitabnya Syamaail Muhammadiyah,yang
telah diringkas oleh Syeikh Muhammad Nashiruddin Al Albany rahimahullah. Demikian pula
Imam Al Baghowy dalam kitab Al Anwaar fi Syamaail An Nabi Al Mukhtar dan Ibnu Katsier
dalam buku Syamaail Al Rasul serta Syeikh Muhammad Jamil Jainu dalam buku Quthb Min
Al Syamaail Muhammadiyah Wa AL Akhlaq Al Nabawiyah Wa Al Adab Al Islamiyah yang
telah diterjemahkan dengan judul Pribadi dan Akhlak Rasululullah shallallahu ‘alaihi
wasallam.

Akan tetapi dalam kitab-kitab ini belum seluruhnya berisi hadits-hadits shohih, sehingga
sehingga mengharuskan kita untuk memilah-milahnya kembali. Namun Para ulamapun tidak
berdiam diri dalam hal ini, mereka mulai memilah-milahnya sehingga memudahkan kita
untuk membacanya, diantara ulama yang telah melakukan hal itu adalah Syaikh Muhammad
Nashiruddin Al Albani rahimahullah dalam ringkasan beliau diatas dan Syaikh Muhammad
Jamil Jainu hafizhahullah dalam buku beliau tersebut.

4. Buku-buku Dalaail An Nubuwah

Buku-buku ini adalah buku-buku yang dikarang untuk menjelaskan bukti kebenaran kenabian
dan mu’jizat-mu’jizat yang terjadi padanya.
Diantara buku-buku ini adalah kitab Dalaail An Nubuwah karangan Abu Nu’aim Al
Ashbahany dan Dalaail An Nubuwah karangan Al Baihaqy.demikian juga Imam Syuyuthy
menulis kitab Al Khoshooishul Kubro. Akan tetapi kitab-kitab ini pun membutuhkan satu
perhatian yang sangat serius agar lebih dapat di manfaatkan.

5. Buku-buku Maghozy dan siroh

Buku-buku Maghozy ini menampilkan kejadian-kejadian siroh Rasulullah shallallahu ‘alaihi


wasallam, peperangan beliau, pengiriman saraya (pasukan perang yang tidak dipimpin
langsung oleh beliau/ Navigasi militer) dan marhalah (tingkatan) dakwah beliau shallallahu
‘alaihi wasallam. Dan buku-buku ini merupakan referensi (rujukan) yang sangat penting
dalam mempelajari siroh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Demikian juga buku-buku siroh yang khusus menjelaskan siroh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam telah dikarang oleh para ulama sejak abad pertama hijriyah, dan diantara ulama-
ulama pertama yang terkenal memiliki perhatian khusus dalam penulisan siroh secara umum
adalah: Abdullah bin Abbas (Wafat tahun 78 H), Sa’id bin Sa’ad bin Ubadah, Sahl bin Abi
Hatsmah (wafat di zaman Muawiyah), Urwah bin Zubair (wafat tahun 92 atau 94 H), Said bin
Musayyib (wafat tahun 94 H), Aban bin Utsman bin Affan (wafat tahun 87 atau 105 H) dan
Abu Fadhoolah Abdullah bin Kaab bin Maalik Al Anshory (wafat tahun 97 H).dan dalam
abad kedua Hijriyah: Al Qashim bin Muhammad bin Abi Bakr As Shiddiq (wafat tahun
107H), Wahab bin Munabbih (wafat tahun 114 H), Syarahbiil bin Said (wafat Tahun 123 H),
Abu Ruh Yazid bin Rumaan Al Asady (wafat tahun 130 H), Abul Aswad Muhammad bin
Abdur-Rahman bin Naufal Al Asady (Wafat tahun 131 H), Abdullah bin Abi Bakr bin Hazm
(wafat antara tahun 130 – 135 H), Musa bin Uqbah (wafat tahun 141 H), Muhammad bin
Ishaaq Al Muthaliby (wafat tahun 151 H), Yunus bin Yazid Al Aily (wafat tahun 152 H),
Ma’mar bin Rasyid Al Bashry(wafat tahun 154 H), Abu Ma’syar As Sindy (wafat setelah
tahun 170 H), Abu Ishaaq Al Fazaary (wafat tahun 187 H) dan Al Walid bin Muslim Ad
Dimasyqy (wafat tahun 195 H). Sedangkan dalam abad ketiga hijriyah muncul ulama-ulama
siroh seperti : Muhammad bin Umar Al Waqidy (wafat tahun 207 H), Abdur-Razaq bin
Hammaam As Shon’any (wafat tahun 211 H), Sa’id bin Al Mughiroh bin As Shoyaad Al
Mushishy (wafat tahun 220 H), Ahmad bin Muhammad Al Warroq (wafat tahun 227 H),
Muhammad bin Saad bin Manii’ Az Zuhry (wafat tahun 230 H), Muhammad bin Aidz Al
Qurasyi (wafat tahun 224 H), Sulaiman bin Thorkhaan At Taimy (wafat tahun 245 H),
Hisyam bin Ammar (wafat tahun 245 H), Said bin Yahya Al Umawy (wafat tahun 249 H),dan
Umar bin Syabah bin Ubaid (wafat tahun 262 H) rahimahumullah.

Sebagian ulama sejarah telah mengklasifikasikan para ulama penulis siroh menjadi beberapa
kelompok tingkatan,yaitu pertama, kedua, dan ketiga dengan tokoh-tokoh yang termasyhur
dari mereka:

Kelompok tingkatan yang pertama dengan tokoh-tokohnya yang terkenal Abaan, Urwah,
Syarahbiil dan Ibnu Munabbih dan buku-buku mereka tidak ada yang sampai kepada kita
akan tetapi banyak riwayat-riwayat siroh mereka yang dapat ditemui di buku-buku ulama
setelah mereka dan Prof.Dr. Muhammad Mushthofa Al A’dzomy mengumpulkan riwayat-
riwayat Urwah dalam siroh dengan melalui riwayat Abil Aswad darinya dan dicetak dengan
judul Maghozi Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam li Urwah bin Az Zubair –bi riwayat
Abil Aswad yatiim urwah.

Kelompok tingkatan yang kedua dengan tokoh-tokohnya yang terkenal Abdullah bin Abi
Bakar, ashim, dan Az Zuhry dan buku-buku mereka tidak ada yang sampai kepada kita akan
tetapi banyak riwayat-riwayat siroh mereka yang dapat ditemui di buku-buku ulama setelah
mereka dan sebagian penulis dan peneliti siroh Nabi pada masa kini mulai mengumpulkan
riwayat-riwayat tersebut dalam satu buku, seperti Dr. Suhail zikaar mengumpulkan riwayat-
riwayat Az Zuhry dari buku-buku yang ada dan memberi judul Al Maghozy An Nabawiyah.

Kelompok tingkatan yang ketiga dengan tokoh-tokohnya yang terkenal Ibnu Uqbah, Ibnu
Raasyid, Ibnu Ishaaq, Al Fazaary, Al waalid, Al Waaqidy, Abdurrozaaq, Al Mushishy, Ibnu
Saad, Al Waraq, Ibnu Aidz, Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Thorkhon, Ibnu Ammaar, dan Al Umawy
dan telah sampai kepada kita beberap juz dari kebanyakan buku-buku mereka,seperti sebagian
juz dari maghozy Ibnu Uqbah dan itu berupa satu bagian yang ditemukan Edward S. dan
diterbitkan dengan terjemahan bahasa jerman pada tahun 1904 M, beberapa juz dari siroh
Ibnu Ishaaq dan yang terpenting adaalah bagian yang terkenal dengan siroh Ibnu Hisyaam
kemudian juz yang diberi nama As Siyar wal Maghozy yang diterbitkan dengan tahqiq
Dr.Muhammad Hamidullah Al Haidaraabady dan yang lain ditahqiq oleh Dr. Suhai Zikaar,
sirotur Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam karangan Al fazaary yang ditemukan dua juz dari
kitab tersebut di Universitas Al Qorawiin di Maroko yang akan ditahqiq oleh Dr. Faruuq
Hammadah, Maghozy Al Waqidy yang dicetak tiga jilid dengan tahqiq M.John, dan juga
sampai kepada kita kitab siroh karya Abdurrazaaq yang digabung dengan kitab beliau Al
Mushannaf dan itu telah dicetak dan tersebar serta kitab Ath Thobaqaat Al Kubro karya Ibnu
Saad yang dicetak dalam tujuh jilid ,pada jilid pertama dan keduanya merupakan riwayat
siroh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, akan tetapi kebanyakan riwayat-riwayatnya dalam
siroh diambil dari gurunya Al Waaqidy dan beliau telah menukil darinya sebanyak 143
riwayat.demikian juga ditemukan transkrip dari kitab Ibnu ‘Aaidz di Musium Nasonal Inggris
di London, transkrip tarikh Ibnu Abi Syaibah di Universitas Islam Madinah.
Akan tetapi dari mereka semuanya ini hanya beberapa saja yang sampai sekarang masih
terkenal dan tersohor dalam siroh, diantaranya Ibnu Ishaaq, Al Waqidy dan Ibnu Sa’ad.
Khususnya Ibnu Ishaaq yang telah dikenal oleh kebanyakan orang hal itu mungkin
disebabkan oleh faktor-faktor berikut:

1. Penyampaian siroh dengan mengurutkan waktu kejadian (Tasalsul Zamani)


2. Mengumpulkan semua berita yang sampai kepadanya tentang satu kejadian dan
membawakannya dalam satu penyampaian tanpa melihat kepada pengkhususan riwayat
seorang dari yang lainnya.
3. Keluasan ilmu dan kedudukan serta ketinggian bahasa (kefasihan) beliau dalam
penyampaian
4. Khidmah Ibnu Hisyam dengan menyusun ulang kitab tersebut yang membuat kitab tersebut
menjadi lebih baik dan bagus sehingga banyak membuat ulama memperhatikannya dengan
meneliti,mensyarah dan memberikan komentar ilmiyah kepadanya. Kitab siroh Ibnu Hisyam
ini telah diterjemahkan dengan judul Siroh Ibnu Hisyam.

6. Buku-buku yang dikarang dalam sejarah dua tanah suci yaitu Makkah dan Madinah.

Para Ulama telah menulis karangan yang khusus tentan dua kota suci ini dalam rangka
menjelaskan sejarah kedua kota ini sebeum dan sesudah islam, sehingga banyak membantu
dalam memahami siroh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,sehingga dengan demikian
juga merupakan satu referensi (rujukan) yang sangat penting dalam siroh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam.
Diantara buku-buku tersebut yang telah diterbitkan pada masa ini adalah: Taarikh Makkah
oleh Abul Walid Muhammad bin Abdullah Al Azrooqy (wafat tahun 250 H) dicetak dengan
tahqiq As Syeikh Rusydi Ash Sholih, Taarikh Makkah wa ma Jaa fiha min al atsar dan kitab
Ad Duroh AtsTsaminah Fi Akhbaril Madinah oleh Ibnu Najjaar, Akhbaar madinah Rasulullah
wa taarikh Makkah oleh Al Faakihany (wafat tahun 280 H), Syifaul Gharam Bi Akhbaar
balad Allah Al Haraam oleh Muhammad bin Ahmad Al Faasy (wafat tahun 832 H) di tahqiq
oleh Dr. Umar Abdusalam tadmury, Tarikh Al Madinah karya Ibnu Zubaalah (wafat tahun
200 H) dicetak dengan tahqiq Abdul Malik bin duhaisy, Tarikh Al Madinah karya Ibnu
Bakkaar (wafat tahun 256 H),Tarikh Al Madinah karya Umar bin Syabah (wafat tahun 262 H)
dicetaak oleh As Sayid habib mahmud ahmad dengan tahqiq Fuhaim syaltut, dan buku-buku
ini seperti buku-buku yang lainnya dapat dimanfaatkan dengan sempurna dan baik setelah
dilihat kembali keabsahan berita yang ada.

7. Buku-buku taarikh umum.

Buku-buku ini memaparkan sejarah umat manusia dan negara serta tokoh-tokoh sejarah
secara umum sejak sebelum islam sampai di masa penulisnya, seperti Taarikh al Umam wa
Ar Rausul wa Al Muluk oleh Ibnu Jarir Aththobary dan Tarikh Kholifah bin Khiyath Al
Ushfury (wafat tahun 240 H), Al Badu wa At Taarikh karya Ibnu Thohir (wafat tahun 355 H),
Futuuh Al buldan karya Ahmad bin Yahya Al Balaadzary (wafat tahun 279 H), Tarikh Al
Ya’quby karya Ahmad bin Ja’far bin Wahb (wafat tahun 292), Muruj Al Madzhab dan At
tambiih Wal Isyraaf karya Abul Hasan Ali bin Husein Al Mas’udy, Taarikh Damaskus Al
Kabir karya Abul Qashim Ali bin Al Hasan bin Asaakir (wafat tahun 571.M) dan lain-
lainnya.
Buku-buku ini merupakan referensi penting dalam memahami siroh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam karena menceritakan kejadian-kejadian yang ada pada waktu itu secara
umum. Demikian juga kitab Al Bidayah Wa Al Nihayah karya Ibnu Al Qayim.

8. Buku-buku sastra arab (Adab).

Ini merupakan referensi pelengkap dalam siroh, karena berisikan syair-syair yang banyak
mengisahkan hal-hal yang terjadi dimasa-masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan
sekitarnya. Diantara buku-buku tersebut adalah Al Aghoony karya Abul Faraj Ali bin Hasein
Al Ashbahany, Al Kamil fi Al Lughoh wal Adab karya Al Mubarid, Al Waqf wal Ibtida’ wal
Adhdhad karya Al Anbary dan Al Aqdul Fariid karya Abu Umar Ahmad bin Muhammad bin
Adurrobih Al Qurthuby

9. Buku-buku pelengkap lainnya

Buku-buku geografi dan buku-buku yang membahas perkembangan Jaziroh Arabiyah dan
sekitarnya juga sangat membantu dalam memberikan gambaran jelas keadaan dan kondisi
daerah dan sosialnya, sehingga lebih memberi kejelasan himah diturunkannya Rasululloh di
jaziroh Arabiyah, seperti buku Khashais Jaziroh Arabiyah karya Syaikh bakr bin Abdillah
Abu Zaid. Disamping buku-buku siroh karya para ulama zaman ini yang sangat banyak
sekali.

Inilah referensi-referensi yang bisa kita jadikan rujukan dalam mempelajari siroh shallallahu
‘alaihi wasallam dengan melihat kembali keabsahan berita yang tertuangkan dalam buku-
buku tersebut. Sudah sepantasnyalah kita memberikan perhatian yang lebih terhadap buku-
buku yang menjelaskan keabsahan dan keotentikan berita dan data yang ada padanya dengan
tetap melihat kepada metode para ulama islam seputar hal tersebut, mudah-mudah dengan
demikian dapat memberikan gambaran yang jelas tentang kehidupan beliau shallallahu
‘alaihi wasallam.

E. Bagaimana Memahami Siroh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Seorang yang ingin memahami siroh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan benar dan
akurat harus kembali mempelajari, merenungkan dan meneliti sumber-sumber pengambilan
siroh tersebut dengan memperhatikan metode-metode penulisan siroh Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam yang telah ditulis para ulama dengan memandang hal-hal sebagai berikut:

1. Meyakini bahwa As Sunnah An Nabawiyah adalah wahyu dari Allah taala dan siroh
merupakan bagian dari Sunnah tersebut
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

????? ??????? ?????????? ?????????? ?? ???????? ??????

“Ketahuilah bahwa diturunkan kepadaku Al Qur’an dan yang semisalnya bersamanya”

2. Mengetahui bahwa Rasululah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika terjun memperbaiki umat
manusia bukanlah sekedar pembaharu sosial yang bersandar kepada kepakaran dan
kehebatannya semata akan tetapi dia adalah seorang Rasul yang diutus Allah dengan wahyu
sehingga keberhasilan beliau adalah tauufiq dari Allah,oleh karena itu seluruh aspek
kehidupannya berada dibawah bimbingan dan arahan dari Allah.dan dengan demikian kita
akan melihat siroh Nabi sebagai siroh yang maksum dan dapat mengarahkan akal kita untuk
memahami konsep ini.
3. Memahami siroh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai siroh yang komprehensif
(menyeluruh) dan sempurna yang menggambarkan satu pribadi yang sempurna

4. Mempelajarinya untuk dapat mengambil faedah dan pelajaran yang dapat digunakan dalam
mengarungi kehidupan ini.

F. Metode Mempelajari Siroh Nabi

Tidak diragukan lagi bahwa dalam mempelajari siroh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
dibutuhkan satu metode yang sesuai dengan konsep islam dalam memahami siroh dan sesuai
dengan metodologi para Muhaditsin (Ahli Hadits) dalam pembahasan kandungan siroh
tersebut. Dari sini para ulama menetapkan metode mempelajari siroh Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam yaitu metode kritik dan pembuktian kebenaran.
Metode ini adalah metode yang ditetapkan dan diterapkan para Muhadditsin dalam menerima
segala khobar dengan melihat dan mempelajari sanad dan matan (isi) berita untuk dapat
menguji keotentikan dan keakuratan berita tersebut.

1. Penelitian dan kritik Sanad atau Isnad

Isnad atau sanad adalah rangkaian para periwayat yang menyampaikan suatu khabar (berita)
dari satu perawi kepada perawi berikutnya secara berangkai, hingga sampai pada sumber
khabar yang diriwayatkan itu. (Lihat: Al Manhaj Al Islaamy fi AlJarh Wa Ta’dil hal. 231).
Dalam konsep islam, sanad dipandang sebagai tulang punggung berita, dia merupakan media
kritik terhadap satu berita, karena dengan diketahui siapa-siapa yang meriwayatkannya maka
akan dapat diketahui pula nilai berita tersebut. Sanad yang bersambung lagi shohih
merupakan karakteristik (kekhususan) umat Islam. Kegunaannya ialah untuk memberikan
rasa tentram dan percaya pada berita yang diriwayatkan dengan cara seperti ini, karena
didalamnya terhimpun sejumlah bukti dan pendukung berupa perawi-perawinya bersifat adil,
tsiqaat dan dhobit. Dari sejumlah pendukung itulah keshahihan suatu berita yang
diriwayatkan menjadi kokoh. Kegunaan lainnya, bahwa riwayat-riwayat yang disandarkan
pada sanad jauh lebih utama dibandingkan riwayat atau khobar yang disampaikan dengan
tanpa sanad,karena sanad dalam suatu riwayat itu dapat digunakan untuk melacak keotentikan
riwayat tersebut. Mekanisme kritik dan pengujiannya juga dapat dilakukan dengan cara yang
jauh lebih sempurna dibandingkan dengan khabar-khabar atau riwayat yang tidak bersanad.
(Lihat: Akrom dia’ul Umary ,dirasat tarikhiyah hal 26 dan di ringkas dan dirubah dari fitnah
kubro karya Prof DR M. Amhazun yang diterjemahkan oleh Daud Rasyid dari hal.39-79
dengan beberapa perubahan dan penambahan).

Dengan demikian tujuan penetapan sanad adalah memastikan keshahihan (keotentikan) suatu
nash (teks) atau berita, serta melenyapkan kepalsuan dan kebohongan yang mungkin ada
padanya.

Nilai penting atau urgensi sanad tidak hanya terbatas untuk hadits-hadits Nabawi saja, lebih
dari itu juga masuk pada sejumlah cabang ilmu-ilmu lainnya seperti Tafsir ,tarikh, sastra,
bahkan sepertinya telah mendominasi metode pengkodifikasian ilmu-ilmu keislaman yang
beraneka ragam.
Dalam bidang siroh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, penyebutan sanad akan banyak
membantu pelacakan kebenaran suatu riwayat dan kritik informasi, oleh karena itu para ulama
tetap mempertahan keberadaan sanad ini dan terus melakukan pengumpulan, penelitian dan
penulisannya. Mereka telah memperhatikan hal ini sejak dini dan terus melakukan usaha
keras untuk meluruskan dan membongkar kedustaan yang ada dalam khabar (berita) dengan
melalui dua aspek yaitu:
1. Aspek teoritis, yaitu penetapan kaidah-kaidah yang dapat digunakan untuk mendeteksi
adanya kedustaan
2. Aspek praktis, yaitu penjelasan tentang pribadi-pribadi yang disinyalir sebagai pendusta
dan seruannya pada umat manusa agar bersikap hati-hati terhadap mereka.

Dalam aspek teoritis, metode kritik para ulama telah berhasil sampai pada peletakan kaidah-
kaidah ilmu periwayatan yang canggih dan sangat teliti sebagai puncak kreasi yang dihasilkan
oleh kemampuan manusia. Untuk mengetahui ketelitian metode ilmiyah yang diikuti ulama
yang berkecimpung ibidang ini, maka cukuplah kita baca karya-karya yang mereka hasilkan
dalam bentuk kaidah-kaidah Al Jarh dan At Ta’dil, pengertian istilah-istilah yang tercakup
dalam dua kategori itu, urutan hirarkhisnya yang dimuali dari yang teratas -Ta’dil- sampai
tingkat yang terbawah –jarh-,syarat-syarat penerimaan suatu riwayat,dimana mereka tetapkan
dua syarat pokok terhadap perawi yang bisa diterima periwayatannya, yaitu :
1. Al Adalah (keadilan) yaitu seorang perawi itu harus muslim, baligh, berakal, jujur,
terbebas dari sebab-sebab kefasikan dan terhindar dari hal-hal yang merusak muru’ah
(martabat diri)
2. Adh Dhobt yaitu seorang perawi harus menguasai apa yang diriwayatkannya, hafal atas
apa yang diriwayatkan kalau dia meriwayatkannya dengan metode hafalan, cermat dengan
kitabnya kalau dia meriwayatkannya dengan melalui kitabnya.

Diantara kaidah-kaidah periwayatan itu adalah menghindari pengambilan riwayat (informasi)


dari nara sumber yang lemah (dhoif) dan sebaliknya selalu memilih riwayat dari perawi yang
amanah (tsiqat), mensyaratkan kejujuran, karena kebodohan dan kedustaan itu menyebabkan
gugurnya sifat Al Adalah (adil) , tidak meriwayatkan dari orang yang kacau dan berubah-
ubah hafalannya dan tidak menjadikan riwayat-riwayat dari mereka sebagai hujjah. juga tidak
menjadikan sebagai hujjah, hadits-hadits yang berasal dari perawi-perawi yang banyak keliru
dan kesalahan dalam periwayatan dan menghindari periwayatan dari ahlil hawa.

Adapun dari aspek praktis adalah seperti penyebutan para perawi (curruculum vitae-nya) serta
penjelasan kualitas atau penilaian terhadapnya.untuk kepentingan ini terdapat para ulama
yang khusus menyusun sejumlah besar karya yang menjelaskan hal tersebut.dan sudah
menjadi satu hal yang tidak diragukan lagi bahwa karya-karya tentang kaedah-kaedah
periwayatan dan tentang para perawi itu telah memberi andil yang cukup besar dan penting
dalam pemurnian islam dan pelurusan siroh dan sejarah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
serta Islam pada umumnya.

2. Kritik Dan Penelitian Matan.

Secara bahasa matan adalah sesuatu yang keras atau terjal dan mencuat dari tanah (Lihat: Al
Qamus Al Muhiith). Sedangkan menurut Istilah, matan merupakan susunan kalimat yang
tercantum pada akhir sanad pada umumnya dan terkadang ditulis sebelum sanad, yang berarti
teks dari khabar itu sendiri. Dan yang dimaksudkan dengan studi matan disini adalah
mempelajari nash-nash (teks khabar) dari berbagai seginya:

(1) Ada yang memfokuskan pada penelitian di seputar keshohihannya, apabila tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip Syariah dan kaidah-kaidah yang sudah pasti (qath’iy)
alias tidak berlawanan dengan watak zaman dimana peristiwa itu terjadi, tradisi mesyarakat
dan nilai-nilainya, dan tidak bertentangan dengan watak alami sesuatu dan informasi-
informasi kesejarahan yang telah valid, atau tidak mengandung sesuatu yang tidak mungkin
atau kemustahilan, dan lain-lain.

(2) Ada yang memfokuskan studi matan tersebut pada upaya pemahaman makna nash itu
sendiri, baik menyangkut pemahaman atas muatan hukumnya, dalalah (konotasi) nya, atau
pemahaman segi bahasa dan lafadznya.
Dalam penelitian hadits dan sumber-sumber siroh ini, para ulama tidak berhenti hanya
meneliti dan memfokuskan penelitian pada sanad akan tetapi juga memberikan perhatian
serius pada penelitian matan, karena illat (cacat) satu riwayat dapat terjadi di sanad dan di
matan. Atas dasar inilah didapatkan para ulama menghukum satu hadits dengan kelemahan
sanadnya tidak mesti menunjukkan matannya pun lemah demikian juga sebaliknya, karena
boleh jadi ada hadits yang sanadnya lemah tetapi matannya shohih karena ada riwayat dari
sanad yang lain yang mendukung keshohihannya, sebagaimana mungkin juga sanadnya
shohih tetapi matannya tidak shohih, karena adanya penyelisihan terhadap yang lebih kuat
dan shohih (syudzudz) dan illat (cacat yang tidak nampak yang merusak) dalam matan itu.

(Keterangan: Ilaat adalah faktor yang tersembunyi, merusak keshohihan hadits kendatipun
dari luar tampak tidak ber masalah, lihat karya Ibnul Madini, ilal al hadits wa Ma’rifat al Rijal
hal.10).

Disini terbukti bahwa para ulama hadits telah memberikan perhatian yang serius pada studi
matan sebagaiman mereka memperhatikan studi sanad. Demikian pula mereka tidak hanya
menggunakan metode ini pada hadits saja akan tetapi metode ini juga relefan untuk bidang-
bidang keislaman yang lainnya seperti tarikh Islam, apalagi pada siroh Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam yang merupakan satu perwujudan dari kehidupan beliau dan masyarakat pada masa
itu.

Mudah-mudahan dengan ini akan semakin jelas tujuan dan target kita dalam mempelajari
siroh Nabawiyah, sehingga membawa kita semua kepada kesempurnaan dalam meneladani
Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam.

Bersambung Insya Allah …

Penulis: Kholid Syamhudi, Lc.

Posted on 15 Feb 2009 in Sejarah Islam | 6 comments

Masa Sebelum Kenabian


Keadaan Alam Ketika Diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

Manusia pada abad ke-6 dan ke-7 masehi, hidup dalam kegelapan dan kebodohan, ketika
telah tersebar merata paganisme, khurafat, fanatisme kebangsaan, rasialisme dan kesenjangan
antara tingkatan kehidupan manusia dalam tatanan sosial kemasyarakatan dan politik serta
penyimpangan-penyimpangan yang sangat jauh dari fitrahnya mereka. Kemudian semua
pemikiran dan ajaran yang membawa kepada perbaikan manusia baik yang datang dari para
Nabi dan Rasul yang diturunkan kepada mereka ataupun dari para tokoh cendikiawan dan ahli
hikmah yang masih berada diatas fithrohnya yang benar telah tersimpangkan dan dibuang
jauh-jauh dari kehudupan mereka, sehingga benar-benar mereka menjadi masyarakat yang
rusak dan jauh dari kebenaran. Keadaan ini merata kecuali pada sekelompok ahli kitab yang
masih berpegang teguh dengan agama mereka yang benar dan belum tersimpangkan, namun
mereka inipun telah habis seluruhnya atau sebagian besarnya menjelang kenabian
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Hal ini digambarkan oleh Rasulullah
shallallahu’alaihi wasallam dalam sabdanya:
??????? ????? ?????? ????? ?????? ????????? ???????????? ?????????? ???????????? ??????
???????? ???? ?????? ??????????

Sesungguhnya Allah melihat kepada penduduk bumi kemudian mereka baik Arab maupun
Ajamnya kecuali sebagian kecil dari kalangan ahli kitab. Hadits riwayat Muslim dalam
Shahihnya, kitab Al Jannah Wa Sifat Na’imiha, hadits No.5109.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Ketahuilah sesungguhnya Allah ta’ala
telah mengutus nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam kepada seluruh makhluk pada
zaman fatroh dalam keadaan telah murka kepada penduduk bumi baik arab atau a’jamnya
kecuali sisa ahli kitab. Merekapun telah meninggal dunia seluruhnya atau hampir seluruhnya
menjelang kenabiannya. Manusia ketika itu, adalah satu dari dua keadaan: Ahli kitab yang
berpegang teguh kepada kitab, ada kalanya sudah dirubah dan dihapus hukumnya dan ada
kalanya agama yang telah lenyap, yang sebagiannya tidak diketahui dan yang lainnya
ditinggalkan, atau ummi (buta huruf) dari orang arab dan a’jam yang senang beribadah
kepada apa saja yang ia anggap baik dan bermanfaat, berupa bintang, berhala, kuburan,
patung atau yang lainnya.
Manusia dalam keadaan jahiliah yang sangat bodoh, menyakini pernyataan dan pendapatnya
sebagai ilmu ternyata itu adalah kebodohan dan menyakini amalan-amalannya sebagai
amalan sholeh ternyata rusak. Paling baiknya mereka dalam ilmu dan amal adalah memiliki
sedikit ilmu warisan para Nabi ‘alahis shalatu wassalaam terdahulu yang telah bercampur
antara kebenaran dan kebatilannya atau melakukan sedikit amalan yang disyari’atkan dan
kebanyakan amalannya bid’ah yang hampir tidak memberikan pengaruh dalam kebaikannya
walaupun sedikit atau bersungguh-sungguh meneliti seperti kesungguhan para filosof lalu
seluruh pikirannya lebur dalam perkara materi dan hitungan serta perbaikan akhlak, setelah
susah payah yang tidak dapat disifatkan kepada sedikit kata yang membingungkan, tidak
mendapatkan ilmu ilahi, kebatilannya lebih banyak berlipat-lipat dari kebenarannya jika
berhasil. Namun bagaimana bisa berhasil dengan banyaknya perselisihan diantara ahlinya
dan kebingungan serta tidak adanya dalil dan sebab”. (lihat: Iqtidha’ Al Shirat AL
Mustaqiem Li Mukhalafati Ashhabi AL Jahim, oleh Ibnu Taimiyah , Cetakan ke-5 tahun 1417
H, tahqiiq DR. Nashir bin Abdilkarim Al Aql, maktabah Al Rusyd, Riyaadh, KSA 1/63-64).
Demikianlah keadaan dunia menjelang kelahiran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
namun dalam pembahasan kita ini, kita hanya membatasinya dengan pembahasan mengenai
jazirah Arabiyah dan kondisinya agar dapat terlihat jelas hikmah dan nikmat yang Allah
karuniakan kepada kita semua.

I. Jazirah Arab

Siroh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak lepas dari tempat dan bangsa yang hidup
bersama beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga perlu digambarkan terlebih dahulu
keadaan jazirah arab sebagai tempat diutusnya beliau dan bangsa Arab sebelum Islam dan
perkembangannya sebagai satu kaum yang Allah ta’ala persiapkan untuk menerima dakwah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang pertama kali.

I.1. Nama, Letak geogarfis Dan Iklim Jazirah Arabiyah

Banyak nama menunjukkan kemulian sesuatu, demikian menurut istilah bangsa Arab, oleh
karena itu jazirah Arabiyah memiliki nama yang cukup banyak, diantaranya Jazirah Al Arab,
Al Jazirah Al Arabiyah, Ardhu Al Arab, Diyaar Al Arab, Syibhu Jazirat Al Arab, Syibhu Al
Jaziroh Al Arabiyah. (lihat: Khashaaish Jazirah Al Arab, oleh Bakr bin Abdillah Abu Zaid,
Cetakan ke-3 tahun 1421, Mathobi’ Adhwa’ Al bayaan, KSA, hal 13).
Jazirah bermakna daerah yang terpisah dari lautan dan dinamakan jazirah karena terpisah dari
kebanyakan bumi. Sedangkan Arab secara etimologi berarti padang pasir, tanah gundul dan
gersang yang tidak ada air dan tanaman. Sebutan ini telah diberikan sejak dahulu kala kepada
jazirah Arab.
Adapun letak geografisnya, jazirah Arab dibatasi oleh laut merah dan gurun sinai disebelah
barat, teluk Arab dan sebagian besar negara iraq bagian selatan disebelah timur, laut Arab
yang bersambung dengan samudra hindia disebelah selatan, negeri Syam dan sebagian kecil
dari negeri iraq disebelah utara, dan luas jazirah Arab diperkirakan membentang antara satu
juta mil sampai satu juta seribu tiga ratus mil
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Nama Arab pada asalnya adalah
nama untuk satu kaum yang memiliki tiga hal:
Pertama: Bahasa mereka bahasa Arab.
Kedua: Mereka keturunan Arab.
Ketiga: Tempat tinggal mereka adalah Jazirah Al Arab membentang dari laut Qalzuum
sampai Laut Bashrah dan dari ujung hijr Yamamah sampai permulaan negeri Syam, dimana
yaman termasuk dalam wilayah mereka dan Syam tidak masuk dalam wilayahnya. Diwilayah
inilah bangsa Arab bermukim ketika diutus Rasululah shallallahu ‘alaihi wasallam…”.
(Lihat: Iqtidha Al Shirath AL Mustaqim oleh Ibnu Taimiyah, op.cit 1/406).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa jazirah Arab dibatasi oleh tiga laut yaitu disebelah barat,
selatan dan timur. Jazirah Al Arab dibatasi oleh laut Qalzuum (laut merah) disebelah barat,
laut Arab atau laut Yaman disebelah selatan dan teluk Bashrah atau teluk Arab disebelah
timur. Inilah batasan yang telah disepakti para muhaditsin, Fuqaha, Ahli sejarah dan
Geografie serta yang lainnya. Sedangkan sebelah utaranya dibatasi oleh pinggiran laut merah
sebelah timur laut dari pinggiran negeri Syam dan sekitarnya yang sekarang dikenal dengan
Yordania. (Lihat Khashaaish Jazirah AL Arab, oleh Bakr bin Abdillah Abu Zaid, hlm 15-16).
Jazirah Arab memiliki arti penting yang strategis, karena letak geologis dan geografisnya,
sedangkan dilihat dari kondisi internalnya, jazirah Arab hanya dikelilingi oleh gurun dan pasir
dari segala sudut, oleh karena itu jadilah dia sebuah benteng yang kokoh yang mencegah
masuknya orang asing yang ingin menjajahnya, dan ini menyebabkan mereka bisa hidup
merdeka dan bebas dari segala urusan sejak dahulu kala, padahal mereka bertetangga dengan
dua imperium besar yang tidaklah mereka mampu menahan serangannya andaikan tidak ada
benteng pertahanan yang kokoh ini
Adapun dilihat dari kondisi hubungan eksternal, maka jazirah Arab terletak diantar benua-
benua yang terkenal dalam dunia lama, dan dia mempertemukan benua-benua tersebut
daratan ataupun lautan, karena sebelah barat laut merupakan pintu masuk benua Afrika, dan
sebelah timur laut merupakan kunci masuk benua eropa, dan sebelah timur merupakan pintu
masuk bangsa-bangsa A’jam (Non Arab), timur tengah dan timur dekat, dan terus
membentang ke India dan Cina, demikianlah jaziroh Arab merupakan tempat pertemuan laut
antar benua, sehingga menjadi bandara yang ramai.
Adapun iklimnya terbagi menjadi 5 bagian:
1. Iklim Tihaamah
2. Iklim Hijaz
3. Iklim najd
4. Iklim Al Yaman
5. Iklim Al ‘Arudh dan dinamakan juga Al Yamaamah
6. Iklim Omaan dan ini masuk dalam iklim Al Yaman
Diantara Iklim ini yang sangat bersinggungan langsung dengan kehidupan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam adalah iklim Hijaz, walaupun seluruh iklim ini memiliki
hubungan yang tidak kalah penting dengan sirah Nabawiyah dan perkembangan Islam
didunia.

I.2. Kaum-Kaum Bangsa Arab

Para ahli sejarah membagi bangsa Arab ditilik dari asal muasalnya menjadi 3 bagian, yaitu:
a. Arab Baa’idah, yaitu bangsa Arab kuno,yang sukar untuk diketahui perincian sejarahnya,
seperti kaum ‘Ad, Tsamud, jadis dan ‘Amlaaq
b. Arab ’Aaribah, yaitu bangsa Arab yang berasal dari keturunan Ya’rib bin Yasyjab bin
Qahthon, yang dikenal dengan Arab Qohthoniyah
c. Arab Musta’robah, yaitu bangsa Arab yang berasal dari keturunan Isma’il bin Ibrohim,
yang dikenal dengan Arab Adnaniyah
Sedangkan Arab ‘Aaribah atau bangsa Qahthon tempat asalnya adalah Yaman, lalu
berkembang menjadi kabilah-kabilah yang banyak. Diantara yang terkenal adalah :
a. Himyar , dan dari suku-sukunya yang terkenal: Zaid Al Jumhur, Qadho’ah dan Al
Sakaasik.
b. Kahlan, dan diantara suku-sukunya yang terkenal: Hamdaan, Anmaar, Thoi, Madzhaj,
Kindah, Lakhm, Jidzaam, Al Azd, Al Aus, Al Khodzroj dan anak turunan Jafnah penguasa-
penguasa Syam.
Suku-suku dari kabilah kahlan berhijrah dari yaman dan tersebar di Jazirah Arab, dan
kebanyakan hijrah mereka terjadi sebelum terjadinya banjir (sail arim) ketika mereka gagal
dalam perdagangannya, karena tekanan dari Rumawi dan kekuasaannya terhadap jalur-jalur
perdagangan laut serta pengrusakan (bangsa Rumawi) jalan-jalan darat setelah mereka
menguasai negeri mesir dan Syam. Apalagi tidak tertutup kemungkinan adanya persaingan
yang keras antara kabilah Kahlan dengan Himyar yang menyebabkan hijrahnya Kahlan dari
Yaman. (Disarikan dari kitab Rahiiqul Makhtum oleh Shafiyur Rahman Al Mubarakfury
hal.15-16).

I.3. Karekteristik Dan Keutamaan Jazirah Arabiyah.

Diantara keutamaan dan kekhususan Jazirah Arab secara umum adalah :


1. Jazirah Arab adalah tanah suci Islam (haramul Islam). (Lihat: Fatwa Lajnah Daimah no
21413 pada tanggal 1 Robiul Tsanie 1421 H).
2. Syaitan putus asa mengajak penghuninya menyembah selain Allah, sebagaimana sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

????? ???????????? ???? ?????? ???? ?????????? ????????????? ??? ????????? ?????????
???????? ??? ???????????? ??????????

Sesungguhnya Syaitan putus asa disembah oleh orang-orang yang sholat di jazirah Arab
akan tetapi berusaha memecah belah mereka. Riwayat Muslim dalam Shahihnya kitab Shifat
Al Qiyamah wal Jannah wa Al Naar, bab Tahrisy Al Syaithan, no. 2812 dan Imam Tirmidzi
dalam sunannya kitab Al Bir Wash Shilah ‘An Rasulillah, Bab: Ma ja’a fi Tabaghudh no.
1937 dan Ahmad dalam Musnadnya 3/313 dan 354.
Makna hadits ini, syaitan putus asa dari bersatunya ahli jazirah Arab untuk berbuat syirik.
Sebagian ulama memandang keumuman hadits ini kepada seluruh umat Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam, seperti pernyataan Ibnu Rajab rahimahullah: “Yang dimaksud
adalah putus asa mengajak umat Islam seluruhnya bersatu berbuat kesyirikan besar”.
Dengan dasar makna ini maka penyebutan jazirah Arab dalam hadits ini karena keutamaan
dan keistimewaannya sebagai asal negara islam dan penduduknya adalah asal kaum
muslimin.
3. Jazirah Arab adalah wakaf islam untuk pemeluknya dan peninggalan nabi untuk umatnya
agar mereka menjaganya dalam wasiat terakhir beliau.
4. Islam ketika ditekan di negaranya diluar jazirah akan berlindung ke jazirah Arab dan
kembali kesana, lalu mendapatkan sambutan hangat setelah terasingkan, sebagaimana sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
????? ???????????? ?????? ???????? ??????????? ???????? ????? ?????? ?????? ????????
?????? ??????????????? ????? ???????? ?????????? ??? ?????????

Islam muncul dalam keadaan asing dan akan kembali asing seperti awalnya dan ia akan
kembali kedaerah diantara dua masjid sebagaimana ular kembali kelubangnya.
Diriwayatakan Imam Muslim dalam Shahihnya kitab Al Imaan bab Bayaan Ana Al Islam
Bada’a Ghariban. No. 146.

I.4. Karekteristik Dan Keutamaan Bangsa Arab.

Bangsa Arab adalah bangsa besar yang menimbang dan mengukur kehidupan ini dengan
timbangan yang berbeda dengan umat lainnya, mereka menimbangnya pada satu etika yaitu
kemuliaan dan nama baik. Memang bangsa Arab dahulu sebelum diutusnya Rasulullah
shallallahu’alaihi wasallam merupakan umat yang memiliki akhlak terbaik, karena mereka
memiliki sebagian akhlak mulia yang menjadi warisan agama nabi Ibrohim, namun mereka
kufur dari banyak syari’at nabi Ibrahim. Karena itulah Allah mengutus Muhammad
shallallahu’alaihi wasallam untuk menyempurnakan akhlak mereka dengan membersihkan
jiwa mereka dari akhlak yang buruk, sehingga menjadi umat yang bertakwa. Rasulullah
shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

????? ??????? ?????? ?????? ?????? ???????? ????????? ???????? ???????? ???????????
??????? ????????????

Sesungguhnya aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Hadits ini
diriwayatkan oleh Ahmad bin Hambal dengan lafadz ini dalam Musnadnya 2/381, imam Al
Haakim dalam Mustadraknya 2/613, Imam Bukhari dalam kitabnya Adabul Mufrad no. 273
dan Tarikh Al Kabiir 4/1/188, Ibnu Sa’ad dalam Thabaqatnya 1/192, Al Qadha’iy dalam
Musnad Asy Syihaab no. 1165, Al Kharaaithiy dalam Makarimul Akhlak Wa Ma’alimiha hal
2 dan Ibnu ‘Asaakir dalam Tarikh Dimasqi 6/267/1.

Islam mempertahankan akhlak mulia yang dimiliki bangsa Arab, seperti dermawan,
memuliakan tamu dan lain-lainnya, lalu menyempurnakannya dengan menghapus akhlak
buruk mereka.
Demikianlah Allah memilih kemunculan Islam pada mereka, tentu itu karena keistimewaan
yang dimiliki bangsa Arab dan jazirahnya. Allah memilih Rasulullah shallallahu’alaihi
wasallam dari mereka, sehingga kenabian berasal dari keturunan mereka lalu mereka terpilih
sebagai pengemban tugas menyebarkan risalah Islam yang pertama dan jadilah keyakinan
akan keutamaan mereka sebagai salah satu pokok aqidah seorang muslim. Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:
“Diantara ajaran Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah meyakini jenis Arab adalah lebih utama
dari jenis A’jam baik jenis Ibrani, Suryani, Rumawi, farsi dan selainnya dan Quraisy adalah
suku terbaik Arab dan bani Hasyim adalah bani terbaik Quraisy dan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam adalah anggota bani Hasyim yang paling utama, dialah makhluk terbaik
dalam pribadi dan nasabnya. Bukanlah sekedar keutamaan Arab, kemudian Quraisy
kemudian bani Hasyim itu hanya dikarenkan nabi dari mereka – walaupun ini satu
keutamaan-, namun sebenarnya mereka sendiri itu terbaik. Dengan demikian terbuktilah
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalllam adalah orang yang paling utama diri dan
nasabnya”. (lihat: Iqtidha’ Al Shirath Al Mustaqim karya Ibnu Taimiyah 1/274-275).

Syaikh Thohir bin ‘Asyuur memberikan pernyataan tentang hal ini dalam pernyataan beliau di
kitab Maqaashid Al Syari’at Al Islamiyah hal. 93: “Allah memiliki hikmah yang agung dalam
memilih seorang Arab untuk mengemban risalah islam ini. Sekarang bukanlah tempat
menjelaskan pengetahuan saya tentang hikmahnya dan Allah telah berfirman:

“Allah lebih mengetahui ketika menjadikan risalahNya”.

Kami berkata : Sungguh Rasul ketika beliau seorang arab maka secara otomatis berbicara
dengan bahasa Arab, sehingga mengharuskan orang yang menerima syariatnya memiliki
kemampuan bahasa Arab. Maka Arablah pengemban risalah islam kepada sekalian orang
yang berbahasa Arab dan mereka termasuk dalam kumpulan ini. Kemudian Allah memilih
mereka untuk memanggul amanah ini, karena mereka memiliki keistimewaan dari seluruh
umat yang ada dengan berkumpulnya empat sifat yang tidak dimiliki umat lain dalam sejarah.
Sifat tersebut adalah kejernihan pikiran, kuat hafalan, peradaban dan syariat yang sederhana
dan jauhnya dari percampuran umat dunia yang lainnya.
Mereka dengan sifat pertama mampu memahami dan menerima agama dan dengan sifat
kedua mampu menghafalnya dan tidak ada kebimbangan dalam menerimanya. Dengan sifat
ketiga mampu cepat berakhlak dengan akhlaknya; karena mereka lebih dekat kepada fithrah
yang selamat dan tidak memiliki syari’at yang baku dan mewakili sehingga mereka sungguh-
sungguh bela mati-matian dan dengan sifat keempat mampu bergaul dengan seluruh umat,
kare tidak terdapat permusuhan diantara mereka dengan umat lain, karena perseteruan Arab
tidak lain hanya ada diantara kabilah mereka berbeda dengan bangsa farsi dengan rumawi dan
seperti Al Qibthie dengan orang-orang Israil. (Dinukil dari khashaaish Jazirah Al Arab karya
Syeikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid, hal 60-61).

1.5. Kondisi Politik, Keagamaan Dan Sosial Di Jazirah Arabiyah

Ketika kita akan berbicara tentang kondisi bangsa Arab sebelum Islam, tampaknya perlu
memberikan gambaran sekilas tentang kondisi politik, keagamaan dan social mereka sehingga
memudahkan kita mengenal keadaan yang ada ketika islam muncul.
‫‪1.5.1. Sistem Pemerintahan dan Politik‬‬

‫‪Pemerintahan Arab sebelum datangnya Islam dapat dibagi menjadi dua ; kerajaan, namun‬‬
‫‪tidak merdeka penuh dan kepemimpinan kepala suku yang sama dengan kekuasaan seorang‬‬
‫‪raja. Bangsa Arab hampir seluruhnya merdeka dibawah pimpinan kepala suku dan sebagian‬‬
‫‪lainnya dibawah kekuasaan kerajaan.‬‬
‫‪Kerajaan ini dapat diwakili oleh kerajaan Yaman, Alighasaan (di Syam) dan Al Hirah.‬‬

‫‪1. Kerajaan di Yaman.‬‬

‫’‪Bangsa Arab Al Aribah yang terdahulu yang dapat diketahui beritanya adalah kaum Saba‬‬
‫‪yang disebutkan dalam Al Qur’an. Allah berfirman:‬‬

‫ط بِ ِه َو ِجئْتُكَ مِ ْن َ‬
‫سبَإ ٍ فَ َمك َ‬
‫َث‬ ‫ِين إِنِِّي َو َجدْتُ ا ْم َرأَة ً ت َ ْم ِل ُك ُه ْم َوأُوتِيَتْ مِ ْن ُك ِِّل َ‬
‫غي َْر بَعِي ٍد فَقَا َل أ َ َحطتُ بِ َما لَ ْم تُحِ ْ‬ ‫ش ْيءٍ َولَ َها بِنَبَإ ٍ يَق ٍ‬‫َ‬
‫عظِ ي ٌم َو َج ْدت ُ َها َوقَ ْو َم َها َي ْس ُجدُونَ لِل ه‬
‫ش ْم ِس‬ ‫ش َ‬ ‫ع ْر ٌ‬
‫ع ِن َ‬‫صده ُه ْم َ‬ ‫طانُ أ َ ْع َمالَ ُه ْم فَ َ‬
‫ش ْي َ‬
‫َّللاِ َوزَ يهنَ لَ ُه ُم ال ه‬
‫ُون ه‬ ‫س ِبي ِل فَ ُه ْم ال َي ْهتَدُونَ أَال مِ ْن د ِ‬ ‫ال ه‬
‫ض َويَ ْعلَ ُم َما ت ُ ْخفُونَ َو َما ت ُ ْع ِلنُونَ يَ ْس ُجدُوا ِ هَّللِ اله ِذي ي ُْخ ِر ُج‬ ‫األر ِ‬
‫ت َو ْ‬ ‫س َم َاوا ِ‬ ‫َّللاُ ال إِلَهَ إِال ه َُو َربُّ ْالعَ ْر ِش ْالعَظِ ِيم قَا َل ْالخَبْ َء فِي ال ه‬ ‫ه‬
‫ظ ُر‬ ‫سنَ ْن ُ‬‫صدَ ْقتَ أ َ ْم ُك ْنتَ مِ نَ ْالكَا ِذ ِبينَ ا ْذهَبْ ِب ِكت َا ِبي َهذَا فَأ َ ْل ِق ِه َ‬ ‫ظ ْر َماذَا َي ْر ِجعُونَ قَالَتْ َيا أ َ َ‬ ‫ع ْن ُه ْم فَا ْن ُ‬ ‫أَيُّ َها ْال َمأل ِإنِِّي ِإلَ ْي ِه ْم ث ُ هم ت ََو هل َ‬
‫ي ِكتَابٌ ك َِري ٌم إِنههُ مِ ْن‬ ‫ُ‬
‫الرحِ ِيم أَال ت َ ْعلُوا أ ْلق َ‬
‫ِي إِلَ ه‬ ‫الرحْ َم ِن ه‬ ‫سلَ ْي َمانَ َوإِنههُ بِس ِْم ه‬
‫َّللاِ ه‬ ‫ي َوأْتُونِي ُم ْسلِمِ ينَ قَالَتْ يَا أَيُّ َها ْال َمأل أ َ ْفتُونِي فِي ُ‬ ‫علَ ه‬ ‫َ‬
‫ُون قَالُوا نَحْ نُ أُولُو‬ ‫ظ ِري َماذَا ت َأ ْ ُم ِرينَ أ َ ْم ِري َما ُك ْنتُ قَاطِ َعةً أ َ ْم ًرا َحتهى ت َ ْش َهد ِ‬ ‫شدِي ٍد َواأل ْم ُر ِإلَيْكِ فَا ْن ُ‬ ‫قَالَتْ ِإ هن قُ هوةٍ َوأُولُو َبأ ْ ٍس َ‬
‫سد ُوهَا َو َجعَلُوا‬ ‫سلُونَ أَع هِزة َ أ َ ْه ِل َها أ َ ِذلهةً َو َكذَلِكَ يَ ْفعَلُونَ َوإِ ِّنِي ُم ْر ِس َلةٌ ْال ُملُوكَ إِذَا دَ َخلُوا َق ْريَةً أ َ ْف َ‬ ‫إِ َل ْي ِه ْم بِ َه ِديه ٍة َفنَاظِ َرة ٌ بِ َم يَ ْر ِج ُع ْال ُم ْر َ‬
‫َّللاُ َخي ٌْر مِ هما فَلَ هما َجا َء‬ ‫ِي ه‬ ‫سلَ ْي َمانَ قَا َل أَتُمِ دُّون َِن ِب َما ٍل فَ َما آت َان َ‬ ‫فَلَنَأْتِ َينه ُه ْم ِب ُجنُو ٍد ال قِ َب َل آت َا ُك ْم َب ْل أ َ ْنت ُ ْم ِب َه ِديهتِ ُك ْم ت َ ْف َرحُونَ ْ‬
‫ار ِج ْع ِإلَ ْي ِه ْم ُ‬
‫صاغ ُِرونَ قَا َل يَا أَيُّ َها ْال َمأل أَيُّ ُك ْم يَأْتِينِي لَ ُه ْم بِ َها َولَنُ ْخ ِر َجنه ُه ْم مِ ْن َها‬ ‫بِعَ ْر ِش َها قَ ْب َل أ َ ْن يَأْتُونِي ُم ْسلِمِ ينَ قَا َل ِع ْفريتٌ مِ نَ أ َ ِذلهةً َو ُه ْم َ‬
‫علَ ْي ِه لَقَ ِوي ْال ِج ِِّن‬ ‫وم مِ ْن َمقَامِ كَ َو ِإنِِّي َ‬ ‫ب أَنَا آتِيكَ ِب ِه قَ ْب َل أَنَا آتِيكَ ِب ِه قَ ْب َل أ َ ْن تَقُ َ‬ ‫ين قَا َل ا هلذِي ِع ْندَهُ ع ِْل ٌم مِ نَ ْال ِكت َا ِ‬ ‫أ َ ْن َي ْرتَده ِإلَيْكَ أَمِ ٌ‬
‫شك ََر َ‬
‫ط ْرفُكَ فَلَ هما َرآهُ ُم ْستَق ًِّرا ِع ْندَهُ قَا َل‬ ‫ض ِل َربِِّي ِليَ ْبلُ َونِي أَأ َ ْش ُك ُر أ َ ْم أ َ ْكفُ ُر َو َم ْن َ‬
‫فَإِنه َما يَ ْش ُك ُر ِلنَ ْف ِس ِه َو َم ْن َكف ََر فَإ ِ هن َربِِّي َهذَا مِ ْن َف ْ‬
‫غنِي ك َِري ٌم‬ ‫ش َها نَ ْنظُ ْر أَت َ ْهتَدِي أ َ ْم ت َ ُكونُ مِ نَ ا هلذِينَ َ‬
‫ع ْر َ‬‫شكِ قَالَتْ َكأَنههُ ه َُو قَا َل نَ ِ ِّك ُروا لَ َها َ‬ ‫ال َي ْهتَدُونَ فَلَ هما َجا َءتْ قِي َل أ َ َه َكذَا َ‬
‫ع ْر ُ‬
‫صدههَا َما كَانَتْ‬ ‫َّللاِ إِ هن َها كَانَتْ مِ ْن َق ْو ٍم كَاف ِِرينَ قِي َل لَ َها َوأُوتِينَا ْالع ِْل َم مِ ْن َق ْب ِل َها َو ُك هنا ُم ْسلِمِ ينَ َو َ‬
‫ُون ه‬ ‫ص ْر َح فَلَ هما ت َ ْعبُدُ مِ ْن د ِ‬
‫ا ْد ُخلِي ال ه‬
‫ع ْن‬‫شفَتْ َ‬ ‫ب ِإنِِّي َرأَتْهُ َح ِس َبتْهُ لُ هجةً َو َك َ‬
‫ير قَالَتْ َر ِّ ِ‬ ‫ص ْر ٌح ُم َم هردٌ مِ ْن قَ َو ِار َ‬
‫ساقَ ْي َها قَا َل ِإنههُ َ‬
‫ب َ‬ ‫ظلَ ْمتُ نَ ْفسِي َوأ َ ْسلَ ْمتُ َم َع ُ‬
‫سلَ ْي َمانَ ِ هَّللِ َر ِّ ِ‬ ‫َ‬
‫ْالعَالَمِ ينَ‬

‫‪Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: “Aku telah mengetahui‬‬
‫‪sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu‬‬
‫‪berita penting yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah‬‬
‫‪mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Aku‬‬
‫‪mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah‬‬
‫‪menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi‬‬
‫‪mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk, agar mereka tidak‬‬
‫‪menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan Yang‬‬
‫‪mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Allah, tiada Ilah‬‬
‫‪Yang disembah kecuali Dia, Rabb Yang mempunyai’Arsy yang besar”. Berkata‬‬
‫‪Sulaiman:”Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang‬‬
berdusta. Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka,
kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan”.
Berkatalah ia (Balqis):”Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku
sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya
(isi)nya:”Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa
janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai
orang-orang yang berserah diri”. Berkatalah dia (Balqis):”Hai para pembesar berilah aku
pertimbangan dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum
kamu berada dalam majelis(ku)”. Mereka menjawab:”Kita adalah orang-orang yang
memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan
keputusan berada di tanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan”.
Dia berkata:”Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka
membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian
pulalah yang akan mereka perbuat. Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada
mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa
kembali oleh utusan-utusan itu”. Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman
berkata:”Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta Maka apa yang diberikan Allah
kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa
bangga dengan hadiahmu. Kembalilah kepada mereka sungguh Kami akan mendatangi
mereka dengan balatentara yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan
mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina dan mereka menjadi (tawanan-
tawanan) yang hina dina”. Berkata Sulaiman:”Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara
kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang
kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri”. Berkata ‘Ifrit (yang cerdik) dari
golongan jin:”Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu
sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat
membawanya lagi dapat dipercaya”. Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-
Kitab:”Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”.Maka
tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata:”Ini termasuk
kurnia Rabbku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-
Nya).Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan)
dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Rabbku Maha Kaya lagi
Maha Mulia”. Dia berkata:”Robahlah baginya singgasananya; maka kita akan melihat
apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenal(nya)”. Dan
ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya:”Serupa inikah singgasanamu” Dia
menjawab:”Seakan-akan singgasana ini singgasanaku, kami telah diberi pengetahuan
sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri”. Dan apa yang disembahnya
selama ini selain Allah, mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya), karena
sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir. Dikatakan
kepadanya:”Masuklah ke dalam istana”.Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya
kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya.Berkatalah
Sulaiman:”Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca”. Berkatalah Balqis:”Ya
Rabbku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri
bersama Sulaiman kepada Allah, Rabb semesta alam”. (QS. An Naml 27: 22-44)

Mereka diketahui dalam penelitian ahli sejarah telah hidup sejak abad ke-25 sebelum masehi
(SM) dan terus berkembang dan memiliki kekuasaan besar sampai abad ke-11 SM. (Lihat: Al
Rahiqul Al Makhtum karya Shofiyurrahman Al Mubarakfuri, cetakan ke-6 tahun 1418 H,
Rabithah Al Alaam Al Islami, Jeddah, KSA. Hal 28 dan Al Siroh Al Nabawiyah Fi Dhu’i Al
Mashodir Al Asliyah op.cit hal 59)

Dapat kita ringkas sejarah kerajaan Yaman ini kedalam perkiraan dibawah ini:
1. Masa sebelum tahun 250 SM raja-raja saba’ dizaman ini bergelar Makrib Saba’ dan
ibukotanya Shorwaah yang terdapat peninggalannya di sebelah barat kota Ma’rib sejauh
perjalanan sehari. Tempat ini dikenal dengan nama Khoribah. Dizaman inilah dimulai
pembangunan bendungan tertua yang dikenal dengan Sad Ma’rib (bendungan Ma’rib).
2. Sejak tahun 250 SM sampai tahun 115 SM berubah gelar raja-raja mereka dengan gelar
Muluk Saba’ (raja-raja Saba’) dengan ibukotanya Ma’rib. Peninggalannya masih ada
disebelah timur kota Shon’a berjarak 60 mil.
3. Sejak tahun 115 SM sampai 300 M kabilah Himyaar dapat mengalahkan kerajaan Saba’
dan menjadikan kota Ridaan sebagai ibukotanya menggantikan Ma’rib. Kemudian kota
Radaan ini dikenal dengan kota Dzifaar dan peninggalannya masih ada disekitar pegunungan
dekat kota Yariem. Pada masa ini mulailah kerajaan Yaman mundur dan mulailah suku-suku
Al Qahthoniyah melakukan imigrasi kedaerah-daerah sekitarnya. Diantara sebab kemunduran
ini adalah munculnya kekuasaan Al Anbaath (anak keturunan Nabiet bin Ismail) yang
menguasai yang telah menguasai utara Hijaaz dan kekuasaan Rumawie yang telah menguasai
jalur perdagangan laut setelah menguasai Mesir, Suria dan sebelah utara Hijaaz serta adanya
persaingan diantara suku-suku Arab Yaman.
4. sejak tahun 300 M sampai islam masuk ke Yaman. Dalam masa ini terjadi keguncangan
politik dan kudeta berdarah yang berturut-turut serta perang saudara yang membawa Yaman
tunduk dibawah imperalis asing. Pada masa ini Rumawi berhasil menduduki ‘Aden dengan
dengan bantuan mereka kerajaan Habasyah berhasil menduduki Yaman pertama kali pada
tahun 340 M dengan memanfaatkan perseteruan antara suku Hamadaan dan Himyaar dan
berlangsung pendudukan ini sampai tahun 378 M kemudian Yaman merdeka kembali. ( Lihat
As Siroh An Nabawiyah Fi Dhu’i Al Mashodir Al Asliyah hal 59 dan Rahiqul Makhtum
karya Shofiyurrohman Al Mubarakfuri, hal: 28-29). Namun terjadi musibah besar setelah itu
yaitu hancurnya bendungan Ma’rib yang menjadi sumber kenikmatan dan kemakmuran
mereka, peristiwa ini dikenal dengan Sail Al ‘Ariem pada tahun 450 atau 451M. (Dinukil dari
kitab Al Tarikh karya Al Ya’qubie oleh penulis kitab As Siroh AnNabawiyah Fi Dhu’i Al
Mashodir Al Asliyah hal 59). Peristiwa ini Allah abadikan dalam Al Qur’an dalam
firmanNya:

َ‫ين َو ِش َما ٍل ُكلُوا مِ ْن لَقَ ْد َكان‬ ٍ ِ‫ع ْن َيم‬ َ ‫َان‬ِ ‫س َبإ ٍ فِي َم ْس َكنِ ِه ْم آ َيةٌ َجنهت‬ ٌ ُ‫غف‬
َ ‫ور ِل‬ َ ‫ط ِِّي َبةٌ َو َرب‬ َ ٌ ‫ق َر ِِّبكُ ْم َوا ْش ُك ُروا لَهُ َب ْلدَة‬
ِ ‫َفأَع َْرضُوا ِر ْز‬
‫س ْي َل ْالعَ ِر ِم َوبَد ْهلنَا ُه ْم‬ َ ‫س ْلنَا‬
َ ‫ع َل ْي ِه ْم‬ َ ‫ِسد ٍْر قَلِي ٍل ذَلِكَ َجزَ ْينَا ُه ْم بِ َما َكف َُروا َوه َْل بِ َجنهت َ ْي ِه ْم َجنهتَي ِْن ذَ َوات َ ْي أ ُ ُك ٍل َخ ْمطٍ َوأَثْ ٍل َو‬
َ ‫ش ْيءٍ مِ ْن فَأ َ ْر‬
‫ازي ِإال‬ َ ُ‫ْال َكف‬
ِ ‫ور نُ َج‬

Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Rabb) di tempat kediaman mereka
yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri.(kepada mereka
dikatakan):”Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Rabb-mu dan bersyukurlah
kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Rabb-mu) adalah Rabb Yang
Maha Pengampun”. Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir
yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-
pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. Demikianlah Kami
memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka.Dan Kami tidak menjatuhkan azab
(yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir. (QS. Saba’
34:15-17)

Pada tahun 523 M Raja Yaman yeng bernama Dzu Nuwaas berusaha memalingkan orang-
orang nashroni dari agama mereka, ketika mereka enggan maka mereka dibakar di dalam
parit yang telah disediakan. Kejadian ini menurut ahli sejarah adalah kejadian yang Allah
abadikan dalam Al Qur’an dalam firmanNya:

Telah dibinasakan orang-orang yang membuat parit, yang berapi (dinyalakan dengan) kayu
bakar, ketika mereka duduk disekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka
perbuat terhadap orang-orangyang beriman. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang
mu’min itu melainkan karena orang yang mu’min itu beriman kepada Allah Yang Maha
Perkasa lagi Maha Terpuji, Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan Alllah Maha
Menyaksikan segala sesuatu. (QS. Al Buruj 85:5-9)

Ini menjadi sebab yang digunakan Rumawi untuk memprovokasi kerajaan Habasyah untuk
menguasai Yaman yang kedua kali dibawah pimpinan Aryaath tahun 525 H. ia tetap
memimpin sampai dibunuh Abrahah. Kemudian Abrahah memimpin Yaman dan berusaha
menghancurkan Ka’bah.

Dalam Kitab Rahiqul Makhtum karya Shofiyurrahman Al Mubarakfuri disebutkan setelah


meninggalnya Abrahah, bangsa Yaman meminta bantuan Farsi untuk mengusir orang
habasyah dan dibantu sehingga tahun 575 H dibawah pimpinan Ma’dikarib bin Saif bin Dzi
Yazin Al Himyarie berhasil mengusirnya dan menjadi raja Yaman lalu ia terbunuh dan
akhirnya Yaman dipimpin seorang Farsi yang bernama Baadzaan bin Saasaan yang memeluk
Islam pada bulan Jumada Ula tahun ke-7 H atau 628 M, kemudian Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam mengangkat anaknya yang bernama Syahr bin Baadzaan sebagai
penggantinya.
Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan tentang hal ini dalam pernyataan beliau: “Diantara
amir-amir yang diangkat Nabi shallalllahu ‘alaihi wasallam adalah Baadzaan bin Saasaan
dari keturunan Bahram Jur. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkatnya sebagai
amir seluruh Yaman setelah kematian kisra’. Beliau adalah amir yaman pertama yang masuk
Islam dan raja A’jam pertama yang masuk Islam. Kemudian setelah kematian Baadzaan,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat anaknya yang bernama Syahru bin
Baadzaan sebagai amir Shon’a dan sekitarnya”. (Lihat: Zaadul Ma’ad Fi Hadyi Khoir Al
Ibaad, karya Ibnul Qayyim, tahqiq Syu’aib Al Arnauth dan Abdul Qadir Al Arnauth, cetakan
ke-3 tahun 1421 H, Muassasat Al Risalah 1/121).

2. Kerajaan di Al Hierah

Farsie menguasai Iraq dan sekitarnya sejak disatukan kekuatan mereka oleh Quruusy Agung
tahun 557-529 S.M, kemudian dihancurkan oleh Iskandar Agung Al Makedonie tahun 326
SM lalu yang berkuasa hanyalah kerajaan kecil sampai tahun 330 M. Pada masa raja-raja
kecil inilah bangsa Arab Qahthoniyah berimigrasi dan menetap di sebagian kecil wilayah rief
(pinggiran selatan) Iraq lalu disusul Al Adnaniyah dan berhasil menempati satu wilayah dari
Jazirah Al Furatiyah.
Dalam kitab As Siroh An Nabawiyah Fi Dhu’i Al Mashodir Al Asliyah disebutkan bawa
Ardatsier adalah pendiri kerajaan Sasaaniyah yang mengumpulkan kekuatan farsie sejak 226
M dan berhasil menyatukan farsi dan menguasai bangsa Arab yang tinggal disekitar wilayah
kerajaannya. Inilah yang menyebabkan suku Qudha’ah berimigrasi ke Syam sedang penduduk
Al Hierah dan Al Anbaar bergabung dengan Ardasyier. pada zaman Ardasyier ini yang
memimpin bangsa Arab di Al Hierah adalah Jadziemah Al Wadhaah, tampaknya Ardasyier
memandang tidak akan mampu memimpin langsung bangsa Arab dan tidak mampu
menghalau mereka menggangu wilayah kerajaannya kecuali dengan mengangkat seorang raja
dari mereka yang memiliki loyalitas kepadanya, disamping itu ia ingin menggunakan mereka
melawan kerajaan Rumawie. Ia menempatkan satu battalion pasukan berkudanya untuk
membantu raja Arab tersebut dalam memimpin dan mengatur bangsa Arab agar dapat
menghadang kepentingan Romawi dan Arab Syam. Kemudian setelah wafatnya Jazimah
kekuasaan Arab pindah ke suku Lakhm dengan rajanya Amru bin ‘Adie Al Lakhmie pada
masa kisra Saabuur bin Ardasyier sampai masa kekuasaan Qabaadz bin Fairuz.
Dalam Rahiqul Makhtum hal 31-32 disebutkan bahwa diantara raja-raja Al Hierah yang
terkenal adalah Al Nu’maan bin Al Mundzir yang berhasil mengalahkan pasukan Farsi dalam
perang Dzi Qaar setelah kelahiran Nabi. Kejadian ini adalah kemenangan pertama Arab atas
A’jam, sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

????? ?????? ?????? ????????? ????????? ?????? ???? ????????? ?????? ?????????

Inilah hari pertama kemenangan Arab dari A’jam dan dengan sebabku mereka menang.
Hadits diriwayatkan Imam Ath Thabari dalam tarikhnya 1/206-207dan Al Ya’qubie dalam
Tarikhnya 1/215 tanpa sanad, Namun hadits ini lemah (dho’if).

3. Kerajaan Syam.

Pada masa imigrasi Arab dari negeri mereka, beberapa suku dari Qudha’ah berimigrasi ke
pinggiran Syam dan menetap disana. Mereka ini berasal dari bani Salieh bin Halwaan yang
melahirkan bani Dhaj’am bin Salieh yang dikenal dengan Dhaja’amah yang dimanfaatkan
Romawi untuk melawan Arab pedalaman berbuat keonaran dan untuk senjata melawan Farsi.
Lalu mereka mengangkat seorang raja untuk mereka, kemudian silih berganti raja Dhaja’imah
ini sampai dikalahkan suku Ghasaasinah. Kemudian Ghosaasinah ini mejadi penguasa boneka
Romawi sampai terjadi perang Yarmuk tahun 12 H (634 M) dan raja terakhir mereka yang
bernama Jabalah bin Al Aiham masuk Islam pada masa pemerintahan Umar bin Al Khothob.
(Diterjemahkan dari Kitab As Siroh An Nabawiyah Fi Dhu’i Al Mashodir Al Asliyah hal 61).

4. Selain ketiga kerajaan ini.

Adapun bangsa Arab lainnya mereka dipimpin oleh kepala suku atau kepala kabilah. Mereka
ini layaknya seperti raja dan memiliki hak-hak khusus seperti Al Marbaa’ (hak mengambil
seperempat dari ghonimah rampasan perang), As Shofaa (harta yang dipilih kepala kabilah
tersebut sebelum pembagian harta rampasan perang), An Nasyithoh (harta yang didapatkan
kepala suku di jalan sebelum sampai ke tengah-tengah kaumnya) dan Al Fudhul (harta sisa
pembagian yang tidak dapat dibagi kembali kepada para prajurit perangnya, seperti onta, kuda
dan lain-lainnya). Para kabilah ini sangat mematuhi segala titah dan perintah kepala sukunya
yang didasari oleh kesatuan fanatis golongan dan keluarga.

1.5.2. Keadaan keagamaan.

Adapun agama dan kepercayaan yang berkembang di Jazirah Arab sebelum Islam ada empat:

1. Yahudiyah

Agama Yahudi dianut orang-orang yahudi yang berhijroh ke Jazirah Arab, diantara mereka
ada yang tinggal di Madinah, sebagiannya di Khaibar, Fadk, Wadi Al Qura dan Taima’.
(Lihat: As Siroh AnNabawiyah karya Muhammad Abdulqadir Abu Faaris, hlm: 82). Agama
yahudi juga sampai ke Yaman.dan dianut raja Dzu Nuwas Al Himyari kemudian tersebar
pada bani Kinanah, Bani Al Haarits bin Ka’ab dan Kindah. (lihat: As Sirah An Nabawiyah Fi
Dhu’ie Al Mashodir Al Ashliyah hlm 71).

2. Nashroniyah (Kristen)

Agama nashroni masuk ke kabilah-kabilah Ghasasinah dan Al Munadzirah dan memiliki


beberapa gereja besar yang terkenal, diantaranya Gereja Hindun Al Aqdam, Al Laj dan
Haaroh Maryam. Demikian juga masuk diselatan jazirah Arab dan berdiri gereja di Dzufaar
dan yang lain di ‘And demikian juga di daerah Nejron. Sedangkan diantara kabilah Quraisy
yang menganut agama nashroni adalah bani Asad bin Abdiluzaa. Demikian juga dianut oleh
bani imriil Qais dari Tamiem, bani Taghlib dari Kabilah Rabi’ah dan sebagian kabilah
Qudho’ah. Nampaknya mereka manganut agama ini melalui perantara imperium Romawi.

3. Majusiyah

Sebagian sekti Majusi juga masuk kejazirah Arab dibani Tamim, diantaranya Zaraarah dan
Haajib bin Zaraarah. Demikian juga Al Aqra’ bin Haabis dan Abu Sud- kakek Waki’ bin
Hisan- termasuk yang menagnut ajaran majusi ini. Majusiyah juga masuk ke daerah Hajar di
Bahrain.

4. Syirik

Kebanyakan bangsa Arab menyembah patung berhala, bintang-bintang dan matahari yang
mereka jadikan sesembahan selain Allah. Penyembahan bintang-bintang juga bermunculan di
Jazirah Arab khususnya di Haraan, Bahrain dan diMakkah tersebar diantara bani Lakhm,
Khuza’ah dan Quraisy. Sedangkan penyembahan matahari ada dinegeri Yaman, sebagaimana
diisyaratkan Al Qur’an dalam firmanNya dalam surat An Naml ayat 23-24:

‫ش إِنِِّي‬
ٌ ‫ع ْر‬ َ ‫َّللاِ َو َجدْتُ ا ْم َرأَة ً ت َ ْم ِل ُك ُه ْم َوأُوتِيَتْ مِ ْن ُك ِِّل‬
َ ‫ش ْيءٍ َولَ َها‬ ‫ُون ه‬ِ ‫ش ْم ِس مِ ْن د‬ ‫عظِ ي ٌم َو َج ْدت ُ َها َوقَ ْو َم َها يَ ْس ُجد ُونَ لِل ه‬ َ ‫َوزَ يهنَ لَ ُه ُم‬
‫س ِبي ِل فَ ُه ْم‬ َ ‫صده ُه ْم‬
‫ع ِن ال ه‬ َ َ‫طانُ أ َ ْع َما َل ُه ْم ف‬ َ ‫ش ْي‬
‫ال َي ْهتَدُونَ ال ه‬

Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi
segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya
menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah
perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka
tidak dapat petunjuk.

Dahulu kebanyakan bangsa Arab mengikuti agama nabi Ibrahim dan dakwah nabi Isma’il,
mereka menyembah Allah dan tidak menyekutukanNya dalam seluruh peribadatan sehingga
berlalu beberapa masa dan lupa ajaran nabi mereka. Namun mereka masih memiliki tauhid
dan sebagian syiar agama nabi Ibrohim sampai kota Makkah dikuasai bani Khuza’ah. Bani
Khuza’ah menguasai ka’bah selama kurang lebih tiga ratus tahun dan ada yang menyatakan
lima ratus tahun. Ketika bani khuza’ah dipimpin Amru bin Luhai Al Khuza’ie mulailah
terjadi penyembahan berhala (paganisme) dikalangan bangsa Arab.
Adapun kisahnya disampaikan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab An Najdi rahimahullah
dalam pernyataan beliau: “Adapun kisah Amru bin Luhai dan perubahan agama nabi Ibrahim,
maka ia seorang yang berkembang dalam sifat baik dan dermawan seta memiliki semangat
agama yang tinggi sehingga orang-orang sangat mencintainya dan mengikutinya karena
perkara tersebut sampai mengangkatnya sebagai penguasa mereka. Kemudian ia menjadi
penguasa Makkah dan Ka’bah dan bangsa Arab menganggapnya sebagai ulama besar dan
wali. Pada satu waktu ia bepergian kenegeri Syam lalu melihat mereka (ahli Syam)
menyembah patung berhala, kemudian ia menganggap hal itu baik dan menyangkanya satu
kebenaraan, karena Syam adalah tempat para rasul dan turunnya kitab suci, sehingga mereka
memiliki keutamaan dalam hal itu dari ahli Hijaz dan yang lainnya. Kemudian ia kembali ke
Makkah membawa patung Hubal dan menempatkannya di dalam Ka’bah serta mengajak ahli
Makkah untuk berbuat syirik. Ajakan itu mereka terima. Sedangkan ahli Hijaaz mengikuti
ahli Makkah dalam agama, karena ahli Makkah adalah pemilik Ka’bah dan penduduk tanah
suci’.(Lihat: Mukhtashor Sirah Ar Rasul karya Muhammad bin Abdulwahab At Tamimi
rahimahullah, tahqiq Hana’ Muhammad Jazamaati, cetakan keenam tahun 1421H, Dar Al
Kitab Al Arabi, Bairut, hlm15.)
Kemudian Amru bin Luhai mendapatkan patung-patung kaum nabi Nuh yang telah terpendam
akibat banjir taufan dan membagi-bagikan patung tersebut kepada kabilah-kabilah Arab. Hal
ini diceritakan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dalam pernyataan beliau
rahimahullah : “Amru bin Luhai adalah seorang dukun yang memiliki jin, lalu jin tersebut
berkata kepadanya: “Percepat perjalana dan kepergianmu dari Tuhamah dengan
kebahagian dan keselamatan, datangilah Jeddah, nanati kamu dapati patung-patung yang
telah jadi, lalu bawalah ke Tuhamah dan jangan hadiahkan. Serulah bangsa Arab untuk
menyembahnya nanti mereka akan menerimanya”. Lalu ia mendatangi Jeddah dan mencari
patung-patung tersebut kemudian membawanya ke Tuhamah. Ketika datang musim haji maka
ia mengajak bangsa Arab untuk menyembahnya”.

Oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

???????? ??????? ???? ??????? ???? ??????? ????????????? ??????? ???????? ??? ????????
??????? ??????? ???? ??????? ????????????

Aku melihat Amru bin A’mir bin Luhai mengeluarkan ususnya dineraka dan ia adalah orang
pertama yang membuat-buat ajaran Al sayaaib (onta yang tidak boleh diberikan beban dan
dikhususkan untuk nadzar sehingga dilepas makan dan minum apa saja dan tidak
ditunggangi). HR Al Bukhari dalam Shahihnya, Kitab Al Manaqib Bab Qishoh Khuza’ah no.
3260.

Patung-patung tersebut adalah patung Wadd, Suwaa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr, sebagaimana
Allah namakan dalam Al Qur’an ketika mengisahkan kisah kaum nabi Nuh dalam firmanNya:

‫وث َو َيعُوقَ َوقَالُوا ال‬ ُ ‫َونَس ًْرا تَذَ ُر هن آ ِل َهت َ ُك ْم َوال تَذَ ُر هن َودًّا َوال‬
َ ُ‫س َواعًا َوال َيغ‬

Dan mereka berkata:”Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) ilah-ilah kamu


dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula
suwaa’, yaghuts, ya’uq dan nasr. (QS. 71:23)

Kemudian tersebarlah paganisme ini keseluruh bangsa Arab, sehingga setiap rumah memiliki
berhala sendiri-sendiri dari berbagai macam benda; ada yang dari batu, kayu, tanah sampai
tepung terigu. Mereka menyembah batu yang mereka bawa dan ketika melihat batua lain yang
lebih bagus maka ia melempar yang pertama dan mengambil yang kedua sebagai
sesembahanya. Sebagian mereka bila tidak menemukan batuan mengumpulkan tanah lalu
diberi air susu kambing kemudian menthowafinya, sebagaimana diriwayatkan dari Abu Ar
Raja’ Al ‘Athorisiy, beliau berkata:

?????? ???????? ????????? ??????? ????????? ??????? ???? ???????? ?????? ?????????????
??????????? ???????? ??????? ???? ?????? ??????? ????????? ???????? ???? ??????? ?????
??????? ?????????? ????????????? ???????? ????? ??????? ????

Kami menyembah sebuah batu, jika kami dapati batu lain yang lebih bagus maka kami buang
dan kami ambil yang kedua. Jika kami tidak mendapati batu maka kami kumpulkan tanah dan
kami bershadaqah dengan susu dan kami thowafi (kumpulan tanah tersebut). HR Al Bukhari
dalam Shahihnya Kitab Al Maghazi bab Wafd bani Hanifah Wa Hadits Tsumamah bin Atsaal
no. 3027.

Diantara mereka ada yang menyembah pohon atau malaikat dan menyatakan malaikat adalah
anak perempuan Allah, sebagaimana dikisahkan Al Qur’an dalam firmanNya:

ُ‫ْالبَنَاتُ َولَ ُك ُم ْالبَنُونَ أ َ ْم لَه‬

Ataukah untuk Allah anak-anak perempuan dan untuk kamu anak-anak laki-laki. (QS.At
Thuur 52:39)

???????? ????????? ?????? ?????????

Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan. (QS. An
Najm 53:21).
Sebagian mereka ada yang menyembah jin, lalu jinnya masuk islam dan penyembahnya
masih menyembahnya. Sebagaimana disampaikan Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu:

????? ????? ???? ????????? ??????????? ?????? ???? ???????? ?????????? ????????
??????????? ????????? ???????????

Dulu ada sejumlah orang yang menyembah sejumlah jin, lalu jin tersebut masuk Islam dan
mereka (para penyembahnya) tetap berada pada agama mereka. Lalu turunlah firman Allah:

َ‫اب َر ِبِّكَ َكانَ الهذِينَ َي ْدعُونَ َي ْبتَغُونَ ِإلَى َر ِِّب ِه ُم ْال َوسِيلَةَ أَيُّ ُه ْم أ َ ْق َربُ أُولَئِك‬
َ َ‫عذ‬ ً ُ‫َمحْ ذ‬
َ َ‫ورا َو َي ْرجُونَ َرحْ َمتَه ُ َو َيخَافُون‬
َ ‫عذَا َبهُ ِإ هن‬

Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb mereka siapa
di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut
akan azab-Nya, sesungguhnya azab Rabbmu adalah sesuatu yang (harus) ditakuti. (QS. Al
Isra’ 17:57).

Tentang penyembahan mereka pada malaikat dan jin telah Allah kisahkan dalam firman:

‫ش ُر ُه ْم َجمِ ي ًعا ث ُ هم َيقُو ُل ل ِْل َمالئِ َك ِة أ َ َهؤُالءِ ِإيها ُك ْم كَانُوا َو َي ْو َم‬ ُ ‫َي ْعبُدُونَ ْال ِج هن َي ْعبُدُونَ قَالُوا‬
ُ ْ‫س ْب َحانَكَ أ َ ْنتَ َو ِليُّنَا مِ ْن دُونِ ِه ْم َب ْل كَانُوا َيح‬
َ‫أ َ ْكث َ ُر ُه ْم بِ ِه ْم ُمؤْ مِ نُون‬

Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian
Allah berfirman kepada malaikat:”Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu?” Malaikat-
malaikat itu menjawab:”Maha Suci Engkau.Engkaulah pelindung kami, bukan mereka;
bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu. (QS. Saba’
:40-41).

Bangsa Arab memiliki thaghut-thaghut berupa rumah keramat menyamai ka’bah, diantaranya
Al Laata dan Uzza. Mereka perlakukan sebagaimana memperlakukan ka’bah.
Demikianlah keadaan agama di jazirah Arabiyah sebelum datangnya Islam. Walaupun
demikian mereka masih mengimani rububiyah Allah dan menganggap Allah sebagai
sesembahannya juga, namun keyakinan ini semua tidak dapat menyelamatkan mereka dari
siksaan Allah ta’ala.

Patung-patung yang terkenal dikalangan Arab Jahiliyah.

Diantara sekian banyak patung berhala dikalangan bangsa Arab sehingga Ka’bah saja
dikelilingi lebih dari tiga ratus enam puluh patung berhala. Namun pada kesempatan kali ini
kita akan menjelaskan secara singkat berhala-berhala bangsa Arab jahiliyah.

1.Wadd
Wadd adalah salah satu patung kaum nabi Nuh yang berasal dari nama seorang sholih dari
mereka. Ditemukan kembali oleh Amru bin Luhai di Jeddah dan diberikan kepada Auf bin
‘Adzrah dan ditempatkan di Wadi Al Quraa di Dumatul Jandal dan disembah oleh bani kalb
bin Murrah. Patung ini ada sampai datangnya Islam kemudian dihancurkan Khalid bin Walid
dengan perintah Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam. (Lihat: As Sirah An Nabawiyah Fi
Dhu’ie Al Mashodir Al Ashliyah hlm: 66).

2.Suwaa’

Dalam Kitab Mukhtashar Sirah Ar Rasul hal: 50, dijelaskan bahwa yang dimaksud Suwaa’
adalah salah satu patung kaum nabi nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada
Mudhor bin Nizaar dan diserahkan kepada bani Hudzail serta ditempatkan di Rohaath sekitar
3 mil dari Makkah

3.Yaghuts

Yaghuts adalah salah satu patung kaum nabi nuh yang ditemukan kembali dan diberikan
kepada Na’im bin Umar Al Muradi dari Majhaj dan ditempatkan di Akmah atau Jarsy di
Yaman, disembah oleh bani Majhaj dan bani An’am dari kabilah Thaiyi’.

4.Ya’uq

Ya’uq adalah salah satu patung kaum nabi nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada
kabilah Hamadan dan ditempatkan di Khaiwaan, disembah oleh orang-orang Hama.

5. Nasr

Nasr adalah salah satu patung kaum nabi nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada
kabilah Himyar dan ditempatkan di Saba’ disembah oleh bani Dzi Al Kilaa’ dari kabilah
Himyar dan sekitarnya.

6. Manaah

Manaah adalah salah satu patung berhala yang ditempatkan di pantai laut dari arah Al
Musyallal (bukit yang memanjang sampai Qadid dari arah laut) di Qadid antara Makkah dan
Madinah. Patung ini sangat diagungkan oleh suku Al Aus dan Al Khazraj. Dengan sebab
itulah Allah turunkan firmanNya:

‫َّللاِ فَ َم ْن َح هج ْالبَيْتَ أ َ ِو إِ هن‬ َ ‫صفَا َو ْال َم ْر َوة َ مِ ْن‬


‫شعَائ ِِر ه‬ ‫ع َخي ًْرا ال ه‬ َ َ ‫ف بِ ِه َما َو َم ْن ت‬
َ ‫ط هو‬ ‫علَ ْي ِه أ َ ْن يَ ه‬
َ ‫ط هو‬ َ ‫َّللاَ شَاك ٌِر ا ْعت َ َم َر فَال ُجنَا َح‬
‫فَإ ِ هن ه‬
‫علِي ٌم‬
َ
Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebagian dari syi’ar Allah. Maka barang siapa
yang beribadah haji ke Baitullah atau ber’umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan
sa’i di antara keduanya. Dan barang siapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan
kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.
(QS. Al Baqarah :158).

Tentang hal ini dikisahkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha dalam haditsnya yang berbunyi:

????? ???????? ???????? ????????? ?????? ?????? ??????? ???????? ????? ?????????? ??????
?????? ???????? ????? ???????? ????????????? ???? ????????? ?????? ?????? ????? ?????????
???? ????????? ????? ??????? ???????? ???? ?????????? ??????? ??????? ????? ??????
?????????? ??? ???????????? ??????? ?????? ???? ?????????? ?????????? ?????????
???????????? ??????? ??????? ?????????????? ?????? ???????????? ??????? ???? ???????
??????????? ???? ??????? ?????????? ????????????? ???????? ?????????? ???????? ???????
?????? ?????? ?????? ???????? ????????? ???? ?????? ??????? ??? ??????? ?????? ??????
?????? ??????????? ???? ??????? ?????? ???????? ????????????? ?????????? ?????? ????????
?????? ????????

Urwah berkata: Aku bertanya kepada Aisyah: bagaimana pendapat engkau tentang surat Al
baqarah ayat 158. beliau menjawab: sesungguhnya ayat ini diturunkan pada orang Anshor,
mereka dahulu sebelum masuk islam berihrom untuk thoghut Manaah yang mereka sembah
di Al Musyallal. Maka orang yang berihrom disana maka tidak mau taowaf di Shafa dan
marwa. Ketika mereka masuk islam, mereka bertanya kepada Rasulullah tentang hal itu,
mereka berkata: wahai Rasulullah sesungguhnya kami enggan thawaf di shafa dan marwa,
maka turunlah ayat ini. HR Al Bukhari dalam Shahihnya, kitab Al Hajj Bab Waujub Al Shofa
Wal Marwa Wa Ja’luha Min Sya’airillah No. 1534.

Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus Ali bin Abi Thalib radhyiallahu
‘anhu untuk menghancurkannya pada penaklukan kota Makkah. (Lihat: Mukhtashar Sirah Ar
Rasul hlm 51-52)

7. Laata

Laata adalah kuburan orang shalih yang ada di Thaif yang dibangun dengan batu persegi
empat, diberi bangunan oleh bani Tsaqif dan yang menjadi penjaganya dari bani Syaibaan
dari suku Saliem. Bangsa Arab seluruhnya sangat mengagungkannya dan menamainya Zaid
Al Laata atau Taim Al Laata dan sekarang tempatnya adalah di menara masjid Thaif. Ada
yang mengatakan bahwa Laata adalah nama seorang yang membuat masakan Sawiiq untuk
jamaah haji, lalu ia meninggal kemudian kuburannya disembah. Ketika bani Tsaqif masuk
Islam maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus Al Mughirah bin Syu’bah
radhiyallahu ‘anhu untuk menghancurkannya dan kuburan ini dibakar habis.

8. Al ‘Uzza

Al ‘Uzza adalah satu pohon yang disembah sebagai berhala. Ia lebih baru dari Al Laata,
ditempatkan di Wadi Nakhlah di atas Dzatu ‘Irqin dan dibangun bangunan disekelilingnya.
Mereka dulu mendengar suara keluar dari Al Uzza ini dan yang menjaga berasal dari bani
mu’tib dari Tsaqif. Al Uzza ini sangat diagungkan Quraisy dan Kinaanah. Ketika Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam menaklukan Makkah maka beliau mengutus Khalid bin Al
Walid radiyallahu ‘anhu untuk menghancurkannya ternyata ada tiga pohon dan ketiak
dirobohkan yang ketiga, tiba-tiba muncul wanita hitam berambut kusut dalam keadaan
meletakkan kedua tangannya di bahunya menampakkan taringnya dan dibelakangnya ada juru
kuncinya. Kemudian Kholid penggal lehernya dan pecah, ternyata ia adalah seekor merpati,
lalu Kholid bin Al Walid membunuh juru kuncinya.

Ketiga berhala ini (Manaah, Al Uzza dan Al Laata) disebutkan dalam Al Qur’an dalam
firmanNya:

‫َو َمنَاة َ الثها ِلثَةَ أَفَ َرأ َ ْيت ُ ُم الالتَ َو ْالعُ هزى‬

Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al-Lata dan Al-Uzza,dan
Manaah yang ketiga (QS.An Najm:19-20)

9. Hubal

Hubal adalah patung yang paling besar di ka’bah yang disimpan di tengah ka’bah. patung ini
terbuat dari batu ‘aqiq merah dalam bentuk manusia dibawa Amru bin Luhai dari Syam.
Patung inilah yang dikatakan Abu Sufyaan ketika selesai perang Uhud:

????? ?????? ??????? ?????????? ?????? ????? ???????? ????????? ?????????? ??????? ???
??????? ????? ??????? ????? ??????? ????????? ????? ????? ????????? ????? ????????? ?????
?????? ?????? ??????? ?????????? ?????? ?????? ???????? ????????? ?????????? ??????? ???
??????? ????? ??????? ????? ?????????? ????? ??????? ?????? ????? ????? ????????? ??????
???????? ?????? ??????????? ???????

Hubal yang jaya, maka Rasulullah berkata: ‘Jawablah oleh kalian!’ maka mereka menjawab:
‘Apa yang kami akan katakan?’ beliau berkata: ‘Katakan; ‘Allah maha tinggi dan agung’
Abu Sufyan berkata lagi: ‘Kami memiliki Al Uzza dan kalian tidak memiliki Uzza’. Maka
Rasulullah menyatakan: ‘Jawablah!’ mereka menyatakan: ‘Apa yang kami akan katakana?’
Rasulullah menyatakan: ‘katakanlah: ‘Allah adalah maula kami dan kalian tidak punya
maula’. Lalu Abu Sufyan berkata: ‘ Hari ini pembalasan hari Badr dan peperangan akan
terus berlanjut. HR Al Bukhari dalam Shahihnya Kitab Al Maghazi, Bab Ghazwah Uhud
No.3737.

10. Isaaf dan Naailah

Dua patung berhala yang ada di dekat sumur Zamzam. Dua patung ini berasal dari sepasang
orang Jurhum yang masuk ke Ka’bah dan berbuat fujur, lalu dikutuk menjadi dua batu, lama
kelamaan keduannya disembah. Aisyah berkata:

?? ??????? ???????? ????? ???????? ?? ????????? ?????? ??????? ?? ????????? ???? ????????
????????? ???? ??????????? ????????????? ???? ??????????

Kami senantiasa ingat bahwa Isaaf dan Naailah adalah laki-laki dan wanita dari Jurhum
berbuat dosa di Ka’bah lalu Allah rubah mereka menjadi dua batu. HR Ibnu Ishaaq dengan
sanad yang Hasan lihat Siroh Ibnu Hisyam 1/127 dinukil dari As Sirah An Nabawiyah Fi
Dhu’ie Al Mashadir Al Ashliyah, hlm 67.

11. ‘Am Anas atau ‘Amiya Anas

Ini adalah berhala bani Khaulaan. Mereka membagi-bagi hasil ternak dan pertaniannya
menjadi dua bagian; sebagian untuk Allah dan sebagian untuk berhalanya ini, sehingga Allah
turunkan firmanNya:

‫َصيبًا فَقَالُوا َهذَا َو َجعَلُوا‬ ِ ‫ش َركَائِ ِه ْم فَال ِ هَّللِ مِ هما ذَ َرأ َ مِ نَ ْال َح ْر‬
ِ ‫ث َواأل ْنعَ ِام ن‬ ‫ص ُل إِلَى ه‬
ُ ‫َّللاِ َو َما ِ هَّللِ بِزَ عْمِ ِه ْم َو َهذَا ِل‬
ُ ‫ش َركَائِنَا فَ َما َكانَ ِل‬ ِ َ‫ي‬
‫سا َء‬ ُ ‫ص ُل ِإلَى‬
َ ‫ش َركَائِ ِه ْم‬ ِ ‫َما َيحْ ُك ُمونَ َكانَ ِ هَّللِ فَ ُه َو َي‬

Dan mereka memperuntukkan bagi Allah satu bahagian dari tanaman dan ternak yang telah
diciptakan Allah, lalu mereka berkata sesuai dengan persangkaan mereka:”ini untuk Allah
dan ini untuk berhala-berhala kami”. Maka sajian-sajian yang diperuntukkan bagi berhala-
berhala mereka tidak sampai kepada Allah; dan sajian-sajian yang diperuntukan bagi Allah,
maka sajian itu sampai kepada berhala-berhala mereka. Amat buruklah ketetapan mereka
itu. (QS. Al An’aam 136)

12. Sa’ad

Ini adalah berhala milik bani Mulkaan bin Kinaanah.

13. Dzul Kholashah


Ini adalah berhala milik kabilah Khots’am, Bajilah dan Daus yang berada di Tubaalah daerah
antara Makkah dan Yaman. Bentuknya rumah patung yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam katakan kepada Jarir bin Abdillah Al Bajali radhiyallahu ‘anhu :

????? ?????????? ???? ??? ??????????? ??????? ??????? ??? ???????? ???????? ????????
?????????????? ????? ????????????? ??? ????????? ????????? ??????? ???? ????????
????????? ????????? ?????? ????? ???????? ??? ???????? ????? ????????? ???????? ???
??????? ?????? ???????? ?????? ??????????? ??? ??????? ??????? ?????????? ?????????
??????????? ???????? ?????????? ??????????? ????????? ??????????? ????????????

Bebaskanlah aku dari Dzul Kholashah. Dzul Kholashah adalah rumah berhala di Khots’am
dinamai dengan nama ka’bah yamaniyah. Beliau berkata: Aku berangkat bersama 150
tentara berkuda dari suku Ahmas dan mereka adalah ahli penunggang kuda. Beliau berkata
lagi: sedang aku tidak pandai mengendarai kuda perang, maka Rasulullah memukul dadaku
sampai aku melihat bekas pukulannya di dadaku dan menyatakan: Ya Allah tetapkanlah ia
dan jadikanlah ia dai yang memberi petunjuk dan mengambil petunjuk. Maka akupun
berangkat dan menghancurkan serta membakarnya. Diriwayatkan Imam Bukhari dalam
Shahihnya Kitab Al Jihad Wa Al Siyar Bab Harqu Al Dur Wa Al Nakhiil no 2797.

5. Al Hunafa’

Walaupun demikian meratanya paganisme dan keberhalaan di jaziroh Arab namun masih
terdapat sedikit orang yang berada dalam agama yang hanif yang masih menyembah Allah
dan tidak menyekutukannya dan menunggu datangnya kenabian. Mereka ini dikenal dengan
istilah Al Hanafiyun atau Al Hunafa’. Diantara mereka adalah Qiss bin Sa’idah Al Iyaadiy,
Zaid bin ‘Amru bin Nufail, Waraqah bin Naufal, Umayah bin Abi Sholt, Abu Qais bin Abi
Anas, Kholid bin Sinaan, Al Nabighoh Al Dzibyaaniy, Zuhair bin Abi Salma, Ka’ab bin Luai
bin Gholib, Arbaab bin Ri’aab, penyair Suwaid bin Amir Al Mushtholiqie, As’ad Abu karb
Al Himyarie, Wakie’ bin Salamah bin Zuhair Al Iyadie, Umair bin Haidab Al Juhanie, ‘Adi
bin Zaid Al ‘Ibadie, Abu Qais Shurah bin Abu Anas Al Bukhorie, Saif bin Dzi Yazin Al
Himyarie, Amir bin Al Thorb Al ‘Adwaanie, penyair Abdu Al Thoonijah bin Tsa’lab bin
Wabrah bin Qudha’ah, ‘Alaaf bin Syihaab Al Tamiemie, AL Multamis bin Umayah Al
Kinaanie, penyair Zuhair bin Abi Salmaa, Kholid bin Sinaan bin Ghaits Al ‘Abasie, Abdullah
Al Qudhaa’ie, Ubaid bin Al Abrash Al Asadie, Utsman bin Al Huwairits, Amru bin ‘Abasah
Al Sulamie, dan Aktsam bin Shoifibin Robaah. (Lihat As Sirah An Nabawiyah Fi Dhu’ie Al
Mashadir Al Ashliyah hlm 72 dan 77).

1. Letak Kota Makkah.

Kota Makkah terletak di perut lembah, yang dikelilingi oleh bukit-bukit dari segala arah, dari
sebelah timur membentang bukit Abu Qubais (Jabal Abu Qubais) dan dari barat dibatasi oleh
dua bukit (gunung) Qa’aiqa’ dan keduanya berbentuk bulan sabit mengelilingi perkampungan
Makkah. Dan dikenal bagian yang rendah dari lembah tersebut dengan Al-Bathhaa’ yang ada
padanya Ka’bah dan dikelilingi oleh rumah-rumah orang Quraisy, sedangkan bagian yang
tinggi dikenal dengan Al-Mu’alaah dan pada bagian ujung-ujung kedua bukit yang berbentuk
bulan sabit tersebut dibangun rumah-rumah sederhana milik orang Quraisy Dzawaahir yaitu
orang-orang pedalaman (A’rob) Quraisy yang miskin dan merupakan serdadu-serdadu
perang, akan tetapi mereka ini dibawah kaum Quraisy Bathhaa’ (yang tinggal di bathhaa’)
dalam kebudayaan, kekayaan dan martabatnya. (lihat As Siroh An Nabawiyah As Shahihah
oleh Akrom Dhiya’ Al Umary hal:1/77).

2. Sejarah Perkembangan kota makkah

Sejarah perkembangan kota makkah berawal dari hijrohnya Ibrohim ‘alaihis salaam dari Iraq
ke Syam, kemudian dari Syam ke Mesir dengan membawa risalah tauhid dan beliau ditemani
oleh istrinya yang setia lagi cantik jelita saarah.
Di mesir terdapat seorang raja yang sangat rakus terhadap wanita cantik, sehingga tidak ada
seorang wanita cantik yang masuk mesir kecuali dia akan mengambilnya, tetapi Allah ta’ala
menghendaki keselamatan Saarah dari kerakusan sang raja, sehingga akhirnya sang raja
menghadiahkannya seorang wanita untuk membantunya yang bernama Haajar. ( Lihat Fathul
Bari Syarah Shahih Bukhari oleh Ibnu Hajar13/134-135)
Dan ketika Ibrohim telah memasuki usia senja dan rambutnya telah memutih, sedangkan
Saarah mandul, maka Saarah menghadiahkan Haajar kepada suaminya agar dinikahi, dengan
harapan mudah-mudahan Allah ta’ala memberikan keturunan yang sholih untuknya dan
dengan kehendak Allah ta’ala lahirlah seorang anak dari Haajar yang diberi nama Isma’il.
(Lihat: Akhbar Makkah 1/54,dengan sanad yang lemah)
Kemudian hal itu membuat Saraah cemburu, hingga bersumpah akan memotong-motong
Haajar menjadi tiga bagian. ( Lihat Fathul Bari 13/134-135). Lalu Haajar lari bersama suami
dan anaknya yang masih menyusui, sampai berada disuatu tempat yang didirikan padanya
Kaabah (Makkah), di tenda diatas Zam-zam, dan tidak ada seorangpun di makkah ketika itu,
dan tidak ada juga air padanya, lalu Ibrohim memberikan bekal satu kantung kulit yang berisi
korma dan satu kantung air yang berisi air minum, lalu beliau pergi meninggalkan Haajar,
lalu Haajar mengikutinya, dan berkata: “Wahai Ibrohim, kemana Engkau pergi, dan
meninggalkan kami di lembah yang tidak ada seorang manusiapun dan tidak ada jua yang
lain? “ dan dia mengulangi pertanyaaannya tersebut berkali-kali, dan Ibrohim tidak menoleh
kepadanya sedikitpun,sampai berkata Haajar: ”Apakah Allah ta’ala yang memerintahkan
Engkau berbuat demikian? ”Ibrohim menjawab : ”benar”, lalu berkata Haajar: ”Kalau
begitu Allah tidak akan membiarkan kami!”. Kemudian Haajar pulang kembali ketempatnya,
lalu pergilah Ibrohim, sesampainya dia di Ats-Tsaniyah , dia menghadapkan wajahnya ke
tempat Ka’bah, kemudian berdo’a:

”Ya Rabb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah
yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati,
Ya Rabb kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati
sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan,
mudah-mudahan mereka bersyukur”. (Surat Ibrohim 14:37)

Tidak lama kemudian habislah perbekalan air yang dimiliki Haajar, lalu mereka berdua
kehausan, lalu beliau tidak ingin melihat anaknya yang sedang dalam keadaan kehausan,
maka dia berjalan sampai tegak berdiri diatas bukit yang paling dekat darinya, yaitu Shofa,
kemudian menghadap ke lembah untuk melihat apakah ada orang yang lewat, ketika tidak
melihat seorangpun, dia turun dari Shofa hingga jika sampai lembah beliau mengangkat ujung
pakaiannya kemudian berlari kencang sampai melewati lembah tersebut, kemudian dia
menaiki bukit Marwa kemudian menghadap ke lembah untuk melihat apakah ada orang yang
lewat, dan tidak melihat seorangpun, lalu dia melakukannya tujuh kali dan pada akhir yang
ketujuh,datanglah Jibril dan mulai mencari dengan tumitnya atau dengan sayapnya tempat
Zamzam, sampai tampak airnya,kemudian Haajar langsung mengeruknya dan mengambil
airnya dengan kedua telapak tangannya untuk minum dan zam-zam tersebut berceceran
setelah diambil oleh Haajar. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

????? ???? ???????? ???? ?????? ????????????? ????????????? ?????????? ???? ??????
????????????? ????????? ?? ???????? ???? ?????? ????????? ????????? ?? ???????? ????
???????? ?????? ??????? ?? ???????????? ???? ?????? ???????.

Semoga Allah merahmati Ummu Isma’il, kalaulah tidak tergesa-gesa maka niscaya Zamzam
menjadi sumber air yang mengalir (Hadits Shahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari, lihat
Fathul Bari 13/140,No. 3362).

Kemudian Haajar minum dan menyusui anaknya Isma’il, dalam keadaan yang seperti ini,
lewatlah sekelompok orang dari kabilah Jurhum dari Yaman dari Arab Qohthoniyah, ketika
mereka mendapatkan air tersebut,maka mereka meminta izin kepada Haajar untuk
diperbolehkan tinggal menetap bersamanya, maka Haajar mengizinkan mereka, lalu mereka
memanggil keluarga mereka agar supaya menetap di Makkah dan merekapun tinggal di
Makkah dan Ismail tumbuh menjadi pemuda diantara mereka. Dan belajar bahasa arab dari
mereka kemudian setelah dewasa mereka menikahkannya dengan seorang wanita dari
mereka. Setelah itu Ibrohim ke Makkah akantetapi tidak mendapatkan Ismail dirumahnya,
dan istri Ismail menceritakan bahwaIsmail sedang keluar untuk satu keperluan,dan ketika
beliau menanyakan tentang kehidupannya, mengadulah istri Ismail akan pahitnya kehidupan
yang mereka berdua hadapi dari kesulitan dan kemiskinan, lalu Ibrohim mewasiatkan agar
menyampaikan salam kepada Ismail dan mengatakan supaya dia merubah ambang pintu
rumahnya. Ketika Ismail pulang, istrinya menceritakan apa yang telah terjadi dan Ismail
mengetahui bahwa itu adalah bapaknya danfaham maksud pesan-pesan bapaknya, lalu beliau
menceraikan istrinya tersebut dan menikah lagi dengan wanita lain. Dan agak lama kemudian
Ibrohim mengunjungi anaknya di Makah dan tidak mendapatkan Ismail dirumahnya dan
bertanya kepada istrinya tentang kehidupan mereka berdua, lalu dia memuji Allah ta’ala atas
segala limpahan yang diberikan kepada keduanya dari keluasan rizki. Kemudian Ibrohim
berwasiat agar menyampaikan salam kepada Ismail dan mengatakan supaya dia menetapkan
ambang pintu rumahnya. Dan ketika beliau datang, maka istrinyapun menceritakan apa yang
telah terjadi dan mengertilah Ismail itu adalah bapaknya dan mengerti pula pesan-pesannya.
Kemudian sekian lama Ibrohim tidak mengunjungi Makkah, lalu kembali mengunjungi
anaknya Ismail dan mendapatkan anaknya di belakang zamzam sedang memperbaiki
panahnya dibawah tenda yang besar dekat dengan zam-zam, dan ketika beliau melihatnya
maka Ismail menyambut bapaknya sebagaimana layaknya seorang anak yang telah sangat
lama tidak berjumpa dengan bapaknya dan demikian juga Ibrohim bersikap seperti itu. Lalu
Ibrohim meminta anaknya Ismail untuk membantunya melaksanakan perintah Allah yaitu
membangun Ka’bah ditempat yang agak tinggi di dekat zamzam, maka waktu itu Ibrohim
yang membangunnya dan Ismail yang membantu membawakan batu-batunya kepada
bapaknya sampai meninggi bangunan tersebut, lalu beliau membawakan batu Maqom untuk
berpijak bagi Ibrohim, dan berpijaklah Ibrohim padanya, kemudian keduanya berdo’a dan
keduanya sedang membangun:

Ya Rabb kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Surat AL Baqorah. 2:127)

Dan ketika selesai keduanya dari membangun ka’bah, Allah ta’ala perintahkan Ibrohim untuk
menyeru manusia melaksanakan haji, dengan firmanNya:
Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji,niscaya mereka akan datang
kepadamudengan berjalan kaki,dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap
penjuru yang jauh. (Surat Al Hajj. 22:27)

Diriwayatkan bahwa Ibrohim mendaki bukit Abi Qubais atau Al hijr atau Ash Shofa dan
memanggil dengan nama Allah sambil berkata: ”Wahai manusia ! sesungguhnya Robb kalian
telah membangun untuk kalian rumah, maka berhajilah kepadanya”.

Lalu Allah memperdengarkan panggilannya kepada semua makhluk dan siapa yang Allah
telah mudahkan untuk berhaji sampai hari kiamat akan menjawab panggilan tersebut dengan
mengatakan:

???? ????? ????

“Saya terima panggilan Engkau wahai Allah, saya terima panggilan Engkau”

Demikainlah Ismail hidup berdampingan dengan ka’bah bersama keluarga mertuanya yaitu
Jurhum sampai Allah utus belia sebagi Rasul untuk mereka dan seluruh Hijaz dari kabilah
‘amaliq dan Ahli Yaman. (Lihat Al Bidayah oleh Ibnu Katsir 1/209 dengan tanpa sanad).

Allah ta’ala berfirman:

Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam al-
Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul
dan nabi. (Surat Maryam 19:54)

Dari perkawinan Ismail dengan putrinya Mudhoodh lahirlah dua belas putra yaitu: Naabit
atau Nabaayut, Qaidaar, Adbaa’iil, Mabsyaam, Masymaa’, Dumaa, Misyaa, Hadad, Yatma,
Yathur dan Nafiis serta Qaidamaan. Dari mereka inilah kemudian berkembang anak turunan
Ismail menjadi dua belas kabilah, yang semuanya menetap di makkah dengan mata
pencahariannya adalah berdagang dari negeri-negeri Yaman sampai negeri Syam dan Mesir.
Akan tetapi dari anak turunan Ismail ini hanya Naabit dan Qaidaar lah yang masih dapat
terdeteksi sejarahnya.
Naabit adalah anak Isma’il yang Allah pilih untuk menjadi bapak yang akan menurunkan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kelak dikemudian hari, akan tetapi silsilah nasab
antara dia dengan Adnan itu tidak dapat di pastikan keakuratannya. Dan Rasulullah telah
menetapkan nasab beliau sampai Adnan saja, adapun nasab Adnan sampai Isma’il masih
dalam perselisihan para ulama. Ketika Isma’il meninggal beliau dimakamkan disisi
ibunya,dan umur beliau 137 tahun,dan seluruh Arab Hijaz berintisab kepada Qaidzar dan
Naabi (Lihat: Al Bidayah 1/210).
Adnan adalah kakek yang ke dua puluh satu dari silsilah nasab Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam kemudian lahir dari beliau Ma’ad dan dari Ma’ad Nizar, lalu Nizar memiliki empat
orang anak yang kemudian berkembang menjadi empat kabilah besar yaitu: Iyad, Anmar,
Rabi’ah dan Mudhor. Dan dari dua kabilah besar yang terakhir inilah lahir banyak marga dan
suku-suku, dari Rabi’ah ada Asad, Anzah, Abdul Qais, Wail dan dua anaknya Bakr dan
Taghlib, Hanifah dan lain-lainnya.
Sedangkan kabilah Mudhor berkembang menjadi dua masyarakat yang besar Yaitu: Qais
‘Ailaan bin Mudhor dan Marga-marga Ilyas bin Mudhor. Dari Qais’Ailaan ada Bani Saliim,
Bani Hawaazin, Bani Ghothofan dan dari ghothofan ada ‘Abs, dzibyaan, Asyja’ dan Ghony
bin A’shar. Dan dari Ilyas bin Mudhor ada amim bin Murroh, Hudzai bin Mudrikah, Bani
Asad bin Khuzaimah dan marga-marga Kinanah bin Khudzaimah,dan dari Kinanah ada
Quraisy yaitu anak turunan Fihr bin Maalik bin Nadhor bin Kinanah
Quraisy terbagi menjadi beberapa kabilah, yang terkenal adalah: Jumah, Sahm, Ady,
Makhzum, Taim, Zahroh dan suku-suku Qushay bin Kilab yaitu Abdud-Dar bin Qushay,
Asad bin Abdul Uzza bin Qushay dan Abdi Manaf bin Qushay. Abdi Manaf memiliki empat
anak yaitu: Abdis Syams, Naufal, Al Muthalib dan Hasyim dan Hasyim adalah keluarga yang
dipilih Allah untuk lahir darinya Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam, beliau bersabda:

????? ???? ???????? ???? ?????? ????????????? ????????????? ?????????? ???? ??????
????????????? ????????? ?? ???????? ???? ?????? ????????? ????????? ?? ???????? ????
???????? ?????? ??????? ?? ???????????? ???? ?????? ???????.

Sesungguhnya Allah memilih Ismail dari anak Ibrohim dan memilih kinanah dari anak Ismail
dan memilih Quraisy dari bani kinanah dan memilih Bani Hasyim dari Quraisy dan
memilihku dari Bani Hasyim. (Hadits shahih diriwayatkan oleh Imam Muslim dan At
Tirmidzi).

Telah kita ketahui bahwa asal penduduk Makkah adalah bangsa Jurhum,yang tinggal bersama
Haajar dan Isma’il dan mereka memerintah Makkah setelah Isma’il, akan tetapi mereka tidak
dapat menjaga kehormatan kota suci tersebut, maka tersebarlah kejahatan dan kerusakan
padanya dan banyak diantara mereka yang merampok harta Kabah. Ketika sebagian bangsa
Arab Yaman berpencar-pencar setelah terjadi bencana banjir yang dahsyat yang dikenal
dengan nama Sailil Arim, berhijrahlah Tsa’labah bin ‘Amr bin ‘Aamir bersama kaumnya ke
Makkah akan tetapi mereka ditolak oleh Jurhum,maka terjadilah pertempuran yang sengit
diantara mereka dan diakhiri dengan kekalahan Jurhum. Dan akhirnya mereka menetap di
Makkah. Ketika Tsa’labah sakit dia pindah ke Syam dan yang memerintah Makkah dan
menjaga Ka’bah adalah saudaranya yaitu Rabi’ah bin Haaritsah bin ‘Amr yang terkenal
dengan Luhay, dan dikenal kaumnya dengan nama Khuzaa’ah, dan bergabung bersama
mereka anak turunan Isma’il bin Ibrohim yang mereka itu tidak ikut dalam pertempuran
dengan Jurhum.
Berkuasa Khuzaa’ah di Makkah sekitar 300 tahun dan pada masa mereka inilah terjadi awal
penyembahan berhala di Hijaz, dengan sebab pemimpin mereka ‘Amr bin Luhay ketika
mengunjungi Syam menjumpai ‘Amaliq di Mu’ab satu tempat dari negeri Al Balqa’
menyembah berhala dan mereka berkata kepadanya bahwa mereka menyembah berhala-
berhala itu karena mereka meminta hujan kepadanya maka dia turunkan hujan, mereka
meminta pertolongan maka dia menolong mereka,lalu dia meminta sebuah berhala dari
mereka dan mereka memberikannya berhala Hubal,kemudian ‘Amr bin Luhay membawanya
ke Makkah dan memerintahkan manusia untuk menyembahnya dan mengkramatkannya,dan
merekapun mentaatinya lantaran ‘Amr bin Luhay adalah pemimpin mereka yang mereka
taati.
Rasulullah shallallahu’alaih wasallam bersabda tentang Amr bin Luhay:

???? ???? ?? ??? ??? ???? ?? ?????

Aku telah melihat ‘Amr bin Luhay menarik-narik ususnya di neraka.


Hadits riwayat Muslim 4/21911,No:2856.

Dan dari sinilah penduduk Makkah mulai mengenal penyembahan berhala dan akhirnya
merebak dan menjadi suatu pemahaman agama yang sangat kuat pada mereka. Dan ketika
anak turunan Ismail menyebar kenegeri-negeri mereka membawa batu-batu makkah untuk
mereka keramatkan, dimana mereka tinggal mereka latakkan dan mereka thowafi seperti
mereka thowaf di Ka’bah sampai akhrnya mereka menyembah semua batu-batuan yang
mereka sukai dan kagumi, kemudian terjadi pergantian generasi dan mereka lupa dengan
agama nenek moyang mereka Ibrohim ‘alaihis salaam. (Lihat: Al Bidayah 2/205). Pada masa
kekuasaan Khuza’ah ini, kaum Quraisy masih berpecah-pecah sampai dipimpin oleh Qushay
bin Kilaab dan beliau berhasil menyatukan kaum Quraisy dan memerangi Khuzaa’ah dengan
dibantu oleh Qudhaa’ah dalam merebut kekuasaan ka’bah dan bangsa arab yang lainnya pun
ikut intervensi dalam permasalahan ini,sampai akhirnya terjadi peradilan dan dimenangkan
oleh Qushay bin Kilaab. Dan dari sinilah terangkat kedudukan kaum Quraisy diantara bangsa
arab Al Azraaq, (Lihat: Akhbar Makkah 1/103-107).
Berkata Al Mubarokfury: ”Tentang diri Qushay ini dikisahkan bahwa bapaknya meninggal
dunia saat beliau masih kecil dalam asuhan ibunya.Lalu ibunya kawin lagi dengan seorang
laki-laki dari bani Udzrah,yaitu Rabi’ah bin Haraam,yang kemudian membawanya ke
perbatasan Syam. Setelah Qushay menginjak remaja,dia kembali ke Makkah,yang saat itu
dipimpin oleh Hualil bin Hubsyah dari bani Khuzaa’ah,lalu Qushay melamar putri Hulail
yang bernama Hubba dan ternyata lamarannya diterima dengan baik olehnya. Maka dia
menikah dengan putri Hulail. Setelah Hulail meninggal, terjadi peperangan antara Khuza’ah
dengan Quraisy,yang akhirnya membawa Qushay menjadi pemimpin Makkah dan menangani
urusan Baitul Haram.
Ada tiga riwayat yang menjelaskan sebab meletusnya peperangan ini,yaitu:
1. Setelah Qushay mempunyai banyak anak dan hartanyapun berlimpah ruah, bersamaan
dengan itu Hulail meninggal dunia,maka dia merasa bahwa dialah yang lebih berhk
berkuasa di Makkah dan menangani urusan Ka’bah dari pada Bani Khuzaa’ah dan Bani
Bakr, sedangkan Quraisy adalah pemimpin dan pelopor anak keturunan Isma’il.Maka dia
melobi pemuka-pemuka Quraisy dan Bani Kinanah agar mengusir bani Khuzaa’ah dan bani
Bakr,lalu mereka menerima hal tersebut.
2. Sesungguhnya Hulail -menurut pengakuan Khuzaa’ah- telah mewasiatkan kepada Qushay
untuk menangani urusan Ka’bah dan Makkah.
3. Sebenarnya Hulail telah menunjuk putrinya Hubba sebagai pemegang urusan Ka’bah,dan
Abu Ghibsyaan Al Khuza’y sebagai wakilnya,lalu Abu Ghibsyaan melaksanakan tugas
pemeliharaan Ka’bah sebagai wakil dari Hubba.Ketika Hulail meninggal dunia, Qushay
membeli kewenangan mengurus Ka’bah dari Abu Ghibsyaan dengan satu kendi besar
khamar(Arak) dan Bani Khuzaa’ah tidak menerima jual beli tersebut dan berusaha mencegah
Qushay dari kekuasaan mengurus Ka’bah,lalu Qushay mengumpulkan pemuka-pemuka
Quraisy dan Bani Kinanah untuk mengusir mereka dari Makkah dan mereka menyetujuinya.”
(Lihat: Rahiqul Makhtum hal 29-30).

Apapun sebabnya, yang jelas setelah meninggalnya Hulail terjadi pertempuran antara
Khuza’ah dengan Quraisy, yang akhirnya membawa Qushay menjadi pemimpin Makkah dan
menangani urusan Baitul Haram, setelah melalui pertumpahan darah dari kedua
kelompok,dan dikisahkan bahwa mereka mengangkat Ya’mar bin Auf dari bani Bakr sebagai
hakim untuk mendamaikan mereka dan dia menetapkan bahwa Qushay lah orang yang berhak
untuk menangani urusan Ka’bah dan berkuasa atas Makkah.
Qushay berkuasa di Makkah dan menangani Ka’bah pada pertengahan abad kelima Masehi
,tepatnya pada tahun 440 M. Lalu dia menjadikan Makkah sebagai pemukiman kaum Quraisy
dan tinggallah semua suku dari kam Quraisy serta didirikan rumah-rumah mereka di Makkah.
Dan mengaturnya serta membangun Darun Nadwah disebelah utara Ka’bah yang dijadikan
sebagai tempat pertemuan orang-orang Quraisy untuk membicarakan masalah-masalah
penting mereka. Kemudian dia memiliki kepemimpinan yang utuh dalam pengaturan kota
Makkah dan dalam masalah agama,sehingga dia menjadi pemimpin agama di Baitul-
harom,yang menjadi tujuan kedatangan semua bangsa Arab dari segala penjuru.
Dengan demikian Qushay telah memimpin beberapa jabatan dan wewenang yaitu:
1. Sebagai pemimpin di Darun Nadwah. Ditempat ini para pemimpin Quraisy mengadakan
musyawarah untuk membicarakan dan memecahkan masalah-masalah penting yang mereka
hadapi dan juga untuk menikahkan anak-anak putri mereka
2. Sebagai pemegang panji atau bendera perang (liwa’)
3. Sebagai pemegang jabatan Hijabah (wewenang menjaga pintu Ka’bah),maka tidak ada
seorangpun yang boleh membuka pintu Ka’bah kecuali dia.
4. Sebagai pemberi minum orang-orang yang menunaikan haji (Saqaaah)
5. Sebagai penerima dan penjamu orang-orang yang menunaikan haji (Rifaadatul Hajj).
Ketika menginjak usia tua, Qushay menyerahkan semua urusan kewenangan dan
kepemimpinan kepada anaknya yang tertua Abdud-Dar. Dimasa hidupnya semua perbuatan
Qushay tidak pernah ditentang dan dibantah, demikian juga setelah matinya,sehingga semua
itu seperti layaknya agama yang harus diikuti oleh kaum Quraisy sebagai bentuk penghargaan
terhadap jasa dan ketinggian martabatnya.
Setelah meninggalnya Qushay, segala tugas dan wewenang tersebut dilaksanakan oleh anak-
anaknya tanpa ada perselisihan sedikitpun,akan tetapi setelah meninggalnya Abdud-Dar dan
saudara-saudaranya yaitu Abdi Manaf, Abdi Syams, Abdul ‘Uza, terjadi perselisihan dan
perseteruan diantara anak-anak mereka, kemudian pecah menjadi dua kelompok, kelompok
pertama membela bani Abdudar dan yang lain membela bani Abdumanaf. Lalu kelompok
pembela bani Abdumanaf bersumpah setia dengan memasukkan tangan mereka ke bejana
yang berisi minyak wangi, kemudian tangan-tangan tersebut mengusap rukun-rukun kabah,
maka mereka disebut Hilpul Muthibiin. Sedangkan bani Abdudar dan pendukung-
pendukungnya,mereka mengeluarkan bejana yang penuh berisi darah, lalu mereka melakukan
apa yang telah dilakukan bani Abdumanaf dan pendukung-pendukungnya,maka mereka
dinamakan Al Ahlaaf. Kemudian akhirnya kekuasaan dibagi-bagi,bani Abdumanaf mendapat
kekuasaan atas Saqayah, Rifadah dan Qiyadah, sedangkan yang lainnya untuk bani Abdudar.
Kekuasaan-kekuasaan ini terus dipegang mereka turun-temurun hingga datangnya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam.

(Disarikan dari kitab Assiroh Annabawiyah Fi Dhu’i Al Mashodir Al Ashliyah oleh Mahdi
Rizqullah Ahmad hal 47-50 dan Rohiqul Makhtum 29-34)

* Pengasuh pertama: Barakah Al-Habsyiyyah (digelar Ummu Aiman. Hamba perempuan


bapa Rasulullah SAW)

* Ibu susu pertama: Thuwaibah (hamba perempuan Abu Lahab)

* Ibu susu kedua: Halimah binti Abu Zuaib As-Sa ‘ diah (lebih dikenali Halimah As-Sa ‘
diah. Suaminya bernama Abu Kabsyah)

USIA 5 TAHUN

· Peristiwa pembelahan dada Rasulullah SAW yang dilakukan oleh dua malaikat untuk
mengeluarkan bahagian syaitan yang wujud di dalamnya.

USIA 6 TAHUN

· Ibunya Aminah binti Wahab ditimpa sakit dan meninggal dunia di Al-Abwa ‘ (sebuah
kampung yang terletak di antara Mekah dan Madinah)

· Baginda dipelihara oleh Ummu Aiman (hamba perempuan bapa Rasulullah SAW) dan
dibiayai oleh datuknya ‘ Abdul Muttalib.

USIA 8 TAHUN

· Datuknya, ‘ Abdul Muttalib pula meninggal dunia.

· Baginda dipelihara pula oleh bapa saudaranya, Abu Talikota Busra, negeri Syam, seorang
untuk menceritakan

Anda mungkin juga menyukai