Anda di halaman 1dari 32

ANALISIS POTENSI DAN EFEKTIVITAS

PENGELOLAAN ZAKAT PROFESI APARATUR


SIPIL NEGARA (ASN) DI BAZNAS TULUNGAGUNG

Proposal Skripsi

Oleh:

Fefi Diana Putri


12404193023

JURUSAN MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
OKTOBER 2022
ANALISIS POTENSI DAN EFEKTIVITAS
PENGELOLAAN ZAKAT PROFESI APARATUR
SIPIL NEGARA (ASN) DI BAZNAS TULUNGAGUNG

Proposal Skripsi

Diajukan Kepada Jurusan Manajemen Zakat Dan WAKAF


Guna Menyusun Skripsi

Oleh:

Fefi Diana Putri


12404193023

JURUSAN MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
OKTOBER 2022
A. Latar Belakang

Amanah dalam Undang – Undang Dasar 1945 menjelaskan bahwa

salah satu kewajiban pemerintah adalah untuk memajukan kesejahteraan

umum. Zakat sebagai sumber dana potensial perlu dikelola secara maksimal

untuk membantu program pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Pemerintah mempunyai kewajiban sesuai dengan tugas dan

fungsinya yaitu: sebagai regulator, fasilitator, edukator dan sosialisator.

Dalam pandangan Islam, zakat merupakan suatu kewajiban yang harus

dikeluarkan oleh setiap umat Islam maupun badan usaha untuk diberikan

kepada mereka yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.

Diantara ayat Al Qur’an yang menyebutkan tentang kewajiban berzakat

adalah QS. At Taubah: 103 yang artinya adalah “Ambillah zakat dari

sebagian harta mereka guna membersihkan dan mensucikan mereka dan

mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)

ketentraman jiwa bagi mereka.”

Zakat merupakan ibadah yang memiliki posisi yang penting,

strategis dan menentukan bagi pembangunan umat Islam. Ajaran zakat

memberikan landasan bagi pembangunan kesejahteraan umat. Ajaran zakat

memberikan landasan bagi tumbuh dan berkembangnya kekuatan sosial

ekonomi umat. Kandungan zakat ini mempunyai dimensi yang luas dan

kompleks, bukan saja nilai ibadah, moral dan spiritual melainkan juga nilai-

nilai ekonomi (Abidin, 2014). Zakat merupakan pranata agama yang

bertujuan untuk meningkatkan keadilan dan kesejahteraan umat. Untuk

1
mencapai tujuan tersebut dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil

guna, zakat harus dikelola dengan manajemen yang baik sesuai dengan

syari’ah Islam. Semua itu tentu saja bertumpu pada peran institusi pengelola

zakat, yakni Badan Amil Zakat (BAZ) yang didirikan dan dikelola oleh

pemerintah, serta Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang didirikan dan dikelola

oleh masyarakat.1

BAZNAS merupakan Badan Amil Zakat Nasional yang ditunjuk

dan diangkat oleh pemerintah non struktural untuk mengelola dana zakat

yang beredar di masyarakat, sedangkan penempatnnya terbagi menjadi

pusat dan daerah. Untuk penempatan di pusat diberikan nama BAZNAS

Pusat, sedangkan untuk daerah diberikan nama BAZNAS Wilayah yang

kedudukannya bisa di tingkat provinsi dan kabupaten kota. Lembaga yang

berada di bawah naungan BAZNAS yaitu Unit Pengumpul Zakat (UPZ).

UPZ berperan lembaga pengumpul zakat yang berkedudukan di perusahaan,

dinas pemerintah dan institusi lainnya. Sedangkan LAZ merupakan

Lembaga Amil Zakat yang lahir dari aspirasi masyarakat Islam dan memiiki

tugas untuk membantu BAZNAS dalam kegiatan pengumpulan,

pendistribusian dan pendayagunaan zakat.2

Kesenjangan sosial ekonomi yang terjadi saat ini berdampak pada

optimalisasi pengelolaan zakat. Zakat sebagai salah satu sumber pendapatan

negara perlu dikelola dengan baik dan penuh tanggungjawab sehingga dapat

1
Elok Fitriani Rafikasari, Ahmad Supriyadi, Prediksi Zakat Mal/Profesi Menggunakan
Exponential Smooting, Jurnal Iqtisaduna, Volume 4 Nomor 2 (2018) hal 255
2
Ahmad Hudaifah, dkk. Sinergi Pengelolaan Zakat Di Indonesia, (Surabaya : Scopindo Media
Pustaka, 2020), hal 13-14

2
memberikan manfaat bagi kesejahteraan para mustahik. Pengelolaan zakat

yang baik, transparan dan akuntabel akan meningkatkan daya guna zakat

untuk mempercepat penurunan kesenjangan di Indonesia. Presentase

penduduk muslim di Indonesia begitu besar artinya potensi zakatnya juga

besar.3 Berdasarkan outlook data zakat 2021 Badan Amil Zakat Nasional

(BAZNAS), total potensi zakat di Indonesia, sebesar Rp327,6 triliun.

Karena itu, zakat sangat berpotensi untuk membantu pemulihan ekonomi

nasional dan membantu masyarakat yang kekurangan. Besar potensi

tersebut dirinci berdasarkan ragam jenisnya yakni zakat pertanian Rp19,9

triliun, zakat peternakan Rp 19,51 triliun, zakat uang Rp58,78 triliun, zakat

penghasilan dan jasa Rp139,7 triliun, dan zakat perusahaan Rp 144,5 triliun.

Zakat penghasilan atau zakat profesi merupakan bagian dari zakat

mal yang wajib dikeluarkan oleh seseorang yang memiliki penghasilan rutin

yang didapatkan dengan cara yang halal. Berdasarkan keterangan Majelis

Ulama Indonesia (MUI) bentuk penghasilan yang wajib di keluarkan

zakatnya adalah yang berasal dari gaji, iuran, upah, jasa dan sarana lain yang

tidak melanggar hukum Islam, baik penghasilan yang diterima secara rutin

maupun tidak.4

Potensi muzakki di kabupaten tulungagung mencapai 14.000 jiwa

dari golongan Aparatur Sipil Negara (ASN). Namun, hanya 20% dari

jumlah keseluruhan anggota ASN yang membayar zakat profesi melalui

3
Elok Fitriani Rafikasari, Ahmad Supriyadi, Prediksi Zakat Mal/Profesi Menggunakan
Exponential Smooting, Jurnal Iqtisaduna, Volume 4 Nomor 2 (2018) hal 256
4
https://baznas.go.id/zakatpenghasilan diakses pada 20 Oktober 2022

3
kantor Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Tulungagung. Sedangkan

sisanya lebih memilih untuk membayarkan zakatnya secara langsung

kepada mustahik. Potensi zakat profesi yang berasal dari anggota ASN dan

Pegawai BUMN di Kabupaten Tulungagung mencapai 15 milyar per tahun.

Angka tersebut seharusnya sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat khususnya bagi mereka yang kurang mampu. Akan tetapi yang

terealisasi hanya sebesar 5 milyar dari zakat fitrah dan 2,2 milyar atau 10%

dari zakat profesi yang sebagian besar bersumber dari ASN Kementerian

Agama (Kemenag). Salah satu faktor utama penghimpunan dana zakat di

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Tulungagung kurang maksimal

disebabkan karena Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tulungagung belum

mewajibkan seluruh anggota ASN yang beragama Islam untuk membayar

zakat melalui lembaga zakat. Perintah membayar Zakat, Infak dan Sedekah

(ZIS) masih sebatas menerbitkan Perbup tentang Fasilitasi Pengumpulan

Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) bagi ASN dan Pegawai BUMD yang

beragama Islam di wilayah Pemkab Tulungagung. Jadi, guna mendorong

optimalisasi penghimpunan dana zakat di kalangan ASN maka perlu adanya

instruksi dari Bupati Tulungagung yang mewajibkan zakat profesi sebesar

2,5 % bagi anggota ASN. Dan pengumpulan zakat ini dapat dilaksanakan

dengan cara melakukan pemotongan gaji secara langsung.

Adanya kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Tulungagung dan

BAZNAS serta lembaga zakat yang berada dibawahnya sangat berperan

penting dalam meningkatkan perolehan dana zakat di wilayah

4
Tulungagung. Fokus utama BAZNAS Tulungagung adalah untuk

menaikkan jumlah muzakki serta terus berupaya untuk mempertahankannya

sehingga pendapatan dana zakat di BAZNAS bisa terus meningkat. Majelis

ulama Indonesia (MUI) pada tahun 2003 telah mengembangkan zakat

profesi di Indonesia. Tujuannya agar masyarakat mengetahui dan

memahami bahwa zakat profesi merupakan perintah agama. Namun,

masyarakat banyak yang belum memahami dalam membayar zakat profesi

dan mereka lebih memilih membayar zakat mal setahun sekali sesuai nisab,

sehingga realisasi zakat tidak sebesar potensi zakat yang ada. Dalam hal ini

BAZNAS Kabupaten Tulungagung sudah berupaya untuk terus melakukan

sosialisasi dan pemahaman tentang dampak penyaluran dana zakat melalui

lembaga. Adanya beberapa program BAZNAS Tulungagung yang sudah

terealisasi diharapkan dapat menarik minat muzakki agar mau menyalurkan

zakatnya ke lembaga. Efektivitas penghimpunan dana zakat di lembaga

BAZNAS Tulungagung akan berdampak pada pengoptimalan

pengelolaannya. Berdasarkan jumlah potensi zakat profesi di Kabupaten

Tulungagung yang cukup besar, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih

mendalam terkait "Analisis Potensi dan Efektivitas Pengelolaan Zakat

Profesi Aparatur Sipil Negara (ASN) di BAZNAS Tulungagung".

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan di atas, maka langkah selanjutnya adalah

peneliti menentukan fokus utama dalam penelitiannya yaitu :

5
1. Bagaimana Potensi Zakat Profesi ASN Di Kabupaten Tulungagung

2. Bagimana Strategi BAZNAS Tulungagung Dalam Meningkatkan

Penghimpunan Zakat Profesi ASN ?

3. Bagaimana Efektivitas Pengelolaan Zakat Profesi ASN Di

BAZNAS Tulungagung ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengamati, menyelidiki,

menemukan serta mendiskripsikan peristiwa yang sebenarnya terjadi di

lapangan. Adapun tujuan pokok penelitian ini yaitu :

1. Untuk Mengetahui Potensi Zakat Profesi ASN Di Kabupaten

Tulungagung

2. Untuk Mendeskripsikan Strategi BAZNAS Tulungagung Dalam

Meningkatkan Penghimpunan Zakat Profesi ASN

3. Untuk Mengetahui Efektivitas Pengelolaan Zakat Profesi ASN Di

BAZNAS Tulungagung

D. Identifikasi Penelitian Dan Batasan Masalah

1. Identifikasi penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas dapat disimpulkan

identifikasi penelitiannya yaitu :

a. Potensi zakat profesi ASN belum tersalurkan sepenuhnya di

BAZNAS Tulungagung

6
b. Tingkat kesadaran dan pemahaman anggota ASN yang

tergolong rendah dalam menunaikan zakat profesi sehingga

penghimpunan zakat belum bisa dimaksimalkan oleh

lembaga

c. Kebijakan pemotongan gaji secara langsung sebesar 2,5%

bagi ASN muslim di wilayah Tulungagung belum

sepenuhnya terlaksana

2. Batasan masalah

Adanya pembatasan masalah dalam penelitian ini bertujuan

agar penelitian dapat terarah dan tidak menyimpang dari pokok

pembahasan. Berikut ini adalah batasan masalah dalam penelitian

ini :

a. Objek penelitian berfokus pada lembaga BAZNAS

Tulungagung

b. Informasi yang disajikan yaitu : potensi zakat profesi dan

efektivitas pengelolaanya dalam meningkatkan perolehan

dana zakat di BAZNAS Tulungagung

E. Manfaat penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi

bagi pihak yang bersangkutan. Berikut ini kegunaan penelitian ini secara

praktik dan teoritis yaitu :

1. Kegunaan teoritis

7
a. Penelitian ini dapat dijadikan media referensi belajar dalam

bidang ilmu pengetahuan yang membahas tentang zakat

profesi

b. Dapat menyebarluaskan ilmu pengetahuan tentang zakat

profesi beserta pengelolaannya

2. Kegunaan praktis

a. Bagi masyarakat

Menambah ilmu pengetahuan serta pemahaman

tentang zakat profesi khususnya bagi para ASN agar

menunaikan kewajiban zakat dari hasil perolehan gaji

profesinya.

b. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat memberikan pengalaman dan

menambah informasi baru tentang zakat profesi yang terjadi

dilapangan pada saat ini. Strategi pengelolaan zakat yang

diterapkan oleh BAZNAS Tulungagung dapat dijadikan

acuan bagi peneliti di masa yang akan datang ketika

mengahadapi permasalahan yang sama.

c. Bagi BAZNAS Tulungagung

Sebagai masukan bagi lembaga BAZNAS

Tulungagung untuk mengevaluasi strategi pengelolaan

zakat profesi supaya lebih efektif dan efisien sehingga

8
perolehan dana zakat yang berasal dari ASN dapat

dioptimalkan.

d. Bagi peneliti lain

Memberikan dasar atau sebagai media referensi

untuk peneliti lain yang memiliki topik pembahasan serupa.

F. Penegasan Istilah

Penulis perlu mempertegas istilah yang digunakan dalam judul

penelitian ini agar lebih jelas sehingga tidak terjadi salah tafsir. Berikut

beberapa istilah yang peneliti berikan penegasan yaitu :

1. Definisi Konseptual

Secara umum, potensi adalah serangkaian bentuk

kemampuan yang dimiliki oleh seseorang terhadap dirinya sendiri,

sehingga dalam hal ini perlu untuk dioptimalkan sebaik mungkin.

Dalam KBBI potensi diartikan sebagai suatu kemampuan yang

mempunyai berbagai kemungkinan atau harapan untuk

dikembangkan lebih lanjut, baik itu berupa kekuatan, daya, ataupun

kesanggupan yang diperoleh masyarakat secara langsung ataupun

melalui proses yang panjang. Potensi adalah serangkaian

kemampuan, kesanggupan, kekuatan, ataupun daya yang

mempunyai kemungkinan untuk bisa dikembangkan lagi menjadi

bentuk yang lebih besar. Bentuk ini biasanya diperoleh melalui

pembangunan untuk kesejahteraan dalam kehidupan masyarakat

(Majdi 2007).

9
2. Definisi Operasional

Berdasarkan konsep yang dijelaskan sebelumnya maka dapat

disimpulkan bahwa potensi merupakan kemampuan dasar yang

belum optimal sehingga perlu dikembangkan agar manfaatnya dapat

dirasakan. Pemanfaatan potensi dikatakan mencapai tingkat

keberhasilan ketika potensi yang ada dapat diwujudkan dan dikelola

dengan baik sehingga hasilnya bisa bermanfaat bagi masyarakat.

Untuk menggali potensi zakat profesi yang ada di wilayah

Tulungagung maka perlu penerapan strategi yang efektif dan efisien

dalam pengelolaannya. Adapun strategi yang dapat dilakukan oleh

BAZNAS Tulungagung adalah dengan melakukan kegiatan

sosialisasi tentang zakat profesi di kalangan ASN. Pengelolaan dana

zakat yang transparan dan akuntabel juga akan berpengaruh pada

tingginya minat muzakki untuk membayarkan zakatnya melalui

lembaga. Keberhasilan BAZNAS Tulungagung dalam

memaksimalkan penghimpunan dana zakat profesi ASN akan

berdampak pada kesejahteraan masyarakat.

G. Landasan Teoritis

1. Definisi Potensi

Potensi adalah suatu bentuk sember daya atau kemampuan

yang cukup besar namun kemampuan tersebut belum tersingkap dan

belum diaktifkan (Mules Munroe). Istilah potensi tidak hanya

ditujukan untuk manusia tetapi juga untuk entitas lain, seperti istilah

10
potensi daerah, potensi wisata dan lainnya.5 Potensi secara harfiah

dapat diartikan sebagai kemampuan atau kekuatan atau

kesanggupan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan.

Potensi berasal dari bahasa Inggris to potent yang artinya keras atau

kuat. Istilah lain dapat disebut kemampuan, kekuatan, kesanggupan

atau daya, baik sudah terwujud atau belum terwujud tetapi belum

optimal. Menurut Wiyono (2006), potensi dapat diartikan sebagai

kemampuan dasar dari sesuatu yang masih terpendam di dalamnya

yang menunggu untuk diwujudkan menjadi sesuatu kekuatan nyata.6

2. Konsep Zakat profesi

a. Pengertian zakat profesi

Dalam bahasa Arab, zakat penghasilan dan profesi

lebih populer disebut dengan istilah zakah kasb al-amal wa

al-mihan al-hurrah, atau zakat penghasilan kerja dan profesi

bebas, istilah itu juga digunakan oleh Dr. Yusuf Qardhawi

dalam kitab Fiqh al-Zakah dan juga oleh Dr. Wahbah Az-

Zuhaili dalam kitab al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu.

Zakat profesi ialah berasal dari harta yang didapat

oleh seseorang dari pekerjaan yang digelutinya. Menurut

Yusuf Qardhawi bentuk penghasilan yang paling mencolok

pada zaman sekarang ini adalah apa yang diperoleh dari

5
Lukman Hakim, dkk, BUM Desa Sebagai Kekuatan Ekonomi Baru, (Klaten : Lakeisha, 2019),
hal 773
6
Abdurrozaq Hasibuan, dkk, Kewirausahaan, (Medan : Yayasan Kita Menulis, 2021), hal 48

11
pekerjaan dan profesinya. Pekerjaan yang menghasilkan

uang dua macam:

Pertama adalah pekerjaan yang dikerjakan sendiri

tanpa tergantung kepada orang lain, berkat kecekatan tangan

atau otak. Penghasilan yang diperoleh dengan cara ini

merupakan penghasilan profesional, seperti penghasilan

seorang dokter, insinyur, advokat, seniman, penjahit dan lain

sebagainya.

Kedua adalah pekerjaan yang dikerjakan seseorang

buat pihak lain, baik pemerintah, perusahaan, maupun

perorangan dengan memperoleh upah. Penghasilan dari

pekerjaan seperti ini berupa gaji, upah atau honorarium.7

Menurut Yusuf Qardawi, di antara hal yang penting

untuk mendapat perhatian kaum muslimin saat ini adalah

penghasilan atau pendapatan yang diusahakan melalui

keahliannya, baik yang dilakukan secara sendiri-sendiri

maupun bersama-sama, pendapatan semacam ini dalam

ushul figh disebut al māl al-mustafād, semua pendapatan

melalui kegiatan profesional tersebut apabila telah sampai

nisab wajib dikeluarkan zakatnya, yang menjadi dasar adalah

ketentuan Al-Qur'an yang menegaskan "Dan pada harta-

harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan

7
Khairuddin, Zakat Dalam Islam, (Sleman : Zahir Publising, 2020), hal 66

12
orang miskin yang tidak mendapat bagian (QS. adz-Dza riyat

[51]: 19). Zakat profesi ini sangat penting untuk

disosialisasikan, mengingat pada masyarakat sekarang ini

potensi zakat profesi tersebut volumenya cukup besar,

terutama akibat berkembangnya beberapa profesi di tengah-

tengah masyarakat dewasa ini seperti dokter, notaris,

konsultan teknik, penasihat hukum/kon sultan

hukum/advokat, konsultan manajemen, akuntan, aktuaria,

dan lain-lain sebagainya (Qardawi, 2007: 461).8

Penghasilan yang diperoleh oleh seseorang dari

berbagai macam profesi wajib dizakati berdasarkan qiyas

zakat perdagangan karena sama-sama menjual, yang satu

menjual barang dan yang lain menjual jasa dan sama-sama

mengandung risiko. Seseorang yang mempunyai

penghasilan yang sangat besar seperti yang mempunyai

profesi modern atau jabatan-jabatan yang basah dan penting

(fungsional dan struktural), maka hendaklah mengeluarkan

zakatnya secara cepat. Hal ini untuk memudahkan

perhitungan zakat dan meringankan perasaan muzaki agar

tidak merasa berat, sehingga hartanya bersih dan jiwanya

suci.

8
Qodariyah Barkah, dkk, Fikih Zakat Sedekah dan Wakaf, (Jakarta : Prenadamedia Group, 2020),
hal 118-119

13
Cara mengeluarkan zakat profesi, setidaknya ada dua cara,

yaitu:

1) Az-Zuhri berpendapat bahwa seseorang memperoleh

penghasilan dan ingin membelanjakan sebelum

bulan wajib zakatnya datang, maka harus

mengeluarkan zakat terlebih dahulu dari

membelanjakannya, akan tetapi jika tidak ingin

membelanjakannya maka hendaknya mengeluarkan

zakatnya secara bersamaan dengan kekayaan yang

lain-lain.

2) Makhul berpendapat bahwa seseorang harus

mengeluarkan zakat pada bulan tertentu kemudian

memperoleh uang tetapi kemudian dibelanjakannya,

maka uang tersebut tidak wajib zakat dan yang wajib

zakat hanya uang yang sudah datang bulan untuk

mengeluarkan zakatnya. Tetapi jika tidak ingin

mengeluarkan zakat pada bulan tertentu kemudian

memperoleh uang, maka harus mengeluarkan

zakatnya pada waktu uang diperoleh.

3. Dasar Hukum Zakat Profesi

Dari semua bentuk penghasilan melalui kegiatan pekerjaan

dan telah mencapai nisab, maka diwajibkan melaksanakan zakat

14
profesi. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah Al-

Hadid ayat 7:

َِ ِ ِ ‫َنف ُق وا۟ ِِمَا جع لَ ُكم ُّم ستَ ْخ لَ ِف‬


ِ ‫ٱّلل ورس ولِ ِهۦ وأ‬ ِ ِ
۟‫ين َء َامنُوا‬
َ ‫ي فيه ۟ فَٱلذ‬
َ ْ ََ َ ُ َ َ َ ِ‫َء امنُوا۟ ب‬
‫ِمن ُك ْم َوأَن َف ُق وا۟ ََلُ ْم أَ ْج ر‬
‫َكبِ ي‬
“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah

sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu

menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu

dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala

yang besar”.

Dan juga firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 267:

‫ت َما َك َس ْب تُ ْم َوِِمَا۟ أَ ْخ َر ْجنَا لَ ُكم ِم َن‬


ِ ‫َنف ُق وا۟ ِمن طَيِب‬
َ
ِ ‫ي۟أَيُّها ٱلَ ِذين ء امنُو۟ ا۟ أ‬
ََ َ َ َ
۟‫ض وا‬ ُ ‫يث ِم ْنهُ تُ ِنف ُق و َن َولَ ْستُم بِ۟ ََ ِاخ ِذ ِيه إَِل۟ أَن تُغْ ِم‬
َ ِ‫ٱْلَب‬
ْ ۟‫ض ۟ َوَل تَ يَ َم ُم وا‬ ِ ‫ْٱْل َْر‬
‫حيد‬ َِ ‫ن‬ َ ‫فِ ِيه ۟ َوٱ ْع لَ ُم و۟ ا۟ أَ َن‬
‫ٱّللَ غَ ِ ى‬

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)

sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa

yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu

memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan dari padanya,

Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan

memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah

Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.

Sayyid Quthb dalam tafsirnya fi> z}ila>l al-qur’an

menafsirkan surah al-Baqarah ayat 267, menurutnya, bahwa nas

15
tersebut mencakup semua usaha manusia yang baik dan halal dan

mencakup semua yang dikeluarkan oleh Allah dari dalam dan atas

bumi, baik yang terdapat di zaman Nabi sampai zaman sekarang.

Dengan demikian ayat tersebut menurut al-Quth mengandung

kewajiban dalam mengeluarkan zakat dari semua usaha, termasuk

yang bersifat profesi, sehingga pemaknaan ini sangat berkaitan

dengan pendapat Yusuf Qardhawi yang mewajibkan atas zakat

profesi.9

4. Nisab dan Perhitungan Zakat Profesi

Besar zakat penghasilan tergantung kepada sumber

penghasilan itu sendiri, apabila penghasilan berasal dari pendapatan

sebagai pegawai dan golongan profesi yang diperoleh dari pekerjaan

(penerima gaji), maka zakatnya sebesar seperempat puluh (2,5%).

Adapun ukuran nisab yang paling tepat digunakan adalah

pendapatan dalam setahun, yaitu apabila penghasilan pegawai dalam

satu tahun mencapai nisab (setara dengan 85 gram emas), maka

sudah wajib zakat. Untuk lebih memudahkan dan meringankan

bebas lainnya. Bila syarat terpenuhi yaitu telah mencapai nisab

dalam satu tahun, yakni senilai emas 85 gram, maka zakat wajib

dikeluarkan. Kadar zakat penghasilan menurut MUI adalah 2,5%.10

9
Mahrus Ali dan Achmad Faqeh, Analisis Potensi Zakat Profesi Pada Aparatur Sipil Negara
(ASN) Kementrian Agama di BAZNAS Kabupaten Pamekasan, Jurnal Akademika, Vol 15 Nomor
2 (2021) hal 59-60
10
Qodariyah Barkah, dkk, Fikih Zakat Sedekah dan Wakaf, (Jakarta : Prenadamedia Group, 2020),
hal 120-121

16
Seseorang dikatakan sudah wajib menunaikan zakat

penghasilan apabila ia penghasilannya telah mencapai nishab zakat

pendapatan sebesar 85 gram emas per tahun. Hal ini juga dikuatkan

dalam SK BAZNAS Nomor 22 Tahun 2022 Tentang Nisab Zakat

Pendapatan dan Jasa, bahwa; Nishab zakat pendapatan / penghasilan

pada tahun 2022 adalah senilai 85 gram emas atau setara dengan

Rp79.292.978,- (Tujuh puluh sembilan juta dua ratus sembilan

puluh dua ribu sembilan ratus tujuh puluh delapan rupiah) per tahun

atau Rp6.607.748,- (Enam juta enam ratus tujuh ribu tujuh ratus

empat puluh delapan rupiah) per bulan.

Dalam praktiknya, zakat penghasilan dapat ditunaikan setiap

bulan dengan nilai nishab perbulannya adalah setara dengan nilai

seperduabelas dari 85 gram emas (seperti nilai yang tertera di atas)

dengan kadar 2,5%. Jadi apabila penghasilan setiap bulan telah

melebihi nilai nishab bulanan, maka wajib dikeluarkan zakatnya

sebesar 2,5% dari penghasilannya tersebut. Ada banyak jenis profesi

dengan pembayaran rutin maupun tidak, dengan penghasilan sama

dan tidak dalam setiap bulannya. Jika penghasilan dalam 1 bulan

tidak mencapai nishab, maka hasil pendapatan selama 1 tahun

dikumpulkan atau dihitung, kemudian zakat ditunaikan jika

penghasilan bersihnya sudah cukup nishab.

Nishab Zakat Penghasilan 85 gram emas

17
Kadar Zakat Penghasilan 2,5%

Haul 1 tahun

Cara menghitung Zakat Penghasilan:

2,5% x Jumlah penghasilan dalam 1 bulan

Contoh:

Jika harga emas pada hari ini sebesar Rp938.099/gram, maka

nishab zakat penghasilan dalam satu tahun adalah Rp79.292.978,-.

Penghasilan Bapak Fulan sebesar Rp10.000.000/ bulan, atau

Rp120.000.000,- dalam satu tahun. Artinya penghasilan Bapak

Fulan sudah wajib zakat. Maka zakat Bapak Fulan adalah

Rp250.000,-/ bulan.11

H. Kajian Penelitian Terdahulu

1. Nur Findriasih (2020)

Melakukan penelitian tentang Potensi Zakat Profesi Di Kota

Palangka Raya (Telaah Terhadap Empat Subjek Profesi). Tujuan

penelitian untuk mengetahui dan memahami macam-macam profesi

di Kota Palangka Raya yang layak dijadikan sebagai objek zakat

serta untuk mengetahui potensi zakat profesinya. Hasil dari

penelitian menunjukkan bahwa profesi yang layak untuk dijadikan

objek zakat adalah dokter, guru, dosen, advokat, hakim, arsitek,

bidan, notaris, penghulu, pustakawan, pilot, akuntan, fotographer,

11
Zakat Penghasilan, Dalam https://baznas.go.id/zakatpenghasilan diakses pada 23 Oktober 2022

18
jurnalis, koki, jaksa, reporter, dan konsultan. Selain itu, peneliti juga

menjelaskan bahwa potensi zakat profesi dari golongan dosen, guru,

arsitek dan advokat berjumlah 1.590 jiwa. Persamaan penelitian ini

dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama meneliti tentang

potensi zakat profesi. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian

sekarang lebih fokus untuk meneliti potensi zakat profesi dari

golongan Aparatur Sipil Negara (ASN). Lokasi penelitian sekarang

dan terdahulu juga berbeda.

2. Evita Rhotika (2021)

Melakukan penelitian tentang Strategi Sosialisasi BAZNAS

Bengkulu Selatan dalam Meningkatkan Jumlah Muzakki. Tujuan

penelitian ini yaitu untuk mengetahui pelaksanaan sosialisasi

berserta kendala yang dialami oleh BAZNAS Bengkulu Selatan.

Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa sasaran kegiatan

sosialisasi adalah lembaga, instansi dan masjid. Apapun kendala

yang dialami selama sosialisasi yaitu kurangnya pemahaman

masyarakat tentang lembaga zakat, mayoritas penduduk hanya

mengetahui tentang zakat fitrah saja dan penyaluran zakat masih

bersifat klasik. Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian

terdahulu terletak pada strategi dalam meningkatkan jumlah

Muzakki. Sedangkan perbedaan penelitian sekarang dengan

penelitian sebelumnya terletak pada sasaran muzakkinya. Penelitian

sekarang lebih fokus untuk meneliti muzakki dari golongan ASN

19
saja sedangkan penelitian terdahulu membahas muzakki secara

keseluruhan kemudian lokasi penelitian juga berbeda.

3. Mohamad Lutfi (2021)

Melakukan penelitian tentang Optimalisasi Zakat Profesi

Para Muzakki di BAZNAS Kota Tanggerang. Tujuan penelian ini

yaitu untuk mengetahui jumlah muzakki dan faktor yang

mempengaruhi peningkatan muzakki di BAZNAS Kota

Tanggerang. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa terjadi

peningkatan jumlah muzakki dalam kurun waktu 3 tahun yakni

rentang tahun 2017-2019. Rata – rata kenaikan mencapai 39,87%.

Sedangkan faktor yang mempengaruhi peningkatan muzakki di

BAZNAS Kota Tanggerang adalah adanya kepercayaan dari

masyarakat kepada lembaga, selain itu adanya program lembaga

yang cukup mendukung sehingga mempermudah masyarakat dalam

membayarkan zakat. Persamaan penelitian sekarang dengan

penelitian terdahulu yaitu sama-sama bertujuan untuk mengetahui

potensi muzakki khususnya ASN. Adapun perbedaannya adalah

penelitian terdahulu hanya menjelaskan jumlah muzakkinya saja

sedangkan untuk penelitian sekarang ada tambahan di pengeloaan

zakatnya.

4. Ika Rahmawati (2021)

Melakukan penelitian tentang Penerapan Zakat Profesi Bagi

Aparatur Sipil Negara Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23

20
Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui penerapan zakat profesi pada ASN oleh

BAZNAS Bengkulu berdasarkan undang-undang nomor 23 tahun

2011 serta untuk mengetahui kendala dalam pengelolaan zakat

profesi. Adapun hasil dari penelitian ini yaitu strategi BAZNAS

Bengkulu dalam menghimpun muzakki adalah dengan melakukan

kegiatan sosialisasi dan bekerjasama dengan instansi terkait dengan

memberikan surat himbauan untuk berzakat. Zakat profesi

dilaksanakan dengan melakukan pemotongan gaji karyawan secara

langsung yang dilakukan setiap bulan oleh bendahara. Pemotongan

hanya berlaku bagi mereka yang memiliki gaji di atas 3 juta.

Penyebab pengumpulan zakat ASN terhambat karena gaji mereka

masih kurang untuk mencukupi kebutuhan. Persamaan penelitian

sekarang dan terdahulu yaitu sama-sama membahas tentang zakat

profesi dan hambatan lembaga dalam pengelolaannya. Sedangkan

perbedaan penelitian terdahulu terletak pada fokus penelitian yang

membahas tentang undang-undang nomor 23 tahun 2022 dan

penelitian sekarang lebih fokus pada potensi zakat profesi beserta

pengelolaannya.

I. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field

research) yaitu suatu kegiatan penelitian yang dilakukan untuk

21
berbicara dan mengamati secara langsung mengenai data yang

sebanyak-banyaknya dari potensi zakat profesi di Tulungagung.12

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan

penelitian deskriptif-kualitatif, yaitu penelitian yang mengambarkan

atau melukiskan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang

tampak atau sebagaimana adanya. Penelitian ini menggunakan

metode kualitatif atau telaah konseptual dari buku, jurnal, tesis,

naupun disertasi dengan pendekatan deskriftive-comparative study-

analytical, pedoman yang digunakan dalam penelitian iniadalah

laporan zakat tahunan Baznas Tulungagung serta mengacu pada

teori zakat profesi.13

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di BAZNAS Tulungagung yang

beralamat di Jalan Mayor Sujadi No 172 Kel. Jepun Tulungagung.

Alasan yang mendasari pemilihan lokasi ini dikarenakan BAZNAS

merupakan lembaga pusat yang mengelola zakat di Tulungagung.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik

atau metode pengumpulan data. Guna mendukung pencarian data

yang valid dan sesuai dengan realita yang ada. Adapun teknik yang

digunakan adalah sebagai berikut:

12
Nur Findriasih, Skripsi : Zakat Profesi Di Kota Palangkaraya, (Palangkaraya : Iain
Palangkaraya, 2020) hal 23
13
Mohamad Lutfi, Optimalisasi Zakat Profesi Para Muzzaki Di Baznas Kota Tangerang, Jurnal
Madani Syariah, Vol 4 Nomor 1 (2021) hal 3

22
1. Wawancara

Menurut Sarosa (2017) wawancara merupakan alat

paling vital yang banyak digunakan untuk mengupulkan data

penelitian kualitatif dan memungkinkan peneliti untuk

mengumpulkan data yang beragam dari para responden

dalam berbagai konteks. Sedangkan menurut Berg dikutip

Satori dan Komariah (2017) membatasi wawancara sebagai

suatu dialog atau percakapan dengan suatu tujuan,

khususnya tujuan untuk mengumpulkan informasi.14

Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara

langsung kepada pengelola zakat yang berada di BAZNAS

Tulungagung.

2. Observasi

Observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan

secara akurat, mencatat data-data yang ada menurut fakta.

Obsevasi dilakukan sebagai upaya peneliti mengumpulkan

data dan informasi dari sumber data primer dengan

mengoptimalkan pengamatan peneliti. Teknik observasi

dalam penelitian ini berfungsi untuk emperoleh informasi

ataupun gambaran yang ada di lapangan. Adapun data yang

diperoleh dalam observasi ini secara langsung adalah data

14
Helaluddin dan Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif, (Sekolah Tinggi Theologia Jaffray,
2019), hal 84-85

23
yang konkrit dan nyata tentang subyek kaitannya dengan

Potensi Zakat Profesi di wilayah Tulungagung beserta

manajemen pengelolaan dana zakat ASN di BAZNAS

Tulungagung.

3. Dokumentasi

Dokumen adalah catatan dari suatu peristiwa yang

sudah terjadi. Dokumen ini berbentuk tulisan, gambar, atau

karya-karya monumental dari seseorang. Dalam penelitian

ini, peneliti memperoleh data dokumentasi yang berasal

kumpulan dokumen maupun arsip tentang potensi zakat

profesi ASN dan pengelolaannya di lembaga yang

berkaitan dengan penelitian. Tujuannya untuk memperkuat

keabsahan data yang dilakukan oleh peneliti.15

4. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode analisis

deskriptif-kualitatif yang dilakukan mulai dari meneliti sampai

menyajikan gambaran data-data dalam keadaan ringkas dan

disusun berdasarkan urutan pembahasan yang telah direncanakan

dan dikerjakan langsung. Untuk menganalisis data diperlukan

beberapa tahapan, seperti yang diungkapkan Bungin dalam buku

15
Nur Findriasih, Skripsi : Zakat Profesi Di Kota Palangkaraya, (Palangkaraya : Iain
Palangkaraya, 2020) hal 26-27

24
nya yang berjudul Analisis Data Penelitian Kualitatif sebagai

berikut:

1. Data collection adalah pengumpulan materi dengan analisis

data, dimana data tersebut diperoleh selama melakukan

pengumpulan data, tanpa proses pemilihan. Untuk itu,

dilakukan pengumpulan semua data yang berhubungan

dengan kajian penelitian sebanyak mungkin.

2. Data reduction adalah proses eliminasi data yang telah

dikumpulkan untuk diklasifikasikan berdasarkan kebenaran

dan keaslian data yang dikumpulkan.

3. Data display atau penyajian data, ialah data yang dari

tempat penelitian dipaparkan secara ilmiah oleh penulis

dengan tidak menutup kekurangan. Hasil penelitian akan

digambarkan sesuai dengan apa yang didapat dari proses

penelitian tersebut.

4. Data Conclusion atau penarikan kesimpulan dengan melihat

kembali pada tahap eliminasi data dan penyajian data tidak

menyimpang dari data yang diambil.

5. Pengecekan Keabsahan Data

Pendekatan kualitatif memakai kontrol berupa negative

evidence, triangulasi, kredibilitas, dependabilitas, transferabilitas,

dan konfirmabilitas. Alat-alat pada pendekatan berupa aktivitas

paska penelitian untuk lebih meyakinkan dengan mengulang

25
pemeriksaan data, bertanya obyektif pada para ahli, hubungan-

hubungan yang pasti, kepercayaan yang berulang-ulang mempola,

dan seterusnya.16 Keabsahan data dapat dicapai dengan proses

pengumpulan data yang tepat. Salah satu caranya adalah dengan

proses triangulasi data yaitu menggunakan berbagai sumber data,

seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau juga

dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap

memiliki sudut pandang yang berbeda.17

6. Tahap-Tahap Penelitian

a. Tahap Persiapan

Tahap persiapan ini diawali dengan melakukan

penyusunan rancangan penelitian, memilih objek penelitian

sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam

penelitian yang digunakan untuk memperoleh sumber data,

dengan mengasumsikan dalam penelitian kualitatif melalui

sejumlah informasi yang berpengaruh atau berhubungan

langsung dengan lapangan, memilih informan untuk

memberikan informasi banyak tentang keadaan lapangan,

serta menyiapkan instrumen penelitian sebagai sarana untuk

pengumpulan data.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

16
Albi Anggito Dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Sukabumi : CV Jejak,
2018), Hal 23

26
Tahap pekerjaan lapangan diawali dengan

pemahaman situasi dan memasuki ruangan, mengetahui

aktivitas dalam kegiatan pengumpulan data yang diperoleh

melalui proses secara utuh serta untuk menemukan hasil

yang akurat.

c. Tahap Penyelesaian

Tahapan akhirnya yaitu melakukan pengolahan data

melaui reduksi data, display data, analisis data, serta

pengambilan keputusan atau verifikasi atas data-data yang

sudah diproses atau ditransfer dalam bentuk yang sesuai

dengan pemecahan permasalahan yang dilakukan, tahap ini

merupakan tahap akhir dari sebuah penelitian.18

J. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab, dengan

urutan rangkaian sebagai berikut:

1. BAB I

Bab satu berupa pendahuluan yang berisi uraian tentang

Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,

Identifikasi Penelitian dan Batasan Masalah, Manfaat Penelitian,

Penegasan Istilah, dan Landasan Teoritis.

2. BAB II

18
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hal 215-216

27
Bab dua berupa kajian pustaka yang berisi tentang

Penelitian Terdahulu dan deskripsi teori yang berisi uraian tinjauan

tentang Potensi, Zakat Profesi dan manajemen zakat profesi.

3. BAB III

Bab tiga berupa metode penelitian yang berisi uraian

tentang Pendekatan dan Jenis Penelitian, Lokasi Penelitian, Teknik

Pengumpulan dan Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Temuan,

Tahap-tahap penelitian dan Sistematika Pembahasan.

4. BAB IV

Bab empat berisi tentang hasil penelitian, dalam bab ini

peneliti memaparkan tentang deskripsi singkat objek penelitian,

deskripsi data, temuan peneltian dan analisis data.

5. BAB V

Bab lima berisi tentang pembahasan dan pemaparan data

hasil penelitian yang di dalamnya memuat bagaimana potensi zakat

profesi khusunya ASN di wilayah Tulungagung dan data muzakki

dari golongan ASN yang telah membayakan zakatnya ke BAZNAS

Tulungagung.

Pembahasan pertama memuat tingkat ekonomi masyarakat

Tulungagung, jenis profesi masyarakat Tulungagung sebagai wajib

zakat profesi, serta pelaksanaan dan pengelolaan zakat profesi di

Tulungagung. Pembahasan kedua diarahkan untuk mengkaji lebih

detail tentang pendapatan per kapita masyarakat yang memiliki

28
profesi wajib zakat yang ada di Tulungagung dan bagaimana

potensi zakat profesi di Tulungagung beserta pengelolaan zakat

profesi di BAZNAS Tulungagung.

6. BAB VI

Bab enam berupa penutup yang berisi mengenai

kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan saran dari

peneliti yang dapat digunakan sebagai acuan pada penelitian

selanjutnya.

K. DAFTAR PUSTAKA

Hudaifah Ahmad, dkk. 2020. Sinergi Pengelolaan Zakat Di Indonesia.

Surabaya : Scopindo Media Pustaka

Hakim Lukman, dkk. 2019. BUM Desa Sebagai Kekuatan Ekonomi Baru.

Klaten : Lakeisha

Hasibuan Abdurrozaq, dkk. 2012. Kewirausahaan. Medan : Yayasan Kita

Menulis

Khairuddin. 2020. Zakat Dalam Islam. Sleman : Zahir Publising

Barkah Qodariyah, dkk. 2020. Fikih Zakat Sedekah dan Wakaf. Jakarta:

Prenadamedia Group

Helaluddin dan Wijaya Hengki. 2019. Analisis Data Kualitatif. Sekolah

Tinggi Theologia Jaffray

Anggito Albi Dan Setiawan Johan. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif.

Sukabumi : CV Jejak

29
Findriasih Nur. 2020. Zakat Profesi Di Kota Palangkaraya. Skripsi.

Palangkaraya : Iain Palangkaraya

Lutfi Mohamad. 2021. Optimalisasi Zakat Profesi Para Muzzaki Di Baznas

Kota Tangerang. Jurnal Madani Syariah. Vol 4 Nomor 1

Rafikasari Elok Fitriani, Supriyadi Ahmad. 2018. Prediksi Zakat

Mal/Profesi Menggunakan Exponential Smooting. Jurnal

Iqtisaduna. Vol 4 Nomor 2

Ali Mahrus dan Faqeh Achmad. 2021. Analisis Potensi Zakat Profesi Pada

Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementrian Agama di BAZNAS

Kabupaten Pamekasan. Jurnal Akademika. Vol 15 Nomor 2

Zakat Penghasilan, Dalam https://baznas.go.id/zakatpenghasilan , diakses

pada 22 Oktober 2022

30

Anda mungkin juga menyukai