Anda di halaman 1dari 33

1

PROPOSAL PENELITIAN

Nama : Nur Aeni


Nim : 15.3.1.0662.0123
Fakultas : Ekonomi Dan Bisnis Islam
Jurusan : Perbankan Syariah
Judul : Strategi Peningkatan Pengumpulan dan Pendistribusian
Zakat di Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Polewali
Mandar

A. Latar Belakang Masalah

Zakat sebagai salah satu rukun Islam yang lima wajib ditunaikan oleh

umat muslim. Al-Qur’an dan sunnah selalu menggandengkan shalat dengan zakat.

Ini menunjukkan betapa eratnya hubungan antara keduanya. Keislaman seseorang

tidak akan sempurna kecuali dengan kedua hal tersebut. Zakat merupakan

jembatan menuju Islam. Siapa yang melewatinya akan selamat sampai tujuan dan

siapa yang memilih jalan lain akan tersesat. Abdullah bin Mas‟ud

mengungkapkan, “Anda sekalian diperintahkan menegakkan shalat dan

membayarkan zakat. Siapa yang tidak mengeluarkan zakat maka shalatnya tidak

akan diterima.” Zakat termasuk dalam ibadah maliyah ijtima’iyah, artinya ibadah

di bidang harta yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam membangun

masyarakat.1 Jika zakat dikelola dengan baik, baik pengambilan maupun

pendistribusiannya, pasti akan dapat mengangkat kesejahteraan masyarakat Zakat

bukan merupakan hibah atau pemberian, bukan juga pemberian dari orang kaya

kepada fakir miskin, tetapi zakat adalah penunaian kewajiban orang-orang kaya

1
Liya Aliyatul Himmah, ”Efektivitas Pendistribusian Zakat Dalam Upaya Peningkatan
Kesejahteraan Mustahik” Skripsi (Semaeang: Fak. Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas Islam
Negeri Walisongo Semarang, 2013), h. 1.
2

sebagai muzakki atas orang-orang fakir miskin dan beberapa mustahik lainnya.

Dijelaskan pula bahwa kepada mereka yang memenuhi kewajiban zakat

dijanjikan pahala yang berlimpah di dunia dan di akhirat kelak. Sebaliknya bagi

orang yang menolak membayar zakat akan diancam dengan hukuman keras

sebagai akibat kelalaiannya2. Menurut garis besarnya zakat dibagi menjadi dua

bagian: pertama, zakat harta yaitu zakat yang diwajibkan atas harta yang

memenuhi syarat-syarat tertentu. Kedua, zakat jiwa. Zakat jiwa ini populer

dimasyarakat dengan nama zakat fitrah yaitu zakat yang diwajibkan kepada setiap

muslim pada bulan Ramadhan.

Pengelolaan zakat yang terorganisir dengan baik, transparan dan

profesional dilakukan oleh amil resmi yang ditunjuk oleh pemerintah yaitu Badan

Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS).

Dalam pengorganisasian memerlukan kerjasama dan partisipasi masyarakat,

didalamnya terkandung fungsi motivasi, pembinaan, pengumpulan, perencanaan,

pengawasan, dan pendistribusian yang memerlukan keikutsertaan semua tokoh

baik dari ulama, perorangan, maupun sesama organisasi Islam. Praktek

penyaluran zakat yang salah sasaran mengakibatkan zakat yang seharusnya

diberikan hanya kepada orang-orang yang berhak akan jatuh di tangan orang-

orang yang menurut hukum Islam sama sekali tidak berhak menerimanya.

Dalam hal ini, Peranan lembaga BAZNAS dan LAZNAS selama ini dalam

pemberdayaan terhadap golongan miskin adalah sebagai pembimbing, penggerak,

2
Wahbah Al-Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Madzhab, (Cet. VII; Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2008), h. 89-91.
3

dan penyandang dana.3 Karenanya, untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat

dan mutu manajemen lembaga pengelola zakat baik Badan Amil Zakat Nasional

(BAZNAS) atau Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS), maka pihak lembaga

harus menetapkan langkah-langkah serta upaya yang strategis untuk

menumbuhkan dan memperkuat lembaga dalam mengelola dana zakat maupun

dana lainnya untuk melaksanakan kemaslahatan ummat.

Kelembagaan pengelola zakat di Indonesia yang diakui pemerintah, yaitu

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Kedua-

duanya telah mendapat perlindungan dari pemerintah sesuai dalam Undang-

undang Nomor 38 tahun 1999.4 Karena dinilai sudah tidak memadai lagi dengan

perkembangan kebutuhan hukum dalam masyaratakat maka diganti dengan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Pengelolaan

zakat diatur dalam undang-undang yang baru ini meliputi kegiatan perencanaan,

pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan

pendayagunaan zakat.5 Untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna, zakat

harus dikelola secara melembaga sesuai syariah Islam yang amanah, terintegrasi,

akuntabilitas, memenuhi kepastian hukum dan keadilan serta bemanfaat untuk

meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat.

Pengumpulan dana zakat selalu menjadi tema penting dalam organisasi

pengelola zakat, hal ini dikarenakan pengumpulan dana merupakan roda

3
Ahmad Rofiq, Kompilasi Zakat, (Cet.I; Semarang: Balai Penelitian dan Pengembangan
Agama, 2010), h. 24.
4
Kementrian Agama, Undang-Undang Republik Indonesia No 38 tahun 1999 Tentang
Pengelolaan Zakat, Bab I, Pasal 2, h. 5.
5
Kementrian Agama, Undang-Undang Republik Indanesia No 23 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Zakat, Bab I, Pasal 1, h. 5.
4

penggerak sebuah organisasi pengelola zakat. Di samping masalah pengumpulan

dana, masalah lain yang dihadapi adalah masalah penyaluran zakat. Sampai saat

ini masih banyak masyarakat yang menyalurkan zakatnya secara langsung kepada

masyarakat sehingga manfaatnya hanya didapat saat itu saja tanpa adanya

keberlanjutan. Kecenderungan masyarakat menyalurkan zakat secara langsung

terdapat sisi positif dan negatif. Sisi positif antara lain dapat diterima langsung

oleh yang membutuhkannya. Di sisi lain dapat mengurangi dan mempersulit

optimalisasi penyaluran zakat. Padahal pengelolaan zakat yang baik akan

berpengaruh bagi terwujudnya fungsi zakat sebagai sarana pemberdayaan umat.

Pengumpulan dan pengelolaan zakat sangat bermanfaat untuk mewujudkan

masyarakat sejahtera. Namun, apabila zakat, infak dan sedekah itu tidak dikelolah

dengan baik, hal itu kurang dirasakan manfaatnya.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis akan melakukan

penelitian dengan judul “Strategi Peningkatan Pengumpulan dan

Pendistribusian Zakat di Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Polewali

Mandar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi peningkatan pengumpulan zakat di Badan Amil Zakat

Nasional Kabupaten Polewali Mandar?


5

2. Bagaimana prosedur pendistribusian zakat di Badan Amil Zakat Nasional

Kabupaten Polewali Mandar?

C. Defenisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian

Defenisi Operasional adalah aspek penelitian yang memberikan informasi

kepada kita bagaimana caranya mengukur variabel.6 Agar penulisan laporan akhir

ini tidak menyimpang dari permasalahan yang ada maka penulis membatasi

defenisi dan raung lingkup penelitian yang akan dibahas yaitu:

1. Pengumpulan

Dalam kamus bahasa Indonesia Pengumpulan berasal dari kata dasar

kumpulan yang berarti sesuatu yang telah dikumpulkan, himpunan, kelompok

sedangkan pengumpulan itu sendiri mempunyai arti mengumpulkan atau

penghimpunan.7 Adapun pengumpulan dana zakat, infak dan sedekah dalam

penelitian ini adalah kegiatan mengumpulkan dana zakat, infak dan sedekah

dari muzzaki untuk disalurkan kepada mustahiq.

2. Pendistribusian

Secara umum definisi distribusi adalah aktivitas menyalurkan produk baik

barang dan jasa dari produsen kepada konsumen. Terdapat pengertian distribusi

yang lain. Distribusi adalah aktivitas pemasaran dalam rangka memudahkan

6
Dwi Riyantika, “Metodologi Penelitian Dian Husada”, Blog Dwi Riyantika.
http://dwiriyantikasyabaniyah.blogspot.com/p/definisi-operasional-variable.html. (9 Agustus
2019).
7
Andarini dan Rizal Amrullah, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Multazam
Mulia Utama, 2010), h. 803.
6

dalam penyampaian produk dari tangan produsen kepada konsumen.8

Pendistribusian zakat merupakan penyaluran atau pembagian dana zakat

kepada mereka yang berhak. Distribusi zakat mempunyai sasaran dan tujuan.

Sasaran di sini adalah pihak-pihak yang diperbolehkan menerima zakat,

sedangkan tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam

bidang perekonomian sehingga dapat memperkecil kelompok masyarakat yang

kurang mampu.

3. Zakat

Zakat adalah ibadah yang bertalian dengan harta benda. Zakat itu wajib

bagi orang yang mampu, yaitu orang yang memiliki kekayaan yang berlebihan

dari kepentingan dirinya dan kepentingan orang-orang yang menjadi

tanggungannya. Semua harta, baik yang berupa uang, barang, perniagaan,

ternak dan hasil tanaman, wajib dikeluarkan zakatnya manakala telah mencapai

haul dan nisabnya. Sedangkan dengan zakat tersebut dipergunakan untuk

menutupi keperluan kaum fakir dan miskin.9

D. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang ada maka tujuan penelitian yang ingin

dicapai adalah sebagai berikut:

8
Rivaldi, “Pengertian Distribusi Saluran Fungsi Kegiatan dan Contohnya” Jurnal
Manajemen Vol.3 (February 2019), https://jurnalmanajemen.com/distribusi/ (Diakses 9 Agustus
2019).
9
Mursyid, Mekanisme Pengumpulan Zakat, Infaq dan Sedekah Menurut Hukum
Syara’dan Undang-undang (Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2006), h. 2.
7

a. Untuk mengetahui strategi peningkatan pengumpulan zakat yang dilakukan

oleh badan Amil zakat Nasional kabupaten Polewali Mandar.

b. Untuk mengetahui strategi peningkatan pendistribusian zakat yang dilakukan

oleh badan Amil zakat Nasional kabupaten Polewali Mandar.

2. Manfaat Penelitian

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini bermanfaat bagi:

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Badan Amil

Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Polewali Mandar dalam proses

pengumpulan, pendistribusian dana zakat dengan cermat agar tepat pada

sasaran yang sesuai dengan syariat Islam dan undang-undang yang ada.

b. Bagi Institut Agama Islam (IAI) DDI Polewali Mandar, berguna untuk

pertimbangan atau referensi dalam karya-karya ilmiah bagi seluruh civitas

akademika di Institut Agama Islam (IAI) Polewali Mandar dan pihak lainnya.

c. Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.

Dalam memperoleh pengetahuan dan wawasan yang lebih luas mengenai

Strategi peningkatan Pengumpulan Dana dan Pendistribusian Zakat di Badan

Amil Zakat Nasional Kabupaten Polewali Mandar.

E. Kajian Pustaka/ Penelitian Terdahulu

Kajian pustaka berguna sebagai bahan acuan yang relevan dengan

penelitian terdahulu, kajian pustaka juga berguna untuk menghindari adanya

plagiasi atau penjiplakan atas karya orang lain, antara lain:


8

1. Karisma Ika Nugaheni 2018 Manajemen Pengumpulan dan Pendistribusian

Dana Zakat, Infak dan Sedekah ( Studi Kasus di Lembaga Amil Zakat, Infak

dan Sedekah LAZIS Muhammadiyah D.I. Yogyakarta Tahun 2017) Hasil

penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa pengumpulan dan

pendistribusian dana zakat, infak dan sedekah yang dilakukan oleh LAZIS

Muhammadiyah D.I. Yogyakarta sudah sesuai dengan syariat Islam yang

memiliki prinsip dan terdapat panitia zakat yang mengelola dana tersebut.10

2. Nadiyyah Ratna Yuniar 2016 Analisis Pengumpulan, Pendistribusian,

Pendayagunaan, Dana Zakat Infak Sedekah di LAZIS Muhammadiyah

Yogyakarta fokus dalam penelitian ini adalah pengumpulan, pendistribusian

dan pendayagunaan dana zakat, infak dan sedekah dengan mengambil lokasi

di LAZIS Muhammadiyah PWM Yogyakarta.11

F. Tinjauan Teoritis

1. Zakat

a. Pengertian Zakat

Zakat dalam bahasa Arab mempunyai beberapa makna. Pertama, zakat

bermakna At-Thohuru, yang artinya membersihkan atau mensucikan makna ini

menegaskan bahwa orang yang selalu menunaikan zakat karena Allah swt dan

bukan karena ingin dipuji manusia, Kedua, zakat bermakna An-Numuw, yang

10
Karisma Ika Nugaheni, “Manajemen Pengumpulan dan Pendistribusian Dana Zakat,
Infak dan Sedekah” Skripsi. (Yogyakarta: Fak. Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2018), h. 75.
11
Nadiyyah Ratna Yuniar “Analisis Pengumpulan, Pendistribusia, Pendayagunaan, Dana
Zakat Infak Sedekah Di lAZIS Muhammadiyah Yogyakarta” Skripsi. (Yogyakarta: Fak. Dakwah
dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016), H.7.
9

artinya tumbuh dan berkembang. Makna ini menegaskan bahwa orang yang selalu

menunaikan zakat, hartanya (dengan izin Allah) akan selalu terus tumbuh dan

berkembang. Hal ini disebabkan oleh kesucian dan keberkahan harta yang telah

ditunaikan kewajiban zakatnya.12

Menurut istilah, dalam kitab Al-Hâwî, Al-Mawardi mendefinisikan zakat

dengan nama pengambilan tertentu dari harta yang tertentu, menurut sifat-sifat

tertentu, dan untuk diberikan kepada golongan tertentu.13 Adapun kata infak dan

sedekah, sebagian ahli fikih berpendapat bahwa infak adalah segala macam

bentuk pengeluaran (pembelanjaan), baik untuk kepentingan pribadi, keluarga,

maupun yang lainnya. Sementara kata sedekah adalah segala bentuk

pembelanjaan (infak) di jalan Allah. Berbeda dengan zakat, sedekah tidak dibatasi

atau tidak terikat dan tidak memiliki batasan-batasan tertentu. Sedekah, selain bisa

dalam bentuk harta, dapat juga berupa sumbangan tenaga atau pemikiran, dan

bahkan sekadar senyuman.14

b. Dasar Hukum Zakat

Zakat dalam al-Quran disebutkan sebanyak 82 kali, ini menunjukkan

dasar hukum yang sangat kuat, antara lain:

َ ‫علَ ْي ِه ْم ۖ إِ َّن‬
َ ‫ص ََلتَك‬
‫س َك ٌن‬ َ ‫ط ِه ُر ُه ْم َوتُزَ ِكي ِه ْم ِب َها َو‬
َ ‫ص ِل‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن أ َ ْم َوا ِل ِه ْم‬
َ ُ ‫صدَقَةً ت‬
‫يم‬
َ ‫ع ِل‬
َ ‫س ِمي ٌع‬َ ُ‫َّللا‬َّ ‫لَ ُه ْم ۗ َو‬

Rumah
12
Zakat (RZ), “Pengenalan Zakat”, Situs Resmi Rz,.
https://www.rumahzakat.org/zakat/ (16 Agustus 2019).
Aris Kurniawan, “Pengertian Zakat”, Guru Pendidikan.com, 26 Juni 2019.
13

https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-zakat/ (22 Agustus 2019.


Dompet
14
Dhuafa, “Pengertian Zakat”, https://zakat.or.id/bab-1-pengertian-zakat/ (16
Agustus 2019).
10

Terjemahan:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS At-Taubah/ 9:103).15

َ‫وف َو َي ْن َه ْون‬ ِ ‫ض ۚ يَأ ْ ُم ُرونَ بِ ْٱل َم ْع ُر‬ ُ ‫َو ْٱل ُمؤْ ِمنُونَ َو ْٱل ُمؤْ ِم َٰنَتُ َب ْع‬
ٍ ‫ض ُه ْم أ َ ْو ِليَا ٓ ُء بَ ْع‬
ٓ
‫سولَ ٓۥهُ ۚ أ ُ ۟و َٰلَئِ َك‬ َّ َ‫صلَ َٰوة َ َويُؤْ تُون‬
َّ َ‫ٱلز َك َٰوة َ َوي ُِطيعُون‬
ُ ‫ٱَّللَ َو َر‬ َّ ‫ع ِن ْٱل ُمن َك ِر َويُ ِقي ُمونَ ٱل‬ َ
ٌ‫ح ِكيم‬ َ ‫يز‬ ٌ ‫ع ِز‬ َّ ‫ٱَّللُ ۗ ِإ َّن‬
َ َ‫ٱَّلل‬ َّ ‫س َي ْر َح ُم ُه ُم‬
َ
Terjemahan:
”Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka
(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu
akan diberi rahmat oleh Allah sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana. (QS At-Taubah/ 9:71)”.16

c. Macam- Macam Zakat

1) Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan umat Muslim menjelang

hari raya Idul Fitri atau pada bulan Ramadan. Zakat fitrah dapat dibayar

dengan setara 3,5 liter (2,5 kilogram) makanan pokok dari daerah tertentu.

Misalnya Indonesia makanan pokoknya adalah nasi, maka yang dapat

dijadikan sebagai zakat adalah berupa beras.17

2) Zakat maal (harta) adalah zakat penghasilan seperti hasil pertanian, hasil

pertambangan, hasil laut, hasil perniagaan, hasil ternak, harta temuan, emas

15
Kementrian Agama RI, Al-Quran 20 Baris Terjemah, (Bandung Mikraj Hasanah
Ilmu), h. 103.
16
Kementrian Agama RI, Al-Quran 20 Baris Terjemah, h. 100.
17
Dzulfikar, ”Macam-Macam Zakat dan Pengertiannya”, Blog Dzulfikar.
https://lifepal.co.id/blog/zakat/ (22 Agustus 2019).
11

dan perak. Masing-masing jenis penghasilan memiliki perhitungannya

sendiri.18

d. Perhitungan Zakat

1) Zakat Fitrah per orang = 3,5 liter x harga beras per liter. Contoh: harga

beras yang biasa kamu makan sehari-hari Rp 10.000 per liter, maka zakat fitrah

yang harus dibayar per orang sebesar Rp 35.000. Jika dihitung dari segi berat,

maka zakat fitrah per orang = 2,5 kg x harga beras per kg.19

2) Zakat Maal = 2,5% x jumlah harta yang tersimpan selama 1 tahun.

Menghitung nisab zakat maal =Sebagai contoh: Bila seseorang memiliki emas

seberat 100 gram dan telah berlalu satu haul, maka ia boleh mengeluarkan

zakatnya dalam bentuk perhiasan emas seberat 2,5 gram. Sebagaimana ia juga

dibenarkan untuk mengeluarkan uang seharga emas 2,5 gram tersebut. Bila

harga emas di pasaran adalah Rp. 200.000, maka, ia berkewajiban untuk

membayarkan uang sejumlah Rp. 500.000,- kepada yang berhak menerima

zakat.20

3) Zakat penghasilan untuk mengetahui zakat penghasilanmu, kurangi total

pendapatan dengan utang. Lalu hasilnya dikali 2,5%. Nisab zakat penghasilan

adalah 520 x harga makanan pokok. Contoh: Irman menerima gaji bulanan Rp

7 juta. Punya utang cicilan motor sebesar Rp 1 juta. Maka sisa penghasilan

18
Fakhrul Rozi, “Macam-Macam Zakat”, Blog Fakhrul Rozi.
http://pengertianzakatmu.blogspot.com/2015/03/macam-macam-zakat.html. (18 Agustus 2019).
19
Yandri Daniel Damaled, ”Dalil dan Cara Menghitung Zakat FItrah”.
https://tirto.id/dalil-dan-cara-menghitung-zakat-fitrah-drul (22 Agustus 2019).

20
Muhammad Arifin, “Cara Praktis Menghitung Zakat Maal”, Pengusaha Muslim.com.
https://pengusahamuslim.com/1014-cara-praktis-menghitung-zakat-maal.html (22 Agustus 2019).
12

tersebut masih Rp 6 juta. Di sisi lain, rata-rata harga beras 1 kg adalah Rp

10 ribu. Jadi batas nisab zakat penghasilan 520 x Rp 10 ribu = Rp 5,2 juta.

Karena sisa gajimu sudah melebihi batas nisab, maka zakat penghasilan yang

wajib dibayar adalah Rp 6 juta x 2,5% = Rp 150 ribu.21

e. Golongan yang Berhak Menerima Zakat

Penerima zakat fitrah sudah diatur dalam firman Allah yang tertuang pada

QS. At-Taubah ayat/9:60. Dalam ayat tersebut ada 8 golongan penerima zakat.

ِ ‫علَ ْي َها َو ْال ُم َؤلَّفَ ِة قُلُوبُ ُه ْم َوفِي‬


ِ ‫الر َقا‬
‫ب‬ َ َ‫املِين‬ِ َ‫ين َو ْالع‬ِ ‫سا ِك‬ َ ‫اء َو ْال َم‬
ِ ‫صدَقَاتُ ِل ْلفُقَ َر‬
َّ ‫إِنَّ َما ال‬
ٌ‫ح ِكيم‬
َ ‫ع ِلي ٌم‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ َّ َ‫ضةً ِمن‬
َّ ‫َّللا ۗ َو‬ َ ‫س ِبي ِل ۖ فَ ِري‬ ِ َّ ‫س ِبي ِل‬
َّ ‫َّللا َواب ِْن ال‬ َ ‫َار ِمينَ َوفِي‬ ِ ‫َو ْالغ‬

Terjemahan:
“Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin,
Amil zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekaan)
hamba sahaya, (untuk membebaskan) orang yang berhutang, untuk jalan
Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu
ketetapan yang diwajibkan Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana”.22
1) Fakir Golongan orang yang hampir tidak memiliki apapun sehingga tidak

mampu memenuhi kebutuhan pokok hidupnya.

2) Miskin Golongan orang yang memiliki sedikit harta, tetapi tidak bisa

mencukupi kebutuhan dasar untuk hidupnya.

3) Amil Orang yang mengumpulkan dan membagikan zakat.

4) Mu'alaf Orang yang baru masuk atau baru memeluk agama Islam dan

memerlukan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan baru.

Cermati.Com” . https://www.cermati.com/artikel/pengertian-dan-macam-macam-zakat
21

(18 Agustus 2019).


22
Kementrian Agama RI, Al-Quran 20 Baris Terjemah, h. 99.
13

5) Hamba Sahaya Orang yang ingin memerdekakan dirinya.

6) Gharimin Orang yang berutang untuk memenuhi kebutuhannya, dengan

catatan bahwa kebutuhan tersebut adalah halal. Akan tetapi tidak sanggup

untuk membayar utangnya.

7) Fisabilillah Orang yang berjuang di jalan Allah.

8) Ibnu Sabil Orang yang kehabi

9) san biaya dalam perjalanannya dalam ketaatan kepada Allah.23

f. Syarat-Syarat Mengeluarkan Zakat

Zakat merupakan salah satu rukun Islam, zakat menjadi salah satu unsur

pokok bagi tegaknya syariat agama Islam. oleh sebab itu hukum menunaikan

zakat adalah wajib bagi setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu.

Permasalahan zakat, Islam dengan rinci telah menentukan24 syarat, kategori harta

yang harus dikeluarkan zakatnya, lengkap dengan tarifnya. Maka dengan

ketentuan yang jelas tersebut tidak ada alasan bagi pemerintah untuk mengubah

tarif yang telah ditentukan. Dengan demikian, zakat bisa dirumuskan sebagai

bagian dari harta yang wajib dibayarkan oleh setiap muslim beriman yang telah

memenuhi syarat-syarat tertentu berdasarkan aturan dan tuntunan syariat. Syarat-

syarat itu adalah sebagai berikut:

1) Nishab

23
Dian Septi Artasalina, “Golongan Orang yang Berhak Menerima Zakat”, Blog Dian
Septi Artasalina. https://www.idntimes.com/life/inspiration/dian-arthasalina/8-golongan-orang-
yang-berhak-menerima-zakat/full. (18 Agustus 2019).
24
Abdul Jalil, Ilmu Ekonomi Islam, (Kudus: 2005), h. 163.
14

yaitu jumlah minimum harta kekayaan yang wajib dikeluarkan zakatnya,

setiap sumber kekayaan memiliki nishab yang berbeda-beda misalnya antara

harta perniagaan dan barang pertanian batas minimum harta yang wajib

dikeluarkan adalah berbeda. Ulama madzab sepakat bahwa zakat itu tidak

diwajibkan untuk barang-barang hiasan dan pertama, juga untuk tempat tinggal

(rumah dan sebagainya), pakaian, alat-alat rumah, kendaraan, senjata, dan lain

sebagainya yang menjadi kebutuhan, seperti alatalat, buku-buku dan perabot-

perabot.25

2) Haul

yaitu jangka waktu yang ditentukan jika seseorang wajib mengeluarkan

zakat. Setiap sumber zakat memiliki batas waktu yang berbeda-beda, tetapi

biasanya haul adalah satu tahun. Adapun untuk pertanian, haulnya adalah

setiap panen dan tidak menunggu waktu satu tahun.

3) Kadar, yaitu ukuran besarnya zakat yang harus dikeluarkan.

2. Pengumpulan Zakat

a. Pengetian Pengumpulan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengumpulan berasal dari kata

dasar kumpulan yang berarti sesuatu yang telah dikumpulkan, himpunan, atau

kelompok sedangkan pengumpulan itu sendiri mempunyai arti mengumpulkan

atau penghimpunan.26 Jadi pengumpulan zakat dapat diartikan suatu kegiatan

25
Muhammad Jawad Mughniyah, Fikih Lima Madzab,( Jakarta,:2007), h. 179.

26
Andarini dan Rizal Amrullah, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Multazam
Mulia Utama, 2010), h. 803.
15

mengumpulkan atau menghimpun dana zakat, dalam hal ini tidak hanya zakat saja

tetapi juga infaq dan sedekah. Pengumpulan zakat didasarkan pada firman Allah

dalam QS At-Taubat/9:103:

Terjemahan:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sessungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka dan
Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”.27

Dalam firman Allah ini telah memerintahkan kepada mahluk-Nya untuk

memungut atau mengambil zakat dari sebagian harta para muzakki untuk

diberikan kepada mustahik. Zakat ini dipergunakan selain untuk dimensi ibadah

yaitu sebagai salah satu rukun Islam juga sebagai dimensi sosial yaitu untuk

memperkecil jurang pemisah antara orang kaya dan orang miskin,

mengembangkan solidaritas sosial, menghilangkan sikap materialisme dan

individualisme. Pada masa Khulafaur-Rasyidin mempunyai petugas khusus yang

mengatur masalah zakat, baik yang mengambil maupun yang

mendistribusikannya. Diambilnya zakat dari muzakki (orang yang memiliki

kewajiban zakat) melalui Amil zakat untuk kemudian disalurkan.28

Pola pengelolaan zakat di Indonesia telah dilakukan sejak Indonesia

belum merdeka. Pada masa penjajahan Belanda pelaksanaan ajaran Islam

(termasuk zakat) diatur dalam ordonantie pemerintah Hindia-Belanda Nomor

6200 tanggal 28 Februari 1905. Dalam pengaturan ini pemerintah tidak

27
Kementrian Agama RI, Al-Quran 20 Baris Terjemah, h. 103.
28
Didin Hafidudin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press,
2002), h.1.
16

mencampuri masalah pengelolaan zakat dan menyerahkan sepenuhnya kepada

umat Islam serta bentuk pelaksanaannya sesuai syariat Islam. Ketika Indonesia

merdeka pemerintah melegalkan pengelolaan zakat dengan Undang-Undang No

23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat dengan keputusan Menteri Agama

(KMA) No.581 Tahun 1999 tentang pelaksanaan UU No. 23 Tahun 2011 dan

Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan urusan Haji No.

D/291 Tahun 2000 tentang pedoman teknis pengelolaan zakat. 29 Undang-Undang

No.23 Tahun 2011 pada BAB I pasal 1 bahwa Unit Pengumpul Zakat (UPZ)

adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh BAZNAS untuk membantu

pengumpulan zakat di setiap instansi. Selanjutnya pada pasal 4 disebutkan

pengumpulan zakat meliputi Zakat Maal dan Zakat Fitrah.

Zakat maal terdiri dari:

1) Emas, perak dan logam mulia lainnya

2) Uang dan surat berharga lainnya

3) Perniagaan

4) Pertanian, perkebunan dan kehutanan

5) Peternakan dan perikanan

6) Pertambangan

7) Perindustrian

8) Pendapatan dan jasa, dan

29
Muhammad Hasan, Manajemen Zakat Model Pengelolaan yang Efektif, (Yogyakarta:
Idea Press, 2011), h.14.
17

9) Rikaz.30

3. Pendistribusian Zakat

a. Pengertian Pendistribusian

Pendistribusian berasal dari kata distribusi yang berarti penyaluran atau

pembagian kepada beberapa orang atau beberapa tempat. Oleh karena itu, kata ini

mengandung makna pemberian harta zakat kepada para mustahiq secara

konsumtif. Pemberian zakat pada mustahiq, secara konsumtif dan produktif perlu

dilakukan sesuai kondisi mustahiq. Untuk mengetahui kondisi mustahiq, amil

zakat perlu memastikan kelayakan para mustahiq, apakah mereka dapat

dikategorikan mustahiq produktif atau mustahik konsumtif. Ini memerlukan

analisis tersendiri oleh para amil zakat, sehingga zakat benar-benar sampai kepada

orang-orang yang berhak menerimanya secara objektif.

Penyaluran zakat dilihat dari bentuknya dapat dilakukan dalam dua hal

yakni bentuk sesaat dan bentuk pemberdayaan. Penyaluran bentuk sesaat adalah

penyaluran zakat hanya diberikan kepada seseorang sesekali atau sesaat saja.

Dalam hal ini juga berarti bahwa penyaluran kepada mustahiq tidak disertai target

terjadinya kemandirian ekonomi dalam diri mustahiq. Hal ini dikarenakan

mustahiq yang bersangkutan tidak mungkin lagi mandiri, seperti pada diri orang

tua yang sudah jompo, dan orang cacat. Penyaluran bentuk pemberdayaan

merupkan penyaluran zakat yang disertai target merubah kondisi mustahiq

30
Pemerintah Sumatra Barat, “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2011”, Oficial Website Pemerintah Sumatra Barat, sumbarprov.go.id/details/news/3 (18 Agustus
2019).
18

menjadi kategori muzzaki.31 Target ini adalah target besar yang tidak dapat dengan

mudah atau dalam waktu yang singkat, dapat terealisasi. Karena itu penyaluran

zakat harus disertai dengan pemahaman yang utuh terhadap permasalahan yang

ada pada penerima. Apabila permasalahannya adalah permasalahan kemiskinan,

harus diketahui penyebab kemiskinan tersebut, sehingga dapat mencari solusi

yang tepat demi tercapainya target yang telah direncanakan. Pendistribusian zakat

adalah inti dari seluruh kegiatan pengumpulan dana zakat. Di dalam

mengoptimalkan fungsi zakat sebagai amal ibadah sosial mengharuskan

pendistribusian zakat diarahkan pada model produktif dari pada model konsumtif

seperti ketentuan yang tercantum dalam UU No. 38 Tahun 1999 tentang

pengelolaan zakat. Dalam pelaksanaannya,32 model pendayagunaan zakat pada

penyaluran dana diarahkan pada sektor-sektor pengembangan ekonomi dengan

harapan hasilnya dapat mengangkat taraf kesejahteraan mustahik.

b. Model-model Pendistribusian

Garis besar model pendistribusian zakat digolongkan ada empat yaitu:

1) Model distribusi bersifat konsumtif tradisional Model distribusi bersifat

konsumtif tradisional yaitu, zakat dibagikan pada mustahiq untuk

dimanfaatkan secara langsung seperti zakat fitrah yang dibagikan pada fakir

miskin untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau zakat mal yang

diberikan pada kurban bencana alam.

31
Amin Amaliah, Pendistribusian dan Pendayagunaan Zakat.
https://www.kompasiana.com/amalish/584a8dc58d7a612a14d3824e/pendistribusian-dan-
pendayagunaan-zakat?page=all (19 Agustus 2019).
32
Kementrian Agama, Undang- Undang Republik Indonesia No 38 1999, Bab V, Pasal
XVI, h. 10.
19

2) Model distribusi bersifat konsumtif kreatif. Zakat diwujudkan dalam bentuk

lain dari barangnya semula, seperti dalam bentuk alat-alat sekolah, atau

beasiswa.

3) Model distribusi zakat bersifat produktif tradisional Zakat yang diberikan

dalam bentuk barang-barang yang produktif seperti kambing, sapi, alat

cukur, dan lain-lain sebagainya. Pemberian dalam bentuk ini akan

menciptakan suatu usaha yang membuka lapangan kerja fakir miskin.

4) Model distribusi dalam bentuk produktif kreatif. Zakat diwujudkan dalam

bentuk permodalan baik untuk membangun proyek social atau menambah

modal usaha pengusaha kecil.33

4. Badan Amil Zakat Nasional

a. Pengertian Badan Amil Zakat Nasional

Badan Amil Zakat adalah lembaga pengelola zakat yang didirikan oleh

pemerintah yang didirikan atas usul Kementrian Agama dan disetujui oleh

Presiden. Kantor Pusat dari lembaga zakat ini berkedudukan di ibu kota negara.

Keanggotaan BAZNAS terdiri atas 11 orang anggota yakni delapan orang dari

unsur masyarakat ulama, tenaga profesional dan tokoh masyarakat Islam dan tiga

orang dari unsur pemerintah (ditunjuk dari kementerian/instansi yang berkaitan

dengan pengelolaan zakat). BAZNAS dipimpin oleh seorang ketua dan seorang

33
Muhammad Asrar, “Model Distribusi Zakat”, Blog Muhammad Asrar.
http://eksyar5.blogspot.com/2017/01/model-distribusi-zakat.html. (19 Agustus 2019).
20

wakil ketua. Masa kerja BAZNAS dijabat selama lima tahun dan dapat dipilih

kembali untuk satu kali masa jabatan.34

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi dan satu-

satunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8

Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat,

infaq, dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional. Lahirnya Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat semakin mengukuhkan peran

BAZNAS sebagai lembaga yang berwenang melakukan pengelolaan zakat secara

nasional. Dalam UU tersebut, BAZNAS dinyatakan sebagai lembaga pemerintah

nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden

melalui Menteri Agama. Dengan demikian, BAZNAS bersama Pemerintah

bertanggung jawab untuk mengawal pengelolaan zakat yang berasaskan: syariat

Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan

akuntabilitas.35

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian

deskriptif kualitatif merupakan salah satu dari jenis penelitian yang termasuk

dalam jenis penelitian kualitatif. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengungkapkan kejadian atau fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan

34
Fathanul Hakim Rizal, Apa itu BAZNAS dan LAZ.
https://www.kompasiana.com/fathanul-hakim-risal/558a4f97737e61c20cbf70f3/apa-itu-baz-dan-
laz-bagaimana-perilaku-pemerintah-terhadapa-baz-dan-laz?page=all (19 Agustus 2019).
35
Badan Amil Zakat Nasioanl (BAZNAS), “Profil BAZNAS”. Situs Resmi BAZNAS
https://baznas.go.id/profil ( 18 Agustus 2019).
21

yang terjadi saat penelitian berlangsung dengan menyuguhkan apa yang

sebenarnya terjadi. Penelitian ini menafsirkan dan menguraikan data yang

bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang

terjadi di dalam suatu masyarakat, pertentangan antara dua keadaan atau lebih,

hubungan antar variable yang timbul, perbedaan antara fakta yang ada serta

pengaruhnya terhadap suatu kondisi, dan sebagainya.36

Lokasi penelitian adalah Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten

Polewali Mandar penelitian akan dilaksanakan pada bulan September hingga

bulan Desember tahun 2019.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa ucapan atau tulisan dan prilaku yang dapat diamati dari orang-orang

(subyek) itu sendiri.37

Dengan pendekatan penelitian kualitatif ini, semua fakta berupa kata-kata

lisan maupun tulisan dari sumber data Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

Kabupaten Polewali Mandar yang telah diamati dan dokumen terkait lainnya,

disajikan dan digambarkan apa adanya untuk selanjutnya ditelaah guna

menemukan makna. Pendekatan kualitatif ini digunakan karena beberapa

pertimbangan yaitu pendekatan kualitatif lebih bisa dan mudah menyesuaikan

Agungnesia, “Pengertian Deskriptif Kualitatif”, Blog Agungnesia.


36

https://www.linguistikid.com/2016/09/pengertian-penelitian-deskriptif-kualitatif.html (19
september 2019).
37
Wikipedia Ensiklopedia Bebas, “Penelitian Kualitatif”,
https://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_kualitatif (22 Agustus 2019).
22

apabila berhadapan dengan kenyataan ganda, pendekatan ini menyajikan

hakekat hubungan antara peneliti dan informan secara langsung.

Adapun ciri-ciri dari penilitian kualitatif adalah sebagai berikut:

a. Bersifat alamiah dalam penelitian kualitatif melakukan penelitian berdasarkan

pada sifat alamiah atau sesuai dengan konteks, hal ini dilakukaan karena sifat

alamiah menghendaki adanya kenyatan-kenyataan.

b. Manusia sebagai alat (instrument), dalam penelitian kualitatif bantuan orang

lain merupakan salah satu sarana pengumpul data yang utama.

c. Lebih mementingkan proses dari pada hasil, hal ini disebabkan oleh adanya

hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila

diamati dalam proses.38

3. Populasi Sampel / Sumber Data

a. Populasi

Istilah populasi, oleh Spradley dinamakan social situation atau situasi

social yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors),dan

aktivitas (activity) Menurut Sugiyono memberikan pengertian populasi sebagai

berikut:

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya, jadi populasi bukan hanya orang,

tetapi juga benda-benda alam yang lain. Populasi bukan sekedar jumlah yang ada

38
Seputar Pengtahuan (PP), “Metode Penelitian dan Karakteristiknya”, Situs Resmi PP.
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2015/02/metode-penelitian-kualitatif-dan-
karakteristiknya.html (19 Agustsus 2019).
23

pada obyek dan subyek yang dipelajari tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat

yang dimiliki oleh subyek dan obyek itu.39 Dari pengetian tersebut, dapat ditatrik

kesimpulan, bahwa populasi dalm penelitian meliputi segala sesuatu yang akan di

jadikan subyek dan obyek penelitian yang dikehendaki peneliti. Berkenaan

dengan penelitian ini, maka yang akan dijadikan populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh karyawan serta pimpinan pada Badan Amil Zakat Nasional

(BAZNAS) Kabupaten Polewali Mandar berjumlah 11 orang. Setelah

memperhatikan pandangan pakar di atas. Maka penulis berkesimpulan bahwa

populasi yang telah ditetapkan masih tergolong relatif sedikit, sehingga populasi

tersebut masih dapat tejangkau sepenuhnya oleh penulis.

b. Sampel

Sampel secara harfiah berarti contoh, yaitu sebagian dari seluruh individu

yang menjadi obyek peneliti.40 Tujuan penentuan sampel adalah untuk

memperoleh keterangan mengenai obyek penelitian dengan cara mengamati hanya

sebagian dari populasi. Disamping itu juga mengemukakan dengan tepat sifat-sifat

umum dari populasi dan untuk menarik generalisasi dari hasil penyelidikan

Riduwan mengatakn bahwa sampel adalah bagian dari populasi. Sampel

penelitian adalah sebagian dari populasi diambil sebagai sumber data dan dapat

mewakili seluruh populasi.apabila populasi yang ingin diteliti kurang dari seratus

maka sebaiknya penelitian yang dilakukan adalah penelitian populasi akan tetapi

39
Riduwan, Metode Teknik Menyusun Proposal Penelitian, (Cet. III; Bandung: Alfabeta;
2010), h. 70.
40
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Cet III; Bandung: Alfabeta,
2012), h. 55.
24

41
jika subyeknya besar, dapat diambil antara 10% -15% atau 20%-25%. Oleh

sebab itu penulis menetapkan sampel dengan menggunakan sampel populasi total

dengan jumlah 10 orang karyawan serta pimpinan pada Badan Amil Zakat

Nasional (BAZNAZ) Kabupaten Polewali Mandar.

Nama Pengurus Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Polewali Mandar:

Ketua : H. Nur Rachaman

Wakil Ketua I : Liwauddin, S.Ag., M.pd

Wakil Ketua II : S. Ahmad Fadhl

Wakil Ketua III : Drs. Abdul Rajab Tahir

Sekretaris : H. Jamaluddin, S.Hi.M.H

Staff : Muliadi S.pd

Ahmadi

Dina Pramudina, S.Kom

Alfyan Yuda, P.U

Hamzah S. Kom

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam perolehan data yang dibutuhkan sebagai bahan penulisan maka yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Studi Kepustakaan

Yaitu dengan mempelajari dan memanfaatkan informasi yang diperlukan

melalui buku-buku maupun laporan studi yang releven berkaitan dengan

permasalahan, baik cattatan maupun laporan pelaksanaan yang terdapat di Badan

41
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, h. 70.
25

Amil Zakat Nasional (BAZNAS) maupun instansi lain yang terkait yang hendak

diangkat oleh penulis

b. Penelitian Lapangan

Yaitu dengan menggunakan informasi yang diperoleh oleh sasaran

penelitian, yaitu dengan cara:

1) Wawancara (interview)

Yaitu melakukan Tanya jawab langsung terhadap pihak yang terkait

untuk data-data yang berhubungan erat dengan masalah yang dibahas.

Anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode

interview. Interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal, semacam

percakapan yang bertujuan memperoleh informasi dan komunikasi tersebut

yang dilakukan secara berhadapan.42

Dapat dipahami bahwa wawancara adalah salah satu bentuk atau alat

instrument yang sering digunakan dalam penelitian atau dalam pengumpulan

data, yang tujuannya untuk memperoleh keterangan secara langsung dari

responden. Menurut Mardalis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

sebelum melakukan wawancara, yaitu:

a) Responden yang akan diwawancarai sebaiknya diseleksi agar sesuai dengan

data yang dibutuhkan.

b) Waktu berwawancara, sependapat dilakukan sesuai dengan kesediaan

responden.

42
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, h.. 32.
26

c) Permulaan wawancara sebaiknya peneliti memperkenalkan diri dan

menjelaskan maksud dan tujuan yang akan dilakukan.

d) Sedang berwawancara peneliti sebaiknya berlaku seperti orang yang sangat

ingin tahu dan seolah-olah belajar dari respoden.

e) Jangan sampai ada pertanyaan yang tidak diinginkan oleh responden.

Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka penulis dapat memahami

bahwa wawancara sebagai salah satu bentuk instrumen penelitian yang berfungsi

untuk memperoleh data yang dibutuhkan di lapanagan, sehingga ini akan lebih

mempermudah peneliti untuk mewawancarai unsur pimpinan serta karyawan

terkait pengumpulan dan pendistriubusian zakat.

2) Observasi

Menurut Sutrisno Hadi yang dikutip oleh Sugiyono mengemukakan

bahwa, observasi suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari

berbagai proses biologis dan psikhologis. Dua diantara yang terpentig adalah

proses-proses pengamatan dan ingatan.43

3) Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu cara pemgumpulan data yang menghasilkan

catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti,

sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan

pikiran.44

43
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, h. 145.
44
Basrobi dan Suadi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Cet. IV; Jakarta : Rineka Cipta,
2011), h. 158.
27

Studi dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal berupa catatan

baik berbentuk tulisan, buku, agenda atau karya-karya monumental seseorang.

Peneliti menggunakan telaah dokumentasi untuk memperoleh data melalui

dokumen. Teknik ini dipergunakan untuk mempertegas data yang telah

dikumpulkan melalui Teknik Wawancara dan Observasi

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk

mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan,

mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis serta

objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan.45

Tahapan-tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan data, yaitu data yang dikumpulkan berasal dari studi

kepustakaan, observasi, wawancara dan dokumentasi.

b. Mengklarifikasi data, langkah ini digunakan untuk memilih data yang dapat

dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya. Pengeditan yaitu melakukan

penelaahan terhadap data yang terkumpul melalui teknik-teknik yang

digunakan kemudian dilakukan penelitian dan pemeriksaan kebenaran serta

perbaikan apabila terdapat kesalahan sehingga mempermudah proses

penelitian lebih lanjut.

c. Menyajikan data, yaitu data yang telah ada dideskripsikan secara tertulis

kemudian diberikan penjelasan dan uraian berdasarkan pemikiran yang logis,

serta memberikan argumentasi dan dapat ditarik kesimpulan.

Hen Hen, “Instrumen Penelitian”, https://jagoanilmu.net/instrumen-penelitian/ (31


45

Oktober 2019).
28

6. Teknik Pengelolahan dan Analisis Data.

Data yang diperoleh selama kegiatan penelitian yang berasal data tes

dianalisis dengan teknik persentase. Analisis data dilakukan secara terus

menerus selama proses dan setelah pengumpulan data. Prosedur yang ditempuh

untuk menganalisis data mengacu pada pendapat Sugiono, yaitu: data

reduction (reduksi data), data diplay (penyajian data) dan conclution

drawing/verification (penarikan kesimpulan). Ketiga kegiatan ini dilakukan

secara berurutan. Proses reduksi data dilakukan dengan menyeleksi,

menyederhanakan yang diperoleh dari berbagai sumber dilapangan.46

Penyajian data dilakukan untuk memaparkan hasil reduksi data dan disusun

secara sistematis. Data ini berupa perencanaan, kegiatan pembelajaran, hasil

tes, hasil pengamatan dengan learning logs. Penyajian data dimaksudkan untuk

mendapatkan pola-pola yang bermakna dan memberi kemungkinan penarikan

kesimpulan. Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan data yang telah

disajikan. Kesimpulan yang akan disampaikan meliputi pengumpulan dan

pendistribusian zakat di Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Polewali

Mandar.

46
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2010) h.337.
29

H. Daftar Pustaka

Al-Zuhayly, Wahbah. Zakat Kajian Berbagai Madzhab. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2008.
Amaliah, Amin. Pendistribusian dan Pendayagunaan Zakat.
https://www.kompasiana.com/amalish/584a8dc58d7a612a14d3824e/pen
distribusian-dan-pendayagunaan-zakat?page=all (19 Agustus 2019).

Andarini dan Amrullah Rizal. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta


Multazam Mulia Utama, 2010.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka cipta, 2010.

Artasalina, Dian Septi. “Golongan Orang yang Berhak Menerima Zakat”, Blog
Dian Septi Artasalina. https://www.idntimes.com/life/inspiration/dian-
arthasalina/8-golongan-orang-yang-berhak-menerima-zakat/full. (18
Agustus 2019).

Asrar, Muhammad. “Model Distribusi Zakat”, Blog Muhammad Asrar.


http://eksyar5.blogspot.com/2017/01/model-distribusi-zakat.html. (19
Agustus 2019).

Badan Amil Zakat Nasioanl (BAZNAS). “Profil BAZNAS”. Situs Resmi


BAZNAS https://baznas.go.id/profil ( 18 Agustus 2019).

Basrobi dan Suadi. Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka Cipta,


2011.
Cermati.Com. https://www.cermati.com/artikel/pengertian-dan-macam-
macam-zakat (18 Agustus 2019).

Damaled, Yandri Daniel. ”Dalil dan Cara Menghitung Zakat FItrah”.


https://tirto.id/dalil-dan-cara-menghitung-zakat-fitrah-drul (22 Agustus
2019).

Dompet Dhuafa. “Pengertian Zakat”, https://zakat.or.id/bab-1-pengertian-


zakat/ (16 Agustus 2019).

Dzulfikar. ”Macam-Macam Zakat dan Pengeriannya”, Blog Dzulfikar.


https://lifepal.co.id/blog/zakat/ (22 Agustus 2019).

Hafidudin, Didin. Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani


Press, 2002.
Hasan, Muhammad. Manajemen Zakat Model Pengelolaan yang Efektif,
Yogyakarta: Idea Press, 2011.
30

Hen Hen. “Instrumen Penelitian”, https://jagoanilmu.net/instrumen-penelitian/


31 Oktober 2019.

Himmah, Liya Aliyatul. ”Efektivitas Pendistribusian Zakat Dalam Upaya


Peningkatan Kesejahteraan Mustahik” Skripsi Semarang: Fak. Ekonomi
Dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2013.

Jalil, Abdul. Ilmu Ekonomi Islam, Kudus: 2005.


Kementrian Agama RI. Al-Quran 20 Baris Terjemah, Bandung: Mikraj
Khasanah Ilmu.

Kementrian. Agama. Undang-Undang Republik Indanesia No 23 Tahun 2011,


Tentang Pengelolaan Zakat.

Kementrian. Agama. Undang-Undang Republik Indonesia No 38 tahun 1999


Tentang Pengelolaan Zakat.

Kurniawan, Aris. “Pengertian Zakat”, Guru Pendidikan.com, 26 Juni 2019.


https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-zakat/ (22 Agustus 2019).

Mughniyah, Muhammad Jawad. Fikih Lima Madzab, Jakarta,:2007.


Mursyid. Mekanisme Pengumpulan Zakat, Infaq dan Shadaqah: Menurut
Hukum Syara’dan Undang-undang,Yogyakarta: Magistra Insania Press,
2006.
Nugaheni, Karisma Ika. “Manajemen Pengumpulan dan Pendistribusian Dana
Zakat, Infak Dan Shadaqah” Skripsi. Yogyakarta: Fak. Dakwah dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2018.
Pemerintah Sumatra Barat. “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2011”, Oficial 65432 ebsite Pemerintah Sumatra Barat,
sumbarprov.go.id/details/news/3 (18 Agustus 2019).

Rizal, Fathanul Hakim. Apa itu BAZNAS dan LAZ.


https://www.kompasiana.com/fathanul-hakim-
risal/558a4f97737e61c20cbf70f3/apa-itu-baz-dan-laz-bagaimana-
perilaku-pemerintah-terhadapa-baz-dan-laz?page=all (19 Agustus 2019).
Riduwan. Metode Teknik Menyusun Proposal Penelitian, Bandung: Alfabeta;
2010.

Rivaldi. “Pengertian Distribusi Saluran Fungsi Kegiatan dan Contohnya “


Jurnal Manajemen Vol.3 (February 2019),.
https://jurnalmanajemen.com/distribusi/ (di Akses 9 Agustus 2019).
31

Riyantika, Dwi. “Metodologi Penelitian Dian Husada”, Blog Dwi Riyantika.


http://dwiriyantikasyabaniyah.blogspot.com/p/definisi-operasional-
variable.html. (9 Agustus 2019).

Rizal Amrullah dan Andarini. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:


Multazam Mulia Utama, 2010.

Rofiq, Ahmad. Kompilasi Zakat, Semarang: Balai Penelitian dan


Pengembangan Agama, 2010.
Rumah Zakat (RZ). “Pengenalan Zakat”, Situs Resmi Rz,.
https://www.rumahzakat.org/zakat/ (16 Agustus 2019).

Rozi, Fakhrul. “Macam-Macam Zakat”, Blog Fakhrul Rozi.


http://pengertianzakatmu.blogspot.com/2015/03/macam-macam-
zakat.html. (18 Agustus 2019).

Seputar Penegtahuan (PP). “Metode Penelitian dan Karakteristiknya”, Situs


Resmi PP. https://www.seputarpengetahuan.co.id/2015/02/metode-
penelitian-kualitatif-dan-karakteristiknya.html (19 Agustsus 2019).

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Bandung: Alfabeta,


2012.
Yuniar, Nadiyyah Ratna. “Analisis Pengumpulan, Pendistribusian
Pendayagunaan, Dana Zakat Infak Sedekah Di lazis Muhammadiyah
Yogyakarta” Skripsi.Yogyakarta: Fak. Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016.
32

I. Komposisi Bab (Outline)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

E. Kajian Pustaka/ Peneliti Terdahulu

BAB II KAJIAN TEORI

A. Zakat

B. Badan Amil Zakat Nasional

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian

B. Pendekatan Penelitian

C. Populasi dan Sampel/ Sumber Data

D. Metode Pengumpulan Data

E. Instrumen Penelitian

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

B. Analisis Data dan Pembahasan


33

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN – LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Anda mungkin juga menyukai