Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat dan bimbingannya, sehingga penulis mampu menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tugas makalah ini penulis kerjakan dengan tujuan agar moralitas bangsa Indonesia ini tidak di nilai jelek karena masyarakat yang menyalah gunakan media massa yang merupakan salah satu alat komunikasi dunia. Karena itu, penulis menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul Etika Media Massa dan Moralitas Bangsa. Penulis mengharapkan makalah ini bermanfaat bagi pembaca, sehingga mampu menambah pengetahuan bagi mahasiswa lain agar dapat bebas berkomunikasi dengan tujuan yang benar tanpa menyalah gunakan media massa. Dan demi kemajuan penulis, segala saran maupun kritik dan masukan yang membangun akan senatiasa penulis terima dengan lapang hati. Semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi penulis.

Bandung, 30 November 2011

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .. BAB I PENDAHULUAN .. BAB II PEMBAHASAN BAB III PENUTUPAN . Daftar Pustaka ..

ii

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Berkomunikasi dapat dilakukan dimana pun, kapan pun, dengan siapa pun tanpa batas. Apalagi di era globalisasi seperti saat ini dengan tekhnologi yang selalu berkembang setiap saatnya yang menawarkan segala kecanggihan dan kemudahan berkomunikasi. Berkomunikasi yang paling mudah saat ini adalah berkomunikasi melalui media massa. Namun masih saja ada orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang menyalah gunakan fasilitas komunikasi ini dengan alasan kebebasan di media massa. Kebebasan pemberitaan, kebebasan informasi, dan kebebasan menyampaikan pendapat sering disalah artikan dan diterjemahkan oleh orang-orang. Di Indonesia sudah banyak sekali terjadi kasus akibat masyarakat yang mengupdate status dalam sebuah jejaring sosial dan berujung masuk penjara karena terah mencemarkan nama baik seseorang atau pihak lain. Dan yang paling sering dijadikan asalan si pelaku adalah karena kebebasan pendapat. Dengan banyaknya kasus-kasus seperti ini sangat mencerminkan molaritas bangsa ini kurang baik karena masyarakatnya tidak menerapkan etika dalam bermedia massa.

BAB II PEMBAHASAN Secara luas etika menurut Onong Uchjana Effendy, Mochtar Lubis, yakni sebagai sistem tata nilai moral, tanggungjawab, dan kewajiban. Jadi etika merupakan suatu perilaku yang mencerminkan itikad baik untuk melakukan suatu tugas dengan kesadaran, kebebasan yang dilandasi kemampuan dan tanggung jawab. Kita dapat melakukan segala hal baik berperilaku maupun bertutur kata dengan bebas asal beretika. Beretika disini yakni dengan berperilaku dan bertutur kata yang sopan, sesuai dengan aturan yang ada, dan dapat mempertanggung jawabkannya. Berkomunikasi di media massa pun harus sesuai dengan etika yang ada dan tidak disalah artikan. Dalam bidang periklanan, kode etik yang berlaku meliputi sikap terbuka, jujur, dan memiiki tanggung jawab moral dalam beriklan dan menjual produk-produk yang ditawarkan. Etika dalam bidang ini diperlukan agar para pengiklan mengetahui batas-batas dalam menciptakan karya iklan yang tidak membohongi publik dan merugikan konsumen, misalnya yang sering terjadi adalah dalam penggunaan pendekatan eksekusi iklan exagerration yang menampilkan suatu produk secara berlebihan, jauh dari kenyataannya. Mungkin saja hal ini bisa diidentifikasi sebagai salah satu contoh kebohongan publik. Selain ketiga bidang diatas, konsumen juga memiliki sebuah kode etik. Kode etik konsumen berlaku bagi pengguna media, contohnya pengguna layanan internet. Seorang pengguna dilarang mengganggu pengguna lainnya, misalnya dengan mengirimkan spam, mail bombs, atau pesan-pesan yang mengganggu kenyamanan. Ada juga yang disebut trollong atau pembuatan pernyataan yang provokatif dengan tujuan agar sebuah situs dikunjungi. Selain itu banyak juga penggunaan identitas yang tidak sebenarnya/palsu dalam internet yang mungkin mengakibatkan penipuan. 2

Yang juga populer adalah tindakan sabotase atau hacking, pelakunya disebut hacker. Tidak kalah menjamur, plagiarisme muncul dimana-mana. Sebagai konsumen, setiap pengguna juga sudah sepatutnya menjaga etika dalam menggunakan media sehingga kebebasan yang diusung tidak menggubris atau mengganggu kebebasan dan hak-hak orang lain. Segala aspek diatas merupakan bidang-bidang yang tersentuh langsung oleh perkembangan teknologi komunikasi, dan kita membutuhkan hukum sebagai perangkat yang mengatur semua tindakan dalam ranah-ranah tersebut. Keteraturan sangat dibutuhkan karena dapat menciptakan keamanan dan kenyamanan, apalagi jika berbicara mengenai media massa, karena terkait dengan kepentingan orang banyak dan masyarakat luas. Pers dan media massa, selain menjadi penyaji berita informasi, juga memiliki peranan besar dalam mengawasi pemerintahan suatu negara. Sehingga dapat disadari bahwa peranan media massa yang besar tersebut membutuhkan hukum dan pengaturan, agar manfaatnya tidak disalahgunakan hanya demi kepentingan beberapa pihak yang tidak bertanggung jawab Kebebasan pemberitaan, kebebasan informasi dan kebebasan menyampaikan pendapat sering di salah artikan dan diterjemahkan salah satu contoh kasus video porno mirip Aril- Luna dan Aril Cut Tari terus di tayanangkan dan menjadi headline di semua media massa, sebelum KPI melarang menyiarkan di TV banyak pelaku industri pertelevian kita sedikit mengambil cuplikan video tersebut, tanpa memperdulikan dampaknya bagi masyarakat. Dampak yang bagi masyarakat Indonesia adalah keingintahuan terhadap apa yang telah diberitakan oleh media massa. Contoh kasus yang sempat di beritakan adalah video porno mirip para artis, masyarakat mulai memburu film tersebut dari media Internet. Masyarakat ini kebanyakan kelompok pelajar SD, SMP, SMA dan bahkan mahasiswa. Selain kasus video porno, kasus penipuan konsumen 3

Jika kejadian ini dibiarkan terus menerus tidak akan mustahil moralitas bangsa ini akan hancur. Tidak ada lagi etika sopan santun dan seks bebas akan merajalela. Dengan diluncurkan Kampanye Televisi Sehat (KTS) yang merupakan kerjasama Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI), Komunitas TV Sehat, dan badan PBB yang menangani masalah anak (UNICEF). Dalam pertemuan tersebut KTS mengajak stasiun televisi memperhatikan kualitas programnya dan masyarakat harus menerapkan budaya nonton televisi yang sehat. Menurut B. Guntarto, Kepala Kajian Anak dan Media YKAI (Republika, 30/12-05) menyebutkan kuantitas program televisi untuk anak meningkat seliap tahunnya. Frekuensi penayangannya perminggu, bahkan perhari, juga makin tinggi. Padahal telah diungkapkan dari berbagai literatur bahwa frekuensi menonton anak tidak lebih dari 2 jam perhari. Secara garis besar fungsi komunikasi massa mcnurut Prof. Onong Uchjana Effendy hanya tiga, yakni: (1) menyiarkan informasi (to inform), (2) mendidik (to educate), (3) merighibur (to entertain). Tetapi ada para ahli yang menambah fungsi selain dari tiga fungsi tersebut, yaitu fungsi mempengaruhi (to influence), fungsi membimbing (to guide), dan fungsi men-geritik (to criticise). Fungsi yang terakhir ini adalah fungsi media massa dalam menjalankan perannya sebagai social control atau sebagai filter. Bahkan ada yang mengatakan sebagai pengawas atau watchdog. Hal ini mesti dilakukan demi menegakkan kebenaran dan keadilan. Tetapi lagi-lagi dari tayangan-tayangan yang ada (khususnya media televisi), ternyata fungsi hiburan dan mempengaruhi lebih mendominasi daripada fungsi yang lainnya. Cobalah kita simak, banyak stasiun-stasiun televisi yang lupa pada jam tayang yang tepat untuk suatu acara tertentu.

Acara musik memang bisa ditayangkan kapan saja, tetapi yang scring kita lihat adalah acara musik dengan penyanyi dan penari latar dengan pakaian yang jauh dari kesan sopan. Bahkan, malah sering kita lihat sang penari latar berpenampilan lebih seronok dibanding penyanyinya. Nah, hal-hal seperti inilah yang membuat cukup banyak orang merasa prihatin. Kalau sudah begini, bukan decak kagum yang terlontar dari mulut kita (walaupun suara penyanyinya bagus), tapi malah mengurut dada sambil keluar ucapan astaghfirullah. Ini baru satu jenis acara, belum lagi jenis acara-acara yang lainnya, seperti film cerita, sinetron yang mutunya makin mencemaskan, infotainment yang penuh dengan berita gossip atau bahkan lawakan-lawakan yang sepintas kelihatan lucu tapi banyak pesan pornografi di dalamnya dan rental sensualitas. Yang lebih parah lagi acara tersebut ditayangkan pada siang dan petang hari bukan malam hari, di mana banyak anak-anak yang menonton televisi justru pada jam tersebut. Semua ini membuat orang berpikir dan bertanya, apakah memang harus demikian bila sebuah stasiun televisi ingin menarik pemirsanya. Tidak adakah cara lain yang lebih menunjukkan rasa tanggungjawab secara moral terhadap akibat yang ditimbulkan dari acara-acara tersebut dalam jangka waktu yang panjang. Apalagi kita semua tahu bahwa salah satu ciri karakteristik dari komunikasi massa adalah penyampaiannya yang serempak. Artinya dalam waktu yang bersainaan secara serentak jutaan orang lerkena terpaan tayangan tersebut, dan sebagian pemirsanya adalah anak-anak. Bisa dibayangkan bagaimana pengaruh terpaan tersebut terhadap mereka. Media massa mulai sekarang harus berpikir bagaimana mengemas acaranya dengan baik dan mempersatukan nilai bisnis dan moralitas bangsa ini. Paling tidak mentaati kode etik jurnalistik yang sedang berlaku. 5

Tugas moralitas di sini, bukan saja tugas media massa melainkan semua pemuka agama dan pemerintah serta keluarga. Pemuka agama memberikan tausiyah kepada masyarakat tentang moral dan etika yang sesuai dengan agamanya masing-masing, begitu juga dengan pemerintah mengeluarkan peraturan yang berpihak kepada adat ketimuran. Begitu pula dengan keluarga dalam mendidik mental generasi muda, karena pendidikan yang paling utama adalah dalam keluarga itu sendiri. Sehingga moralitas bangsa ini tetap terjaga dan acara di media massa tetap berhaluan dengan aturan main dalam etika dan moralitas bangsa Indonesia

BAB III PENUTUP Media massa merupakan salah satu alat komunikasi yang dampaknya sangat terasa di kehidupan manusia. Media massa sebaiknya digunakan sesuai keperluan. Moralitas bangsa Indonesia dapat dinilai baik apabila masyarakat yang menggunakan media massa tidak menyalah gunakan dan melakukannya dengan etika-etika yang berlaku. Media massa, pemuka agama, masyarakat, dan pemerintah harus saling bersatu meningkatan molaritas bangsa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA http://dossuwanda.wordpress.com/2008/03/29/etika-komunikasi-massa/ by : Dra. Hj. Dewi Widowati, M.Si. (Dosen Stikom WJB Serang) http://luthfimadura.wordpress.com/2010/06/14/media-dan-moralitasbangsa/#comment-416 by Ahmad Luthfi Abu Ahnaf

Berkomunikasi dengan Etika


by Fara Ramadhina

Etika Media Massa dan Moralitas Bangsa

Nama : Rifdah Ayu Santika NPM : 10080011123

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNISBA BANDUNG

2011

Anda mungkin juga menyukai