Anda di halaman 1dari 26

PENGELOLAAN ZAKAT PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT

INFAQ DAN SHODAQOH NAHDLATUL ULAMA (LAZISNU)


KABUPATEN BLITAR MELALUI PROGRAM NU-CARE

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Kepada Jurusan Manajemen Zakat dan Wakaf
Guna Menyusun Skripsi

Oleh:
SYAFI’I SULAIMAN
NIM. 1710353033

JURUSAN MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF FAKULTAS


EKONOMI BISNIS DAN ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI (IAIN) TULUNGAGUNG
FEBRUARI 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zakat secara bahasa bermakna mensucikan, tumbuh atau berkembang.
Menurut istilah syara’, zakat memiliki makna mengeluarkan sebagian harta yang
telah mencapai nishab yang dimiliki oleh setiap muslim yang mampu secara financial
untuk diberikan kepada golongan tertentu (mustahiq) sesuai dengan syarat-syarat
1
yang ditentukan oleh syariat Islam . Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga, zakat
merupakan sendi pokok agama yang sangat penting, karena zakat merupakan
kewajiban utama kepada Allah SWT yang wajib untuk ditunaikan, selain itu zakat
juga mengandung aspek strategis dalam pembangunan kekuatan ekonomi masyarakat
Islam.
Zakat adalah satu-satunya ibadah yang memiliki petugas khusus untuk
mengelolanya, sebagaimana dinyatakan secara eksplisit dalam QS At-Taubah ayat 60.
Pengelolaan zakat melalui institusi amil memiliki beberapa keuntungan, yaitu : (a)
lebih sesuai dengan tuntunan syariah, shirah nabawiyyah dan shirah para sahabat
serta generasi sesudahnya, (b) menjamin kepastian dan disiplin pembayar zakat, (c)
untuk menghindari perasaan rendah diri dari para mustahik apabila mereka
berhubungan langsung dengan muzakki, (d) untuk mencapai efektivitas pengelolaan
dan pendayagunaan zakat, dan (e) sebagai syiar Islam dalam semangat pemerintahan
yang Islami.
Pengelolaan zakat menurut UU No.38 Tahun 1999 adalah kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap
pengumpulan, pendistribusian, serta pendayagunaan zakat. Dalam UU ini juga
disebutkan tujuannya agar pengelolaan zakat melalui badan-badan atau organisasi

1 Yusuf Wibisono, Mengelola Zakat Indonesia, (Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP,


2015),
hal.1.
yang berwenang berjalan sesuai dengan prinsip syariah, dan zakat yang terkumpul
dapat dioptimalkan untuk memperdayakan orang-orang yang berhak menerimanya.
Zakat dengan pengelolaan yang baik merupakan sumber dana potensial yang
bisa dimanfaatkan untuk memajukan kesejahteraan umum bagi seluruh masyarakat.
Selama ini dalam praktiknya, zakat yang disalurkan ke masyarakat lebih didominasi
oleh zakat konsumtif sehingga ketika zakat selesai didistribusikan maka manfaat yang
diterima oleh mustahik hanya dapat digunakan dalam kurun waktu yang singkat.
Zakat yang dapat digunakan dalam kurun waktu terus-menerus adalah zakat
produktif. Zakat produktif adalah pemberian zakat yang dapat membuat para
penerimanya menghasilkan sesuatu secara terus-menerus dengan harta zakat yang
telah diterimanya (Rafi, 2011 : 132).
Sehubungan dengan hal tersebut ada dua organisasi pengelola zakat yang
diakui yaitu Badan Pemerintah Tingkat Pusat, wilayah, dan Daerah, serta Lembaga
Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh (LAZIS) yang sepenuhnya dibentuk oleh masyarakat
dan dikukuhkan oleh pemerintah. Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh
Nahdlatul Ulama (LAZISNU) merupakan salah satu lembaga yang bertujuan
menyalurkan dana zakat dan berperan aktif dalam perbaikan perekonomian kepada
masyarakat yang membutuhkan. LAZISNU mempunyai beberapa program, yaitu
program Nu-Smart merupakan program pemberian beasiswa, program Nu-Care
merupakan program yang berbentuk pemberian kesehatan bagi fakir miskin yang
kurang sehat, program Nu-Preneur merupakan program yang memberikan modal
sosial serta pendampingan pemberdayaan, serta program Nu-Skill yang berbentuk
pendidikan ketrampilan.
Nu-Care LAZISNU merupakan rebranding dari lembaga Amil Zakat Infaq
Shadaqah Nahdlatul Ulama’ dan sebagai lembaga nirlaba milik perkumpulan
Nahdlatul Ulama’ yang senantiasa untuk membantu kesejahteraan umat serta
mengangkat harkat sosial melalui pendayagunaan dana Zakat Infaq dan Shodaqoh
2
(ZIS) dan dana-dana Corporate Social Responsibility (CSR) . Program Nu-Care
LAZISNU di Kabupaten Blitar, meliputi program bedah rumah, program khitan gratis
untuk anak yatim, dan program gerakan infaq receh koin NU, program layanan
kesehatan kepada masyarakat kurang mampu, pemberian sembako makanan kepada
masyarakat kurang mampu dan usia lanjut, serta bantuan kepada korban bencana
alam.
Oleh karena itu akan di bahas secara mendalam mengenai “Pengelolaan Zakat
Pada Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh Nahdlatul Ulama (LAZISNU)
Kabupaten Blitar Melalui Program Nu-Care”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di paparkan di atas, maka
dapat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengelolaan zakat oleh LAZISNU Kabupaten Blitar?
2. Bagaimana pelaksanaan program Nu-Care oleh LAZISNU Kabupaten Blitar?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengelolaan zakat oleh LAZISNU Kabupaten Blitar.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan program Nu-Care oleh LAZISNU Kabupaten
Blitar.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah bertujuan bagi Lembaga Amil Zakat Infaq
dan Shodaqoh Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Kabupaten Blitar dan akademisi Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung, sebagai berikut:
1. Manfaat secara teoritis bagi akademisi jurusan IAIN Tulungangung

2
www.nucarelazisnu.org, diakses pada tanggal 1 eptember 2019, pukul 19.42 WIB
a. Memperkaya khasanah kepustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung dalam hal pengelolaan
zakat pada LAZISNU Kabupaten Blitar melalui program Nu-Care.
b. Dapat dijadikan sebagai landasan dalam melaksanakan penelitian selanjutya
mengenai aspek pada pengelolaan zakat sehingga dapat memperkaya
khazanah keilmuan dan menambah wawasan dalam bidang pengelolaan
zakat.
2. Manfaat praktis bagi pengelola LAZISNU Kabupaten Blitar
a. Untuk mengetahui dan menjelaskan pengelolaan zakat pada LAZISNU
Kabupaten Blitar melalui program Nu-Care.
b. Mampu memberikan kontribusi pemikiran dalam mengadakan penelitian
lebih lanjut tentang LAZISNU Kabupaten Blitar.
c. Mampu sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan atau membuat
strategi pengelolaan zakat di masa yang akan datang.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengelolaan Zakat
1. Definisi Zakat
Kata zakat adalah bentuk dasar (masdar) dari kata ‫ يكز‬yang secara bahasa
berarti berkah (al-barakah), tumbuh subur dan berkembang (al-nama’), suci (al-
taharah), dan penyucian (al-tazkiyah). Zakat menurut terminologi hukum Islam
(istilah syara’), zakat adalah beribadah kepada Allah SWT dengan mengeluarkan
bagian wajib secara syara’ dari harta tertentu dan diberikan kepada sekelompok atau
instansi (zakat) tertentu. Zakat merupakan kadar tertentu di berikan kepada yang
3
berhak menerimanya dengan berbagai syarat semata-mata mencari ridho Allah .
Zakat di tinjau dari segi bahasa memiliki beberapa arti, yaitu al barakatu yang artinya
keberkahan, al nama yang artinya pertumbuhan dan perkembangan, ath thaharatu
yang berati kesucian dan ash shalahu yang artinya keberesan Sedangkan menurut
istilah zakat adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu yang di wajibkan
alloh swt.4
Pengertian zakat secara umum yaitu bilangan tertentu dari harta orang muslim
(memiliki harta lebih) yang perlu di keluarkan menurut hitungan periode tertentu
antara perbulan hingga pertahun untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan mereka
yang tidak berdaya di tengah ketatnya persaingan ekonomi. Ada dua macam zakat
yang wajib di tunaikan oleh umat islam yaitu zakat fitrah (zakat jiwa) dan zakat mall
5
(zakat atas pemilikan harta). Dengan posisi sentralnya dalam ajaran islam sebagai
salah satu ibadah mahdhah, zakat memiliki ketentuan ketentuan operasional yang
lengkap meliputi jenis harta yang terkena zakat (mal al zakah), tarif zakat (miqdar al

3
Wahardjani, dkk, fikih islam, (Yogyakarta: PT Citra Karsa Mandiri, 2000), hal. 29
4
setiawan budi utomo, Metode praktis penetapan nisab zakat,( mizan pustaka, bandung ,
2009). hlm, 29.
5
Satria adi, penetapan wajib zakat, (alphabet press, tanggerang : 2005). hlm, 3.
zakah), batas minimal harta terkena zakat (nishab), batas waktu pelaksanaan zakat
6
(haul) hingga sasaran pembelanjaan zakat (masharif al zakah).
Jadi dari beberapa pengertian zakat diatas, dapat disimpulkan bahwa zakat
merupakan kewajiban untuk setiap muslim yang mampu secara finansial atau
memiliki harta yang telah mencapai nishabnya untuk diberikan kepada golongan
tertentu sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh syari’at dengan tujuan
untuk membersihkan diri dan mensucikan harta dan diharapkan dapat memberi
manfaat untuk dirinya sendiri ataupun orang lain.
2. Definisi Pengelolaan Zakat
Pengelolaan adalah suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh
sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujuan
tertentu. Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengumpulan, pendistribusian, serta
pendayagunaan zakat.
a. Perencanaan pengelolaan dana Zakat Infaq dan Sedekah (ZIS)
Dalam kegiatan ini yang harus diperhatikan, yaitu perencanaan strategi
kelembagaan, tujuan dan hasil yang ingin di capai serta berapa jumlah dana yang
dibutuhkan.7
b. Pelaksanaan pendistribusian dana Zakat Infaq Sedekah (ZIS) Pendistribusian
dana zakat sudah dirumuskan dan dikhususkan kepada
orang-orang atau golongan yang berhak menerimanya. Agar dana zakat yang
didistribusikan tersebut dapat diberdayakan dan dimanfaatkan, maka pembagiannya
juga harus selektif untuk kebutuhan konsumtif atau untuk kebutuhan produktif.
8
Masing-masing dari kebutuhan konsumtif tersebut dibagi pada dua bagian yaitu:
konsumtif tradisional, konsumtif kreatif, produktif konfensial, produktif kreatif.
c. Pengorganisasian pengelolaan dana Zakat Infaq dan Sedekah (ZIS)
6
Yusuf Wibowo, mengelola zakat Indonesia, (Jakarta : prenadamedia, 2015), hlm. 1.
7 Didin Hafidhuddin dan Heri Tanjung Manajemen Syariah dalam Praktik, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2003), Hal. 78.
8
Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat …., Hal. 314-315.
Dalam pengorganisasian pengelolaan dana ZIS diperlukan beberapa hal
berikut ini, antara lain:
i. Pengorganisasian struktur organisasi, yaitu berkaitan dengan tugas sebuah
lembaga dalam menyusun struktur, tugas dan wewenang, hubungan, desain
organisasi, spesialisasi pekerjaan, uraian pekerjaan, spesifikasi pekerjaan, rentang
kendali, kesatuan komando, desain dan analisis pekerjaan.
ii. Pengorganisasian mustahik zakat (penerima zakat), yaitu pengorganisasian
para kelompok yang berhak menerima zakat9. Dibutuhkan agar dana yang terhimpun
oleh lembaga pengelolaan zakat dapat di distribusikan, disalurkan serta di
dayagunakan sesuai dengan syariat Islam dan undang-undang yang berlaku.
iii. Pengorganisasian pendayagunaan dana Zakat Infaq dan Sedekah (ZIS), dibagi
menjadi dua macam, yaitu kebutuahan produktif dankonsumtif. Kebutuhan produktif
adalah zakat yang di kelola sebagai modal usaha mustahiq (berjangka panjang).
Kebutuhan konsumtif adalah dana zakat yang dana tersebut digunakan atau
diamnfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup para mustahiq yang tergabung dalam
delapan ashnaf dengan mendahulukan yang paling tidak berdaya dalam memenuhi
kebutuhan primernya dan secara ekonomi mereka juga sangat membutuhkan bantuan.
3. Landasan Kewajiban Membayar Zakat
Adapun dalil-dalil yang menjadi dasar kewajiban membayar zakat antara lain:
a. Surat Al Quran
i. Surah At-Taubah ayat 103
Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah
Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (Q.S At-Taubah:103).
ii. Surah Al-Baqarah ayat 43

9 Orang-orang atau golongan yang berhak menerima zakat diatur dalam al-Qur‟an surat al-
Taubah ayat 60.
Artinya : Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah
beserta orangorang yang ruku'.( Q.S Al-Baqarah: 43).
iii. Surah Al-Hadid ayat 7
Artinya : Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan
nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu
menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan
(sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.(Q.S Al-Hadid: 07).
iv. Surah Al-Ma’arij ayat 24-25
Artinya :
24. Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu,
25. Bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak
mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta). (Q.S Al-Ma’arij:24-25).
b. Hadits Rosulullah SAW
Dari Ibnu Umar RA. Bahwasanya Rosullulah SAW. Besabda: “Islam itu
didirikan atas lima sendi, yaitu, persaksian bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah SWT.
Dan Muhammad utusan Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, haji dan puasa
di bulan ramadhan.” (HR. Mutafaq alaih).
4. Syarat Harta yang Wajib Dikeluarkan Zakatnya
Dalam hal in terdapat 6 syarat harta yang terkena wajib zakat, yaitu milik
penuh, berkembang, cukup nishab, lebih dari kebutuhan biasa, bebas dari hutang,
serta berlalu setahun.
5. Orang yang Berhak Menerima Zakat
Penerima zakat ada delapan pihak (asnaf), yaitu orang-orang yang memiliki
kriteria yang telah Allah SWT dalam Al-Quran Surah At-Taubah ayat 60. Artinya:
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang
miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.(Q.S At-Taubah: 60).
Kedelapan asnaf tersebut adalah:
i. Fakir, ialah orang-orang yang berpenghasilan kurang dari setengah keperluan
pokoknya.
ii. Miskin, yaitu orang-orang yang berpenghasilan lebih dari setengah kebutuhan
pokok hidupnya,tapi masih belum dapat memenuhinya.
iii. Pengurus-pengurus zakat (amil) yaitu semua orang yang bekerja mengurus
zakat.
iv. Muallaf, yaitu orang-orang yang baru masuk Islam agar lebih teguh
keimanannya dan untuk menumbuhkan kemaslahatan umat Islam.
v. Hamba sahaya, yaitu para budak yang dijanjikan akan dibebaskan oleh tuannya.
vi. Gharim, yaitu orang-orang yang berhutang dijalan Allah, ada dua golongan
bagi orang yang mempunyai utang, yaitu golongan yang mempunyai untuk
kemaslahatan diri sendiri, seperti untuk nafkah, membeli pakaian, mengobati
orang sakit. Golongan yang kedua adalah orang yang mempunyai utang untuk
kemaslahatan orang lain, seperti mendamaikan dua golongan yang bermusuhan,
orang yang bergerak dibidang sosial, seperti yayasan anak yatim, rumah sakit
untuk fakir, anak yatim piatu dll.
vii. Musafir atau ibnu sabil, yaitu orang-orang yang sedang dalam perjalanan jauh,
yang diridhai Allah (bukan untuk maksiat) dan kehabisan bekal.
viii. Fisabilillah, yaitu orang-orang yang sedang berjuang dijalan Allah SWT.
6. Macam-macam Zakat
Ada beberapa macam zakat yang harus dikeluarkan oleh seorang muslim agar
hartanya bersih, yaitu:
a. Zakat fitrah, yaitu zakat yang dikeluarkan satu tahun sekali menjelang hari raya
Idul Fitri untuk membersihkan jiwa yang hidup pada waktu itu.
b. Zakal maal atau zakat harta, yaitu zakat yang dikeluarkan untuk membersihkan
harta tertentu pada waktu tertentu.
Adapun harta yang wajib dizakati meliputi:
a. Binatang ternak, hewan ternak meliputi hewan besar seperti: unta, sapi, dan
kerbau sedangkan hewan kecil diantaranya: kambing, dan domba.
b. Emas dan perak, emas dan perak merupakan logam mulia yang selain
merupakan tambang elok juga sering dijadikan perhiasan. Emas dan perak juga
dijadikan mata uang yang berlaku dari waktu ke waktu. Islam memandang
emas dan perak sebagai harta (potensial) berkembang. Oleh karena syara’
mewajibkan zakat atas keduannya, baik berupa uang, leburan logam, bejana,
souvenir, atau yang lain. Termasuk dalam katagori emas dan perak, adalah mata
uang yang berlaku dari waktu ke waktu di masing-masung Negara. Oleh
karenanya segala bentuk penyimpangan uang seperti: tabungan deposito, cek,
saham, atau surat berharga lainnya, termasuk kedalam katagori emas dan perak,
sehingga penentuan nishab dan besarnya zakat disetarakan dengan emas dan
perak. Demikian juga pada harta kekayaan lainnya, seperti rumah,villa,
kendaraan, tanah, dan lain-lain. Yang melebihi keperluan menurut syara’ atau
dibeli atau dibangun dengan tujuan menyimpan uang (komersil) dan sewaktu-
waktu dapat diuangkan. Pada emas dan perak atau lainnya, asal tidak
berlebihan, maka tidak diwajibkan zakat atas barang tersebut.
c. Harta perniagaan, adalah semua yang diperuntukan untuk diperjualbelikan
dalam berbagai jenisnya, baik berupa seperti: alat-alat, pakaian, makanan,
perhiasan, dan lain-lain. Perniagaan tersebut diusahakan secara perorangan atau
perserikatan seperti CV, PT, koperasi, dan lain-lain.
d. Hasil pertanian, adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai
ekonomis seperti biji-bijian, umbi-umbiian, sayur-mayur, buah-buahan,
tanaman hias, rumput-rumputan, dedauan, dan lain-lain.
e. Ma’din dan kekayaan laut, adalah hasil tambang yang berad didalam perut bumi
yang memiliki nilai ekonomis seperti: emas, perak, tembaga, marmer, giok,
minyak bumi, batu-bara, dan lain-lain.
f. Kekayaan laut yang dieksploitasi dari laut seperti mutiara, dan lain-lain.
g. Rikaz, adalah harta yang terpendam dari zamat terdahulu atau biasa disebut
dengan harta karun. Termasuk didalamnya harta yang ditemukan dan tidak ada
yang mengaku sebagai miliknya.
7. Pengertian Amil Zakat, Syarat, dan Tugas
Amil dalam zakat adalah semua pihak yang bertindak mengerjakan yang
berkaitan dengan pengumpulan, penyimpanan, penjagaan, pencatatan, dan penyaluran
atau distribusi harta zakat. Mereka diangkat oleh pemerintah dan memperoleh izin
darinya atau dipilih oleh instansi pemerintah yang berwenang atau oleh masyarakat
Islam untuk memungut dan membagikan serta tugas lain yang berhubungan dengan
zakat, seperti penyadaran atau penyuluhan masyarakat tentang hukum zakat,
menerangkan sifat-sifat pemilik harta yang terkena kewajiban membayar zakat dan
mereka yang menjadi mustahiq, mengalihkan, menyimpan dan menjaga serta
menginvestasikan harta zakat sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Amil zakat
harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Beragama Islam;
b. Mukallaf (berakal dan baligh);
c. Amanah;
d. Memiliki ilmu pengetahuan tentang hukum-hukum zakat dan hal lain yang terkait
dengan tugas Amil zakat. Amil zakat memiliki tugas :
a. Penarikan/pengumpulan zakat yang meliputi pendataan wajib zakat, penentuan
objek wajib zakat, besaran nishab zakat, besaran tarif zakat, dan syaratsyarat
tertentu pada masing-masing objek wajib zakat;
b. Pemeliharaan zakat yang meliputi inventarisasi harta, pemeliharaan, serta
pengamanan harta zakat;
c. Pendistribusian zakat yang meliputi penyaluran harta zakat agar sampai
kepada mustahiq zakat secara baik dan benar, dan termasuk pelaporan.
B. Program Nu-Care
Nu-Care LAZISNU merupakan rebranding dari Lembaga Amil Zakat Infaq
dan Sedekah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) agar dikenal oleh masyarakat luas. Nu-
Care LAZISNU berdiri pada tahun 2004 sesuai amanat Muktamar NU yang ke 31 di
Asrama Haji Donohudan, Boyolali, Jawa Tengah. Selain itu, Nu-Care secara yuridis-
formal dikukuhkan oleh SK Menteri Agama No.65/2005. Nu-Care LAZISNU
merupakan lembaga nirlaba milik perkumpulan Nahdlatul Ulama (NU) yang
bertujuan untuk berkhidmat dalam rangka membantu kesejahteraan umat,
mengangkat harkat sosial dengan mendayagunakan dana Zakat, Infak, Sedekah, serta
Wakah (ZISWAF). Sejarah dan Perkembangan LAZISNU, sebagai berikut:
1. Tahun 2004 (1425 Hijriyah) Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah
Nahdlatul Ulama (LAZISNU) lahir dan berdiri sebagai amanat dari Muktamar
Nahdlatul Ulama (NU) yang ke-31, di Asrama Haji Donohudan, Boyolali, Jawa
Tengah. Ketua Pengurus Pusat (PP) LAZISNU yang pertama adalah Prof. Dr. H.
Fathurrahman Rauf, M.A., yakni seorang akademisi dari Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.
2. Tahun 2005 (1426 Hijriyah) secara yuridis-formal LAZISNU diakui oleh
dunia perbankan dan dikukuhkan oleh Surat Keputusan (SK) Menteri Agama
No.65/2005.
3. Tahun 2010 (1431 Hijriyah) pada Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-32, di
Makassar, Sulawesi Selatan, memberi amanah kepada KH. Masyhuri Malik sebagai
Ketua PP LAZISNU dan menggantikan Prof. Dr. H. Faturrahman Rauf, MA. KH.
Masyhuri dipercaya memimpin PP LAZISNU untuk masa kepengurusan 2010-2015.
Hal itu telah diperkuat oleh SK Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)
No.14/A.II.04/6/2010 tentang Susunan Pengurus LAZISNU periode 2010-2015.
4. Tahun 2015 (1436 Hijriyah) dengan berdasarkan Surat Keputusan Nomor:
15/A.II.04/09/2015, Pengurus Pusat LAZISNU masa khidmat 2015-2020 diketuai
oleh Syamsul Huda, SH.
5. Tahun 2016 (1437 Hijriyah) dalam upaya meningkatkan kinerja dan meraih
kepercayaan masyarakat, NU CARE-LAZISNU menerapkan Sistem Manajemen ISO
9001:2015, yang dikeluarkan oleh badan sertifikasi NQA dan UKAS Management
System dengan nomor sertifikat: 49224 yang telah diterbitkan pada tanggal 21
Oktober 2016. Dengan komitmen manajemen MANTAP (Modern, Akuntable,
Transparan, Amanah dan Profesional).
Hingga saat ini, Nu-Care telah memiliki jaringan pelayanan dan pengelolaan
ZIS di 12 negara, di 34 provinsi, dan 376 kabupaten atau kota di Indonesia. Visi dan
Misi Nu-Care sebagai berikut: visi Nu-Care adalah bertekad menjadi lembaga
pengelola dana masyarakat (zakat, infak, sedekah, wakaf, CSR, dll) yang
didayagunakan secara amanah dan profesional untuk kemandirian umat. Sedangkan
untuk misi Nu-Care, yaitu:
1. Mendorong tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk mengeluarkan zakat, infak,
sedekah dengan rutin.
2. Mengumpulkan/ menghimpun dan mendayagunakan dana zakat, infak, dan
sedekah secara profesional, transparan, tepat guna dan tepat sasaran.
3. Menyelenggarakan program pemberdayaan masyarakat guna mengatasi
problem kemiskinan, pengangguran, dan minimnya akses pendidikan yang
layak.
C. Penelitian Terdahulu
Selama penulis melakukan penelitian yang berhubungan dengan Lembaga
Amil Zakat dan Shodaqoh (LAZIS) dalam program Nu-Care, sebelumnya telah ada
beberapa karya ilmiah yang melakukan penelitian tentang hal tersebut yang memiliki
kesamaan dan perbedaan pembahasan.
10
Menurut Muklisin pada jurnalnya ”Strategi Pengelolaan Zakat Dalam Upaya
Pengembangan Usaha Produktif”, menjelaskan bahwa BAZNAS Kabupaten Bango
membuat strategi pengelolaan dan pengembangan zakat yaitu, pengenalan masalah,
penciptaan peluang usaha bagi para mustahik, pengembangan usaha produktif,
membuat jaringan pengusaha kecil, memanfaatkan peran BAPEDA. Hal ini berbeda
dengan penelitian yang akan peneliti lakukan di LAZISNU Kabupaten Blitar yang
mana hanya akan membahas tentang pengelolaan zakat pada program Nu-Care.

10
Muklis, Strategi pengelolaan zakat dalam upaya pengembangan usaha produktif, jurnal
penelitian Fakultas Ekonomi Syariah (jambi: STAI YASNI MUARA BUNGO, 2018), Vol 17, No 2.
11
Pada penelitian lain yaitu skripsi oleh Budi, “Pengelolaan Zakat Oleh Badan
Amil Zakat Di Kabupaten Tulang Bawang”, menjelaskan bahwa pengelolaan zakat
yang di lakukan oleh Badan Amil Zakat (BAZ) Kabupaten Tulang Bawang terdapat
beberapa program, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan mustahik dan
masyarakat, yang mana dari program tersebut mengalami peningkatan dan hasil yang
positif pada muzaki, mustahik dan juga terhadap BAZ Kabupaten Tulang Bawang.
Dalam pembahasan ini persamaan dengan penelitian yang akan di lakukan oleh
peneliti yaitu keduannya juga membahas kepada pengelolaan zakat yag di tujukan
untuk meningkatkan kesejahteraan mustahik. Perbedaanya adalah dari skripsi oleh
Budi lebih membahas mengenai hasil daripada pengelolaan zakat.
12
Pada jurnal penelitian yang lain oleh Aziz mengenai “Strategi Pengelolaan
Zakat Secara Produktif Pada lembaga Amil Zakat Dalam Tinjauan UU RI Nomor 23
Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat”, membahas mengenai pengelolaan zakat
secara produktif yang telah di lakukan oleh yayasan Nurul Hayat sudah banyak
berkontribusi dalam membangun dan mensejahterakan masyarakat melalui berbagai
program yang di munculkannya. Dalam pengelolaannya di LAZ Nurul Hayat Cabang
Tuban pada program tersebut sekilas berjalan dengan lancar dan sesuai dengan
prosedur yang berlaku. Namun sangat di mungkinkan sistem pengelolaannya ada
yang bertentangan dengan prosedur yang di tetapkan oleh undang-undang. Maka dari
itu LAZ Nurul Hayat melakukan strategi pengelolaan zakat yang sesuai dengan
undang-undang yaitu melalui beberapa kegiatan dan tahapan antara lain program pilar
mandiri, beasiswa pendidikan pendirian pendidikan formal unggulan.

11
Budi, Pengelolaan Zakat Oleh BAZ Di Kabupaten Tulang Bawang, skripsi fakultas
dakwah dan ilmu komunikasi, (Lampung UIN Raden Intan, 2017)
12 Aziz Muhammad, Strategi Pengelolaan Zakat Secara Produktif Pada lembaga Amil
Zakat Dalam Tinjauan UU RI Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat (Studi Kasus di Nurul
Hayat Kantor Cabang Tuban Periode 2015-2016),(Tuban:STAI Al-Hikmah, 2017), Vol.7.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif menurut Moleong (2014:6) yaitu pendekatan yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan cara mengamati secara langsung
serta wawancara mendalam dengan informan yang memahami permasalahan yang
akan diteliti. Alasan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena dalam
penelitian ini data yang dihasilkan berupa data deskriptif yang diperoleh dari data-
data berupa tulisan, hasil wawancara, dan dokumen yang berasal dari informan yang
diteliti.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang diarahkan untuk
memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan
akurat. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk
mendeskripsikan keadaan yang terjadi pada saat penelitian dilakukan. Alasan
penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif karena penelitian ini tidak
memberikan perlakuan khusus terhadap objek yang diteliti, hanya memberikan uraian
tentang pengelolaan zakat pada Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh Nahdlatul
Ulama (LAZISNU) Kabupaten Blitar Melalui Program Nu-Care. Dalam penelitian
ini, peneliti mendeksripsikan informasi atau gambaran secara sistematis, faktual, dan
akurat mengenai pengelolaan zakat pada Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh
Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Kabupaten Blitar Melalui Program Nu-Care.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di Kantor LAZISNU Kabupaten Blitar tepatnya di
Jalan Masjid No. 22, Blitar. Alasan memilih lokasi tersebut dikarenakan lokasi yang
strategis berada di wilayah Kabupaten Blitar dan lokasinya dekat jalan raya yang
memungkinkan masyarakat mudah untuk menjangkaunya. Dengan keberadaan dan
lokasi yang berada di kota tentunya memudahkan para muzakki atau orang yang
menunaikan zakat dan donatur dalam menyalurkan dana yang dimiliki ke LAZISNU
Kabupaten Blitar. Alasan kedua LAZISNU Kabupaten Blitar memiliki bebrapa
program, salah satunya program Nu-Care yang dikelola oleh pengurus LAZISNU
Kabupaten Blitar dan jajarannya yang bertujuan untuk membantu kesejahteraan umat,
mengangkat harkat sosial dengan mendayagunakan dana Zakat, Infak, Sedekah, serta
Wakah (ZISWAF).
C. Subjek Penelitian
Menurut Suharsini Arikonto, subjek penelitian sebagai benda, hal atau orang
tempat data untuk variabel penelitian melekat, dan yang dipermasalahkan. Definisi
subjek penelitian adalah individu, benda, atau organisme yang dijadikan sumber
informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Pada penelitian
kualitatif, subjek penelitian disebut informan atau partisipan, yaitu orang yang
memberikan respon dan jawaban serta informasi tentang data yang diinginkan peneliti
berkaitan dengan penelitian yang sedang dilaksanakan. Maka dalam penelitian ini
yang menjadi subjek penelitian adalah direktur beserta pengurus LAZISNU
Kabupaten Blitar dan beberapa kelompok warga yang mengikuti program dari
LAZISNU Kabupaten Blitar.
D. Sumber Data
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung
dari sumber pertama berupa hasil wawancara dengan informan yang dianggap relevan
untuk diambil data darinya. Dalam hal ini informan yang dimaksud adalah direktur
beserta pengurus LAZISNU Kabupaten Blitar dan beberapa kelompok warga yang
mengikuti program dari LAZISNU Kabupaten Blitar.
2. Sumber Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan peneliti dari semua sumber yang
sudah ada. Data ini biasanya berasal dari data penelitian lain yang dilakukan oleh
13
lembaga atau organisasi . Dilihat dari segi sumber data, dapat dibagi atas sumber
buku, artikel jurnal, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi, seperti
dokumen-dokumen yang berkenaan dengan program NU-CARE. Data dan sumber
data yang akan digali pada penelitian ini telah digambarkan dalam tabel berikut :
Masalah yang Data yang Metode
No Pengumpulan Sumber Data
Diajukan Dibutuhkan Data

1. Direktur
1. Langkah LAZISNU

Langkah-langkah pengelolaan Kabupaten


pengelolaan zakat zakat di 1. Observasi. Blitar.
1. di LAZISNU LAZISNU 2. Wawancara. 2. Pengelola
Kabupaten Blitar. Kabupaten 3. Dokumentasi. LAZISNU
Blitar. Kabupaten
Blitar.

1. Latar belakang 1. Direktur


Pelaksanaan tercetusnya 1. Observasi. LAZISNU
2. program NuCare program Nu- 2. Wawancara. Kabupaten
di LAZISNU Care di 3. Dokumentasi. Blitar.
Kabupaten Blitar. LAZISNU
Kabupaten 2. Pengelola

13
Rokhmat Subagiyo, Metode Penelitian Ekonomi Islam: Konsep dan Penerapan, (Jakarta:
Alim’s Publishing, 2017), hal. 74.
Blitar. LAZISNU
2. Langkah Kabupaten
pelaksanaan Blitar.
program Nu- 3. Mustahiq
Care di
LAZISNU
Kabupaten
Blitar.

3. Langkah yang
diterapkan
LAZISNU
Kabupaten
Blitar di
masyarakat
dalam
memberdayaka
n para
mustahiq.

E. Teknik Pengumpulan Data


Untuk mengumpulkan data yang akurat dalam penelitian ini, maka peneliti
menggunakan prosedur pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dimana peneliti
mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap objek yang
diteliti. Menurut Usman (2004:54) teknik pengumpulan data dengan observasi
mengandalkan pengamatan dan ingatan si peneliti. Pengumpulan data melalui
observasi dilakukan dengan mendatangi lokasi penelitian dan melakukan pengamatan
tentang fenomena yang terjadi. Kemudian dilakukan pencatatan dari hasil mengamati
keadaan sacara langsung di lapangan. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah dengan peneliti ikut serta dalam kegiatan lapangan guna menggali informasi
dari narasumber baik muzakki maupun amil di Lembaga LAZISNU Kabupaten Blitar
dengan memperhatikan kegiatan sehari-hari dan mengadakan interaksi, sehingga
memperoleh data yang komprehensif dan utuh.
2. Wawancara
Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan mengadakan tanya jawab dan bersifat terbuka yang membuka kesempatan
kepada informan untuk menyampaikan pandangan, persepsi serta pendapatnya.
Menurut Usman (2004:58) teknik pengumpulan data dengan wawancara bertujuan
untuk mendapatkan data, sebagai pelengkap teknik pengumpulan data lainnya, serta
menguji hasil pengumpulan data lainnya. Wawancara dalam penelitian kualitatif
sifatnya mendalam karena ingin mengeksplorasi informasi secara terperinci,
mendalam, dan jelas dari informan. Sebelum melakukan wawancara, peneliti
membuat kerangka pertanyaan agar wawancara yang dilaksanakan berjalan lancar
dan data yang diinginkan peneliti dapat diperoleh secara lengkap dari informan.
Pelaksanaan wawancara dilakukan secara terbuka dan diajukan sesuai
dengan keadaan informan guna memperoleh data yang terfokus dengan permasalahan
yang sedang diteliti. Dalam merekam hasil wawancara, peneliti menggunakan dua
cara, yaitu pencatatan langsung saat wawancara dan perekaman lewat tape recorder.
Penelitian dilaksakan dengan melakukan wawancara kepada direktur beserta
pengurus LAZISNU Kabupaten Blitar dan beberapa kelompok warga yang mengikuti
program dari LAZISNU Kabupaten Blitar.
3. Studi Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data yang berupa catatan, transkrip,
buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya. Mengutip pendapat dari Sugiyono
(2013:240) bahwa dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang yang merupakan catatan suatu peristiwa yang sudah
berlalu. Data-data yang telah terkumpul lalu ditelaah sehingga dapat mendukung dan
lebih akurat serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Studi dokumentasi
digunakan untuk memperoleh data dalam bentuk catatan dokumen yang sesuai
dengan masalah yang diteliti. Studi dokumentasi sebagai penguat data yang diperoleh.
Dalam penelitian ini studi dokumentasi dengan mengumpulkan dokumen-dokumen
dan arsip-arsip dari LAZISNU Kabupaten Blitar.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan upaya menata data secara sistematis untuk
dideskripsikan berdasarkan catatan hasil observasi, wawancara, dan data-data
pendukung lainnya. Analisis data menurut Sugiyono (2013:244) merupakan proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan dokumentasi. Disusun dengan cara mengorganisasikan data ke
dalam kategori, kemudian menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusunnya ke dalam pola, memilih yang penting dan yang akan dipelajari, serta
membuat kesimpulan yang mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini analisis seperti yang
14
dikemukakan oleh Milles dan Huberman , yaitu:
1. Pengumpulan Data (Data Collection)
Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data.
Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik
observasi, wawancara, dan dokumentasi.
2. Reduksi Data (Reduction Data)
Reduksi data adalah kegiatan meringkas, memilah, memilih hal-hal pokok dan
memfokuskan pada hal-hal yang penting dari data yang diperoleh di lapangan.
Setelah direduksi, data yang ditampilkan akan lebih jelas dan lebih mudah data yang
dikumpulkan. Proses reduksi data berlangsung selama penelitian dilakukan, dari awal
sampai akhir penelitian. Dalam proses reduksi ini peneliti benar-benar mencari data

14
Rokhmat Subagiyo, Metode Penelitian Ekonomi Islam: .............., hal. 191-192.
yang valid. Ketika peneliti melihat kebenaran data yang diperoleh akan diperiksa
ulang dengan informan lain yang dirasa lebih mengetahui.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan reduksi data dengan tahap-tahap
sebagai berikut: a) peneliti merangkum semua hasil catatan yang diperoleh di
lapangan selama proses penelitian dalam bentuk yang lebih mudah dipahami. Peneliti
juga mendeskripsikan foto-foto sebagai dokumentasi dengan menggunakan kalimat
sesuai dengan fakta di lapangan, b) peneliti membaca dan mempelajari semua jenis
data yang sudah terkumpul, kemudian disusun dalam suatu paragraf sesuai fokus
permasalahan.
3. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang tersusun dan
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Dalam hal ini Milles dan Huberman menyatakan bahwa yang paling sering digunakan
untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif.
Bentuk penyajian data antara lain berupa teks naratif, matriks, grafik, jaringan, dan
bagan. Tujuan dari penyajian data adalah agar mudah dalam membaca dan menarik
kesimpulan. Oleh karena itu, penyajian data harus tertata secara rapi dan runtut.
4. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion Drawing and Verification)
Penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat atau mungkin
tidak dapat menjawab rumusan masalah yang sudah dirumuskan sebelumnya. Sebab
kesimpulan awal yang diperoleh masih bersifat sementara dan akan berubah apabila
peneliti belum menemukan bukti yang valid. Menurut Miles dan Huberman, temuan
dalam penelitian kualitatif dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek.
Penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan untuk mendapatkan keabsahan data
dengan menelaah seluruh data yang ada dari berbagai sumber yang telah didapat dari
lapangan dan dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya
melalui metode wawancara yang didukung dengan studi dokumentasi.
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memudahkan dan mengetahui dalam penelitian skripsi yang dilakukan
oleh peneliti, maka peneliti melakukan penyusunan sistematika penulisan sebagai
berikut:
1. BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
2. BAB II : LANDASAN TEORI
Dalam bab ini dijelaskan tentang berbagai kajian teori yang sudah diteliti,
kerangka pemikiran mengenai teori serta tinjauan umum (termasuk penelitian historis
dan deskriptif). Kemudian dalam kajian teori ini djadikan dasar dalam pembukaan
pembahasan dan menjawab dari berbagai permasalahan pada penelitian skripsi.
3. BAB III : METODE PENELITIAN
Dalam pembahasan di bab ini meliputi pendekatan dan jenis penelitian,
sumber data, dan segala sesuatu yang meliputi dari penelitian ini. Termasuk
pengumpulan data, teknis analisis data dan tahap-tahap penelitian.
4. BAB IV : PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini meliputi hasil dan pembahasan mengenai data yang diperoleh
dari penelitian yang telah dilakukan.
5. BAB V : PENUTUP
Dalam bab ini, berisi mengenai kesimpulan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan serta saran-saran yang dapat dijadikan masukan dan berguna untuk para
peneliti selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Adi, Satria. 2005. Penetapan WajibZzakat. Tangerang: Alphabet Press.


Amalia, Euis.2009. Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada.
Attaya, Abu Arkan Kamil. 2013. Antara Zakat, Infak, dan Shodaqah. Bandung: CV
Angkasa.
Azwar Saifuddin, 2013. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Budi Utomo, Setyawan. 2009.Metode praktis penetapan nisab zakat. Bandung:
Mizan Pustaka.
Budi. 2017. Pengelolaan Zakat Oleh BAZ Di Kabupaten Tulang Bawang. Skripsi:
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Lampung UIN Raden Intan.
Cholid, Achmad. 2013. 20 Metodologi Penelitian- Memberikan Bekal Teoritis Pada
Mahasiswa Tentang Metodologi Penelitian serta Diharapkan Dapat
Melaksanakan Penelitian Dengan Langkah-Langkah yang Benar. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
David, Fred R. 2011. Strategic Management: Manajemen Strategis konsep. Jakarta:
Salemba Empat.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Fakhruddin. 2008. Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia. Malang: UIN Malang
Press.
Hafidhuddin, Didin. 2003.Manajemen Syari’ah dalam Praktek. Jakarta: Gema Insani
Press.
Idris Muhammad. 2010. Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kuantitif dan
Kualitatif. Yogyakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
Jamaluddin, Syakir. 2010. Kuliah Fiqih Ibadah. Yogyakarta: Surya Sarana Grafika.
Kuncoro, Mudrajad. 2005. Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif.
Jakarta: Erlangga.
Mardalis.2014. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Muklis. 2018. Strategi pengelolaan zakat dalam upaya pengembangan usaha
produktif. jambi: STAI Yasni Muara Bungo. Vol 17. No 2.
Mulyadi. 2007. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen, Jakarta: Salemba
Empat.
Mulyadi. 2007. Sistem Perencanaan Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.
Rachmat. 2014. Manajemen Strategik. Bandung: Pustaka Setia.
Setiaji, Nova. 2017. Skripsi : Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Program
LAZISNU Preneur Zakat Produktif Oleh LAZISNY DIY. UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
Subagiyo Rokhmat. 2017. Metode Penelitian Ekonomi Islam: Konsep dan
Penerapan. Jakarta: Alim’s Publishing.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukarna. 1992. Dasar-dasar Manajemen. Bandung: Mandar Maju.
Usman, Husaini & Akbar, Purnomo Setiyady. 2004. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Wahardjani, dkk. 2000. Fikih Islam. Yogyakarta: PT Citra Karsa Mandiri.
Wibowo, Yusuf. 2015. Mengelola Zakat Indonesia. Jakarta : Prenadamedia.
www.nucarelazisnu.org.diakses pada tanggal 1 September 2019. pukul 19.42 WIB

Anda mungkin juga menyukai