MAKALAH
Disusun oleh
kelempok 12 :
Dosen Pembimbing :
Fauzi Yati, SEI.,M.E.Sy
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG
2022 M / 1444H
i
ZAKAT DAN WAKAF SEBAGAI INSTRUMEN FINANSIAL ISLAMI
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Zakat dan Percepatan Pertumbuhan dan Perkembangan Ekonomi
Islam?
2. Wakaf Sebagai Sarana Penunjang Perekonomian Islam?
1.3.Pertanyaan Penelitian
1. Zakat dan Percepatan Pertumbuhan dan Perkembangan Ekonomi
Islam?
2. Wakaf Sebagai Sarana Penunjang Perekonomian Islam?
1.4. Pembahasan
1) Pengertian Zakat
2) Hukum Zakat
2
Agama Islam telah menyatakan dengan tegas, bahwa zakat adalah salah satu
rukun dan fardhu yang wajib ditunaikan oleh setiap Muslim yang hartanya
sudah memenuhi kriteria dan syarat tertentu. Jumhû r ulama pun sepakat,
bahwa zakat merupakan suatu kewajiban dalam agama yang tak boleh
diingkari (Ma’lum min al-Din al-Dharurah). Artinya, siapa yang mengingkari
kewajiban berzakat, maka dihukum telah kufur terhadap ajaran Islam
( Mujahidin, 2019, 68).
a. Islam
b. Sempurnanya Ahliyah
3
hanya diwajibkan kepada orang baligh dan berakal, sebab taklif (kewajiban)
ibadah tidak dapat sempurna kecuali dengan baligh dan berakal.
d. Berkembang
e. Nishab
Harta yang wajib dizakati harus sampai pada kadar tertentu, yang
disebut dengan nishab. Harta yang dimiliki oleh seorang muslim tidak wajib
zakat kecuali telah mencapai nishab 5 ekor, kambing 40 ekor, dan lain
sebagainya. Hikmah dari yang telah ditentukan, seperti unta harus mencapai
penentuan nishab adalah, untuk menunjukkan bahwa zakat hanya
diwajibkan kepada orang-orang yang mampu untukdiberikan kepada orang-
4
orang yang membutuhkan Rasulullah bersabda: "Tidak ada zakat kecuali
orang yang kaya."
f. Khaul
5
tanpa rasa was-was akan kekurangan permintaan maupun menurunnya
kesempatan kerja.
Secara umum dana zakat yang diterima oleh mustahik akan meningkatkan
daya belinya. Peningkatan ini akan mendorong peningkatan produksi barang
dan jasa. Peningkatan ini akan mendorong peningkatan kapasitas produksi,
yang pada akhirnya secara agregrat akan mendorong pertumbuhan ekonomi
nasional (Fordeby, 2016, 397-398).
Jika seseorang mempunyai harta selama satu tahun dan lebih dari nishab,
maka wajib mengeluarkan zakatnya. Syarat harta yang dikenakan zakat
adalah lebih dari kebutuhan dan hutang. Bila harta diam saja tidak
diupayakan untuk dikembangkan, maka berpotensi untuk kena zakat. Namun
bila hartanya diputar untuk investasi usaha, maka harta yang dipakai untuk
investasi merupakan harta pokok yang dikurangkan dari perhitungan zakat.
Upaya ini tentu saja akan mendorong produksi sehingga perputaran uang
dimasyarakat akan meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.
Syarat harta yang dizakati haruslah bersumber dari hasil yang baik dan
benar (halalanthoyiban). Oleh karena itu Islam memandang, harta haruslah
digunakan untuk hal-hal yang baik. Bila hartanya diperoleh dari hal yang
tidak baik, bukan saja merugikan diri sendiri (karena hartanya tidak
memenuhi syarat untuk dizakati) juga merugikan orang lain (hartanya
diinvestasikan untuk usaha yang tidak baik, misal minuman keras). Zakat
memang menjadi pembersih harta, tetapi tidak membersihkan harta yang
diperoleh secara batil. Maka hal ini akan mendorong pemilik harta untuk
6
menginvestasikan hartanya bukan sekedar apsek untung saja, namun juga
dengan memperhatikan nilai-nilai etika bisnis.
Pengelolaan zakat yang baik dan alokasi yang tepat sasaran, akan
meningkatkan kepercayaan pada pengelola zakat. Peningkatan kepercayaan
ini akan mendorong semakin banyaknya masyarakatnya menyalurkan dana
zakatnya kepada mustahik melalui amil. Kondisi ini tentu akan mempercepat
pemerataan distribusi harta, pendapatan dan kekayaan. Sehingga kemiskinan
menjadi berkurang, kesenjangan semakin menurun dan kesejahteraan
semakin meningkat.
7
peran dan tanggungjawab untuk mensejahterakan dan membuat SDMnya
unggul. Namun masih sering dijumpai ketimpangan, tidak meratanya
pembangunan antara stu daerah dengan daerah lainnya. Zakat sebagai
instrumen redistribusi harta sangat berperan untuk mempercepat
kemudahan akses memperoleh kesehatan, pendidikan, sosial dan ekonomi.
Dengan demikian diharapkan dapat memutus rantai kemiskinan dan
mempercepat kesejahteraan rakyat (Santoso, 2021).
Sebelum Islam datang, dalam kitab agama samawi sudah ada perintah
kepada umatnya untuk memerhatikan orang miskin dengan memberikan
sebagian harta berupa sedekah. Dalam Islam, perintah untuk melaksanakan
zakat sebetulnya sudah ada sejak permulaan Islam, seiring dengan perintah
untuk melaksanakan shalat. Cuma ketika itu, ayat-ayat yang turun berkaitan
dengan zakat tidak dalam bentuk amar yang menunjukkan hukumnya wajib,
tetapi dalam bentuk kalimat biasa yang menyatakan, bahwa zakat dipandang
sebagai ciri orang yang beriman dan bertaqwa. Kadar dan ketentuan yang
berkaitan dengan zakat pada waktu itu belum diatur secara sistematis. la
hanya diserahkan kepada rasa keimanan dan kepatuhan kaum muslimin saja.
Kondisi ini terus berlanjut sampai tahun ke-2 Hijriyah atau 623 Masehi.
8
mendistribusikan zakat, pada masa Nabi menganut sistem desentralisasi.
Zakat yang sudah dikumpulkan didistribusikan lagi kepada para mustahik
yang berada di daerah atau desa yang berada dekat tempat pemungutan
zakat tersebut.
Setelah Nabi Muhammad wafat, pada masa Abu Bakar Shidiq. sebagian
suku bangsa Arab melakukan pembangkangan terutama di daerah Yaman
untuk membayar zakat. Abu Bakar dengan sikap tegas memerangi mereka.
Apa yang telah dilaksanakan oleh Rasulullah dan Abu Bakar dalam
pengelolaan zakat dilanjutkan oleh Umar ibnKhatab. Pada masanya wilayah
dan kekuasaan Islam semakin meluas. Dalam pemungutan dan
pendisrtibuasian zakat, Umar menunjuk dua orang amil zakat untuk satiap
daerah. Fakta sejarah ini menunjukkan, bahwa pengelolalaan zakat sejak
kedatangan Islam dikelola oleh negara. Pemerintah melalui amil zakat
mempunyai tugas dan wewenang untuk memungut dan mendistribusikan
zakat.
9
bagaimana zakat ini dikelola oleh negara, sebenarnya sudah ada sejak tahun
1950. Seperti yang dikutip Muhammad Daud Ali dari tulisan Mr Jusuf
Wibisono dalam Majalah Hikmah tahun 1950, bahwa zakat perlu dimasukkan
sebagai salah satu komponen sistem perekonomian keuangan Indonesia.
Pada waktu itu, di kalangan anggota DPRS juga menginginkan agar zakat
diatur dengan peraturan perundang-undangan dan diurus langsung oleh
negara." Tahun 1967 Kementrian Agama menyusun RUU (Rancangan
Undang-undang) zakat yang diajukan ke DPRGR (Dewan Perwakilan Rakyat
Gotong Royong). Hasilnya diputuskan, bahwa zakat tidak perlu dalam bentuk
undang-undang, cukup dalam bentuk peraturan pemerintah saja. Atas
desakan tokoh-tokoh Islam seperti Buya Hamka, KH. Soleh Suadi, KH Abdul
Malik Abdul Kadir dan lain-lain yang kesemuanya beranggotakan sebelas
orang mengemukakan keinginan kepada Presiden RI Soeharto agar zakat
dikelola secara nasional dalam bentuk undang-undang. Namun, Presiden
Soeharto menanggapi dengan kalimat, "kewajiban zakat seiring dengan
kewajiban shalat, masa shalat juga mau diundangkan"
Pada tahun 1968 dibentuklah BAZIS (Badan Amil Zakat Infak dan
Shadaqah) DKI. Kemudian, pada acara peringatan IsrakMi'raj Nabi Besar
Muhammad Saw. di Istana Negara tanggal 22 Oktober 1968, Presiden
memberikan himbauan kepada instansi terkait agar menyebarluaskan dan
membantu terlaksananya pengumpulan zakat secara nasional. Walaupun
zakat tidak berhasil diundangkan pada tahun itu, tetapi kebutuhan
masyarakat tetap tinggi terhadap lembaga pegelola zakat. Mulailah BAZIS
dibentuk dari tingkat nasional sampai ke kotamadya dan kabupaten. Bahkan,
perusahaan swasta dan pemerintah pun membentuk BAZIS ini. Pada era
reformasi, tahun 1999, Menteri Agama Malik Fajar atas persetujuan Presiden
BJ Habibie mengajukan RUU tentang Pengelolaan Zakat ke DPR. Pada tanggal
14 September 1999 RUU tentang pengelolaan zakat disahkan menjadi UU No.
38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, dimasukkan dalam lembaran
negara tanggal 23 September 1999 ( Rozalinda, 2015, 274-277).
10
6) Hikmah dan Fungsi Zakat
11
standar minimum yang mesti dibayarkan seseorang. Karena itu, tidak benar
pendapat sebagian orang yang menyatakan, bahwa mengeluarkan sebagian
harta di luar kewajiban zakat hanya bersifat sunnah (tathawwu) belaka
Sedekah, menyantuni anak yatim umpamanya, juga merupakan kewajiban
bagi mereka-mereka yang memiliki harta dalam ukuran tertentu. Bahkan,
memuliakan tamu pun merupakan suatu kewajiban. Syaikh Al-Ghazali
menukil sebuah hadis yang menyatakan, bahwa bila seorang tamu yang
datang dari perjalanan jauh tidak mendapat pelayanan yang wajar dari tuan
rumah, maka ia berhak mengambil harta pemilik rumah tersebut sewajarnya
walau tanpa izin, Hal senada juga dikemukakan oleh Ali ‘Abd Al-Rasû l dalam
al-Mabadi’ al-Iqtishadiyyahfi al-Islam. Menurutnya, zakat adakalanya tidak
mampu menanggulangi kemiskinan pada kondisi tertentu, bahkan zakat pada
dasarnya tidak menjamin hal tersebut.
12
penahanan." Dalam terminologi hukum Islam, kata tersebut didefinisikan
sebagai suatu tindakan penahanan dari penggunaan dan penyerahan asset di
mana seseorang dapat memanfaatkan atau menggunakan hasilnya untuk
tujuan amal, sepanjang barang tersebut masih ada. Namun, banyak dari
aliran Hanafiah memandang wakaf sebagai "mengambil sebagian dari
properti kepemilikan Allah SWT dan mendermakannya kepada orang lain."
Dalam bahasa hukum kontemporer, wakaf berarti pemberian, dilakukan atas
kehendak ahli waris, dengan satu niat memenuhi panggilan ketaqwaan.
Wakaf jugadidefinisikan sebagai harta yang disumbangkan untuk berbagai
tujuan kemanusiaan, sekali dalam selamanya, atau penyerahan asset tetap
oleh seseorang sebagai bentuk manifestasi kepatuhan terhadap agama.
2. Macam-Macam Wakaf
Wakaf dapatdibedakanmenjadibeberapaklasifikasiyaitu:
13
1) Wakaf abadi, yaitu wakaf berbentuk barang yang bersifat
abadi seperti tanah dan bangunan atau barang bergerak
yang ditentukan oleh wakif sebagai wakaf abadi.
2) Wakaf sementara, yaitu apabila barang yang diwakafkan berupa
barang yang mudah rusak ketika dipergunakan tanpa memberi
syarat untuk mengganti bagian yang rusak.
c. Berdasarkan penggunaannya, wakaf terbagi menjadi dua mcam:
1) Wakaf langsung, yaitu wakaf yang pokok barangnya
digunakan untuk mencapai tujuannya seerti masjid untuk
shalat, sekolah untuk kegiatan belajar mengajar dan
sebagainya.
2) Wakaf produktif, wakaf yang pokok barangnya digunakan
untuk kegiatan produksi dan hasilnya diberikan sesuai
dengan tujuan wakaf (Hazami, 2016, 182-184).
Pada prinsipnya, dalam rangka mencapai tujuan dan fungsi wakaf agar
lebih produktif, harta benda wakaf hanya dapat diperuntukan bagi:
14
5. Kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan
dengan syari’ah dan peraturan perundang-undangan.
Selain itu dalam sistem Ekonomi Islam, strategi pengelolaan yang baik
perlu diciptakan untuk mencapai tujuan di adakannya wakaf. Wakaf
hendaknya dikelola dengan baik dan diinvestasikan ke dalam berbagai jenis
investasi, sehingga hasilnya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi
masyarakat banyak. Wakaf uang sebagai instrument finansial, keuangan
sosial dan perbankan sosial, menurut M. A. Mannan memang merupakan
suatu produk baru dalam sejarah perekonomian Islam. Instrument financial
yang dikenal dalam perekonomian Islam selama ini berkisar pada
murabahah dan musyarakah. Selain itu, umat Islam mengenal konsep wakaf
sebagai sumbangan berupa asset tetap oleh seorang muslim dengan tujuan
murni ketakwaan. Munculnya gagasan wakaf uang memang mengejutkan
karena berlawanan dengan persepsi umat islam yang terbentuk bertahun-
tahun lamanya. Wakaf uang bukan merupakan asset tetap yang berbentuk
15
benda tak bergerak seperti tanah, melainkan aset lancar (Medias, 2017, 81-
82).
1.5. Kesimpulan
16
Al- Kaaf, Abdullah Zakiy. 2017. Ekonomi Dalam Perspektif Islam. Bandung:
CV PUSTAKA SETIA.
Santoso, Budi Cahyo.SE. 2021. (Dosen Universitas Riau Kepulauan dan Wakil
Ketua 3 BAZNAS Provinsi Kepulauan Riau).
17