Ruang
Konsep Pemikiran
Lingkup
Hakikat Zakat
Zakat
HAKIKAT ZAKAT
Ditinjau dari segi bahasa, zakat memiliki banyak arti seperti, berkah, bersih, berkembang, dan suci.
Sedangkan secara istilah berarti sebagian harta tertentu yang memenuhi syarat minimal (nisab) dalam
rentang waktu satu tahun (haul) yang diberikan kepada yang berhak menerimanya (mustahik) dengan
syarat tertentu.
Zakat adalah jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beraga Islam dan diberikan
kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dan sebagainya) menurut ketentuan yang
telah ditetapkan oleh Syara. Yusuf Qardhawi mengemukakan bahwa zakat adalah bagian dari harta
dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya (muzakki), untuk
diserahkan kepada yang berhak menerimanya (mustahik) dengan persyaratan tertentu pula.
RUANG LINGKUP ZAKAT
Syarat-syarat wajib zakat dibagi kedalam dua kelompok, yaitu pertama adalah kelompok wajib zakat dilihat
dari manusianya (muzakki), yaitu:
▪ Beragama Islam
▪ Sehat akal/ Baligh
▪ Memiliki nisab zakat
Kedua kelompok wajib zakat dilihat dari hartanya, yaitu:
▪ Harta didapat dengan cara yang halal
▪ Harta tersebut berkembang atau berpotensi untuk dikembangkaan
▪ Kepemilikan sempurna
▪ Sampai nisab
▪ Melebihi kebutuhan pokok
▪ Cukup haul
Landasan Hukum Zakat
Zakat mengandung hikmah dan manfaat yang sangat besar dan mulia, baik bagi
orang yang berzakat (muzakki), orang yang menerima zakat (mustahik), bagi harta
yang dikeluarkan zakatnya, maupun bagi masyarakat. Adapun hikmah yang
terkandung dalam kewajiban zakat antara lain:
▪ Mendorong seseorang (mustahik) untuk bekerja keras agar dikemudian hari ia bisa
menjadi pemberi zakat.
▪ Merupakan perwujudan rasa syukur manusia atas harta yang telah dititipkan oleh
Tuhan
Pengertian
Menurut Yusuf Qardhawi, zakat diwajibkan atas semua orang yang mampu
dan kaya, sebagaimana diwajibkan atas pemilik hasil perkebunan dan buah-
buahan.
▪ Orang yang berhak menerima karena jasa yang bisa diperoleh darinya,
yaitu Amil (petugas untuk mengumpulkan dan mendistribusikan zakat),
Muallaf (orang yang baru masuk Islam), Gharim (pailit yang tidak
mungkin melunasi hutangnya) dan Sabilillah.
5. Pendistribusian zakat produktif
Hal pertama dalam langkah pendistribusian zakat adalah dengan
melakukan distribusi lokal atau lebih mengutamakan penerima zakat yang
berada dalam lingkungan terdekat dengan lembaga zakat, dibandingkan
pendistribusiannya untuk wilayah lainnya. Hal yang demikian disebut
dengan “centralistic”.
Langkah berikutnya yaitu dengan pendistribusian zakat yang merata yang
merupakan salah satu pendistribusian yang baik dengan adanya keadilan di
antara semua golongan yang telah Allah tetapkan sebagai penerima zakat.
Maksud dari adil di sini adalah dengan menjaga kepentingan masing-
masing penerima zakat dan juga maslahah bagi dunia Islam. Selain itu,
distribusi zakat juga harus dengan membangun kepercayaan antara
pemberi dan penerima zakat.
Menurut Yusuf Qardhawi, Zakat bukan sekedar memberikan beberapa
uang atau beras yang cukup untuk menghidupi seorang mustahik dalam
beberapa hari atau minggu melainkan bagaimana seorang mustahik
mampu menghidupi dirinya sendiri dengan kemampuan yang dimilikinya.