Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum, lembaga keuangan berperan sebagai lembaga intermediasi keuangan.
Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dana dari unit surplus ekonomi, baik sektor
usaha, lembaga pemerintah maupun individu (rumah tangga) untuk penyediaan dana bagi unit
ekonomi lain, dengan kata lain lembaga intermediasi keuangan merupakan kegiatan pengalihan
dana dari unit ekonomi surplus ke unit ekonomi defisit.
BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) adalah kependekan dari Badan Usaha Mandiri Terpadu
atau Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) merupakan lembaga keuangan syariah nonperbankan yang
sifatnya informal. Kegiatan yang di lakukan oleh BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) tidak selalu
tentang menghimpun dana dan menyalurkan dananya kepada anggota, namun keberadaan Baitul
Maal Wa Tamwil (BMT) dapat dipandang memiliki dua fungsi yaitu sebagai media yang
berungsi sebagai institusi yang bergerak di bidang investasi yang bersifat produktif sebagaimana
layaknya bank sertapenyalur pendayagunaan harta ibadah seperti zakat, infaq, sadaqah dan
wakaf.
Terkait dengan penyalur pemberdayaan harta ibadah, ZISWAF sebagai instrumen vital
dalam perekonomian Islam memiliki potensi yang sangat besar dalam mengentaskan kemiskinan
dan menumbuhkan kesejahteraan masyarakat. Namun sayangnya, dana zakat yang berhasil
dikumpulkan belum maksimal. Di sisi lain, tidak jarang terjadi penyaluran zakat kurang tepat
sasaran. Maka dari itulah diperlukan pengelolaan zakat yang efektif di era kontemporer baik agar
pengumpulan dana zakat bias semakin meningkat dan dana zakat benarbenar diberikan kepada
yang berhak mendapatkan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Menejemen Distribusi Dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah?
2. Bagaimana Manfaat Pemberdayaan Dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah?

C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari pembahasan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Bentuk-Bentuk Pemberdayaaan Dana Zakat, Infaq, dan
Shadaqah.
2. Untuk Mengetahui Manfaat Pemberdayaan Dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Zakat Infak dan Sedekah
Secara etimologi (bahasa) zakat berasal dari kata “zaka” yang berarti suci,
baik, berkah, tumbuh, dan berkembang. Dipahami demikian sebab zakat merupakan upaya
mensucikan diri dari kotoran kikir dan dosa, serta menyuburkan pahala melalui pengeluaran
sedikit dari nilai harta pribadi untuk kaum yang memerlukan Makna suci, berkah, tumbuh dan
berkembang pada zakat merupakan esensi terpenting dalam distribusi kekayaan antara muzakki
selaku penerima zakat. Zakat terbagi atas zakat fitrah, zakat maal, dan zakat profesi. Zakat fitrah
adalah zakat untuk pembersih diri yang diwajibkan untuk dikeluarkan setiap akhir bulan
Ramadhan atau disebut juga dengan zakat pribadi yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim
pada hari raya idul fitri.
Zakat mal atau zakat harta benda telah difardhukan oleh Allah SWT sejak permulaan
Islam sebelum Nabi Muhammad Saw hijrah ke Madinah. Adapun harta yang wajib dikeluarkan
zakatnya terbagi menjadi beberapa klasifikasi berdasarkan jenis harta yang dimiliki. Antara lain
yaitu: binatang ternak, emas dan perak, harta perniagaan, hasil pertanian, hasil tambang, dan
rikaz. Zakat profesi atau pendapatan profesi adalah buah dari hasil kerja menguras otak dan
keringat yang dilakukan oleh setiap orang. Contoh dari pendapatan profesi adalah: gaji, upah
insentif, atau nama lain yang disesuaikan dengan profesi yang dikerjakan baik itu pekerjaan yang
mengandalkan kemampuan otak atau kemampuan fisik lainnya dan bahkan kedua-duanya
Zakat sebagai salah satu dari lima nilai instrumental yang strategis dan sangat
berpengaruh pada tingkah laku ekonomi manusia dan pembangunan ekonomi umumnya. Zakat
dalam Islam dapat menjadi prasarana untuk menolong, membantu dan membina para Mustahiq
dan meningkatkan serta menguggah komitmen para Muzakki. Sebab pada hakikatnya zakat
merupakan perintah Tuhan yang harus dilaksanakan sehingga diinterpretasikan bahwa penunaian
zakat memiliki urgensi yang sebanding dengan pendirian sholat. Zakat merupakan seperangkat
alternatif untuk mengubah umat Islam dari mustahik menjadi muzakki dan instrumen yang
diharapkan mampu menanggulangi masalah sosial tersebut.
Infak berasal dari kata “anfaqa” yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta) untuk
kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut terminologi syariat, infak berarti mengeluarkan
sebagian harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran
Islam. Jika zakat ada nishabnya, infak tidak mengenal nishab.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, infaq berarti pemberian (sumbangan) harta dan
sebagainya (selain zakat wajib) untuk kebaikan. Kata Infaq berarti mendermakan harta yang
diberikan Allah swt, atau menafkahkan sesuatu pada orang lain semata-mata mengharap ridha
Allah swt. Dengan demikian, infaq merupakan bentuk pentasarrufan harta sesuai dengan
tuntunan syariat. Infaq tidak memiliki nisab, sehingga infaq dapat dikeluarkan oleh orang-orang
yang pendapatannya tinggi atau rendah, dalam kondnisi berlimpah atau dalam kesulitan.

2
Shodaqoh atau sedekah berasal dari kata “shadaqa” yang berarti benar. Orang yang suka
bersedekah adalah orang yang benar pengakuan imannya. Shadaqah merupakan pemberian yang
dikeluarkan secara sukarela kepada siapa saja, tanpa batasan tertentu, serta tanpa aturan Mwaktu
yang mengikat. Jika infak berkaitan dengan materi, sodaqoh memiliki arti lebih luas,menyangkut
hal non materiil. Hukum sedekah ialah sunah. Pengertian shodaqoh sama pengeertiannya dengan
infaq, juga termasuk hukum dan ketentuannya. Hanya saja, sedekah memiliki artilebih luas,
menyangkut hal yang bersifat materi dan non-materi.

B. Menejemen Distribusi Zakat, Infak, Shodaqoh


1. Pengertian Manajemen Distribusi Zakat, Infaq, Shodaqoh (ZIS)
Manajemen distribusi zakat, infaq dan shodaqoh merupakan suatu kegiatan yang dimulai
dari perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating), dan
pengawasan (controlling) terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan dana
zakat serta dana lain seperti infaq dan shodaqoh. Tujuan utama dari manajemen distribusi zakat
adalah untuk memperoleh suatu teknik yang terbaik dan tepat dalam pendayagunaan agar
mempermudah dan mempercepat proses pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Adapun
langkah-langkah dalam manajemen yaitu:
 Perencanaan (planning)
Setiap program dan kegiatan yang akan dilaksanakan terlebih dahulu harus direncanakan secara
matang dengan berbagai pertimbangan, baik yang berkaitan dengan organisasi maupun dengan
masalah-masalah sosial. Perencanaan yang matang dan strategis (strategic planning) serta
pertimbangan masa depan (fore casting) secara tepat merupakan salah satu modal bagi badan
amil zakat.
 Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian dilakukan dengan cara melakukan pembagian tugas
dan wewenang pengelolaan zakat yang meliputi dewan dakwah, amil, pendayagunaan, dan
pendistribusian. Setelah pembagian tugas dan wewenang selesai kemudian dilanjutkan dengan
penempatan orang atau petugas pada masing-masing unit untuk melaksanakan dan bertanggung
jawab terhadap tugas tersebut.
 Penggerakan (actuating)
Selain dari perencanaan dan pengorganisasian, maka hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah
penggerakan, pengarahan, dan pemberian bimbingan.
 Pengawasan (controlling).
Setelah program yang sudah tersusun dilaksanakan, maka diperlukan adanya pengawasan untuk
menjamin bahwa program tersebut berjalan dengan baik agar tujuan organisasi bisa tercapai.

3
C. Pola Distribusi Zakat, Infaq dan Shodaqoh
Agar dana ZIS yang disalurkan dapat berdaya guna dan berhasil guna, maka pemanfaatannya
harus selektif sesuai kebutuhan produktif. Adapun pola yang sering dipakai adalah sebagai
berikut:
1.Konsumtif Tradisional
Maksudnya dana ZIS yang disalurkan kepada mustahiq dengan secara langsung untuk kebutuhan
konsumsi sehari-hari, seperti pembagian zakat fitrah setiap menjelang Idul Fitri. Pola ini
merupakan program jangka pendek dalam mengatasi permasalahan umat.
2.Konsumtif Kreatif
Pendistribusian secara konsumtif kreatif adalah pendistribusian dalam bentuk barang-barang
konsumtif dan digunakan untuk membantu orang dalam mengatasi permasalahannya. Misalnya
bantuan berupa alat-alat sekolah, dan beasiswa untuk pelajar, bantuan sarana ibadah, bantuan alat
pertanian dan bantuan alat berdagang seperti gerobak.
3.Produktif Konvensional
Pendistribusian secara produktif konvensional diberikan dalam bentuk barang-barang produktif,
sehingga dengan bantuan tersebut mustahiq dapat menciptakan suatu usaha, seperti pemberian
bantuan ternak, alat pertukangan dan mesin jahit, dan sebagainya.
4.Produktif Kreatif
Pendistribusian secara produktif kreatif diberikan dalam bentuk pemberian modal bergulir, baik
untuk permodalan proyek sosial, seperti membangun sekolah, sarana kesehatan atau sarana
ibadah, maupun sebagai modal usaha untuk membantu atau bagi pengembangan usaha para
pedagang atau pengusaha kecil.
D. Manfaat Pemberdayaan Dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah
1.Zakat
Adapun manfaat dari zakat adalah :
1) Sebagai sarana menghindari kesenjangan sosial yang mungkin dapat terjadi antara kaum
aghniya dan dhuafa‟, Sebagai sarana pembersih harta dan juga ketamakan yang dapat terjadi
serta dilakukan oleh orang yang jahat
2) Sebagai pengembangan potensi umat dan menunjukkan bahwa umat Islam merupakan
ummatan wahidan (umat yang satu), musawah (persamaan derajat), ukhuwah Islamiyah
(persaudaraan Islam), dan tafakul ijti‟ma (tanggung jawab bersama),
3) Dukungan moral bagi muallaf,
4) Sebagai sarana memberantas penyakit iri hati bagi mereka yang tidak punya,
5) Zakat menjadi salah satu unsur penting dalam “social distribution” yang menegaskan bahwa
Islam merupakan agama yang peduli dengan kehidupan umatnya sehari-hari. Selain itu, juga
menegaskan tanggung jawab individu terhadap masyarakatnya,
6) Sebagai sarana mensucikan diri dari perbuatan dosa,

4
7) Sebagai sarana dimensi sosial dan ekonomi yang penting dalam Islam
sebagai ibadah “maaliyah”.
Zakat memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya pengentasan kemiskinan atau
pembangnan ekonomi. Zakat dapat dijadikan sebagai salah satu bentuk modal bagi usaha kecil.
Dengan demikian, zakat memiliki pengaruh yang sangat besar dalam bidang ekonomi. Al-
Qardhawi mengemukakan pandangannya bagi upaya pengentasan kemiskinan melalui enam
solusi yaitu :
1) Setia orang Islam harus bekerja keras dan meningkatkan etos kerja,
2) Orang-orang kaya menyantuni dan menjamin kehidupan ekonomi keluarga dekatnya yang
miskin,
3) Meningkatkan dan mengintensifkan pelaksanaan zakat secara profesional, Menginfestasikan
pengalaman bantuan dari sumber, baik dari swadaya masyarakat maupun pemerintah,
4) Mendorong orang-orang kaya untuk mengeluarkan shadaqah kepada orang-orang yang sangat
membutuhkannya,
5) Bantuan-bantuan sukarela dan kebaikan hati secara individual dan insidental.

2. Infaq
Adapun beberapa pemanfaatan dana infaq tersebut, meliputi:
1) Mengeluarkan harta untuk kepentingan masyarakat atau Negara dan kelompok. Apabila
terdapat bahayabahaya yang mengancam kepentingan umum dan agama.
2) Membelanjakan harta yang terus bertambah, yaitu dengan cara menyisihkan harta untuk
kemajuan masyarakat, harta yang diberikan kepada pemerintah dan nafkah yang diberikan
kepada kerabat.
3) Pengorbanan yang umum yang dilaksanakan di jalan Allah.
4) Mencegah datangnya bala
5) Memelihara harta dari hal-hal yang tidak diinginkan,
6) Mengaharap keberkahan harta yang dimiliki.

3. Shadaqah
Adapun manfaat shadaqah yaitu :
1) Mengatasi kemiskinan Optimalisasi shadaqah dan pengadaan proyek-proyek amal adalah
solusi permasalahan kemiskinan yang dicancang Islam.
2) Menghilangkan kecemburuan sosial Orang fakir yang terhalangi untuk mendapat shadaqah
akan merasa dendam.
3) Menghilangkan rasa dengki Shadaqah merpaka terapi kedengkian orang-orang fakir terhadap
orang kaya.
4) Menjahkan dari sifat kikir Kebutuhan dan penderitaan dapat membawa orang fakir menempuh
jalan yang tidak benar untuk mendapatkan harta.
5) Mencegah timbulnya kejahatan Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa umat terdahulu
telah menumpahkan darah dan menghalalkan yang haram karena kekikiran orang-orang kaya
di antara mereka kepada orang-orang fakir.

5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan seperti di bawah ini:
1) Zakat adalah bagian harta kaum muslimin yang wajib diserahkan kepada orang-orang yang
berhak menerimanya setelah terpenuhinya syarat.
2) Landasan diwajibkannya zakat adalah berdasarkan al-Quran, hadits, dan ijma’ kaum
muslimin.
3) Zakat dan pengelolaannya memiliki banyak tujuan dan himah. Diantara tujuan dan hikmahnya
adalah; meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan
tuntunan agama, menghindari kesenjangan sosial antara aghniya’ dan dhuafa’, dan lain-lain.
4) Dalam pengelolaan zakat ada 4 komponen penting yang harus ada; yaitu muzakki, mustahik,
harta yang dizakati, dan amil zakat.
5) Pengelolaan zakat melalui lembaga amil didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu:
menjamin kepastian dan disiplin pembayaran zakat, menjaga perasaan rendah diri para mustahik,
mencapai efisiensi, efektivitas, dan sasaran yang tepat , serta memperlihatkan syiar Islam dan
semangat penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang Islami.
6) Agar pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk mustahik tepat sasaran dilakukan
berdasarkan beberapa persyaratan, yaitu; hasil pendataan dan penelitian kebenaran mustahik
delapan asnaf (golongan), mendahulukan orang-orang yang paling tidak berdaya memenuhi
kebutuhan dasar secara ekonomi dan sangat memerlukan bantuan, dan mendahulukan mustahik
dalam wilayahnya masing-masing.

6
DAFTAR PUSTAKA

Sahroni, Oni dkk. 2018. Fikih Zakat Kontemporer, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
17
Asnani. 2008. Zakat Poduktif Dalam Perspektif Hukum Islam. Yogyakarta:
Pustaka Riski Putra.
El-Bantanie, M. Syafi’ie. 2009. Zakat, Infaq, dan Sedekah. Jakarta: PT
Salamadani Pustaka Semesta.
Sahri, T.M. dan M. Paramita. 2020. Pemberdayaaan Masyarakat Melalui Zakat
Infaq Shadaqoh Wakaf (ZISWAF) dalam Meningkatkan Ekonomi
Masyarakat. Jurnal Qardhul Hasan: Media Pengabdian kepada Masyarakat,
Vol. 6, No. 2.
Nofiaturrahmah, Fifi. (2015). Pengumpulan dan Pendayagunaan Zakat Infak
dan Sedekah, Jurnal ZISWAF, Vol.2, No. 2.
Kasdi, A. (2016). Filantropi Islam Untuk Pemberdayaan Ekonomi Umat (Model
Pemberdayaan ZISWAF di BMT Sekabupaten Demak). IQTISHADIA, Vol.
9, No. 2.
Abdurrahman, Maman, 2011. Risalah Zakat Infaq & Sedekah, Bandung: Tafakur.
Atabik, Ahmad. 2015. Manajemen Pengelolaan Zakat yang Efektif di Era
Kontemporer. Jurnal Zakat dan Wakaf, Vol. 2, No.1.
Chaniago, Siti Aminah N. 2014. Perumusan Manajemen Stratgei Pemberdayaan
Zakat. Jurnal Hukum Islam. Vol. 12, No. 1.
S. (2021, November 10). INFAK DAN SEDEKAH SEBAGAI DANA SOSIAL.
https://doi.org/10.31219/osf.io/az85t

Anda mungkin juga menyukai