Anda di halaman 1dari 20

STRATEGI MODEL FUNDRAISING ZAKAT, INFAK, SHADAQAH PADA

LEMBAGA AMIL ZAKAT

Bambang Pramana, Herlina Rahma Yanti, Sirajul Arifin

UIN Sunan Ampel Surabaya

Email: 08010421008@uinsby.a.id , 08010421016@uinsby.ac.id,


sirajul.arifin@uinsby.ac.id

Abstrak

Model dasar suatu lembaga penyelenggaran zakat, infak, dan shadaqah adalah
fundraising atau pengumpulan zakat. Muzakki adalah sarana utama pengumpulan dana
zakat. Maka dari itu, pembiayaan zakat sangat berguna bagi pengelolaan zakat sehingga
mereka yang diberi tanggungjawab untuk mengelolanya harus mampu meyakinkan umat
Islam akan pentingnya zakat. Potensi zakat dan tujuan penghimpunan dana zakat di
berbagai lembaga BAZNAS tidak terwujud dalam prosedur penggalangan dana yang
dilakukan. Bergantung pada bentuk pengurusan lembaga, sumber daya manusia, dan luas
daerah di mana organisasi itu berada. Lembaga zakat menanganinya dengan berbagai
pendekatan. Metode pendekatan tersebut dibagi menjadi dua kategori, pertama
pendekatan lembaga zakat yang umum digunakan adalah secara langsung, dimana ketika
muzaki mengunjungi lembaga zakat untuk membayar zakat. Kedua, secara tidak
langsung adalah dimana ketika muzaki menggunakan pengiriman dana, acara, outlet,
sistem aplikasi, dan informasi zakat. Kedua model pendekatan tersebut berpeluang baik
untuk penghimpunan zakat, namun perlu dibutuhkan perkembangan atau peningkatan
agar dapat menarik muzakki menyalurkan zakat, infak dan shadaqah dengan lebih
mudah. Kemampuan lembaga untuk berhasil mengumpulkan zakat, infak, dan shadaqah
dari masyarakat sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam menghimpun dana untuk
tujuan tersebut. Dengan meningkatkan strategi penggalangan dana zakat, lembaga zakat
dan administrasinya dapat beroperasi sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Kata kunci: Model, Fundraising, Zakat, Infak, Shaqadah

Pendahuluan
Penyaluran Fundraising menggunakan serta melaporkan semua kegiatan penghimpunan
dana zakat, infaq, dan sedekah. Lembaga zakat dapat melakukan penggalangan dana untuk zakat,
infaq, dan sedekah. Pada setiap tingkat Badan Amil Zakat Nasional dan lembaga zakat lainnya,
pengelola zakat bertanggung jawab untuk mengelola dana melalui segala macam laporan.

Menurut Undang-Undang nomor 23 tahun 2011pasal 28 ayat 1, selain menerima zakat


BAZNAS atau UPZ juga memperoleh infaq, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya.
Lembaga zakat bertanggung jawab untuk mengelola infak, sedekah, dan dana sosial lainnya.
Sebanding dengan syariat Islam penyediaan penyalur infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan
lainnya disalurkan dan digunakan sebagaimana yang dimaksud. Sedekah, infak, dan dana sosial
keagamaan lainnya diatur terpisah dan pengelolaannya harus didokumentasikan.

Kewenangan pengelola zakat untuk melaksanakan tugasnya dengan benar diberikan oleh
tugas dan kewajiban organisasi pengelolaan zakat bertugas untuk mengelola zakat yang diatur
dengan peraturan perundang-undangan. Selain itu, dalam Al-Qur'an surat At-Taubah ayat 103
dijelaskan bahwa diperbolehkan untuk memotong harta yang dizakatkan dari harta orang setelah
mereka memenuhi persyaratan zakat dalam bentuk nisab dan haul menjadi model pengelolaan
zakat. Sebagimana dalam firman Allah surat at Taubah ayat 103:

‫ص ٰلوتَكَ َس َك ٌن لَّهُ ۗ ْم َوهّٰللا ُ َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم‬


َ ‫صلِّ َعلَ ْي ِه ۗ ْم اِ َّن‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن اَ ْم َوالِ ِه ْم‬
َ ‫ص َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوتُ َز ِّك ْي ِه ْم بِهَا َو‬

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan harta mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesuangguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketentraman jiwa bagi mereka. Dan allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”(QS. At-
Taubah: 103).

Dari pengumpulan infak melalui distribusi dan semua di antaranya, lembaga zakat sangat
penting untuk kelanjutan administrasi zakat. Lembaga zakat termasuk organisasi yang memiliki
hak pengelolaan. Masing- masing lembaga harus mempraktekkan berbagai model penghimpunan
zakat untuk mengoptimalkan penghimpunan harta zakat. Dengan potensi zakat sebesar 327
triliun rupiah, Indonesia memiliki kemampuan zakat tertinggi di dunia, namun hanya 21,7% dari
potensi tersebut yang benar- benar direalisasikan melalui penghimpunan zakat nasional.
Berdasarkan laporan penghimpunan zakat yang terealisasi BAZNAS 2021, terkumpul dana
sebesar 71,4 triliun rupiah secara nasional. Perihal tersebut membuktikan bahwa penghimpunan
zakat nasional Indonesia menyimpan kesanggupan dan manifestasi yang beragam.

Melalui Inpres No. 3 tahun 2014 disampaikan untuk semua instansi pemerintah, yang
telah mempermudah pegawai untuk menyalurkan uang zakatnya melalui BAZNAS (Coryna).
Untuk itu, dapat memberikan banyak kesempatan bagi lembaga zakat untuk berkolaborasi
dengan pemerintah dalam program pengumpulan zakat. Kolaborasi antara lembaga zakat,
kelompok masyarakat dan swasta membantu dalam pengumpulan zakat. Tindakan ini
memungkinkan muzaki untuk mendistribusikan zakat mereka melalui pemotongan gaji bulanan
dengan bantuan pengelola zakat. Muzakki akan sering mengeluarkan uang zakat, infak, dan
sedekah tepat waktu sehingga sekarang lebih mudah bagi pengelola zakat untuk membuat
rencana penggunaan dan pendistribusian zakat.

Upaya lembaga zakat untuk mendorong masyarakat agar mau membayar zakat, infak,
dan sedekah adalah mensosialisasikan masyarakat umum untuk meningkatkan fungsi lembaga
zakat. Pemahaman tentang ini, telah mencegah sistem zakat untuk mencapai potensi kapasiats
terutama dalam hal pengumpulan zakat. Potensi zakat yang sangat besar hingga kini melebihi
327 triliun di Indonesia. Melalui program uang zakat ini dapat menjadi sumber pendanaan yang
memungkinkan untuk meningkatkan ekonomi mustahik.

Undang-undang zakat memberikan lembaga kerangka hukum untuk fungsi administrasi


mereka. Implementasi setiap artikel di berbagai daerah di Indonesia masih terkendala masalah
teknis. Dimana undang-undang tersebut sudah ada di tingkat kabupaten dan kota. Peran
pemerintah harus kuat di belakang pelaksanaannya agar lembaga zakat berpartisipasi dalam
organisasi publik dan swasta untuk mengumpulkan dana zakat. Dalam rangka memaksimalkan
penerapan pengumpulan dana zakat, infak, dan sedekah, maka perlu mengkaji model
penghimpunan zakat saat ini untuk menerapkannya di lembaga-lembaga zakat sebagai perbaikan.

PEMBAHASAN

Fundraising

Fundraising menurut bahasa berarti upaya atau proses kegiatan dalam rangka
penghimpunan dana zakat, infak, dan sedekah, serta sumber dana lainnya dari masyarakat, baik
perorangan, kelompok, organisasi, dan usaha yang akan diserahkan dan digunakan untuk
mustahik. Menurut istilah fundraising artinya penghimpunan dana atau penghimpunan dana.
Dapat diambil kesimpulan bahwa fundraising adalah strategi untuk membuat individu
berkeinginan menggunakan sebagian uang mereka untuk mencapai tindakan baik dengan
memberikan uang atau sumber daya berharga lainnya kepada mereka yang berhak menerimanya.
Biasanya dilakukan pada anggota komunitas, individu, perwakilan komunitas dan lembaga untuk
menyumbangkan uang dalam suatu tujuan atau disebut sebagai penggalangan dana.

Fundraising juga ungkapan "mempengaruhi komunitas" yang dapat ditafsirkan dalam


beberapa cara. Pertama, kata "mempengaruhi" dapat digunakan untuk merujuk pada bagaimana
publik memandang keberadaan OPZ. Kedua, pengaruh juga bisa merujuk pada kebangkitan dan
ingatan. Ini berarti mengingatkan para muzzaki bahwa kekayaan dan harta bukan semata-mata
hasil kerja individu. Sebagai makhluk sosial kita dilahirkan mnjadi manusia yang mandiri.
Dalam hal itu, OPZ mengantisipasi tingkat kesadaran ketika mengingatkan para muzakki dalam
menyebarkan pengetahuan dan mengaktifkan program untuk kegiatan pemberdayaan
masyarakat.

Ketiga, mendorong komunitas, organisasi, dan orang-orang untuk memberikan uang


kepada usaha nirlaba dalam bentuk zakat, infak, sedekah, dan sumbangan lainnya. Selain
menghasilkan uang, OPZ mempromosikan kegiatan dengan memperhatikan laporan tahunan
calon penyumbang tentang pencapaian mereka sehingga ketika semuanya diperhitungkan dan
dapat dipercaya oleh penyalur infak, zakat dan sedekah.

Keempat, mempengaruhi dalam artian agar donatur dan muzakki dapat berkomunikasi.
Pada intinya, efektivitas kampanye penghimpunan dana tergantung pada kemampuannya untuk
mempengaruhi para donatur untuk menyumbangkan uangnya kepada organisasi pengelola zakat.
Jika tidak ada interaksi, penghimpunan dana tidak memiliki tujuan. Kelima, memperlihatkan
penghimpunan dana sebagai proses yang berdampak pada masyarakat, seperti rangkuman dari
proses kerja, program, dan kegiatan yang dapat diberikan untuk menyentuh kesadaran seseorang.
Hal tersebut, untuk mengajak masyarakat untuk mendonasikan sebagian uangnya kepada
lembaga pengelola zakat dalam bentuk zakat, infak, dan shadaqah.
Keenam, mempengaruhi berarti menggunakan pendanaan sebagai pengungkit. Ini bisa
memfitnah organisasi pengelola zakat atau akan memberikan kesadaran bagi mereka. Tentu saja,
Allah memerintahkan agar pemaksaan ini dilakukan dengan ahsan dalam Al- Qur’an surat At-
Taubah ayat 103.

Organisasi pengelola zakat bisnis dijadikan penghimpunan dengan tujuan mengumpulkan


uang namun dalam konteks ini, dana dalam arti luas, bukan hanya uang yang diindikasikan. Ini
mencakup barang dan jasa dengan nilai uang. Dalam artian dana dalam pengelola zakat sangat
penting. Perlu diingat bahwa organisasi nirlaba (OPZ) tidak dapat menghasilkan sumber daya
tanpa pendapatan agar suatu organisasi kehilangan kemampuannya untuk tetap eksis dan
mempertahankan kelangsungannya ketika sumber kekuasaan itu hilang. Akibatnya,
penggalangan dana yang tidak berhasil dapat dikatakan berhasil.

a. Mengumpulkan donatur dan muzakki. OPZ yang unggul adalah yang secara konsisten
mengalami peningkatan donasi dan muzzakki. Sebenarnya dibutuhkan lebih banyak
orang untuk program pemberdayaan masyarakat dan operasionalnya. OPZ dapat
mencapai tujuan ini dengan dua cara yaitu meningkatkan jumlah muzakki dan
meperhitungkan jumlah total donasi dari semua donatur dan muzakki.
b. Salah satu tujuan fundraising adalah untuk meningkatkan persepsi lembaga itu sendiri.
Upaya penggalangan dana kelompok pengelola zakat, apakah berhasil atau tidak, akan
berdampak pada bagaimana organisasi itu beroperasi. Selera yang baik dapat bersifat
positif dan negatif, dan dapat dikembangkan dengan bantuan citra yang diserahkan
melalui hubungan yang baik secara langsung maupun tidak langsung. Setiap anggota
masyarakat akan menganggap organisasi pengelola zakat melalui perwakilannya terus
mengambil posisi dan berperilaku yang berpihak pada OPZ. Jika masyarakat mendukung
dan berempati dengan donasi ZIS -nya, maka yang dihasilkan muzakki dan donatur ke
OPZ akan menguntungkan. Di sisi lain, jika citra sebagai salah satu anggota masyarakat
yang mendukung OPZ negatif, mereka akan menghentikan pemeberian dari memberikan
zakat, infak, dan sedekah kepada lembaga.
c. Memastikan para pendukung muzakki terus berdonasi dana ZIS kepada OPZ.
Pengorbanan yang dilakukan oleh muzakki dan donatur tampaknya tidak merasa puas
setelah dilunasi oleh pengorbanan lembaga. Alhasil, meski kegiatannya dilakukan sehari-
hari, nilai jangka panjangnya terletak pada kontributor yang memuaskan.
d. OPZ dapat membatasi akses ke beberapa individu untuk melakukan fundraising. Oleh
karena itu, perlu tangan untuk mencapai donatur dan muzakki. OPZ akan menerima
banyak pujian dan dukungan jika memproyeksikan citra positif di mata masyarakat.
Namun, donatur dan muzakki sebagai penyumbang tidak mampu memberikan uang,
untuk kemajuan organisasi pengelola zakat. OPZ harus meyampaikan berita dan
informasi kepada semua yang membutuhkan. Memberikan dukungan dan simpati
whistleblower seperti memudahkan lembaga zakat untuk mengumpulkan dana. OPZ
harus meningkatkan jumlah koneksi dan pendukung daalam acara penggalangan dana.

Beberapa tujuan utama dari kegiatan fundraising adalah menghimpun dana, simpatisan
atau pendukung, mengembangkan brand image, dan meningkatkan kepuasan donatur. Dengan
adanya penghimpunan zakat Indonesia, diharapkan konstruksi zakat akan menjadi kerangka dan
regulasi bagi pelaksanaan pengelolaan zakat di Indonesia. Agar sistem pengelolaan zakat dapat
tertata, operasional dan tujuannya dapat terarah dengan jelas, maka perlu diketahui siapa yang
beroperasional, siapa pengawasnya, dan siapa yang menjalankan undang-undang zakat.

Konsep Zakat, Infak dan Sedekah

1. Zakat

Zakat secara bahasa berasal dari kata “zaka” yang diartikan suci, berkah, baik, tumbuh,
dan berkembang. Zakat merupakan jalan untuk mensucikan diri dari kikir dan dosa untuk
memperoleh pahala dengan mengeluarkan sedikit dari harta pribadi yang diwajibkan oleh Allah
untuk kaum yang membutuhkan sesuai dengan zakat yang telah ditetapkan (Saharuddin, 2017).
Kewajiban untuk membayar zakat sudah di jelaskan dalam firman Allah swt, pada surah Al-
Baqarah ayat 43:

َ‫ َم َع ال ٰ ّر ِك ِع ْين‬p‫ الص َّٰلوةَ َو ٰاتُوا ال َّز ٰكوةَ َوارْ َكعُوْ ا‬p‫َواَقِ ْي ُموا‬

“Laksanakanlah shalat (dengan sempurna), dan tunaikanlah zakat, serta rukuklah bersama
orang-orang yang rukuk.” (Q. S Al- Baqarah: 43)
Dapat dipahami secara umum berkah, kemurnian, kebaikan, dan pertumbuhan adalah
zakat (Munawir, 1997). Menurut Yusuf Qardhawi, istilah kata“zakat” mengacu pada bagian
harta tertentu yang wajib dikeluarkan dan dibagikan kepada yang berhak seperti asnaf, yang
terdiri dari fakir, mualaf amil, riqab, gharimin, fisabilillah, dan ibnusabil (Qardhawi, 2002).
Zakat yang dikeluarkan oleh sejumlah muzakki dapat berupa ternak, barang dagangan,
perkebunan, perak, emas atau bagian tertentu dari properti.

Zakat dapat berupa zakat penghasilan dari profesi seperti pengacara, dokter, konsultan,
atau profesi lainnya. Ketika kekayaan seseorang mencapai nisabnya dan dibagikan menurut
jumlah masing-masing, mereka wajib membayar pajak yang disebut zakat mal. Semua Muslim,
terlepas dari fisik mereka, wajib membayar zakat fitra dan zakat mal untuk bersuci. Selain itu,
dengan memenuhi kebutuhan pokok para mustahik zakat dapat merayakan Idul Fitri dengan
gembira berkat zakat.

Orang yang memiliki hak menerima zakat dinamakan Masharifuz zakat merupakan orang
orang yang berhak menerima zakat, delapan kategori seseorang yang berhak menerima harta
zakat, yaitu fakir, orang dalam kategori miskin, amil zakat, golongan muallaf, harta untuk
merawat budak,orang yang memiliki utang dalam jalan Allah Swt (fi sabilillah),orang yang
kesusahan atau kehabisan bekal di negara orang lain. Dalam firman Allah pada QS.At-Tauah:
60,” Sesungguhnya, zakat hanya untuk fakir miskin, fakir miskin, dan fakir miskin. Pengelola
zakat, murtad yang meyakinkan budak untuk dibebaskan,Orang-orang yang berutang di jalan
Allah, serta para musafir,sebagai perintah dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana”. Penjelasan pihak yang memiliki hak menerima harta zakat (masharifuz) sebagai
berikut:

a. Fakir, sekelompok orang yang dikenal sebagai orang yang kekuranga akan pekerjaan dan
keuangan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan keluarganya.
b. Miskin, adalah golongan yang berbeda dengan fakir, termasuk kelas individu yang
memiliki penghasilan tetapi tidak bisa menghidupi kebutuhan pokoknya keluarganya.
Pemberian zakat untuk fakir dan miskin untuk memenuhi kebutuhan paling dasar mereka
konsumerisme atau produktivitas ditingkatkan dengan inisiatif pemberdayaan
kesejahteraan.
c. Amil adalah sekelompok pengurus dan pengelola zakat yang mendapatkan 12,5% bagian
dari zakat sebagai imbalan atas pelaksanaan tugasnya dan untuk menutupi pengeluaran
administrasi yang terkait dengan administrasi dan distribusi uang zakat.
d. Mereka yang baru saja masuk Islam dikenal sebagai mualaf, dan mereka dipandang
memiliki iman yang lemah. Saat ini penyaluran untuk muallaf bisa diberikan kepada
orang yang terlibat dalam syiar Islam.
e. Membebaskan budak mengacu pada penggunaan dana zakat untuk membeli kebebasan
budak dan mengakhiri semua jenis perbudakan.
f. Gharimin, merupakan seseorang yang berhutang yang memiliki kewajiban untuk
melunasinya dengan syarat orang yang berhutang untuk memenuhi keluarganya atau
kehilangan hartanya akibat suatu.
g. Fisabilillah, adalah mereka yang berada di jalan Allah SWT, saat ini seperti dalam
pembangunan masjid dan lembaga pendidikan yang mengajarkan Islam.
h. Ibnu Sabil adalah orang yang kehabisan perbekalan dalam perjalanan. Penerapannya
seperti pemberian beasiswa sekolah karena kekurangan dana atau untuk mengasuh dan
membiayai anak-anak terlantar dan lain sebagainya. Zakat adalah jenis pengabdian yang
dilakukan umat Islam dan memiliki banyak konotasi.

Dari pengertian di atas ada empat instrumen dalam zakat yaitu harta yang dikeluarkan
oleh muzakki, orang yang mengeluarkan zakat atau muzakki, orang yang menerima zakat
dinamakan mustahaq atau al-asnaf, dan memiliki ukuran zakat yang telah ditetapkan. Syarat-
syarat dalam menunaikan zakat seperti Orang yang berzakat beragama islam, baligh, dan
berakal. Berkaitan dengan harta yang dizakatkan adalah harta harus mencapai nisab ketentuan
yang disepakati oleh syara’) haul (harta yang dimiliki selama satu tahun qamariah) dan
kepemilikan harta yng sempurna bukan harta yang serikat atau dinamakan al-milk al-tam.

Pengelolaan zakat didefinisikan dalam Undang-Undang nomor 23 tahun 2011 pasal 1


sebagai kegiatan yang meliputi penyelenggaraan, pelaksanaan, dan pengelolaan pengumpulan,
penyaluran, dan penggunaan zakat. Sedangkan menurut hukum Islam, zakat adalah jenis harta
yang hanya boleh dibagikan kepada orang yang memenuhi syarat oleh seorang muslim atau
organisasi bisnis. Ada banyak makna dan hikmah dalam zakat, baik dari segi hubungan manusia
dengan penciptanya maupun dari segi interaksi sosial manusia.
a. Untuk mencapai kedamaian batin dan bebas dari tuntutan Allah dan kewajiban sosial,
seseorang harus membersihkan jiwanya dari dosa, memelihara akhlak mulia, baik hati,
berbelas kasih, dan mengikis kecenderungan kikir dan mementingkan diri sendiri.
b. Membasmi rasa iri hati, pengalaman, dan kedengkian antar individu yang sering muncul
ketika seseorang melihat kelebihan atau kekurangan orang lain di sekitarnya dalam hal
kemewahan, sementara dia tidak memiliki apa-apa dan tidak menerima bantuan (orang
kaya).
c. Dapat mendukung dan menguatkan yang lemah sehingga mereka dapat memenuhi
kebutuhan dasar mereka dan memenuhi kewajiban mereka kepada Allah SWT.
d. Dapat memajukan sistem sosial dalam islam yang memenuhi prinsip persamaan derajat,
hak dan kewajiban dan memiliki tanggung jawab bersama.
e. Termasuk dalam unsur penting dalam seimbangnya penyaluran harta kemasyarakatan
baik individu atau kelompok.
f. Zakat adalah ibadah yang maliyyah mempunyai fungsi ekonomi berbasis kesetaraan akan
kekuasaan Allah Swt dan terwujudnya kerukunan sosial dan penghubung kemasyarakatan
antara yang kuat dan lemah.
g. Mewujudakan masyarakat yang makmur, dengan hubungan seseorang yang lainya rukun
dan harmonis.

2. Infak

Kata Anfaqa berarti membelanjakan dan memberikan (kekayaan/uang) merupakan istilah


Infak. Yang dimaksud dengan “infak” adalah berbagai pengeluaran (pembelajaran), baik untuk
kepentingan pribadi, keluarga, maupun kepentingan lainnya (Arifin, 2016). Sebagimana yang
tercantum dalm surat Al-Baqarah ayat 262:

ٌ ْ‫لَّ ِذ ْينَ يُ ْنفِقُوْ نَ اَ ْم َوالَهُ ْم فِ ْي َسبِ ْي ِل هّٰللا ِ ثُ َّم اَل يُ ْتبِعُوْ نَ َمٓا اَ ْنفَقُوْ ا َمنًّا َّوٓاَل اَ ًذ ۙى لَّهُ ْم اَجْ ُرهُ ْم ِع ْن َد َربِّ ِه ۚ ْم َواَل َخو‬
َ‫ف َعلَ ْي ِه ْم‬
َ‫َواَل هُ ْم يَحْ َزنُوْ ن‬

“Orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, kemudian tidak mengiringi apa yang dia
infakkan itu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), mereka
memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak
bersedih hati.” (Q.S Al- Baqarah: 262).
Fakir Miskin, Amir, Muamaraf, Rikab, Al-Ghalimin, Sabilira dan Ibnu Sabil adalah
delapan asnap yang berhak menerima zakat untuk konsumsi dan produksi yang dikeluarkan oleh
muzakki. Ibnu Qasim berpendapat bahwa orang kaya tidak boleh menerima zakat, meskipun
mereka memenuhi syarat sebagai amir zakat. Selain orang-orang yang dapat membantu umat
Islam meskipun kaya, ulama yang mengizinkan amil kaya untuk mengambil zakat juga diizinkan
untuk melakukannya dari hakim. Perbedaan ini disebabkan oleh interpretasi yang berbeda.
Beberapa ulama tidak mebolehkan orang kaya memperoleh zakat untuk kebutuhan, sementara
yang lain mengizinkannya berdasarkan kebutuhan dan kepentingan Muslim (Rusyd, 2007).

Harta benda yang dikeluarkan oleh seseorang atau perusahaan di luar zakat untuk
kepentingan umum dikenal dengan istilah infak. Ada beberapa aturan yang harus dipatuhi dalam
menunaikan infak, salah satunya adalah orang yang paling dekat dengan pemberi infak harus
diprioritaskan. Misalnya, berinfaq kepada orangtua, kerabat, tetangga orang yang sedang
perjalanan. Setelah kepada orang yang terdekat kemudian kepada saudara- saudaranya karena
merekalah yang wajib untuk disantunni dan dijaga. Kemudian dilanjutkan kepada anak anak
yatim yang tidak bisa menanggung beban hidupnya.

Menurut undang-undang ada dua jenis infak yaitau infak sunnah dan infak wajib yang
termasuk infak wajib diantaranya zakat, kafarat, dan nadzar. Sedangkan infak sunnah berfokus
membantu kaum muslim yang kurang beruntung, bencana alam dunia, dan kemanusiaan. Dalam
Islam mengajarkan etika untuk orang yang menginfakkan harus memberikan hartanya untuk hal-
hal yang bermanfaat untuk kehidupan, agamanya, masyarakat dan orang yang menerima harus
memiliki rasa terima kasih dihadapan orang yang memberikan infak.

Setiap harta yang dihibahkan oleh suatu masyarakat berpotensi untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat lainnya, sehingga ketiga bentuk zakat, infak dan sedekah yang berasal
dari harta suatu masyarakat harus dikelola dengan baik oleh suatu lembaga zakat. Menurut
hukum Islam, mereka yang memberi akan menerima pahala berlipat baik di dunnia atau akhirat.
Orang yang berinfak tidak akan menjadi miskin,sebaliknya orang yang berinfak akan selalu
dalam kecukupan rezeki dan dapat mengembangkan usahanya.

3. Shadaqah
Shadaqah adalah harta atau bukan kekayaan yang dibagikan oleh seseorang atau
perusahaan di luar zakat untuk kebaikan bersama. Masyarakat mendirikan lembaga amil zakat
(LAZ), sebuah badan yang bertugas untuk mempromosikan distribusi, pengumpulan, dan
pemanfaatan zakat. Penulis buku At-Tarifatb (definisi) dan ahli bahasa Arab Al-Jurjani
menyerahkan suatu kepada orang lain secara langsung dan diiringi rasa ikhlas tanpa ada batasan
yang bersamaan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Sedekah merupakan salah satu amalan
yang dianjurkan, menurut para ahli fiqh, dan hukumnya adalah sunnah.

Menurut uraian di atas, zakat, infaq, dan shadaqah adalah semua jenis ibadah yang
memiliki tujuan untuk beribadah dan memiliji rasa komitmen bermasyarakat.Zakat ditetapkan
sebesar 2,5% dalam penerapannya, sedangkan infaq dan sedekah tidak ada ketentuanya. Infak
dan shadaqoh ditentukan pada tingkat kemauan dan keikhlasan masing-masing orang dalam
memberikan hartannya.

Regulasi Zakat di Indonesia

Berbeda dengan saat Islam pertama kali masuk ke Indonesia, peraturan zakat saat ini
sedang diserang di Indonesia. Di tengah krisis, negara belanda juga menerbitkan Bijblad
No.1892 tanggal 4 Agustus 1893 yang membahas mengenai peraturan zakat. Mulai dari tenaga
kerja pemerintah Hindia Belanda dan bangsawan pribumi mendukung pelaksanaan zakat.
Kondisi ini dilakukan untuk memperbaiki letak akibat serangan zakat yang dianggap larangan
dalam Bijblab No. 6200 pada tanggal 28 Februari 1905. Peraturan tersebut belum dihapuskan
sejak Indonesia tumbuh. Dokumen pertama yang muncul adalah Surat Edaran Kementrian
Agama No. A/VII/17367/ dari tahun 1951. Pada tahun 1964, Kementrian Agama dan Perpu
menghentikan program zakat, yang mencakup pemungutan, pembayaran dan terbentuknya Baitul
Mal (Bariyah, 2016).

Dalam sejarah Indonesia mengatur zakat terlihat dengan perjuangan berlarut-larut dengan
adanya keperluan politik Islam, keperluan kepentingan budaya dan keperluan imperialis kolonial
yang hanya untuk mengupayakan pengendalian penyelengaraan zakat (Aziz, 2014). Kemudian
pada tahun 2001, Presiden memberi keputusan tentang Badan Amil Zakat Nasional, yang menata
bagaimana lembaga zakat dalam pengelolaanya. Perpres ini memberikan nafas baru bagi upaya
pemerintah menangani zakat bagi umat Islam di Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat
diterbitkan pada tahun 1999. Ketentuan umum yang mengatur tentang penyelenggaraan zakat,
baik muzakki, mustahik, agama, dan menteri diatur dalam 10 pasal undang-undang ini. Bab II
kemudian mengatur prinsip dan tujuan penuntun zakat. Menurut Pancasila dan UUD 1945,
penyelenggaraan zakat harus berdasarkan iman, takwa, letak, dan hukum. Pengelola zakat
berupaya dalam peningkatan penyajian masyarakat dengan penyaluran zakat yang sesuai dengan
agama, mengembangkan peran serta fungsi zakat untuk upaya pelaksanaan keadilan soaial dan
kesejahteraan masyarakat, juga memaksimalkan pembagian hasil dan ketepatan zakat.

Badan Amil Zakat Nasional diatur dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 8
Tahun 2001, yang terbagi atas VII bab yang menjelaskan tentang pembentukan, fungsi, selang
waktu, dan kepanitiaan. Kepanitian BAZNAS hanya dapat dijabatkan satu kali dalam tiga tahun
dan dapat dijabtkan kembali setelah satu kali. Dalam waktu akan datang, ketika tindakan yang
dilakukan pelaksana mempertimbangkan apa yang disampaikan oleh dewan penasihat, hasil
pengawasannya oleh komisi pengawas, dan pelaporan temuannya kepada presiden dan dewan
wakil rakyat. BAZNAS Daerah serta informasi anggaran departemen adalah semua pendanaan
dimana untuk melaksanakan kewajiban BAZNAS dibebankan.

Beberapa kekurangan yang ditemukan dalam pengelolaan zakat Indonesia yaitu saat ini
tidak tersedia transparansi siapa pengatur, pengawas, dan pengelola manajer. Kedua,
pengumpulan dan penggunaan data yang buruk untuk perencanaan strategis nasional. Ketiga,
belum adanya ketentuan mengenai tata cara pelaporan lembaga/amil zakat. Keempat, meskipun
zakat dinyatakan sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak (PPKP) dalam Undang-Undang
Nomor 38 Tahun 1999, dalam praktiknya belum berjalan dengan baik. Kelima, serangkaian
hukuman baru bagi pengelola di bawah UU tentang pengelolaan zakat saat ini. Meski begitu,
muzakki harus dikenakan hukuman untuk menjadi pengingat tanggung jawabnya (Cid, 2008).
Aturan ini dimaksudkan untuk membantu zakat mengatasi kelemahan kelembagaan dan
meningkatkan efisiensi pengumpulan dana zakat, infaq, dan sedekah.

Model Fundrasing Zakat, Infak, dan Shadaqah

Model adalah bentuk dari hal yang diperbuat (Senja). Model ini dimaksudkan seperti
tanggung jawab pengelolaan zakat, infaq, dan sedekah. Fundrasing disebut juga dengan
pengumpulan zakat atau usaha lembaga zakat dalam rangka menghimpun aset muzaki yang
sampai pada nisab dan haulnya. Penyaluran zakat dapat dibayarkan dari harta seseorang sendiri
dalam bentuk zakat fitrah atau zakat mal. Dengan kelalaian seseorang yang membayar zakat
dianggap sebagai orang yang sengsara karena tidak memenuhi kewajibanya itu yang terkandung
di dalam surat Al-Fushilat ayat 6-7 (Arifin, 2016).

َ‫ى َأنَّ َمٓا ِإ ٰلَهُ ُك ْم ِإ ٰلَهٌ ٰ َو ِح ٌد فَٱ ْستَقِي ُم ٓو ۟ا ِإلَ ْي ِه َوٱ ْستَ ْغفِرُوهُ ۗ َو َو ْي ٌل لِّ ْل ُم ْش ِر ِكين‬ َ ‫قُلْ ِإنَّ َمٓا َأن َ۠ا بَ َش ٌر ِّم ْثلُ ُك ْم ي‬
َّ َ‫ُوح ٰ ٓى ِإل‬

Katakanlah: “Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku
bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus
menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaan besarlah bagi orang-
orang yang mempersekutukan-Nya.” (Q. S Al- Fushilat: 6-7)

Undang- Undang nomor 23 tahun 2011 bab 3 pada pasal 21 tentang pengelolaan zakat
menyebutkan bahwa muzakki harus mengetahui perhitungan kewajiban zakatnya sendiri untuk
penyaluran zakat. Bagi yang belum dapat menentukan kewajiban zakatnya sendiri maka ada
bantuan dari pihak Badan Amil Zakat. Jika muzakki belum mengetahui harta wajib yang dizakati
dan tata cara pelaksanaannya, maka hal ini akan memudahkan mereka dalam menghitung harta.

Ada berbagai cara fundrasing melalui zakat, infak, dan sedekah oleh lembaga pengelola
zakat khususnya penghimpunan langsung zakat, infak, dan sedekah dari lingkungan sekitar.
Petugas segera menghampiri pemohon muzakki untuk menghitung kekayaannya dari sumber-
sumber seperti keuntungan perusahaan, tabungan, emas, perak, atau penjualan dari usahanya
sendiri. Dengan ketentuan masing-masing dan 2,5% masalah yang diamanatkan. Banyaknya
hewan ternak yang dimiliki seseorang dihitung oleh muzakki untuk harta hewan berupa hewan
ternak. Dikeluarkan sesuai dengan aturan, muzzakki atau masyarakat segera mendatangi lembaga
zakat dan memberikan beberapa harta yang dipunya untuk dibagikan mustahik oleh lembaga
pengelola zakat.

Bermitra dengan organisasi di sektor publik dan komersial untuk sedekah, infak, dan
uang zakat dikumpulkan. Biasanya, model ini dieksekusi pegawai di instansi, baik negeri
maupun swasta, setiap bulannya dengan mengambil pemotongan gaji. Zakat profesi karyawan
dihitung berdasarkan gaji masing-masing, dibayarkan pada akhir bulan oleh pengelolan
keuangan dan diberikan kepada lembaga pengelolan zakat untuk diatur atau disalurkan.

Kemudian, pengaplikasian online. Penghimpunan zakat berbasis online dengan


dikendalikan berbagai lembaga pengelola zakat yang digunakan untuk mengumpulkan zakat.
Cara muzakki untuk melihat aplikasi zakat yang sesuai dengan halaman pentagihan biaya, lalu isi
informasi yang diminta dan pilih harta yang akan dibayarkan seperti zakat, infaq, dan sedekah.
Terakhir, muzakki mengisi jumlah setoran dan menyalurkan dana melalui rekening pengelola
zakat yang diinginkan.

Penghimpunan melalui stand atau oulet zakat. Sejumlah posisi organisasi zakat kantor
BUMN, stan khusus atau stand digedung perkantoran inti serta pameran untuk akses dan
streaming informasi yang mudah untuk zakat, infak, dan zakat. Fakta bahwa outlet atau stand ini
ada lebih dari itu manfaat karena calon muzakki terhindar dari ketidaknyamanan berpergian ke
lembaga zakat yang jauh dari pemukimannya. Untuk seorang muzakki memiliki pilihan
pembayaran petugas di loket atau berdiri langsung dengan sejumlah zakat, infak, dan sedekah
untuk selanjutnya disalurkan.

Selain itu, ada strategi fundraising dana yang dikenal dengan zakat, infak, dan sedekah
melalui sarana komunikasi lewat sosial media untuk wadah brand atau merek menggunakan
sarana online atau sering dikenal dengan promosi digital antara lain TV, radio, surat kabar, dan
sosial media seperti dompet duafa yaitu Above the line. Underline, juga dikenal sebagai promosi
digital, dengan strategi periklanan yang lebih fokus pada pemasaran barang atau jasa melalui
interaksi dengan donatur atau kegiatan terkait lainnya.

Setiap organisasi pemasaran terlibat dalam canvassing, yang melibatkan kunjungan dari
pintu ke pintu atau pertemuan dengan para donatur atau masyarakat untuk membagikan brosur.
Telemarketing adalah jenis pemasaran langsung yang sangat berhasil untuk donasi berkelanjutan
dan memiliki kemampuan untuk menciptakan kesan bahwa organisasi berjalan dengan baik.
Kanvasing merupakan metode komunikasi yang cukup baik untuk pendistribusian surat
penawaran Directmall secara interaktif yang dikirimkan ke kandidat kontributor dengan via
gmail, handphone, whatshapp, telegram, dan email pribadi. Untuk kepentingan pendidikan,
sosialisasi, dan komunikasi bersamaan dengan menjadi tuan rumah seminar dan debat publik
(Amin, 2014).

Model penghimpunan dana zakat, infak, dan sedekah lainnya LAZISNU Ajibarang
membuat koleksi model spontan dan tidak spontan, seperti melalui surat, seminar, pembayaran
spontan, pengumpulan langsung zakat dari penyumbang di konter atau outlet. Pemotongan gaji
dari karyawan, dan penggunaan usaha koperasi atau distribusi uang zakat. Membuat aksesoris
seperti pulpen, stiker, browsur dan poster yang digunakan untuk sarana komunikasi dan
informasi merupakan cara pemasaran langsung baik diselenggarakan secara mandiri maupun
bekerjasama dengan lembaga lain. Seiring dengan kehadiran lembaga zakat, sponsorship juga
berfungsi sebagai bentuk kerjasama masyarakat dengan lembaga atau elemen lain (Waluyo,
2016).

Nomor induk wajib zakat yang ditawarkan BAZNAS untuk kartu muzakki digunakan
Business Model Canvas (BMC) untuk menghimpun zakat lewat segmen konsumer (NPWZ).
muzakki yang sebelumnya dimiliki NPWZ, kemudian dihubungkan dengan program muzakki
Corner. Adanya hal tersebut muzakki cukup mencoba dan mengawasi setoran zakat ke
BAZNAS. Kemudian bentuk hubungan pelanggan tersebut, layanan muzakki menawarkan
kesempatan konseling zakat serta berkumpul muzakki ke acara khususnya. Acara itu dikenal
dengan nama muzakki gathering (Firdaus, 2017).

Model fundraising selanjutnya antara lain zakat, infaq, dan zakat yaitu pelaksaaan oleh
pihak BAZNAS, khususnya melewati Donatur Bawa Donatur (DBD) dan Opentable. Donatur
Bawa Donatur (DBD) atau BAZNAS bekerjasama melalui para penyumbang untuk mengundang
teman, keluarga, saudaara dan kenalannya sebagai penyumbang di BAZNAS. Alhasil, para
penyumbang dapat membantu kegiatan zakat. Opentable atau acara pelaksanaan dengan
membuka tempat atau outlate BAZNAS. Biasanya dilakukan tempat area keramaian, pusat
perbelanjaan, dan acara di mana hal-hal tertentu berkumpul di banyak orang. Ada dua tujuan
penting untuk latihan ini pertama, adalah mendidik para tamu tentang nilai berbagi dan memberi
sambil mempromosikan zakat, infak, dan sedekah. Kedua, dalam rangka menghimpun dana dari
para tamu dibuka layanan zakat, infak, dan sedekah (Nursamsi, 2014).
Selain itu, bekerjasama melalui radio nasional Indonesia, radio promosi, dan acara
keagamaan, LAZ Daarut Tauhid telah menggunakan model penggalangan dana zakat, infak dan
sedekah dengan jemaah. Sebagai hasil dari penggalangan dana yang berlangsung selama acara
keagamaan sebagaimana ceramah, sholawatan atau studi. Antara itu menggunakan direct mail,
media promosi, keanggotaan, dana perusahaan, dan pendapatan yang diperoleh unit usaha yang
dikelola oleh berbagai donasi perusahaan, penjemputan ZIS dan Tamsil (Tim Silaturrahmi)
dalam pekerja bertemu secara spontan dengan muzakki dan mempublikasikan dalam cetak kertas
seperti majalah dan selembaran. Penghimpunan zakat juga dilakukan kampanye online melalui
website dan Facebook. (Badriyah, 2016)

Strategi Model Fundrasing Zakat, Infak, Sedekah

Lembaga pengelola dalam strategi fundraising zakat, infak, sedekah biasanya


menggunakakan dua kategori untuk penguumpula zakat yaitu zakat yang dikumpulkan langsung
ke muzakki dan zakat yang dikumpulkan secara tidak langsung.

Pertama, diyakini bahwa membayar zakat, infak dan sedekah langsung kepada muzakki
adalah cara terbaik untuk menyalurkan bantuan dan keringanan bagi muzakki. Petugas datang
langsung ke muzakki untuk mengumpulkan zakat, infak, dan sedekah. Muzakaki biasanya
memiliki sejumlah harta yang siap untuk dibagikan karena jumlah petugas yang sedikit dan luas
wilayah yang tercakup dalam pengumpulan zakat terdapat kesulitan dalam pelaksanaannya,
akhirnya memaksa para petugas di lembaga zakat untuk mengunjungi muzakki satu per satu. Jika
jumlah petugas di setiap lembaga rendah atau berkorelasi negatif oleh banyaknya muzakki dan
tempat pengelolaan zakat akan sulit untuk mencapainya.

Mulai dari segi komunikasi, penghimpunan zakat melalui langsung akan menciptakan
hubungan dan perasaan secara terpisah pada muzakki, sebab muzakki bisa mengkomunikasikan
langsung pada petugas untuk membicarakan pendapatan mengenai harta yang disalurkan untuk
zakat dan kegiatan pengelolaan zakat yang dilakukan kepada suatu instansi. Untuk itu agar dapat
menumbuhkan semangat dan menghilangkan keraguan muzakki kepada lembaga pengelola zakat
yang dapat mendistribusikan kepada pihak yang berkewajiban.

Untuk keberlangsungan pembayaran zakat, baik zakat fitrah maupun maal, kepercayaan
muzakki harus dibangun. Untuk keberlangsungan pengelolaan zakat, khususnya pengelolaan
yang efektif, akan sangat bermanfaat jika petagihan zakat atau maal bisa terlaksana setiap tahun
jika aset muzakki mendekati nisab dan haul, karena pendistribusian zakat akan bermanfaat bagi
banyak mustahik, terutama dalam hal peningkatan ketentraman dan perekonomian mereka.

Kedua, penyaluran zakat secara tidak langsung melalui media promosi dan digital. Dari
segi waktu dan petugas dalam pengumpulan zakat, model ini dinilai lebih efektif dan efisien.
Bagi masyarakat atau muzakki jika akan mendistribusikan harta untuk zakat, infak, dan sedekah,
model ini memudahkan mereka dalam mengakses dan membaca materi dalam bentuk pamflet
cetak maupun elektronik. Dikarenakan macam- macam dana untuk harus disalurkan, rumus
perincian zakat, serta rencana penyaluran atau pemanfaatan yang telah ditetapkan tiap- tiap
lembaga pengelola zakat.

Banyak platform media sosial kontemporer yang digunakan oleh organisasi zakat untuk
memasarkan kegiatan pengumpulan dan pemanfaatan zakat, sebab penyebaran model secara
tidak langsung melalui pemasyarakatan dinilai sangat efisien dikarenakan mayoritas masyarakat
memanfaatkan platform digital buat digunakan dimana dan kapan saja. Ketika rencana sosialisasi
zakat, strategi ini cukup menguntungkan. Masyarakat juga dapat berbicara langsung dengan
petugas atau pengelola zakat di tiap- tiap lembaga tentang data apapun yang sudah diberikan.
Lembaga pengelola zakat telah menawarkan fasilitas kelompok lewat platform digital seperti
Whatsapp, Instagram, Facebook, dan Twitter sebagai organisasi zakat.

Kegiatan tersebut sudah disahkan sama Preside, Peraturan Pemerintah, Kementerian


agama, dan peraturan Badan Amil Zakat Nasional tentang pengelolaan BAZNAS, yang meliputi
pengaturan mengenai pengumpulan zakat, infak, dan sedekah, lembaga zakat, khususnya
BAZNAS. Melalui bekerjasama kepada lembaga pemerintah maupun swasta untuk menunaikan
pemayaraktan dan pembelajaran ke pekerja serta petugas di tiap- tiap instansi.

Perintah Presiden Republik Indonesia nomor 3 tahun 2014 tentang Optimalisasi


Penghimpunan Zakat pada Kementerian/Lembaga, Sekretariat Jenderal Lembaga Negara,
Sekretariat Jenderal Komisi-komisi Negara, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara, dan
Badan Usaha Milik Daerah melalui Badan Usaha Milik Daerah dan Badan Amil Zakat
menguraikan tanggung jawab lembaga zakat dalam menyebar luaskan laporan kepada
masyarakat.
Kekurangan model tersebut yaitu ketika laporan zakat, infak, dan sedekah disampaikan
secara tidak langsung, beberapa orang terkadang tidak memperhatikan informasi di brosur cetak
dan media elektronik. Akibatnya, masyarakat tidak langsung bereaksi terhadap informasi yang
diterima. Masyarakat ada kalanya lupa membayar zakat karena tidak ada yang secara khusus
mengingatkan mereka, dan karena aktivitas kegiatan komunal mengalihkan perhatian dari
informasi yang disampaikan dan menghambat tindak lanjut.

Sebagian individu memerlukan pengingat atau peluang tertentu buat memahami pamflet
atau materi lainnya, maka pijakan pengelola zakat mengenai seberapa cepat muzakki dapat
mendistribusikan zakat tidak sepenuhnya terpenuhi. Oleh karena itu, dengan mengembangkan
rancangan aplikasi yang memungkinkan muzakki, terjadwal, dan terawasi perwujudannya setiap
waktu, institusi bisa menyediakan human resoursces yang dapat menyelesaikan tantangan
tertera. Muzakki dapat membuka aplikasi web di lembaga zakat untuk mengakses kebutuhan
laporan terpaut zakat, infak, dan sedekah atau langsung menghubungi petugas amil zakat saat ini
ketika mencari informasi.

Lembaga amil zakat juga harus berperan aktif dalam mendidik, menginformasikan, dan
berkomunikasi dengan masyarakat, lokakarya, seminar, dan bentuk persaudaraan sebagainya
untuk membangun kerjasama positif pada lingkungan sekitar. Selain untuk menyumbangkan
kedaulatan mustahik zakat oleh dana yang dipunyai para muzaki, keadaan tersebut dilaksanakan
untuk memperkuat keyakinan dan antisipasi masyarakat untuk mereka selalu menyumbangkan
zakat seperti tanda kesetiaan mereka kepada Allah atas segala rezeki yang telah dilimpahkan.

PENUTUP

Strategi model penggalangan dana zakat, infaq, dan sedekah yang digunakan oleh
lembaga pengelola zakat saat ini bervariasi dan imajinatif, tetapi masih harus ditingkatkan dari
segi sumber daya manusia dan metode pejelasan memakai aplikasi yang sederhana digunakan
oleh masyarakat, supaya dapat menyampaikan bantuan terbaik kepada muzakki agar terdorong
melaksankan zakat dan kontinuitas, untuk salah satu kriteria keberhasilan pengelolaan zakat
dengan mengoptimalkan penghimpunan zakat dengan mengacu pada undang-undang zakat yang
berlaku saat ini.

DAFTAR PUSTAKA
Amin. (2014). Analisis Strategi Penghimpunan Dana dalam Mencapai target Penerimaan Dana
Zakat: Studi pada LAZ Dompet Duafa Cabang Jawa Timur. uinsby.ac.id, 71.

Arifin, G. (2016). Zakat, Infak, Sedekah. Jakarta: Elex Media Komputer.

Aziz, M. (2014). Regulasi Zakat di Indonesia: Upaya menuju Pengelolaan zakat yang
Profesional. Jurnal al Hikmah, Vol 4 No. 1, e-jurnal.kopertais4.or.id.

Badriyah, N. O. ( 2016). Strategi Penghimpunan Dana Sosial Ummat pada Lembaga- Lembaga
Filantropi di Indonesia (Studi Kasus Dompet Peduli Umat Duafa Darurat Tauhid
Republika BAZNAS dan BAZIS DKI Jakarta). Jurnal Li Falah Vol 1 No. 1, ejournal.
iain kendari.

Bariyah, N. O. (2016). Dinamika Aspek Hukum Zakat dan Wakaf di Indonesia. Jurnal Ahkam
Vol. XVI, no. 2, Journal.uinjkt.ac.id.

Cid, D. P.-F. (2008). Zakat dan Pembangunan: Era Baru Zakat menuju Kesejahteraan Umat,
Jakarta, 2008 dalam Amiruddin, Model- Model Pengelolaan Zakat di Dunia Muslim.
ejurnal.iain-tulungaggung.ac.id, 160.

Coryna, I. A. (t.thn.). Formulasi Strategi Penghimpunan Dana Zakat oleh Badan Amil Zakat
Nasional. Repository, sb.ipb.ac.id.

Firdaus, D. P. (2017). Analisis Strategi Penghimpunan Zakat dengan Pendekatan Bussines


Model Canvas. Jurnal Humam Falah, Vol 4 No. 2 Juli- Desember, 281.

Ita Aulia Coryna. (t.thn.). Formulasi Strategi Penghimpunan Dana Zakat oleh Badan Amil Zakat
Nasional.

Munawir, A. W. (1997). Kamus Al- Munawir Arab-Indonesia Terlengkap. Surabaya: Pustaka


Progresif.

Nursamsi, A. (2014). Manajemen Penghimpunan Dana ZIS pada Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS). Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

Qardhawi, Y. (2002). Fiqh Zakat, Terj. Salman Harun,el.al. Jakarta: Litera Antar Nusa.
Rusyd, I. (2007). Bidayatul Mujatahid, penerjemah Imam Ghazali Said dan Ahmas Zaidun.
Jakarta: Pustaka Amani.

Saharuddin, R. W. (2017). Strategi Pendistribusian Zakat, Infak, Dan Sedekah (ZIS) Di Badan
Amil. Al-Tijary Vol. 3, No. 1, 3.

Senja, E. Z. (t.thn.). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. tt: Fajar Dita Publisher, t.th.

Waluyo, S. (2016). Analisis Strategi Fundrasing Lembaga Amil Zakat Infak Shadaqah
Muhammadiyah (LAZISNU) Ajibarang Kabupaten Banyumas dalam Mendapatkan
Muzaki. IAIN Purwokerto, h. 79.

Anda mungkin juga menyukai