Anda di halaman 1dari 13

MANAJEMEN FUNDRAISING ZAKAT DI INDONESIA

Makalah Ini Disususn Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


“HUKUM DAN PENGELOLAAN ZIS DI INDONESIA”

Dosen Pengampu:
Labib Nubahai, S.HI., M.H.I

Disusun Oleh:
Anisa Urohmah (102190098)
Ari Frediawan (102190099)

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO
2020
KATAPENGANTAR
Alhamdulillah, Puja dan Puji tercurahkan kepada Allah SWT, karena atas
limpahan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada
Rasulullah Muhammad Shallallahu’alaihiwasallam. Manusia istimewa yang
seluruh perilakunya layak untuk diteladani, yang seluruh ucapannya adalah
kebenaran, yang seluruh getar hatinya kebaikan. Sehingga Penulis dapat
menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.
Banyak kesulitan dan hambatan yang Penulis hadapi dalam membuat
tugas ini tapi dengan semangat dan kegigihan serta arahan, bimbingan dari
berbagai pihak sehingga Penulis mampu menyelesaikan tugas ini dengan baik,
oleh karena itu pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
DosenPembimbing, Labib Nubahai, S.HI., M.H.I
Serta teman-teman yang membantu mencari penyelesaian masalah
pada pembuatan makalah.Penulis menyimpulkan bahwa tugas ini masih belum
sempurna, oleh karena itu Penulis menerima saran dan kritik, guna kesempurnaan
makalah ini dan bermanfaat bagi Penulis dan pembaca pada umumnya.

Ponorogo, 07 Februari 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LatarBelakang 1
B. RumusanMasalah 1
C. Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN 5
A. Pengertian Fundraising Zakat 5
B. Unsur-unsur Fundraising zakat 6
C. Metode Frudaising Zakat 7
D. Pembentukan Unit Pengumpul Zakat dan Kemitraan 8
BAB III PENUTUP 11
Kesimpulan 11
DAFTAR PUSTAKA 12

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan dunia perekonomian Islam menunjukkan bahwa Indonesia
merupakan salah satu Negara mayoritas penduduk muslim yang dapat
meningkatkan ekonomi umat. Salah satu bentuk kegiatan yang dapat digunakan
untuk meningkatkan ekonomi umat islam adalah dengan mengeluarkan zakat.
Zakat merupakan salah satu dari lima nilai instrumental yang strategis dan sangat
berpengaruh pada tingkah laku ekonomi manusia dan masyarakat serta
pembangunan ekonomi umumnya. Zakat sebagai suatu ibadah yang bermakna
ganda yaitu di satu sisi merupakan ibadah dan di sisi lain mempunyai pengaruh
sosial. Manajemen pada umumnya berkaitan dengan aktivitas-aktivitas
perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pemotivasian,
komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi
dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh
perusahaan atau lembaga sehingga akan dihasilkan sesuatu secara efisien. Untuk
meningkatkan daya guna dan hasil guna zakat, infaq dan shodaqoh di perlukan
manajemen penghimpunan atau tata kelola dana supaya dapat peningkatkan
pendapatan ZIS. Sistem penghimpunan dana untuk membiayai program dan
kegiatan sebuah lembaga atau badan amil zakat infaq dan shodaqoh biasa disebut
dengan fundraising.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Fundraising Zakat?
2. Apa saja Unsur-unsur Fundraising zakat?
3. Bagaimana Metode Frudaising Zakat?
4. Bagaimana Pembentukan Unit Pengumpul Zakat dan Kemitraan?

C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Pengertian Fundraising Zakat
2. Untuk Mengetahui Unsur-Unsur Fundraising Zakat

3
3. Untuk Mengetahui Metode Frudaising Zakat
4. Untuk Mengetahui Pembentukan Unit Pengumpul Zakat Dan Kemitraan

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Fundraising Zakat


a. Pengertian Zakat
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat merupakan kata dasar (Masdar)
dari zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik.Sesuatu itu Zaka,
berarti tumbuh dan berkembang, dan seorang itu zaka berarti orang itu baik.
Menurut al-Azhary sebagaimana yang dikutip oleh Yusuf Qardhawi, yang
berkembang bukan hanya harta dan kejiwaan orang kaya, akan tetapi juga
harta dan kejiwaan orang miskin. Zakat juga digunakan untuk arti berarti suci
(ath thaharah),tumbuh dan berkembang (al nama’), keberkahan (al barakah),
dan baik (thayyib).
Zakat menurutUndang-Undang No. 23 Tahun 2011 pasal 1 ayat 2
tentang PengelolaanZakat menjelaskan sebagai: “Harta yang wajib disisihkan
oleh seorang muslim atau badan hukum yang dimiliki oleh seorang muslim
sesuai dengan ketentuan agama dan diberikan kepada yang berhak
menerimanya menurut syariat Islam.1
b. Pengertian Fundraising Zakat
Fundraising berarti pengumpulan dana. Sedangkan orang yang
mengumpulkannyaadalah fundraiser. Dalam Kamus Bahasa Indonesia
yang dimaksud dengan pengumpulan adalah proses, cara, perbuatan
mengumpulkan; menghimpun; perhimpunan; pengerahan.
Fundraising dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menghimpun
dana dan sumber daya lainnya dari masyarakat (baik individu, kelompok,
organisasi, perusahaan ataupun pemerintah) yang akan digunakan untuk
membiayai program dan kegiatan operasional lembaga yang pada
akhirnya adalah untuk mencapai misi dan tujuan dari lembaga tersebut.2
Fundraising juga diartikan sebagai proses mempengaruhi
masyarakat baik perseorangan sebagai individu atau perwakilan
masyarakat maupun lembaga agar menyalurkan dananya kepada sebuah
1
Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 pasal 1 ayat 2 tentang Pengelolaan Zakat.
2
Ibid, h. 35

5
organisasi. Dalam fundraising, selalu ada proses “mempengaruhi”. Proses
ini meliputi kegiatan: memberitahukan, mengingatkan, mendorong,
membujuk, merayu atau mengiming-iming, termasuk juga melakukan
penguatan (stressing), jika hal tersebut memungkinkan atau
diperbolehkan.
Berdasarkan pengertian fundraising di atas maka fundraising zakat
adalah kegiatan menghimpun dana dan mempengaruhi calon muzakki,
baik perseorangan maupun badan usaha, agar menyalurkan dana zakat,
infak, dan sedekahnya kepada lembaga pengelola zakat. Undang-Undang
No. 23 Tahun 2011 tentang “Pengelolaan zakat pada bab I Ketentuan
Umum pasal 1 menentukan bahwa: “Pengelolaan zakat adalah kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap
pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat.” Seirama
dengan hal tersebut didalam buku Masailul Fiqhiyah dinyatakan bahwa
“pengelolaan zakat itu hendaknya dengan manajemen yang modern,
meliputi proses perencanaan (planning), pengorganisasian (Organizing),
pelaksanaan (executing) dan pengawasan (controlling) yang baik.3
B. Unsur-unsur Fundraising zakat
Adapun unsur-unsur fundraising, sebagaimana dijelaskan Purwanto
yaitu berupa:
a. Analisis kebutuhan, yaitu berisi tentang kesesuaian dengan syari’ah,
laporan dan pertanggung jawaban, manfaat bagi kesejahteraan umat,
pelayanan yang berkualitas, silaturahmi dan komunikasi. Donatur atau
muzakki yang memahami Islam dengan baik, akan menanyakan
bagaimana pelaksanaan pengelolaan ZIS yang dikelola sebuah
lembaga. Tentunya mereka menginginkan sesuatu yang baik dengan
tuntunan sesuai syara’. Mereka tidak mau apa yang sudah dikerjakan,
termasuk dalam pembayaran ZIS akan sia-sia, tidak ada nilainya
dihadapan Allah. Pertanyaan yang disampaikan donatur atau muzakki
pada lembaga zakat sesungguhnya bertujuan menghilangkan keraguan
yang ada dalam dirinya terhadap pelaksanaan pengelolaan zakat yang
3
Atik Abidah, “Analisis Strategi Fundraising Terhadap Peningkatan Pengelolaan ZIS pada Lembaga Amil
Zakat Kabupaten Ponorogo”. Jurnal Ekonomi Islam, Kodifikasia, Volume 10 No. 1 Tahun 2016, hal 174

6
dikelola oleh lembaga yang bersangkutan. Selanjutnya apabila mereka
yakin terhadap lembaga pengelola zakat, sudah sesuai dengan prinsip
syara’, maka mereka akan dengan rela menyalurkan dana ZIS mereka
pada lembaga tersebut.
b. Segmentasi donatur/muzakki adalah sebuah metode tentang bagaimana
melihat donatur dan muzakki secara kreatif, baik perorangan,
organisasi dan lembaga berbadan hukum. Artinya perlu melihat
segmentasi sebagai seni mengidentifikasi dan memanfaatkan beragam
peluang yang muncul di masyarakat. Tidak seharusnya sebuah
lembaga zakat melihat masyarakat sebagai pasar secara sederhana,
bisa-bisa salah sasaran. Dengan Identifikasi yang tepat, lembaga zakat
dapat menempatkan sumber daya sesuai dengan segmen-segmen
masyarakat yang telah diidentifikasi
c. Identitas profil donator dan muzakki, hal ini difungsikan untuk
mengetahui lebih awal identitas calon donator/muzakki itu sendiri.
Profil donator/muzakki perseorangan dapat berbentuk biodata atau CV,
sedangkan untuk calon donatur/muzakki organisasi atau lembaga
hukum dalam bentuk company profil lembaga.
d. Produk. Dalam pengelolaan zakat produk tidak bisa hanya
didefinisikan sebagai sesuatu yang disukai atau tidak disukai, yang
diterima seseorang dalam sebuah transaksi, tetapi lebih tepat apabila
produk diartikan sebagai kompleksitas yang terdiri dari ciri-ciri yang
berwujud dan tidak berwujud. Produk adalah hal yang bisa ditawarkan
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan muzakki, karena produk
tidak hanya berbentuk barang tetapi juga jasa. Produk lembaga zakat
merupakan produk layanan yang memudahkan donator dan muzakki
menunaikan kewajiban zakatnya.4
C. Metode Frudaising Zakat
Yaitu pola bentuk atau cara-cara yang dilakukan oleh suatu
lembaga dalam rangka menggalang dana dari masyarakat. Metode

4
Ibid, 173

7
fundraisingharus mampu memberikan kepercayaan, kemudahan,
kebanggaan, dan manfaat lebih bagi masyarakat yang menjadi donatur.
Dalam melaksanakan kegiatan fundraising, banyak metode dan
teknik yang dapat dilakukan. Adapun yang dimaksud metode disini adalah
suatu bentuk kegiatan yang khas yang dilakukan oleh sebuah organisasi
dalam rangka mengumpulkan dana dari masyarakat. Metode ini pada
dasarnya dapat dibagi kepada dua jenis, yaitu langsung (direct fundraising)
dan tidak langsung (indirect fundraising).
a. Metode Fundraising Langsung (Direct Fundraising)
Yang dimaksud dengan metode ini adalah metode yang
menggunakan teknik-teknik atau cara-cara yang melibatkan partisipasi
muzakkisecara langsung. Yaitu bentuk-bentuk fundraisingdimana
proses interaksi dan daya akomodasi terhadap respon muzakkimuncul
keinginan untuk melakukan donasi setelah mendapatkan promosi dari
fundraiser lembaga, maka segera dapat melakukan dengan mudah dan
semua kelengkapan informasi yang diperlukan untuk melakukan
donasi sudah tersedia.
b. Metode Fundraising Tidak Langsung (Indirect Fundraising)
Metode ini adalah suatu metode yang menggunakan teknik-
teknik atau cara-cara yang tidak melibatkan partisipasi muzakkisecara
langsung. Yaitu bentuk-bentuk fundraisingdimana tidak dilakukan
dengan memberikan daya akomodasi langsung terhadap respon
muzakkiseketika. Metode ini misalnya dilakukan dengan promosi yang
mengarah kepada pembentukan citra lembaga yang kuat tanpa
diarahkan untuk transaksi donasi pada saat itu.5
D. Pembentukan Unit Pengumpul Zakat dan Kemitraan
a. Membentuk Unit Pengumpul Zakat
Salah satu hal yang baru dalam UU No. 23 tahun 2011 dari UU
No. 38 tahun 1999, adalah adanya Unit Pengumpul Zakat (UPZ), yang
dibentuk BAZNAS yang bertujuan membantu BAZNAS dalam
pengumpulan zakat. Keberadaan UPZ telah diatur dalam PP No. 14

5
Ahmad Furqon, Manajemen Zakat, (Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015), hal. 41

8
tahun 2014, yang menjelaskan keberadaan UPZ pada setiap struktur
BAZNAS, yaitu dari pusat hingga kabupaten/kota.
 UPZ pada BAZNAS pusat dapat dibentuk pada:
1. Lembaga Negara
2. Kementerian/lembaga pemerintah non kementerian
3. Badan Usaha Milik Negara
4. Perusahaan swasta nasional dan asing
5. Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri
6. Kantor-kantor perwakilan Negara asing/lembaga asing; dan
7. Masjid negara
 Sedangkan pada BAZNAS Provinsi, UPZ dapat dibentuk pada:
1. Kantor instansi vertikal
2. Kantor satuan kerja perangkat daerah/lembaga daerah provinsi
3. Badan Usaha Milik Daerah provinsi
4. Perusahaan swasta skala provinsi
5. Perguruan tinggi; dan
6. Masjid raya
 Sedangkan pada BAZNAS Kabupaten/ Kota, UPZ dapat dibentuk
pada:
1. Kantor instansi vertikal tingkat kabupaten/kota
2. Kantorsatuan kerja pemerintah daerah/lembaga daerah
kabupaten/kota
3. Badan Usaha Milik Daerah kabupaten/kota
4. Perusahaan swasta skala kabupaten/kota
5. Masjid, musalla, langgar, surau, atau nama lainnya
6. Sekolah/madrasah dan lembaga pendidikan lainnya
7. Kecamatan atau nama lainnya
8. Desa/kelurahan atau nama lainnya
b. Membentuk Kemitraan
Dalam melakukan fundraising, organisasi atau lembaga
pengelola zakat dapat melakukan kemitraan dengan lembaga-lembaga
lain dalam rangka pengumpulan zakat. Misalnya, LPZ dapat

9
melakukan kemitraan dengan bank-bank untuk memungut zakat dari
nasabah bank-bank tersebut. Tujuan daripada kemitraan adalah agar
masyarakat mendapatkan akses seluas-luasnya untuk menyalurkan
zakat, infak, dan sedekah. Belum maksimalnya dana zakat yang
terhimpun salah satunya disebabkan terbatasnya media bagi
masyarakat dalam menyalurkan zakat.6

6
Ibid, 44-46

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fundraising zakat adalah kegiatan menghimpun dana dan mempengaruhi
calon muzakki, baik perseorangan maupun badan usaha, agar menyalurkan dana
zakat, infak, dan sedekahnya kepada lembaga pengelola zakat.
Adapun unsur-unsur fundraising:
1. Analisis kebutuhan, yaitu berisi tentang kesesuaian dengan syari’ah,
laporan dan pertanggung jawaban, manfaat bagi kesejahteraan umat,
pelayanan yang berkualitas, silaturahmi dan komunikasi.
2. Segmentasi donatur/muzakki adalah sebuah metode tentang bagaimana
melihat donatur dan muzakki secara kreatif, baik perorangan, organisasi
dan lembaga berbadan hukum.
3. Identitas profil donator dan muzakki, hal ini difungsikan untuk mengetahui
lebih awal identitas calon donator/muzakki itu sendiri.
4. Produk. Dalam pengelolaan zakat produk tidak bisa hanya didefinisikan
sebagai sesuatu yang disukai atau tidak disukai
Metode ini pada dasarnya dapat dibagi kepada dua jenis, yaitu langsung (direct
fundraising) dan tidak langsung (indirect fundraising).
1. Metode Fundraising Langsung (Direct Fundraising)
Yang dimaksud dengan metode ini adalah metode yang menggunakan teknik-
teknik atau cara-cara yang melibatkan partisipasi muzakkisecara langsung.
2. Metode Fundraising Tidak Langsung (Indirect Fundraising)
Metode ini adalah suatu metode yang menggunakan teknik-teknik atau cara-cara
yang tidak melibatkan partisipasi muzakkisecara langsung.
Pembentukan Unit Pengumpul Zakat dan Kemitraan
1. Membentuk Unit Pengumpul Zakat
2. Membentuk Kemitraan

11
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 pasal 1 ayat 2 tentang Pengelolaan Zakat.
Atik Abidah, “Analisis Strategi Fundraising Terhadap Peningkatan Pengelolaan
ZIS pada Lembaga Amil Zakat Kabupaten Ponorogo”. Jurnal Ekonomi Islam,
Kodifikasia, Volume 10 No. 1 Tahun 2016
Ahmad Furqon, Manajemen Zakat, (Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015)

12

Anda mungkin juga menyukai