Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

FUNDRAISING WAKAF
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Fiqh dan Manajemen Wakaf
Dosen Pengampu : M. Shohibul Jamil, S.H.I., M.H, AH

Disusun Oleh Kelompok 5:


1. Ahmad Nur Said (1805026100)
2. Yulika (1805026101)
3. Ainul Khofifah (1805026102)
4. Melina Alfiatun Rohmaniah (1805026103)
5. Ulil Hidayah (1805026104)

S1 EKONOMI ISLAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Fiqh dan Manajemen Wakaf.
Dan juga tidak lupa berterima kasih kepada Dosen mata kuliah Fiqh dan Manajemen
Wakaf yang telah membimbing dan memberi arahan dalam penulisan makalah ini. Kami
selaku penyusun makalah juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat
kekurangan-kekurangan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
sarana yang membangun.
Semoga tugas makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun bagi
orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun. Untuk
hal itu, penulis ucapkan terima kasih.

Semarang, 10 November 2020

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Wakaf adalah suatu ungkapan yang mengandung penahanan harta miliknya kepada
orang lain atau lembaga dengan cara menyerahkan suatu benda yang kekal zatnya untuk
diambil manfaatnya untuk kebaikan. Wakaf mempunyai potensi yang besar untuk
menstabilkan perekonomian dan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat, hal ini
terjadi apabila dalam pengelolaannya dilakukan secara profesional dan amanah dari sang
nadzir. Salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh nadzir wakaf dalam upaya menguatkan
dan mengembangkan wakaf secara terus menerus adalah dengan cara mengoptimalkan upaya
penggalangan dana wakaf atau fundraising.

Fundraising adalah suatu kegiatan penggalangan dana dari individu, organisasi, maupun
badan hukum. Fundraising juga merupakan proses mempengaruhi masyarakat atau calon
wakif agar mau melakukan amal kebajikan dalam bentuk penyerahan hartanya untuk
diwakafkan, sebab sumber harta wakaf adalah berasal dari donasi masyarakat. Agar target
bisa terpenuhi serta proyek wakaf produktif bisa terwujud, maka diperlukan langkah-langkah
strategi dalam menghimpun asset, yang selanjutnya akan dikelola dan dikembangkan.
Fundraising sangat berhubungan dengan kemampuan perseorangan, organisasi, badan hukum
untuk mengajak dan mempengaruhi orang lain sehingga dapat menimbulkan kesadaran,
kepedulian, dan motivasi untuk masyarakat melakukan wakaf. Pada umumnya program yang
dimiliki lembaga wakaf di Indonesia ialah wakaf tunai. Seorang waqif yang ingin
menyerahkan wakaf tunai dapat menyetorkan sejumlah uang tunai langsung ke rekening
nazhir pada lembaga wakaf swasta atau lembaga wakaf resmi yang diakui pemerintah dengan
tujuan sesuai yang diinginkan seperti membiayai pembangunan masjid, membantu
pembiayaan pendirian gedung atau yayasan pendidikan, dan lain-lain. Peluang pemberdayaan
dengan dana wakaf tunai dapat dialokasikan di berbagai bidang seperti keagamaan, ekonomi,
pendidikan, atau pelayanan-pelayanan sosial.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian dari fundraising ?
2. Apa saja ruang lingkup dari fundraising?
3. Bagaimana bentuk-bentuk fundraising dalam wakaf ?

3
4. Bagaimana contoh fundraising wakaf ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Memahami pengertian fundraising.
2. Memahami ruanglingkung fundraising.
3. Memahami bentuk-bentuk fundraising dalam wakaf.
4. Memahami contoh fundraising wakaf.

4
BAB II

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN FUNDRAISING
Fundraising dalam bahasa Inggris disebut penghimpunan atau penggalangan dana. Dan
orang yang mengumpulkan dana disebut fundraiser. Sedangkan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, penggalangan memiliki makna proses, cara perbuatan mengumpulkan,
penghimpunan dan pengarahan.1 Fundraising juga diartikan sebagai kerangka konsep tentang
suatu kegiatan dalam rangka penggalangan dana dan daya lainnya dari masyarakat yang akan
digunakan untuk membiayai program kegiatan operasional lembaga sehingga mencapai
tujuan. Fundraising tidak hanya dipahami dalam konteks mengumpulkan dana saja
sebagaimana makna bahasanya. Hal ini dapat dimengerti karena bentuk kedermawanan dan
kepedulian masyarakat tidak harus dalam bentuk dana saja, sehingga sangat dimungkinkan
fundraising berupa sumber-sumber daya lain selain dana segar.2
Penghimpunan dana (fundraising) merupakan kegiatan penggalangan dana, baik dari
individu, organisasi, maupun badan hukum. Fundraising termasuk proses memengaruhi
masyarakat (calon Waqif) agar mau melakukan amal kebajikan dalam bentuk penyerahan
uang sebagai wakaf maupun sumbangan pengelolaan harta wakaf. Kegiatan pengerahan dana
ini sangat berhubungan dengan kemampuan perseorangan, organisasi, badan hukum untuk
mengajak dan memengaruhi orang lain sehingga menimbulkan kesadaran, kepedulian, dan
motivasi untuk melakukan wakaf.3

Kemudian secara makro, menurut Prof.Dian Masyita dalam laporan penelitiannya,


dalam pengelolaan wakaf uang sektor, fundraising dana wakaf uang adalah salah satu model
yang diterapkan. Tanggung jawab pada sektor ini adalah mengumpulkan dana wakaf uang
dari waqif. Kemudian, mendistribusikannya pada investasi portofolio. Keuntungan dari
investasi didistribusikan pada program pengentasan kemiskinan. Keuntungan yang akan
didistrisibusikan tergantung pada permintaan waqif, seperti pendidikan, infrastruktut,
rehabilitasi keluarga, kesehatan dan sanitasi kesehatan publik. Dalam sektor peningkatan
wakaf uang, investasi yang akan didistribusikan pada orang miskin.

1
Peter Salim, Salim‟s Collegiate Indonesia-English Dictionary, (Jakarta: Modern Eglish Press, 2000), cet. Ke-1,
Hal. 607
2
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Edisi ke-3,
Hal. 612
3
Rozalinda, Manajemen Wakaf Produktif, (Jakarta: RajaGrafindo, 2015), Hal. 138

5
Fundraising sangat berpotensi dan berfungsi dalam upaya peningkatan produktivitas
pengelolaan wakaf. Fungsi fundraising tidak hanya dalam konteks peningkatan
penghimpunan sumber-sumber aset wakaf, tetapi juga sebagai upaya untuk memproduktifkan
aset-aset wakaf yang ada, yang selama ini masih belum optimal, khususnya wakaf uang.4

B. RUANG LINGKUP FUNDRAISING

Fundraising tidak identik hanya dengan uang semata. Ruang lingkupnya begitu luas
dan mendalam, pengaruhnya sangat berarti bagi eksistensi dan pertumbuhan lembaga. Oleh
karenanya, tidak begitu mudah untuk memahami ruang lingkup fundraising. Untuk
memahaminya terlebih dahulu dibutuhkan pemahaman tentang substansi dari pada
fundraising tersebut. Adapun subtansi dasar dari pada fundraising dapat diringkas kepada tiga
hal, yaitu: motivasi, program, dan metode.5

a. Motivasi

Yaitu serangkaian pengetahuan, nilai-nilai, keyakinan dan alasan-alasan yang mendorong


donator/wakif untuk mengeluarkan sebagian hartanya. Dalam kerangka fundraising, nazhir
harus terus melakukan edukasi, sosialisasi, promosi dan transfer informasi sehingga
menciptakan kesadaran dan kebutuhan pada calon wakif, untuk melakukan kegiatan wakaf
atau yang berhubungan dengan pengelolaan wakaf sesuai dengan ajaran islam.

b. Program

Yaitu kegiatan pemberdayaan implementasi visi dan misi lembaga perwakafan (nazhir)
yang jelas sehingga bisa menjadi sebab masyarakat yang mampu tergerak untuk melakukan
perbuatan wakaf. Organisasi pengelolaan wakaf harus merancang program pengelolaan
wakaf yang berkualitas dan mempunyai nilai keunggulan dalam pemberdayaannya. Program
harus dikemas sedemikian rupa sehingga mendorong wakif untuk turut mendukung dan
membantu.

c. Metode fundraising

Yaitu pola bentuk atau cara-cara yang dilakukan oleh sebuah lembaga dalam rangka
menggalang dana dari masyarakat. Metode fundraising harus mampu memberikan

4
Miftahul Huda, ”Manajemen Fundraising Wakaf : Potret Yayasan Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta dalam Menggalang Wakaf”, dalam Jurnal Justitia Islamica,Vol. 11/ No. 1, Januari-Juni 2014
5
Suparman, Manajemen Fundraising dalam Penghimpunan Harta Wakaf, bwi.go.id, pada tanggal 11 november
2020 pukul 05.30.

6
kepercayaan, kemudahan, kebanggaan dan manfaat lebih bagi masyarakat donatur / wakif.
Metode ini pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu: metode langsung (direct
fundraising) adalah metode yang menggunakan teknik-teknik atau cara-cara yang melibatkan
partisipasi donatur secara langsung, seperti: direct mail, direct advertising, telefundraising
dan presentasi langsung. Sedangkan metode tidak langsung (indirect fundraising) adalah
suatu metode yang menggunakan teknik-teknik atau cara-cara yang tidak melibatkan
partisipasi donatur secara langsung, seperti contohnya: image compaign, penyelenggara
event, menjalin relasi, melalui referensi

C. BENTUK-BENTUK FUNDRAISING

Ada dua bentuk fundraising yaitu bentuk promosi dan pelayanan.

1. Promosi produk wakaf tujuannya untuk memberitahukan; menyadarkan; mengingatkan;


mendorong dan memotivasi; menanamkan citra yang kuat dalam benak; dan
memudahkan serta malayani masyarakat.

Adapun bentuk atau cara promosi yang dapat dilakukan meliputi beberapa hal:

 Surat, seperti surat penawaran atau ajakan/ dakwah untuk berwakaf.


 Presentasi, baik pesentasi perorangan atau kelompok/ lembaga.
 Barang cetakan, seperti: brosur, leaflet, poster dan flier
 Perhatian, seperti tampilan dan informasi
 Penerbitan, seperti jenis media, sasaran konsumen, pesan, buku, bulletin, majalah,
Koran dll
 Perhatian penulisan, seperti: informasi, bentuk, lokasi, waktu dan gaya, mandiri dan
kerja sama
 Iklan, contohnya seperti: iklan dimedia cetak, elektronik, internet, dan media luar
ruangan
 Asesoris dan gift, seperti: boolpoint, sticker, gantungan kunci, pembatas buku, kaos,
topi, kalender, agenda dll.
 Event, seperti seminar, pelatihan, lomba, festival, malam amal atau kegiatan sosial
lainnya.
 Pengabdian kepada masyarakat.

7
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam promosi antara lain: Sasaran komunitas
donatur yang dituju; Daya jangkau alat promosi (coverage area); Ketepatan waktu
penggunaan; Kata-kata, gaya bahasa dan gambar yang digunakan; Biaya yang harus
digunakan; dan Daya pengaruh atau bentuk respon yang diharapkan

2. Pelayanan

Pelayanan transasksi wakaf baik benda tidak bergerak maupun benda bergerak
termasuk wakaf uang dapat dicatat yang kemudian dibimbing prosesinya melalui saluran
yang ada (PPAIW/ Kantor KUA, Notaris, dan LKS-AIW untuk wakaf uang). Adapun
pelayanan transaksi dapat dilakukan memlalui beberapa hal:

 Bayar langsung
 Transfer via rekening bank
 Debet langsung setiap bulan dari rekening donatur
 Pembayaran via phone banking
 Pembayaran via ATM
 Pembayaran via kartu debet
 Pembayaran via SMS
 Pembayaran via internet
 Pemotongan laba perusahaan
 Penjualan merchandise
 Sponsorship
D. CONTOH STUDI KASUS STRATEGI PENGHIMPUNAN DANA
6
(FUNDRAISING) WAKAF TUNAI BMH JAWA TIMUR
1. Strategi Penghimpunan Dana (Fundraising) Wakaf Tunai BMH Jatim.
a. Proaktif Melakukan Sosialisasi di Lapangan.

Salah satu strategi penghimpunan dana yang dilakukan BMH Jatim ialah gencar
melakukan sosialisasi di masyarakat yakni dengan melakukan penjemputan dana secara
proaktif seperti mendatangi rumah/tempat tinggal, menyebarkan brosur dan berkomunikasi
secara langsung, meng ajak bertemu di waktu dan tempat tertentu, dan lain sebagainya.

6
Rahmi Septyani, dkk, Telaah Strategi Fundraising Wakaf Tunai Mewujudkan Pemberdayaan Masyarakat (Studi
Kasus Kawasan Baitul Maal Hidayatullah Perwakilan Jawa Timur), Journal Of Economics & Business Sharia, Vol.
1, No. 2, 2018

8
Para tim fundraising BMH Jatim proaktif melakukan ini setelah melakukan
perjanjian terlebih dulu. Ada diantara mereka yang menyasar satu wilayah tertentu
berkunjung dari satu rumah ke rumah lain, satu kantor ke kantor lain, dan sebagainya. Hal ini
menjadi salah satu langkah untuk memperkenalkan BMH Jatim kepada masyarakat kota
Surabaya dari sekian banyaknya lembaga sejenis yang menawarkan beragam program.

Melalui strategi ini, para nazhir/staf BMH dapat berinteraksi langsung dengan waqif
secara personal dalam rangka mengeratkan tali silaturahim. Dengan bersosialisasi langsung
akan membantu membuka pintu komunikasi yang lebih intens antara lembaga dengan
masyarakat. Interaksi tersebut nantinya harus diupayakan terjaga dengan baik melalui
pendekatan-pendekatan yang berlandaskan semangat ukhuwah sehingga akan memberikan
kesan dan citra positif. Strategi ini pun secara tidak langsung memenuhi tujuan fundraising
bagi pengembangan kelembagaan.

Kepuasan waqif BMH Jatim terletak pada respons mereka terhadap program
khususnya program wakaf tunai yang peminatnya semakin meningkat dari tahun ke
tahun. Dalam Laporan Keuangan LAZNAS BMH Periode 1 Januari s.d 31 Desember 2015
dan 2014 (dalam satuan rupiah) memperlihatkan kenaikan yang signifikan untuk perolehan
dana wakaf. Tahun 2014 perolehan dana wakaf berjumlah Rp 942.516.191,00 sedangkan di
tahun 2015 meningkat pesat menjadi Rp 3.502.907.808,00. Dalam Laporan Sumber dan
Penggunaan Dana periode Mei-Juli 2016 terhitung sumber dana dari wakaf perolehannya
sebesar Rp 4.006.767.557,00 dan hanya berbeda sedikit dari perolehan dana zakat Rp
4.730.923.958,00.

b. Penggunaan Media Promosi dan Iklan Melalui Divisi Marketing Komunikasi.

Strategi penghimpunan dana lembaga wakaf erat hubungannya dengan


kemampuan lembaga atau organisasi untuk mengajak dan memengaruhi orang lain agar
menimbulkan kesadaran, kepedulian, dan motivasi untuk pemberian donasi. Hal ini bisa
dilakukan salah satunya menggunakan media komunikasi sebagai bagian dari
sosialisasi dan pengenalan program menggunakan bentuk-bentuk promosi atau iklan yang
kreatif. Bagi nazhir tim penghimpunan dana BMH Perwakilan Jatim, media-media atau
marketing tools yang dimiliki akan memudahkan kerja tim fundraising dan marketing di
lapangan serta memudahkan penyampaian program-program kerja BMH Perwakilan Jatim.

9
Berdasarkan pengamatan penulis dari hasil wawancara dan observasi beberapa media
yang biasa digunakan oleh BMH Perwakilan Jatim antara lain:

 Media cetak atau media yang biasa digunakan untuk kampanye (campaign) berupa
media luar ruang yang dipasang di bahu-bahu jalan, seperti spanduk, baliho, videotron
dengan desain dan tampilan visual yang menarik.
 Perangkat tools marketing seperti flayer, brochure, proposal program, majalah BMH,
atau buletin.
 Media sosial seperti Facebook, twitter, instagram, WhatsApp, BBM (Blackberry
Messenger), Line, SMS Centre, blog, dan e-mail.
 Promosi off air seperti pelaksanaan event-event tertentu misalnya talkshow dan
aktivitas open table.
 Iklan-iklan di media cetak dan media komunikasi lain seperti radio (Program On Air
bersama BMH Perwakilan Jatim dan BMH UP Malang).

2. Strategi Fundraising Wakaf Tunai BMH Jatim Berdasarkan Kearifan Lokal.

Salah satu garis besar temuan penelitian ini memperlihatkan bahwa strategi
penghimpunan dana BMH Jatim terletak pada kemampuan melihat kearifan lokal sesuai
dengan situasi dan kondisi masyarakat kota Surabaya. BMH Perwakilan Jatim menerapkan
kearifan lokal ini dalam strategi penghimpunan dana yaitu pada saat proaktif bersosialisasi di
lapangan atau saat berinteraksi langsung dengan masyarakat. Strategi penghimpunan yang
dilakukan tim fundraising BMH Perwakilan Jatim pun menyesuaikan dengan karakter
masyarakat kota Surabaya, antara lain:

 Masyarakat kota Surabaya lebih menyukai mereka didatangi langsung oleh tim
marketing atau fundraising untuk mengetahui maksud kedatangan, program yang
ditawarkan (zakat, infaq, shadaqah), paket program wakaf tunai, dan lain-lain.
 Tidak bertele-tele, langsung to the point untuk memperkenalkan diri dari lembaga
mana, tujuan pertemuan, dan lain-lain. Mereka lebih menyukai unsur kepraktisan.
 Setelah berhasil closing, tata cara mendoakan cukup singkat dan tidak terlalu panjang
(hanya pada intinya).

Unsur kepraktisan, fleksibilitas, dan terpaku pada waktu menjadi ciri khas tipikal
masyarakat perkotaan. Tidak hanya itu saja masyarakat perkotaan juga terkenal dengan

10
kemajuan teknologi, ekonomi, dan pola pikir masyarakatnya sehingga BMH Jatim dalam
menerapkan strategi fundraising tidak melepaskan diri dari kemajuan zaman yakni dengan
menggunakan media-media sosial berteknologi dan kekinian sebagaimana dikembangkan
oleh Divisi Marketing Komunikasi.

Satu hal yang harus digarisbawahi ialah kearifan lokal (local wisdom) ini tidak terpaku
pada satu model strategi tertentu karena pada prinsipnya kearifan lokal merupakan kekayaan
ragam budaya, kebiasaan, sifat, karakter, dan tingkah laku masyarakat yang mewarnai
keanekaragaman suku bangsa di Indonesia. Oleh karena itu penerapan kearifan lokal pada
strategi penghimpunan dana seperti yang BMH Jatim akan cenderung beradaptasi dan
mengalami perubahan.

3. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Wakaf Tunai BMH Jatim: Sasaran Pokok Tiga
Bidang Utama.

Program yang dimiliki BMH Perwakilan Jatim mayoritas diantaranya merupakan


program yang bergerak di tiga bidang utama yakni bidang dakwah dan pendidikan, sosial
ekonomi, serta kesehatan. Tujuan akhir yang diharapkan adalah peningkatan kualitas sumber
daya manusia dan pemerataan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat yang semuanya
berkaitan erat dengan ‘pemberdayaan masyarakat muslim, yaitu sebagai berikut :

 Bidang dakwah dan pendidikan melalui program wakaf tunai pembangunan Pondok
Pesantren Tahfizh Yatim dan Dhuafa.
 Bidang dakwah keagamaan dan sosial-ekonomi melalui program wakaf tunai
Pesantren Agro Dakwah Muallaf Senduro Jawa Timur.
 Bidang kesehatan melalui program wakaf tunai Ambulans.

11
BAB III

PENUTUPAN

A. KESIMPULAN

Fundraising merupakan proses memengaruhi masyarakat (calon Waqif) agar mau


melakukan amal kebajikan dalam bentuk penyerahan uang sebagai wakaf maupun
sumbangan pengelolaan harta wakaf. Kegiatan pengerahan dana ini sangat berhubungan
dengan kemampuan perseorangan, organisasi, badan hukum untuk mengajak dan
memengaruhi orang lain sehingga menimbulkan kesadaran, kepedulian, dan motivasi untuk
melakukan wakaf

Fundraising sangat berpotensi dan berfungsi dalam upaya peningkatan produktivitas


pengelolaan wakaf. Fungsi fundraising tidak hanya dalam konteks peningkatan
penghimpunan sumber-sumber aset wakaf, tetapi juga sebagai upaya untuk memproduktifkan
aset-aset wakaf yang ada, yang selama ini masih belum optimal, khususnya wakaf uang.

12
DAFTAR PUSTAKA
bwi.go.id
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Miftahul Huda. Vol. 11/ No. 1, Januari-Juni 2014. ”Manajemen Fundraising Wakaf : Potret Yayasan
Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia Yogyakarta dalam Menggalang Wakaf”, dalam Jurnal
Justitia Islamica,
Peter Salim. 2000. Salim‟s Collegiate Indonesia-English Dictionary. Jakarta: Modern Eglish Press.
Rahmi Septyani, dkk. Vol. 1, No. 2, 2018. Telaah Strategi Fundraising Wakaf Tunai Mewujudkan
Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus Kawasan Baitul Maal Hidayatullah Perwakilan Jawa Timur),
Journal Of Economics & Business Sharia,.

Rozalinda. 2015. Manajemen Wakaf Produktif. Jakarta: RajaGrafindo.

Suparma. 2020. Manajemen Fundraising dalam Penghimpunan Harta Wakaf.bwi.go.id

13

Anda mungkin juga menyukai