Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangMasalahFundraising(penggalian dana) tidak hanya identik dengan


menghimpun dana semata. Ruang lingkupnya begitu luas dan mendalam, berpengaruh
besar bagi eksistensi dan pertumbuhan sebuah lembaga. Oleh karenanya, tidak begitu
mudah untuk memahami ruang lingkup fundraising.Adapun fundraisingpada lembaga
non profit (nirlaba) seperti Laznas salah satunya adalah melalui Ziswa dari
masyarakat.Ziswa (Zakat, Shodaqoh, Infaq, dan Wakaf) sendiri ialah menjadi bagian dari
instrumental dalam mengentas kemiskinan masyarakat. Karena, dari Ziswa salah satunya
organisasi non profit bisa mencapai tujuan-tujuan mereka.Fundraisingialah proses
mempengaruhi masyarakat baik perorangan atau instansi (lembaga) agar menyalurkan
dana kepada sebuah organisasi atau lembaga.Efektifitas, bahwa efektif berarti ada
efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), manjur atau mujarab dan dapat membawa
hasil.Efektivitas adalah bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan
memanfaatkan sumber daya dalam usaha mewujudkan tujuan operasional.Metode
fundraisingadalah suatu kegiatan khas yang dilakukan oleh nadhir dalam rangka
menghimpun dana atau daya dari masyarakat.Dan telah ditetapkan pula tentang
sebaiknya ada golongan umat yang menyeru dalam kebaikan. Adapun berikut Artinya
yang mengandung “hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar
merekalah orang-orang yang beruntung.”Lokasi ialah posisi fisik atau situs geografis dari
fasilitas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja metode fundraisingyang digunakan
2. Bagaimana efektifitas metode fundraisingyang digunakan
3. Bagaimana pengelolaan sumber daya manusia untuk melakukan fundraising
BAB II

PEMBAHASAN

A. STRATEGI FUNDRAISING DAN PENGHIMPUNAN DANA ZIS


a. Konsep Fundraising
Fundraising
Menurut bahasa, fundraising berarti penghimpunan dana atau penggalangan dana,
sedangkan menurut istilah, fundraising merupakan suatu upaya atau proses
kegiatan dalam rangka menghimpun dana (zakat) serta sumber daya lainnya dari
masyarakat baik individu, kelompok, organisasi yang akan di salurkan dan di
dayagunakan untuk mustahik.
Fundraising adalah aktivitas proaktif dan meyakinkan, imajinasi dan kreativitas,
pertemanan dan kepercayaan untuk memperoleh dana. Aktivitas ini harus
dilakukan oleh organisasi, khususnya organisasi nirlaba dengan beragam
pertimbangan dan kepentingan guna menjamin keberlanjutan lembaga. (Setiawan,
2006:1)
Di jelaskan pula, fundraising adalah proses mempengaruhi masyarakat baik
perseorangan maupun individu atau perwakilan masyarakat maupun lembaga agar
menyalurkan dananya kepada sebuah organisasi. (Purwanto, 2009:12)
Jadi, dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa fundraising
adalah suatu kegiatan menghimpun dana dari individu, organisasi maupun badan
hukum, fundraising juga merupakan proses mempengaruhi masyarakat atau
donatur untuk mengeluarkan dananya.
b. Strategi Fundraising
Strategi fundraising terdiri dari dua kata yakni strategi dan fundraising. Menurut
Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato strategi merupakan suatu proses
sekaligus produk yang “penting” yang berkaitan dengan pelaksanaan dan
pengendalian kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk memenangkan persaingan,
demi tercapainya tujuan (Totok dan Poerwoko, 2013:168).
Michael Norton menyatakan bahwa fundraising atau menggalang dana adalah
meyakinkan orang agar mau menyumbang dan menunjukkan alasan-alasan
mengapa kegiatan yang bersangkutan penting (Michael, 2002:15). Sedangkan
April Purwanto (2009) menyatakan bahwa fundraising adalah proses
mempengaruhi masyarakat baik perorangan atau lembaga agar menyalurkan dana
atau bantuannya kepada lembaga. Kata mempengaruhi tersebut dapat berarti
pertama, memberitahukan kepada masyarakat tentang seluk beluk keberadaan
organisasi. Kedua, mengingatkan kepada para donatur dan calon donatur untuk
sadar bahwa dalam sebagian harta yang dimiliki ada sebagian hak orang lain yang
harus ditunaikan. Ketiga, mendorong agar menyerahkan sumbangan kepada
organisasi. Keempat, membujuk para donatur agar mau memberikan
sumbangannya kepada organisasi. Kelima, merayu atau membuat donatur ingin
untuk memberikan sumbangannya kepada organisasi (April, 2009:12).
Strategi fundraising adalah tulang punggung dari kegiatan fundraising (Michael,
2002:51). Joyce Young mengisyaratkan organisasi yang menjalankan roda
organisasinya tanpa strategi bagai melakukan perjalanan tanpa menggunakan peta
(Joyce, 2007:124). Strategi fundraising menghasilkan sebuah analisis mengenai
faktor internal dan eksternal organisasi yang menentukan apa yang akan
ditawarkan atau dijual oleh organisasi, serta kepada siapa akan dijual. Hamid
Abidin menyatakan bahwa strategi fundraising merupakan alat analisis untuk
mengenali sumber pendanaan yang potensial, metode fundraising dan
mengevaluasi kemampuan organisasi dalam memobilisasi sumber dana (Hamid
dkk, 2009:134). Hamid Abidin mengungkapkan, aspek dalam strategi fundraising
dikenal sebagai siklus fundraising yang terdiri dari identifikasi calon donatur,
pengelolaan dan penjagaan donatur, penggunaan metode fundraising serta
monitoring dan evaluasi fundraising. Berikut penjelasannya (Hamid Abidin, dkk,
2009:134-151):
1. Identifikasi donatur, adalah ketika organisasi menetukan siapa dan bagaimana
profil dari potensial donatur yang akan digalangnya. Berdasarkan jenis
sumber dayanya, pendekatan fundraising terbagi menjadi dua yakni retail
fundraising dan institutional fundraising. Retail fundraising adalah
penggalangan dana dengan memfokuskan target atau sasarannya pada
perorangan. Sedangkan institutional fundraising lebih memfokuskan pada
penggalangan dari lembaga atau organisasi, misalnya perusahaan, lembaga
donatur, pemerintah, atau yayasan amal lokal.
2. Penggunaan metode fundraising, adalah penentuan metode yang tepat untuk
melakukan pendektan terhadap donatur. Hal ini perlu dilakukan karena akan
menjadi penentu keberhasilan perolehan dana yang sebesar-besarnya dari
fundraising pada para donatur.
Muhsin Kalida mengungkapkan empat metode dalam fundraising.
Pertama, face to face atau berdialog langsung dalam rangka menawarkan
dengan calon donatur dengan cara kunjungan ke kantor, perusahaanatau
presentasi. Kedua, direct mail, yakni penawaran tertulis untuk menyumbang
yang didistribusikan melalui surat. Ketiga, special event, yakni penggalangan
dana atau fundraising dengan menggelar acara-acara khusus, atau
memanfaatkan acara-acara tertentu yang dihadiri banyak orang untuk
menggalang dana atau fundraising. Terkahir, campaign, yakni fundraising
dengan kampanye melalui berbagai media komunikasi seperti melalui poster,
internet, media elektronik ataupun brosur yang digunakan sebagai
komunikasi dan promosi program lembaga ataupun merawat donatur (Muhsin
Kalida, 2012:157-159).
3. Pengelolaan dan penjagaan donatur, pengelolaan donatur dilakukan dengan
tujuan meningkatkan jumlah sumbangan, mengarahkan donatur untuk
menyumbang pada program tertentu., atau meningkatkan status dari
penyumbang tidak tetap menjadi penyumbang tetap. Sementara penjagaan
donatur dapat dilakukan dengan kunjungan hangat, mengirimkan informasi,
memberikan layanan kepada donatur, melibatkan donatur dalam berbagai
kegiatan, mengirimkan hadiah, atau membantu memecahkan persoalan
donatur.
4. Monitoring dan evaluasi fundraising, yaitu memantau bagaimana proses
dilakukannya dari kegiatan fundraising serta menilai efektivitasnya. Hal ini
dilakukan untuk menilai seberapa efektif upaya yang dilakukan, memastikan
apakah ada permasalahan dalam pelaksanaannya serta seberapa besar
pencapaiannya terhadap target yang telah dilakukan.
Sehingga yang dimaksud dengan strategi fundraising adalah suatu cara
untuk mempengaruhi masyarakat baik individu atau lembaga agar peduli dan
menyalurkan dana kepada sebuah organisasi atau lembaga yang dilakukan
oleh organisasi untuk dapat mencapai tujuan jangka panjang.
c. Metode Fundraising
Dalam melaksanakan kegiatan fundraising, banyak metode dan teknik yang dapat
dilakukan. Adapun yang dimaksud metode disini adalah suatu bentuk kegiatan
yang khas yang dilakukan oleh sebuah organisasi dalam rangka menghimpun
dana dari masyarakat. Strategi fundraising harus mampu memberikan
kepercayaan, kemudahan, kebanggaan dan manfaat lebih bagi masyarakat
donatur. Metode ini pada dasarnya, bisa dibagi kepada dua jenis, yaitu: (Juwaini,
2005:8-9)
1. Metode Fundraising Langsung (Direct Fundraising)
Yang dimaksud dengan metode ini adalah metode yang menggunakan teknik-
teknik atau cara-cara yang melibatkan partisipasi muzakki secara langsung.
Yaitu bentuk-bentuk fundraising dimana proses interaksi dan daya akomodasi
terhadap respon muzakki bisa seketika (langsung) dilakukan. Dengan metode
ini apabila dalam diri muzakki muncul keinginan untuk melakukan donasi
setelah mendapatkan promosi dari fundraiser lembaga. maka segera dapat
melakukan dengan mudah dan semua kelengkapan informasi yang diperlukan
untuk melakukan donasi sudah tersedia. Sebagai contoh dari metode ini
adalah: direct mail, direct advertising, telefundraising dan presentasi
langsung.
2. Metode Fundraising Tidak Langsung (Indirect Fundraising)
Metode ini adalah suatu metode yang menggunakan teknik-teknik atau cara-
cara yang tidak melibatkan partisipasi muzakki secara langsung. Yaitu
bentuk-bentuk fundraising dimana tidak dilakukan dengan memberikan daya
akomodasi langsung terhadap respon muzakki seketika. Metode ini misalnya
dilakukan dengan metode promosi yang mengarah kepada pembentukan citra
lembaga yang kuat, tanpa diarahkan untuk transaksi donasi pada saat itu.
Sebagai contoh dari metode ini adalah: advertorial, image compaign dan
penyelenggaraan event, melalui perantara, menjalin relasi, melalui referensi,
dan media para tokoh, dan lain-lain. (Sutisna, 2006:1)
Pada umumnya sebuah lembaga melakukan kedua metode fundraising ini
(langsung atau tidak langsung). Karena keduanya memiliki kelebihan dan
tujuannya sendiri-sendiri. Metode fundraising langsung diperlukan karena
tanpa metode langsung, muzakki akan kesulitan untuk mendonasikan
dananya.
Sedangkan jika semua bentuk fundraising dilakukan secara langsung, maka
tampak akan menjadi kaku, terbatas daya tembus lingkungan calon muzakki
dan berpotensi menciptakan kejenuhan. Kedua metode tersebut dapat
digunakan secara fleksibel dan semua lembaga harus pandai
mengkombinasikan kedua metode tersebut.

d. Tujuan Fundraising
- Adapun tujuan fundraising bagi sebuah organisasi zakat: (Juwaini, 2005:5-7)
tujuan pokok dari gerakan fundraising adalah pengumpulan dana. Sesuai
dengan istilahnya (fundraising) berarti pengumpulan uang, namun yang di
maksud di sini bukanlah uang semata, tetapi merupakan dana dalam arti yang
luas, termasuk di dalamnya barang atau jasa yang memiliki nilai materi,
meski dana dalam arti uang memiliki peran yang sangat penting, karena
sebuah organisasi zakat tanpa dana tentunya tidak akan bisa berjalan dengan
baik, karena dalam operasional membutuhkan dana dalam arti uang. Sebuah
organisasi zakat yang tidak dapat mengumpulkan uang dalam proses
fundraisingnya adalah termasuk organisasi yang gagal, meskipun dia
memiliki keberhasilan yang lain.
- Fundraising juga bertujuan untuk menambah jumlah muzakki dan donatur.
OPZ yang baik adalah OPZ yang memiliki data pertambahan muzakki dan
donatur tiap hari. Sebenarnya yang dibutuhkan adalah pertambahan jumlah
dana untuk program-program mereka juga operasionalnya. Ada dua hal yang
bisa dilakukan OPZ dalam hal ini, pertama; menambah jumlah sumbangan
pada setiap donatur dan muzakki, dan yang kedua; menambah jumlah donatur
atau muzakki.
- Membentuk dan meningkatkan citra lembaga, secara langsung atau tidak akan
mempengaruhi citra baik atau buruk pada sebuah OPZ. Jika respon
masyarakat positif, tentunya akan semakin menarik donatur dan muzakki
untuk ikut bergabung. Namun jika penilaian terhadap OPZ itu tidak baik,
maka tentunya akan mempengaruhi keberlangsungan OPZ, dengan tidak
adanya donatur atau muzakki yang bergabung pada organisasi mereka.
- Gerakan fundraising juga mempunyai tujuan memuaskan donatur dan
muzakki, tujuan ini merupakan tujuan yang tertinggi dan bernilai jangka
panjang, yaitu menjaga loyalitas muzakki dan donatur, agar tetap memberikan
bantuan pada OPZ. Hal ini dapatditempuh dengan memberikan kepuasan
terhadap donatur dan muzakki terhadap pelayanan, program dan operasional
OPZ. Hal ini tentunya akan memiliki dampak, jika donatur dan muzakki
puas atas semuanya, tentunya dia akan terus bergabung pada OPZ tersebut.
- Menggalang simpatisan atau pendukung. OPZ tentunya akan membutuhkan
kepanjangan tangan dari organisasinya untuk menyampaikan apa yang
menjadi tujuan dan gerakan mereka, di sinilah peran simpatisan atau
pendukung yang akan membantu OPZ dalam menyampaikan tentang OPZ
pada masyarakat secara luas. Untuk mendapatkan simpatisan atau pendukung
tentunya tidak mudah, dibutuhkan citra lembaga yang baik dan bersih,
sehingga pendukung rela untuk bergabung dan membantu keberlangsungan
OPZ.

B. Unsur-Unsur Fundraising
Adapun unsur-unsur fundraising, sebagaimana dijelaskan Purwanto (Miftahul, 2012:37-
38) yaitu berupa:
a. Analisis kebutuhan, yaitu berisi tentang kesesuaian dengan syari’ah, laporan dan
pertanggung jawaban, manfaat bagi kesejahteraan umat, pelayanan yang
berkualitas, silaturahmi dankomunikasi. Donatur atau muzakki yang memahami
Islam dengan baik, akan menanyakan bagaimana pelaksanaan pengelolaan ZIS
yang dikelola sebuah lembaga. tentunya mereka menginginkan sesuatu yang baik
dengan tuntunan sesuai syara’.
Mereka tidak mau apa yang sudah dikerjakan, termasuk dalam pembayaran ZIS
akan sia-sia, tidak ada nilainya dihadapan Allah. Pertanyaan yang disampaikan
donatur atau muzakki pada lembaga zakat sesungguhnya bertujuan menghilangkan
keraguan yang ada dalam dirinya terhadap pelaksanaan pengelolaan zakat yang
dikelola oleh lembaga yang bersangkutan.
Selanjutnya apabila mereka yakin terhadap lembaga pengelola zakat, sudah sesuai
dengan prinsip syara’, maka mereka akan dengan rela menyalurkan dana ZIS
mereka pada lembaga tersebut.Segmentasi donatur/muzakki adalah sebuah metode
tentang bagaimana melihat donatur dan muzakki secara kreatif, baik perorangan,
organisasi dan lembaga berbadan hukum. Artinya perlu melihat segmentasi
sebagai seni mengidentifikasi dan memanfaatkan beragam peluang yang muncul
di masyarakat. Tidak seharusnya sebuah lembaga zakat melihat masyarakat
sebagai pasar secara sederhana, bisa-bisa salah sasaran. Dengan segmentasi yang
tepat, lembaga zakat dapat menempatkan sumber daya sesuai dengan segmen-
segmen masyarakat yang telah diidentifikasi.
b. Identitas profil donatur dan muzakki, hal ini difungsikan untuk mengetahui lebih
awal identitas calon donatur/muzakki itu sendiri. Profil donatur/muzakki
perseorangan dapat berbentuk biodata atau CV, sedangkan untuk calon
donatur/muzakki organisasi atau lembaga hukum dalam bentuk company profil
lembaga.
c. Produk. Dalam pengelolaan zakat produk tidak bisa hanya didefinisikan sebagai
sesuatu yang disukai atau tidak disukai, yang diterima seseorang dalam sebuah
transaksi, tetapi lebih tepat apabila produk diartikan sebagai kompleksitas yang
terdiri dari ciri-ciri yang berwujud dan tidak berwujud. Produk adalah hal yang
bisa ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan muzakki, karena
produk tidak hanya berbentuk barang tetapi juga jasa. Produk lembaga zakat
merupakan produk layanan yang memudahkan donatur dan muzakki menunaikan
kewajiban zakatnya.
BAB lll
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem fundraising adalah kegiatan menghimpun dana dan sumber daya dengan proses
mempengaruhi, meliputi kegiatan memberitahukan, mengingat, mendorong, membujuk
merayu masyarakat (baik individu, kelompok,organisasi, perusahaan, pemerintah ataupun
badan hukum) guna untuk membiayai progam dan kegiatan operasional lembaga untuk
mencapai misi dan tujuan. Dalam kaum duafa telah menerapkan sistem fundraising.
Sistem fundraising tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya unsur-unsur yang
bekerja sama. Berikut ini adalah unsur-unsur yang terdapat pada sistem fundraising
dalamt Dhuafa , yaitu : petugas, dana, jasa/pelayanan, peralatan, metode, dan donatur.
MAKALAH KEMUHAMMADIYAHAN
MENGHIMPUN DANA UNTUK PEMBERDAYAAN KELUARGA
DUAFA

Disusun oleh:
KELOMPOK 4
Allinda 1704015092
Faruk katili basyaroh 1704015208
Febri amalia 1704015215
Nur alfaeni fitri
Puspita 1704015022

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA
JAKARTA
2019

Anda mungkin juga menyukai